• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDEMI VIRUS CORONA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA. Oleh: Riduwan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDEMI VIRUS CORONA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA. Oleh: Riduwan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PANDEMI VIRUS CORONA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh: Riduwan

Pendahuluan

Kini dunia gempar dengan merebak dan menyebarluasnya virus ganas dan mematikan yang dikenal dengan virus Corona atau Covid-19. Virus yang berasal dari Wuhan (salah satu kota di China) ini, hari demi hari terus bergerilya merambah ke berbagai negara. Dan sejak awal Maret kemaren dinyatakan telah mewabah ke Indonesia. Seiring dengan perjalanan waktu virus ini kini telah menyebar secara luas sampai ke pelosok desa di Indonesia.

Dalam penyebarannya yang begitu cepat, banyak korban berjatuhan dan diprediksi akan terus bertambah. Para korban diantaranya ada yang berstatus sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), orang yang suspect, bahkan ada yang meninggal dunia. Menyikapi hal ini pemerintah beserta seluruh elemen masyarakat telah berupaya meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah pencegahan agar terhindar dari meluasnya penularan virus yang ganas ini, demi keselamatan dan kemaslahatan bersama.

Salah satu langkah yang diambil dalam upaya untuk mencegah, menahan, atau memperlambat penularan virus corona ini yaitu dengan melakukan social distancing (pembatasan sosial), yaitu dengan menghindari tempat umum, menjauhi keramaian, dan menjaga jarak optimal 2 meter dari orang lain. Sementara itu khusus di Jakarta dan kota-kota penyangga di sekitarnya diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dengan adanya jarak sosial, penyebaran penyakit ini diharapkan dapat berkurang.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah berupa social distancing ini akhirnya berimplikasi secara luas dan menyentuh berbagai sendi kehidupan, diantaranya adalah sendi pendidikan. Lantas, bagaimanakah implikasi pandemi virus corona ini terhadap pendidikan?

Bahaya Virus Corona

Virus Corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan hewan. Sebagian virusnya dapat menginfeksi manusia serta menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit lain yang lebih fatal.

Virus ini menyebar dari manusia ke manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan hidung saat orang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip dengan cara penularan penyakit flu. Tetes cairan dari mulut dan hidung pasien tersebut bisa jatuh dan tertinggal pada mulut dan hidung orang yang berada di dekatnya, bahkan dihisap ke dalam paru-paru orang tersebut melalui hidungnya.

(2)

Gejalanya berupa demam, batuk, napas yang pendek, sakit tenggorokan, letih, dan lesu. Pasien virus Corona dapat mengalami gejala-gejala ini dari 2 sampai 14 hari setelah terpapar virusnya.

Bahaya virus corona atau Covid-19 ini yaitu transmisi yang cepat dan lebih mudah dibandingkan wabah SARS yang pernah melanda dunia pada tahun 2003. Dikutip dari Financial Times, penyebaran yang cepat ini membuat kasus positif corona di dunia mencapai 935.957 per Kamis (2/4/2020) atau dalam kurun waktu 5 bulan atau sejak kasus pertama ditemukan pada November 2019 (Yantina D, 2020).

Virus corona menyerang saluran pernapasan manusia. Seseorang dapat terinfeksi dari penderita Covid-19. Penyebarannya melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat terinfeksi Covid-19. Bisa juga seseorang terinfeksi Covid-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita penting menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang yang sakit.

Mengutip dari BBC, Yantina D (2020) mengatakan bahwa, pemeriksaan data oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari 56.000 pasien menunjukkan 6 persen memiliki gejala kritis seperti gangguan pada paru, septic shock hingga risiko kematian. Sebanyak 14 persen mengalami gejala berat yaitu kesulitan bernapas (sesak napas). Sementara 80 persen lainnya memiliki gejala ringan seperti demam, batuk dan beberapa memiliki pneumonia. Meski pasien yang memiliki resiko meninggal hanya sekitar 6 persen, proporsi ini tak dapat disepelekan. Berdasarkan tulisan Dipna (2020), kasus virus corona COVID-19 di seluruh dunia mencapai 1.777.517 menurut data dari Universitas John Hopkins pada Minggu (12/4/2020) pukul 10.00 WIB. Dari jumlah tersebut, sebanyak 108.862 dinyatakan meninggal dunia dan 404.236 berhasil sembuh dari penyakit yang menyerang pernasapasan ini. Sementara di Indonesia, Addi M Idhom (2020) mengatakan, bahwa sampai tanggal 8 April, total pasien positif Covid-19 yang meninggal mencapai 240 jiwa. Tercatat ada 19 kasus kematian baru dalam 24 jam terakhir.

