• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN LAUT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN LAUT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA SKRIPSI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN LAUT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN)

MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

MELATI MEITASARI NIM. 145080401111068

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2018

(2)

ii

ANALISIS SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN LAUT DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN)

MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

MELATI MEITASARI NIM. 145080401111068

Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2018

(3)
(4)

iv

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul: ANALISIS SITEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN LAUT DAN KEPUASAN KONSUMEN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

Nama Mahasiswa : MELATI MEITASARI

NIM : 145080401111068

Program Studi : Agrobisnis Perikanan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : ZAINAL ABIDIN S.PI, MBA, MP

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : PROF. DR. IR. MIMIT PRIMYASTANTO, MP Dosen Penguji 2 : MARIYANA SARI S.PI, MP

Tanggal Ujian : 6 Juni 2018

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkam kepada Allah SWT yang melimpahkan berkah, karunia serta ridho-Nya, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

Selanjutnya, sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntunkan kita menuju jalan kebenaran.

Usulan Skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pemasaran Hasil Perikanan Laut dan Kepuasan Konsumen di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara”. Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Zainal Abidin, S.Pi, MBA., MP selaku dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya, agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, demikian penulis sampaikan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Mei 2018

Penulis

(6)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Selama menyelesaikan penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu, khususnya:

1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr. Ir. Edi Susilo, MS selaku ketua jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan yang telah memberikan izin dan motivasi dalam penyusunan Skripsi

3. Bapak Zainal Abidin S.Pi, MBA., MP selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya

4. Kedua orang tua tercinta, atas dukungan moril dan materi selama penyusunan Skripsi. Terimakasih atas doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis.

5. Kakak saya Chitra Permatasari serta kedua adik saya Phadil Muhammad Qhais dan Deva Syahputra, terimakasih atas doa dan dukungannya.

6. Keluarga kedua saya di Malang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa, semangat, dan bantuannya selama proses perkuliahan khususnya pada skripsi ini,

Malang, Mei 2018

Penulis

(7)

RINGKASAN

MELATI MEITASARI. Analisis Sistem Pemasaran Hasil Perikanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara. (Dibawah bimbingan Zainal Abidin S.Pi, MBA, MP)

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki banyak pulau kecil dan pulau besar yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai pulau Rote.

Potensi rata-rata hasil perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap tahunnnya pada 5 tahun terakhir ini. Dibangunnya beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor perikanan. Terkait dengan pendaratan hasil tangkapan dan jaminan pemasaran, salah satu sarana yang digunakan untuk mendukung pengembangan sektor perikanan khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Adanya TPI diharapkan dapat mensejahterakan nelayan untuk memasarkan hasil tangkapan mereka dengan pemasaran yang efisien. Untuk menganalisis pemasaran yang efisien dapat digunakan pendekatan SCP (Structure, Conduct and Performance) efisiensi dapat didekomposisikan ke dalam komponen struktur, perilaku dan penampilan pasar. Secara teoritis ketiga komponen tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi, dimana penampilan pemasaran merupakan hasil interaksi struktur dan perilaku pasar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis 1) Struktur pasar di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara, 2) Perilaku pasar di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara dan 3) Penampilan pasar di TPI PPN Muara Angke, Jakarta Utara.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitaif. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara kuesioner, observasi, wawancara dan dokumentasi. Populasi pada penelitian ini adalah pemilik kapal atau nelayan, peserta lelang yang meliputi pedagang besar, pedagang grosir, pengolah dan pedagang pengecer. Teknik penentuan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan SCP (Structure, Conduct and Performance.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Analisis SCP (Structure, Conduct and Performance) pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 9 saluran pemasaran. Struktur pasar mengarah pada pasar yang tidak kompetitif, adanya hambatan keluar masuk pasar dan informasi yang tidak merata sehingga struktur pasar dapat dikatakan belum efisien.

Karena struktur pasar yang mengarah pasar yang tidak kompetitif maka dapat mempengaruhi perilaku pasar yang mengarah pada pasar yang tidak kompetitif maka dapat mempengaruhi perilaku pasar yaitu terdapat penentu harga dan penerima harga. Penentu harga dikuasai oleh pedagang yang menjadi peserta lelang karena dapat melakukan penawaran atau memiliki pasar tawar yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku pasar belum efisien.

Berbeda dengan struktur pasar dan perilaku pasar yang tidak efisien, penampilan pasar pada penelitian ini efisien jika dilihat dari margin pemasaran, nilai farmer share dan efisiensi pemasaran.

(8)

viii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

IDENTITAS TIM PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

RINGKASAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

`2.1 Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Tempat Pelelangan Ikan ... 9

2.3 Pemasaran Hasil Perikanan ... 10

2.4 Pendekatan SCP (Structure,Conduct and Performance) ... 12

2.4.1 Stuktur Pasar (Market Structure) ... 13

2.4.2 Perilaku Pasar (Market Conduct) ... 14

2.4.3 Kinerja Pasar (Market Performance) ... 15

2.5 Kerangka Pemikiran ... 16

3. METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Tempat dan Waktu ... 18

3.2 Jenis Penelitian ... 18

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 19

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 20

(9)

3.4.1 Kuesioner ... 20

3.4.2 Observasi ... 21

3.4.3 Wawancara ... 21

3.4.4 Dokumentasi ... 22

3.5 Populasi dan Sampel ... 22

3.5.1 Populasi ... 22

3.5.2 Sampel ... 23

3.6 Instrumen Penelitian ... 24

3.7 Teknik Analisis Data ... 25

3.7.1 Strukur Pasar (Market Structure) ... 26

3.7.2 Perilaku Pasar (Market Conduct) ... 30

3.7.3 Kinerja Pasar (Market Performance) ... 31

3.7.4 Definisi Operasional Variabel ... 34

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 37

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi ... 37

1.1.2 Keadaan Iklim ... 38

1.1.3 Keadaan Penduduk ... 38

4.1.4 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke ... 40

4.1.5 Sarana dan Prasarana Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke ... 42

4.2 Keadaan Umum Perikanan ... 45

4.2.1 Nelayan ... 45

4.2.2 Armada Penangkapan ... 46

4.2.3 Jenis Alat Tangkap ... 47

4.2.4 Jenis dan Jumlah Produksi Ikan ... 48

5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1 Analisis Struktur Pasar (Market Structure) ... 49

5.1.1 Jumlah Penjual dan Pembeli ... 49

5.1.2 Konsentrasi Pasar ... 52

5.1.3 Tingkat Diferensiasi Produk ... 58

5.1.4 Hambatan Keluar Masuk ... 60

5.1.5 Tingkat Pengetahuan Pasar ... 61

5.1.6 Saluran Pemasaran ... 63

(10)

x

5.2 Analisis Perilaku Pasar (Market Conduct) ... 69

5.2.1 Proses Penentuan Harga ... 69

5.2.2 Promosi Penjualan ... 71

5.2.3 Adanya Taktik atau Kolusi ... 72

5.2.4 Pendekatan Fungsi Pemasaran ... 74

5.3 Analisis Penampilan Pasar (Market Performance) ... 78

5.3.1 Margin Pemasaran ... 78

5.3.2 Share Nelayan (Farmer Share) ... 84

5.3.3 Efisiensi Pemasaran ... 87

5.4 Implikasi Penelitian ... 91

4. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

4.1 Kesimpulan ... 92

4.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN ... 98

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Rekapitulasi Jumlah Responden dalam Penelitian ... 24

