• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Naskah Publikasi

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Diajukan oleh:

MUHAMMAD YANU UTOMO NIM: D 100 050 009 NIRM: 05 6 106 03010 50009

Kepada:

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA

DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

Naskah Publikasi

Diajukan dan dipertahankan pada Ujian Pendadaran Tugas Akhir di hadapan Dewan Penguji

Pada tanggal 27 Desember 2012

diajukan oleh :

MUHAMMAD YANU UTOMO NIM: D 100 050 009 NIRM: 05 6 106 03010 50009

Susunan Dewan Penguji:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. H Aliem Sudjatmiko, MT. Basuki, ST. MT.

NIP: 131 683 033 NIK: 783

Anggota

H. Budi Setiawan, ST. MT. NIK: 785

Tugas Akhir ini diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Surakarta, ...

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Teknik Sipil

(3)

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA

DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

ABSTRAKSI

Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk merencanakan struktur beton bertulang lima lantai, yang merupakan gedung perkuliahan di daerah Surakarta (wilayah gempa 3) yang berdiri di atas tanah keras dan berdasarkan pada SNI 1726-2002 dengan nilai faktor daktalitas (μ) = 3 sehingga termasuk pada daktail parsial. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk memperoleh suatu perbandingan atau efisiensi dari perencanaan struktur gedung berdasarkan tinjauan 3 dimensi, yang meliputi analisis mekanika struktur, distribusi beban geser/gempa dan kebutuhan tulangan.Pada perencanaan ini, digunakan mutu bahan : mutu beton (fc’) 30 MPa,

mutu baja (fy) 400 MPa dan rangka atap baja digunakan mutu baja Bj 34.

Peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan meliputi PPIUG-1983, SNI 03-1729-2002, PPBBI-1984, PBI-1971, SNI 1726-2002, SNI 03-2847-2002. Analisis mekanika struktur gedung menggunakan program “SAP 2000” v.14. Perhitungan matematis agar mendapat hasil yang cepat dan akurat menggunakan program ”Microsoft Excel 2007”. Penggambaran menggunakan program ”AutoCAD 2007”. Hasil yang diperoleh dari perencanaan Tugas Akhir ini sebagai berikut: Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil ⎦⎣30.45.3, ketebalan plat tangga dan bordes 15 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10, plat lantai dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10, balok menggunakan dimensi 450/600 dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10. Kolom menggunakan dimensi 600/600 dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10, pondasi menggunakan dimensi poer ukuran (3 x 3) m2 setebal 100 cm dengan tulangan D25, sedangkan tiang pancang dimensi 400/400 mm sepanjang 6 m dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10.

(4)

1

A. PENDAHULUAN

Era globalisasi menuntut persaingan di berbagai bidang, salah satunya

adalah mutu sumber daya manusia. Pendidikan adalah cara untuk mendapatkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menunjang peningkatan kemajuan

pendidikan tersebut maka dibutuhkan sarana pendidikan. Surakarta adalah salah

satu kota besar di Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan. Banyak sekolah dan

universitas berkualitas yang terdapat di Surakarta yang menarik minat sebagian

besar pelajar dan mahasiswa di pulau jawa bahkan dari luar jawa.

Universitas adalah jenjang pendidikan tertinggi dengan konsentrasi

pendidikan yang beragam yang berperan menciptakan profesionalitas sumber

daya manusia. Beragam konsentrasi tersebut menyerap banyak mahasiswa, untuk

itulah dalam sebuah universitas dibutuhkan banyak fasilitas ruang kuliah yang

ditata dalam bentuk gedung perkuliahan

Menurut SNI 03-1726-2002, Surakarta termasuk pada wilayah gempa 3

yaitu merupakan daerah dengan kemungkinan terjadi gempa berskala cukup besar

sehingga dalam merencanakan gedung bertingkat harus direncanakan dan didesain

dengan matang agar dapat digunakan dengan nyaman dan aman terhadap bahaya

gempa bagi pemakai. Untuk efisiensi tata guna lahan maka gedung perkuliahan

direncanakan 4 lantai 1 basement menggunakan prinsip daktail parsial. Perencanaan gedung tersebut secara teoritis harus memenuhi persyaratan tertentu,

baik dari segi struktur, kekakuan, kestabilan serta ekonomi.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diambil suatu rumusan masalah

sebagai acuan dalam perencanaan sebagai berikut:

1). Surakarta termasuk daerah yang berada pada wilayah gempa 3, maka

diperlukan perencanaan struktur gedung tahan gempa.