Lansia disebut menjadi salah satu kelompok yang sangat rentan dengan virus baru ini, termasuk mereka yang menderita penyakit lain misalnya asma, diabetes, penyakit jantung hingga tekanan darah tinggi. Kelompok ini berpotensi memiliki gejala berat hingga kritis jika terinfeksi Covid-19. Data dari Cina juga menunjukkan bahwa pria berisiko sedikit lebih tinggi meninggal akibat virus daripada wanita.

Yang membuat virus ini lebih berbahaya karena tak semua yang terinfeksi menunjukkan gejala serius. Bahkan ada yang mengalami gejala ringan bahkan tanpa gejala atau silent carrier. Silent carrier ini sulit dideteksi sebab hanya bisa diketahui hanya melalui pemeriksaan. Sementara mereka

(3)

yang tidak menunjukkan gejala, bisa saja berpikir bahwa dirinya sehat dan beraktivitas seperti biasa. Padahal ia dapat menularkan virus corona ini pada orang lain, baik di rumahnya maupun masyarakat umum lainnya, sehingga penyebaran makin meluas.

Implikasi Virus Corona Terhadap Pendidikan

Pandemi corona ini tentu merupakan ujian yang berat bagi seluruh bangsa, menguji kemampuan semua bangsa untuk dapat mengambil hikmah dengan terus berupaya dan berikhtiar mencari solusi pada setiap masalah yang ada.

Demi menghentikan atau meminimalisir penyebaran virus corona ini, maka pemerintah memberlakukan kebijakan social distancing (jaga jarak perorangan) dan lockdown (karantina) sebagaimana yang sudah dilakukan oleh berbagai negara yang terpapar penyakit covid 19 ini. Kebijakan lockdown atau karantina ini tak ayal dapat mengganggu hak setiap warga untuk mendapatkan layanan pendidikan yang layak. Karena kebijakan ini berbuntut pada penutupan sekolah-sekolah dan kampus-kampus.

Untuk mengantisipasi semua ini, Kemendikbud, berdasarkan keterangannya secara resmi, siap dengan semua skenario termasuk penerapan bekerja bersama-sama untuk mendorong pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau online untuk para siswa. Hal tersebut sebagai upaya agar para siswa tetap belajar walaupun di rumah. Kemendikbud menyiapkan sejumlah dukungan untuk memperlancar proses tersebut. Kemendikbud sendiri mengembangkan aplikasi pembelajaran jarak jauh berbasis portal dan Android Rumah Belajar (Rais,2020).

Beberapa fitur unggulan yang dapat diakses oleh peserta didik dan guru di antaranya adalah Sumber Belajar, Kelas Digital, Laboratorium Maya, dan Bank Soal. Rumah Belajar dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat.

Selain itu saat ini kemendikbud juga berupaya menggandeng beberapa platform belajar online yakni Kelas Pintar, Sekolahmu, Zenius, Ruang Guru, Quipper, Google Indonesia dan Microsoft. Setiap platform akan memberikan fasilitas yang dapat diakses secara umum dan gratis (Rais,2020).