2. Struktur Pasar menurut Konsentrasi Penjual dan Pembeli ... 26

3. Metode Analisis SCP, Komponen dan Kriteria Efisiensi Pemasaran ... 34

4. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 39

5. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

6. Jumlah Penduduk Kelurahan Pluit berdasarkan Pekerjaan ... 40

7. Data Produksi Ikan di Tempat Pelelangan IKan Muara Angke Tahun 2013 - 2017 ... 48

8. Jumlah Penjual dan Pembeli Pemasaran Ikan Laut di Muara Angke ... 49

9. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang Besar untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu Bulan) ... 53

10. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang Pengolah (PHPT) untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu Bulan) .... 54

11. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang untuk Struktur Pengepul (Grosir) Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu Bulan) ... 54

12. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio pada Pedagang Pengecer untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke (dalam Satu Bulan) ... 55

13. Perhitungan Indeks Hirscman Herfindal (IHH) untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke ... 56

14 . Perhitungan CR4 untuk Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke ... 57

15. Tingkat Diferensiasi Produk pada Pemasaran Ikan Laut tiap Lembaga Pemasaran di Muara Angke. ... 58

16. Hambatan Keluar Masuk Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 60

17. Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke dari Hasil Perhitungan Pangsa Pasar, IHH, dan pada tiap Lembaga Pemasaran ... 62

18. Hasil Analisis Struktur Pasar Ikan Laut di Muara Angke Berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk, hambatan keluar masuk pasar dan informasi pasar ... 62

19. Hasil Analisis Perilaku Pasar Ikan Laut di Muara Angke ... 74

20. Fungsi – fungsi Pemasaran Ikan Laut yang dilakukan Oleh Setiap Lembaga Pemasaran di Muara Angke ... 74

(12)

xii

21. Marjin Pemasaran Cumi-Cumi Dan Ikan Tenggiri dari TPI Muara Angke,

Jakarta Utara ... 79

22. Marjin Pemasaran Ikan Tongkol dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 80

23. Marjin Pemasaran Ikan Kembung dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 81

24. Marjin Pemasaran Ikan Selar dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 82

25. Marjin Pemasaran Ikan Tembang dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 83

26. Perbandingan Share Harga yang diterima Nelayan pada Pemasaran Ikan di TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 84

27. Rincian Efisiensi Pemasaran Cumi - Cumi dan Ikan Tenggiri dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 87

28. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Tongkol dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 88

29. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Kembung dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 89

30. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Selar dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 89

31. Rincian Efisiensi Pemasaran Ikan Tembang dari TPI Muara Angke, Jakarta Utara ... 90

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pola Hubungan Struktur, Tingkah Laku dan Penampilan Pasar (Structure,

Conduct and Performance) ... 12

2. Model Struktur, Tingkahlaku dan Penampilan Pasar (Structure, Conduct and Performance) ... 13

3. Kerangka Berpikir ... 17

4. Struktur Pasar: CR4, Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pasar ... 29

5. Strutur Organisasi Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke ... 42

6. Perumahan Nelayan ... 42

7. Pengolahan Hail Perikanan Tradisional (PHPT) ... 43

8. Pasar Grosir Ikan ... 44

9. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Kolam Pelabuhan... 44

10. Unit Pengolahan Ikan (UPI) ... 45

11. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Gross Ton (GT) ... 47

12. Grafik Persentase Jumlah Kapal Berdasarkan Alat Tangkap ... 47

13. Skema Saluran Pemasaran I Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 64

14. Skema Saluran Pemasaran II Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 65

15. Skema Saluran Pemasaran III Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 65

16. Skema Saluran Pemasaran IV Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 66

17. Skema Saluran Pemasaran V Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 66

18. Skema Saluran Pemasaran VI Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 67

19. Skema Saluran Pemasaran VII Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 68

20. Skema Saluran Pemasaran VIII Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 68

21. Skema Saluran Pemasaran IX Pemasaran Ikan Laut Muara Angke ... 69

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Rasio Ikan Laut di Muara Angke ... 98 2. Perhitungan Indeks Hirsman Herfindahl (IHH) ... 101 3. Hasil Perhitungan Margin Pemasaran, Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Efisiensi Pemasaran ... 102

(15)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki banyak pulau kecil dan pulau besar yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote.

Untuk saat ini pulau yang terdapat di Indonesia sebanyak 16.056 pulau yang berkoordinat dan bernama yang didaftarkan kepada PBB (Badan Informasi Geospasial, 2017). Sebagai negara kepulauan, Indonesia dipersatukan oleh wilayah daratan dan lautan. Luas seluruh wilayah teritorial Indonesia adalah 8 juta km² yang mempunyai garis pantai sepanjang 81 000 km. Luas wilayah perairan mencapai 5.8 juta km² (2/3 dari luas wilayah teritorial Indonesia) yang terdiri dari 3.1 juta km² wilayah laut teritorial dan 2.7 juta km² Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu perairan yang berada 12 mil hingga 200 mil dari garis pantai titik-titik terluar kepulauan Indonesia.

Menurut data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (2016), potensi rata- rata hasil perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap tahunnya pada 5 tahun terakhir ini. Pada tahun 2016 produksi perikanan mencapai 6,83 juta ton dengan nilai Rp 125,3 triliun, Pada 2015, produksi perikanan 6,52 juta ton dengan nilai mencapai Rp 116,3 triliun. Adapun pada 2014, produksi perikanan tangkap 6,21 juta ton dengan nilai Rp108,5 triliun, pada 2013 produksinya 5,86 juta ton dengan nilainya Rp 85,1 triliun, dan produksi 2012 hanya 5,84 juta ton dengan nilai Rp 79,3 triliun.

Dalam upaya pengembangan sektor perikanan, pemerintah memiliki peran penting dalam hal penyediaan berbagai fasilitas yang dapat memberikan kemudahan dalam melakukan usaha perikanan. Adapun kemudahan-kemudahan yang dimaksud adalah kemudahan mendapatkan sarana produksi, mendaratkan

(16)

2

hasil tangkapan, dan menjamin pemasaran, sehingga poses produksi sampai pemasarannya berjalan lancar. Dibangunnya beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor perikanan. Hingga tahun 2017 pemerintah telah membangun dan mengembangkan pelabuhan perikanan di Indonesia sebanyak 538 unit yang terdiri dari 7 unit Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), 17 unit Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), 45 unit Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan 391 unit Pusat Pendaratan Ikan (PPI) dan 89 unit Pelabuhan Perikanan (PP) (PIPP, 2017).

