• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL CINDERELLA TEETH KARYA SAKAKI TSUKASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL CINDERELLA TEETH KARYA SAKAKI TSUKASA"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “CINDERELLA TEETH” KARYA SAKAKI TSUKASA

SAKAKI TSUKASA NO SAKUHIN “CINDERELLA TEETH”

SHOUSETSU NOHANASHI NI TSUITE NO PURAGUMATIKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

DELI LISTIANI 140708035

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “CINDERELLA TEETH” KARYA SAKAKI TSUKASA

SAKAKI TSUKASA NO SAKUHIN “CINDERELLA TEETH”

SHOUSETSU NOHANASHI NI TSUITE NO PURAGUMATIKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Disetujui Oleh:

Pembimbing 1,

Drs. Eman Kusdiyana M.Hum Nip. 19600919 198803 1 001

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)

Disetujui Oleh :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

` Medan, Agustus 2018 Program Studi Sastra Jepang Ketua,

Prof. Hamzon Situmorang, Ms, PH.D Nip. 19580704 198412 1 001

(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Pada : Pukul 09.00 WIB

Tanggal : 21 Agustus 2018 Hari : Selasa

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S Nip. 196008051987031001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum (...)

2. Drs. Amin Sihombing (...)

3. Prof. Hamzon Situmorang, Ms, PH.D (...)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini adalah langkah awal bagi penulis untuk menyelesaikan studi S1 dan melanjutkan perjalanan hidup untuk menggapai cita-cita yang sudah dirangkai demi masa depan yang baik.

Skripsi yang berjudul ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “CINDERELLA TEETH” KARYA SAKAKI TSUKASA ini disusun sebagai salah satusyarat meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian studi dan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Eman Kusdiyana M.Hum, selaku Dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dengan kesabarannya dalam memberikan arahan, dukungan, tenaga serta waktu untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

(6)

yang bermanfaat selama perkuliahan di Sastra Jepang sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

5. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai Bapak Mesno dan Misijah yang telah bekerja keras hingga dapat menyekolahkan penulis ke perguruan tinggi, yang selalu tidak pernah bosan memberikan dukungan moral maupun materil. Terima kasih atas seluruh cinta, pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis yang tidak akan pernah terbalaskan sampai kapan pun.Kakanda dan abangda penulis Supiati, Supriadi, Pretty Ningsih, Syarifuddin, Sopian, Rohiman, Armi, Poniran, Dewi, Gisol terima kasih atas kasih sayang, cinta dan pengorbanan yang tidak pernah bisa penulis lupakan.

6. Teman-teman tersayang yang sama-sama berjuang Ahmad Rifai, Hanifatul Adawiyah, Nur Ajizah, Hasni Delaila, Ruth Asdalena, Samsijar, Ropi Pebriani yang selalu ada untuk penulis dan dengan senang hati membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini.

7. Adik-adik kos tercinta Nur Arma Dita, Mia, Silvi Handayani dan Eva Yulianti yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang tiada batas.

8. Teman-teman Sastra Jepang S’I4 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu terima kasih telah memberikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman KKN Tematik Langkat tahun 2017 Hasanah, Riska, Yuki dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

(7)

10. Seluruh teman-teman organisasi mahasiswa KPU FIB USU periode 2017, Pengurus Harian HMJ Sastra Jepang USU periode 2017, KSR PMI Kota Medan, dan Pers Mahasiswa SUARA USU yang tidak bisa juga penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih karena menjadi wadah penulis dalam mengembangkan diri dan menempa penulis menjadi pribadi yang baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun pada skripsi ini demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Sastra Jepang.

Medan, Agustus 2018

Penulis,

DELI LISTIANI

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 8

1.6 Metode Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA NOVEL “CINDERELLA TEETH”KARYA SAKAKI TSUKASA, STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK SASTRA 2.1 Definisi Novel... 16

2.2 Resensi Novel “Cinderella Teeth” ... 19

2.2.1 Tema ... 20

2.2.2 Tokoh ... 23

2.2.3 Plot atau Alur ... 24

2.2.4 Setting atau Latar ... 25

2.3 Biografi Pengarang ... 28

(9)

2.4 Studi Pragmatik dan Semiotik Sastra ... 28

BAB IIIANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL

“CINDERELLA TEETH” KARYA SAKAKI TSUKASA

3.1 Sinopsis cerita novel “Cinderella Teeth”karya Sakaki Tsukasa .... 32

3.2 Nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Cinderella Teeth”

karya Sakaki Tsukasa ... 35

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 48

4.2 Saran ... ... 49

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Semi dalam Siswanto (2008: 67) sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan dan semesta.

Kemudian menurut Damono (1979: 1) sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam bentuk karya sastra. Menurut Faruk (2017: 77) karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. Karya sastra disampaikan dengan komunikatif dengan maksud untuk tujuan estetika yang menceritakan sebuah kisah baik itu non-fiksi atau fiksi.

Menurut Geir Farner, non-fiksi adalah setiap karya informatif (seringkali berupa cerita) yang pengarangnya dengan iktikad baik bertanggungjawab atas kebenaran atau akurasi dari peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disajikan.

Misalnya biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra. Sedangkan menurut Henry Guntur, fiksi adalah sesuatu yang dibentuk, diciptakan, sesuatu yang dimajinasikan. (http://fiksinisme.blogspot.co.id/2016/10/fiksi-dan-non-fiksi- pengertian-dan.html). Menurut Aminuddin (2000: 66), fiksi merupakan kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu, dengan peranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya (dan kenyataan) sehingga menjalin suatu cerita. Kemudian kedua pendapat ahli diatas di perjelas dalam buku Teori Pengajian Fiksi yang menyatakan bahwa fiksi adalah prosa naratif yang bersifat imajinatif,namun

(11)

biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia (Nurgiantoro, 1995: 2).

Sebagai karya imajinatif, fiksi menggambarkan kehidupan manusia secara abstrak yang mungkin saja terjadi, tetapi belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. Karya ini diciptakan dari hasil pengamatan pengarang terhadap berbagai permasalahan disekelilingnya. Hasil pengamatan itu di pilah-pilah secara selektif dan disusun sesuai pemikirannya dengan tujuan tertentu untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca. Menurut Nurgiantoro (1995: 3) ketika membaca sebuah karangan fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Contoh karya fiksi seperti prosa, pusi, dan drama.

Prosa merupakan karangan bebas yang tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas, yang tidak terikat oleh rima dan irama. Contohnnya novel, cerpen, dan dongeng.

Menurut Badudu dan Zain dalam Aziez dan Hasim (2010 : 2) novel adalah karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan lain sebagainya. Dalam sebuah novel biasanya pengarang akan memberikan arahan kepada pembaca untuk memahami pesan yang disampaikan baik itu pesan tersirat ataupun tersurat.

Pesan tersebut bisa berupa pesan moral, pendidikan atau bahkan pengajaran tentang sifat baik dan buruk manusia yang biasanya digambarkan melalui cerita yang terkandung didalamnya. Selain itu, novel juga berfungsi sebagai media hiburan yang bisa menjadi teman saat jenuh karena aktivitas sehari-hari lewat cerita-cerita menarik yang disajikan pengarang melalui karyanya, sehingga

(12)

kadang ada pembaca yang menjadikan gambaran cerita dalam sebuah novel sebagai acuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari seperti ajaran kasih sayang, keberanian, tanggungjawab, kesetiaan dan lain-lain. Salah satu novel yang menyampaikan pesan berupa pendidikan dan pengajaran kehidupan kepada pembaca adalah novel yang berjudul “Cinderella Teeth karya Sakaki Tsukasa”.

Novel ini merupakan novel terjemahan Jepang yang berjudul シンデレラテイー ス. Novel ini adalah novel Jepang yang mengadopsi budaya barat (peradaban barat) sehingga menarik dikalangan remaja. Novel ini menceritakan seorang mahasiswi tingkat dua bernama Kano Sakiko yang akrab dipanggil saki. Tokoh saki dikisahkan memiliki trauma dokter gigi sejak kanak-kanak. Kemudian ibunya yang khawatir kalau ketakutan saki terhadap dokter gigi tidak akan pernah sembuh, mendorong saki bekerja di klinik gigi untuk menyembuhkan traumanya.

