• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BUAH KURMA AJWAH (Phoenix dactylifera) PADA TIKUS PUTIH Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Kurma Ajwah (Phoenix Dactylifera) Pada Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Dengan Parasetamol.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BUAH KURMA AJWAH (Phoenix dactylifera) PADA TIKUS PUTIH Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Kurma Ajwah (Phoenix Dactylifera) Pada Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Dengan Parasetamol."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BUAH

KURMA AJWAH (Phoenix dactylifera) PADA TIKUS PUTIH

JANTAN YANG DIINDUKSI DENGAN PARASETAMOL

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

AKHLIS AMRUDIN FAHLEVI

K 100 100 057

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

1

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BUAH

KURMA AJWAH (Phoenix dactylifera) PADA TIKUS PUTIH

JANTAN YANG DIINDUKSI DENGAN PARASETAMOL

ANALYSIS OF ANTIOXIDANT ACTIVITIES OF ETHANOL EXTRACT DATE PALM FRUIT (Phoenix dactylifea) IN MALE RAT INDUCED

PARACETAMOL

Akhlis Amirudin Fahlevi*, Arifah Sri Wahyuni

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta *Email: akhlisfahlevi@gmail.com

ABSTRAK

Antioksidan merupakan senyawa penting bagi tubuh manusia karena berfungsi untuk menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif, kronis, bahkan kematian. Senyawa flavonoid dan fenolik dalam buah kurma memiliki aktivitas antioksidan yang dapat menghambat kenaikan lipid peroksida dan protein oksida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol buah kurma Ajwah (Phoenix dactylifera) secara in vivo.

Hewan uji yang digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan putih galur

Wistar dan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kontrol negatif (parasetamol 2,5 mg/kgBB), dan 3 kelompok perlakuan menggunakan ekstrak kurma dengan dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB. Pengukuran kadar malondialdehida dilakukan pada hari ke-0, 8, 9, dan 10 menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ=532 nm). Analisis statistik hasil menggunakan software SPSS statistics 17.0 for windows.

(4)

2 determine the antioxidant activity of the ethanol extract of date fruit Ajwah (Phoenix dactylifera) with in vivo.

Animals were used as much as twenty wistar male rat were divided into 4, they are negative control (paracetamol 2.5 mg/kgbw) and 3 treatment groups using date extract at dose 250, 500, and 1000 mg/kgbw. Malondialdehyde levels were measured on days 0,8th, 9th, and 10th use a UV-Vis spectrophotometer (λ = 532 nm). Statistical analysis of the results using statistics software SPSS 17.0 for Windows.

The results showed levels of malondialdehyde (MDA) on day 10th of negative control, treatment doses of 250, and 500 mg/bw, respectively, are 1.298 ± 0.322; 0.916 ± 0.237; and 0.902 ± 0.359 mol/ml. Statistical analysis showed a decrease in MDA level of negative control and treatment groups were not significantly different (p>0.05). The results of histopathology showed liver and kidney condition of animal testing with treatment doses of 250 and 500 mg/bw in a good condition, but at treatment dose of 1000 mg/bw were found a vacuolar degeneration.

Key words : Phoenix dactylafera, antioxidant, malondialdehyde (MDA),

paracetamol

PENDAHULUAN

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki elektron-elektron

yang tidak berpasangan (unpaired), hal itu dapat menyebabkan radikal bebas

menjadi senyawa yang sangat reaktif terhadap sel-sel tubuh dengan cara mengikat

elektron molekul pada sel dan dapat menyebabkan oksidasi yang berlebihan

(Umayah & Amrun, 2007). Menurut Sholihah & Widodo (2008), secara

sederhana, radikal bebas sering disebut produk oksigen yang tereduksi secara

parsial, karena berpotensi untuk menghasilkan reaksi radikal dalam sistem

biologis. Radikal bebas dalam kadar yang normal sangat diperlukan oleh tubuh

untuk kelangsungan beberapa proses fisiologis, terutama untuk transportasi

elektron, namun radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh

karena oksidasi yang berlebihan terhadap asam nukleat, protein, lemak dan sel

DNA, sehingga dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif seperti jantung

koroner, katarak, gangguan kognisi, kanker, dan kerusakan makromolekul yang

(5)

3

Secara normal tubuh manusia memiliki sistem pelindung yang luas

berupa antioksidan alamiah yang berfungsi dalam mengendalikan radikal bebas.