2). Karena berkembangnya daerah Surakarta menjadi kota besar dan tata guna

lahan yang semakin sempit, diperlukan perkembangan gedung bertingkat atau

pembangunan secara vertikal.

(5)

bangunan 4 lantai 1 basement di Surakarta yang tahan gempa sesuai dengan prinsip daktail parsial, serta peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.

Manfaat yang dapat diambil pada perencanaan ini adalah menambah

pengetahuan di bidang perencanaan struktur dan sebagai referensi, khususnya

dalam perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa dengan prinsip daktail

parsial.

Untuk menghindari melebarnya pembahasan, maka penyusunan laporan

tugas akhir ini dibatasi masalah-masalah sebagai berikut:

1). Gedung yang direncanakan adalah gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement di Surakarta (wilayah gempa3).

2). Perhitungan struktur mencakup perhitungan struktur atap (kuda-kuda) dan

struktur beton bertulang (plat lantai, plat tangga, perhitungan balok, kolom

dan pondasi tiang pancang).

3). Spesifikasi material struktur yang digunakan adalah mutu beton f’c = 30 MPa,

mutu baja fy = 400 MPa untuk tulangan utama, dan fy = 300 MPa untuk

tulangan geser.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut pasal 3.1.3.1 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

Struktur Bangunan Gedung SNI-1726-2002, daktilitas adalah kemampuan struktur

suatu gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara

berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang

menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan

dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri

walaupun sudah dalam kondisi sudah di ambang keruntuhan.

Berdasarkan SNI-1726-2002 terdapat 3 tingkat daktilitas yaitu :

1). Elastik penuh

Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana nilai faktor daktilitasnya

(6)

3

2). Daktail parsial

Seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas

diantara untuk struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 (μ=1,0) dan

untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3 (μ=5,3).

3). Daktail penuh

Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana strukturnya mampu

mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi diambang

keruntuhan yang paling besar yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas

sebesar 5,3 (μ=5,3).

Dalam pasal 4.5 SNI-1726-2002 disebutkan bahwa struktur gedung harus

memenuhi persyaratan “kolom kuat balok lemah”, artinya ketika struktur gedung

memikul pengaruh gempa rencana, sendi-sendi plastis di dalam struktur gedung

tersebut hanya boleh terjadi pada ujung-ujung balok dan pada kaki kolom dan

kaki dinding geser saja.

Pada perencanaan gedung dengan prinsip daktail parsial, direncanakan

titik-titik yang berpotensi membentuk leleh lentur (sendi plastis) pada jarak

tertentu sesuai pasal 23.10.4.2 dan pasal 23.10.4.5.1 Tata Cara Perhitungan

Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 sebagai berikut:

1). Untuk balok, sendi plastis dipasang pada ujung kanan dan ujung kiri balok

dengan jarak 2h dari muka kolom.

2). Untuk kolom, sendi plastis hanya boleh dipasang pada ujung bawah kolom

lantai paling bawah. Lokasi sendi plastis kolom dipasang dengan jarak λ0 dari

ujung bawah kaki kolom.

