GUBERNUR DKI J AKARTA DALAM PUTARAN KEDUA DI SURAT KABAR
J AWA POS DAN SURYA
(Ana lisis Fr aming Ber ita Seputar Figur J okowi Dala m Pemelihan Guber nur J akar ta Dalam Putar an Kedua Di Sur at Kaba r J awa Pos da n Sur ya pada 16
September – 24 September 2012)
SKRIPSI
Oleh :
ALDILA HEIDY KUSUMA WARDHANI
NPM : 0843010158
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
J UDUL PENELITIAN : PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR PERSAINGAN FOKE –
J OKOWI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI J aka r ta DALAM SURAT KABAR
J AWA POS DAN SURYA (Analisis Fr aming Ber ita Seputa r Per saingan Foke – J okowi
Dalam Pemeliha n Guber nur DKI J akar ta dalam Sur at Ka bar J awa Pos dan Sur ya pada 16
September – 24 September 2012)
Nama Mahasiswa : Aldila Heidy Kusuma Wardhani
NPM : 0843010158
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
Ir . H. Didiek Tr anggono, M.Si
NIP. 19581225 199001 1001
Mengetahui
Ketua Pr ogram Studi
J uwito,S.Sos, M.Si
GUBERNUR DKI J AKARTA DALAM PUTARAN KEDUA DI SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA
(Analisis Fr aming Ber ita Seputa r Figur J okowi Dalam Pemelihan Guber nur J akar ta Dalam Putar an Kedua Di Sur at Kabar J awa Pos dan Sur ya pada 16 September – 24
September 2012)
Oleh
ALDILA HEIDY KUSUMA WARDHANI NPM. 0843010158
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 13 Desember 2012
Menyetujui
Pembimbing Utama Tim Penguji
1. Ketua
Ir . H. Didiek Tranggono, M.Si Ir . H. Didiek Tr anggono, M.Si
NIP. 1958 1225199001 1001 NIP. 1958 1225199001 1001
2. Sekretar is
Dr a. Her lina Suksma wati, M.Si
NIP. 1964 1225199309 2001
3. Anggota
Dr a. Dyva Cla r etta , M.Si NPT. 366019400251
Mengetahui
Dekan
Dr a. Ec. Hj. Supar wati, MSi
DAFTAR ISI
Ha lama n
HALAMAN J UDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN PROPOSAL ………. ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ………iv
DAFTAR TABEL ………... v
DAFTAR LAMPIRAN ………..viii
ABST RAKSI ………... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2Perumusan Masalah ………. 7
1.3Tujuan Penelitian ………. 7
1.4Manfaat Penelitian ………... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ……….... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ………. 8
2.1.2 Berita, Konstruksi Realitas dan Politik ………...10
2.1.3 Persaingan Foke-Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta….13 2.1.4 Pers dan Fungsi-fungsinya ……….13
2.1.5 Definisi Berita ………15
2.2 Nilai Berita ……….15
2.3 Kualitas Berita ………....16
2.4 Jenis Berita ……….17
2.5 Analisis Framing Termasuk Paradigma Konstruktivis………...19
2.6 Analisis Framing ………20
2.7 Konsep Framing Gamson dan Modigliani ……….23
2.8 Perangkat Framing Gamson dan Modigliani ……….25
2.9 Kerangka Berfikir ………..30
BAB III METODE PE NELITIAN 3.1 Definisi Konseptual. ………...32
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ……….34
3.3 Unit Analisis ………...34
3.4 Korpus ……….35
3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….36
4.2 Hasil dan Pembahasan ………...55
4.2.1 Analisis Framing Jawa Pos ……….55
4.2.1.1 Judul Jokowi Landai ……….55
4.2.1.2 Judul Jokowi Lebih Banyak Diberitakan Positif ……….59
4.2.1.3 Judul Jokowi Boyong Keluarga ke Jakarta ………..63
4.2.1.4 Judul Duet Jokowi – Ahok Unggul Tipis ……….66
4.2.2 Analisis Framing Surya ………...69
4.2.2.1 Judul Pesona Wong Ndeso ………....69
4.2.2.2 Judul Jokowi Habiskan 27 M ………....72
4.2.2.3 Judul Jokowi Langsung di telepon SBY ………...74
4.2.2.4 Judul Jokowi Futsal di Sriwedari ………..75
4.3 Perbandingan Jawa Pos dan Surya dalam Model Gamson dan Modigliani…76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….81
5.2 Saran ………...82
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
anugerah dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR PERSAINGAN FOKE-J OKOWI
DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI J aka r ta DALAM SURAT KABAR
J AWA POS DAN SURYA (Analisis framing Berita Seputar Persaingan Foke – Jokowi
Dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam Surat Kabar Jawa Pos dan Surya pada 16
September – 24 September 2012) “ dapat terselesaikan dengan baik.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
secara materil, untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. H.Suparwati, Ec, Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk melakukan penelitian dan terselesainya laporan proposal ini.
2. Bapak Juwito, S.Sos, Msi, Ketua Progdi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran”
Jawa Timur.
3. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, saran dan
petunjuk sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
ilmunya.
5. Papa dan Mama saya tersayang yang telah memberikan dorongan serta
motivasi yang berupa do’a dan dorongan demi keberhasilan skripsi ini.
6. saudara-saudara pakde, budhe, tante yetty, om jefri, tante wanti, om benu, tante
warsini, om hendri, ,bak nurul, mas andik, adek dian, adek galang, adek rafdi,
adek adit, adek via, mbak wulan yang telah memberikan dorongan dan
7. terima kasih untuk seorang yang kucintai Eko Prasetyo, yang terus memberi
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan Ike dewi permatasari, Defy retnowati, SE, Annisa
supri rahayu, SE, Prisca ayu, SE, Cindy wijayanti, Farevi azalea, Edzulpan,
Acis, Nonik, Wawan, Yusuf tata kusuma, Dany, Yulia puspita, Sheila surya,dll
yang telah membantu dan memberi dorongan hingga terselesainya skripsi ini.
Akhir kata, penulis memohon kehadirat Allah SWT semoga segala bantuan yang telah
mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya.
Surabaya, September 2012
ALDILA HEIDY KUSUMA WARDHANI, PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR PERSAINGAN FOKE -J OKOWI DALAM PEM IL IHAN GUBERNUR DKI J AKARTA PUTARAN KEDUA PADA SUR AT KABAR J AWA POS DAN SURYA (Stud i Analisis F ra ming Berita Sepu ta r Persaingan Foke-J okowi Dala m P emilihan Gub er nu r DKI J akar ta Pu taran Kedua Pada Su ra t Kaba r J awa Pos dan Su rya Edisi 16 Septemb er – 24 September 2012)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan membingkai dan mengkonstruksi berita-berita tentang persaingan Foke-Jokowi dalam pilgub putaran kedua. Karena saat ini masih banyak pemberitaan-pemberitaan baik yang positif maupun negative terhadap kedua kandidat tersebut. Analisis framing sebagai metode analisis teks, metode penelitian kualitatif dengan paradigma konstruksionis.
Landasan teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pers dan tanggung jawab sosial, wartawan dan media sebagai konstruksi realitas, analisis framing, Hierarchy of influence.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah media penelitian kualitatif menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani yaitu data yang terkumpul sesuai dengan populasi dan korpus yang telah di kumpulkan oleh peneliti yaitu Jawa Pos dan Surya pada tanggal 16-24 September 2012. Data di analisis dengan menggunakan delapan struktur teks berita sebagai perangkat framing, yaitu methapors, catchprases, exemplar, depiction, roots, appleals to principle dan consequence.