Bila pengendalian gagal karena terjadi kelebihan radikal bebas dan kekurangan

relatif dari antioksidansia, maka dapat menyebabkan stres oksidatif sehingga

berdampak pada kerusakan sel dan organ (Tjay & Rahardja, 2002). Kelebihan

radikal bebas dapat disebabkan dua faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) dan

faktor dari luar (eksternal). Faktor dari dalam timbul dari tubuh manusia yang

disebabkan karena stres dan penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus dan

hiperkolesterolemia (Wresdiyati et al, 2007), sedangkan faktor dari luar timbul

karena aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, yaitu asap rokok, makanan

yang digoreng dan dibakar, paparan sinar matahari berlebih, obat-obatan tertentu,

racun, dan polusi (Umayah & Amrun, 2007). Menurut Gomes et al (2005),

malondialdehida (MDA) merupakan suatu radikal bebas hasil dari metabolit lipid

peroksida yang secara luas digunakan sebagai biomarker biologis untuk menilai

stress oksidatif. Lipid peroksida terbentuk karena kelebihan produk ROS (reactive

oxygen species) yang menyerang komponen sel (membran lipid dan protein)

dengan melibatkan residu asam lemak ganda dari fosfolipid yang sangat sensitif

terhadap oksigen. Setelah terbentuk, radikal peroksil (ROO•) disusun kembali

melalui reaksi siklikisasi pada endoperoksida (perkursor malondialdehid) dengan

produk akhir dari proses peroksidasi menjadi MDA (Valko et a.l, 2007).

Kerusakan akibat adanya radikal bebas dapat dicegah oleh senyawa

antioksidan, karena mempunyai potensi untuk menanggulangi proses oksidatif

sebagai dampak negatif adanya radikal bebas (Desminarti et al, 2012).

Antioksidan merupakan senyawa penting bagi tubuh manusia karena berfungsi

dalam menangkap radikal bebas yang banyak terbentuk dalam tubuh. Sebagian

besar sumber antioksidan alami yaitu tanaman yang mengandung senyawa fenolik

yang tersebar diseluruh bagian tanaman, baik di kayu, biji, daun, buah, akar, dan

bunga. Senyawa fenolik dan flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau

mereduksi radikal bebas (Marliana, 2012). Buah kurma mengandung senyawa

yang memiliki aktivitas antioksidan. Adapun jenis kurma yang dipakai dalam

(6)

4

merah saat belum matang kemudian berubah menjadi sawo matang. Ajwah

merupakan salah satu jenis kurma yang terkenal di Madinah (Hammad, 2011).

Menurut Vyawahre et al. (2009), kurma diketahui memiliki beragam aktivitas

biologis seperti antiulkus, antikanker, antidiare, efek pada gastrointestinal,

hepatoprotektif, antimutagenik, antioksidan, efek pada sistem reproduksi,

antiinflamasi, antivirus, antihemolitik, antihiperlidemik, dan nefroprotektif.

Senyawa dalam kurma yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi senyawa

fenolik, flavonoid, dan procyanidin. Kurma jenis Deglet Nour yang diekstraksi

dengan aquadest terbukti memiliki efek yang sama dengan vitamin C yaitu secara

signifikan dapat menurunkan MDA tikus yang telah diinduksi dengan dimetoat

(Saafi et al., 2011). Kandungan vitamin C dan E, β-karoten, dan retinol yang

tinggi pada ekstrak metanol kurma Zaghlool dapat menurunkan kadar MDA tikus

yang mengalami stress oksidatif (Mohamed & Al-Okbi, 2004).

Salah satu penyebab meningkatnya radikal bebas pada tubuh manusia

yaitu karena hepatotoksisitas atau kerusakan hati yang disebabkan oleh

obat-obatan tertentu. Shenoy et al (2012), menyatakan pemberian parasetamol dengan

dosis yang berlebihan (overdose) dapat menyebabkan hepatotoksisitas dan

meningkatkan MDA pada hati yang signifikan dibandingkan dengan kontrol

normal yang diberi Gom acacia. Hepatotoksisitas disebabkan produk dari reaksi

reaktif N-asetil-p-benzoquinon imina (NAPQI) yang dihasilkan oleh sistem

sitokrom P450 pada hati yang berlebihan (overdose). Secara normal NAPQI akan

didetoksifikasi oleh glutathione menjadi senyawa non toksik yang kemudian

diekskresikan oleh ginjal (Knight et al, 2003).

Sejauh pengetahuan penulis belum pernah ada penelitian tentang

aktivitas antioksidan pada kurma Ajwah dengan melihat penurunan profil kadar

(7)

5

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ekperimental ini menggunakan model posttest only

dengan kelompok kontrol (posttest only with control group) untuk mengetahui

potensi ekstrak etanol buah kurma Ajwah dalam kadar malondialdehida pada

hewan uji. Subjek adalah 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Wistar yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan.

