• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DENGAN MEDIA BUKU SAKU TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DALAM PEMILIHAN Pengaruh Pendidikan Gizi Dengan Media Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dalam Pemilihan Jajan Anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DENGAN MEDIA BUKU SAKU TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DALAM PEMILIHAN Pengaruh Pendidikan Gizi Dengan Media Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dalam Pemilihan Jajan Anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DALAM PEMILIHAN

JAJAN ANAK SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program DIII Gizi FIK UMS

Disusun Oleh:

ABIDIN DIDIK ACHMADI J 300 120 051

PROGRAM STUDI DIII GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

1

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DENGAN MEDIA BUKU SAKU TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DALAM PEMILIHAN JAJAN ANAK

SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA

Abidin Didik Achmadi*

Muwakhidah, SKM., M.Kes** dan Luluk Ria Rakhma, S.Gz., M.Gizi**

ABSTRAK

Latar Belakang: Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian quasi experiment atau eksperimen semu. Adapun pendekatan yang digunakan adalah one group pretest-posttest design, yaitu pada masing-masing kelompok diberikan pre test dan post test. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Muhammadiyah 16 Surakarta yang berjumlah 101 siswa, sedangkan sampel penelitian adalah 46 siswa kelas 4 SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sebelum melakukan pendidikan gizi dengan media buku saku termasuk dalam kategori cukup (63,0%). Tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sesudah melakukan pendidikan gizi dengan media buku diketahui mengalami peningkatan, sehingga sebagian besar siswa mempunyai pengetahuan yang termasuk dalam kategori cukup (73,9%). Terdapat pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta (p= 0,021).

Kesimpulan: Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

(4)

2

EFFECT ON FOOD NUTRITION EDUCATION WITH POCKETS OF KNOWLEDGE IN SELECTING CHILDREN SNACK

SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA

Background: Snack food holds an important role in providing energy intake and other nutrients for children of school age.

Purpose: The purpose of this study was to determine the effect of nutrition education about healthy snacks with media pocket book of knowledge in the selection of snacks elementary school children Muhammadiyah 16 Surakarta. Method: This study uses quantitative methods to research the type of quasi-experimental or quasi-quasi-experimental. The approach used was one group pretest-posttest design, ie in each group was given a pre-test and post-test. The population in this study is a 4th grade student Surakarta Muhammadiyah totaling 16 101 students, while the study sample was 46 students 4th grade 16 Muhammadiyah Surakarta.

Result: The results showed that the level of knowledge of fourth grade students in elementary school about the selection of Surakarta Muhammadiyah 16 children snack before doing nutrition education with media pocket book included in the category enough (63.0%). The level of knowledge of fourth grade students in 16 elementary Muhammadiyah Surakarta on child allowance election after doing nutrition education with media note book has increased, so most students have knowledge included in the category enough (73.9%). There is the influence of nutrition education about healthy snacks with media pocket book of knowledge in the selection of snacks 16 Surakarta Muhammadiyah elementary school children (p = 0.021).

Conclusion: It can be concluded that the influences of nutrition education about healthy snacks with media pocket book of knowledge in the selection of snacks 16 Surakarta Muhammadiyah elementary school children.

Keywords : pocket books, healthy snacks

PENDAHULUAN

Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah. Konsumsi makanan jajanan anak sekolah perlu diperhatikan karena aktivitas anak yang tinggi. Konsumsi makanan jajanan anak diharapkan dapat memberikan kontribusi energi dan zat gizi lain yang berguna untuk pertumbuhan anak (Hamida, et al, 2012). Jajanan anak sekolah

merupakan masalah yang perlu diperhatikan masyarakat, khususnya orang tua dan guru karena makanan jajanan ini sangat berisiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek dengan terjadinya sakit perut atau muntaber maupun jangka panjang seperti kanker.

(5)

3 dibina dan ditingkatkan. Upaya kesehatan tersebut adalah perbaikan gizi terutama diusia sekolah dasar yaitu usia 7-12 tahun. Gizi yang baik akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Berdasarkan hal itu, perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM yang berkualitas (Depkes RI, 2005).

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah kebiasaan makan. Kebiasaan anak senang jajan dapat berdampak buruk sebab banyak makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat beredar. Mengonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat dapat menyebabkan anak terkena penyakit dan dapat menurunkan status gizi anak (Haryanto, 2002).

Tatanan sekolah merupakan salah satu ruang lingkup promosi kesehatan. Promosi kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif karena anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan. Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2005). Edukasi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan buku saku. Pada metode edukasi gizi dengan media visual poster dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar

pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2005).

Hasil penelitian Lytle, et al., (2000); Levinger (2005) menyimpulkan bahwa keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap anak, sehingga sangat dibutuhkan dalam rangka mempromosikan pola makan yang sehat dan pemilihan makan dan pola makan yang sehat. Beberapa penelitian tentang pendidikan gizi terutama tentang besi dan kadar hemoglobin melaporkan bahwa pendidikan gizi memberikan pengaruh yang positif terhadap pengetahuan gizi besi dan kadar hemoglobin. Pendidikan gizi pada anak di sekolah dasar diberikan dengan harapan pengetahuan gizi anak dan pola makan anak akan berubah sehingga asupan makan terutama asupan besi anak akan lebih baik. Asupan besi yang lebih baik, maka kadar hemoglobin anak akan meningkat. Ada kecenderungan peningkatan rerata kadar hemoglobin, pengetahuan, sikap dan praktek pada anak sekolah yang mendapatkan model Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dengan pemberian buku tentang gizi (Kartini dkk., 2001).