Jarak λ0 ditentukan sebagai berikut:

a). λ0≥ 1/6 dari tinggi bersih kolom

b). λ0≥ dimensi terbesar kolom

(7)

Gambar 1. Pemasangan sendi plastis

Menurut pasal 11 SNI 03-2847-2002, struktur dan komponen struktur

harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum

sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya

terfaktor yang sesuai dengan ketentuan. Kombinasi-kombinasi beban terfaktor

tersebut sebagai berikut (pasal 11.2. SNI 03-2847-2002):

1). U = 1,4 D ... (1a)

2). U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) ... (1b)

3). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) ... (1c)

U = 0,9 D ± 1,6 W ... (1d)

4). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E ... (1e)

U = 0,9 D ± 1,0 E ... (1f)

Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen

struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan (ϕ), yang nilainya ditentukan

menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut:

1). φ = 0,80 untuk beban lentur tanpa gaya aksial

2). φ = 0,65 untuk gaya aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur

3). φ = 0,65 untuk struktur dengan tulangan sengkang biasa

4). φ = 0,60 untuk gaya lintang dan torsi

5). φ = 0,70 untuk tumpuan pada beton

Menurut Pasal 4.7.1 SNI-1726-2002, Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6

wilayah gempa. Pembagian wilayah ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan

dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan perioda ulang 500 tahun. Wilayah

gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah, sedangkan wilayah gempa 6

adalah wilayah kegempaan paling tinggi.

2h 2h

λ0

(8)

5

Gambar 2. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun

C. LANDASAN TEORI 1. Perencanaan struktur atap rangka baja

Beban-beban yang diperhitungkan pada gording meliputi beban mati

(akibat berat sendiri gording dan beban penutup atap), beban hidup dan beban

angin. Baja profil yang digunakan untuk gording adalah profil Canal. Tegangan

yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin.

Pemasangan sagrod dimaksudkan untuk mendukung beban yang searah dengan sumbu miring atap. Penempatan sagrod dipasang pada tengah bentang gording, yang terjadi momen maksimum.

Perencanaan kuda-kuda merupakan perencanaan konstruksi yang

mendukung berat atap kemudian meneruskannya ke kolom. Perencanaan

kuda-kuda harus mampu menahan berbagai beban baik dari dalam (berat sendiri)

maupun dari luar (beban hidup dan angin).

2. Perencanaan struktur plat atap, lantai dan tangga

Plat merupakan struktur bidang datar (tidak melengkung) yang jika

ditinjau secara visual 3 dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil dari pada

ukuran bidang plat. Untuk merencanakan plat beton bertulang perlu

(9)

tumpuan pada tepi yang menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di

tempat tumpuan.

Tangga merupakan salah satu sarana penghubung dari dua tempat yang

berbeda ketinggiannya. Pada bangunan gedung bertingkat, biasanya tangga

digunakan sebagai sarana penghubung antara lantai tingkat yang satu dengan

lantai tingkat yang lain, khususnya bagi pejalan kaki. Agar anak tangga dapat

digunakan dengan mudah dan nyaman, maka ukuran anak tangga ditentukan

sebagai berikut :

2.T + I = (61 - 65 cm)

dengan: T = tinggi bidang tanjakan (optrede)atau tinggi anak tangga, cm. I = lebar bidang injakan (antrede)atau lebar anak tangga, cm.

Gambar 3. Anatomi anak tangga

3. Perencanaan struktur balok

Pada perencanaan balok dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan

memanjang balok dan tulangan geser (begel) balok. Dimensi dan penulangan

bolok tidak hanya dihitung berdasarkan beban perlu yang bekerja, tetapi juga

harus memperhitungkan terjadinya leleh lentur atau sendi plastis pada ujung-

ujung balok (apabila terjadi gempa yang lebih besar daripada gempa rencana)

dengan jarak dua kali tinggi penampang balok dari muka kolom (Pasal 23.10.4.2.

TPSBUBG SNI 03-2847-2002). Keadaan ini dilaksanakan dengan cara

memberikan batasan beban perlu minimal pada ujung- ujung maupun pada tengah

bentang balok (Pasal 23.10.4.2. TPSBUBG SNI 03-2847-2002).

Menurut Pasal 13.6.1 SNI 03–2847–2002 pengaruh puntir dapat diabaikan

jika momen puntir terfaktor Tu memenuhi syarat berikut :

(10)

7

Acp = luas penampang keseluruhan, termasuk rongga pada penampang berongga

(lihat daerah yang diarsir), dalam (mm²).