2. Variabel Penelitian

Variabel yang diguanakan pada penelitian ini ada 3, yaitu:

a. Variabel bebas: variasi dosis bertingkat ekstrak etanol buah kurma Ajwah

(Phoenix dactylafera) yaitu 250, 500, dan 1000 mg/kgBB beserta kelompok

kontrol negatif yang hanya diberikan aquadest 2,5 ml/200 gBB (Agbon et

al, 2014).

b. Variabel terikat: nilai konsentrasi malondialdehid (MDA) pada tikus putih

jantan galur Wistar sebelum dan sesudah diinduksi paracetamol, dan

sesudah pemberian ekstrak etanol buah kurma Ajwah.

c. Variabel terkontrol:

i. Hewan uji: tikus putih jantan galur Wistar, umur 5-6 bulan, kondisi sehat

dengan berat badan kurang lebih 200-400 gram. Hewan uji ini dibeli dari

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

ii. Tanaman uji: buah kurma Ajwah yang dibeli dari kota Kudus yang telah

dilakukan identifikasi dan determinasi di Laboratorium Biologi Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

iii. Metode penyarian: maserasi

iv. Larutan penyari: etanol 96%

3. Alat dan Bahan yang Digunakan

a. Alat

Alat yang digunakan adalah blender, maserator, rotary evaporator,

corong Buchner, pompa vakum, alumunium foil, kertas saring, cawan porselin,

waterbath, neraca analitik, timbangan tikus, sonde oral, tabung eppendorf,

(8)

6 tip, kandang tikus, tempat minum tikus, sonifikator, sentrifugator, mini spin, alat

pelindung diri (masker dan sarung tangan), vortex, kompor listrik, kain penyerkai

(flanel), spektrofotometer UV-Vis (UV-mini SHIMADZU), dan alat-alat gelas.

b. Bahan

Bahan yang digunakan adalah buah kurma Ajwah, etanol 96% sebagai

penyari, parasetamol sebagai penginduksi, CMC-Na 1% digunakan sebagai

pengsuspensi agar paracetamol yang tidak larut dalam aquadest tidak cepat

mengendap, aquadest sebagai pelarut, TMP (1,1,3,3-tetrametoksipropana) 99%

digunakan untuk menentukan kurva baku, jika TMP dioksidasi maka akan

membentuk suatu radikal bebas (MDA), dan pereaksi penetapan kadar serum

MDA yaitu TBA (Thiobarbituric acid) 0,067% yang digunakan untuk mengikat

radikal bebas yang terbentuk hasil dari oksidasi yang ditandai dengan

terbentuknya warna merah muda dan TCA (Trichloroacetic acid) 20% digunakan

untuk mengendapkan protein yang terkandung dalam darah agar tidak

mengganggu saat pembacaan absorbansi dari MDA.

4. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5. Jalannya Penelitiaan

a. Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Kurma Ajwah

Pembuatan ekstrak etanol buah kurma Ajwah dilakukan dengan

merendam simplisia buah kurma menggunakan etanol 96% selama 3x24 jam.

Simplisia buah kurma yang sudah kering dengan kehalusan tertentu ditimbang

sebanyak 1 kg dimasukkan dalam wadah bejana dan ditambahkan pelarut etanol

96% sebanyak 7 L, tutup dan biarkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk.

Maserat yang didapat dipisahkan dan proses diulang sampai 2 kali dengan jenis

dan jumlah pelarut yang sama sebanyak 3,5 L (Depkes RI, 1986). Maserat yang

didapat kemudian dikumpulkan dan diuapkan menggunakan rotary evaporator

hingga didapatkan ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh kemudian dicatat dan

ditimbang. Rendemen diperoleh dari berat ekstrak kental yang diperoleh dibagi

(9)

7

b. Pembuatan Sediaan Ekstrak Buah Kurma Ajwah

Ekstrak kental buah kurma Ajwah dilarutkan dengan aquades sebanyak

15 ml. Sebanyak 250, 500, dan 1000 mg ekstrak ditimbang untuk 5 ekor hewan

uji dengan bobot 200 g pada masing-masing dosis perlakuan 250, 500, dan 1000

mg/kgBB. Ekstrak kurma yang sudah ditimbang masing-masing dilarutkan dalam

15 ml. Volume pengambilan sediaan disesuaikan dengan berat tikus dengan cara

dikonversikan. Volume pengambilan ditentukan dari berat badan tikus yang

ditimbang dan dibagi dengan berat badan tikus secara teoritis kemudian dikalikan

setengah volume pemberian maksimal pada tikus (Lampiran 5).

c. Dosis Penetapan dan Waktu Pemberian Paracetamol

Pemberian parasetamol dengan dosis yang berlebihan (overdose) dapat

mengakibatkan hepatotoksisitas. Menurut Depkes RI (1979), dosis maksimal

pemberian parasetamol sehari pada umur 10 tahun ke atas yaitu 1 g/kgBB.

Penentuan hari terjadinya hepatotoksisitas setelah diinduksi parasetamol

menggunakan 5 hewan uji sebagai kelompok I (kontrol negatif). Pemberian

parasetamol dengan dosis 2,5 g/kgBB pada hewan uji dapat mengakibatkan

hepatotoksisitas (Manatar et al, 2013). Induksi dilakukan pada hari ke-7 setelah

pemberian aquadest. Serum darah diambil pada hari ke-8, 9, dan 10, kemudian

lakukan penentuan absorbansi menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk

mendapatkan kadar MDA tertinggi.