Berdasarkan UU RI No.45/2009 tentang perubahan atas UU No.31/2004 tentang perikanan dinyatakan bahwa fungsi pelabuhan perikanan dapat berupa pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan, pelayanan bongkar muat, pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan, pelaksanaan kesyahbandaran, tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan, publikasi hasil pelayanan sandar serta labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan.

Terkait dengan pendaratan hasil tangkapan dan jaminan pemasaran, salah satu sarana yang digunakan untuk mendukung pengembangan sektor perikanan khususnya kegiatan penangkapan ikan adalah tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Menurut sejarahnya, pelelangan ikan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan terutama di pulau Jawa dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya.

(17)

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.08/2012, TPI merupakan salah satu fasilitas fungsional pelabuhan dalam rangka menunjang fungsi pelabuhan. Secara teori, fungsi dari TPI yaitu sebagai pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan, sarana pemungutan retribusi hasil penangkapan ikan, serta sarana penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. Fungsi TPI tersebut dinilai cukup strategis, karena dengan adanya pelelangan persaingan harga produksi semakin tinggi dan berpengaruh kepada peningkatan pendapatan dari usaha penangkapan ikan.

Menurut Setiawan et al. (1993) dalam Dianto et al. (2015), dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) diharapkan dapat mensejahterakan nelayan melalui program perkreditan nelayan yang dikelola KUD dan khususnya pada unit usaha pemerataan disamping pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nelayan dan memutuskan hubungan secara langsung antara nelayan dengan pedagang ikan.

Di Jakarta terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) salah satunya adalah TPI Pelabuhan Muara Angke yang terletak di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Pelabuhan Perikanan Muara Angke merupakan pelabuhan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain pelabuhan ini, Pemprov DKI masih punya 5 pelabuhan ikan lain: TPI Cilincing, TPI Kali Baru (di Kecamatan Cilincing juga, tapi beda kelurahan), TPI Kamal Muara (di perbatasan dengan Tangerang), TPI Cakung, dan PPI Pulau Pramuka.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu jenis kelembagaan formal yang diharapkan dapat membantu para nelayan untuk memasarkan hasil tangkapan mereka. Namun apakah TPI sudah berfungsi seperti yang sudah dijelaskan pada Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan? Dari data Kementrian Kelautan Perikanan potensi rata-rata perikanan tangkap mengalami kenaikan setiap tahunnya yang secara berturut turut pada tahun 2015, 2014 dan 2013 sebesar 6,52 juta ton, 6,21 juta ton dan 5,86 juta ton sedangkan jika dibandingkan

(18)

4

dengan volume hasil perikanan tangkap yang dijual di TPI seluruh Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (2017), secara berturut-turut pada tahun 2015, 2014 dan 2013 sebesar 535.712 ton, 621.099 ton dan 452.581 ton dan jumlah tersebut mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Jika dipersentasikan tidak sampai 10 persen volume total produksi hasil tangkapan yang dijual di TPI melainkan sisahnya dijual di luar TPI.

Dari uraian diatas terdapat suatu ketimpangan yang terjadi. TPI yang seharusnya menjadi suatu lembaga yang membantu aktivitas pada hasil tangkapan ikan para nelayan belum mampu untuk menjalankan fungsi utamanya sebagaimana mestinya. Ini terbukti dengan masih sedikitnya ikan yang dijual melalui TPI. Justru penjualan tanpa melalui TPI jauh lebih diminati dan menjadi pilihan para nelayan. Padahal secara teori, ikan yang dilelang resmi dianggap terjual pada kesepakatan harga penawaran tertinggi. Hal ini tentu seharusnya menjadikan TPI sebagai pilihan utama oleh para nelayan dalam memasarkan ikannya karena akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dari harga ikan yang dibeli dengan harga penawaran tertinggi.

Persoalan diatas pada sistem pemasaran hasil perikanan laut di TPI dapat menyebabkan inefisiensi pemasaran. Inefisiensi pemasaran dapat dianalisis menggunakan pendekatan SCP (Structure, Conduct and Performance). Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986) dalam Dyanasari et al. (2010), secara teorotis efisiensi pemasaran dapat dijabarkan menjadi efisiensi teknis dan efisiensi harga.

Efisiensi teknis menekankan pada aspek operasional pemasaran yaitu penyaluran produk dari tingkat petani sampai di tangan konsumen akhir dengan biaya seminimal mungkin, sedangkan efisiensi harga memfokuskan pada distribusi marjin kepada seluruh pelaku pasar secara proporsional dan memenuhi rasa keadilan ekonomi.

(19)

Menurut Dyanasari et al. (2010), pada pendekatan SCP (Structure, Conduct and Performance) efisiensi sistem pemasaran dapat didekomposisi ke dalam komponen struktur, perilaku dan penampilan pasar sesuai dengan variabel pada tingkat komponen. Secara teoritis ketiga komponen tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi, dimana kinerja pemasaran merupakan hasil interaksi struktur dan perilaku pasar. Kemudian kinerja pasar dapat mempengaruhi kepuasan konsumen atau nelayan dan pelaku pemasaran yang melakukan pelelangan di I TPI.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara?

2. Bagaimana perilaku pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara?

3. Bagaimana penampilan pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Atas dasar rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, medeskripsikan dan menganalisis:

1. Struktur pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara

2. Perilaku pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara

(20)

6

3. Penampilan pasar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai manfaat bagi:

a. Instansi

Membantu memberikan informasi terkait evaluasi tentang pemasaran ikan laut yang ada di Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke sebagai perbandingan untuk meningkatkan pasar yang menguntungkan secara adil dan efisien.

b. Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan penelitian serta dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dalm kehidupan perkuliahan sehari- hari.

c. Perguruan Tinggi

Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut dalam menambah wawasan pengetahuan tentang studi pemasaran dengan analisis sistem pemasaran dan d. Pemerintah

Sebagai tambahan informasi dalam menentukan kebijakan sehingga kebijakan yang dibuat sesuai dengan keadaan masyarakat dan efektif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada pada masyarakat.

(21)

2. TINJAUAN PUSTAKA

`2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Abidin et al. (2017), dengan judul “Analisis Sistem Pasar Ikan Laut dengan Pendekatan SCP (Structue, Conduct and Performance)”. Penelitian ini populasinya terdiri dari produsen, pedagang perantara, pengolah konsumen dan lembaga pendukung pemasaran. Sampelnya diambill dengan menggunakan teknik sampling jenuh, disproportioned sampling dan accidental sampling. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya keterkaitan struktur pasar mempengengaruhi perilaku pasar namun tidak mempengaruhi penampilan pasar.

Penelitian Azhara (2016), dengan judul “Struktur, Perilaku dan Kinerja Pemasaran Ikan Bandeng di Jawa Barat”. Penelitian ini populasinya adalah petani dan lembaga-lembaga pemasaran serta pengolah. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dan penentuan lembaga pemasaran dengan metode snowball sampling. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan software Microsoft Excel dan Eviews. Hasil dari penelitian ini adalah struktur pasar nya bersaing tidak sempurna yang berarti belum efisien. Maka dari itu struktur pasar berpengaruh terhadap perilaku pasar.