Namun karena yakin saki akan menolak, ibu berpikir tidak akan mengatakan tempat pekerjaannya. Ketika sudah bekerja di klinik gigi saki bertemu dengan dokter naruse. Dokter naruse yang mengetahui trauma yang dialami saki meyakinkan saki bahwa pasti ada alasan kenapa dokter yang memeriksanya saat itu terlihat menyeramkan dan mengajak saki melawan rasa takutnya. Melihat kepedulian dokter naruse, saki perlahan mulai memberanikan dirinya menghadapi dokter gigi sampai akhirnya ia bertemu dengan pasien di klinik yang juga memiliki trauma sepertinya. Melihat pasien itu timbul keinginan dalam diri saki untuk memeriksakan giginya bersama dengan pasien tersebut. Karena berpikir akan lebih baik jika ia memiliki teman saat pemeriksaan. Saki pun memeriksakan giginya secara bersamaan dan semenjak itu trauma yang dialami saki sembuh bahkan ia memiliki keinginan untuk menjadi dokter gigi.

(13)

Berdasarkan cerita diatas dalam novel ini pengarang ingin memberikan suatu pembelajaran kepada pembaca mengenai bagaimana mengantisipasi kondisi traumatik yang dialami tokoh Kano Sakiko yang diungkapkan oleh pengarang Sakaki Tsukasa melalui para tokoh ceritanya berdasarkan pemahaman pengarang

tentang peradaban barat (budaya barat).

(https://saripedia.wordpress.com/tag/peradaban-barat). Budaya barat yang dimaksud adalah budaya keterbukaan orang-orang barat seperti orang-orang Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat, yaitu Prancis, Jerman, Inggris dan lainnya untuk menceritakan masalah yang mereka alami dengan orang disekelilingnya sehingga orang lain dapat membantu kita dalam menghadapi masalah tersebut. Sedangkan sikap orang Jepang malah sebaliknya, orang Jepang sangat tertutup dan tidak ingin masalahnya diketahui orang lain. Dalam novel ini pengarang mencoba merubah pola pikir masyarakat Jepang yang tertutup ketika mendapatkan masalah dengan mencontoh pola pikir masyarakat barat. Hal ini dapat dilihat dari seorang ibu yang terbuka dengan masalah anaknya yang trauma terhadap dokter gigi, rasa empati yang ditunjukkan seorang dokter gigi kepada Saki yang traumatik terhadap dokter gigi agar Saki mau menceritakan masalah traumannya, dan keterbukaan Saki menceritakan masalah traumatiknya terhadap dokter gigi dengan orang disekelilingnya. Maka dengan demikian novel

“Cinderella Teeth” ini menurut penulis sangat bermanfaat bagi diri penulis maupun pembaca khususnya dalam menghadapi masalah sosial yang sama dengan cara: adanya usaha dari seorang ibu untuk mengantisipasi traumatik dokter gigi yang dialami anaknya (tokoh saki), dorongan dan spirit dari tokoh dokter terhadap tokoh saki yang traumatik, dan usaha dari dalam diri sendiri untuk mengantisipasi

(14)

traumatik yang dialami dirinnya. Dengan demikian menurut penulis novel

“Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa ini secara pragmatik adalah baik.

Penulis banyak mendapatkan pembelajaran yang berguna bagi kehidupan untuk menghadapi masalah yang sama jika terjadi di kehidupan nyata.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas novel tersebut dari segi pragmatik. Ilmu pragmatik adalah ilmu yang memandang karya sastra sebagai sarana menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain.

Menurut Pradopo dalam Wiyatmi (2006: 85) dalam praktiknya pendekatan ini cenderung menilai karya sastra menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacanya. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menganalisis nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Cinderella Teeth”

karya Sakaki Tsukasa ini dan menyajikannya dalam skripsi dengan judul

“ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “CINDERELLA TEETH” KARYA SAKAKI TSUKASA”.

1.2 Rumusan Masalah

Novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa ini adalah novel yang mengungkapkan tentang solusi menghadapi seseorang yang mengalami traumatik terhadap dokter gigi. Novel “Cinderella Teeth” ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Penulis membaca novel terjemahan yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Nurul Maulida. Setelah penulis membaca beberapa kali penulis mendapatkan suatu pembelajaran mengenai bagaimana mengantisipasi kondisi traumatik yang dialami tokoh Kano Sakiko yang

(15)

diungkapkan oleh pengarang Sakaki Tsukasa melalui para tokoh ceritanya berdasarkan pemahaman pengarang tentang peradaban barat (budaya barat).

(https://saripedia.wordpress.com/tag/peradaban-barat). Budaya barat yang dimaksud adalah budaya keterbukaan orang-orang barat seperti orang-orang Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat, yaitu Prancis, Jerman, Inggris dan lainnya untuk menceritakan masalah yang mereka alami dengan orang disekelilingnya sehingga orang lain dapat membantu kita dalam menghadapi masalah tersebut. Sedangkan sikap orang Jepang malah sebaliknya, orang Jepang sangat tertutup dan tidak ingin masalahnya diketahui orang lain. Dalam novel ini pengarang mencoba merubah pola pikir masyarakat Jepang yang tertutup ketika mendapatkan masalah dengan mencontoh pola pikir masyarakat barat. Hal ini dapat dilihat dari seorang ibu yang terbuka dengan masalah anaknya yang trauma terhadap dokter gigi, rasa empati yang ditunjukkan seorang dokter gigi kepada Saki yang traumatik terhadap dokter gigi agar Saki mau menceritakan masalah traumannya, dan keterbukaan Saki menceritakan masalah traumatiknya terhadap dokter gigi dengan orang disekelilingnya. Maka dengan demikian novel

“Cinderella Teeth” ini menurut penulis sangat bermanfaat bagi diri penulis maupun pembaca khususnya dalam menghadapi masalah sosial yang sama dengan cara: adanya usaha dari seorang ibu untuk mengantisipasi traumatik dokter gigi yang dialami anaknya (tokoh saki), dorongan dan spirit dari tokoh dokter terhadap tokoh saki yang traumatik, dan usaha dari dalam diri sendiri untuk mengantisipasi traumatik yang dialami dirinnya.

Berdasarkan uraian di atas menurut penulis novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa ini secara pragmatik adalah baik. Penulis banyak mendapatkan

(16)

pembelajaran yang berguna bagi kehidupan untuk menghadapi masalah yang sama jika terjadi di kehidupan nyata. Maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut:

1. Apa saja nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Cinderella Teeth”

yang dapat dijadikan cerminan yang baik bagi pembaca?

2. Bagaimana nilai-nilai pragmatik diungkapkan oleh Sakaki Tsukasa dalam novel “Cinderella Teeth” melalui para tokoh cerita?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang telah diuraikan, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan agar penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah atau terfokus pada masalah yang diteliti.

Dalam hal ini, penulis akan menganalisis nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Nurul Maulida. Novel ini merupakan cetakan pertama yang terbit pada bulan Oktober 2015, terdiri dari 272 halaman yang terbagi dalam 5 bab. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Haru.

Pada skripsi ini, penulis memfokuskan pembahasannya mengenai analisis nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa dengan cara mengambil cuplikan teks yang mengandung nilai-nilai pragmatik.

Kemudian menunjukkan dan menjelaskan tindakan atau prilaku para tokoh cerita yang dianggap mengindeksikalkan nilai-nilai pragmatik.

(17)

Agar pembahasan masalah dalam skripsi ini memiliki akurasi data yang jelas, maka pada bab II penulis juga akan menjelaskan mengenai definisi novel, resensi novel “Cinderella Teeth”, studi pragmatik dan semiotik sastra, serta biografi singkat pengarang Sakaki Tsukasa.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan penulis dalam latar belakang masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menngetahui nilai-nilai pragmatik apa saja yang terdapat dalam novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa.

2. Untuk mendeskripsikan nilai pragmatik yang diungkapkan oleh Sakaki Tsukasa dalam novel “Cinderella Teeth” melalui para tokoh ceritanya.

2. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, penelitian ini juga memiliki manfaat yang tidak hanya bagi penulis tetapi juga bagi pihak-pihak lain yang berhubungan dengan karya sastra. Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menganalisis sebuah karya sastra berdasarkan pendekatan pragmatik sastra.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal memahami dan menyikapi diri dalam menentukan pilihan hidup, serta bertindak yang

(18)

benar jika keadaan yang dialami oleh tokoh utama terjadi pada diri kita suatu saat nanti.

