• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 6.B SDN Nampudadi Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 T1 262012637 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 6.B SDN Nampudadi Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 T1 262012637 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Teori

2.1.1 Model PembelajaranJigsaw

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw

Arends (1997: 34) menyatakan “Pembelajaran kooperatif tipejigsawadalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut anggota kelompok lainnya”. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal.

TipeJigsawadalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipeJigsawini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a. kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara

(2)

kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.

Lie (1999) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab secara mandiri.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsawmerupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal.

2.1.1.2 Kelebihan-kelebihan metode jigsaw

Bila dibandingkan dengan model pembelajaran tradisional, model pembelajaran jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan – rekannya.

2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat. 3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dan kritis dalam

berbicara dan berpendapat.

4) Meningkatkan sikap kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang disampaikan.

5) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain.

2.1.1.3 Langkah-langkah pembelajaran model jigsaw

Menurut Stepen,dkk dalam Rusman (2008: 204) langkah-langkah Model Pembelajaran KooperatifJigsawsebagai berikut:

(3)

3) Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan

4) Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.

5) Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7) Guru memberi evaluasi.

8) Penutup

Sedangkan menurut Rusman (2008 : 205) kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

1) Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik. Topik permasalahan untuk dibaca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.

2) Diskusi kelompok ahli.siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topic permasalahan tersebut.

3) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi. 5) Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.

Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw yaitu: 1) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang

2) Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli

3) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut

(4)

5) Guru memberika telah didiskusika Berdasarkan pe jigsawdalam penelitian

1) Siswa dikelompokka 2) Tiap orang anggo 3) Anggota dari tim bertemu dalam mereka .

4) Setelah selesai di bergantian menga dan tiap anggota 5) Tiap tim ahli mem 6) Guru memberi ev 7) Kesimpulan/Penu

Gambar 1 : Skem

2.1.2. Hasil belajar 2.1.2.1. Pengertian Bel

Para ahli telah m belajar. Depdikbud (197 tingkah laku pada diri se

erikan tes individual pada akhir pembelajaran tent sikan

pendapat dari beberapa ahli di atas, maka langka an ini adalah :

pokkan ke dalam 4 anggota tim.

gota dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. im yang berbeda yang telah mempelajari bagian/su m kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendisk

i diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke ke ngajar teman satu tim mereka tentang sub bab yan ta lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh empresentasikan hasil diskusi.

evaluasi. nutup.

ema Pembelajaran jigsaw

r Belajar

h merumuskan dan membuat tafsiran yang berbed 979: 7) berpendapat bahwa ”Belajar adalah suatu pr i seseorang”.

tentang materi yang

ngkah pembelajaran

a.

/sub bab yang sama diskusikan sub bab

ke kelompok asal dan yang mereka kuasai guh.

[image:4.595.97.508.184.629.2]
(5)

Menurut Gagne (1984) yang dikutip Ratna Wilis Dahar (1989: 11) dalam Udin S winataputra, dkk (2005: 2.3) berpendapat bahwa ”Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.

Conny R. Semiawan (1999/2000: 245) berpendapat bahwa ”Belajar merupakan aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku yang bersifat permanen”.

Sedangkan menurut pendapat lain, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bahkan suatu hasil dan tujuan. Selain itu juga dinyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman(Learning is definet as the modification or streng thening of behavior through experiencing)(Hamalik, 1994: 36). Belajar adalah penambahan pengetahuan.

Hilgard dalam Nasution (1995: 35) juga menyatakan bahwa ”belajar adalah suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan, apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan-perubahan karena mabuk atau minuman keras, bukan termasu hasil belajar.

Sutan dan Syahniar (1992: 59) menyatakan bahwa ”Seseorang dikatakan telah belajar bila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sebelum ia belajar atau bila tingkah lakunya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi dari sebelumnya”.

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian belajar dapat dikemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, kepribadian akibat dari pengalaman dan pengetahuan.

2.1.2.2. Pengertian Hasil Belajar

Sebelum dijelaskan mengenai hasil belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian”Hasil”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 501) yang dimaksud ”Hasil adalah perolehan, yang didapat dari sesuatu yang memberi guna, yang didapat sebagai akibat adanya usaha”. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil adalah sesuatu yang didapat melalui usaha.

(6)

diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep”.

Gerlach dan Ely dalam Anni (2007: 5-6) menyatakan “tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi”.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 29) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan lain sebagainya.

Sudjana (1992: 22) menyatakan ”Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Dengan demikian hasil menunjukan perubahan dari sebelum menerima pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya.

Dari berbagai uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya, latihan atau pengalaman. Hasil belajar ini diperoleh dengan memberi evaluasi pada suatu bidang studi yang kemudian diwujudkan dengan nilai. Adapun evaluasi untuk mengukur penguasaan materi. Dan hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dibatasi pada hasil belajar kognitif.

2.1.3. Pembelajaran IPS Di SD 2.1.3.1 Pengertian IPS

Mengenai arti dari Ilmu pengetahuan Sosial menurut Depdiknas (2006: 221) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan :

(7)

yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai”.