Penelitian Dyanasari et al. (2010), dengan judul “Pendekatan SCP pada Pengukuran Efisiensi Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo”.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana atau simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 50 orang petani bawang merah. Sample pedagang ditentukan dengan menggunakan metode snowball sampling. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi analisis struktur pasar, analisis rasio konsentrasi, share pasar, analisis kinerja pasar dan analisis efisiensi pasar. Hasil dari penelitian ini adalah struktur pasar bawang merah bergerak pada pasar oligopsoni dan pasar persaingan sempurna

(22)

8

sementara dari sisi produsen bersifat oligopolistik. Dinamika harga tingkat konsumen ditransmisikan dengan baik terhadap harga tingkat produsen, pasar tingkat konsumen dan produsen terintegrasi dengan baik terhadap pasar acuan.

Berdasarkan indikator structure, conduct and market performance sistem pemasaran bawang merah di Kabupaten Probolinggo belum efisien.

Penelitian Puspitawati et al. (2016), dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Magetan” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran kentang pada beberapa saluran pemasaran di Kabupaten Magetan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan, observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel daerah penelitian dilakukan secara purposive atas dasar pertimbangan bahwa daerah penghasil kentang. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran kentang di Kabupaten Magetan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu analisis saluran pemasaran. Untuk mengetahui besarnya biaya pemasaran dan marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran pada bagian saluran pemasaran kentang.

Penelitian Desvi (2014), dengan judul “Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, DKI Jakarta”

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan TPI dalam pemasaran hasil perikanan tangkap, mengetahui saluran pemasaran hasil perikanan tangkap yang terjadi di TPI dan bukan TPI, dan menganalisis tingkat efisiensi pemasaran.

Metode pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara terstruktur.

Penentuan responden menggunakan accidental sampling (convenience sampling) untuk nelayan dan snowball sampling untuk lembaga pemasaran berikutnya. Hasil penelitian ini menemukan TPI memiliki peran penting dalam hal pemasaran ikan.

Tidak ada saluran pemasaran yang mutlak efisien. Namun, jika dilihat dari nilai

(23)

total margin yang rendah, fisherman’s share yang tinggi dan biaya pemasaran yang rendah maka saluran pemasaran 3 pada sistem lelang murni cenderung lebih efisien. Tapi jika dilihat dari nilai rasio keuntungan dan biaya yang relatif sama pada setiap lembaga pemasarannya maka saluran pemasaran 1 pada sistem lelang murni dan saluran 3 pada sistem opow cenderung lebih efisien.

2.2 Tempat Pelelangan Ikan

Berdasarkan keputusan bersama 3 Mentri yaitu Mentri Dalam Negri, Mentri Pertanian dan Mentri Koperasi dan pembinaan usaha kecil nomor: 139 Tahun 1997;902/Kpts/PL.420/9/97;03/SKB/M/IX/1997 tertanggal 12 September 1997 tentang penyelengaraan Tempat Pelelangan Ikan, bahwa yang disebut dengan tempat pelelangan ikan adalah tempat para penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara penawaran bertingkat. Ikan hasil tangkapan para nelayan harus dijual di TPI kecuali: 1) ikan yang digunakan untuk keperluan lauk keluarga; 2) Ikan jenis tertentu yang diekspor dan ikan hasil tangkapan pola kemitraan dengan pertimbangan dan atas dasar persetujuan dari Kepala Daerah.

Fungsi TPI adalah untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan).

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.08/2012, TPI merupakan salah satu fasilitas fungsional pelabuhan dalam rangka menunjang fungsi pelabuhan. Secara teori, fungsi dari TPI yaitu sebagai pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan, sarana pemungutan retribusi hasil penangkapan ikan, serta sarana penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. Fungsi TPI tersebut dinilai cukup strategis, karena dengan adanya pelelangan persaingan harga

(24)

10

produksi semakin tinggi dan berpengaruh kepada peningkatan pendapatan dari usaha penangkapan ikan.

TPI merupakan tempat pembongkaran hasil tangkapan yang diperoleh untuk selanjutnya mengalami proses sortasi, pencucian, penimbangan, penjualan dan pengepakan. Setelah itu produk akan didistribusikan, sebagian untuk konsumsi lokal dalam bentuk segar, sebagian untuk prosesing, ekspor, maupun disalurkan ke tempat pembekuan untuk selanjutnya diawetkan (Pramitasari, 2005).

2.3 Pemasaran Hasil Perikanan

Pemasaran ikan merupakan kegiatan yang sangat penting pada sektor perikanan sebagai rangakaian mata rantai agribisnis perikanan yang terdiri dari rantai pra produksi, rantai produksi (penangkapan ikan dan budidaya ikan), rantai pasca produksi (pengolahan dan pemasaran) (Abidin et al., 2017).

Mengingat komoditi perikanan memiliki karakteristik yang khas, yaitu mudah rusak, tidak seragam, musiman dan daerah produsen pada umumnya di pedesaan/pelosok/pesisir, dan memerlukan ruang yang lebih luas dan berpendingin (ikan segar) untuk penyimpanan, maka pemasaran hasil perikanan pada umumnya berpotensi tidak efisien. Hal ini karena untuk memasarkan dibutuhkan saluran pemasaran yang umumnya panjang sehingga cukup banyak pedagang perantara yang terlibat, sehingga total biaya pemasarannya cukup besar, serta dimungkinkan terdapatnya share yang tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku pasar. Jika permasalahanpemasaran tidak diatasi, maka akan berdampak pada kesejahteraan produsen, pedagang dan masyarakat konsumen. Oleh karena itu, mempelajari pemasaran menjadi penting, dimana sebaiknya mengenal permasalahan pemasaran hasil perikanan sebelum mempelajari konsep pemasaran secara utuh (Abidin et al., 2017).

(25)

Pemasaran adalah suatu rangkaian kegiatan berupa menjalankan fungsi- fungsi pemasaran (kegiatan pemasaran) yang sesuai permintaan pasar untuk menyediakan dan menyampaikan (mendistribusikan) barang atau jasa yang tepat dari titik produsen, atau pemasaran kepada orang-orang (konsumen) yang tepat (sesuai jenis segmen konsumen) pada tempat, waktu (saat) dan komunikasi yang tepat (efektif dan efisien) dengan mengedepankan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengintegrasi semua sub sistem pemasaran (sub sistem produksi, sub sistem distribusi, sub sistem konsumsi, sub sistem regulatory- pembuat kebijakan, sub sistem jasa dan penunjang) sebagai suatu kesatuan yang utuh, bersifat interrelated, but independent. Dengan demikian, suatu pihak akan mendapatkan haknya, yaitu keuntungan (bagi produsen dan pedagang perantara), kepuasan (bagi konsumen), pendapatan nasional (bagi pemerintah). Sebagai definisi tersebut mensiratkan pemasaran perlu memenuhi 3T (Tepat produk, Tepat konsumen, dan memasarkan pada saat, tempat dan harga yang Tepat) (Abidin et al., 2017).