(6)

4 2003). Penelitian ini membuktikan pendidikan gizi dua minggu sekali dengan alat bantu buku saku efektif untuk meningkatkan pengetahuan gizi. Hasil penelitian lain menunjukkan hasil serupa bahwa pendidikan gizi besi efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang anemia (Jamil, 2000; Rojhani & Bugaj, 2004).

SD Muhammadiyah 16 Surakarta ini letaknya berhadapan langsung dengan jalan sehingga memudahkan akses pedagang makanan jajanan dengan murid, makanan jajanan yang dijual oleh pedagang makanan jajanan kaki lima tidak aman, masih banyak murid yang membeli makanan jajanan pada pedagang makanan jajanan, dan memiliki jumlah murid terbanyak dibandingkan dengan SD di Kelurahan Karangasem sehingga kemungkinan murid terpapar makanan jajanan yang tidak aman lebih besar. Disamping itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dan sikap pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar

Usia antara 6-12 tahun merupakan usia anak duduk di sekolah dasar. Pada permulaan usia 6 tahun, anak mulai masuk sekolah sehingga anak-anak mulai masuk ke dalam dunia baru, mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar dan mulai berkenalan dengan lingkungan baru dalam hidupnya. Sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Kegembiraan di sekolah menyebabkan anak-anak sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan pada anak (Moehji, 2003).

Beberapa gambaran karakteristik anak sekolah dasar antara lain usia

anak sekolah dasar senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang dalam merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Anak sekolah dasar senang bergerak dan dapat duduk dengan tenang paling lama kira-kira 30 menit. Dalam pergaulan dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi, seperti belajar memenuhi peraturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung kepada orang lain dan diterima di lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat dan sportif (Notoatmodjo, 2003).

Status gizi pada anak ditentukan oleh konsumsi pangan dan pola asuh yang diperolehnya. Semakin baik kondisi pangan yang dikonsumsi serta semakin baik pola asuh yang diperoleh, baik dari segi kualitas maupun kuantitas maka akan semakin baik pula status gizi anak (Herdinsyah, 2007). Anak usia sekolah banyak mengkonsumsi makanan ringan atau snack sebab pada umumnya anak tidak dapat mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak sehingga membutuhkan snack agar kebutuhan gizinya terpenuhi (Brown, 2005).

Pengetahuan tentang Gizi

(7)

5 sehat. Pengetahuan menjadi domain yang penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Penanaman pengetahuan diharapkan mampu membentuk sikap yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perilaku. Upaya pendidikan kesehatan yang didesain sebaik mungkin dapat meningkatkan status gizi dan dapat memperbaiki perilaku hidup sehat seseorang (Pickett dan Hanlon, 2009).

Pendidikan Gizi

Pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dengan tujuan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat menumbuhkan minat serta perhatian para peserta didik (Haryoko, 2009). Sedangkan menurut Bastian (2006) pendidikan merupakan suatu sarana yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta merupakan alat yang dapat menghasilkan perubahan pada manusia karena dengan pendidikan dapat mengetahui apapun yang belum diketahui sebelumnya.

Pendidikan gizi diberikan agar seorang anak dapat merubah perilaku konsumsinya menjadi lebih baik. Selain itu pendidikan gizi diberikan agar dapat meningkatkan pengetahuan gizi khususnya, serta agar membentuk sikap positif terhadap makanan yang bergizi dalam rangka menciptakan kebiasaan makan yang baik (Khomsan, 2000). Sebaiknya pendidikan gizi diberikan sejak usia dini dan mulai diberikan pada murid TK dan SD, sebab mengingat pada usia ini cenderung memiliki kebiasaan sikap yang mudah dibentuk (Khomsan, 2002).

Keuntungan yang diberikan apabila pendidikan gizi diberikan kepada anak yaitu usia anak memiliki pemikiran yang terbuka dan pengetahuan yang diterima menjadi

dasar bagi kebiasaan makannya. Anak-anak mempunyai rasa keingintahuan yang besar. Sehingga program-program di sekolah dasar hendaknya dimaksudkan agar anak mampu memilih dan menikmati aneka ragam makanan yang mengandung zat gizi. Selain itu salah satu tujuan dari pendidikan gizi yaitu mengembangkan sikap serta pengetahuan mengenai peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan (Suhardjo, 2003).

Umumnya sikap kritis dan berhati-hati mengenai soal makan belum dimiliki anak Indonesia. Kurikulum pendidikan dasar belum mengajarkan ilmu gizi secara profesional. Selain itu masih jarang sekolah yang memperkenalkan acara makan siang dan diprogram dengan baik (Soekirman 2000 dalam Niryati, 2010).

Upaya pendidikan gizi di sekolah mempunyai peluang besar untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi karena siswa diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya. Oleh sebab itu informasi gizi sebaiknya perlu diterapkan dalam istilah yang sederhana serta mudah dikenal sehingga secara efektif pengetahuan mampu digunakan (Niryati, 2010).