1.5 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori I. Tinjauan Pustaka

Menurut Nursisto (2000: 2) karya sastra adalah sesuatu yang dapat menyenangkan hati dan memiliki nilai kegunaan bagi siapa saja yang mampu mengapresiasi. Karya sastra bukan hanya sekedar dibaca dan dihayati sebagai pengisi waktu, melainkan didalamnya terkandung nilai- nilai yang bermakna bagi kehidupan. Salah satu karya sastra yang memiliki manfaat menyenangkan pembaca dan memberikan pengajaran sosial bagi kehidupan adalah novel. Menurut R.J. Rees dalam Aziez dan Hasim (2010: 1) novel adalah sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh dan prilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata, dan digambarkan dalam suatu plot yang cukup kompleks.

Menurut Yelland dalam Aziez dan Abdul (2010: 2) novel merupakan bentuk pengungkapan dengan cara langsung, tanpa meter atau rima dan tanpa irama yang teratur. Novel tidak terbentuk begitu saja, melainkan dari bahasa sehari-hari yang biasa kita jumpai dalam buku-buku fiksi yang bersifat imajinatif. Sebagai karya imajinatif, novel mengugkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Kemudian menurut Sudjiman (1988: 53) novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni

(19)

yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur.

Dari aspek pragmatik, sebuah novel dikatakan berkualitas apabila memenuhi keinginan pembaca, seperti mampu menghibur atau mengajarkan sesuatu hal yang baik yang dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca atau memberikan gambaran bahwa pembaca mendapatkan manfaat yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik. Seperti disaat membaca novel “Cinderella Teeth” pembaca dapat merasakan nilai-nilai yang dapat menjadi cerminan dalam kehidupan.

Penelitian terhadap novel Cinderella Teeth pernah dilakukan sebelumnya oleh Cynthia Oktary dengan judul “Perubahan Sikap Tokoh Saki dalam Novel Cinderella Teeth Karya Sakaki Tsukasa”. Penelitian Cynthia menggambarkan tentang proses perubahan sikap Saki terjadi melalui empat proses, yaitu adopsi, integrasi, diferensiasi, dan trauma.

Faktor penyebab perubahan sikap Saki dikarenakan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu jebakan ibunya sehingga Saki bekerja di klinik gigi. Faktor internal adalah kemauan dari diri Saki sendiri untuk memeriksakan giginya dan melakukan perawatan gigi. Cynthia menggunakan analisis unsur intrinsik dan pendekatan psikologi sastra serta dibantu dengan psikologi sosial menggunakan metode kualitatif. Analisis unsur intrinsik dibatasi oleh tokoh dan penokohan dan latar.

Penelitian tersebut mengkaji novel “Cinderella Teeth” dari segi psikologis tokoh saki sedangkan pada skripsi ini penulis akan mengkaji

(20)

novel tersebut dari segi pragmatik yang akan memberi manfaat bagi pembaca.

2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik dan pendekatan semiotik sebagai landasan teori dalam menganalisis novel

“Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa.

Pendekatan pragmatik merupakan ilmu yang memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya terhadap perkembangan teori modern, subjek pragmatik terus dipertentangkan dengan subjek ekspresif. Subjek pragmatik dan subjek ekspresif, yaitu pembaca dan pengarang berbagi objek yang sama yaitu karya sastra.

Perbedaanya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus- menerus fungsinya dihilangkan, bahkan adakalanya pengarang dimatikan.

Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.

Maksudnya, ketika sebuah karya sastra sampai pada pembaca maka penulis atau pengarang tidak lagi memiliki hak terhadap karyanya sendiri.

Hak yang dimaksud adalah hak membela atau menyatakan apakah karya sastranya baik atau sebaliknya. Pengarang hanya bisa menerima apakah itu komentar yang baik atau malah sebaliknya.

Menurut Abrams dalam Ratna (2015 : 71) pendekatan pragmatik karya sastra adalah model pendekatan yang melihat karya satra berdasarkan sudut pandang pembaca yang dalam konsepnya pendekatan

(21)

pragmatik ini memandang bahwa karya sastra yang banyak memuat nilai atau tujuan yang bermanfaat bagi pembaca dianggap sebagai karya yang baik. Artinya, semakin banyak pembelajaran dan nilai yang bisa diambil dalam sebuah karya sastra maka semakin baik pula karya itu dihadapan pembaca. Berdasarkan teori tersebut, penulis akan menganalisis nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel Cinderella Teeth yang berguna untuk mendidik atau mengedukasi penulis sebagai pembaca selain sebagai media hiburan yang menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil beberapa cuplikan yang mengindeksikalkan nilai-nilai yang dapat dijadikan teladan atau contoh dalam kehidupan.

Selain pendekatan pragmatik, penulis juga menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa. Semiotika atau semiotik adalah ilmu mengenai tanda-tanda. Menurut Pradopo (2005: 119) semiotika adalah ilmu yang mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Artinya, semua kegiatan atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat adalah sebuah tanda yang memiliki makna. Dalam sebuah novel tanda-tanda itu terdapat dalam cuplikan-cuplikan yang dirangkai pengarang dalam sebuah alur cerita. Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu membaca dan menganalisis isi cuplikan yang berkaitan dengan pendekatan nilai pragmatik. Kemudian penulis mengambil

(22)

beberapa cuplikan yang ada kaitannya dengan nilai-nilai pragmatik.

Selanjutnya, penulis menafsirkan atau memaknai tanda-tanda tersebut untuk mengetahui atau menunjukkan nilai-nilai pragmatik yang diungkapkan oleh Sakaki Tsukasa melalui para tokoh ceritanya.

1.6 Metode Penelitian

Dalam menulis sebuah karya ilmiah dibutuhkan metode penelitian sebagai alat mencapai tujuan yang dimaksud. Metode merupakan cara mengungkapkan kebenaran yang objektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Dalam http://nurfatimahdaulay18.blogspot.co.id, menurut Junaiyah dan Arifin metode penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan, menguraikan dan menjelaskan fenomena objek penelitian.

Metode ini menjelaskan data atau objek penelitian secara alami, objektif dan apa adanya (faktual). Metode deskriptif umumnya dimulai dengan mengklasifikasikan objek kemudian hasil klasifikasi tersebut dianalisis secara deskriptif. Kemudian Sukmadinata menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh jawaban yang terkait dengan pendapat,

(23)

tanggapan atau persepsi seseorang sehingga pembahasannya harus secara kualitatif atau menggunakan uraian kata-kata. Selain itu, Penulis juga menggunakan metode pustaka (library research yang diakses pada 29 November dan 12 Desember 2017 ) digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berguna untuk mendukung teori. Penulis mengambil data kepustakaan yang bersumber dari buku, hasil-hasil penelitian (skripsi), internet, dan sumber-sumber lainnya yang dibutuhkan. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk mencari fakta dan mengetahui konsep metode yang digunakan.

Kemudian dari data-data kepustakaan tersebut penulis membaca dan mencari teori yang berhubungan dengan penelitian mengenai analisis cerita novel

“Cinderella Teeth” berdasarkan pendekatan pragmatik sastra.

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam menyusun penelitian ini adalah:

1. Membaca novel Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

2. Mengumpulkan data referensi dan buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu tentang kajian pragmatik sastra dan semiotik.

3. Menganalisis dan mendeskripsikan nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa yang memberikan cerminan bagi pembaca.

4. Menyusun seluruh data yang telah dianalisis menjadi sebuah laporan berbentuk skripsi.

(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA NOVEL “CINDERELLA TEETH” KARYA SAKAKI TSUKASA, STUDI PRAGMATIK DAN

SEMIOTIKA SASTRA

2.1 Definisi Novel

Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan alur yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam (Sumardjo dan Saini, 1988:

29). Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu “novella” yang berarti sebuah kisah atau sepotong berita. Novel sekurang-kurangnya terdiri dari 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerita pendek (cerpen) dan tidak dibatasi struktural ataupun sajak.

Menurut Aziez dan Hasim (2010: 2-3), novel adalah suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa- peristiwa rekaan. Namun sebuah novel bisa saja membuat tokoh dan peristiwa nyata, tetapi pemuatan tersebut biasanya hanya berfungsi sebagai bumbu belaka dan dimasukkan dalam rangkaian cerita yang bersifat fiksi. Maksudnya, meskipun karya imajinatif ceritanya akan tetap memiliki kemiripan dengan kehidupan sebenarnya sehingga pembaca bisa lupa bahwa apa yang disaksikan tentang tokoh dan latar tidak disuguhkan secara langsung, tetapi melalui bantuan teknik cerita atau narasi tertentu.