Hasil dari penelitian ini, yaitu bahwa surat kabar Jawa Pos lebih menekankan frame persaingan yang ketat pada kedua calon Gubernur DKI Jakarta. Mengeksplorasi berita berdasarkan situasi yang terjadi saat galang dukungan untuk menarik perhatian masyarakat. Sedangkan Surya lebih meceritakan sosok calon Gubernur Joko Widodo dengan kesederhanaan yang beliau miliki, dan memberitakan tentang positif dan negatifnya kedua calon Gubernur DKI Jakarta.
Ka ta Kun ci : Analisis framing, berita persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan cagub DKI Jakarta putaran kedua, Jawa Pos dan Surya
ABSTRACT
Aldila Heidy Kusuma Wa rdhani, framing NEWS ON COMPETITION Foke-J okowi J AKARTA GOVERNOR ELECT ION IN THE SECOND ROUND IN J AVA POST NEWSPAPER AND SOLAR (Study of Fr aming Analysis of News on Comp etition Foke-J okowi In J a ka rta Govern or Election Second Round At Newspaper J awa Pos and Su rya Issue 16 September-24 Septemb er 2012)
This study aims to determine how journalists frame and construct stories about the rivalry Foke-Jokowi pilgub second round. Because now there are many news-reporting both positive and negative to both candidates. Framing analysis as a method of text analysis, qualitative research methods constructionist paradigm.
The foundation of the theory used in this study is the press and social responsibility, journalists and the media as the construction of reality, framing analysis, Hierarchy of influence.
The method used in this research is a qualitative study using analysis of media framing Gamson and Modigliani the data collected according to the population and the corpus has been collected by researchers that Jawa Pos and Surya on 16 to 24 September 2012. Data were analyzed by using eight news text structure as a framing device, the methapors, catchprases, exemplar, depiction, roots, appleals to principle and consequence.
The results of this study, namely that the Jawa Pos newspaper emphasized frames the intense competition in the two candidates for Governor of DKI Jakarta. Exploring the news based on the current situation seek support to attract public attention. While Surya more meceritakan figure Joko Widodo governor candidate with the simplicity that he had, and preach about the positives and negatives both candidates for Governor of DKI Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masa la h
Politik adalah suatu proses dan pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembentukan keputusan, khususnya
dalam Negara. Pengertian ini merupakan upaya pembangunan antara berbagai definisi
yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Suatu Negara bisa bertahan dengan adanya landasan politik yang kuat.Tapi
terkadang suatu Negara juga bisa hancur karena permainan politik, terutama apabila
suatu Negara dipenuhi oleh permainan politik yang kotor.Hal seperti inilah yang
sekarang mengancam Negara kita.Berbagai masalah politik sedang dialami Negara
Indonesia.Seperti korupsi, mafia pajak, penggelapan uang, politik kotor dalam
pemerintah dan sebagainya.
Banyak sekali kasus politik yang sebenarnya belum terselesaikan dengan tuntas.
Namun dengan adanya peristiwa politik yang sedang terjadi dalam Pemilihan
Guberner (Pilgub) DKI Jakarta yakni dengan adanya hasil putaran pertama yang
dinilai oleh Foke masih ada kecurangan sehingga meminta ulang adanya pemungutan
suara putaran kedua yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 September 2012 yang
dimana akhirnya menimbulkan persaingan antar calon gubernur yang sangat ketat.
Sebelum putaran kedua dilaksanakan upaya-upaya yang dilakukan para calon
gubernur dengan melakukan kampanye-kampanye agar masyarakat dapat memilih
tersebut khususnya DKI Jakarta. Hal ini menimbulkan banyak sekali pro dan kontra
di berbagai kalangan.
Kasus seperti ini dan kasus-kasus lain yang menyangkut tentang politik di
pemerintahan tentu saja banyak diliput oleh media massa. Media massa itu sendiri
merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang kebutuhan kita akan semua
informasi, termasuk politik. Sedangkan definisi media massa terbagi menjadi dua
macam, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas mencakup media cetak
serta media elektronik (Racmadi dalam Eriyanto, 2002 : 35). Pers itu sendiri memiliki
empat fungsi khusus, yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur dan
mempengaruhi. Untuk fungsi yang terakhir ini media massa juga berfungsi sebagai
alat untuk kontrol sosial. Dari sini bisa kita lihat bahwa media massa memiliki
peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik dalam segi moral, sosial,
dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat.
Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang syarat dengan berbagai
kepentingan, konflik dan fakta yang komplek dan beragam. Menurut pandangan
Antonio Gramci (Eriyanto, 2004 : 47) media sebagai ruang di semua ideology di
presentasikan. Banyak wacana yang membincangkan hubungan realitas dengan media
singkat kata, disebutkan bahwa yang kita dengar, kita baca dan pandang di media
massa merupakan konstruksi (bangunan) atas realitas. Dengan demikian seluruh
media dengan kata lain adalah realitas yang dikonstruksikan dalam bentuk wacana
yang bermakna (Hamad dalam Pareno, 2005 : 3).Fakta yang akurat dan aktualisasi
seimbang dan dapat dipercaya. Oleh karena itu setiap perspektif media dalam
mengolah dan menyusun berita akan selalu berbeda beda baik dalam kemasan
maupun tampilan.
Setiap peristiwa yang dianggap penting dan dapat menarik perhatian pembaca
selalu diletakkan pada halaman depan surat kabar. Pandangan ini didasarkan dengan
anggapan bahwa umumnya pembaca ketika akan membaca surat kabar, yang pertama
dilihat adalah berita dihalaman depannya. Hal ini didukung oleh pendapat Rivers dan
Mathews yang menyatakan bahwa sekitar 98% dari semua pembaca surat kabar
membaca berita yang terdapat di halaman muka (Sobur, 2006 : 167).
Untuk membuat berita menjadi lebih menarik atau mampu mempengaruhi
khalayak maka media akan melakukan penonjolan-penonjolan atau menghilangkan
bagian tertentu dan memutuskan fakta mana yang akan diambil berdasarkan cara
pandang media dan wartawan itu sendiri (Sobur, 2006 : 162). Sejarah media massa
memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi
yang sama, namun menstibtusinya. Radio tidak menggantikan surat kabar, namun
menjadi sebuah objektifitas yang absolute. Hal tersebut menunjukkan bahwa dibalik
jubah kebesaran independensi dan objektifitas, seorang jurnalis menyimpan paradox,
tragedi dan bahkan ironi (Eriyanto, 2005 : v). Hal inilah yang mampu mempengaruhi
masyarakat yang membacanya.
Membandingkan beberapa pemberitaan di media sangat mungkin akan
menemukan kesimpulan yang setara, bahwa tidak mungkin media apapun dapat lepas
budaya. Media tidak sepenuhnya sama persis seperti apa yang digambarkan,
memberitakan apa adanya, cerminan dari realitas yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Media yang ada justru mengkonstruksi sedemikian rupa terhadap media
yang ada, ini semua terkait dengan bagaimana cara pandang media untuk membingkai
atau mengkonstruksi suatu realitas tertentu.
Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Surya dalam
membingkai suatu peristiwa atau fakta, terutama dalam menulis, menyajikan serta
memberikan penekanan terhadap fakta. Dalam penelitian ini, peneliti sengaja
membatasi pemberitaan pada surat kabar Jawa Pos dan Surya yakni 16 September
sampai 24 September 2012, karena pada periode tersebut harian Jawa Pos dan Surya
memuat berita-berita mengenai figur jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta
pada putaran kedua.