Buku Saku sebagai Media Pendidikan Gizi

(8)

6 tarik yang dapat meningkatkan minat baca seseorang sehingga memudahkan penerima pesan untuk memahami pesan yang disampaikan. Ukuran buku saku yang kecil akan memudahkan seseorang untuk membawa maupun menyimpannya untuk dapat dibaca kapan saja bila diperlukan. Dengan demikian, buku saku sebagai media cetak dapat menjadi media alternatif untuk menyampaikan pesan dan mampu mengubah persepsi serta pengetahuan anak sekolah dasar tentang jajanan sehat.

Anderson (Dalam Sardiman, dkk : 2006; Hamalik, 2004; Miarso, dkk: 2006) mengklasifikasikan buku sebagai media cetak yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Anderson menyebutkan 3 jenis media cetak, yakni: buku teks terprogram, buku pegangan/manual, dan buku tugas. Berdasarkan pendapat Anderson tersebut, maka buku saku yang dimaksudkan dalam penelitian ini termasuk dalam buku pegangan/manual. Untuk lebih jelas,

“buku saku” yang dikembangkan ini

memiliki karateristik sebagai berikut: 1. Dikembangkan dengan

menggunakan prinsip-prinsip teknologi pembelajaran dengan maksud untuk memudahkan siswa mempelajarinya atau manfaatkan konten yang dikembangkan dalam buku tersebut.

2. Berisi pesan-pesan bimbingan dan konseling belajar yang mudah dipahami dan praktis untuk diterapkan siswa. Hal ini disebabkan karena pesan-pesan tersebut dikembangkan dalam bahasa sederhana, jelas, singkat dan padat, dan praktis.

3. Dibuat dalam bentuk kecil, yang

dapat diisi di “saku” baju, sehingga

dapat dibawa ke mana-mana. Dengan demikian setiap saat dapat dibaca, misalnya dalam kendaraan,

sedang menunggu pergantian guru, atau ketika guru tidak mengajar.

4. Dilengkapi dengan design cover, huruf dan warna sehingga menarik bagi siswa untuk memilikinya.

Hasil penelitian Harris, Bargh & Brownell (2009) menyebutkan bahwa anak akan lebih banyak mengkonsumsi jajanan setelah melihat iklan makanan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Hawkins dan Allison (2009) yang menyatakan bahwa anak-anak mempelajari dan mengembangkan pengetahuan tentang kesehatan dari berbagai sumber, misalnya sekolah, keluarga, buku, label nutrisi dan media yang lainnya. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa televisi merupakan media utama yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anak tentang kesehatan. Meskipun demikian, perkembangan teknologi media audio visual sekaran ini tidak menyurutkan kehadiran media cetak sebagai salah satu sumber informasi yang digemari masyarakat. Media cetak disamping lebih murah, dapat sewaktu-waktu diakses oleh anak usia sekolah sehingga intensitas paparan yang lebih sering dapat meningkatkan efektifitas pesan.

(9)

7 sederhana, (2) meningkatkan daya tarik dan perhatian pembelajar dan (3) meningkatkan sistematika pembelajaran (Hasyim, 2008).

Materi dan istilah-istilah tentang penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang dimuat dalam buku saku menggunakan kata-kata yang sederhana, selain itu buku saku juga berisi gambar gambar seperti nyata sehingga responden dapat membaca sekaligus melihat contoh makanan yang bergizi dan penyakit penyakit yang disebabkan karena kekurangan gizi melalui gambar. Materi buku saku juga memuat contoh dalam bentuk cerita pendek agar responden lebih dapat memahami dan mengerti hubungan antara informasi yang diperoleh mereka dengan masalah mereka sendiri. Menurut Rapiasih, Dkk, (2010) Pancaindera menentukan berapa banyak informasi yang diserap jika melibatkan mata, telinga disertai diskusi, latihan dan penggunaan, maka informasi akan terserap 90%. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Reppie (2007) yang mendapati bahwa konseling gizi dengan buku saku dapat mempengaruhi penurunan asam urat darah dan asupan purin. Persamaan ini juga dimungkinkan karena faktor pendidikan, pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang termasuk dalam memanfaatkan informasi tentang gizi.

Jajan Sehat dalam Pandangan Islam Makanan merupakan asupan gizi yang dibutuhkan, oleh karena itu asupan yang akan dicerna oleh tubuh harus mempunyai standarisasi empat sehat lima sempurna, dewasa ini perkembangan ketertarikan masyarakat terhadap beberapa produk makanan dan jajanan merupakan peluang usaha yang prospektif untuk ditekuni oleh industri kecil atau industri rumah tangga. Banyaknya persaingan

produk makanan dan jajanan, distributor atau home industry harus menyajikan makanan dan jajanan secara menarik untuk mempengaruhi daya minat konsumen membeli produk tersebut. Oleh karena itu, penggunaan bahan tambahan makanan (BTM) dalam pembuatan makanan,minuman, maupun jajanan makin pesat seiring dengan makin banyaknya jenis makanan, minuman, dan jajanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi, baik dalam kondisi siap saji maupun setelah diawetkan selama waktu tertentu (Setijo Pitojo & Zumiati, 2009).

