• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR FIGUR JOKOWI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA DALAM PUTARAN KEDUA DI SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR FIGUR JOKOWI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA DALAM PUTARAN KEDUA DI SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR DKI J AKARTA DALAM PUTARAN KEDUA DI SURAT KABAR

J AWA POS DAN SURYA

(Ana lisis Fr aming Ber ita Seputar Figur J okowi Dala m Pemelihan Guber nur J akar ta Dalam Putar an Kedua Di Sur at Kaba r J awa Pos da n Sur ya pada 16

September – 24 September 2012)

SKRIPSI

Oleh :

ALDILA HEIDY KUSUMA WARDHANI

NPM : 0843010158

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

J UDUL PENELITIAN : PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR PERSAINGAN FOKE –

J OKOWI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI J aka r ta DALAM SURAT KABAR

J AWA POS DAN SURYA (Analisis Fr aming Ber ita Seputa r Per saingan Foke – J okowi

Dalam Pemeliha n Guber nur DKI J akar ta dalam Sur at Ka bar J awa Pos dan Sur ya pada 16

September – 24 September 2012)

Nama Mahasiswa : Aldila Heidy Kusuma Wardhani

NPM : 0843010158

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING

Ir . H. Didiek Tr anggono, M.Si

NIP. 19581225 199001 1001

Mengetahui

Ketua Pr ogram Studi

J uwito,S.Sos, M.Si

(3)

GUBERNUR DKI J AKARTA DALAM PUTARAN KEDUA DI SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA

(Analisis Fr aming Ber ita Seputa r Figur J okowi Dalam Pemelihan Guber nur J akar ta Dalam Putar an Kedua Di Sur at Kabar J awa Pos dan Sur ya pada 16 September – 24

September 2012)

Oleh

ALDILA HEIDY KUSUMA WARDHANI NPM. 0843010158

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 13 Desember 2012

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Ir . H. Didiek Tranggono, M.Si Ir . H. Didiek Tr anggono, M.Si

NIP. 1958 1225199001 1001 NIP. 1958 1225199001 1001

2. Sekretar is

Dr a. Her lina Suksma wati, M.Si

NIP. 1964 1225199309 2001

3. Anggota

Dr a. Dyva Cla r etta , M.Si NPT. 366019400251

Mengetahui

Dekan

Dr a. Ec. Hj. Supar wati, MSi

(4)

DAFTAR ISI

Ha lama n

HALAMAN J UDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN PROPOSAL ………. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ………iv

DAFTAR TABEL ………... v

DAFTAR LAMPIRAN ………..viii

ABST RAKSI ………... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2Perumusan Masalah ………. 7

1.3Tujuan Penelitian ………. 7

1.4Manfaat Penelitian ………... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ……….... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ………. 8

(5)

2.1.2 Berita, Konstruksi Realitas dan Politik ………...10

2.1.3 Persaingan Foke-Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta….13 2.1.4 Pers dan Fungsi-fungsinya ……….13

2.1.5 Definisi Berita ………15

2.2 Nilai Berita ……….15

2.3 Kualitas Berita ………....16

2.4 Jenis Berita ……….17

2.5 Analisis Framing Termasuk Paradigma Konstruktivis………...19

2.6 Analisis Framing ………20

2.7 Konsep Framing Gamson dan Modigliani ……….23

2.8 Perangkat Framing Gamson dan Modigliani ……….25

2.9 Kerangka Berfikir ………..30

BAB III METODE PE NELITIAN 3.1 Definisi Konseptual. ………...32

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ……….34

3.3 Unit Analisis ………...34

3.4 Korpus ……….35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….36

(6)

4.2 Hasil dan Pembahasan ………...55

4.2.1 Analisis Framing Jawa Pos ……….55

4.2.1.1 Judul Jokowi Landai ……….55

4.2.1.2 Judul Jokowi Lebih Banyak Diberitakan Positif ……….59

4.2.1.3 Judul Jokowi Boyong Keluarga ke Jakarta ………..63

4.2.1.4 Judul Duet Jokowi – Ahok Unggul Tipis ……….66

4.2.2 Analisis Framing Surya ………...69

4.2.2.1 Judul Pesona Wong Ndeso ………....69

4.2.2.2 Judul Jokowi Habiskan 27 M ………....72

4.2.2.3 Judul Jokowi Langsung di telepon SBY ………...74

4.2.2.4 Judul Jokowi Futsal di Sriwedari ………..75

4.3 Perbandingan Jawa Pos dan Surya dalam Model Gamson dan Modigliani…76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….81

5.2 Saran ………...82

(7)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

anugerah dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR PERSAINGAN FOKE-J OKOWI

DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI J aka r ta DALAM SURAT KABAR

J AWA POS DAN SURYA (Analisis framing Berita Seputar Persaingan Foke – Jokowi

Dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam Surat Kabar Jawa Pos dan Surya pada 16

September – 24 September 2012) “ dapat terselesaikan dengan baik.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik

secara materil, untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. H.Suparwati, Ec, Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan kesempatan kepada kami

untuk melakukan penelitian dan terselesainya laporan proposal ini.

2. Bapak Juwito, S.Sos, Msi, Ketua Progdi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran”

Jawa Timur.

3. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si Dosen Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, saran dan

petunjuk sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan

ilmunya.

5. Papa dan Mama saya tersayang yang telah memberikan dorongan serta

motivasi yang berupa do’a dan dorongan demi keberhasilan skripsi ini.

6. saudara-saudara pakde, budhe, tante yetty, om jefri, tante wanti, om benu, tante

warsini, om hendri, ,bak nurul, mas andik, adek dian, adek galang, adek rafdi,

adek adit, adek via, mbak wulan yang telah memberikan dorongan dan

(8)

7. terima kasih untuk seorang yang kucintai Eko Prasetyo, yang terus memberi

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Ike dewi permatasari, Defy retnowati, SE, Annisa

supri rahayu, SE, Prisca ayu, SE, Cindy wijayanti, Farevi azalea, Edzulpan,

Acis, Nonik, Wawan, Yusuf tata kusuma, Dany, Yulia puspita, Sheila surya,dll

yang telah membantu dan memberi dorongan hingga terselesainya skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon kehadirat Allah SWT semoga segala bantuan yang telah

mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya.

Surabaya, September 2012

(9)

ALDILA HEIDY KUSUMA WARDHANI, PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR PERSAINGAN FOKE -J OKOWI DALAM PEM IL IHAN GUBERNUR DKI J AKARTA PUTARAN KEDUA PADA SUR AT KABAR J AWA POS DAN SURYA (Stud i Analisis F ra ming Berita Sepu ta r Persaingan Foke-J okowi Dala m P emilihan Gub er nu r DKI J akar ta Pu taran Kedua Pada Su ra t Kaba r J awa Pos dan Su rya Edisi 16 Septemb er – 24 September 2012)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan membingkai dan mengkonstruksi berita-berita tentang persaingan Foke-Jokowi dalam pilgub putaran kedua. Karena saat ini masih banyak pemberitaan-pemberitaan baik yang positif maupun negative terhadap kedua kandidat tersebut. Analisis framing sebagai metode analisis teks, metode penelitian kualitatif dengan paradigma konstruksionis.

Landasan teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pers dan tanggung jawab sosial, wartawan dan media sebagai konstruksi realitas, analisis framing, Hierarchy of influence.

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah media penelitian kualitatif menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani yaitu data yang terkumpul sesuai dengan populasi dan korpus yang telah di kumpulkan oleh peneliti yaitu Jawa Pos dan Surya pada tanggal 16-24 September 2012. Data di analisis dengan menggunakan delapan struktur teks berita sebagai perangkat framing, yaitu methapors, catchprases, exemplar, depiction, roots, appleals to principle dan consequence.