Pembuatan parasetamol yang digunakan untuk menginduksi hewan uji

yaitu dengan cara menimbang sebanyak 500 mg untuk dosis 1 hewan uji yang

memiliki bobot 200 g. Parasetamol yang sudah ditimbang kemudian dilarutkan

kedalam 2,5 ml aquadest yang sudah dicampurkan dengan CMC-Na 1%.

d. Perlakuan Hewan Uji

Subjek penelitian yaitu 20 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang

dibagi dalam 4 kelompok perlakuan:

Kelompok I : kelompok kontrol negatif, diinduksi parasetamol 2500 mg/kgBB

dan diberi aquadest sebanyak 2,5 ml/200 gram

Kelompok II : diinduksi parasetamol dan diberi ekstrak kurma Ajwah

(10)

8

Kelompok III : diinduksi parasetamol dan diberi ekstrak kurma ajwah

500 mg/kgBB

Kelompok IV : diinduksi parasetamol dan diberi ekstrak kurma Ajwah

1000 mg/kgBB

Untuk mengurangi pengaruh makanan pada saat pembacaan serum maka

tikus dipuasakan selama 16 jam dengan tetap diberikan air minum. Sebelum

diinduksi menggunakan parasetamol diambil sampel darah pada hewan uji dengan

menggoreskan vena lateralis pada ekor tikus dan ditampung dengan eppendorf

yang kemudian disentrifuge dengan kecepatan 20.000 rpm selama 20 menit untuk

mendapatkan serum dari darah tikus, selanjutnya serum yang sudah didapat

dibaca kadar MDA-nya menggunakan Spektrofotometri UV-Vis (SHIMADZU).

Setelah penetapan kadar MDA awalnya (hari ke-0) hewan uji diberikan perlakuan

kelompok I (kontrol negatif) menggunakan aquadest 2,5 ml/200 g, kelompok II

menggunakan ekstrak buah kurma dosis 250 mg/kgBB, kelompok III ekstrak buah

kurma 500 mg/kgBB, dan kelompok IV ekstrak buah kurma 1000 mg/kgBB

secara per-oral (p.o) selama 10 hari. Parasetamol diinduksi pada hari ke-7 dengan

dosis 2,5 g/kgBB. Serum darah diambil pada 72 jam setelah diinduksi dengan

parasetamol, yaitu pada hari ke-8, 9, dan 10. Selanjutnya dilakukan penetapan

kadar MDA pada hewan uji menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.

Gambar 1. Skema perlakuan hewan uji

20 ekor tikus jantan galur wistar berusia 4-6 bulan dengan berat ± 200-400 gram

Diadaptasi selama 7 hari dan dipuasakan selama ±16 jam Kelompok I (Kontrol Suspensi parasetamol 2,5 g/kg BB di berikan 1x pada hari ke 7

(11)

9

e. Penetapan Kadar MDA

Malondialdehid merupakan suatu radikal bebas hasil metabolit reaktif

lipid peroksida. Jadi semakin besar kadar MDA pada serum hewan uji yang

dibaca maka semakin besar pula radikal bebas dalam tubuh hewan uji.

i. Persiapan reagen

0,067 gram TBA 0,67 % ditimbang kemudian dilarutkan aquadest sampai

10 ml. Pada wadah yang berbeda ditimbang juga 2 gram TCA 20 % larutkan juga

dengan aquadest 10 ml. Pembuatan reagen TBA dan TCA dilakukan dalam labu

takar 10 ml dan untuk melarutkan dalam aquadest gunakan sonifikator agar dapat

larut sempurna.

ii. Penentuan operating time MDA

Pembuatan larutan stok I dengan cara mengambil

1,1,3,3-tetrametoksipropana 99% (TMP) 10 µL yang dilarutkan dengan aquadest sampai

50 ml, selanjutnya dari stok I diambil 0,3 mL kemudian diencerkan dengan

aquadest sampai 5 mL sehingga didapatkan stok II. Larutan stok II yang sudah

didapatkan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dicampurkan dengan 2,45 ml

TBA dan TCA yang sudah dibuat, kemudian dipanaskan dalam air mendidih pada

suhu 1000C selama 10 menit. Campuran stok II, TBA, dan TCA yang telah didinginkan disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 5000 rpm.

Supernatan yang berwarna merah muda kemudian diambil dan dibaca dengan

Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimal 536,0 nm.