Pcp = keliling penampang keseluruhan (keliling batas terluar daerah yang

diarsir), dalam (mm).

4. Perencanaan struktur kolom

Pada perencanaan kolom dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan

memanjang kolom, tulangan geser (begel) kolom dan momen tersedia kolom.

Dimensi dan penulangan kolom juga dihitung berdasarkan beban perlu yang

bekerja dengan mempertimbangkan terbentuknya leleh lentur (sendi plastis)

sepanjang λ0 dari ujung bawah kaki kolom (Pasal 23.10.5.1. TPSBUBG SNI

03-2847-2002)

5. Perencanaan Pondasi

Secara umum, pondasi mempunyai tujuan untuk meneruskan beban-beban

struktur bangunan yang berada di atasnya untuk ditransfer/diteruskan kedalam

lapisan tanah pendukung.

D. METODE PERENCANAAN

Prosedur/tahapan pelaksanaan Tugas Akhir perencanan meliputi 6 tahap

(11)

Gambar 4. Bagan alir perencanaan

Tahap VI Tahap V Tahap IV Tahap III Tahap II Tahap I

Tidak

Tidak

Tidak Desain gambar rencana

Menghitung struktur atap

Menghitung tulangan plat dan tangga

Analisa pembebanan Asumsi dimensi awal balok dan kolom

Analisa mekanika

Kecukupan dimensi balok

Kecukupan dimensi pondasi Mulai

Ya

Ya

Ya Beban gempa

Beban mati Beban hidup

Penentuan beban/gaya dalam perlu akibat kombinasi beban

Kecukupan dimensi kolom Penulangan balok

Penulangan kolom

Asumsi dimensi pondasi

Penulangan pondasi

Membuat gambar detail

(12)

9

E. HASIL PERENCANAAN 1. Perencanaan Struktur Atap

Perencanaan Struktur atap menggunakan penutup atap dari genteng

dengan rangka atap dari baja. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan gording

profil baja lip kanal 150.65.20.3,2 dan rangka kuda-kuda utama menggunakan

baja profil siku ⎦⎣30.45.3. Alat sambung menggunakan baut Ø ¼ inch dengan

menggunakan plat kopel 4 mm dan plat buhul 6 mm. Rangka atap dapat dilihat

seperti pada Gambar 5 sebagai berikut.

a1

Gambar 5. Rangka kuda-kuda utama

2. Perencanaan Plat

Perencanaan plat terdiri dari 2 jenis yaitu plat atap 10 cm dan plat lantai

12cm. Pembagian tipe dan hasil perhitungan tulangan plat dapat dilihat pada

gambar dan tabel berikut.

A A

800 400 800 4800800 800800 400400 800

80

(13)

Tabel 1. Tulangan plat atap

Tipe plat Momen perlu (kN.m)

800 400 800 4800800 800800 400400 800

800

Gambar 7. Denah plat lantai

Tabel 2. Tulangan plat lantai

(14)

11

Tabel 2. lanjutan

(1) (2) (3) (4) (5)

3. Perencanaan Tangga

Tangga direncanakan dengan desain melayang dengan ketebalan plat 15

cm, lebar injakan anak tangga 26 cm, dan tinggi tanjakan anak tangga 18 cm.

Desain dan hasil perhitungan tulangan dapat dilihat pada gambar dan tabel

berikut.

(15)

Tabel 3. Tulangan plat tangga

Bagian

tangga Tulangan

Kiri Lapangan Kanan

Bordes Atas dp19-100 dp10-140 dp19-100 dp10-140 dp19-100 dp10-140

Bawah - - - -

Badan atas

Atas dp10-100 dp10-260 - - dp19-100 dp10-140

Bawah - - dp10-100 dp10-260 - -

4. Perencanaan Struktur Balok

Contoh perhitungan dilakukan pada balok B220 portal as-6 dan didapatkan

hasil penulangan seperti pada gambar berikut.