Alasan peneliti meneliti harian Jawa Pos dan Surya adalah karena adanya
perbedaan antara surat kabar Jawa Pos dan Surya dalam memberitakan figur jokowi
dalam pemilihan gubernur putaran kedua ini yang sedang marak diperbincangkan
saat ini. Jawa Pos dan Surya sama-sama memberitakan figur Jokowi dalam pemilihan
gubernur DKI Jakarta putaran kedua dengan berbagai isu. Isu yang berkembang
diantaranya ialah tentang pemberitaan pasangan Foke – Nara tercatat hanya memiliki
121 pemberitaan bernada negatif sedangkan pasangan Jokowi – Ahok tercatat hanya
memiliki 90 pemberitaan bernuansa negatif. Meski lebih banyak diberitakan negatif,
frekuensi pemberitaan pasangan Foke – Nara lebih banyak daripada Jokowi – Ahok.
positif mengungguli frekuensi pemberitaan pasangan Jokowi – Ahok yang berjumlah
246 berita.
Perbedaan harian Jawa Pos dan Surya dalam mengkonstruksi atau membingkai
berita dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan dari masing-masing
media dalam mempersepsikan peristiwa tersebut. Karena media bukanlah saluran
yang bebas. Media bukanlah seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya,
cermin dari realitas. Media seperti yang kita lihat justru mengkonstruksi sedemikian
rupa realitas.Untuk meneliti dua media (Jawa Pos dan Surya) tersebut diatas, peneliti
memilih analisis framming sebagai metode penelitian.Alasannya adalah karena dalam
perspektif komunikasi, analisis framming dipakai untuk membedah cara-cara atau
ideologi media saat mengkonstruksi fakta.Analisis ini mencermati strategi seleksi,
penonjolan, dan pertautan fakta dalam berita agar lebih bermakna.Lebih berarti atau
lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya.
Dengan kata lain, framming adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara
pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara
pandang atau perspektif itu pada akhirnya akan menentukan fakta apa yang akan
diambil, bagaimana yang akan ditonjolkan dan akan dihilangkan serta hendak dibawa
kemana berita tersebut. Sikap mendukung, positif ataupun negatif hanyalah efek dari
bingkai yang dikembangkan oleh media. Sehingga pada dasarnya framming adalah
metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara
“cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas (Nugroho,
Eriyanto, Surdiasis, dalam Sobur, 2006 : 162).
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing model William Gamsom dan
Modigliani. Alasan peneliti adalah pada model Gamsom dan Modigliani ini terdapat
perhatian lebih dalam membingkai berita terutama tentang gerakan sosial (social
movement) sehingga menimbulkan tindakan kolektif. Penulis merasa model ini cocok
apabila dikaitkan dengan berita persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur.
Hasil analisis terhadap teks berita memperlihatkan kedua surat kabar berbeda
dalam membingkai perbedaan persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur.
Perbedaan itu tidak lepas dari berbagai factor yang mempengaruhi pers terutama
sikap terhadap kasus ini.Terdapat sisi pro dan kontra yang ada dalam seputar
persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur yang dimana dalam setiap
kesempatan kampanye para calon gubernur saling menyindir dengan sikap dan
ucapan.Diantaranya pihak pro karena dalam pungutan suara putaran pertama yang
dinilai oleh pasangan Foke – Nara masih ada kecurangan sehingga meminta ulang
pemungutan suara putaran kedua, sehingga menimbulkan banyak persepsi negatif dari
pihak masyarakat dan sekitarnya.
Perbedaan frame Jawa Pos dan Surya terhadap berita ini karena faktor
pembingkaian masing-masing media, melalui penekanan dan penonjolan sisi tertentu
dan penghilangan sisi yang lain yakni dalam teks berita dan berupa foto (visual
image) perbedaan pembingkaian kasus tersebut akan memberikan informasi yang
realitas terhadap pembaca surat kabar. Dengan wacana yang diperbuat oleh pers
dalam membangun teks berita, maka pers tidaklah natural untuk memberitakan suatu
peristiwa sebab untuk memproduksi teks berita banyak faktor yang
mempengaruhinya.
1.1Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah pembingkaian berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan
Gubernur DKI Jakarta putaran kedua di surat kabar Jawa Pos dan Surya?”
1.2Tujua n Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita mengenai figur Jokowi dalam
pemilihan Gubernur DKI Jakarta putaran kedua dalam surat kabar Jawa Pos dan
Surya.
1.3Manfaa t Penelitian
1.3.1 Manfaa t Teor itis
Untuk memberikan cirri ilmiah pada sebuah penelitian dengan
mengaplikasikan teori-teori khususnya teori komunikasi tentang pemahaman pesan
yang dikemas oleh media melalui media analisis framming.Sebagai fenomena
komunikasi yang mempunyai signifikasi, teoritis, metodologis dan praktis, studi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran pada institusi surat kabar, terutama surat kabar Jawa Pos
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Inter aksi Per s dan Pemer intah
Hubungan antara pers dan pemerintah dalam kerangka mencari dan membuat
berita bukanlah hubungan sepihak, malinkan hubungan yang timbale balik antara dua
pihak. Berbagai pertimbangan dan tujuan dapat terjadi saat pemerintah
menyampaikan pesan agar diketahui, menyampaikan pesan untuk memancing reaksi,
untuk memulai proses pembentukan pendapat umum, untuk peringatan bagi
instansi-instansi yang bersangkutan, peringatan bagi masyarakat untuk menetralisir suatu isu,
dll. (Oetama, 2001 : 247)
Tentang pertanggung jawaban pers atas pemberitaan yang menyangkut
masyarakatpun tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan interaksi antara pers
dan pemerintah.Asumsinya, pemerintah sebagai instansi yang juga berkedudukan
sebagai pembina kehidupan pers. Bahkan dalam sistem pers di Indonesia sering
dikemukakan hubungan itu juga tidak terlepas dari masyarakat sebagai bagian dari
interaksi yang dituangkan dalam cita-cita terwujudnya interaksi antara pemerintah,
pers dan masyarakat.
Interaksi itu sendiri adalah bagian dari hidup manusia.Dengan interaksi tiada henti
dilakukan menyebabkan manusia terus bisa bertahan hidup dalam cita dan citra
kemanusiaannya.Interaksi dapat berlangsung dengan baik apabila ada kesederajatan
dan menghargai dengan sesamanya. Tanpa demikian interaksi akan berjalan timpang
dan tidak akan membawa hasil yang seperti diharapkan.
Dihubungan dengan interaksi di antara pers dengan pemerintah juga dapat
terlaksana dengan baik apabila para pihak menyadari posisi masing-masing dalam arti
bahwa beranjak dari para posisi itulah para pihak melaksanakan kewajiban sesuai
dengan posisinya.
Bahasa yang sederhana untuk mewakili apa yang dimaksud interaksi antara
pemerintah dengan pers adalah sampai seberapa batas kebebasan pers dalam
menyajikan pemberitaannya. Pada sisi lain sampai dimana batas pemerintah dalam
memberi toleransi sehingga proses interaksi itu masih di katakan positif. Peran
pemerintah dalam kaitannya dengan ini adalah sebagai institusi pengendali (sturing)
atau pengawasan terhadap lembaga kemasyarakatan termasuk pers. Bagi pers
pengawasan atau pengendalian tersebut akan menjadikannya tumbuh sehat dan
dinamis serta menjadikannya sebagai sarana kontrol sosial yang konstruktif. (Wahidin
2006 : 101-104).