Pembacaan dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, dan

60. Operating time didapatkan dari absorbansi yang paling stabil dari pembacaan

pada menit-menit yang telah ditentukan.

iii. Penentuan kurva baku

Pembuatan kurva baku dilakukan dengan mengambil stok II dari TMP

kemudian diambil 7 seri konsentrasi berbeda, yaitu 0,02; 0,07; 0,13; 0,17; 0,33;

0,99 dan 1,65 µmol/ml. Kurva baku ditentukan dari absorbansi MDA serum yang

didapat, tidak boleh melebihi absorbansi minimal MDA serum dan tidak boleh

kurang dari absorbansi MDA serum, selanjutnya dapat digunakan untuk

(12)

10

iv. Pembuatan serum

Serum didapatkan dari darah yang ditampung di eppendorf dengan cara

menggores vena lateralis dari ekor hewan uji, darah yang didapat kemudian

disentrifuge menggunakan mini spin selama 20 menit pada kecepatan 20.000 rpm.

Selanjutnya serum yang berupa supernatan diambil dan disimpan didalam freezer

pada suhu -200C. Untuk mendapatkan serum yang dibutuhkan, darah yang diambil sekurang-kurangnya 1 ml.

v. Prosedur penetapan MDA

100 µl serum hewan uji dimasukkan kedalam tabung reaksi, selanjutnya

dicampur dengan 2,45 ml TBA dan TCA. Campuran serum hewan uji, TBA, dan

TCA divortex hingga tercampur homogen, kemudian dipanaskan dalam air

mendidih pada suhu 1000C selama 10 menit, selanjutnya campuran tersebut didinginkan. Campuran serum hewan uji, TBA, dan TCA yang sudah dingin

disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Supernatan yang

didapat diambil dan dibaca menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk

memperoleh nilai absorbansi. Blangko dibuat dengan cara yang sama seperti

pembuatan larutan uji tetapi tidak menggunakan serum. Kadar MDA dihitung

menggunakan persamaan regresi linear pada kurva baku.

f. Uji Histopatologi

Uji histopatologi dilakukan di Laboratorium Patologi Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada pada hati dan dua buah ginjal

hewan uji yang telah diawetkan dengan 10% formalin. Uji histopatologi dilakukan

guna untuk data pendukung setelah hewan uji dilakukan perlakuan dengan buah

kurma Ajwah.

g. Analisis Data

Semua kelompok hewan uji, dianalisis kadar kenaikan MDA pada hari

ke-0, 8, 9, dan 10 menggunakan uji statistik dengan software SPSS statistics 17.0.

Uji statistik yang digunakan yaitu Shapiro-Wilk untuk menguji normalitas

distribusi data kadar MDA pada hari ke-0, 8, 9, dan 10. Jika normal dilanjutkan

uji repeated Anova untuk melihat signifikasi kenaikan kadar MDA pada hari ke-0,

(13)

11

selanjutnya dapat diuji Test of Homogeneity of Variance untuk menguji

homogenitas dan varian data kadar MDA tiap kelompok. Jika homogen dapat

dilakukan uji One Way Anova untuk melihat signifikasi tiap kelompok hari ke-10.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ekstraksi Buah Kurma Ajwah

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan mengguanakan pelarut yang sesuai

(Depkes RI, 1995). Proses ekstraksi bertujuan untuk menarik senyawa yang

diinginkan dari simplisia mengguanakan larutan penyari yang sesuai. Hasil

ekstraksi dari 1 kg simplisia buah kurma Ajwah dengan proses maserasi

menggunakan 14 L larutan penyari etanol 96% yaitu sebanyak 875,27 gram, yang

menghasilkan rendemen sebesar 87,527%.

2. Kurva Baku Malondialdehida

Kurva baku digunakan untuk penentuan kadar MDA dengan persamaan

regresi linear = bx + a. Absorbansi dari kurva baku harus mencakup absorbansi

dari pembacaan serum kontrol negatif dan kelompok perlakuan, tidak boleh

melebihi absorbansi minimum dan tidak boleh kurang dari absorbansi maksimum

pada absorbansi MDA serum hewan uji. Pembuatan kurva baku digunakan stok

TMP dengan pengambilan 7 seri konsentasi yaitu 0,5, 2, 4, 5, 10, 30, 50 µl.

Penggunaan 1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP) sebagai kurva baku karena hasil

oksidasi dari TMP yang terurai menjadi suatu propanodial (malondialdehida)

sehingga dapat digunakan sebagai kurva baku untuk mengganti MDA. Absorbansi

yang didapat dari pengambilan stok TMP masing-masing 0,007; 0,014; 0,017;

0,018; 0,03; 0,041; dan 0,113 (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil penentuan kurva baku

(14)