Mackenzie dalam Ischak, dkk, (2005: 1.21).mengemukakan bahwa Ilmu Sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat

Sedangkan pada kurikulum 2004 (2004: 2) arti Ilmu pengetahuan Sosial diubah menjadi lebih ringkas dalam pengertian namun lebih luas dalam implementasi. Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.

Ischak, dkk (2005: 1.24) mengatakan IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari bebagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.

Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu ilmu yang mempelajari segala kehidupan manusia dan lingkungan sosialnya serta interaksi sosial dalam masyarakat yang tersusun secara sistematis sebagai suatu disiplin ilmu.

2.1.3.2 TujuanPembelajaran IPS

Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran.

Dalam KTSP (2006: 121) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

(8)

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sedangkan tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial menurut kurikulum 2004 adalah: a) Mengajarkan konsep dasar Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah, dan

Kewarganegaraan melalui Metode pedagogis dan psikologis.

b) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif inkuiri memecahkan masalah dan ketrampilan sosial.

c) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d) Meningkatkan kemampuan kerjasama dan kompetensi dalam masyarakat yang

majemuk secara nasional dan global.

Menurut Ischak, dkk (2005: 1.28) mengatakan pembelajaran IPS membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akah kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab.

Dari ketiga tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar adalah untuk mengembangkan kemampuan sosial anak,serta sebagai bekal untuk kehidupan selanjutnya.

2.1.3.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya memamfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

(9)

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.

Dalam KTSP (2006: 121) ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c) Sistem Sosial dan Budaya

d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

2.1.3.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

[image:9.595.99.510.205.680.2]

Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalamKompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang ditujukan bagi siswa kelas VI SD disajikan melalui tabel berikut ini.

Tabel 2.

SK dan KD mata pelajaran IPSKelas VI Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2 Memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya

2.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga

(10)

2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Ranggi Andang S, dengan judul “upaya meningkatkan hasil belajar IPS materi gejala alam di Indonesia dan negara tetangga melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw” pada tahun 2011 menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman materi gejala alam di Indonesia dan negara tetangga pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Adipala Cilacap. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman materi gejala alam di Indonesia dan negara tetangga pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Adipala Cilacap tahun ajaran 2011/2012.

Lutfi Ramayanti (2009) dalam PTKnya berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas III B SDN Karangsari 3 Kota Blitar” menyimpulkan bahwa dalam penerapannya model pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan proses pembelajaran IPS di kelas III SDN Karangsari 3 Kota Blitar yaitu sebesar 61% kemudian siklus I 77% dan siklus II sebesar 88%. Penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw yang sesuai dengan prosedur, dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik itu secara kelompok maupun individu. Hal ini terbukti dengan meningkatnya persentase ketuntasan belajar dari masing-masing siklus pembelajaran yang telah dilakukan yaitu 40% kemudian meningkat pada siklus I 64% dan pada siklus II menjadi 100%.

2.3. Kerangka Pikir

Metode Jigsaw merupakan suatu bentuk penyajian pelajaran dengan cara bekerja kelompok yang biasanya terdiri dari empat orang atau lima orang yang saling membantu memecahkan dan mendiskusikan masalah bersama. Pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa sehingga siswa akan aktif, akrab dan dapat saling bertukar pikiran sehingga hasil yang dicapai kemungkinan akan lebih baik.

(11)

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw harus memperhatikan kemampuan dan karakteristik siswa sehingga penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsawdapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Strategi dalam peningkatan kualitas pembelajaran IPS yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar murid melalui model pembelajaran kooperatif jigsaw di sekolah dasar, maka guru harus mampu mengaplikasikan model pembelajaran tersebut secara efektif dan harus mampu mamvariasikannya agar siswa dapat termotivasi untuk belajar sehingga hasil belajarnya dapat meningkat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, guru harus menjelaskan kepada siswa aktivitas yang akan dilakukan pada proses pembelajaran agar murid dapat memposisikan diri pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2.4. Hipotesis Tindakan

Gambar

Gambar 1: Skemema Pembelajaran jigsaw
Tabel 2.SKdanKDmatapelajaranIPSKelasVI Semester 2

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Model SIR dengan Imigrasi dan Sanitasi Pada Penyakit Hepatitis A; Wanda OlyviaAnggraini, 101810101031; 2014: 37 Halaman; Jurusan Matematika

Yang bersangkutan berkelakuan baik dan tidak sedang menerima beasiswa dari pihak manapun..

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan Pengadaan Sarana Produksi Pengembangan Kubis JB: Barang/jasa JP: Barang. 2,50

Koordinasi penyelenggaraan reboisasi dan penghijauan Jasa Lainnya 1

Pembuktian Kualifikasi terhadap peserta Calon Daftar Pendek Jasa Konsultansi Pengawasan Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III RSUD Drb. Koesma Kabupaten Tuban yang

8.6.1.Guru dapat mengolah hasil penilaian proses pembelajar-an untuk berbagai tujuan pada setiap standar kompetensi teknik Pemelihara-an Mekanik Industri 8.7 Melakukan

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Implementations shall support graph patterns involving terms from an RDFS/OWL class hierarchy of geometry types consistent with the one in the specified version of Simple