Hasil dari penelitian ini, yaitu bahwa surat kabar Jawa Pos lebih menekankan frame persaingan yang ketat pada kedua calon Gubernur DKI Jakarta. Mengeksplorasi berita berdasarkan situasi yang terjadi saat galang dukungan untuk menarik perhatian masyarakat. Sedangkan Surya lebih meceritakan sosok calon Gubernur Joko Widodo dengan kesederhanaan yang beliau miliki, dan memberitakan tentang positif dan negatifnya kedua calon Gubernur DKI Jakarta.

Ka ta Kun ci : Analisis framing, berita persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan cagub DKI Jakarta putaran kedua, Jawa Pos dan Surya

ABSTRACT

Aldila Heidy Kusuma Wa rdhani, framing NEWS ON COMPETITION Foke-J okowi J AKARTA GOVERNOR ELECT ION IN THE SECOND ROUND IN J AVA POST NEWSPAPER AND SOLAR (Study of Fr aming Analysis of News on Comp etition Foke-J okowi In J a ka rta Govern or Election Second Round At Newspaper J awa Pos and Su rya Issue 16 September-24 Septemb er 2012)

This study aims to determine how journalists frame and construct stories about the rivalry Foke-Jokowi pilgub second round. Because now there are many news-reporting both positive and negative to both candidates. Framing analysis as a method of text analysis, qualitative research methods constructionist paradigm.

The foundation of the theory used in this study is the press and social responsibility, journalists and the media as the construction of reality, framing analysis, Hierarchy of influence.

The method used in this research is a qualitative study using analysis of media framing Gamson and Modigliani the data collected according to the population and the corpus has been collected by researchers that Jawa Pos and Surya on 16 to 24 September 2012. Data were analyzed by using eight news text structure as a framing device, the methapors, catchprases, exemplar, depiction, roots, appleals to principle and consequence.

The results of this study, namely that the Jawa Pos newspaper emphasized frames the intense competition in the two candidates for Governor of DKI Jakarta. Exploring the news based on the current situation seek support to attract public attention. While Surya more meceritakan figure Joko Widodo governor candidate with the simplicity that he had, and preach about the positives and negatives both candidates for Governor of DKI Jakarta.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masa la h

Politik adalah suatu proses dan pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam

masyarakat yang antara lain berwujud proses pembentukan keputusan, khususnya

dalam Negara. Pengertian ini merupakan upaya pembangunan antara berbagai definisi

yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Suatu Negara bisa bertahan dengan adanya landasan politik yang kuat.Tapi

terkadang suatu Negara juga bisa hancur karena permainan politik, terutama apabila

suatu Negara dipenuhi oleh permainan politik yang kotor.Hal seperti inilah yang

sekarang mengancam Negara kita.Berbagai masalah politik sedang dialami Negara

Indonesia.Seperti korupsi, mafia pajak, penggelapan uang, politik kotor dalam

pemerintah dan sebagainya.

Banyak sekali kasus politik yang sebenarnya belum terselesaikan dengan tuntas.

Namun dengan adanya peristiwa politik yang sedang terjadi dalam Pemilihan

Guberner (Pilgub) DKI Jakarta yakni dengan adanya hasil putaran pertama yang

dinilai oleh Foke masih ada kecurangan sehingga meminta ulang adanya pemungutan

suara putaran kedua yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 September 2012 yang

dimana akhirnya menimbulkan persaingan antar calon gubernur yang sangat ketat.

Sebelum putaran kedua dilaksanakan upaya-upaya yang dilakukan para calon

gubernur dengan melakukan kampanye-kampanye agar masyarakat dapat memilih

(11)

tersebut khususnya DKI Jakarta. Hal ini menimbulkan banyak sekali pro dan kontra

di berbagai kalangan.

Kasus seperti ini dan kasus-kasus lain yang menyangkut tentang politik di

pemerintahan tentu saja banyak diliput oleh media massa. Media massa itu sendiri

merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang kebutuhan kita akan semua

informasi, termasuk politik. Sedangkan definisi media massa terbagi menjadi dua

macam, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas mencakup media cetak

serta media elektronik (Racmadi dalam Eriyanto, 2002 : 35). Pers itu sendiri memiliki

empat fungsi khusus, yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur dan

mempengaruhi. Untuk fungsi yang terakhir ini media massa juga berfungsi sebagai

alat untuk kontrol sosial. Dari sini bisa kita lihat bahwa media massa memiliki

peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik dalam segi moral, sosial,

dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat.

Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang syarat dengan berbagai

kepentingan, konflik dan fakta yang komplek dan beragam. Menurut pandangan

Antonio Gramci (Eriyanto, 2004 : 47) media sebagai ruang di semua ideology di

presentasikan. Banyak wacana yang membincangkan hubungan realitas dengan media

singkat kata, disebutkan bahwa yang kita dengar, kita baca dan pandang di media

massa merupakan konstruksi (bangunan) atas realitas. Dengan demikian seluruh

media dengan kata lain adalah realitas yang dikonstruksikan dalam bentuk wacana

yang bermakna (Hamad dalam Pareno, 2005 : 3).Fakta yang akurat dan aktualisasi

(12)

seimbang dan dapat dipercaya. Oleh karena itu setiap perspektif media dalam

mengolah dan menyusun berita akan selalu berbeda beda baik dalam kemasan

maupun tampilan.

Setiap peristiwa yang dianggap penting dan dapat menarik perhatian pembaca

selalu diletakkan pada halaman depan surat kabar. Pandangan ini didasarkan dengan

anggapan bahwa umumnya pembaca ketika akan membaca surat kabar, yang pertama

dilihat adalah berita dihalaman depannya. Hal ini didukung oleh pendapat Rivers dan

Mathews yang menyatakan bahwa sekitar 98% dari semua pembaca surat kabar

membaca berita yang terdapat di halaman muka (Sobur, 2006 : 167).

Untuk membuat berita menjadi lebih menarik atau mampu mempengaruhi

khalayak maka media akan melakukan penonjolan-penonjolan atau menghilangkan

bagian tertentu dan memutuskan fakta mana yang akan diambil berdasarkan cara

pandang media dan wartawan itu sendiri (Sobur, 2006 : 162). Sejarah media massa

memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi

yang sama, namun menstibtusinya. Radio tidak menggantikan surat kabar, namun

menjadi sebuah objektifitas yang absolute. Hal tersebut menunjukkan bahwa dibalik

jubah kebesaran independensi dan objektifitas, seorang jurnalis menyimpan paradox,

tragedi dan bahkan ironi (Eriyanto, 2005 : v). Hal inilah yang mampu mempengaruhi

masyarakat yang membacanya.

Membandingkan beberapa pemberitaan di media sangat mungkin akan

menemukan kesimpulan yang setara, bahwa tidak mungkin media apapun dapat lepas

(13)

budaya. Media tidak sepenuhnya sama persis seperti apa yang digambarkan,

memberitakan apa adanya, cerminan dari realitas yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Media yang ada justru mengkonstruksi sedemikian rupa terhadap media

yang ada, ini semua terkait dengan bagaimana cara pandang media untuk membingkai

atau mengkonstruksi suatu realitas tertentu.

Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Surya dalam

membingkai suatu peristiwa atau fakta, terutama dalam menulis, menyajikan serta

memberikan penekanan terhadap fakta. Dalam penelitian ini, peneliti sengaja

membatasi pemberitaan pada surat kabar Jawa Pos dan Surya yakni 16 September

sampai 24 September 2012, karena pada periode tersebut harian Jawa Pos dan Surya

memuat berita-berita mengenai figur jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta

pada putaran kedua.