2.1.2 Ber ita, Konstr uksi Realitas dan Politik
Berita dalam surat kabar merupakan satu hal yang sangat penting. Karena
fungsinya yang memberikan informasi berdasarkan fakta realitas, disediakan sebagai
sajian utama konsumsi khalayak.Berita adalah rekonstruksi fakta sosial yang
Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi, yang menetukan mana
yang dianggap berita dan mana yang tidak, dengan melewati proses seleksi.Peristiwa
tidak lantas disebut sebagai berita, tapi harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa
itu memenuhi kriteria berita.Selain dari kepentingan peristiwa itu sendiri, nilai berita
juga ditentukan dari bagaimana peristiwa tersebut dikemas, mana yang layak
diberitakan dan mana yang harus dihilangkan. (Eriyanto, 2005 : 104)
Ada beberapa persyaratan yang harus dilihat pada peristiwa yang bagaimana
memiliki nilai berita.Selain karena sifatnya yang termasa, penting dan luar biasa, juga
menimbulkan akibat dan ketegangan konflik yang ada, sebuah peristiwa juga layak
diberitakan jika menyangkut kepentingan masyarakat, seperti peristiwa politik.
(Assegaf, 1991 : 25-41)
Berita-berita politik selalu menarik pembaca, karena kehidupan politik suatu
Negara akan sangat mempengaruhi kepentingan pribadi dalam suatu Negara. Seperti
yang dikatakan Waren dalam Assegaf (1991:41)
“Newspaper policy manifest it self more definitlyand consistenlyin politics and
public affairs ae inseparable” (kebijakan dalam surat kabar Nampak dengan tegas
dan nyata dalam pemberitaan politik daripada pemberitaan-pemberitaan lainnya,
karena alas an-alasan yang nyata bahwa politik tidak dapat dipisahkan dengan
masalah-masalah umum.)
Pejabat menggunakan pers untuk menyebarkan pesan dalam pemerintahan agar
mempengaruhi hasil kebijkan. Pembuat kebijakan juga menggunakan pers untuk
meredakan kekhawatiran publik, membina dukungan, dan memajukan tujuan
kebijakan maupun karier politik (Nimmo, 2000 : 230). Maka pada umumnya pejabat
pemerintahan berusaha menggunakan pers dalam keperluan politik tertentu.
Hamad dalam Sobur (2001 : 166) menyebutkan bahwa pada dasarnya, pekerjaan
media massa adalah mengkonstruksi realitas. Ada tiga tindakan yang biasanya
dilakukan oleh pekerja media dalam mengkonstruksi realitas politik, yang berujung
dalam pembentukan makna atau cita mengenai sebuah kekuatan politik, yang
berujung dalam pembentukan makna atau cita mengenai sebuah kekuatan
politik.Pertama, dalam hal pillihan kata (simbol) politik yang ditentukan oleh
komunikator poltik sebagai sumber berita, media hanya bersifat melaporkan
saja.Kedua, dalam melakukan pembingkaian (framming) peristiwa politik, karena
keterbatasan teknis pada media, jarang ada berita yang memuat berita secara utuh.
Media mencoba menyederhanakan peristiwa melalui pembingkaian fakta dalam
bentuk berita, menyeleksi kepentingan-kepentingan, sehingga layak atau tidaknya
informasi itu ditayangkan telah melalui proses keredaksian. Ketiga, menyediakan
ruang dan waktu untuk sebuah peristiwa politik, maka peristiwa politik itu
akanmendapat perhatian khalayak. Semakin besar tempat yang disediakan untuk
berita politik semakin besar pula perhatian masyarakat.
Dengan menggunakan analisis framing, akan terlihat bahwa masing-masing
media memiliki “penagkapan” tersendiri tentang berita mana yang perlu ditonjolkan
dihilangkan. Begitu pula dengan cara bagaimana sebuah isu dituturkan, pasti sebuah
media memiliki angle, cara dan masing-masing gaya yang berbeda.
2.1.3 Figur J okowi da la m pemilihan Guber nur DKI J akar ta
2.1.4 Per s da n Fungsi-fungsinya.
Pers berasal dari bahasa Belanda, “pers” yang artinya menekan atau mengepres.
Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris yang juga berarti
menekan atau mengepres. Secara harfiah kata pers atau press mengacu pada
pengertian komunikasi yang dilakukan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik.
Terutama kegiatan untuk menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik
maupun wartawan media cetak.
Definisi pers dalam arti kata sempit, yaitu menyangkut kegiatan komunikasi yang
hanya dilakukan dengan perantara barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata
luas adalah menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media
cetak maupun elektronik seperti radio, televise maupun internet. (Hikmat dan
Purnama, 2005 : 17).
Tugas dan fungsi pers antara lain :
1. Infor matif
Pers berfungsi memberikan berita atau informasi pada khalayak dengan cara
teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi
banyak orang dan kemudian menuliskannya dalam kata-kata.
Pers mempunyai peran memberikan kontrol sosial di masyarakat antara lain
amsuk kebalik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah
atau perusahaan. Pers harus memberikan kejadian mana yang baik dan tidak
baik.
3. Inter pr etatif dan Dir ektif
Pers memberikan interpretasi dan bimbingan serta menceritakan pada
masyarakat tentang suatu kejadian.
4. Menghibur
Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan
menarik.Mereka menceritakan kisah llucu untuk deketahui walaupun kisah
tersebut tidak terlalu penting.
5. Regener a tif
Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar tidak
terjadi proses regenerasi pada angkatan yang sudah tua kepada yang lebih
muda.
6. Pengawalan hak-ha k war ga Negara
Pers berperan mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi.Pers yang
bekerja berdasarkan teori tanggung jawab harus dapat menjamin setiap pribadi
untuk di dengar dan diberi penerangan yang dibutuhkan.
Pers juga berfungsi melayani sistem ekonomi melalui iklan. Dengan iklan,
penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan dan barang produksipun dapat
dijual.
8. Swadaya
Pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia
dapat membebaskan dirinya dari pengaruh serta tekanan dalam bidang
keuangan. (Hikmat dan Purnama, 2005 : 27)
2.1.5 Definisi Ber ita
M. Lyle Spencer dalam bukunya berjudul News Writinng menyatakan bahwa :
“bertia dapat didefinisikan sebagai setiap kata yang akurat atau suatu ide yang dapat
menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”. Bruce D. Stule pun mengatakan
bahwa berita adalah anjing yang menggigit manusia adalah biasa (bukan berita),
tetapi manusia yang menggigit anjinng itu luar biasa dan merupakan berita.
Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam bukunya Reporting edisi III menyebutkan
: “berita adalah laporan tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memilliki daya
tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”. (Deddy, 2005 : 21).
Dari beberapa definisi berita diatas maka dapat disimpulkan bahwa berita adalah
segala informasi yang menarik perhatian bagi masyarakat yang didukung oaleh
adanya fakta atau idea tau opini faktual yang menarik serta akurat serta dianggap
penting bagi sejumlah khalayak, pembaca, pendengar maupun penonton dan dapat
2.2 Nila i Ber ita
Mencher menguji apakah suatu informasi layak menjadi berita dalam tujuh nilai
berita : (Askurifai, 2006 : 50)
1. Timeless
Kesegaran waktu peristiwa yang baru-baru ini terjadi.
2. Impact
Suatu kejadian dapat memberikan dampak terhadap banyak orang.
3. Prominence
Suatu kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi seseorang ataupun
lembaga.