12

A= 0,007 B= 0,057 r= 0,9563

Persamaan regresi linear y = bx+a Absorbansi = 0,057x+0,007

3. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Kurma Ajwah pada

Hewan Uji

Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan profil kadar dari MDA,

karena MDA merupakan biomarker biologis metabolit lipid peroksida untuk

menilai tingkat stress oksidatif (Gomes et al, 2005). Profil kenaikan MDA diukur

dari hewan uji yang diinduksi menggunakan parasetamol 2,5 g/kgBB tanpa

menggunakan perlakuan dengan ekstrak buah kurma (kontrol negatif). Gibson &

Skett (1991) menyatakan, kelebihan metabolit NAPQI yang disebabkan

pemberian parasetamol berlebih (overdose) mengakibatkan terjadinya ikatan

antara makromolekul protein sel hati dan mereduksi O2 manjadi O2•, sehingga

menjadi radikal yang reaktif (ROS) yang kemudian akan mengoksidasi fosfolipid

dengan proses inisiasi, propagasi, dan terminasi. Selanjutnya radikal peroksil

disusun kembali melalui reaksi siklikisasi pada endoperoksida (prekursor

malondialdehida) dengan produk akhir dari proses peroksidasi menjadi MDA

(Valko et al., 2007). Hasil induksi parasetamol sebagai kontrol negatif

menghasilkan kenaikan yang signifikan yaitu ditunjukkan nilai probabilitas

kurang dari 0,05 (p<0,05) pada kadar MDA hari ke-10 sebesar 1,298±0,322

µmol/ml, yaitu 72 jam setelah diinduksi parasetamol. Penentuan hari kenaikan

MDA yang signifikan (p<0,05) pada kontrol negatif menggunakan analisis

statistik Repeated Anova yang digunakan untuk perhitungan lebih dari dua

kelompok berpasangan. Analisis statistik Repeated Anova dilakukan dengan

membandingkan kelompok perlakuan kontrol negatif hari ke-8, 9, dan 10 dengan

hari ke-0 (baseline) untuk mendapatkan kadar yang signifikan (p<0,05). Syarat

digunakan uji Repeated Anova kadar MDA kontrol negatif harus normal dengan

probabilitas > 0,05, untuk melihat kenormalan data pada kelompok populasi kecil

(15)

13

Tabel 2. Kadar MDA kontrol negatif (pemberian aquadest dan parasetamol 2,5 mg/kgBB) No sampel Kadar hari ke-0

Gambar 2. Grafik kadar MDA kontrol negatif (pemberian aquadest dan parasetamol 2,5 mg/kgBB)

Data diatas menunjukkan bahwa pemberian parasetamol dosis 2,5 g/kgBB dapat

menaikkan kadar MDA dan analisis statistik menggunakan uji Repeated Anova

memberikan kenaikan yang signifikan (p<0,05) pada hari ke-10.

Aktifitas antioksidan ekstrak buah kurma Ajwah ditunjukkan dengan

penurunan kadar MDA dengan membandingkan semua kelompok perlakuan

dengan kontrol negatif pada hari ke-0, 8, 9, dan 10. Kelompok perlakuan meliputi

dosis pemberian ekstrak kurma yaitu 250, 500, dan 1000 mg/kgBB, kemudian

ditentukan perbandingan kadar MDA kelompok perlakuan dan kontrol negatif.

0

Hari Ke-0 Hari Ke-8 Hari Ke-9 Hari Ke-10

(16)

14

Tabel 3. Hasil kadar MDA kontrol negatif dan kelompok perlakuan

Keterangan Hari Ke-0

Kontrol negatif 0,393±0,108 0,333±0,247 0,460±0,309 1,298±0,322

Dosis 250 mg/kgBB 0,846±0,388 0,800±0,173 1,611±0,167 0,916±0,237

Dosis 500 mg/kgBB 1,007±0,086 1,028±0,284 0,891±0,296 0,902±0,359

Dosis 1000 mg/kgBB 0,761±0,183 1,053±0,306 1,263±0,025 1,404±0,100

Uji Homogeneity of Variances digunakan untuk menentukan homogenitas data

hari ke-10 pada kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol negatif

atau dapat dijadikan uji kelayakan untuk uji One Way Anova setelah dilakukan uji

normalitas. Hasil data yang didapatkan pada hari ke-10 homogen (p>0,05) dan

dapat dilanjutkan menggunakan One Way Anova. Uji statistik One Way Anova

digunakan untuk menentukan perbedaan yang signifikan untuk lebih dari dua

kelompok tidak berpasangan (kontrol negatif, dosis perlakuan 250, dan 500

mg/kgBB). Hasil yang didapat dari uji statistik One Way Anova kontrol negatif,

dosis 250 dan 500 mg/kgBB tidak memiliki perbedaan yang signifikan (p>0,05).