(25)

Berdasarkan perkembangannya, novel terdiri dari beberapa jenis, yaitu;

A. Novel Picaresque

Novel picaresque merupakan novel yang dibangun di atas tradisi cerita- cerita Spanyol abad ke-16, yang secara tipikal melukiskan bagaimana seorang picaro (bandit) dengan segala kecerdikannya hidup dalam satu perjalanan ke perjalanan lainnya. Latar ceritanya kehidupan “rendah” kehidupan kumal, bersifat episodik, sering tidak memiliki plot yang baik, serta langkanya tokoh yang mengalami perubahan psikologis.

B. Novel Epistologi

Novel jenis ini merupakan novel yang memanfaatkan surat (epistles) yang dikirim diantara para tokoh yang ada didalamnya sebagai media penyampaian cerita. Akan tetapi dari segi bahasanya akan terasa canggung dan tidak luwes saat dibaca.

C. Novel Sejarah

Novel ini merupakan novel yang memaparkan kejadian dan tokohnya dengan konteks sejarah yang jelas dengan berupaya menyampaikan kesan historis yang bisa dipercaya, yang terkesan benar-benar terjadi.

D. Novel Regional

Novel regional adalah novel yang latarnya, atau “warna daerahnya”

memainkan peranan yang sangat penting. Dalam pandangan tradisonal daerah yang dimaksud adalah daerah terpencil atau pegunungan.

(26)

E. Novel Satir

Novel ini merupakan novel yang tidak harus berbentuk prosa dan bersifat rekaan namun didalamnya mengandung makna “melebih-lebihkan”, yang melibatkan khayalan fiktif dalam kadar tertentu.

F. Novel Bildungsroman

Novel ini merupakan novel yang digunakan untuk merujuk pada sejenis novel yang mengonsentrasikan dirinya pada perkembangan diri sang tokoh, dari masa muda atau kanak-kanak sampai masa dewasa.

G. Novel Tesis

Novel ini mengisyaratkan bahwa ia memiliki tesis atau argumen tertentu yang mendasari ceritanya.

H. Novel Gotik (Roman Noir)

Novel gotik merupakan novel yang memunculkan tokoh-tokoh, latar, dan situasi khas yang berkaitan dengan abad pertengahan.

I. Roman – Fleuve

Novel ini berkenaan dengan tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa yang sama dan selalu muncul dari satu novel ke novel lain yang membentuk urutan dan melengkapi satu sama lain.

J. Roman Feuileton

Novel ini merupakan novel yang diterbitkan secara “mencicil” dan tanpa mengalami pemotongan dalam suatu surat kabar.

(27)

K. Fiksi Ilmiah

Dalam maknanya novel ini merupakan karya cerita yang merupakan penggambaran ilmu pengetahuan modern, terutama perjalanan antar planet dan dunia luar angkasa.

L. Novel baru

Dalam novel jenis ini konveksi-konveksi penulisan fiksi yang sudah mapan secara sengaja disimpangkan atau diperlakukan sedemikian rupa untuk membingungkan pembaca dan untuk mencapai wefek tertentu yang berbeda.

M. Metafiksi

Novel jenis ini merujuk pada sejenis novel atau cerpen yang secara sengaja mengoyak ilusi fiktifdan mengomentari secara langsung hakikat fiksinya.

N. Faksi

Dalam karya ini teknik-teknik novel digunakan untuk memunculkan kembali peristiwa-peristiwa sejarah bagi pembacanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, novel Cinderella Teeth karya Sakaki Tsukasa tergolong jenis novel Bildungsroman. Dimana dalam novel tersebut pengarang menceritakan perjalanan dan perkembangan hidup sang tokoh utama (Saki) mulai dari trauma terhadap dokter gigi sampai akhirnya sembuh.

(28)

2.2 Resensi Novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa

Sebuah karya sastra dibangun atas unsur instrinsik seperti tema, penokohan, alur atau plot, dan latar atau setting. Hal ini merupakan stuktur formal dalam sebuah novel yang menjadi fokus dalam menganalisis novel Cinderella Teeth karya Sakaki Tsukasa.

2.2.1 Tema

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin, 2000: 91). Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah sebagai berikut :

1. Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

2. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku

3. Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa.

4. Memahami plot atau alur cerita.

5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam cerita.

6. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkan.

7. Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan.

(29)

8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkan dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarang.

Dalam menemukan tema sebuah novel, pembaca sebetulnya juga dapat menemukan nilai-nilai didaktis yang berhubungan dengan masalah manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan serta perbuatan dan tingkah laku manusia.

Seperti yang diungkapkan Walter Loban dalam Siswanto (2008: 161) yang mengatakan bahwa dalam mengungkapkan masalah kehidupan dan kemanusiaan lewat karya prosa, pengarang berusaha memahami keseluruhan masalah itu secara internal dengan jalan mendalami sejumlah masalah itu dan hubungannya dengan satu individu atau dengan kelompok masyarakat.

Menurut Stanton (2007: 36-44) tema sebenarnya merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat, dan menurutnya tema yang baik hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Pendapat yang baik hendaknya selalu mempertimbangkan berbagai detail menonjol dalam sebuah cerita.

2. Pendapat yang baik hendaknya tidak terpengaruh oleh berbagai detail cerita yang saling berkontradiksi/ bertentangan.

3. Interpretasi yang baik hendaknya tidak sepenuhnya bergantung pada bukti-bukti yang tidak secara jelas diutarakan (hanya disebut secara implisit).

(30)

4. Interpretasi yang dihasilkan hendaknya diujarkan secara jelas oleh cerita yang bersangkutan.

Berdasarkan konsep yang telah diuraikan di atas maka tema pada novel Cinderella Teeth karya Sakaki Tsukasa ini adalah perubahan pola pikir masyarakat Jepang yang tertutup dalam menghadapi masalah berdasarkan budaya keterbukaan orang barat khususnya dalam menghadapi kondisi traumatik yang dialami seseorang (tokoh Saki).

2.2.2 Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku dalam cerita disebut penokohan. Berdasarkan perannya tokoh terbagi dua yaitu: yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting dalam cerita dan kehadiran tokoh ini hanya sekedar menunjang tokoh utama (Aminuddin, 2000: 79-80).

Menurut Aminuddin dalam Siswanto (2008: 145) ada beberapa cara untuk memahami watak tokoh, yaitu:

(31)

2. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun cara berpakaian,

3. Menunjukkan bagaimana prilakunya,

4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara dengan dirinya sendiri, 5. Memahami bagaimana jalan pikirannya,

6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya,

7. Melihat bagaimana tokoh-tokoh lain memberi reaksi terhadapnya, 8. Melihat bagaimana tokoh itu mereaksikan tokoh lain.

Berdasarkan penjelasan di atas pada penelitian ini penulis akan membahas tokoh utama dalam novel Cinderella Teeth karya Sakaki Tsukasa bernama Kano Sakiko yang dikisahkan memiliki trauma terhadap dokter gigi sejak kanaka-kanak dan tokoh pembantu yaitu ibu dan Paman Saki (Kano Tadashi) yang menipu Saki sehingga bekerja di klinik gigi, Kakio Hiromi (teman Saki), serta dokter dan para staff di Klinik tempat Saki bekerja.

1.2.3 Alur atau Plot

Menurut Aminuddin (2000: 83) alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Kemudian menurut Aziez dan Hasim (2007:

68) alur bukan hanya sekedar cerita melainkan alat yang digunakan pengarang untuk menangkap dan mempertahankan perhatian atau minat baca pembaca.

(32)

Sehubungan dengan pendapat diatas, Loban dkk. dalam Aminuddin (2000:

84) menggambarkan gerak tahapan alur cerita seperti halnya gelombang.

Gelombang itu berawal dari eksposisi, komplikasi atau intrik-intrik awal yang akan berkembang menjadi konflik hingga menjadi konflik, klimaks, relevasi atau penyingkatan tabir suatu problema, dan penyelesaian yang membahagiakan.

Sudjiman dalam Siswanto (2008: 161) membagi alur menjadi dua yaitu alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu di dalam suatu karya sastra, kalau salah satu peristiwa ditiadakan, keutuhan cerita akan terganggu. Sedangkan alur longgar adalah jalinan peristiwa yang tidak padu di dalam suatu karya sastra, meniadakan suatu peristiwa tidak akan mengganggu cerita.

Menurut Nurgiyantoro dalam http://eprints.uny.ac.id/8242/3/BAB%202- 08205241004.pdf, berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan alur terdiri dari:

1. Plot lurus atau progresif, apabila yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa atau menyebabkan peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal, yaitu penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah atau konflik meningkat, klimaks dan akhir penyelesaian.

2. Plot sorot balik atau flash back, urutan kejadian yang disajikan dalam sebuah karya fiksi dengan alur regresif tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mungkin disuguhkan mulai dari tengah atau bahkan dari tahap akhir, kemudian tahap awal cerita disajikan.