4. Proximity
Suatu kejadian yang ada unsur kedekatannya dengan seseorang, baik secara
geografis maupun emosional.
5. Conflict
Suatu kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang, masyarakat
maupun lembaga.
6. The Unusual
Suatu peristiwa yang tidak biasa terjadi dan menjadi pengecualian dari
pengalaman sehari-hari.
7. The Currency
2.3 Kua lita s Ber ita
Beberapa standart yang dipakai untuk mengukur kuallitas berita menurut Charnley :
(Askkuriafi, 2006 : 51)
1. Accurate
Sebelum berita disebarkan harus dicek dulu kebenarannya.
2. Properly Attributed
Semua aksi atau narasumber harus mempunyai kapasitas untuk memberikan
kesaksian atau informasi tentang berita tersebut.
3. Balance and Fair
Semua narasumber harus digali informasinya secara seimbanng.
4. Objective
Penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari realitas, fakta
dan narasumber.
5. Brief and Focus
Materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung sehingga mudah dipahami.
6. Well Written
Kisah beritanya jelas, lagsung dan menarik. (Chanley, 1965)
2.4 J enis Ber ita
Onong, JB Wahyudi membagi jenis-jenis berita televise menjadi dua, yakni :
Uraian peristiwa atau pendapat yang mengandung nilai berita dan terjadi pada
hari ini dan harus segera disampaikan. Berita terkini disajikan dalam dua
bentuk :
a. Berita langsung ( straight news ) yaitu uraian fakta atau pendapat yang
mengandung unsure 5W+1H dengan susunan piramida terbalik. Berita
kuat hanya menguraikan fakta atau pendapat yang timbul dari peristiwa
atau pendapat lain diluar peristiwa.
b. Berita mendalam ( indepth news) yaitu uraian fakta atau pendapat yang
mengandung nilai berita, dengan menepatkan fakta atau berita itu pada
mata rantai dan merefleksikannya dalam konteks permasalahan yang lebih
luas. Fakta yang diuraikan dikaitkan dengan peristiwa atau pendapat lain
yang relevan dengan fakta yang diuraikan.
2. Berita berkala
Uraian fakta atau pendapat yang sudah terjadi sehingga aktualitasnya
sudah berkurang, tetapi nilai menariknya masih ada sehingga penyajian pada
khalayak tidak terikat waktu. Yang termasuk dalam jajaran berita berkala
adalah :
a. Laporan Eksploratif
Uraian mengenai fakta atau pedapat yang diperoleh dengan cara menggali.
Tpoik bahasan adalah ditentukan, lalu dicari berbagai permasalahan yang
dengan pembukaan, situasi yang ada, tujuan yang hendak dicapai,
kesimpulan dan penutup.
b. Laporan Khas
Uraian fakta yang bersifat khas atau unik, seperti pemulung, pengemis,
pengusaha dan lain sebagainya yang diuraikan secara terperinci.
c. Berita Analisis
Uraian fakta dan pendapat yang bersifat analisis. Dengan kata lain, uraian
yang disusun setelah fakta dan pendapat yang akan dan pendapat yang
timbul akan ikut terselesaikan dengan sendirinya.
d. Human Interest
Uraian fakta yang memberikan sentuhan rasa insane atau rasa
kemanusiaan.Misalnya, haraimau yang melahirkan, orang utan yang
menyusui anaknya dan lain sebagainya.
e. Majalah Udara
Gabungan uraian fakta dan pendapat yang dirangkai dalam satu wadah
atau mata cara. Fokus majalah udara adalah materi yang bersifat berkala
atau feature, termasuk human interest. Missal bayi selamat dalam sebuah
kecelakaan, global warming, dan lain-lain.
2.5 Analisis Fr aming Ter masuk Pa radigma Konstr uktivis
Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruktivis, dimana
berita yang dihasilkan. Paradigm ini juga memandang bahwa realitas kehidupan
sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. Sehingga
konsentrasi analisisnya adalah menemukan peritiwa atau realitas tersebut
dikonstruksi dengan cara apa dibentuknya. Dalam studi komunikasi, paradigma ini
sering disebut sebagai paradigma produksi dan penukaran makna.
Konsep framing daripada konstruksionis dalam literature sosiologi
memperkuat asumsi mengenai proses kognitif individual, perstrukturan kognitif dan
teori proses pengendalian informasi dalam psikologi. Framing dalam konsep
psikologi dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga
elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu yang
lebih besar.Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam
mempengaruhi penilaian individu atau penarikan kesimpulan.
Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap
paradigma positivis.Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati
oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang bisa dilakukan
oleh kaum positivis.Paradigma konstruktivisme yang ditelesuri dari pemikiran
Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam,
karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial
mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan
2.6Ana lisis Fr aming
Analisis farming merupakan suatu analisis yang dipakai untuk mengungkapkan
bagaimana seorang wartawan dari semua media tertentu membingkai atau
mengkonstruksi suatu realita atau kasus tertentu.Analisis framing digunakan untuk
membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta.Analisis ini
mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih
bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring
intterpretasi khalayak sesuai perspektifnya.
Selain itu, analisis framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana
realitas itu dibentuk dan dikontruksi oleh media. Proses pembentukan dan kontruksi
realitas itu hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang menonjol dan lebih
dieknal. (Eriyanto, 2005 : 66)
Gagasan ide mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun
1955 (Sudibyo dalam Sobur, 2004 : 161). Frame pada awalnya dimaknai sebagai
struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan
politik, kebijakan dalam wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standart
untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
Goffam (1974) yang mengendalikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku
(strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2004
: 162). Realitas itu sendiri tercipta dalam konsepsi wartawan.Sehingga berbagai hal
yang terjadi seperti faktor dan orang, didistribusikan menjadi peristiwa yang
Konsep tentang framing sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, tetapi
dipinjam dari ilmu kognitif (psikologi). Dalam prakteknya analisis framing juga
membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan cultural
untuk menganalisa fenomena komunikasinya (Sudibyo, 2004 : 162).
G.J. Aditjindro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas
dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, meliankan
dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu
saja, dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasinya. (Sudibyo, 2001 : 165)
Pada analisis farming yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai,
memahami, dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada dalam berita.
Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai suatuanalisis
untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa,aktor,kelompok,atau apa saja)
dibingkai oleh media. (Eriyanto, 2004 : 3)
Konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu dan bagaimana
menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita. Disisni, framing
dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu
tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar daripada isu-isu yang lain.
Sehingga jelas berdasarkan Gitlin dalam Eriyanto, dengan framing jurnalis
memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemaskan sedemikian
rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disamping pada khalayak. (Eriyanto, 2004 :
Dalam framing ada empat teori, salah satunya adalah teori William
A.Gamson.gamson memiliki pandang bahwa isu atau peristiwa publik adalah bagian
dari konstruksi realitas. Kemasan (package) menetukan bagaiman suatu isu atau
peristiwa dijelaskan oleh khalayak.Gamson adalah seorang sosiolog, jadi titik
perhatian Gamson adalah gerakan sosial (social movement).Gerakan sosial Gamson
tidak mau menyinggung studi media, elemen penting dari gerakan sosial.Hal inilah
yang menimbulkan farming, frame merujuk pada skema pemahaman individu
sehingga seseorang dapat menempatkan, mempersepsi, mengidentifikasi dan member
label peristiwa dalam pemahaman tertentu.