Menurut data Tabel 3 nilai kadar MDA pada kelompok perlakuan dosis 250 dan

500 mg/kgBB pada hari ke-10 (0,916±0,237 µmol/ml dan 0,902±0,359 µmol/ml)

lebih rendah dari kontrol negatif (1,298±0,322 µmol/ml), namun secara analisis

statistik One Way Anova tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

penurunan kadar MDA. Perlakuan dengan dosis pemberian ekstrak kurma

1000 mg/kgBB tidak dilakukan analisis statistik, karena tiga dari lima hewan uji

mati setelah diinduksi parasetamol, hewan uji yang pertama mati pada hari ke-8

atau tepat 1 hari setelah diinduksi parasetamol karena diduga mengalami

hepatotoksisitas, kemudian dua hewan uji lainnya mati pada hari ke-9 karena

mengalami pendarahan setelah pengambilan darah pada vena lateris, sehingga

tidak memenuhi uji One Way Anova. Kematian hewan uji bukan diakibatkan dari

toksisitas akut pemberian ekstrak kurma dengan dosis 1000 mg/kgBB, karena

menurut Agbon et al. (2014) dan Okwuosa et al. (2014), toksisitas yang dapat

membunuh setengah populasi (LD50) yaitu jika dosis secara per-oral (p.o)

diberikan lebih dari 6000 mg/kgBB, sehingga adanya kematian hewan uji pada

percobaan ini diduga karena terjadi interaksi antara senyawa dalam ekstrak kurma

dengan parasetamol. BPOM RI (2008) menyebutkan, salah satu efek samping

(17)

15

Kemungkinan hal ini juga didukung oleh adanya senyawa niasin dalam kurma

yang berperan dalam merangsang pembentukan prostagladin I2 atau hormon yang

membantu mencegah penggumpalan atau agregasi trombosit.

4. Hasil Histopatologi

Histopatologi pada penelitian ini digunakan sebagai sarana pendukung

(deskriptif kualitatif) bukan sebagai acuan yang mutlak untuk mengetahui adanya

kelainan pada hati dan ginjal hewan uji seperti peningkatan volume darah pada

jaringan atau bagian tubuh yang mengalami proses patologis (congesti),

perubahan biokimia intra selular yang disertai perubahan morfologi pada sel

(degenerasi vacuoler), pembengkakan (radang), bahkan pengerasan sel pada hati

(nekrosis). Uji histopatologi dilakukan dengan mengorbankan dua dari lima

hewan uji pada masing-masing kelompok untuk diambil hati dan kedua ginjalnya

untuk mengidentifikasi ada tidaknya kelainan patologis.

Tabel 4. Hasil histopatologi kelompok perlakuan

Kode Hati 250

Gambar 4. Hasil histopatologi hati tikus dengan perbesaran 400x. A.1 dan A.2 hati tikus pada pemberian ekstrak kurma dosis 250 mg/kgBB, B.1 dan B.2 hati tikus pada

(18)

16

Hasil data diatas bahwa organ hati dan kedua ginjal hewan uji dosis 250 dan 500

mg/kgBB dalam kondisi baik, karena tidak mengalami degenerasi vakuolar

bahkan sampai terkena nekrosis hati. Sehingga kurma dosis yang aman digunakan

dan tidak mengalami interaksi dengan parasetamol yaitu 250 dan 500 mg/kgBB.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, dapat ditarik

kesimpulan bahwa dosis pemberian ekstrak etanol buah kurma Ajwah 250 dan

500 mg/kgBB tidak memiliki penurunan yang signifikan (p>0,05). Kondisi hati

dan ginjal hewan uji setelah dilakukan histopatologi pada dosis perlakuan 250 dan

500 mg/kgBB dalam kondisi yg baik, namun pada dosis 1000 mg/kgBB

ditemukan adanya degenerasi vakuolar.

SARAN

Adanya penelitian lebih lanjut tentang dosis ekstrak etanol kurma untuk

menurunkan kadar malondialdehida (MDA) dan uji toksisitas nya. Penelitian ini

juga belum memenuhi kaidah kuantitatif, sehingga kedepannya dapat dilakukan

penelitan yang memenuhi kaidah kuantitatif.

DAFTAR ACUAN

Abgon, A. N., Kwanashie, H. O., Hamman, W. O. & Sambo. S. J., 2014, Toxicological Evaluation of Oral Administration of Phoenix dactylifera L. Fruit Extract on the Histology of the Liver and Kidney of Wistar Rats,

International Journal of Animal and Veterinary Advances, Vol.6 (4), 122-129.

Badan POM RI, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 301-303, 1055, Jakarta, Badan POM Republik Indonesia.

Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, 10-11, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(19)

17

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Ed. 4, 7, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Desminarti, S., Rimbawan, Anwar, F. & Winarto, A., 2012, Efek Bubuk Tempe Instan Terhadap Kadar Malonaldehid (MDA) Serum Tikus Hiperglikemik, Jurnal Kedokteran Hewan, Vol.6 (2), 72-74.