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), pemasaran hasil perikanan mempunyai ciri – ciri, diantaranya sebagai berikut:

a. Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan diserap oleh konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang tahun

b. Pada umumnya pedagang pengepul memberi kredit kepada produsen

c. Saluran pemaaran pada umumnya terdiri dari produsen (nelayan), pedagang perantara sebagai pengepul, pedagang eceran dan konsumen

d. Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai konsumen pada umumnya meliputi proses pengumpulan, penimbangan dan penyebaran. Dimana proses pengumpulan merupakan proses yang terpenting e. Kedudukan terpenting dalam pemasaran hasil perikanan terletak pada pedagang pengepul karena berhubungan dengan fungsinya sebagai

(26)

12

pengumpul di daerah produksi yang terpencar–pencar, skala produksi kecil- kecil dan produksinya musiman.

2.4 Pendekatan SCP (Structure,Conduct and Performance)

Menurut Rekarti dan Nurhayati (2016), salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri adalah hubungan antara Struktur-Perilaku Kinerja atau Structure-Conduct-Performance (SCP). Struktur (structure) suatu industri akan menentukan bagaimana para perilaku berperilaku (conduct) yang pada akhirnya menentukan kinerja (performance) industri tersebut. S-C-P (Structur-Conduct- Performance) merupakan tiga kategori utama yang digunakan untuk melihat kondisi struktur pasar dan persaingan yang terjadi di pasar. Struktur sebuah pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam pasar tersebut yang secara bersama–sama menentukan kinerja sistem pasar secara keseluruhan.

Menurut Abidin et al. (2017), Pendeketan SCP didasarkan atas tiga hal yang saling berkaitan, yaitu struktur pasar (market structure) yang akan mempengaruhi bagaimana perusahaan bertingkah laku di pasar (market conduct), dan selanjutnya akan berpengaruh dan terlihat pada penampilan pasar (market performance) sebuah industri/usaha. Penampilan pasar pun dapat kembali mempengaruhi strukur dan perilaku pasar. Gambaran lebih jelas hubungan ketiga komponen pendekatan SCP dapat ditunjukan oleh Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Pola Hubungan Struktur, Tingkah Laku dan Penampilan Pasar (Structure, Conduct and Performance)

Sumber: Abidin et al., (2017) Struktur Pasar

(Market Structure)

Tingkah Laku Pasar (Market Conduct)

Penampilan Pasar (Market Performance)

(27)

a. Tingkat diferensiasi produk (variasi kualitas produk yang menjadi pembeda antar produk berbeda merk)

b. Tingkat konsentrasi penjual dan pembeli (jumlah kepadatan pembeli dan penjual di suatu pasar)

c. Lembaga pemasaran dan yang terkait

d. Barriers to entry (hambatan untuk masuk dari sistem pasar), misalnya tingkat pengetahuan pasar, tingkat integrasi dan diversifikasi produk e. Barriers to exit (hambatan untuk keluar dari system pasar), misalnya

tingginya prospek meraih keuntungan f. Struktur saluran pemasaran

g. Proses pembentukan harga (price forming process) h. Pola distribusi informasi pasar

i. Peraturan dan perundangan yang mengkoordinasikan pasar

Gambar 2. Model Struktur, Tingkahlaku dan Penampilan Pasar (Structure, Conduct and Performance)

Sumber: Abidin et al., (2017)

2.4.1 Stuktur Pasar (Market Structure)

Menurut Abidin et al. (2017), struktur pasar terkait bagaimana suatu pasar terorganisir berdasarkan pada struktur atau karakteristik (misalkan peraturan, kesepakatan) yang menentukan pola hubungan antara berbagai penjual di pasar, antara berbagai pembeli, dan antara pembeli dan penjual di pasar. Bahasan pokok struktur pasar adalah organisasi suatu pasar sehingga organisasi pasar mempengaruhi keadaan persaingan dan penentuan harga di pasar.

Market Structure

Market Performance Market Conduct

a. Aliran produk

b. Kegiatan lembaga pemasaran dan yang terkait c. Fungsi pertukaran: pembelian, penjualan d. Fungsi fisik: penyimpanan,transportasi dan

pengolahan

e. Fungsi fasilitasi: standarisasi, pembiayaan, bearing risk, penelitian pasar, penciptaan permintaan dan market intelegence f. Negosiasi

g. Strategi pemasaran: perilaku pedagang mengikuti kebijakan/ peraturan pasar, strategi meningkatkan efisiensi pemasaran (mengurangi biaya dan meningkatkan output)

a. Efisiensi harga b. Operational

efficiency c. Marketing

cost, margin, share dan price spread d. Dan lain-lain

(28)

14

Struktur pasar (Market structure) adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar (lembaga pemasaran), distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran seperti size atau concentration, deskripsi produk dan diferensiasi produk (keadaan produk), syarat-syarat entry dan sebagainya (Limbong, 1987).

2.4.2 Perilaku Pasar (Market Conduct)

Perilaku pasar menunjukan tingkah laku perusahaan dalam struktur pasar tertentu, terutama bentuk–bentuk keputusan apa yang harus di ambil dalam menghadapi berbagai struktur pasar. Perilaku pasar meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga, dan strategi tataniaga. Perilaku pasar dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas harga, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga yang terlibat dalam tataniaga (Azzaino, 1982).

Menurut Abidin et al. (2017), market conduct merupakan tindakan atau cara perusahaan atau pelaku pasar dalam menyesuaikan situasi pasar. Tingkah laku perusahaan yang ditunjukan di pasar dapat disebut sebagai marketing practices. Terdapat lima dimensi tingkah laku di pasar, yaitu:

 Metode atau prinsip yang digunakan pelaku pasar (perusahaan, sekelompok perusahaan, pembeli atau sekelompok pembeli) dalam menentukan harga dan tingkat output (volume produksi dan penjualan)

 Kebijakan penentuan harga dari perusahaan/produsen, atau sekelompok perusahaan/produsen

 Promosi penjualandari perusahaan/produsen, atau sekelompok perusahaan/produsen

 Alat, cara atau metode koordiasi dan saling penyesuaian dari harga, produk dan promosi penjualan dalam persaingan antara penjual. Misalnya adanya kesepakatan kolusi dan negosiasi tentang harga, produk dan promosi

(29)

penjualan, kolusi tersembunyi (tacit collusion) dalam pengendalian harga (price leadership) oleh satu perusahaan utama atau pembatalan persetujuan kolusi melalui pemotongan harga secara rahasia yang mengarah pada persaingan tidak sempurna (imperfect competition).