Kekuatan media mempegaruhi situasi konflik, sebab kekuatan media melalui
proses pembigkaian (framming), teknik pengemasan data, penggambaran fakta,
pemilihan sudut pandang (angle), penambahan atau pengurangan pada foto dan data,
media mempunyai potensi untuk menjadi peredam atau mendorong konflik. Media
bisa memperjelas sekaligus mempertajam konflik.Media bisa memperjelas sekaligus
mempertajam konflik atau sebaliknya mengaburkan dan mengelimirnya.Media bisa
merekonstruksi realitas, namun juga bisa menghadirkan hipperrealitas. (Sobur, 2006 :
171)
2.7Konsep Framming Gamson dan Modigliani
Dalam buku analisis framing (Eriyanto, 2005 : 217-219) menjelaskan bahwa
William A. Gamson adalah salah satu ahli yang menjelaskan tentang framing. Dalam
mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa. Pendapat
umum tidak cukup jika hanya didasarkan pada data survei khalayak, tetapi perlu
dihubungkan dan dibandingkan dengan bagaimana media mengemas dan menyajikan
suatu isu.Sebab bagaimana media menyajikan suatu isu menentukan bagaimana
khalayak memahami dan mengerti suatu isu. (Eriyanto, 2005 : 217)
Gamson adalah salah satu ahli yang paling banyak menulis tentang
framing.Dalam pandang Gamson, wacana media adalah elemen yang penting untuk
memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau
peristiwa.Sebagai seseorang sosiolog, Gamson menaruh minat besar pada studi
media, terutama perhatiannya tentang gerakan sosial (Social Movement). Kaitannya
dengan media, bahwa media membuat frame tertentu dalam melihat suatu pergerakan
sosial yang menjadi realitas sosial kehidupan. Frame menjadi aspek yang menetukan,
memiliki peran dalam mengorganisasi pengalaman baik individu maupun kolektif.
Oleh para elit penguasa, peristiwa dibingkai sedemikian rupa sehingga diharapkan
khalayak akan mempunyai perasaan yang sama, pandangan yang sama terhadap suatu
isu, tujuan yang sama bahkan memiliki musuh yang sama pula. (Eriyanto, 2005 :
218-219)
Menurut Gamson, keberhasilan dari gerakan sosial terletak tentang bagaimana
peristiwa tersebut dibingkai sehinga menimbulkan tindakan kolektif. Oleh karena itu,
gerakan sosial selalu menyeleksi dan menggunakan simbol, nilai dan retorika tertentu
simpati khalayak. Semua proses framing selalu menyertakan pengolahan simpati
khalayak serta menyertakan pengolahan informasi yang kompleks menjadi informasi
yang sederhana dan memakai label serta bingkai yang mudah dikenal.
Gagasan Gamson mengenai frame media ditulis bersama Andre Modigliani.
Bagi Gamson, frame tidaklah sama atau sebangun dengan sikap setuju atau sikap
tidak setuju. Yang menjadi titik perhatian dari framming adalah bagaimana suatu
peristiwa dibingkai dan disajikan pada khalayak. Oleh Gamson dan Modigliani, frame
dipandang sebagai cara bercerita (story line) atau gugusan ide yang tersusun
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan
dengan suatu wacana. Cara pandang yang menentukan mana yang akan ditonjolkan,
dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut oleh Gamson dan Modigliani
disebut dengan kemasan (package), yaitu rangkaian ide yang menunjukkan isu apa
yang akan dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan, semacam skema atau
struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan
yang ia sampaikan dan untuk menafsirkan makna pesan yang ia terima. (Eriyanto,
2005 : 223-224)
2.8 Per angkat Framming Gamson dan Modigliani
Farmming dalam pandangan Gamson dipahami sebagai seperangkat
gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai
suatu isu.Ide ini akan didukung oleh seperangkat wacana lain sehingga satu bagian
didukung oleh seperangkat wacana lain, missal dari pemakain kalimat, fakta,
metafora dan sebagainya yang mana kesemua elemen itu akan saling mendukung
menuju satu titik temu yang menjadi ide sentral dari sebuah berita. (Eriyanto, 2005
: 226)
Ada dua perangkat sebagaimana ide sentral ini diterjemahkan dalam teks
berita. Pertama, framming devide (perangkat framing) yang mengarahkan
bagaimana cara melihat isu, berkaitan dengan ide sentral atau ide yang akan
ditentangkan dalam teks berita. Ditandai dengan pemakaian kata, kalimat,
grafik/gambar, dan metafora tertentu yang merujuk pada satu gagasan tertentu.
Framming device ini terdiri atas :
1. Methaphors( perumpamaan atau pengandaian ), secara literal dipahami sebagai
cara memindahkan makna sesuatu dengan merelasikan dua fakta memakai
analogi, sering menggunakan khiasan menggunakan ‘seperti’ atau ‘bak/bagai’.
Sedangkan metonymy – kebalikan metafora, mentransfer makna sesuatu
dengan mengagosiasikan bagiannya untuk mewakili keseluruhan, atau
menggunakan bagian sesuatu sebagai simbol yang bisa digeneralisasikan
(menyimbolkan keseluruhan).
Menurut Fiske, metafora bukan hanya sekedar perangkat literal saja, tetapi
merupakan common sense pengalaman hidup keseharian yang diasumsikan, bisa
di-taken from granted oleh masyarakat. Metafora bukan hanya sekedar perangkat
asosiasi dari asumsi dan penilaian, dengan membuat sense tertentu. (Siahaan,
2001 : 84)
Seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok melalui teks, tapi
juga khiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau
bumbu dari suatu berita. Tapi pemakain metafora tertentu bisa menjadi petunjuk
utama untuk mengerti makna suatu teks.Wartawan menggunakan kepercayaan
masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, petuah kuno, atau mungkin
unngkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang digunakan untuk memperkuat
suatu pesan utama.
Gamson menyebut hal ini sebagai “popular wisdom” popular wisdom dipakai
untuk menciptakan dan merangkai sejumlah pesan agar khalayak dapat
mengkonstruksi suatu wacana.Dengan demikian pesan tampak bijaksana, seperti
misalnya terlihat dalam contoh kalimat “Tuhan tidak akan merubah nasib suatu
kaum, kecuali kaum tersebut sendiri yang mengubah nasibnya”.Dimana ungkapan
tersebut dipakai untuk menentramkan masyarakat yang terkena musibah.
(Eriyanto, 2005 : 226)
2. Catchphrases( frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana,
umumnya berbentuk slogan), merupakan istilah, bentukan kata, atau frase khas
cerminan fakta yang merujuk pada pemikiran atau semangat sosial tertentu
guna mendukung praktik kekuasaan (Siahaan, 2001 : 85). Slogan/semboyan
yaitu makna pendek yang mudah diingat yang memberi semangat dan
3. Exemplaar (mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian teori, perbandingan
yang memperjelas bingkai) adalah menguraikan atau mengemas makna
tertentu secara mendalam agar memiliki bobot makna lebih pada satu sisi untuk
dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya sebagai pelengkap dalam kesatuan
wacana. Tujuannya memperoleh pembenaran beroperasinya kekuasaan.