(33)

Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa alur berfungsi sebagai kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan cerita dan bagi pembaca alur berfungsi untuk memberikan pemahaman terhadap keseluruhan sisi cerita secara runjut dan jelas. Alur yang terdapat dalam novel Cinderella Teeth karya Sakaki Tsukasa adalah plot lurus atau alur progresif karena cerita ini di mulai ketika Kano Sakiko (tokoh utama) teringat dengan kenangan masa kecilnya dahulu saat diajak ibunya memeriksakan gigi di sebuah klinik gigi dan mengeluarkan banyak darah. Cerita berlanjut dengan ibu Saki yang mengirim Saki bekerja di klinik gigi untuk menyembuhkan traumanya. Saki pun terpaksa harus mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan yang paling dibencinya. Dan di akhir ceritanya trauma yang dialami Saki sembuh dan ia bahkan memikirkan keinginannya untuk menjadi dokter gigi.

1.2.4 Latar atau Setting

Dalam karya sastra tokoh diceritakan tidak luput dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita. Peristiwa/ kejadian, tempat, waktu maupun keadaan masyarakat sekitar yang mendukung cerita disebut latar atau setting. Menurut Abrams dalam Siswanto (2008: 149) latar adalah tempat umum (general locate), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan masyarakat (social circumtances). Menurut Aziez dan Halim (2010: 74) latar atau setting merupakan istilah yang berkaitan dengan elemen-elemen yang memberikan kesan abstrak tentang lingkungan, baik tempat maupun waktu, dimana para tokoh menjalankan

(34)

perannya. Latar biasanya diwujudkan dengan menciptakan kondisi-kondisi yang melengkapi cerita.

Dalam http://al-jariyah.blogspot.co.id/2010/05/pengertian-dan-macam-latar- setting, pada umumnya latar dibagi menjadi tiga, yaitu mengenai waktu, tempat dan latar sosial.

2.2.4.1 Latar waktu

Latar waktu menggambarkan kapan sebuah peristiwa itu terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan rancunya sejarah itu sendiri. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan.

Latar waktu dalam novel Cinderella Teeth adalah pada masa Jepang sudah modern. Hal ini bisa dilihat dari percakapan tentang peralatan gigi, penggunaan komputer, transfortasi seperti kereta api, bangunan mewah dan daerah perkantoran elite. Peristiwa-peristiwa dalam novel berlangsung pada awal bulan juni sampai pertengahan september saat liburan musim panas di Jepang.

2.2.4.2 Latar tempat

Latar tempat menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Penggambaran latar tempat ini hendaklah tidak bertentangan dengan realita tempat yang bersangkutan, hingga pembaca (terutama yang mengenal tempat tersebut) menjadi tidak yakin dengan apa

(35)

yang kita sampaikan. Agar dapat mendeskripsikan suatu tempat secara meyakinkan, pengarang perlu menguasai situasi geografis lokasi yang bersangkutan. Sebab, tentunya tidak ada satupun desa, kota atau daerah yang sama persis dengan daerah lainnya.

Dalam novel Cinderella Teeth lokasi berlangsungnya cerita bervariasi sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi yaitu di perpustakaan Universitas saat Saki dan temannya membuka majalah untuk mencari pekerjaan paruh waktu, di rumah saat ibu menawarkan pekerjaan paruh waktu pada saki, tempat Saki bekerja di Shinagawa Dental Clinic yang terletak di daerah perkantoran elite di Tokyo.

2.2.4.3 Latar suasana (sosial)

Latar sosial mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kondisi tokoh atau masyarakat yang diceritakan dalam sebuah cerita. Termasuk di dalamnya adat istiadat, keyakinan, perilaku, budaya, dan sebagainya. Latar sosial sangat penting diketahui secara benar sebagaimana latar tempat, sebab hal ini berkaitan erat dengan nama, bahasa dan status tokoh dalam cerita. Latar sosial dapat meyakinkan dan menggambarkan suasana kedaerahan tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Status sosial tokoh merupakan salah satu hal yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan latar.

Dalam novel Cinderella Teeth kehidupan Saki tergambar sejak Saki bekerja di klinik gigi sebagai resepsionis karena tipuan ibunya. Para pekerja klinik yang mengetahui trauma yang dialami Saki mengajak Saki untuk terbuka terhadap masalahnya terutama masalah ketakutannya terhadap dokter

(36)

gigi. Mereka memberikan pemahaman kepada Saki agar tidak malu menceritakan masalahnya pada orang lain karena orang lain mungkin bisa membantu masalah yang ia bahkan tidak sanggup hadapi sendirian seperti yang selama ini dilakukan oleh orang-oramg barat. Orang-orang barat seperti orang-orang Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat, yaitu Prancis, Jerman, Inggris dan lainnya selalu terbuka mengenai masalah yang mereka alami dengan orang disekelilingnya sehingga orang lain dapat membantu kita dalam menghadapi masalah tersebut, yang memang tentunya berbeda dengan sikap orang Jepang yang sangat tertutup dan tidak ingin masalahnya diketahui orang lain.

Latar sosial yang diambil adalah kehidupan masyarakat Jepang yang pada dasarnya tertutup dalam memiliki masalah traumatik terhadap dokter gigi sehingga Saki malu menceritakan traumanya terhadap orang lain yang mengakibatkan ia selalu merasa takut menghadapi dokter gigi berkepanjangan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, sekarang zaman itu zaman keterbukaan yang merupakan ciri khas orang barat, maka ketertutupan itu adalah sesutu yang dianggap sebagai prilaku yang ketinggalan zaman dan menimbulkan kehidupan terisolasi. Kondisi sosial seperti ini dijadikan setting cerita oleh Sakaki Tsukasa dalam novel “Cinderella Teeth”

melalui tokoh cerita Saki. Dalam novel ini tokoh Saki dan para tokoh cerita lainnya sadar akan keterbukaan pola pikir secara barat tersebut membuat tokoh Saki menjadi terbuka dengan orang lain dan mau menyembuhkan trauma yang ia alami.

(37)

Dalam novel ini pengarang juga menggambarkan kepedulian antar sesama manusia tanpa melihat latar belakang kehidupannya yaitu antara para pekerja klinik gigi dengan pasien-pasien yang datang di klinik tersebut. Para pekerja di klinik tersebut seperti dokter gigi dan staff klinik menekankan agar setiap pasien lebih terbuka terhadap masalah yang dialami seperti ketakutan pada doker gigi atau penyakit gigi lain seperti kerot dan lainnya karena jika tau penyebabnya pasti akan lebih mudah diobati,

2.3 Biografi Pengarang

Pengarang novel “Cinderella Teeth” adalah Sakaki Tsukasa. Sakaki Tsukasa adalah nama pena, sekaligus tokoh utama dalam karya pertama pengarang. Ia merupakan penulis novel yang lahir di Tokyo, Jepang pada tahun 1969 yang memulai debut pertama kali dengan novel yang berjudul “Aozora no Tamago”

yang diterbitkan pada tahun 2002.

2.4 Studi Pragmatik dan Semiotika Sastra

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik sastra untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa, penulis mengambil beberapa cuplikan yang mengindeksikalkan nilai-nilai yang dapat dijadikan teladan atau contoh dalam kehidupan. Menurut Siswanto (2008: 190) pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Maksudnya pembaca sangat berperan penting dalam menentukan sebuah karya itu merupakan

(38)

karya sastra atau bukan. Karena sadar atau tidak, sengaja atau tidak, akhirnya karya sastra akan sampai juga kepada pembaca, ditujukan kepada pembaca. Maka pada hakikatnya karya yang tidak sampai ketangan pembacanya, bukanlah karya sastra. Hal ini selaras dengan pendapat Horatius dalam Siswanto (2008: 190) yang menyatakan bahwa tujuan penyair/ pengarang untuk memberi nikmat, ataupun sekaligus mengatakan hal-hal yang enak dan berfaedah untuk kehidupan.

Menurut Endraswara (2008 : 115) pragmatik sastra adalah cabang penelitian yang mengarah ke aspek kegunaan sastra. Penelitian ini muncul atas dasar ketidakpuasan terhadap penelitian struktural murni yang memandang karya sastra sebagai itu teks saja. Hal ini disebabkan kajian struktural dianggap hanya mampu menjelaskan makna karya sastra dari aspek permukaan. Maksudnya, kajian struktural sering melupakan aspek pembaca sebagai aspek penerima makna atau pemberi makna. Karena itu, muncul kajian pragmatik yakni kajian yang berorientasi pada kegunaan karya sastra bagi pembacanya.