Alasan peneliti meneliti harian Jawa Pos dan Surya adalah karena adanya

perbedaan antara surat kabar Jawa Pos dan Surya dalam memberitakan figur jokowi

dalam pemilihan gubernur putaran kedua ini yang sedang marak diperbincangkan

saat ini. Jawa Pos dan Surya sama-sama memberitakan figur Jokowi dalam pemilihan

gubernur DKI Jakarta putaran kedua dengan berbagai isu. Isu yang berkembang

diantaranya ialah tentang pemberitaan pasangan Foke – Nara tercatat hanya memiliki

121 pemberitaan bernada negatif sedangkan pasangan Jokowi – Ahok tercatat hanya

memiliki 90 pemberitaan bernuansa negatif. Meski lebih banyak diberitakan negatif,

frekuensi pemberitaan pasangan Foke – Nara lebih banyak daripada Jokowi – Ahok.

(14)

positif mengungguli frekuensi pemberitaan pasangan Jokowi – Ahok yang berjumlah

246 berita.

Perbedaan harian Jawa Pos dan Surya dalam mengkonstruksi atau membingkai

berita dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan dari masing-masing

media dalam mempersepsikan peristiwa tersebut. Karena media bukanlah saluran

yang bebas. Media bukanlah seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya,

cermin dari realitas. Media seperti yang kita lihat justru mengkonstruksi sedemikian

rupa realitas.Untuk meneliti dua media (Jawa Pos dan Surya) tersebut diatas, peneliti

memilih analisis framming sebagai metode penelitian.Alasannya adalah karena dalam

perspektif komunikasi, analisis framming dipakai untuk membedah cara-cara atau

ideologi media saat mengkonstruksi fakta.Analisis ini mencermati strategi seleksi,

penonjolan, dan pertautan fakta dalam berita agar lebih bermakna.Lebih berarti atau

lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya.

Dengan kata lain, framming adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara

pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara

pandang atau perspektif itu pada akhirnya akan menentukan fakta apa yang akan

diambil, bagaimana yang akan ditonjolkan dan akan dihilangkan serta hendak dibawa

kemana berita tersebut. Sikap mendukung, positif ataupun negatif hanyalah efek dari

bingkai yang dikembangkan oleh media. Sehingga pada dasarnya framming adalah

metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara

(15)

“cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas (Nugroho,

Eriyanto, Surdiasis, dalam Sobur, 2006 : 162).

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing model William Gamsom dan

Modigliani. Alasan peneliti adalah pada model Gamsom dan Modigliani ini terdapat

perhatian lebih dalam membingkai berita terutama tentang gerakan sosial (social

movement) sehingga menimbulkan tindakan kolektif. Penulis merasa model ini cocok

apabila dikaitkan dengan berita persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur.

Hasil analisis terhadap teks berita memperlihatkan kedua surat kabar berbeda

dalam membingkai perbedaan persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur.

Perbedaan itu tidak lepas dari berbagai factor yang mempengaruhi pers terutama

sikap terhadap kasus ini.Terdapat sisi pro dan kontra yang ada dalam seputar

persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur yang dimana dalam setiap

kesempatan kampanye para calon gubernur saling menyindir dengan sikap dan

ucapan.Diantaranya pihak pro karena dalam pungutan suara putaran pertama yang

dinilai oleh pasangan Foke – Nara masih ada kecurangan sehingga meminta ulang

pemungutan suara putaran kedua, sehingga menimbulkan banyak persepsi negatif dari

pihak masyarakat dan sekitarnya.

Perbedaan frame Jawa Pos dan Surya terhadap berita ini karena faktor

pembingkaian masing-masing media, melalui penekanan dan penonjolan sisi tertentu

dan penghilangan sisi yang lain yakni dalam teks berita dan berupa foto (visual

image) perbedaan pembingkaian kasus tersebut akan memberikan informasi yang

(16)

realitas terhadap pembaca surat kabar. Dengan wacana yang diperbuat oleh pers

dalam membangun teks berita, maka pers tidaklah natural untuk memberitakan suatu

peristiwa sebab untuk memproduksi teks berita banyak faktor yang

mempengaruhinya.

1.1Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah pembingkaian berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan

Gubernur DKI Jakarta putaran kedua di surat kabar Jawa Pos dan Surya?”

1.2Tujua n Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita mengenai figur Jokowi dalam

pemilihan Gubernur DKI Jakarta putaran kedua dalam surat kabar Jawa Pos dan

Surya.

1.3Manfaa t Penelitian

1.3.1 Manfaa t Teor itis

Untuk memberikan cirri ilmiah pada sebuah penelitian dengan

mengaplikasikan teori-teori khususnya teori komunikasi tentang pemahaman pesan

yang dikemas oleh media melalui media analisis framming.Sebagai fenomena

komunikasi yang mempunyai signifikasi, teoritis, metodologis dan praktis, studi

(17)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi

sumbangan pemikiran pada institusi surat kabar, terutama surat kabar Jawa Pos

(18)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Inter aksi Per s dan Pemer intah

Hubungan antara pers dan pemerintah dalam kerangka mencari dan membuat

berita bukanlah hubungan sepihak, malinkan hubungan yang timbale balik antara dua

pihak. Berbagai pertimbangan dan tujuan dapat terjadi saat pemerintah

menyampaikan pesan agar diketahui, menyampaikan pesan untuk memancing reaksi,

untuk memulai proses pembentukan pendapat umum, untuk peringatan bagi

instansi-instansi yang bersangkutan, peringatan bagi masyarakat untuk menetralisir suatu isu,

dll. (Oetama, 2001 : 247)

Tentang pertanggung jawaban pers atas pemberitaan yang menyangkut

masyarakatpun tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan interaksi antara pers

dan pemerintah.Asumsinya, pemerintah sebagai instansi yang juga berkedudukan

sebagai pembina kehidupan pers. Bahkan dalam sistem pers di Indonesia sering

dikemukakan hubungan itu juga tidak terlepas dari masyarakat sebagai bagian dari

interaksi yang dituangkan dalam cita-cita terwujudnya interaksi antara pemerintah,

pers dan masyarakat.

Interaksi itu sendiri adalah bagian dari hidup manusia.Dengan interaksi tiada henti

dilakukan menyebabkan manusia terus bisa bertahan hidup dalam cita dan citra

kemanusiaannya.Interaksi dapat berlangsung dengan baik apabila ada kesederajatan

(19)

dan menghargai dengan sesamanya. Tanpa demikian interaksi akan berjalan timpang

dan tidak akan membawa hasil yang seperti diharapkan.

Dihubungan dengan interaksi di antara pers dengan pemerintah juga dapat

terlaksana dengan baik apabila para pihak menyadari posisi masing-masing dalam arti

bahwa beranjak dari para posisi itulah para pihak melaksanakan kewajiban sesuai

dengan posisinya.

Bahasa yang sederhana untuk mewakili apa yang dimaksud interaksi antara

pemerintah dengan pers adalah sampai seberapa batas kebebasan pers dalam

menyajikan pemberitaannya. Pada sisi lain sampai dimana batas pemerintah dalam

memberi toleransi sehingga proses interaksi itu masih di katakan positif. Peran

pemerintah dalam kaitannya dengan ini adalah sebagai institusi pengendali (sturing)

atau pengawasan terhadap lembaga kemasyarakatan termasuk pers. Bagi pers

pengawasan atau pengendalian tersebut akan menjadikannya tumbuh sehat dan

dinamis serta menjadikannya sebagai sarana kontrol sosial yang konstruktif. (Wahidin

2006 : 101-104).