4. Depiction (penggambaran isu yang bersifat konotatif, umumnya berupa
kosakata, leksion untuk melabeli sesuatu). Adalah penggambaran fakta
memakai kata, istilah, kalimat bermakna konotatif, dan bertendensi khusus
agar pemahaman khalayak terarah kecitra tertentu, misalnya mencuatkan
gairah, harapan, ketakutan, posisi moral, serta perubahan. Asumsinya,
pemakaian kata khusus ini berdaya membangkitkan prasangka, dan efektif
untuk bentuk aksi politik. Deception dapat berupa :
a. Stigmatisasi / labelisasi adalah penggunaan kata atau istilah afensif
(dicabkan/dilabelkan) pada seseorang untuk kelompok sehinngga
melahirkan pengertian lain dari keadaan sesungguhnya.
b. Eufinisme adalah menghaluskan fakta melalui kata/kalimat sehingga
maknanya bereda dari sesungguhnya.
c. Desfinisme adalah mengngasarkan/mengeraskan fakta melalui
kata/kaliamat sehingga maknanya berbeda dari sesungguhnya.
Akrominisasi adalah pendekatan kata/kalimat (singkatan dan akronim)
d. secara tak proporsional atau berlebihan sehingga menimbulkan kekacauan
5. Visual image (gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara
keseluruhan, berupa foto, kartun, atau grafik untuk menekankan dan
mendukung pesan yang ingin disampaikan) untuk mengekspresikan kesan,
seperti perhatian (penegasan) atau penolakan (kontra), dengan menggunakan
huruf yang dibesarkan/dikecilka, ditebalkan/dimiringkan atau digaris bawahi,
serta pemakaian bermacam warna. Tata letak halaman (page lay out)juga
merupakan dimensi visual wacana, seperti lebar kolom, penempatan halaman
dan panjang berita.
Yang kedua adalah, reasoning device (perangkat penalaran), yang
memberikan alasan pebenaran apa yang seharusnya dilakukan terhadap isu
tersebut. Perangkat penalar ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari teks
tersebut yang merujuk pada gagasan tertentu. Sebuah gagasan tidak hanya terisi
kata atau kalimat, tetapi juga ditandai dasar pembenar atau alasan tertentu,
sehingga lewat aspek penalaran itu khalayak akan menerima pesan sebagai keberan
yang alami dan wajar. Reasoning device ini terdiri dari : (Eriyanto, 2005 : 227)
1. Roots (analisis kausal atau sebab akibat), mengedepankan hubungan
yang melibatkan suatu objek atau lebih yang diannggap sebagai sebab
terjadinya hal yang lain. Tujuannya untuk memberikan alas an
pembenar dalam penyimpulan.
2. Appeals to principle (premis dasar, klaim-klaim moral) adalah upaya
memberikan alasan pembenar dengan memakai logika dan prinsip
3. Consequences adalah efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai
Per angakat Fra ming William A. Gamson dan Modigliani
Frame :
Central organizing idea for making senses of relevant events, suggesting, what is
that isues.
Framming Device :
1. Methapors
2. Catchphrases
3. Exemplar
4. Depiction
5. Visual Images
Reasoning Devices :
1. Roots
2. Apples to Principle
3. consuquences
Tabel 2.1 Perangkat Framing William A. Gamson dan Modigliani
2.9Ker angka Ber fikir
Berita tentang persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta,
pemicu adanya persaingan ketat antara Foke dan Jokowi dipicu oleh adanya
pemungutan suara putaran kedua dikarenakan foke merasa ada kecurangan dalam
pemungutan suara yang pertama.
Berita ini tentu dimuat dengan kemasan berbeda oleh media massa, khususnya
peneliti sebagai subjek penelitian karena kedua surat kabar tersebut meruapakan surat
kabar nasional terkenal, memiliki reputasi baik dan kedalaman analisis serta gaya
penulisan yang rapi.
Berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta pada
putaran kedua ini dibingkai secara cukup berbeda oleh surat kabar Jawa Pos dan
Surya. Penulis menggunakan teori analisis framing Gamson dan Modigliani untuk
meneliti pembingkaian berita pada kedua media.Teori ini membagi menjadi dua
bagian, yang pertama framming device, meliputi methamorps, catchprases,
exemplars, depiction dan visual images. Bagian yang kedua yakni reasoning device
meliputi :roots, appeals to principle dan consequences.
Media Massa Koran
Pembingkaian berita seputar persaingan Foke-Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta Putaran Kedua Pada Surat Kabar Jawa Pos dan
Surya
Analisis Framing Gamson dan
Modigliani
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Konseptual
Penelitian tentang figur Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada
putaran keduadi surat kabar Jawa Pos dan Surya, yaitu melihat bagaimana kedua surat
kabar ini membingkai melalui sudut pandangnya dan mengemas sesuai gaya
bahasanya mengenai figur Jokowi dalam pemilihan Guberbur DKI Jakarta pada
putaran kedua dimulai dari 16 September hingga 24 September 2012yang dalam
berita-beritanya yang dianalisis dengan menggunakan perangkat framing dari
Gamson dan Modigliani.
Secara konseptual didefinisikan sebagai berikut, pertama melihat gagasan utama
dari Jawa Pos dan Surya tentang bagaimana kedua surat kabar tersebut mengangkat
berita-berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada
putaran kedualalu membingkainya ke dalam frame tertentu. Kemudian dengan
menggunakan teks media, frame utama yang mengandung symbol-simbol dalam
pesannya, kemudian diuraikan dengan perangkat framing (methapors, exemplaors,
catchphrases, depiction, visual image) dan perangkat penalaran (roots, appeals to
principle, concequences).
Methapors, yaitu melihat makna dari berita persaingan Foke – Jokowi dalam
pemilihan gubernur DKI Jakarta Di surat kabar Jawa Pos dan Surya, dengan
merealisasikan fakta yang berupa khiasan atau juga mentransfer kata yang memiliki
Catchpharases, yaitu melihat frase atau bentukan kata yang menarik, menonjol
dalam berita Jokowi dan Foke bersaing ketat terdapat pada kata “kami juga surprised
hasilnya kok ketat banget” dikutip dari Jawa Pos pada tgl 16 September 2012.
Exemplars, yaitu uraian teori yang digunakan untuk mengaitkan dan memperjelas
bingkai dengan menghadirkan contoh.Posisinya sebagai pelengkap pembenaran,
dalam pemberitaan figur Jokowi-Ahok “Hari ini atau tidak sama sekali” Seperti yang
dikutip dari Jawa Pos tgl 20 September 2012.
Depiction, yaitu penggambaran fakta yang bersifat konotatif, bertendensi khusus
afar pemahaman khalayak terarah pada citra tertentu yang dapat memunculkan
harapan atau bahkan ketakutan. Misalnya pada Surya 22 September 2012 yanng
dimana dalam berita tersebut menjelaskan bahwa istri Fauzi Bowo menyaksikan
kekalahan suami hingga menitihkan air mata.
Visual Image, yaitu menampilkan foto atau gambar pada pemberitaan yang
berkaitan dengan figur Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta Pada kedua
media tersebut. Selain itu juga pengaturanlay out seperti penempatan halaman, lebar
kolom dan bentuk headline yang dilakukan oleh surat kabar Jawa Pos dan Surya
untuk mempengaruhi dan mendukung berita tersebut. Seperti ikon Duet Jokowi –
Ahok unggul tipis yang di tampilkan di headline Jawa Pos pada tgl 19 September
2012
Perangkat framming tersebut juga didukung oleh perangkat penalaran yang
digunakan sebagai alasan pembenar. Dari berita Baju kotak dan Kumis dilarang
melibatkan suatu objek yang dianggap sebagai alas an karena adanya pemilihan
gubernur DKI Jakarta yang dimana masing-masing calon gubernur memiliki ikon
sehingga muncullah pemberitaan yang berhubungan dengan ikon yang mereka miliki.