Dari teks pagmatik, karya sastra dikatakan berkualitas apabila memenuhi keinginan pembaca. Maksudnya, betapapun hebatnya sebuah karya sastra, jika tidak dapat dipahami oleh pembaca karya tersebut dikatakan gagal. Karya sastra tersebut tergolong black literature (sastra hitam) yang hanya dibaca oleh pengarangnya. Karena itu yang terpenting dari aspek pragmatik adalah mampu menumbuhkan kesenangan pembacanya. Hal ini selaras dengan pendapat Sidney dalam Endraswara (2008: 117) yang mengatakan bahwa sastra hendaknya mempunyai fungsi to teach (memberika ajaran) dan delight (memberi kenikmatan).

(39)

Selain pendekatan pragmatik, penulis juga menggunakan teori semiotik atau semiotika untuk melihat tanda (makna) nilai-nilai dalam novel Cinderella Teeth dan manfaat novel tersebut bagi pembaca. Menurut Aminuddin (2000: 124) semiotika adalah studi sistem lambang yang pada dasarnya merupakan lanjutan dari strukturalisme. Bagi semiotika teks sastra adalah realitas yang dihadirkan pembaca. Yang didalamnya sudah ada potensi komunikatif. Petensi itu ditandai dengan digunakannya lambang-lambang kebahasaan. Tetapi lambang dalam karya sastra adalah lambang yang bersifat artistik.

Menurut Art Van Zoest dalam Santosa (1993: 3) semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang mempergunakannya. Kemudian menurut Sutadi Wiryaatmaja, semiotika adalah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda dan maknanya yang luas dalam masyarakat, baik yang lugas (literer) maupun yang kias (figuratif) baik yang menggunakan bahasa ataupun non bahasa.

Dengan demikian, penulis akan menggunakan kajian semiotika untuk menjelaskan makna melalui tanda-tanda dalam kutipan teks novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa yang memiliki nilai pragmatik.

(40)

BAB III

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “CINDERELLA TEETH” KARYA SAKAKI TSUKASA

3.1 Sinopsis cerita novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa

Novel “Cinderella Teeth” karya Sakaki Tsukasa ini menceritakan kehidupan seorang tokoh bernama Kano Sakiko yaitu mahasiswi tingkat dua di salah satu Universitas yang ada di Jepang. Saki adalah nama akrabnya. Tokoh Saki ini dikisahkan memiliki trauma terhadap dokter gigi. Trauma ini Saki dapat sejak kanak-kanak tepatnya saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ketika itu saki diajak ibunya untuk memeriksakan gigi yang berlubang di sebuah klinik gigi yang dibangu diatas tanah yang sangat mahal. Saat menjalani pemeriksaan, Saki menganggap dokter yang merawat dirinya sangat kejam dan tak memperdulikannya meskipun ia menangis dan berteriak kesakitan. Dokter itu tetap mengebor giginya yang sudah dipenuhi dengan darah. Setelan itu Saki pun menjadi anak yang takut terhadap dokter gigi bahkan sampai sudah duduk di bangku Universitas.

Ketika trauma saki terhadap dokter gigi tak kunjung sembuh, ibunya pun mulai berpikir bagaimana cara agar menyembuhkan ketakutan anaknya terhadap dokter gigi. Saat liburan musim panas, saki dan temannya yang bernama Kakio Hiromi atau yang biasa ia panggil Hiro-chan berencana melakukan kerja paruh waktu. Namun mereka memiliki keinginan berbeda dalam hal pekerjaan, Hiro- chan yang menginginkan pekerjaan dengan gaji yang besar meskipun berat, saki justru ingin pekerjaan dengan tempat yang tenang meskipun gajinya kecil. Saat

(41)

membuka majalah lowongan kerja, mereka menemukan pekerjaan jasa di Okinanawa. Kerjanya menyiapkan dan membersihkan guest bouse. Namun hanya Hiro-chan yang semangat bekerja disana. Sedangkan Saki lebih memilih memikirkannya dahulu. Ibu yang mengetahui bahwa Saki sedang mencari pekerjaan paruh waktu saat liburan musim panas, berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk mengirim saki bekerja di klinik gigi agar traumanya sembuh. Namun karena berpikir Saki pasti akan menolak ibu berpikir tidak akan mengatakan tempat pekerjaanya.

Saat Saki baru saja sampai di rumah setelah bertemu Hiro-chan, ibu langsung menawarkan lowongan pekerjaan sebagai resepsionis dengan gaji seribu yen per jam, dan letaknya di daerah perkantoran mewah yang cukup di tempuh dengan kereta api bawah tanah selama 30 menit. Syaratnya juga tidak sulit hanya butuh orang yang baik dan ramah. Tanpa ragu saki langsung menerima. Keesokan harinya saki langsung mendatangi alamat yang telah tertulis di memo pemberian ibunya. Saki berpikir ibunya pasti menulis dengan terburu-buru sehingga sulit dibaca. Meskipun begitu Saki berpikir bahwa di memo tertulis Shinagawa Guchi Clinic.

Ketika sampai di alamat yang diberikan ibunya, ternyata yang tertulis bukan Shinagawa Guchi Clinic melainkan Shinagawa Dental Clinic. Saki sadar kalau ditipu ibunya. Saki pun memutuskan tidak akan bekerja mengingat ketakutannya terhadap dokter gigi dan memutuskan akan pergi saja. Saat akan pergi seseorang perawat memanggil Saki dan membawanya ke sebuah ruangan staf di klinik tersebut, yang kebetulan pamannya salah satu dokter gigi yang

(42)

bekerja karena berpikir tidak mungkin menolak dengan alasan takut dokter gigi di hadapan orang yang bekerja di klinik gigi, pasti akan menyakiti perasaan orang lain. Dengan terpaksa Saki akhirnya menerima pekerjaan itu demi menjaga harga diri.

Hari pertama Saki bekerja, kabar tentang traumanya terhadap dokter gigi pun menyebar dari pamannya yaitu dokter Kano. Meskipun begitu Saki tetap diterima dan diperlakukan dengan baik oleh para pekerja di klinik tersebut. Perawat gigi Utako justru mengatakan mana ada yang menyukai doker gigi. Sedangkan dokter gigi Naruse mengatakan tidak apa-apa membenci dokter gigi karena memang tidak menyenangkan. Respon yang sama sekali tidak diduga Saki. Setelah cukup lama bekerja di Klinik gigi menyadari tidak semua dokter gigi menyeramkan.

Misalnya dokter gigi Naruse tempat ia bekerja sekarang sangat baik dan peduli terhadap setiap pasien yang datang. Saat menjalani pemeriksaan dokter Naruse bukan hanya mengobati pasien, tapi juga memikirkan dampak pengobatan yang ia lakukan terhadap kehidupan pasien kedepannya. Melihat dokter Naruse ketakutan Saki pada dokter gigi pun mulai hilang walaupun tidak sepenuhnya.

Ketika kerja paruh waktunya hampir selesai, Saki bertemu dengan pasien yang juga memiliki trauma sepertinya. Saat melihat pasien tersebut timbul keinginan Saki untuk memeriksakan giginya secara bersamaan dengan pasien tersebut. Saki mengatakan pada dirinya sendiri meskipun ketakutannya tidak seperti dulu tapi tetap saja dia takut. Karena itu ia akan memeriksakan giginya secara bersamaan karena berpikir pasti akan lebih baik jika memiliki teman saat pemeriksaan. Saki pun mengatakan keinginanya pada dokter Naruse dan pekerja

(43)

bersama dengan dokter Naruse. Setelah selesai pemeriksaan trauma Saki terhadap dokter gigi sejak kanak-kanak pun sembuh begitu juga dengan pasien tersebut.

Saki bahkan mulai memikirkan keinginannya untuk mendalami ilmu kedokteran gigi dan menjadi dokter gigi.

3.2 Nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Cinderella Teeth”

karya Sakaki Tsukasa

1. Cuplikan cerita halaman 10-13:

[...“Ngomong-ngomong, Saki. Kau tidak ingin mencoba kerja paruh waktu?”

“Eh? Kok tiba-tiba?” Aku menyahut tanpa menoleh, masih berkutat dengan tali sepatuku sambil menunduk.

“Ada kenalan yang membuka lowongan resepsionis. Hanya sementara sampai ada pengganti saja karena yang sebelumnya berhenti mendadak. Lalu, kebetulan sekali Saki sedang liburan musim panas. Baguskan untuk mencari pengalaman?”