2.1.2 Ber ita, Konstr uksi Realitas dan Politik

Berita dalam surat kabar merupakan satu hal yang sangat penting. Karena

fungsinya yang memberikan informasi berdasarkan fakta realitas, disediakan sebagai

sajian utama konsumsi khalayak.Berita adalah rekonstruksi fakta sosial yang

(20)

Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi, yang menetukan mana

yang dianggap berita dan mana yang tidak, dengan melewati proses seleksi.Peristiwa

tidak lantas disebut sebagai berita, tapi harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa

itu memenuhi kriteria berita.Selain dari kepentingan peristiwa itu sendiri, nilai berita

juga ditentukan dari bagaimana peristiwa tersebut dikemas, mana yang layak

diberitakan dan mana yang harus dihilangkan. (Eriyanto, 2005 : 104)

Ada beberapa persyaratan yang harus dilihat pada peristiwa yang bagaimana

memiliki nilai berita.Selain karena sifatnya yang termasa, penting dan luar biasa, juga

menimbulkan akibat dan ketegangan konflik yang ada, sebuah peristiwa juga layak

diberitakan jika menyangkut kepentingan masyarakat, seperti peristiwa politik.

(Assegaf, 1991 : 25-41)

Berita-berita politik selalu menarik pembaca, karena kehidupan politik suatu

Negara akan sangat mempengaruhi kepentingan pribadi dalam suatu Negara. Seperti

yang dikatakan Waren dalam Assegaf (1991:41)

“Newspaper policy manifest it self more definitlyand consistenlyin politics and

public affairs ae inseparable” (kebijakan dalam surat kabar Nampak dengan tegas

dan nyata dalam pemberitaan politik daripada pemberitaan-pemberitaan lainnya,

karena alas an-alasan yang nyata bahwa politik tidak dapat dipisahkan dengan

masalah-masalah umum.)

Pejabat menggunakan pers untuk menyebarkan pesan dalam pemerintahan agar

mempengaruhi hasil kebijkan. Pembuat kebijakan juga menggunakan pers untuk

(21)

meredakan kekhawatiran publik, membina dukungan, dan memajukan tujuan

kebijakan maupun karier politik (Nimmo, 2000 : 230). Maka pada umumnya pejabat

pemerintahan berusaha menggunakan pers dalam keperluan politik tertentu.

Hamad dalam Sobur (2001 : 166) menyebutkan bahwa pada dasarnya, pekerjaan

media massa adalah mengkonstruksi realitas. Ada tiga tindakan yang biasanya

dilakukan oleh pekerja media dalam mengkonstruksi realitas politik, yang berujung

dalam pembentukan makna atau cita mengenai sebuah kekuatan politik, yang

berujung dalam pembentukan makna atau cita mengenai sebuah kekuatan

politik.Pertama, dalam hal pillihan kata (simbol) politik yang ditentukan oleh

komunikator poltik sebagai sumber berita, media hanya bersifat melaporkan

saja.Kedua, dalam melakukan pembingkaian (framming) peristiwa politik, karena

keterbatasan teknis pada media, jarang ada berita yang memuat berita secara utuh.

Media mencoba menyederhanakan peristiwa melalui pembingkaian fakta dalam

bentuk berita, menyeleksi kepentingan-kepentingan, sehingga layak atau tidaknya

informasi itu ditayangkan telah melalui proses keredaksian. Ketiga, menyediakan

ruang dan waktu untuk sebuah peristiwa politik, maka peristiwa politik itu

akanmendapat perhatian khalayak. Semakin besar tempat yang disediakan untuk

berita politik semakin besar pula perhatian masyarakat.

Dengan menggunakan analisis framing, akan terlihat bahwa masing-masing

media memiliki “penagkapan” tersendiri tentang berita mana yang perlu ditonjolkan

(22)

dihilangkan. Begitu pula dengan cara bagaimana sebuah isu dituturkan, pasti sebuah

media memiliki angle, cara dan masing-masing gaya yang berbeda.

2.1.3 Figur J okowi da la m pemilihan Guber nur DKI J akar ta

2.1.4 Per s da n Fungsi-fungsinya.

Pers berasal dari bahasa Belanda, “pers” yang artinya menekan atau mengepres.

Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris yang juga berarti

menekan atau mengepres. Secara harfiah kata pers atau press mengacu pada

pengertian komunikasi yang dilakukan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik.

Terutama kegiatan untuk menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik

maupun wartawan media cetak.

Definisi pers dalam arti kata sempit, yaitu menyangkut kegiatan komunikasi yang

hanya dilakukan dengan perantara barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata

luas adalah menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media

cetak maupun elektronik seperti radio, televise maupun internet. (Hikmat dan

Purnama, 2005 : 17).

Tugas dan fungsi pers antara lain :

1. Infor matif

Pers berfungsi memberikan berita atau informasi pada khalayak dengan cara

teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi

banyak orang dan kemudian menuliskannya dalam kata-kata.

(23)

Pers mempunyai peran memberikan kontrol sosial di masyarakat antara lain

amsuk kebalik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah

atau perusahaan. Pers harus memberikan kejadian mana yang baik dan tidak

baik.

3. Inter pr etatif dan Dir ektif

Pers memberikan interpretasi dan bimbingan serta menceritakan pada

masyarakat tentang suatu kejadian.

4. Menghibur

Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan

menarik.Mereka menceritakan kisah llucu untuk deketahui walaupun kisah

tersebut tidak terlalu penting.

5. Regener a tif

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar tidak

terjadi proses regenerasi pada angkatan yang sudah tua kepada yang lebih

muda.

6. Pengawalan hak-ha k war ga Negara

Pers berperan mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi.Pers yang

bekerja berdasarkan teori tanggung jawab harus dapat menjamin setiap pribadi

untuk di dengar dan diberi penerangan yang dibutuhkan.

(24)

Pers juga berfungsi melayani sistem ekonomi melalui iklan. Dengan iklan,

penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan dan barang produksipun dapat

dijual.

8. Swadaya

Pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia

dapat membebaskan dirinya dari pengaruh serta tekanan dalam bidang

keuangan. (Hikmat dan Purnama, 2005 : 27)

2.1.5 Definisi Ber ita

M. Lyle Spencer dalam bukunya berjudul News Writinng menyatakan bahwa :

“bertia dapat didefinisikan sebagai setiap kata yang akurat atau suatu ide yang dapat

menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”. Bruce D. Stule pun mengatakan

bahwa berita adalah anjing yang menggigit manusia adalah biasa (bukan berita),

tetapi manusia yang menggigit anjinng itu luar biasa dan merupakan berita.

Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam bukunya Reporting edisi III menyebutkan

: “berita adalah laporan tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memilliki daya

tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”. (Deddy, 2005 : 21).

Dari beberapa definisi berita diatas maka dapat disimpulkan bahwa berita adalah

segala informasi yang menarik perhatian bagi masyarakat yang didukung oaleh

adanya fakta atau idea tau opini faktual yang menarik serta akurat serta dianggap

penting bagi sejumlah khalayak, pembaca, pendengar maupun penonton dan dapat

(25)

2.2 Nila i Ber ita

Mencher menguji apakah suatu informasi layak menjadi berita dalam tujuh nilai

berita : (Askurifai, 2006 : 50)

1. Timeless

Kesegaran waktu peristiwa yang baru-baru ini terjadi.

2. Impact

Suatu kejadian dapat memberikan dampak terhadap banyak orang.

3. Prominence

Suatu kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi seseorang ataupun

lembaga.

4. Proximity

Suatu kejadian yang ada unsur kedekatannya dengan seseorang, baik secara

geografis maupun emosional.

5. Conflict

Suatu kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang, masyarakat

maupun lembaga.

6. The Unusual

Suatu peristiwa yang tidak biasa terjadi dan menjadi pengecualian dari

pengalaman sehari-hari.