 Ada atau tidaknya taktik khusus atau tindakam predatory yang dapat menjadi barriers to entry the market

2.4.3 Kinerja Pasar (Market Performance)

Kinerja atau penampilan di pasar adalah penilaian terhadap sumberdaya ekonomi, yaitu sampai seberapa jauh tindakan atau tingkah laku (market conduct) suatu perusahaan atau produsen di pasar menyimpang dari kemungkinan kontribusi terbaik yang dapat dicapai sesuai tujuan sosial ekonomi yang semestinya. Oleh karena market structure dan market conduct akan mempengaruhi market performance maka jika market structure dan market conductnya sesuai harapan masyarakat, sehingga pasar menjadi fair dan efisien dan selanjutnya penampilan pasarpun akan sesuai harapan masyarakat (Abidin et al., 2017).

Menurut Abidin et al. (2017), delapan hal yang dapat dicermati untuk melihat penampilan di pasar, yaitu:

a. Ukuran dari biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi

b. Relatif efisiensi produksi. Efisiensi produksi dipengaruhi oleh skala usaha atau ukuran mesin. Suatu perusahaan dapat bekerja paling efisien karena berjalan pada tingkat kelebihan kapasitas (excess capacity).

c. Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan.

d. Tingkat kemajuan perusahaan dan industri, baik pengembanagan produk maupun teknik industri

(30)

16

e. Karakteristik produk, terdiri dari pilihan desain, tingkat kualitas dan ragam produk dalam berbagai pasar.

f. Ukuran dari marketing loss.

g. Ukuran tingkat penjualan relatif terhadap sumberdaya pemasaran.

h. Ukuran marjin pemasaran relatif terhadap biaya produksi.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Kerangka pemikiran juga dapat diartikan sebagai penjelasan sementara tehadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan (Sugiyono, 2012). Berikut kerangka pemikiran permasalahan pada penelitian yang disajikan dalam Gambar 3.

(31)

Gambar 3. Kerangka Berpikir

Volume dan nilai produksi perikanan tangkap terus meningkat. Untuk pengembangan sektor perikanan khususnya penangkapan ikan dibangun TPI. Fungsi

utama TPI adalah sebagai pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan.

Volum produksi ikan terus meningkat namun volume penjualan ikan melalui TPI menurun. Fugsi

utama TPI tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Pedagang Besar

Nelayan Konsumen

Identifikasi Permasalahan Pemasaran

Structure:

a. Konsentrasi Pasar b. Diferensiasi Produk c. Hambatan Keluar

Masuk d. Tingkat

Pengetahuan Pasar

Conduct:

a. Penentuan Harga b. Saluran Pemasaran c. Promosi Penjualan d. Kolusi dan taktik

yang dilakukan e. Fungsi Pemasaran

Performance:

a. Analisis Marjin Pemasaran

b. Share harga Nelayan

c. Share biaya dan keuntungan

d. Efisiensi Pemasaran

Efisen atau tidak Efisien

(32)

18

3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke Jakarta Utara DKI Jakarta dan dilaksanakan pada tanggal 5–26 Maret 2018.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Sedangkan, Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung.

Metode penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif. Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan.

Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu (Daymon dan Immy, 2008).

Metode kualitatif dalam penelitian ini seperti tingkat konsentrasi penjual dan pembeli, tingkat diferensiasi produk, hambatan keluar masuk pasar, tingkat pengetahuan pasar, saluran pemasaran, proses penentuan harga, promosi penjualan, adanya taktik dan kolusi dan fungsi pemasaran pada pendekatan SCP

(33)

(Structure, Conduct and Performance) untuk menganalisis sistem pemasaran hasil perikanan laut di Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke.

Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Metode kuantitatif dalam penelitian ini seperti menghitung konsentrasi pasar, marjin pemasaran, farmer share dan efisiensi pemasaran pada penampilan pasar.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder sebagai penunjang informasi yang digunakan dalam penenlitian, adapun data primer dan data sekunder yang digunakan sebagai berikut:

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2009), sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dengan cara observasi dan wawancara kepada responden.

Adapun data primer yang dikumpulkan dalam penelitian yaitu meliputi:

a. Komponen struktur pasar: tingkat konsentrasi penjual dan pembeli, saluran pemasaran, hambatan keluar masuk pasar, tingkat diferensiasi produk dan tingkat pengetahuan pasar

b. Komponen perilaku pasar: kolusi dan taktik, proses penentuan harga, fungsi pemasaran dan promosi penjualan

c. Komponen penampilan pasar: harga ikan disetiap lembaga dan biaya pemasaran

(34)

20

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2009), sumber sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari pustaka, literatur-literatur yang relevan, penelitian terdahulu, internet dan lembaga atau instansi terkait yang berguna untuk mendukung data primer dan untuk melengkapi penulisan laporan, seperti laporan tahunan dan daftar transaksi lelang Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke, Jakarta Utara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpukan data yang digunakan pada penlitian ini dengan cara Kuesioner, observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan penjelasan sebagai berikut:

3.4.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner ini salah satu metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan mengetahui apa yang dapat diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2015). Kuesioner disusun sesuai dengan data-data pertanyaan yang dibutuhkan oleh peneliti yang ditujukan kepada responden yaitu para pelaku Pemasaran Hasil Perikanan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke, Jakarta Utara. Kuesioner digunakan untuk mengetahui kepuasan

(35)

konsumen di TPI Muara Angke. Dasar penyusunan kuesioner Kepuasan Konsumen yang dilampirankan pada Lampiran 1.

3.4.2 Observasi

Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala–gejala yang diselidiki (Supardi, 2006). Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi dua yaitu observasi berperan serta dan observasi nonpartisipan. Observasi berperan adalah peneliti terlibat dengan penelitian. Observasi nonpartisipan adalah peneliti tidak terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati, hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2013). Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung pada objek penelitian dengan observasi nonpartisipan.

3.4.3 Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan wawancara ini dapat dilakukan untuk memperdalam pengetahuan hasil dari observasi yang telah didapatkan sebelumnya. Teknik wawancara dapat dilakukan berawal dari pertanyaan yang sederhana atau mudah sebagai pendahuluan, setelah itu dapat melanjutkan ke pertanyaan yang lebih kompleksi untuk memperoleh kejelasan informasi dan fakat (Djaelani, 2013). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan keterangan–

keterangan yang berkaitan dengan topik penelitian dan wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur untuk melengkapi data pada analisis SCP dan tidak terstruktur untuk melengkapi kondisi umum lokasi penelitian.

(36)

22

3.4.4 Dokumentasi

Menurut Usman dan Akbar (2008), dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumentasi dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi tentang suatu subyek.

Dokumentasi dapat berisi tentang deskripsi-deskripsi, penjelasan-penjelasan, bagan alur, daftar-daftar, cetakan hasil komputer, contoh-contoh obyek dari sistem informasi.

Menurut Sugiyono (2008), studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan metode kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan/

menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya.

Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan data berupa foto, gambar, video tentang kegiatan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke, Jakarta Utara.

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tertentu (Sugiyono, 2015).

Populasi dalam penenlitian ini yaitu pemilik kapal atau nelayan, peserta lelang seperti pedagang besar, pedagang grosir, pengolah, pengecer dan konsumen dari setiap pedagang.

(37)

3.5.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari pada sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus bersifat representatif (mewakili). Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampling.

Teknik sampling ada dua yaitu probability sampling meliputi simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). Non probalility sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling (Sugiyono, 2015).