“...Resepsionis?”

“Iya. Kerjanya sangat mudah, tapi mereka ingin anak yang ramah dan baik.]

[....Tanpa sadar, aku bangkit dari kursi. Sambil tetap melihatku, Mama memberiku secarik memo.

“Kalau tertarik, coba saja kesana. Dengan begitu, Saki juga bisa langsung merasakan bagaimana suasananya.”

(44)

Katanya, Mama akan menelpon kalau aku sudah menentukan harinya. Mama tersenyum lebar. Seharusnya saat itu aku mulai menyadari keanehan tulisan di memo tersebut.

Di memo tertulis Shinagawa Guchi Clinic yang disertai peta dari stasiun terdekat. Ditulis terburu-buru oleh Mama saat menelpon.

Aku seenaknya menyimpulkan bahwa huruf berbentuk persegi itu adalah kanji

’mulut’, lalu berjalan sambil berpikir, Klinik penyakit dalam atau luar, ya? Lebih enak kalau klinik anak. Sejauh mata memandang, yang kulihat hanyalah gedung perkantoran. Sepertinya, klinik itu ada di dalam salah satu gedung perkantoran ini.

Gedung cantik dikelilingi kaca ini tak mungkin kudatangi jika tidak ada urusan semacam ini. Meskipun agak takut pada penjaga di pintu masuk, aku memencet tombol lift. Lantai delapan. Saat pintu terbuka, aku langsung mendengar suara yang membuatu merasakan pertanda buruk. Seperti sesuatu yang di kikir atau suara air yang mengalir. Suara seperti itu. Mungkinkah .... Tidak mungkin, kan?

Takut-takut, aku mendekati pintu klinik. Saat aku melakukannya .... APA?! Di sana bukan tertulis guchi, tetapi “D”. Lalu di atas huruf itu juga tertulis penjelasannya yang di tulis dengan sopan dan rapi.

Shinagawa Dental Clinic.

“...Dokter gigi!”

Kena deh! Pikirku. Mama sangat tahu kebencianku pada dokter gigi. karena itu, beliau sengaja menulis nama kliniknya dengan cara seperti itu. Bahkan dia mau hubungi sendiri. Pasti alasannya karena akan ketahuan kalau aku yang

(45)

menelepon. Namun, aku tidak sadar karena karena ku terlalu tertarik pada gajinya.]

Analisis:

Dari cuplikan teks diatas dapat diketahui bahwa ibu menawarkan pekerjaan paruh waktu kepada Saki. Ibu mengatakan, Ada kenalan yang membuka lowongan resepsionis dan kebetulan sekali Saki sedang liburan musim panas. Baguskan untuk mencari pengalaman?. Dari cuplikan, Ada kenalan yang membuka lowongan resepsionis dan kebetulan sekali Saki sedang liburan musim panas.

Baguskan untuk mencari pengalaman? mengindeksikalkan adanya dorongan dari seorang ibu yang mendorong anaknya (Saki) bekerja agar mencari pengalaman.

Setelah itu, ibu memberi secarik memo kepada Saki. Di memo tertulis Shinagawa Guchi Clinic yang disertai peta dari stasiun terdekat. Ditulis terburu-buru oleh Mama saat menelpon. Saki seenaknya menyimpulkan bahwa huruf berbentuk persegi itu adalah kanji ’mulut’, lalu berjalan sambil berpikir, Klinik penyakit dalam atau luar, ya? Lebih enak kalau klinik anak. Saki pun tiba di salah satu gedung perkantoran dan menekan tombol lift lantai delapan. Saat pintu terbuka, Saki langsung mendengar suara yang membuat ia merasakan pertanda buruk.

Seperti sesuatu yang di kikir atau suara air yang mengalir. Lalu mengatakan, APA?! Di sana bukan tertulis guchi, tetapi “D”. Lalu di atas huruf itu juga tertulis penjelasannya yang di tulis dengan sopan dan rapi. Shinagawa Dental Clinic. “...Dokter gigi!”. Dari cuplikan Di memo tertulis Shinagawa Guchi Clinic yang disertai peta dari stasiun terdekat. Ditulis terburu-buru oleh Mama saat

(46)

menelpon dan APA?! Di sana bukan tertulis guchi, tetapi “D”. Lalu di atas huruf itu juga tertulis penjelasannya yang di tulis dengan sopan dan rapi. Shinagawa Dental Clinic. “...Dokter gigi!” menunjukkan adanya keterkejutan dari Saki.

Namun kalimat diatas mengindeksikalkan adanya usaha dari seorang ibu untuk menyembuhkan traumatik dokter gigi yang dialami anaknya yaitu Saki. Ibu sengaja membohongi Saki dengan menulis kata Guchi dalam memo agar Saki mau bekerja. Padahal seharusnya yang tertulis adalah huruf ‘D’. Hal ini dikarenakan ibu yakin jika ditulis dengan huruf ‘D’ Saki pasti akan menolak karena D merupakan simbol dari kata Dental. Saki pun terkejut karena merasa ditipu ibunyasambil berkata, kena deh! Pikirku. Mama sangat tahu kebencianku pada dokter gigi. karena itu, beliau sengaja menulis nama kliniknya dengan cara seperti itu. Bahkan dia mau hubungi sendiri. Pasti alasannya karena akan ketahuan kalau aku yang menelepon. Kalimat diatas megindeksikalkan adanya unsur keterbukaan dari seorang ibu. Unsur keterbukaannya yaitu seorang ibu yang seharusnya menutupi masalah traumatik dokter gigi anaknya. Namun dalam teks ini seorang ibu justru mendorong anaknya (Saki) bekerja di klinik gigi agar traumatik terhadap dokter giginya sembuh.

Nilai pendidikan yang diajarkan dalam cuplikan teks di atas adalah kasih sayang dari seorang ibu yang dibuktikan dengan mendorong anaknya yang traumatik terhadap dokter gigi agar terbuka untuk menyampaikan masalah traumatiknya kepada orang lain. Salah satunya dengan cara si ibu mendorong anaknya (Saki) bekerja di klinik gigi yang dianggap menakutkan agar traumatiknya terhadap dokter gigi sembuh.

(47)

Jika dilihat dari sikap dan kebiasaan orang Jepang yang tertutup, sebenarnya sikap seorang ibu yang menyuruh anaknya terbuka terhadap masalahnya khususnya masalah traumatiknya terhadap dokter gigi merupakan sikap yang baru dan jarang terjadi di masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat Jepang pada zaman dahulu baik seorang anak, ibu ataupun keluarga tidak akan terbuka terhadap masalah yang dialaminya baik masalah jiwanya atau yang lain.

Masyarakat Jepang lebih suka menutup masalahnya dan masalah keluarganya sendiri karena merasa bahwa aib keluarga. Ditambah lagi sifat orang Jepang yang pemalu dan tidak suka ada campur tangan dari orang lain juga menjadi salah satu penyebabnya (http://gate-jp.com/benarkah-orang-jepang-pemalu). Namun jika dilihat dari sudut pandang lain, sikap keterbukaan atau menyampaikan masalah diringnya kepada orang lain merupakan salah satu pemikiran dan sikap orang- orang barat. Masyarakat barat seperti orang-orang Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat, yaitu Prancis, Jerman, Inggris dan lainnya adalah orang-orang yang berpikiran terbuka terhadap masalahnya (https://saripedia.wordpress.com/tag/peradaban-barat). Masyarakat barat cenderung akan menceritakan masalah yang mereka alami dengan orang disekelilingnya karena berpikir orang lain mungkin dapat membantunya dalam menghadapi masalah tersebut atau bahkan hanya sekadar ingin orang lain bisa memahami dirinya.

(48)

2. Cuplikan cerita halaman 27-28:

[...”Ngomong-ngomong, kenapa Saki-chan bisa membenci dokter gigi?Bisa kau ceritakan pada kami?” Kasai-san menaruh sumpit khas Jepang miliknya sebelum bertanya padaku. Aku pun menceritakan pengalaman seramku pada semuanya. Mungkin ada kata-kata yang seharusnya tidak kuucapkan di depan orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan gigi, tetapi diluar dugaan, semuanya menggangguk-angguk mendengar ceritaku.

“Aku sangat mengerti, Saki-chan. Dokter gigi di masa kecil memang betul- betul pengalaman yang seram.”

“Apalagi sampai berdarah....Aku ingat, waktu kecil aku pernah mengira aku muntah darah dan akan mati,” ujar Dokter Naruse sambil menggaruk-garuk kepala.