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis. Tetapi, sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan (Winarno, 2008). Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam, merata dan setabil, Sehingga hal ini dapat menarik minat konsumen. Islam sangat menganjurkan makan dam minum yang baik dan halal, tentunya hal ini tidak lepas dari kebutuhan pokok kesehatan. Di samping itu, al-Qur’an telah meletakkan kaidah untuk makanan yang baik dan yang diharamkan (Asyhari, 2009). Dalam firman-Nya Qs Al-A’raf (7) ayat 157 disebutkan:

“(yaitu) orang-orang yang mengikut

(10)

8 yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung” (Qs

Al-A’raf ayat 157).

At tayyibat (yang baik-baik) adalah semua yang dianggap baik dan dinikmati oleh manusia, tanpa adanya nash/dalil pengharamannya (Asyhari, 2009). Begitu pula jika dianggap kotor maka makanan atau jajanan itu diharamkan:

dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah” (Qs Al Mukminun: 12).

Berdasarkan ayat tersebut bahwa manusia diciptakan dari sari pati (berasal) dari tanah maka kedudukan makanan dalam Islam sangat diperhatikan kemurnian dan kehalalannya untuk dikonsumsi. Makanan dan jajanan adalah kebutuhan pokok, secara tidak langsung bisa dikatakan kebutuhan tersebut tidak dapat dihindari, baik yang bersifat jajanan dan makanan yang diperjualbelikan olehpedagang. Anwar al-Mufti memberikan keterangan bahwa usus akan menyerap air yang mengandung gula kurang dari lima menit (Fauzi Muhammad, 2007) bila terdapat dalam campuran susu kedelai yang diedarkan setiap harinya, maka konsumen akan telah mengkonsumsi zat kimia yang terkandung dalam zat pewarna sintetis (Winarno, 2008).

Ketidaktahuan konsumen sering kali menjadi keuntungan bagi home industry dan pedagang, bahwa

makanan itu layak atau tidak untuk dikonsumsi. Apakah makanan dan jajanan tersebut sudah aman dari zat-zat kimiawi ataupun tidak, dan bagaimana pandangan hukum Islam apakah ini nanti termasuk dalam satu penipuan terhadap konsumen

Islam sangat memperhatikan terhadap asupan makanan yang baik dan halal dari manfaat berbagai aspek, intelektual, fisik maupun mental (Abdul Basith, 2004). Dari asupan makanan dan minumam yang dicerna oleh manusia, akan menimbulkan dan menghasilkan berbagai kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh dan keturunan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, makanan dan minuman suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Dari dunia sampai akhirat nanti, makan dan minuman akan dipertanyakan oleh Allah SWT., maka

al-Qur’an dan sunnah mengajarkan

koridor-koridor makanan yang baik dan halal.

Kodrat Allah dan kemu’jizatan-Nya

juga menghendaki ini (Jamaluddin Mahran, 2006). Dimana makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh haruslah mengcover dari empat sehat lima sempurna, esensi dari jaminan kesehatan yang harus didapatkan oleh konsumen haruslah terjamin tanpa adanya zat-zat yang ditambahkan dalam makan, yang bersifat kimiawi yang bisa merusak organ tubuh manusia itu sendiri. Asupan gizi yang murni dan alami tanpa adanya tambahan zat sintetis adalah suatu keharusan yang didapat oleh tubuh, daya tahan imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit akan lebih tinggi dan baik. dan dilarangnya makan yang berlebih-lebihan.

METODE PENELITIAN

(11)

9 mana peneliti tidak mampu mengubah kondisi variabel independen yang kita perlakukan sebagai perlakuan atau treatment (Slamet, 2008). Adapun pendekatan yang digunakan adalah one group pretest-posttest design, yaitu pada masing-masing kelompok diberikan pre test dan post test. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan).

Peneliti mengambil populasi siswa kelas 4 SD Muhammadiyah 16 Surakarta yang berjumlah 101 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel penelitian adalah sebesar 50 siswa. Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana pemilihannya berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Cara seperti ini baik sekali untuk dilakukan apabila tidak terdapat atau sulit menentukan atau menemukan kerangka sampel, meski dapat juga dilakukan pada populasi yang kerangka sampelnya sudah ada (Notoatmodjo, 2005).

Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan setelah data terkumpul yang diperoleh dari kuesioner untuk menguji hipotesis penelitian, maka perlu dicari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan fasilitas komputer yaitu program SPSS versi 18.0. Karena desain penelitian ini one group pretest-posttest design, maka digunakan alat analisis paired sample t-test dengan syarat data berdistribusi secara normal.

Analisis paired sampel t-test digunakan untuk membuktikan pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD

Muhammadiyah 16 Surakarta. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai asymp. sig. (p value). Apabila nilai p < 0,05 menunjukkan signifikan maka terdapat pengaruh pendidikan gizi dengan media buku saku terhadap pengetahuan pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta, sedangkan jika p > 0,05 maka menunjukkan tidak terdapat pengaruh pendidikan gizi dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Penelitian ini sedianya akan dilakukan pada 50 siswa kelas IV SD Muhammadiyah 16 Surakarta, namun berhubung dalam perjalanan penelitian terdapat 4 siswa yang masuk dalam kriteria eksklusi yakni tidak hadir dan mengundurkan diri dalam proses penelitian, maka penelitian ini dilakukan pada 46 siswa kelas IV SD Muhammadiyah 16 Surakarta. Adapun pembahasan hasil analisis data penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan bivariat.