7. The Currency

(26)

2.3 Kua lita s Ber ita

Beberapa standart yang dipakai untuk mengukur kuallitas berita menurut Charnley :

(Askkuriafi, 2006 : 51)

1. Accurate

Sebelum berita disebarkan harus dicek dulu kebenarannya.

2. Properly Attributed

Semua aksi atau narasumber harus mempunyai kapasitas untuk memberikan

kesaksian atau informasi tentang berita tersebut.

3. Balance and Fair

Semua narasumber harus digali informasinya secara seimbanng.

4. Objective

Penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari realitas, fakta

dan narasumber.

5. Brief and Focus

Materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung sehingga mudah dipahami.

6. Well Written

Kisah beritanya jelas, lagsung dan menarik. (Chanley, 1965)

2.4 J enis Ber ita

Onong, JB Wahyudi membagi jenis-jenis berita televise menjadi dua, yakni :

(27)

Uraian peristiwa atau pendapat yang mengandung nilai berita dan terjadi pada

hari ini dan harus segera disampaikan. Berita terkini disajikan dalam dua

bentuk :

a. Berita langsung ( straight news ) yaitu uraian fakta atau pendapat yang

mengandung unsure 5W+1H dengan susunan piramida terbalik. Berita

kuat hanya menguraikan fakta atau pendapat yang timbul dari peristiwa

atau pendapat lain diluar peristiwa.

b. Berita mendalam ( indepth news) yaitu uraian fakta atau pendapat yang

mengandung nilai berita, dengan menepatkan fakta atau berita itu pada

mata rantai dan merefleksikannya dalam konteks permasalahan yang lebih

luas. Fakta yang diuraikan dikaitkan dengan peristiwa atau pendapat lain

yang relevan dengan fakta yang diuraikan.

2. Berita berkala

Uraian fakta atau pendapat yang sudah terjadi sehingga aktualitasnya

sudah berkurang, tetapi nilai menariknya masih ada sehingga penyajian pada

khalayak tidak terikat waktu. Yang termasuk dalam jajaran berita berkala

adalah :

a. Laporan Eksploratif

Uraian mengenai fakta atau pedapat yang diperoleh dengan cara menggali.

Tpoik bahasan adalah ditentukan, lalu dicari berbagai permasalahan yang

(28)

dengan pembukaan, situasi yang ada, tujuan yang hendak dicapai,

kesimpulan dan penutup.

b. Laporan Khas

Uraian fakta yang bersifat khas atau unik, seperti pemulung, pengemis,

pengusaha dan lain sebagainya yang diuraikan secara terperinci.

c. Berita Analisis

Uraian fakta dan pendapat yang bersifat analisis. Dengan kata lain, uraian

yang disusun setelah fakta dan pendapat yang akan dan pendapat yang

timbul akan ikut terselesaikan dengan sendirinya.

d. Human Interest

Uraian fakta yang memberikan sentuhan rasa insane atau rasa

kemanusiaan.Misalnya, haraimau yang melahirkan, orang utan yang

menyusui anaknya dan lain sebagainya.

e. Majalah Udara

Gabungan uraian fakta dan pendapat yang dirangkai dalam satu wadah

atau mata cara. Fokus majalah udara adalah materi yang bersifat berkala

atau feature, termasuk human interest. Missal bayi selamat dalam sebuah

kecelakaan, global warming, dan lain-lain.

2.5 Analisis Fr aming Ter masuk Pa radigma Konstr uktivis

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruktivis, dimana

(29)

berita yang dihasilkan. Paradigm ini juga memandang bahwa realitas kehidupan

sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. Sehingga

konsentrasi analisisnya adalah menemukan peritiwa atau realitas tersebut

dikonstruksi dengan cara apa dibentuknya. Dalam studi komunikasi, paradigma ini

sering disebut sebagai paradigma produksi dan penukaran makna.

Konsep framing daripada konstruksionis dalam literature sosiologi

memperkuat asumsi mengenai proses kognitif individual, perstrukturan kognitif dan

teori proses pengendalian informasi dalam psikologi. Framing dalam konsep

psikologi dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga

elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu yang

lebih besar.Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam

mempengaruhi penilaian individu atau penarikan kesimpulan.

Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap

paradigma positivis.Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati

oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang bisa dilakukan

oleh kaum positivis.Paradigma konstruktivisme yang ditelesuri dari pemikiran

Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam,

karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial

mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan

(30)

2.6Ana lisis Fr aming

Analisis farming merupakan suatu analisis yang dipakai untuk mengungkapkan

bagaimana seorang wartawan dari semua media tertentu membingkai atau

mengkonstruksi suatu realita atau kasus tertentu.Analisis framing digunakan untuk

membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta.Analisis ini

mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih

bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring

intterpretasi khalayak sesuai perspektifnya.

Selain itu, analisis framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana

realitas itu dibentuk dan dikontruksi oleh media. Proses pembentukan dan kontruksi

realitas itu hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang menonjol dan lebih

dieknal. (Eriyanto, 2005 : 66)

Gagasan ide mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun

1955 (Sudibyo dalam Sobur, 2004 : 161). Frame pada awalnya dimaknai sebagai

struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan

politik, kebijakan dalam wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standart

untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh

Goffam (1974) yang mengendalikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku

(strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2004

: 162). Realitas itu sendiri tercipta dalam konsepsi wartawan.Sehingga berbagai hal

yang terjadi seperti faktor dan orang, didistribusikan menjadi peristiwa yang

(31)

Konsep tentang framing sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, tetapi

dipinjam dari ilmu kognitif (psikologi). Dalam prakteknya analisis framing juga

membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan cultural

untuk menganalisa fenomena komunikasinya (Sudibyo, 2004 : 162).

G.J. Aditjindro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas

dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, meliankan

dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu

saja, dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasinya. (Sudibyo, 2001 : 165)

Pada analisis farming yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai,

memahami, dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada dalam berita.

Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai suatuanalisis

untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa,aktor,kelompok,atau apa saja)

dibingkai oleh media. (Eriyanto, 2004 : 3)

Konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu dan bagaimana

menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita. Disisni, framing

dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu

tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar daripada isu-isu yang lain.

Sehingga jelas berdasarkan Gitlin dalam Eriyanto, dengan framing jurnalis

memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemaskan sedemikian

rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disamping pada khalayak. (Eriyanto, 2004 :

(32)

Dalam framing ada empat teori, salah satunya adalah teori William

A.Gamson.gamson memiliki pandang bahwa isu atau peristiwa publik adalah bagian

dari konstruksi realitas. Kemasan (package) menetukan bagaiman suatu isu atau

peristiwa dijelaskan oleh khalayak.Gamson adalah seorang sosiolog, jadi titik

perhatian Gamson adalah gerakan sosial (social movement).Gerakan sosial Gamson

tidak mau menyinggung studi media, elemen penting dari gerakan sosial.Hal inilah

yang menimbulkan farming, frame merujuk pada skema pemahaman individu

sehingga seseorang dapat menempatkan, mempersepsi, mengidentifikasi dan member

label peristiwa dalam pemahaman tertentu.

