• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SUMBER KARINDO SAKTI TEBING TINGGI SKRIPSI. Oleh : BARATHI RAJA NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SUMBER KARINDO SAKTI TEBING TINGGI SKRIPSI. Oleh : BARATHI RAJA NIM."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SUMBER KARINDO SAKTI TEBING TINGGI

SKRIPSI

Oleh : BARATHI RAJA

NIM. 131000739

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SUMBER KARINDO SAKTI TEBING TINGGI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : BARATHI RAJA

NIM. 131000739

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SUMBER KARINDO SAKTI TEBING TINGGI” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Februari 2018 Penulis

Barathi Raja

(4)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SUMBER KARINDO SAKTI

TEBING TINGGI

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh BARATHI RAJA

NIM. 131000739 Disahkan oleh : Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Umi Salmah, SKM., M.Kes NIP. 197305232008122002

Medan, Februari 2018

(5)

ABSTRAK

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga, tidak dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik bagi jiwa maupun harta benda. PT. Sumber Karindo Sakti adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang woodworking (perkayuan) dan sawmilling (penggergajian) yang terletak di JL. Pagurawan KM.

11 kota Tebing Tinggi. Berdasarkan hasil observasi saat survei pendahuluan, banyak pekerja sering terkena serpihan pada saat mengangkat ataupun memengang kayu dan mata pekerja terkena debu pemotongan kayu karna tidak memakai kacamata pelindung.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja PT. Sumber Karindo Sakti. Jumlah sampel penelitian ini adalah 67 orang pekerja.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner kepada pekerja. Data ini diuji dengan menggunakan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 28 responden (41,8%). Hasil bivariat penelitian ini didapat 6 variabel yang berhubungan dengan kecelakaan kerja yaitu pengetahuan (Pvalue 0,035), sikap (Pvalue 0,021), kepatuhan terhadap prosedur(Pvalue 0,034), sosialisasi K3 (Pvalue 0,041), pengawasan (Pvalue 0,041), dan lingkungan kerja (Pvalue 0,011).

Peneliti menyarankan agar perusahaan rutin mensosialisasikan penggunaan APD dan brifing sebelum bekerja, mensosialisasikan kepada mandor agar lebih tegas dan displin, dan menambah luas ventilasi dan menambah beberapa exhaust fan agar suhu lingkungan kerja nyaman dan tidak panas.

Kata kunci : kecelakaan kerja, pekerja, manajemen, lingkungan

(6)

ABSTRACT

Work accidents are unforeseen incidental, undesirable and can cause harm to the property and decease. PT. Sumber Karindo Sakti is a company engaged in woodworking and sawmilling located in JL. Pagurawan KM. 11 Tebing Tinggi. Based on the observations during the preliminary survey, many workers finger are often punctured with wood flakes when lifting or holding wood and workers' eyes are exposed to wood-cutting dust because they didn’t wear protective goggles.

this type of research is analytic research. The purpose of this study is to determine the factors associated with workplace accidents in workers of PT.

Sumber Karindo Sakti. The sample of this study was 67 workers. Primary data were obtained by conducting interviews using questionnaires to workers. These data were tested using a chi-square test.

The results showed that workers who had experienced accidents as many as 28 respondents (41.8%). The result of bivariate of this research are six variables related to work accident that is knowledge (Pvalue 0.035), attitude (Pvalue 0.021), compliance to procedure (Pvalue 0.034), socialization (Pvalue 0.041), supervision (Pvalue 0.041), and work environment (Pvalue 0.011).

The researcher recommend that companies routinely socialize the useful of safety tools, and briefing before work, socialize to the foreman to be more assertive and disciplined, and increase the ventilation area and add some exhaust fan to keep the environment temperature comfortable and not too hot.

Keywords: work accident, worker, management, environment

(7)

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dengan penuh rasa hormat dan mengucapkan terima kasih sedalam- dalamnya penulis mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua terkasih Bapak P. Krisna dan Ibu Marijama yang selalu memberikan bantuan, motivasi dan perhatian.

Penulisan skripsi ini juga banyak mendapat dukungan, bimbingan, serta bantuan dari banyak pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(8)

4. Ibu Umi Salmah SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing I, dan Ibu Arfah Mardiana Lubis, M.PSi selaku dosen penguji II, yang telah meluangkan pikiran, tenaga dan waktu dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak DR., Drs., R.Kintoko rochadi MKM. selaku dosen pembimbing akademik.