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik subyek penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan dalam pemilihan jajan anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan gizi melalui media buku saku.

1. Pengetahuan Siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang Pemilihan Jajan Anak sebelum melakukan Pendidikan Gizi dengan Media Buku Saku

(12)

10 gizi dengan media buku saku diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1.

Statistik Diskriptif Pengetahuan Siswa sebelum melakukan Pendidikan Gizi

dengan Media Buku Saku

n Min Maks Mean Std. Deviasi 46 36 80 58,69 9,50

Hasil analisis statistik diskriptif tentang pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sebelum melakukan pendidikan gizi dengan media bukus sakut diketahui bahwa nilai minimum adalah 36; nilai maksimum adalah 80 dan rata-rata adalah 58,69 + 9,50; hal ini menunjukkan bahwa sebelum melakukan pendidikan gizi dengan media buku saku tingkat pengetahuan siswa tentang pemilihan jajan sehat termasuk dalam kategori cukup.

Berdasarkan hasil analisis univariat untuk tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sebelum melakukan pendidikan gizi dengan media buku saku diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai pengetahuan yang termasuk dalam kategori cukup (63,0%), sementara hanya 6,5% atau 3 siswa yang mempunyai pengetahuan dengan kategori baik. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hermina. et al (2008) tentang efek intervensi pendidikan berbasis sekolah pada anak usia 9-10 di Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan intervensi pendidikan berbasis sekolah tingkat pengetahuan anak tentang gizi 91,7% atau 33 anak termasuk dalam kategori kurang baik dan hanya terdapat 8,3% atau 3 anak yang mempunyai pengetahuan baik.

Adapun untuk mengetahui lebih jelas tentang tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sebelum melakukan pendidikan gizi dengan media buku dapat dilihat pada Gambar 1. sebagai berikut:

Gambar 1.

Tingkat Pengetahuan Siswa sebelum melakukan Pendidikan Gizi dengan

Media Buku Saku

Pendidikan gizi diberikan agar seorang anak dapat merubah perilaku konsumsinya menjadi lebih baik. Selain itu pendidikan gizi diberikan agar dapat meningkatkan pengetahuan gizi khususnya, serta agar membentuk sikap positif terhadap makanan yang bergizi dalam rangka menciptakan kebiasaan makan yang baik (Khomsan, 2000). Sebaiknya pendidikan gizi diberikan sejak usia dini dan mulai diberikan pada murid TK dan SD, sebab mengingat pada usia ini cenderung memiliki kebiasaan sikap yang mudah dibentuk (Khomsan, 2002).

2. Pengetahuan Siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang Pemilihan Jajan Anak sesudah melakukan Pendidikan Gizi dengan Media Buku Saku

Buku saku mampu menyebarluaskan informasi dengan lebih cepat dan dengan jangkauan yang lebih luas. Selain itu, buku saku mengandung unsur teks, gambar dan foto yang apabila disajikan dengan

6.50%

63.00% 30.50%

(13)

11 baik akan mampu menimbulkan daya tarik yang dapat meningkatkan minat baca seseorang sehingga memudahkan penerima pesan untuk memahami pesan yang disampaikan. Ukuran buku saku yang kecil akan memudahkan seseorang untuk membawa maupun menyimpannya untuk dapat dibaca kapan saja bila diperlukan. Hasil analisis univariat untuk tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sesudah melakukan pendidikan gizi dengan media buku diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2.

Statistik Diskriptif Pengetahuan Siswa sesudah melakukan Pendidikan Gizi

dengan Media Buku Saku n Min Maks Mean Std.

Deviasi 46 40 80 59,91 9,02

Hasil analisis statistik diskriptif tentang pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sesudah melakukan pendidikan gizi dengan media buku saku diketahui bahwa nilai minimum adalah 40; nilai maksimum adalah 80 dan rata-rata adalah 59,91 + 9,02; hal ini menunjukkan bahwa sesudah melakukan pendidikan gizi dengan media buku saku tingkat pengetahuan siswa tentang pemilihan jajan sehat termasuk dalam kategori cukup.

Berdasarkan hasil analisis univariat untuk tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sesudah melakukan pendidikan gizi dengan media buku diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai pengetahuan yang termasuk dalam kategori cukup (73,9%), sementara hanya 10,9% atau 5 siswa mempunyai pengetahuan dengan kategori baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Eliana dan Solikhah (2012) tentang penggunaan media buku saku untuk meningkatkan pengetahuan gizi anak kelas V SD Muhammadiyah Dadapan Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan pendidikan gizi dengan menggunakan media buku saku seluruh anak (100%) mempunyai pengetahuan gizi yang baik.

Adapun untuk mengetahui lebih jelas tentang tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sesudah melakukan pendidikan gizi dengan media buku dapat dilihat pada Gambar 2. sebagai berikut:

Gambar 2

Tingkat Pengetahuan Siswa sesudah melakukan Pendidikan Gizi dengan

Media Buku Saku

Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan pengetahuan mengenai peran makanan dan zat gizi, sumber zat gizi yang terdapat pada makanan, makanan yang aman dimakan sehingga tidak menyebabkan sakit, dan cara mengolah makanan yang baik, serta cara hidup yang sehat. Pengetahuan menjadi domain yang penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Analisis Bivariat

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis bivariat. Analisis bivariat dalam penelitian ini

10.90%

73.90% 15.20%

(14)

12 bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta. Analisis

bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis Paired Sample t test. Adapun berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.