Kekuatan media mempegaruhi situasi konflik, sebab kekuatan media melalui

proses pembigkaian (framming), teknik pengemasan data, penggambaran fakta,

pemilihan sudut pandang (angle), penambahan atau pengurangan pada foto dan data,

media mempunyai potensi untuk menjadi peredam atau mendorong konflik. Media

bisa memperjelas sekaligus mempertajam konflik.Media bisa memperjelas sekaligus

mempertajam konflik atau sebaliknya mengaburkan dan mengelimirnya.Media bisa

merekonstruksi realitas, namun juga bisa menghadirkan hipperrealitas. (Sobur, 2006 :

171)

2.7Konsep Framming Gamson dan Modigliani

Dalam buku analisis framing (Eriyanto, 2005 : 217-219) menjelaskan bahwa

William A. Gamson adalah salah satu ahli yang menjelaskan tentang framing. Dalam

(33)

mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa. Pendapat

umum tidak cukup jika hanya didasarkan pada data survei khalayak, tetapi perlu

dihubungkan dan dibandingkan dengan bagaimana media mengemas dan menyajikan

suatu isu.Sebab bagaimana media menyajikan suatu isu menentukan bagaimana

khalayak memahami dan mengerti suatu isu. (Eriyanto, 2005 : 217)

Gamson adalah salah satu ahli yang paling banyak menulis tentang

framing.Dalam pandang Gamson, wacana media adalah elemen yang penting untuk

memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau

peristiwa.Sebagai seseorang sosiolog, Gamson menaruh minat besar pada studi

media, terutama perhatiannya tentang gerakan sosial (Social Movement). Kaitannya

dengan media, bahwa media membuat frame tertentu dalam melihat suatu pergerakan

sosial yang menjadi realitas sosial kehidupan. Frame menjadi aspek yang menetukan,

memiliki peran dalam mengorganisasi pengalaman baik individu maupun kolektif.

Oleh para elit penguasa, peristiwa dibingkai sedemikian rupa sehingga diharapkan

khalayak akan mempunyai perasaan yang sama, pandangan yang sama terhadap suatu

isu, tujuan yang sama bahkan memiliki musuh yang sama pula. (Eriyanto, 2005 :

218-219)

Menurut Gamson, keberhasilan dari gerakan sosial terletak tentang bagaimana

peristiwa tersebut dibingkai sehinga menimbulkan tindakan kolektif. Oleh karena itu,

gerakan sosial selalu menyeleksi dan menggunakan simbol, nilai dan retorika tertentu

(34)

simpati khalayak. Semua proses framing selalu menyertakan pengolahan simpati

khalayak serta menyertakan pengolahan informasi yang kompleks menjadi informasi

yang sederhana dan memakai label serta bingkai yang mudah dikenal.

Gagasan Gamson mengenai frame media ditulis bersama Andre Modigliani.

Bagi Gamson, frame tidaklah sama atau sebangun dengan sikap setuju atau sikap

tidak setuju. Yang menjadi titik perhatian dari framming adalah bagaimana suatu

peristiwa dibingkai dan disajikan pada khalayak. Oleh Gamson dan Modigliani, frame

dipandang sebagai cara bercerita (story line) atau gugusan ide yang tersusun

sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan

dengan suatu wacana. Cara pandang yang menentukan mana yang akan ditonjolkan,

dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut oleh Gamson dan Modigliani

disebut dengan kemasan (package), yaitu rangkaian ide yang menunjukkan isu apa

yang akan dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan, semacam skema atau

struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan

yang ia sampaikan dan untuk menafsirkan makna pesan yang ia terima. (Eriyanto,

2005 : 223-224)

2.8 Per angkat Framming Gamson dan Modigliani

Farmming dalam pandangan Gamson dipahami sebagai seperangkat

gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai

suatu isu.Ide ini akan didukung oleh seperangkat wacana lain sehingga satu bagian

(35)

didukung oleh seperangkat wacana lain, missal dari pemakain kalimat, fakta,

metafora dan sebagainya yang mana kesemua elemen itu akan saling mendukung

menuju satu titik temu yang menjadi ide sentral dari sebuah berita. (Eriyanto, 2005

: 226)

Ada dua perangkat sebagaimana ide sentral ini diterjemahkan dalam teks

berita. Pertama, framming devide (perangkat framing) yang mengarahkan

bagaimana cara melihat isu, berkaitan dengan ide sentral atau ide yang akan

ditentangkan dalam teks berita. Ditandai dengan pemakaian kata, kalimat,

grafik/gambar, dan metafora tertentu yang merujuk pada satu gagasan tertentu.

Framming device ini terdiri atas :

1. Methaphors( perumpamaan atau pengandaian ), secara literal dipahami sebagai

cara memindahkan makna sesuatu dengan merelasikan dua fakta memakai

analogi, sering menggunakan khiasan menggunakan ‘seperti’ atau ‘bak/bagai’.

Sedangkan metonymy – kebalikan metafora, mentransfer makna sesuatu

dengan mengagosiasikan bagiannya untuk mewakili keseluruhan, atau

menggunakan bagian sesuatu sebagai simbol yang bisa digeneralisasikan

(menyimbolkan keseluruhan).

Menurut Fiske, metafora bukan hanya sekedar perangkat literal saja, tetapi

merupakan common sense pengalaman hidup keseharian yang diasumsikan, bisa

di-taken from granted oleh masyarakat. Metafora bukan hanya sekedar perangkat

(36)

asosiasi dari asumsi dan penilaian, dengan membuat sense tertentu. (Siahaan,

2001 : 84)

Seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok melalui teks, tapi

juga khiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau

bumbu dari suatu berita. Tapi pemakain metafora tertentu bisa menjadi petunjuk

utama untuk mengerti makna suatu teks.Wartawan menggunakan kepercayaan

masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, petuah kuno, atau mungkin

unngkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang digunakan untuk memperkuat

suatu pesan utama.

Gamson menyebut hal ini sebagai “popular wisdom” popular wisdom dipakai

untuk menciptakan dan merangkai sejumlah pesan agar khalayak dapat

mengkonstruksi suatu wacana.Dengan demikian pesan tampak bijaksana, seperti

misalnya terlihat dalam contoh kalimat “Tuhan tidak akan merubah nasib suatu

kaum, kecuali kaum tersebut sendiri yang mengubah nasibnya”.Dimana ungkapan

tersebut dipakai untuk menentramkan masyarakat yang terkena musibah.

(Eriyanto, 2005 : 226)

2. Catchphrases( frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana,

umumnya berbentuk slogan), merupakan istilah, bentukan kata, atau frase khas

cerminan fakta yang merujuk pada pemikiran atau semangat sosial tertentu

guna mendukung praktik kekuasaan (Siahaan, 2001 : 85). Slogan/semboyan

yaitu makna pendek yang mudah diingat yang memberi semangat dan

(37)

3. Exemplaar (mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian teori, perbandingan

yang memperjelas bingkai) adalah menguraikan atau mengemas makna

tertentu secara mendalam agar memiliki bobot makna lebih pada satu sisi untuk

dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya sebagai pelengkap dalam kesatuan

wacana. Tujuannya memperoleh pembenaran beroperasinya kekuasaan.

4. Depiction (penggambaran isu yang bersifat konotatif, umumnya berupa

kosakata, leksion untuk melabeli sesuatu). Adalah penggambaran fakta

memakai kata, istilah, kalimat bermakna konotatif, dan bertendensi khusus

agar pemahaman khalayak terarah kecitra tertentu, misalnya mencuatkan

gairah, harapan, ketakutan, posisi moral, serta perubahan. Asumsinya,

pemakaian kata khusus ini berdaya membangkitkan prasangka, dan efektif

untuk bentuk aksi politik. Deception dapat berupa :

a. Stigmatisasi / labelisasi adalah penggunaan kata atau istilah afensif

(dicabkan/dilabelkan) pada seseorang untuk kelompok sehinngga

melahirkan pengertian lain dari keadaan sesungguhnya.

b. Eufinisme adalah menghaluskan fakta melalui kata/kalimat sehingga

maknanya bereda dari sesungguhnya.

c. Desfinisme adalah mengngasarkan/mengeraskan fakta melalui

kata/kaliamat sehingga maknanya berbeda dari sesungguhnya.