Gomes, G. N., Barbosa, F. T., Radaeli, R. F., Cavanal, M. F., Aires, M. M. & Zaladek, F. G., 2005, Effect of D-α-Tocopherol on Tubular Nephron Acidification by Rats with Induced Diabetes Mellitus, Brazilian Journal of Medical and Biological Research, Vol.38, 1043-1051

Hammad, S., 2011, Khasiat Kurma, diterjemahkan oleh Suhadi, M. & Mujtahid, U., 53, 65, Solo, Aqwam Media Profetika.

Knight, T. R., Fariss, M. W., Farhood, A. & Jaeschke, H., 2003, Role of Lipid Peroxidation as a Mechanism of Liver Injury After Acetaminophen Overdose in Mice, Toxicological Sciences, Vol.76, 229-236.

Marliana, E., 2012, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Andong (Cordyline fruticosa [L] A. Cheval), Mulawarman Scientifile, Vol.11 (1), 71-81.

Mohammed, D. A. & Al-Okbi S. Y., 2004, In Vivo of Antioxidant and Anti-Inflammatory Activity of Different Extracts of Date Fruits in Adjuvant Arthritis, Polish Journal of Food Nutrition Sciences, Vol.13/54 (4), 397-402.

Nawawi, D. R., 2014, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Bekatul Beras Hitam pada Tikus Hepatotoksik yang Diinduksi Paracetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1-35.

Okwuosa, C. N., Udeani, T. K., Umeifekwem, J. E., Onuba, A. C., Anioke, I. C. & Madubueze, R. E., 2014, Hepatoprotective Effect of Methanolic Fruit Extracts of Phoenix dactylifera (Arecaceae) on Thioacetamide Induced Liver Damage in Rats, American Journal of Phytomedicine and Clinical Theraprutics, Vol.2 (3), 290-300.

Saafi, E. B., Louedi, M., Elfeki, A., Zakhama, A., Najjar, M. F., Hammami, M., et al, 2011, Protective Effect of Date Palm Fruit Extract (Phoenix dactylifera L.) on Dimethoate Induced-Oxidative Stress in Rat Liver,

Experimental and Toxicologic Pathology, Vol.63, 433-441.

(20)

18

Paracetamol Induced Hepatotxicity in Rats, International Journal of Pharmacology and Clinical Sciences, Vol.1 (2), 32-38.

Sholihah, Q. & Widodo, M. A., 2008, Pembentukan Radikal Bebas Akibat Gangguan Ritme Sirkadian dan Paparan Batu Bara, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.4 (2), 89-100.

Tjay, T. H. & Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat, Pengguanaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Ed.5, 297-298, 312, 796-797, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.

Umayah, E. U. & Amrun, M. H., 2007, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose), Jurnal Ilmu Dasar, Vol.8 (1), 83-90.

Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin M. T. D., Mazur, M. & Telser, J., 2007, Free Radicals and Antioxidants in Normal Physiological Functions and Human Disease, The International Journal of Biochemistry & Cell Biology, Vol.39, 44-48.

Vyawahare, N., Pujari, R., Khsirsagar, A., Ingawale, D., Patil, M. & Kagathara, V., 2009, Phoenix dactylifera: An Update of its Indegenous Uses, Phytochemistry and Pharmacology, The Internet Journal of Pharmacology, Vol.7 (1), 1-9.

Wresdiyati, T., Astawan, M., Adnyane, I. K. M., Novelina, S. & Aryani, S., 2007,

Pengaruh α-Tokoferol Terhadap Profil Superoksida Dismutase dan Malondialdehida pada Jaringan Hati Tikus di Bawah Kondisi Stres,

Gambar

Gambar 1. Skema perlakuan hewan uji
Tabel 1. Hasil penentuan kurva baku
Tabel 2. Kadar MDA kontrol negatif (pemberian aquadest dan parasetamol 2,5 mg/kgBB)
Tabel 4. Hasil histopatologi kelompok perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

The apt-get command is a powerful command-line tool, which works with Ubuntu's Advanced Packaging Tool (APT) performing such functions as installation of new software

Skripsi: Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimakah suntingan

Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Introduction (PBI) tipe Diskusi

Jika kaca benda yang telah di tetesi dengan air dan ditutup dengan kaca penutup tersebut telah di letakkan pada mikroskop, langkah selanjutnya adalah mengamati

Adapun keterbatasan yang ditemukan pada penelitian ini perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif tidak dilakukan dalam satu cawan petri yang sama dengan perlakuan berbagai

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap karakteristik fitokimia dan toksisitas dari ekstrak buah ciplukan matang (Physalis angulata

Apabila dalam memberi pelayanan kesehatan kepada pasien lebih dari 2 atau 3 kali tidak ada kemajuan, maka tenaga/pelayan kesehatan wajib melakukan second opinion yaitu

prestasi belajar matematika yaitu dengan melihat hasil dari nilai R=0,874 artinya ada pengaruh antara kemandirian dan kebiasaan belajar secara bersama- sama dengan