Pengaruh Pendidikan Gizi tentang Makanan Jajanan Sehat dengan Media Buku Saku terhadap Pengetahuan dalam Pemilihan Jajanan Anak

SD Muhammadiyah 16 Surakarta

Pendidikan Gizi n Rata-Rata thitung p

Sebelum Pendidikan Gizi 46 58,69 (+ 9,505)

-2,384 0,021* Sesudah Pendidikan Gizi 46 59,91 (+ 9,023)

* Uji Paired Sample t Test

Pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta diketahui bahwa sebelum mendapatkan pendidikan gizi dengan menggunakan media buku sakut diperoleh nilai rata-rata tingkat pengetahuan sebesar 58,69 (+ 9,505), sedangkan sesudah dilakukan pendidikan gizi dengan menggunakan media buku saku mengalami peningkatan nilai rata-rata tingkat pengetahuan sebesar 59,91 (+9,023). Hasil tersebut menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya peningkatan tingkat pengetahuan sesudah dilakukan pendidikan gizi dengan menggunakan media buku saku. Berdasarkan hasil uji Paired Sample diperoleh nilai thitung = -2,384 dengan

p= 0,021. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa p < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat

pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

(15)

13 tersebut disebabkan adanya istilah-istilah yang sulit dipahami oleh siswa seperti pemanis buatan dan pewarna alamiah serta penyakit kanker usus. Istilah-istilah semacam itu sangat asing ditelinga siswa, sehingga hampir 60% siswa tidak mampu menyajawab pertanyaan tersebut dengan benar.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Eliana dan Solikhah (2012) tentang penggunaan media buku saku untuk meningkatkan pengetahuan gizi anak kelas V SD Muhammadiyah Dadapan Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku saku Gizi memberikan pengaruh terhadap pengetahuan gizi anak kelas 5 SD Muhammadiyah Dadapan di Desa Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Promosi kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif karena anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan. Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2005). Edukasi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan buku saku. Pada metode edukasi gizi dengan media visual poster dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2005).

Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Upaya

kesehatan tersebut adalah perbaikan gizi terutama diusia sekolah dasar yaitu usia 7-12 tahun. Gizi yang baik akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Jadi perbaikan gizi anak sekolah dasar khususnya merupakan langkah strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM yang berkualitas (Depkes RI, 2005).

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah kebiasaan makan. Kebiasaan anak senang jajan dapat berdampak buruk sebab banyak makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat beredar. Mengonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dan tidak sehat dapat menyebabkan anak terkena penyakit dan dapat menurunkan status gizi anak (Haryanto, 2002).

Buku saku adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar. Hasil penelitian Kartini dkk., (2001) menunjukkan ada kecenderungan peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek pada anak sekolah yang mendapatkan model Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dengan pemberian buku tentang anemia. Selanjutnya pemberian pendidikan gizi dengan metode partisipasi, ditambah suplementasi tablet besi satu minggu dua kali selama 12 minggu dapat meningkatkan pengetahuan, sikap siswi SLTP tentang anemia (Sakti dkk., 2003).

(16)

14 baik (Khomsan, 2000). Sebaiknya pendidikan gizi diberikan sejak usia dini dan mulai diberikan pada murid TK dan SD, sebab mengingat pada usia ini cenderung memiliki kebiasaan sikap yang mudah dibentuk (Khomsan, 2002).

Menurut Ritonga (2008), buku saku mampu menyebarluaskan informasi dengan lebih cepat dan dengan jangkauan yang lebih luas. Selain itu, buku saku mengandung unsur teks, gambar dan foto yang apabila disajikan dengan baik akan mampu menimbulkan daya tarik yang dapat meningkatkan minat baca seseorang sehingga memudahkan penerima pesan untuk memahami pesan yang disampaikan. Ukuran buku saku yang kecil akan memudahkan seseorang untuk membawa maupun menyimpannya untuk dapat dibaca kapan saja bila diperlukan. Dengan demikian, buku saku sebagai media cetak dapat menjadi media alternatif untuk menyampaikan pesan dan mampu mengubah persepsi serta pengetahuan anak sekolah dasar tentang jajanan sehat.

Pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta diketahui bahwa terdapat pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

Media cetak merupakan media yang paling dekat dengan siswa. Materi cetak juga menempati posisi penting dalam pendidikan kesehatan karena memberikan pesan jelas yang dapat dibawa kerumah. Materi itu efektif dalam memperkuat informasi yang disampaikan secara lisan ataupun bila memang digunakan sebagai media untuk menyampaikan

informasi itu sendiri (Bensley dan Fisher, 2009). Media digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena memiliki kemampuan untuk (1) menyajikan peristiwa yang kompleks dan rumit menjadi lebih sistematik dan sederhana, (2) meningkatkan daya tarik dan perhatian pembelajar dan (3) meningkatkan sistematika pembelajaran (Hasyim, 2008).