Akrominisasi adalah pendekatan kata/kalimat (singkatan dan akronim)

d. secara tak proporsional atau berlebihan sehingga menimbulkan kekacauan

(38)

5. Visual image (gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara

keseluruhan, berupa foto, kartun, atau grafik untuk menekankan dan

mendukung pesan yang ingin disampaikan) untuk mengekspresikan kesan,

seperti perhatian (penegasan) atau penolakan (kontra), dengan menggunakan

huruf yang dibesarkan/dikecilka, ditebalkan/dimiringkan atau digaris bawahi,

serta pemakaian bermacam warna. Tata letak halaman (page lay out)juga

merupakan dimensi visual wacana, seperti lebar kolom, penempatan halaman

dan panjang berita.

Yang kedua adalah, reasoning device (perangkat penalaran), yang

memberikan alasan pebenaran apa yang seharusnya dilakukan terhadap isu

tersebut. Perangkat penalar ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari teks

tersebut yang merujuk pada gagasan tertentu. Sebuah gagasan tidak hanya terisi

kata atau kalimat, tetapi juga ditandai dasar pembenar atau alasan tertentu,

sehingga lewat aspek penalaran itu khalayak akan menerima pesan sebagai keberan

yang alami dan wajar. Reasoning device ini terdiri dari : (Eriyanto, 2005 : 227)

1. Roots (analisis kausal atau sebab akibat), mengedepankan hubungan

yang melibatkan suatu objek atau lebih yang diannggap sebagai sebab

terjadinya hal yang lain. Tujuannya untuk memberikan alas an

pembenar dalam penyimpulan.

2. Appeals to principle (premis dasar, klaim-klaim moral) adalah upaya

memberikan alasan pembenar dengan memakai logika dan prinsip

(39)

3. Consequences adalah efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai

Per angakat Fra ming William A. Gamson dan Modigliani

Frame :

Central organizing idea for making senses of relevant events, suggesting, what is

that isues.

Framming Device :

1. Methapors

2. Catchphrases

3. Exemplar

4. Depiction

5. Visual Images

Reasoning Devices :

1. Roots

2. Apples to Principle

3. consuquences

Tabel 2.1 Perangkat Framing William A. Gamson dan Modigliani

2.9Ker angka Ber fikir

Berita tentang persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta,

pemicu adanya persaingan ketat antara Foke dan Jokowi dipicu oleh adanya

pemungutan suara putaran kedua dikarenakan foke merasa ada kecurangan dalam

pemungutan suara yang pertama.

Berita ini tentu dimuat dengan kemasan berbeda oleh media massa, khususnya

(40)

peneliti sebagai subjek penelitian karena kedua surat kabar tersebut meruapakan surat

kabar nasional terkenal, memiliki reputasi baik dan kedalaman analisis serta gaya

penulisan yang rapi.

Berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta pada

putaran kedua ini dibingkai secara cukup berbeda oleh surat kabar Jawa Pos dan

Surya. Penulis menggunakan teori analisis framing Gamson dan Modigliani untuk

meneliti pembingkaian berita pada kedua media.Teori ini membagi menjadi dua

bagian, yang pertama framming device, meliputi methamorps, catchprases,

exemplars, depiction dan visual images. Bagian yang kedua yakni reasoning device

meliputi :roots, appeals to principle dan consequences.

Media Massa Koran

Pembingkaian berita seputar persaingan Foke-Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta Putaran Kedua Pada Surat Kabar Jawa Pos dan

Surya

Analisis Framing Gamson dan

Modigliani

(41)

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Konseptual

Penelitian tentang figur Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada

putaran keduadi surat kabar Jawa Pos dan Surya, yaitu melihat bagaimana kedua surat

kabar ini membingkai melalui sudut pandangnya dan mengemas sesuai gaya

bahasanya mengenai figur Jokowi dalam pemilihan Guberbur DKI Jakarta pada

putaran kedua dimulai dari 16 September hingga 24 September 2012yang dalam

berita-beritanya yang dianalisis dengan menggunakan perangkat framing dari

Gamson dan Modigliani.

Secara konseptual didefinisikan sebagai berikut, pertama melihat gagasan utama

dari Jawa Pos dan Surya tentang bagaimana kedua surat kabar tersebut mengangkat

berita-berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada

putaran kedualalu membingkainya ke dalam frame tertentu. Kemudian dengan

menggunakan teks media, frame utama yang mengandung symbol-simbol dalam

pesannya, kemudian diuraikan dengan perangkat framing (methapors, exemplaors,

catchphrases, depiction, visual image) dan perangkat penalaran (roots, appeals to

principle, concequences).

Methapors, yaitu melihat makna dari berita persaingan Foke – Jokowi dalam

pemilihan gubernur DKI Jakarta Di surat kabar Jawa Pos dan Surya, dengan

merealisasikan fakta yang berupa khiasan atau juga mentransfer kata yang memiliki

(42)

Catchpharases, yaitu melihat frase atau bentukan kata yang menarik, menonjol

dalam berita Jokowi dan Foke bersaing ketat terdapat pada kata “kami juga surprised

hasilnya kok ketat banget” dikutip dari Jawa Pos pada tgl 16 September 2012.

Exemplars, yaitu uraian teori yang digunakan untuk mengaitkan dan memperjelas

bingkai dengan menghadirkan contoh.Posisinya sebagai pelengkap pembenaran,

dalam pemberitaan figur Jokowi-Ahok “Hari ini atau tidak sama sekali” Seperti yang

dikutip dari Jawa Pos tgl 20 September 2012.

Depiction, yaitu penggambaran fakta yang bersifat konotatif, bertendensi khusus

afar pemahaman khalayak terarah pada citra tertentu yang dapat memunculkan

harapan atau bahkan ketakutan. Misalnya pada Surya 22 September 2012 yanng

dimana dalam berita tersebut menjelaskan bahwa istri Fauzi Bowo menyaksikan

kekalahan suami hingga menitihkan air mata.

Visual Image, yaitu menampilkan foto atau gambar pada pemberitaan yang

berkaitan dengan figur Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta Pada kedua

media tersebut. Selain itu juga pengaturanlay out seperti penempatan halaman, lebar

kolom dan bentuk headline yang dilakukan oleh surat kabar Jawa Pos dan Surya

untuk mempengaruhi dan mendukung berita tersebut. Seperti ikon Duet Jokowi –

Ahok unggul tipis yang di tampilkan di headline Jawa Pos pada tgl 19 September

2012

Perangkat framming tersebut juga didukung oleh perangkat penalaran yang

digunakan sebagai alasan pembenar. Dari berita Baju kotak dan Kumis dilarang

(43)

melibatkan suatu objek yang dianggap sebagai alas an karena adanya pemilihan

gubernur DKI Jakarta yang dimana masing-masing calon gubernur memiliki ikon

sehingga muncullah pemberitaan yang berhubungan dengan ikon yang mereka miliki.

Appeals to principle adalah upaya pemberian alasan pembenar dengan mamakai

logika dan prinsip moral untuk mengklaim sebuah kebenaran.Misalnya, “Right

statement in a wrong time”.

Yang terakhir adalah concequences atau efek yang didapat dari bingkai berita

yang dilakukan oleh surat kabar Jawa Pos dan Surya. Yaitu bagaimana khalayak

menerima kebenaran dari apa yang telah diuraikan oleh kedua media, Surya dan Jawa

Pos tentang persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta dalam

putaran kedua.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos dan Surya. Sedangkan obyek

penelitian adalah berita-berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI

Jakarta pada putaran kedua yang dimuat oleh kedua surat kabar tersebut, yaitu antara

tgl 16 September sampai 24 September 2012 di surat kabar harian Jawa Pos dan

Surya.