Appeals to principle adalah upaya pemberian alasan pembenar dengan mamakai
logika dan prinsip moral untuk mengklaim sebuah kebenaran.Misalnya, “Right
statement in a wrong time”.
Yang terakhir adalah concequences atau efek yang didapat dari bingkai berita
yang dilakukan oleh surat kabar Jawa Pos dan Surya. Yaitu bagaimana khalayak
menerima kebenaran dari apa yang telah diuraikan oleh kedua media, Surya dan Jawa
Pos tentang persaingan Foke – Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta dalam
putaran kedua.
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos dan Surya. Sedangkan obyek
penelitian adalah berita-berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI
Jakarta pada putaran kedua yang dimuat oleh kedua surat kabar tersebut, yaitu antara
tgl 16 September sampai 24 September 2012 di surat kabar harian Jawa Pos dan
Surya.
3.3 Unit Ana lisis
Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah unit reference, yaitu unit
mengenai figur Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada putaran kedua di
surat kabar Jawa Pos dan Surya.
Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, ungkapan
narasumber, untuk mengungkap pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh
media Jawa Pos dan Surya dalam melihat suatu peristiwa yaitu mengenai figur
Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada putaran kedua.
3.4 Kor pus
Korpus dalam penelitian ini adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas dari
unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama. Pendapat lain
juga ada yang mengatakan bahwa korpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas,
yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan,
bersifat sehomogen mungkin. (Kurniawan,2001 : 70). Sifat yang homogeny itu
dibutuhkan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat
dianalisis secara keseluruhan.
Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita yang berkaitan dengan figur
Jokowi dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada putaran kedua yaitu tgl 16
September hingga tgl 24 September 2012di surat kabar Jawa Pos dan Surya.
NO Edisi J udul
1 edisi 16 September 2012 Jokowi Landai
2 edisi 17 September 2012 Jokowi Lebih Banyak Diberitakan Positif
3 edisi 18 September 2012 Jokowi Boyong Keluarga ke Jakarta
4 edisi 19 September 2012 Duet Jokowi-Ahok Unggul Tipis
Korpus yang terdapat pada surat kabar Surya adalah sebagai berikut :
SURAT KABAR SURYA
NO Edisi J udul
1 edisi 21 September 2012 Pesona Wong Ndeso
2 edisi 22 September 2012 Jokowi Habiskan 27 M
3 edisi 23 September 2012 Jokowi Langsung Ditelepon SBY
4 edisi 24 September 2012 Jokowi Futsal di Sriwedari
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian tentang figur Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta pada
putaran keduayang dimuat oleh surat kabar Jawa Pos dan Surya mulai tgl 16
September hingga tgl 24 September 2012 ini didapat dari pengumpulan secara
langsung dari medianya dan mengidentifikasi isi berita yang berpedoman pada model
analisis framing dari Gamson dan Modigliani. Data dari identifikasi tersebut
kemudian dianalisis untuk mengetahui perspektif media dalam mengkonstruksi suatu
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis framming sebagai teknik dalam menganalisis
data penelitian ini. Analisis framming adalah pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan media ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Fakta mana yang akan ditinjolkan atau
dihilangkan, serta hendak kemana arah berita tersebut. Karena berita menjadi
manipulative dan bertujuan mendominasi keberadaan subyek sebagai sesuatu yang
legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tak terelakkan.( Sobur, 2007 : 162 )
Metode analisis famming yang dipakai pada penelitian ini adalah model framming
Willian A. Gamson dan Andre Modigliani, yang memahami wacana berita sebagai
satu cara berita (story line) yang berkesinambungan saat mengkonstruksi dan
memakai suatu isu, yang digambarkan oleh media sebagai frame dari sebuah idea tau
gagasan utama (core frame).
Berita-berita mengenai figur Jokowi dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta pada
putaran keduayang dimuat oleh surat kabar Jawa Pos dan Surya adalah sebagai
gagasan utama, kemudian dianalisis berdasarkan perangkat framming dari Gamson
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian
4.1.1. Sur at Kabar J awa Pos
Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949 oleh
perusahaan bernama PT. Jawa Pos Concern Ltd. Berlokasi di Jalan Kembang Jepun
166-169. Pendirinya adalah seorang WNI keturunan dengan kelahiran banngsa yang bernama
The Chung Shen alias Soeseno Tedjo. Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno
Tedjo awalnya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas untuk
menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancer dan dari situ, ia mengetahui
bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat
kabar dengan nama Jawa Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian
melayu Tionghoa dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok.
Selanjutnya sejak tahun 1951 pemimpin redaksinya adalah Thio Oen Sik. Keduanya
dikenal sebagai orang-orang republiken yang tak pernah goyah. Pada saat itu The Chung
Shen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan
dengan tiga bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Jawa
Post, yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau Shin Wan, sedangkan De Vrije Pers
adalah terbitan bahasa Belanda. Pada tahun 1962 harian De Vrije Pers dilarang terbit
berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut Irian Jaya dari tangan Belanda.
Daily News pada tahun 1981 terpaksa berhenti karena minimnya iklan. Sedangkan
meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo
Chau Shin Wan. Maka sejak tahun 1981 Jawa Pos yang tetap bertahan untuk terbit
dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.
Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki ciri utama terbit pada pagi hari dengan
menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak dipercetakan
Aqil dijalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 100 eksemplar. Semenjak 1
April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan Vrije pers dijalan Kaliasin 52 Surabaya, dan
selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.
Tercatat pada tahun 1954-1957 denngan oplah sebesar 4000 eksemplar dan mulai
tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan ejaan pada
tahun 1958 Jawa Post berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah
menjadi Jawa Pos. pada periode 1971-1981 oplah tercatat pada 10.000 eksemplar
denngan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada
kota lain. Penurunan terjadi karena system manajemen yang semakin kacau, tiadanya
penerus yang mengelola usaha tersebut serta kemajuan teknologi percetakan yang tidak
terkejar. The Chung Sen alias Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan menerima
tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafoto Pers (penerbit
TEMPO) pada tanggal 1 April 1982. Pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai
pemimpin utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers Bapak Eric Samola, SH untuk
Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan semenjak itulah perkembangan Jawa Pos
semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada
tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.
Pada tanggal 2 Mei 1985 sesuai dengan kata Notaris Liem Shen Hwa, SH No. 8
pasal 4 menyatakan nama PT. Java Post Concern LTD diganti dengan nama PT. Jawa
Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No. 1/Per1/Menpen/84 mengenai SIUPP,
khusunya pemilikan saham maka 20% dari saham harus dimiliki karyawan untuk
menciptakan rasa saling memiliki.
Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara
esensial isi pemberitaannya yang menyajikan berita-berita umum. Beritra-berita umum
ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi, politik, hokum
sosial dan budaya, pemerintah, olahraga, disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di
daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.
Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah
kelompok media yang sangat besar adalah dengan adanya JPNN (Jawa Pos News
Networking), JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung berita dari
seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai media cetak
yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa Pos. hal ini menyebabkan berita
di satu daerah di luar Surabaya tidak perlu dikerjakan layoutnya di Surabaya dan berita
tersebut dapat dikerjakan di kota bersangkutan lalu hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk
berkembang, Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan
memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui internet dengan alamat situs :
www.jawapos.co.id
Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas 100.000
eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi
dengan ambisi menembus oplah 1.000.000 eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik
dari redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu, ternyata sulit. Jawa
Pos bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar
sumber daya dan yang dimiliki tetap optim