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2015), purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penenlitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik, sampel ini lebih cocok digunakan untuk penenlitian kualitatif atau penenlitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

Seperti halnya pada penelitian ini ditentukan sampelnya dengan pertimbangan tertentu, pada nelayan, pedagang besar diambil 20 karena jumlah yang aktif setiap harinya sekitar 20 orang. Kemudian pada pengolahan, pedagang pengepul dan pedagang pengecer secara berturut-turut sejumlah 10, 6 dan 6 karena dilihat dari data presentase tata niaga di TPI muara angke.

Kemudian juga dengan menggunakan teknik snowball sampling yaitu menentukan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar sampai data yang didapatkan dirasa cukup. Menurut Sugiyono (2015), snowball sampling

(38)

24

adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak, sebanyak design jumlah sampel yang sudah ditentukan dengan metode sampling, namun tetap memperhatikan kriteria sampling menurut purposive sampling. Berikut merupakan hasil rekapitulasi jumlah responden dalam penelitian yang disajikan dalam Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Jumlah Responden dalam Penelitian

Populasi Sampel

(orang) Metode Sampling Jenis Jumlah (orang)

Nelayan (Pemilik

Kapal) 1600 20 Purposive sampling dan

snowball sampling

Pedagang besar 40 20 Purposive sampling dan

snowball sampling

Pedagang Grosir 23 6 Purposive sampling dan snowball sampling

Pengolah (PHPT) 24 10 Purposive sampling dan

snowball sampling

Pengecer 35 6 Purposive sampling dan snowball sampling

3.6 Instrumen Penelitian

Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrument-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya.

Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variable penelitian yang ditetapkan untuk diteliti (Sugiyono, 2015). Jumlah instrument dalam penelitian ini ada 4, diantaranya:

(39)

1. Instrumen untuk mengetahui struktur pasar 2. Instrumen untuk mengetahui perilaku pasar 3. Instrumen untuk mengetahui penampilan pasar

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2015).

Tenik analisis data pada penlitian ini menggunakan pendekatan SCP (Structure, Conduct and Performance) digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis sistem pemasaran ikan laut di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara.

Pendekatan SCP dapat dipakai untuk menjelaskan bagaimana pasar berjalan secara fair dan efisien dalam sistem pemasaran. Artinya, pendekatan SCP ini berperan mengawasi persaingan di antara pengusaha/perusahaan di pasar. Bagaimana perusahaan melakukan tindakan (bertingkah laku) akibat struktur pasar yang ada dan lebih lanjut terhadap penampilan pasar. Apabila pasar berjalan tidak sesuai dengan harapan, maka akan berdampak pada fairness dan mengarah tidak efisiennya sistem pemasaran (Abidin et al., 2017).

(40)

26

3.7.1 Strukur Pasar (Market Structure)

Menurut Abidin et al. (2017), beberapa kriteria untuk menentukan struktur pasar, yaitu:

a. Tingkat konsentrasi pembeli dan penjual (jumlah kepadatan pembeli dan penjual di suatu pasar). Pasar yang dimaksud adalah dimana bertemunya penjual dan pembeli dan melakukan transaksi. Misalkan:

Saluran I pemasaran ikan lele: Produsen Pedagang Konsumen

Maka pasar yang terjadi ada dua pasar, yaitu pasar I (Produsen-Pedagang), pasar II (Pedagang-Konsumen). Pada masing-masing pasar diperbandingkan jumlah penjual terhadap pembelinya akan dapat disimpulkan struktur pasarnya apa. Pada Tabel 2. menguraikan pengukuran struktur pasar berdasarkan konsentrasi penjual dan pembelinya

Tabel 2. Struktur Pasar menurut Konsentrasi Penjual dan Pembeli Struktur Pasar Jumlah Penjual Jumlah Pembeli

Persaingan sempurna Banyak Banyak

Persaingan monopolistik Banyak Banyak

Oligopoli Sedikit Banyak

Oligopsoni Banyak Sedikit

Monopoli Satu Banyak

Duopoli Dua Banyak

Monopsoni Banyak Satu

Duopsoni Dua Banyak

Catatan: Sedikit minimal 3 orang atau unit usaha, namun tidak sampai kategori Banyak.

b. Pangsa Pasar (market share)

Pangsa pasar (market share) adalah persentase total penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan terhadap seluruh penjualan dipasar (peluang pasar).

Perhitungan pangsa pasar dapat menggunakan rumus berikut:

MSit= 𝑆𝑖𝑡

Σ𝑠𝑡

(41)

Keterangan:

MS = Pangsa pasar perusahaan i dalam waktu t (yang digambarkan dalam

%)

Sit = Penjualan perusahaan I dalam waktu t (dalam unit atau revenue)

∑St = Jumlah seluruh penjualan di pasar dalam waktu t (dalam unit atau revenue)

Kriteria:

 Monopoli murni, jika dipasar hanya ada satu perusahaan dan memiliki pangsa pasar 100%

 Perusahaan dominan, jika memiliki pangsa pasar 50-100% dan tanpa pesaing yang kuat

 Oligopoli ketat, jika penjumlahan volume penjualan dari 4 perusahaan terbesar memiliki pangsa pasar 60% hingga <100%

 Oligopoli longgar, jika penjumalahn volume penjualan dari 4 perusahaan terbesar memiliki pangsa pasar 40%-60%. Jadi, penguasaan pangsa pasar 40% adalah titik dimana pasar mulai terkonsentrasi (mulai tidak kompetitif)

 Persaingan monopolistik, jika banyak pesaing efektif (tak harus>50 pesaing) namuntak satupun yang memiliki >0% pangsa pasar, namun jika

>0% tak sampai >10%

 Persaingan murni, dimana terdapat lebih dari 50 pesaing, tapi tak satupun yang memilki pangsa pasar berarti (sangat-sangat kecil persen penguasaan pangsa pasar oleh masing-masing di antara 50 pesaing atau lebih tersebut, namun dibawah pangsa pasarnya monopolistik)

c. CR4 (Concentration Ratio For Four The Biggest Firm)

CR4 ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar dengan menghitung derajat konsentrasi 4 perusahaan (penjual) dengan pangsa pasar terbesar di suatu

(42)

28

daerah pemasaran/wilayah pasar, agar diketahui gambaran umum kekuatan posisi tawar-menawar produsen terhadap pembeli. Perhitungan CR4 menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

Kr1 = pangsa pasar (penjualan) perusahaan terbesar ke-1 Kr2 = pangsa pasar (penjualan) perusahaan terbesar ke-2 Kr3 = pangsa pasar (penjualan) perusahaan terbesar ke-3 Kr4 = pangsa pasar (penjualan) perusahaan terbesar ke-4 Kr total = seluruh pangsa pasar yang ada

Kriteria yang digunakan:

 CR4 < 40%, artinya bahwa pasar tersebut bersifat pasar persaingan sempurna (kompetitif) atau persaingan monopolistik (namun perlu dilihat apakah ada diferensiasi produk atau tidak). Pangsa pasar 40% mulai terjadinya pasar yang tidak kompetitif.