Hasil penelitian Harris, Bargh & Brownell (2009) menyebutkan bahwa anak akan lebih banyak mengkonsumsi jajanan setelah melihat iklan makanan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Hawkins dan Allison (2009) yang menyatakan bahwa anak-anak mempelajari dan mengembangkan pengetahuan tentang kesehatan dari berbagai sumber, misalnya sekolah, keluarga, buku, label nutrisi dan media yang lainnya. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa televisi merupakan media utama yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anak tentang kesehatan. Meskipun demikian, perkembangan teknologi media audio visual sekarang ini tidak menyurutkan kehadiran media cetak sebagai salah satu sumber informasi yang digemari masyarakat. Media cetak disamping lebih murah, dapat sewaktu-waktu diakses oleh anak usia sekolah sehingga intensitas paparan yang lebih sering dapat meningkatkan efektifitas pesan.

(17)

15 dalam bentuk cerita pendek agar responden lebih dapat memahami dan mengerti hubungan antara informasi yang diperoleh mereka dengan masalah mereka sendiri. Menurut Rapiasih, Dkk, (2010) Pancaindera menentukan berapa banyak informasi yang diserap jika melibatkan mata, telinga disertai diskusi, latihan dan penggunaan, maka informasi akan terserap 90%. Hal yang sama juga didapatkan pada penelitian Reppie (2007) yang mendapati bahwa konseling gizi dengan buku saku dapat mempengaruhi penurunan asam urat darah dan asupan purin. Persamaan ini juga dimungkinkan karena faktor pendidikan, pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang termasuk dalam memanfaatkan informasi tentang gizi.

Makanan merupakan asupan gizi yang dibutuhkan, oleh karena itu asupan yang akan dicerna oleh tubuh harus mempunyai standarisasi empat sehat lima sempurna, dewasa ini perkembangan ketertarikan masyarakat terhadap beberapa produk makanan dan jajanan merupakan peluang usaha yang prospektif untuk ditekuni oleh industri kecil atau industri rumah tangga. Banyaknya persaingan produk makanan dan jajanan, distributor atau home industry harus menyajikan makanan dan jajanan secara menarik untuk mempengaruhi daya minat konsumen membeli produk tersebut. Oleh karena itu, penggunaan bahan tambahan makanan (BTM) dalam pembuatan makanan,minuman, maupun jajanan makin pesat seiring dengan makin banyaknya jenis makanan, minuman, dan jajanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi, baik dalam kondisi siap saji maupun setelah diawetkan selama waktu tertentu (Setijo Pitojo & Zumiati, 2009).

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita

rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis. Tetapi, sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan (Winarno, 2008). Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam, merata dan setabil, Sehingga hal ini dapat menarik minat konsumen. Islam sangat menganjurkan makan dam minum yang baik dan halal, tentunya hal ini tidak lepas dari kebutuhan pokok kesehatan, sebagaimana dalam firman-Nya Qs Al-A’raf (7) ayat 157 disebutkan:

“(yaitu) orang-orang yang mengikut

rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung” (Qs

Al-A’raf ayat 157).

(18)

16 yang dibutuhkan oleh tubuh dan keturunan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, makanan dan minuman suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Dari dunia sampai akhirat nanti, makan dan minuman akan dipertanyakan oleh Allah SWT., maka

al-Qur’an dan sunnah mengajarkan

koridor-koridor makanan yang baik dan halal.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sebelum melakukan pendidikan gizi dengan media buku saku termasuk dalam kategori cukup (63,0%).

2. Tingkat pengetahuan siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 16 Surakarta tentang pemilihan jajan anak sesudah melakukan pendidikan gizi dengan media buku diketahui mengalami peningkatan, sehingga sebagian besar siswa mempunyai pengetahuan yang termasuk dalam kategori cukup (73,9%).

3. Terdapat pengaruh pendidikan gizi tentang makanan jajanan sehat dengan media buku saku terhadap pengetahuan dalam pemilihan jajanan anak SD Muhammadiyah 16 Surakarta, sehingga menunjukkan bahwa pendidikan gizi dengan menggunakan media buku saku yang mengandung unsur teks, gambar dan foto yang apabila disajikan dengan baik akan mampu menimbulkan daya tarik yang dapat meningkatkan minat baca seseorang sehingga

memudahkan penerima pesan untuk memahami pesan yang disampaikan.

Saran

Adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Pendidikan di Sekolah Dasar

a. Pendidikan gizi secara umum dan khusus seharusnya sejak dini diberikan pada anak usia Sekolah Dasar, agar dapat dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku konsumsi makan anak sekolah, karena anak usia sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit yang disebabkan kekurangan gizi dan merupakan kelompok yang strategi dalam upaya perubahan perilaku terhadap gizi dan kesehatan di masa depan.

b. Penggunakan media dapat menjadi masukan bagi para guru dan Sekolah dalam meningkatkan pengetahuan gizi pada anak Sekolah.

2. Bagi Pemerintah

a. Menyusun kurikulum pendidikan dengan menyisipkan materi-materi tentang pendidikan gizi, terutama pada sekolah tingkat dasar, sehingga akan memberikan pemahaman dalam pemilihan makanan yang sehat.

b. Berkolaborasi dengan berbagai instansi terkait dalam upaya meningkatkan pemahaman pada anak usia sekolah terkait dengan pemilihan jajan yang sehat.