3.3 Unit Ana lisis

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah unit reference, yaitu unit

(44)

mengenai figur Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada putaran kedua di

surat kabar Jawa Pos dan Surya.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, ungkapan

narasumber, untuk mengungkap pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh

media Jawa Pos dan Surya dalam melihat suatu peristiwa yaitu mengenai figur

Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada putaran kedua.

3.4 Kor pus

Korpus dalam penelitian ini adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas dari

unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama. Pendapat lain

juga ada yang mengatakan bahwa korpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas,

yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan,

bersifat sehomogen mungkin. (Kurniawan,2001 : 70). Sifat yang homogeny itu

dibutuhkan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat

dianalisis secara keseluruhan.

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita yang berkaitan dengan figur

Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada putaran kedua yaitu tgl 16

September hingga tgl 24 September 2012di surat kabar Jawa Pos dan Surya.

(45)

NO Edisi J udul

1 edisi 16 September 2012 Jokowi Landai

2 edisi 17 September 2012 Jokowi Lebih Banyak Diberitakan Positif

3 edisi 18 September 2012 Jokowi Boyong Keluarga ke Jakarta

4 edisi 19 September 2012 Duet Jokowi-Ahok Unggul Tipis

Korpus yang terdapat pada surat kabar Surya adalah sebagai berikut :

SURAT KABAR SURYA

NO Edisi J udul

1 edisi 21 September 2012 Pesona Wong Ndeso

2 edisi 22 September 2012 Jokowi Habiskan 27 M

3 edisi 23 September 2012 Jokowi Langsung Ditelepon SBY

4 edisi 24 September 2012 Jokowi Futsal di Sriwedari

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian tentang figur Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta pada

putaran keduayang dimuat oleh surat kabar Jawa Pos dan Surya mulai tgl 16

September hingga tgl 24 September 2012 ini didapat dari pengumpulan secara

langsung dari medianya dan mengidentifikasi isi berita yang berpedoman pada model

analisis framing dari Gamson dan Modigliani. Data dari identifikasi tersebut

kemudian dianalisis untuk mengetahui perspektif media dalam mengkonstruksi suatu

(46)

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis framming sebagai teknik dalam menganalisis

data penelitian ini. Analisis framming adalah pendekatan untuk mengetahui

bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan media ketika

menyeleksi isu dan menulis berita. Fakta mana yang akan ditinjolkan atau

dihilangkan, serta hendak kemana arah berita tersebut. Karena berita menjadi

manipulative dan bertujuan mendominasi keberadaan subyek sebagai sesuatu yang

legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tak terelakkan.( Sobur, 2007 : 162 )

Metode analisis famming yang dipakai pada penelitian ini adalah model framming

Willian A. Gamson dan Andre Modigliani, yang memahami wacana berita sebagai

satu cara berita (story line) yang berkesinambungan saat mengkonstruksi dan

memakai suatu isu, yang digambarkan oleh media sebagai frame dari sebuah idea tau

gagasan utama (core frame).

Berita-berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta pada

putaran keduayang dimuat oleh surat kabar Jawa Pos dan Surya adalah sebagai

gagasan utama, kemudian dianalisis berdasarkan perangkat framming dari Gamson

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian

4.1.1. Sur at Kabar J awa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949 oleh

perusahaan bernama PT. Jawa Pos Concern Ltd. Berlokasi di Jalan Kembang Jepun

166-169. Pendirinya adalah seorang WNI keturunan dengan kelahiran banngsa yang bernama

The Chung Shen alias Soeseno Tedjo. Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno

Tedjo awalnya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas untuk

menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancer dan dari situ, ia mengetahui

bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat

kabar dengan nama Jawa Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian

melayu Tionghoa dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok.

Selanjutnya sejak tahun 1951 pemimpin redaksinya adalah Thio Oen Sik. Keduanya

dikenal sebagai orang-orang republiken yang tak pernah goyah. Pada saat itu The Chung

Shen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan

dengan tiga bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Jawa

Post, yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau Shin Wan, sedangkan De Vrije Pers

adalah terbitan bahasa Belanda. Pada tahun 1962 harian De Vrije Pers dilarang terbit

berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut Irian Jaya dari tangan Belanda.

(48)

Daily News pada tahun 1981 terpaksa berhenti karena minimnya iklan. Sedangkan

meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo

Chau Shin Wan. Maka sejak tahun 1981 Jawa Pos yang tetap bertahan untuk terbit

dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki ciri utama terbit pada pagi hari dengan

menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak dipercetakan

Aqil dijalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 100 eksemplar. Semenjak 1

April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan Vrije pers dijalan Kaliasin 52 Surabaya, dan

selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

Tercatat pada tahun 1954-1957 denngan oplah sebesar 4000 eksemplar dan mulai

tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan ejaan pada

tahun 1958 Jawa Post berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah

menjadi Jawa Pos. pada periode 1971-1981 oplah tercatat pada 10.000 eksemplar

denngan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada

kota lain. Penurunan terjadi karena system manajemen yang semakin kacau, tiadanya

penerus yang mengelola usaha tersebut serta kemajuan teknologi percetakan yang tidak

terkejar. The Chung Sen alias Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan menerima

tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafoto Pers (penerbit

TEMPO) pada tanggal 1 April 1982. Pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai

pemimpin utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers Bapak Eric Samola, SH untuk

(49)

Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan semenjak itulah perkembangan Jawa Pos

semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada

tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 2 Mei 1985 sesuai dengan kata Notaris Liem Shen Hwa, SH No. 8

pasal 4 menyatakan nama PT. Java Post Concern LTD diganti dengan nama PT. Jawa

Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No. 1/Per1/Menpen/84 mengenai SIUPP,

khusunya pemilikan saham maka 20% dari saham harus dimiliki karyawan untuk

menciptakan rasa saling memiliki.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara

esensial isi pemberitaannya yang menyajikan berita-berita umum. Beritra-berita umum

ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi, politik, hokum

sosial dan budaya, pemerintah, olahraga, disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di

daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah

kelompok media yang sangat besar adalah dengan adanya JPNN (Jawa Pos News

Networking), JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung berita dari

seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai media cetak

yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa Pos. hal ini menyebabkan berita

di satu daerah di luar Surabaya tidak perlu dikerjakan layoutnya di Surabaya dan berita

tersebut dapat dikerjakan di kota bersangkutan lalu hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk

(50)

berkembang, Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan

memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui internet dengan alamat situs :

www.jawapos.co.id

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas 100.000

eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi

dengan ambisi menembus oplah 1.000.000 eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik

dari redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu, ternyata sulit. Jawa

Pos bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar

sumber daya dan yang dimiliki tetap optim

Gambar

Tabel 2.1 Perangkat Framing William A. Gamson dan Modigliani
Tabel 4.1 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Jawa Pos
Table 4.2 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Surya
gambar yang menggambarkan tentang karikatur kedua kandidat sedang berada di atas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Namun pandangan panwaslu mengenai formulir C1 yang dijelaskan di atas tidak sesuai dengan realita di lapangan, hal itu dapat di buktikan oleh penulis

Untuk itu peserta didik perlu diberikan pendidikan seksualitas yang didalamnya terdapat program-program edukasi yang melarang remaja untuk tidak melakukan

Peneliti Saras Pangestika (1106010001) dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan yang dilaksanakan di

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di

Pada bulan Januari 2012, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami penurunan sebesar 0.05 persen apabila dibandingkan bulan Desember 2011 yaitu dari 107.44

Gambar 4.2 Nilai rata-rata Pre-test kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Trundle, dkk (2015) menjelaskan bahwa anak-anak mengembangkan pemahaman mereka melalui pengalaman dan pembelajaran yang tepat dapat mendorong kemampuan untuk

On the internet publication Six Easy Pieces: Essentials Of Physics Explained will truly give simple of everything to read and take