 40% < CR4 < 80% maka struktur pasar bersifat oligopoli/oligopsoni. Jika makin mendekati 40% disebut oligopoli/oligopsoni longgar, dan jika makin mendekati 80% disebut oligopoli/oligopsoni ketat.

 CR4 > 80% namun tak sampai 100%, maka struktur pasar (untuk 4 produsen/pedagang terbesar volume penjualannya) disebut cenderung monopoli/monopsoni, lebih tepatnya masih dikatakan oligopoli sangat ketat, namun jika pangsa pasar sebesar 100% oleh 1 orang saja disebut monopoli/monopsoni murni. Struktur pasar menurut indicator CR4 dengan mudah dapat diilustrasikan pada Gambar 4.

CR4 = 𝐾𝑟1+𝐾𝑟2+𝐾𝑟3+𝐾𝑟4

𝐾𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 100%

(43)

CR4

Gambar 4. Struktur Pasar: CR4, Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pasar d. Indeks Hirchman-Herfindahl

Indeks ini sebagai alat untuk mengukur derajat konsentrasi perusahaan (penjual) di suatu wilayah pasar agar diketahui gambaran umum tentangposisi tawar-menawar produsen terhadap pembeli. Berikut adalah rumus untuk menghitung Indeks Hirscman-Herfindahl:

Keterangan:

IHH = Indeks Hirscman-Herfindahl

n = Jumlah pedagang disuatu wilayah pasar produk

Kri-n = pangsa pasar (penjualan) pedagang ke-I hingga ke-n (i= 1,2,3,……n)

Kriteria yang digunakan:

IHH = 1, struktur pasar mengarah monopoli/monopsoni IHH = 0, struktur pasar mengarah pada persaingan sempurna 0 < IHH <1, struktur pasar mengarah oligopoli/oligopsoni

e. Tingkat diferensiasi produk (variasi kualitas produk yang menjadi pembeda antar produk berbeda merk)

Pangsa pasar <40%

Konsentrasi pasar Longgar Struktur Pasar Kompetitif

40%-60%

Moderat

Oligopoli longgar

>60%-<100%

Tinggi

Oligopoli ketat- sangat ketat

Konsentrasi

Produsen/penjual Sedikit, skala besar Struktur pasar Oligopoli

Banyak, skala kecil Kompetitif

IHH = (Kr1)2 + (Kr2)2 + …. + (Krn)2

(44)

30

f. Struktur saluran pemasaran panjang atau pendek yang terbentuk oleh banyak sedikitnya lembaga pemasaran yang terlibat

g. Barriers to entry (hambatan dari system pasar untuk memasuki pasar), misalnya tingkat pengetahuan pasar, tingkat integrase dan diversifikasi produk dan Barriers to exit (hambatan untuk keluar dari sistem pasar),misalnya tinggi prospek meraih keuntungan

h. Proses pembentukan harga (price forming process) i. Pola distribusi informasi pasar

j. Peraturan dan perundangan yang mengkoordinasikan di pasar

3.7.2 Perilaku Pasar (Market Conduct)

Menurut Abidin et al. (2017), market conduct merupakan cerminan dari market structure yang selanjutnya mencerminkan tingkat efisiensi ekonomi di pasar. Terdapat kriteria yang menunjukan tingkat efisiensi ekonomi, yaitu:

a. Tingginya konsentrasi penjual di pasar untuk menciptakan persaingan yang kompetitif

b. Tendensi masing-masing perusahaan berlomba-lomba:

 Menjual pada tingkat harga yang lebih rendah daripada pesaingnya

 Menawarkan perbaikan produk untuk merangsang minat pembeli

 Bersaing dan menekankan pada kulitas dan jasa

 Melayani klaim produk secara benar

 Mempromosikan produk atas dasar keunggulan,kualitas dan fakta

c. Tidak ada kerjasama secara hukum diantara perusahaan dalam harga dan hal lain

d. Adanya perbedaan atau variasi produk yang jelas dan perbedaan itu tidak didasarkan pada perbedaan psikologis yang diciptakan melalui periklanan semata

(45)

3.7.3 Kinerja Pasar (Market Performance)

Kinerja Pasar atau Penampilan Pasar dapat menjadi indikator pengukuran kepuasan konsumen untuk menjawab tujuan kedua yaitu mendeskripsikan, mengetahui dan menganalisis kepuasan konsumen di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Muara Angke, Jakarta Utara.

Menurut Abidin et al. (2017), penampilan pasar dapat dengan mudah dicermati pada beberapa indikator berikut:

a. Marjin Pemasaran (marketing margin)

Marjin pemasaran adalah selisih harga jual di tingkat produsen dan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Marjin pemasaran dapat pula diukur antara dua lembaga pemasaran yang berhadapan, misalnya produsen dan pedagang besar, pedagang besar dan pabrik. Marjin pemasaran dapat dibedakan menjadi marjin absolut (selisih harga dalam satuan mata uang) dan persen marjin (marjin absolut dikonversi ke persen).

Efisiensi pemasaran dapat di ukur dengan besar kecilnya marjin pemasaran. Marjin pemasaran yang besar menunjukan pemasaran yang tidak efisien, sedangkan marjin pemasaran yang kecil menunjukan pemasaran yang efisien. Adapun rumus untuk menghitung marjin pemasaran adalah sebagai berikut:

Sedangkan persentase marjin dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Dimana:

MP = Marjin Pemasaran

Pr = Harga ditingkat konsumen (retail price/ consumer price) MP = Pr - Pf

% Marjin = Pr − 𝑃𝑓𝑃𝑟 × 100%

Referensi

Dokumen terkait

Usaha peningkatan dan pengembangan pengelolaan pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengelola TPI Muara Angke diantaranya adalah dengan pemindahan lokasi dan pembangunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelelangan aktual di PPI Muara Angke, mengetahui kemampuan pelelangan hasil tangkapan di TPI PPI Muara Angke dan mengetahui

Produksi ikan adalah ikan hasil tangkapan yang didaratkan pada Pelabuhan Perikanan Muara Kintap oleh kapal-kapal perikanan yang langsung melakukan penangkapan ikan

Usaha peningkatan dan pengembangan pengelolaan pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengelola TPI Muara Angke diantaranya adalah dengan pemindahan lokasi dan pembangunan

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah para pelaku pemasaran yang terdiri dari nelayan, agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, yang melakukan

Dalam pemasaran hasil tangkapan ikan nelayan di Pelabuhan Perikan Samudera Belawan (PPSB), peneliti menemukan ada beberapa lembaga yang terlibat pada proses

Rincian 1 : Rata-rata volume hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan setiap hari pada triwulan ini :……… ton Isikan rata-rata volume ikan hasil tangkapan yang didaratkan

Produksi ikan adalah ikan hasil tangkapan yang didaratkan pada Pelabuhan Perikanan Muara Kintap oleh kapal-kapal perikanan yang langsung melakukan5. tangkap