(19)

17 meningkatkan sikap dan perilaku anak terkait tentang gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Basith Muhammad Sayyid. 2004. Rahasia Kesehatan Nabi. Solo: Tiga Serangkai.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad Azhar. 2003. Media

Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Arsyad A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.

Bastian I. 2006. Akuntansi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.1.52.0685 tahun 2005 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. Jakarta : BPOM. Brown JE et al. 2005. Nutrition

Through The Life Cycle. Balmont, USA: Thomson Wadsworth. Contento IR. 2007. Nutrition Education

: Linking Research, Theory, and Practice. Sudbury : Jones and Bartlett Publishers.

Departemen Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Depkes. RI, 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan untuk petugas). Jakarta.

Gentong, Aryo Wisanggeni. 2011. Gwen yang Diam dalam

Kesendirian. Kompas. 6 Maret 2011, halaman 20.

Handari, R. T. Siti dan Siti Humaeroh. 2005. Perbedaan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Sekolah Berdasarkan Status Sosial Ekonomi di Jakarta Selatan Tahun 2004. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pp : 157-159.

Haryoko S. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro. Diakses : 30

Oktober 2013.

http://journal.uny.ac.id/.

Herdinsyah Persagi. 2007. Kesehatan masyarakat. Diakses : 14

Desember 2013.

http://www.depkes.go.id/index.ph p?option=news&task=viewarticle& sid=2485&Itemid=2.

Jatmika H. 2005. Pemanfaatan Media Visual dalam Menunjang Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Khapipah. 2000. Kebiasaan Makan

Pagi dan Jajan serta Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [diktat]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

(20)

18 Khomsan A, Anwar F. 2008. Sehat itu

Mudah. Jakarta : Hikmah.

Lisdiana. 2003. Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Bandar Lampung.

Lucie, S. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia. Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta :

Papar Sinar.

Moehji S. 2003. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : Bharata Karya Aksara.

Mulyono, Hasyim. 2008. Buku Pintar Komputer. Kriya Pustaka, Jakarta. Nasution, Diana Irene. 2003. Kartun Sebagai Medium Diskriminasi, dalam Jurnalisme Anti Toleransi?. Medan : Penerbit Kipas dan Bina Insani. Hlm 117-126.

Niryati S. 2010. Pentingnya Pendidikan Gizi Bagi Anak-Anak. Diakses : 14 Oktober 2013. http://www.e-smartschool.co.id.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Pusat : PT. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam. 2003. Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pickett G, Hanlon JJ. 2009. Kesehatan Masyarakat: Administrasi dan Praktik (Edisi 9). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. RANPG 2007. Rencana Aksi Nasional

Pangan dan Gizi 2006-2010. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riwidikdo. 2007. Metodelogi Penelitian

Kesehatan. Jakarta : Bina Pustaka.

Sakti H, Rachmawati B, Rafliudin M Z, 2003 Pengaruh Suplementasi Tablet Besi dan Pendidikan Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktek tentang Anemi dan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Remaja Putri. Media medika Indonesia Vol 38.th I. 24-30

Setiadi. 2007. Konsep Penulisan Riset Keperawatan. Jogyakarta : Graha Ilmu.

Setijo Pitojo & Zumiati. 2009. Pewarna Nabati Makanan. Yogyakarta: Kanisius.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.

Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC. Jakarta. Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi

Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Jilid Tiga. Yogyakarta : Penerbit Andi. Syekh Fauzi Muhammad. 2007.

Hidangan Islam dan Ulasan Komprehansif Berdasarkan

Syari’at dan Sain Moderen. Jakarta:

Gema Insani Prees.

(21)

19 Wawan, A. dan Dewi. M. 2011. Teori

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Winarno. 2008. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Abidin Didik Achmadi*: Mahasiswa DIII Ilmu Gizi FIK UMS

Muwakhidah, SKM., M.Kes**: Dosen FIK UMS

Gambar

Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perancangan serta pengukuran kinerja dengan menggunakan metode performance prism dan objective matrix , didapatkan 34 KPI yang tersebar dalam empat stakeholder

Berdasarkan hasil N-Gain dan hasil uji hipotesis dengan rumus uji-t yang telah dihitung di bab IV bahwa thitung &gt; ttabel maka dapat disimp ulkan bahwa ‘Terdapat

Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan analisis data yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama: Penerapan strategi

19.Dokumen Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I, II dan III .... Implementasi Model Pembelajaran Jigsaw Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar

1) Pemasaran sponsorship ( sponshorship marketing ) adalah aplikasi dalam mempromosikan perusahaan dan merek dengan mengasosiasikan perusahaan atau salah satu dari merek

Hasil analisis menunjukkan bahwa sirkualsi pendingin secara alami pada SSSR masih dapat terjadi ketika daya mengalami perubahan pada rentang antara 74% sampai dengan 125% daya

Optimasi Penjadwalan Pembangkitan Unit Thermal Dengan Memperhitungkan Rugi-Rugi Saluran Transmisi Berbasis Algoritma Back Propagation.. Universitas Pendidikan Indonesia |

B Berdasarkan pergasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini genggunakan jenis penelitian deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross- sectional yang