Dalam hal ini guru harus mampu menyikapi kebijakan ini dengan memastikan agar kegiatan pembelajaran tetap berjalan meskipun peserta didik berada di rumah. Inovasi pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan oleh guru dengan memaksimalkan media yang ada seperti media daring (online). Guru dapat melakukan pembelajaran menggunakan metode e-Learning yaitu pembelajaran memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat komputer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat pula melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial

(4)

seperti Whatsapp (WA), telegram, aplikasi Zoom ataupun media sosial lainnya sebagai sarana pembelajaran hingga dapat memastikan siswa belajar di waktu bersamaan meskipun di tempat yang berbeda. Guru juga dapat memberikan tugas terukur namun tetap memastikan bahwa tiap hari pembelajaran peserta didik terlaksana tahap demi tahap dari tugas tersebut. Banyak lagi inovasi lainnya yang bisa dilakukan oleh guru demi memastikan pembelajaran tetap berjalan dan siswa mendapatkan ilmu sesuai kurikulum yang telah disusun pemerintah

Demikian pula di beberapa kampus di Indonesia, saat ini mulai menerapkan kebijakan kegiatan belajar mengajar dari jarak jauh atau kuliah online. Hal ini sebenarnya tidak masalah bagi perguruan tinggi yang sudah memiliki sistem akademik berbasis daring. Namun akan jadi masalah bagi perguruan tinggi yang belum memiliki sistem akademik berbasis daring ini. Masalah lain dari pihak mahasiswanya, seperti yang sering dikeluhkan adalah pertemuan daring yang terkendala oleh jaringan Web, teknologi yang kurang memadai, hingga sinyal.

Dari kalangan anak-anak SD dan SMP, bahkan anak-anak SMA, permasalahan yang tampak adalah bahwa belajar di rumah belum bisa berjalan dengan efektif. Karena, sebagian siswa masih ada yang menyalahgunakan waktu belajar di rumah untuk bermain game online di warnet, nongkrong-nongkrong, berbelanja, dan bermain ke tempat-tempat keramaian, yang berdampak pada munculnya masalah sosial yang baru lagi. Adapun bagi yang benar-benar belajar secara online di rumah, permasalahan yang mereka rasakan adalah beban tugas yang diberikan oleh para guru yang terlalu banyak. Selain itu, di rumah mereka harus belajar secara otodidak (sendiri), dan banyak orang tua yang tidak bisa mengajari materi yang ada di buku, hanya bisa membimbing anaknya saja.

Lain lagi bagi anak-anak yang masih berusia pra-sekolah (3-6 tahun, TK/PAUD) dan tingkat sekolah dasar (7-12 tahun), ditemukan berbagai jenis dan model pola asuh yang tidak tepat dari orang tuanya, seperti pendidikan dengan cara keras, membentak, memaksa dan bahkan sampai memukul jika anaknya tidak mau menuruti kemauan orang tuanya dalam belajar hingga anaknya menangis. Tekanan-tekanan yang demikian ini niatnya barangkali baik yakni supaya anaknya pintar, tapi dengan pendekatan yang kurang tepat, hal ini akhirnya pendidikan dianggap oleh anak seperti monster–monster yang selalu menakutkan.

Implikasi lain dari pandemi virus corona ini tampak pula pada beberapa ketertundaan dalam melaksanakan semua agenda kegiatan yang ada, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi seperti tugas mahasiswa dalam pengabdian masyarakat tidak dapat dilakukan karena guna meminimalisir pertemuan dalam jarak yang dekat serta mengikuti himbauan pemerintah untuk menghindari kerumunan, maka segala agenda kegiatan yang sudah direncanakan harus ditunda dalam beberapa waktu yang tidak dapat ditentukan. Penundaan dan pembatalan agenda kegiatan sangat baik dilakukan dalam situasi dan kondisi saat ini yang sangat mengkhawatirkan. Kita sebagai warga yang

(5)

baik harus patuh dalam aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam upaya pencegahan penularan virus Corona.

Selain itu pandemi virus Corona juga berimplikasi terhadap pelaksanaan UN 2020. Presiden Jokowi dalam Rapat Terbatas yang diselenggarakan pada Selasa (24/3) bersama menteri terkait, sudah ketok palu. Hasilnya pemerintah mengumumkan Ujian Nasional (UN) di tahun ini resmi ditiadakan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Langkah tersebut diambil sebagai bagian dari sistem respons pandemi COVID-19, yakni dalam rangka memprioritaskan keselamatan dan kesehatan rakyat. Walaupun di tahun 2019 pemerintah memang telah merencanakan penghapusan UN tahun 2021, sehingga masyarakat merespon baik dalam penghapusan UN 2020 (https://sevima.com/5-kebijakan-pendidikan-masa-darurat-corona/).