2dp12-90

Gambar 9. Penulangan balok B220 portal as-6

5. Perencanaan Struktur Kolom

Contoh perhitungan dilakukan pada K47 (identik dengan K42) portal as-B

dan didapatkan hasil penulangan seperti pada gambar berikut.

65

(16)

13

6. Perencanaan Pondasi dan Sloof

Hasil penulangan pondasi dan sloof dapat dilihat pada gambar berikut.

300

DETAIL PENULANGAN PONDASI TIANG PANCANG

400

Gambar 11. Penulangan pondasi tiang pancang

75

2D12 2D12 2D12

(17)

F. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton

bertulang untuk gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement dengan prinsip daktail parsial di daerah Surakarta tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan bahwa

perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati,

beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa

menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika

strukturnya menggunakan program bantu hitung SAP 2000 v.14. Dari hasil

analisis didapat hasil sebagai berikut:

1). Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil ⎦⎣30.45.3.

2). Struktur plat ketebalan plat atap 10 cm dan plat lantai 12 cm dengan tulangan

pokok dan tulangan bagi dp10.

3). Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade

(tinggi bidang tanjakan ) 18 cm dan antrade (lebar bidang injakan ) 26 cm. Untuk plat tangga dan bordes digunakan tebal 15 cm dengan tulangan pokok

dan tulangan bagi dp10.

4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi:

a). Balok induk dengan dimensi 450/600 mm dan 300/500 mm dengan

tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

b). Kolom dengan dimensi kolom 600/600 mm dengan tulangan pokok D25

dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan

dipancang sampai tanah keras meliputi :

a). Plat poer pondasi menggunakan ukuran 3 x 3 m2 setebal 1 m dengan tulangan D25 dan jarak 80 mm.

b). Kelompok tiang pancang berjumlah 9 tiang dengan dimensi tiang

(18)

15

2. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton

bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas

Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut :

1). Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk

perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 v.14 atau yang

lainnya hendaknya pemasukan data material, dimensi, dan pembebanan lebih

teliti.

2). Jika dalam perhitungan torsi hasilnya momen torsi diabaikan, maka hanya

perlu diberi tulangan tambahan (tulangan montase) dengan diameter minimal (½ diameter tulangan longitudinal).

3). Perhatikan penggambaran shop drawing karena hasil analisis dengan aplikasi lapangan kadang berbeda.

4). Dalam penggambaran hendaknya dibuat secara sederhana dan detail agar

(19)

Asroni, A., 2010. Kolom Fondasi & Balok T Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Asroni, A., 2003. Struktur Beton lanjut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

DPMB, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.I.-2, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

DPPW, 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 1726-2002, Departeman Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung.

LPMB, 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

LPMB, 1984. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

Gambar

Gambar 2. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun
Gambar 3. Anatomi anak tangga
Gambar 4. Bagan alir perencanaan
gambar dan tabel berikut.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar PKn melalui metode Point Counter Point (PCP) pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 03 Girimulyo

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah estetika menurut Dharsono Sony Kartika dari tontonan sebuah jenis pola batik berupa visual pada motif utama, motif

“ Variasi Komposisi Zat Pewarna terhadap Kinerja Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) ”. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,.. bimbingan,

Perlakuan dengan lama pemaparan 18 jam, konsentrasi (100-300 ppm) memberikan hasil mortalitas serangga uji yang berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 7). Hasil analisis ragam

Aplikasi bahan pengawet diffusol CB melalui metode rendaman dingin pada kayu sengon umur 5, 6 dan 7 tahun dapat meningkatkan sifat fisis (kadar air, berat jenis dan kerapatan

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh teknik time out dengan tipe seclusion pada saat sebelum, selama, dan sesudah di intervensi

Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru selalu melakukan pembenahan pelaksanaan tindakan pada proses pembelajaran sebelum diadakan penelitian,

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: (1) mengetahui gambaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA materi cahaya