Kasuga-san tertawa. “Sebetulnya aku pernah bekerja di dokter gigi untuk anak kecil. Dan kulihat memang banyak anak yang seperti itu.”

“Ng...itu tidak aneh?” tanyaku

“Tentu saja tidak. Banyak kok yang seperti itu. Tapi biasanya kesan itu akan berubah kalau diberi perhatian setelahnya,” sahut Kasuga-san

Nakano-san bergumam melanjutkan ucapan Kasuga-san, “Berarti tempat yang di datangi Saki-chan tidak memahami cara menangani anak. Ditambah lagi, cara bicaranya dingin. Tak heran Saki-chan tidak mau datang lagi.

(49)

Kupikir aku tidak akan pernah mendapat simpati dari orang-orang yang bekerja dibidang ini. Kupikir akulah yang pengecut, anak yang payah.Yotsuya-san lalu berkata pelan padaku, “Fobia pengobatan gigi adalah sebuah penyakit yang disebut dalam pelajaran medis. Bukan cuman kau yang mengalaminya. ]

Analisis:

Dari cuplikan diatas dapat dilihat bahwa Kasai-san bartanya kepada Saki,

“kenapa Saki-chan membenci dokter gigi? Bisa kau ceritakan pada kami?”. Saki pun menceritakan pengalamannya mengenai traumatik terhadap dokter gigi kepada semua staf di klinik tersebut. Dari cuplikan, “kenapa Saki-chan membenci dokter gigi? Bisa kau ceritakan pada kami?” dan Aku pun menceritakan pengalaman seramku pada semuanya mengindeksikalkan adanya unsur keterbukaan dari seorang Saki. Unsur keterbukaanya yaitu Saki yang seharusnya tidak menceritakan pengalaman traumatiknya. Namun dalam teks ini Saki mau menceritakan masalah traumatiknya kepada orang lain. Semua staff di klinik mengangguk-angguk mendengar ceritanya. Mereka menunjukkan rasa empati kepada Saki yang sebelumnya Saki kira tidak akan pernah mendapat respons yang baik dari orang-orang yang bekerja di klinik gigi. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keterbukaan akan menimbulkan rasa kepedulian dan respons orang lain terhadap masalah yang kita hadapi sehingga akan timbul solusi sebagai alat penyelesaian. Selain itu, hal ini juga membuktikan bahwa sifat tertutup yang dimiliki masyarakat Jepang tidak akan menguntungkan bagi diri sendiri, keluarga atau orang lain.

(50)

Nilai pendidikan yang dapat diambil dalam cuplikan teks diatas adalah sikap keterbukaan. Sikap terbuka pada orang lain yaitu sikap yang menunjukkan bahwa bersedia untuk menerima hal-hal yang berbeda dengan kondisi dirinya. Sikap ini mencerminkan bahwa orang tersebut dapat memberi dan menerima segala hal yang disampaikan oleh pihak lain berdasarkan pemikiran yang logis dan benar (http://brainly.co.id/tugas/1052707). Dengan adanya keterbukaan dari tokoh Saki, timbul keinginan untuk menerima segala hal yang disampaikan oleh pihak lain berdasarkan pemikiran yang logis dan benar. Hal ini dibuktikan oleh dokter dan para staff yang memberikan spirit kepada Saki agar mau mengatasi traumatik dokter giginya.

3. Cuplikan cerita halaman 57:

[...”Kalau bekerja sebagai dokter, mungkin akan menemukan kasus seperti ini lagi. Supaya saat itu terjadi kita tidak panik, kita harus memikirkan perasaan pasien sejak awal.”

Aku merasakan ada aura yamg mengancam dari perintah Pak Kepala itu.

“Untuk mencegah kejadian ini terulang, aku berpikir mulai sekarang klinik ini akan mendekati pasien dengan dialog yang lebih akrab. Lalu, di kartu pasien kedua aku siapkan materi yang menggambarkan kehidupan atau pekerjaan pasien agar berguna bagi perawatan.”

Kurasa ini adalah ide yang bagus, tetapi kenapa Pak Kepala terus menatapku?

(51)

“Dan yang pertama kali berhubungan langsung dengan pasien adalah orang yang berada di meja resepsionis. Saat pasien sedang menunggu, aku ingin dia melakukan percakapan ringan untuk mengumpulkan data.”

“Eh? Itu maksudnya...”

“Aku mengandalkanmu, Saki-kun.”

”Izinkan saya berhenti bekerja!” Kata-kata itu tersangkut di tenggorokanku.

Itu karena aku hanyalah karyawan paruh waktu. Lagi pula, yang penting aku sangat membenci dokter gigi.

“Tentu saja tidak cuma-Cuma. Sebagai gantinya, aku akan menambah gaji karyawan paruh waktu.’

Hmm, tapi semua staff disini baik, ya. Tempatnya juga mudah dijangkau.

Lalu... aku juga tidak berpikir untuk menilai apakah pekerjaan ini cocok untukku atau tidak. Aku menatap Pak Kepala yang mengangguk sambil tersenyum. Aku balas tersenyum seperti tertangkap basah.

[Jadi, akhirnya tetap kau lanjutkan?

“Mau bagaimana lagi...” Sambil memegang ponsel, aku berguling-guling di tempat tidur.]

Analisis:

Dari cuplikan diatas dapat diketahui bahwa Pak Kepala memberikan perintah, kita harus memikirkan perasaan pasien sejak awal. Dari cuplikan kalimat kita

(52)

harus memikirkan perasaan pasien sejak awal mengindeksikalkan adanya rasa empati. Sikap empati yang ditunjukkan seorang dokter. Sikap empatinya yaitu seorang dokter yang seharusnya hanya bertugas menyembuhkan sakit pasien.

Namun dalam teks ini seorang dokter justru memikirkan perasaan pasiennya sejak awal. Menurut Saki memikirkan bagaimana perasaan pasien sejak awal adalah ide yang bagus. Kemudian Pak kepala mengatakan bahwa ia mengandalkan Saki-kun.

Kata-kata izinkan saya berhenti bekerja! Langsung tersangkut di tenggorokan Saki. Namun Saki mengurungkan niatnya karena berpikir semua staff di klinik baik.

Dari cuplikan ”Izinkan saya berhenti bekerja!” dan Hmm, tapi semua staff disini baik, ya mengindeksikalkan adanya respons atau perubahan prilaku yang dilakukan Saki akibat dari sikap empati yang diperlihatkan oleh staff di klinik.

Saki yang awalnya akan berhenti bekerja karena sangat membenci dokter gigi.

Kemudian mengurungkan niatnya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap empati yang kita berikan kepada orang lain akan memberikan kepercayaan diri bagi orang yang sedang menghadapi permasalahan. Selain itu, hal ini juga membuktikan bahwa sikap empati yang kita tunjukkan kepada orang lain mampu menimbulkan kekuatan sehingga timbul keberanian dalam mencapai solusi permasalahan. Sikap empati seperti yang ditunjukkan oleh orang disekelilingnya seperti dokter dan staff klinik ini merupakan efek dari adanya sikap keterbukaan Saki.

Nilai pendidikan yang terdapat dalam cuplikan teks diatas adalah rasa empati.

Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa dirinya dalam keadaan atau pemikiran yang sama, yang bisa kita tunjukkan terhadap keadaan

Referensi

Dokumen terkait

Bila anda belum memilikinya maka segera belajar untuk merubah sikap / sifat anda untuk menjadi lebih baik di mata orang lain tidak hanya di mata si do'i.. Memiliki modal

Hasil penelitian yang juga dilakukan dilakukan oleh Fatin (2011) di SMK Surakarta tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap bahya rokok pada remaja mengungkapkan bahwa

Based on the finite element analysis in this study, the addition of even a small number of piles decreases the settlement of piled raft foundation. The addition of piles could

Kasutan lühendeid EPL (Eesti Päevaleht), HS (Helsingin Sanomat), HBL (Hufvudstadsbladet), KU (Kansan Uutiset), TJA (Teataja) ja US (Uusi Suomi). Töö tegemisel olen kasutanud

Dengan demikian, maka pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penuruan angka kemiskinan merupakan efek tidak langsung oleh adanya aliran vertikal dari penduduk kaya ke

perhatiannya. Reaksi yang nampak adalah hampir semua manajer mencoba mendirikan unit atau bagian kepegawaian sebagai suatu jawaban untuk menangani persoalan-persoalan kepegawaian

Pada akhir tahun besarnya PPh yang masih kurang dibayar harus dilunasi oleh wajib pajak sebelum Surat Pemberitahunan (SPT) Tahunan dilaporkan. Menurut analisa data yang