Ditiadakannya UN ini pun sebenarnya memiliki permasalahan tersendiri, seperti dalam perspektif siswa, disatu sisi siswa merasa sedih karena telah banyak melakukan persiapan terkait akan dilaksanakannya UN dan ternyata ditiadakan. Di sisi lain, siswa merasa senang karena UN ditiadakan. Walaupun UN ditiadakan, opsi pengganti UN yaitu USBN online, sebagian sisiwa kurang setuju karena setiap siswa memiliki kendala tersendiri untuk USBN online seperti jaringan di rumah masing-masing yang kurang bagus, teknologi yang tidak memadai seperti siswa tidak memiliki laptop dan kuota internet.

Simpulan

Virus Corona adalah virus yang berbahaya dan bisa mematikan. Kini virus ini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk negara Indonesia. Sudah banyak korban yang berjatuhan dan diprediksi bahwa korban akan terus bertambah. Untuk mencegah, menahan, atau memperlambat penularan virus Corona ini, banyak negara di dunia termasuk indonesia memberlakukan lockdown (karantina) dan social distancing (pembatasan sosial).

Kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi pandemi virus Corona ini, memberikan implikasi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan, diantaranya adalah aspek pendidikan. Implikasi pandemi virus Corona terhadap pendidikan antara lain yaitu: Pertama; penutupan sekolah-sekolah dan kampus-kampus, sehingga para siswa/mahasiswa harus belajar secara daring (online). Belajar secara daring di rumah ini merupakan salah satu solusi agar para siswa/mahasiswa masih tetap belajar. Akan tetapi kegiatan belajar secara daring di rumah ini memunculkan beberapa permasalahan baru. Kedua; terjadinya beberapa ketertundaan dalam melaksanakan agenda-agenda kegiatan yang ada, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi seperti tugas mahasiswa dalam pengabdian masyarakat tidak dapat dilakukan. Ketiga; ditiadakannya Ujian Nasional (UN) di tahun ini, mulai dari tingkat

(6)

Sekolah Dasar (SD) hingga setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sebagai pengganti UN adalah USBN online.

DAFTAR PUSTAKA

Debora, Yantina. 2020. Bahaya Virus Corona Covid-19 dan Cara Mencegahnya. (https://tirto.id/eMHW). Diposting tanggal 2 April 2020.

https://sevima.com/5-kebijakan-pendidikan-masa-darurat-corona/

Idhom,Addi M. 2020. Update Corona 8 April 2020 Indonesia & Data Covid-19 Dunia Hari Ini (https://tirto.id/eLSN) Diposting tanggal 8 April 2020

Putsanra, Dipna Videlia. 2020. Kasus COVID-19 di Dunia Capai 1,7 Juta (https://tirto.id/eMHW)). Diposting tanggal 12 April 2020

Rais, Aslam. 2020. Dampak Pandemi Corona Terhadap Dunia Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengunakan data yang sama pada motor sebenarnya, data input dan output dari hasil simulasi disimpan kedalam workspace Matlab untuk dijadikan sebagai masukan dan

Menurut Saya konstruksi media massa atas pandemi virus corona sudah cukup baik, karena dengan adanya media massa kita bisa melihat berita tentang virus corona menurun

Penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Daring Tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 19 di Kecamatan Indralaya

Pandemi virus Corona bukan hanya sekedar bencana kesehatan, virus yang dikenal sebagai Covid-19 ini telah menimbulkan kekacauan di sektor ekonomi.Tidak hanya industri besar,

1.3.1 Bagaimana Pola Komunikasi Organisasi yang diterapkan oleh PT Moda Global Maritim di masa pandemi virus corona dalam membangun iklim kerja

Akibat pandemi virus corona-19, membuat seluruh lembaga pendidikan mulai dari pendidikan dasar dasar sampai pendidikan tinggi secara mendadak dalam waktu yang begitu cepat

Corona Virus Disease 2019 (Covid-l9) telah dinyatakan oleh World Healtlt Organization (WHO) sebagai pandemi dan Indonesia telah menyatakan Corona Virus Disease 2019

(1) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Kegiatan Pemulihan Ekonomi yang Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Daerah disusun oleh Perangkat Daerah yang