6. Bapak Sayed MA Budi Dharma selalu manager HRD PT. Sumber Karindo Sakti, dan seluruh staff personalia serta mandor/ asisten pabrik.

7. Seluruh dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menempuh pendidikan.

8. Teman-teman seangkatan 2013 (ainul, dhika, jonri, iqbal, wiwi, umi, soni, septo, rio, itin), dan semua yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak berjasa dalam memberi semangat juga bantuan tenaga, pikiran dalam setiap tahap penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini, Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, februari 2018 Penulis

Barathi Raja

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR lAMPIRAN ... xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Hipotesis ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 9

2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 9

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 10

2.2 Kecelakaan Kerja ... 12

2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja ... 12

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ... 14

2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ... 17

2.2.4 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ... 20

2.2.5 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja ... 26

2.2.5.1 Faktor Pekerja ... 27

2.2.5.2 Faktor Manajemen... 29

2.2.5.3 Faktor Lingkungan Kerja ... 30

2.2.6 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja... 30

2.2.7 Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 31

2.3 Kecelakaan Dalam Industri ... 35

2.3.1 Klasifikasi Kecelakaan Kerja Dalam Industri ... 35

2.3.2 Mengenal Sumber – Sumber Bahaya Industri... 36

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2 Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1 Populasi ... 38

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1 Data Primer ... 39

3.4.2 Data Sekunder ... 39

3.5 Definisi Operasional ... 40

3.6 Aspek Pengukuran ... 41

3.7 Teknik Analisa Data ... 42

3.7.1 Pengelolahan Data ... 42

3.7.2 Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 45

4.1.1 Profil Perusahaan ... 45

4.1.2 Gambaran Umum Proses Produksi ... 45

4.2 Analisis Univariat ... 47

4.2.1 Gambaran Umum Faktor Pekerja ... 47

4.2.2 Gambaran Umum Faktor Manajemen ... 48

4.2.3 Gambaran Umum Lingkungan Kerja ... 49

4.2.4 Gambaran Umum Kecelakaan ... 49

4.3 Analisis Bivariat ... 50

4.3.1 Hubungan Faktor Pekerja Dengan Kecelakaan ... 50

4.3.2 Hubungan Faktor Manajemen Dengan Kecelakaan ... 53

4.3.3 Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Kecelakaan ... 55

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1 Kecelakaan Kerja ... 55

5.2 Hubungan Faktor Pekerja Dengan Kecelakaan ... 58

5.2.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Kecelakaan Kerja ... 58

5.2.2 Hubungan Sikap Dengan Kecelakaan Kerja ... 60

4.2.3 Hubungan Kepatuhan Dengan Kecelakaan Kerja ... 61

5.3 Hubungan Faktor Manajemen Dengan Kecelakaan Kerja ... 63

5.3.1 Hubungan Sosialisasi K3 Dengan Kecelakaan Kerja ... 63

4.3.2 Hubungan Faktor Pengawasan Dengan Kecelakaan ... 64

5.4 Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Kecelakaan Kerja ... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

(11)

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 71

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi... 46 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Manajemen di PT.

Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi ... 47 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan Kerja di PT.

Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi ... 48 Tabel 4.4 Distribusi Kecelakaan Kerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing

Tinggi ... 48 Tabel 4.5 Distribusi Usia Responden di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing

Tinggi ... 48 Tabel 4.6 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Kecelakaan Kerja di PT.

Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi ... 49 Tabel 4.7 Hubungan Faktor sikap dengan Kecelakaan Kerja di PT. Sumber

Karindo Sakti Tebing Tinggi... 50 Tabel 4.8 Hubungan Faktor kepatuhan dengan Kecelakaan Kerja di PT. Sumber

Karindo Sakti Tebing Tinggi... 50 Tabel 4.9 Hubungan Faktor Sosialisasi K3 dengan Kecelakaan Kerja di PT.

Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi ... 51 Tabel 4.10 Hubungan Faktor Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja di PT.

Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi ... 52 Tabel 4.11 Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dengan Kecelakaan Kerja di PT.

Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi. ... 52

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 37

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. KUESIONER Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian Lampiran 4. Dokumentasi

Lampiran 5. MASTER DATA Lampiran 6. OUTPUT SPSS

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Barathi Raja dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1995 di Tebing Tinggi Penulis beragama Hindu, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda P. Krisna dan Ibunda Marijama. Alamat penulis di Jalan Starban Kecamatan Medan Polonia.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan SD Methodist 4 Medan (2001-2007), SMP Santo Thomas 4 Medan (2007-2010), SMA Santho Thomas 2 Medan (2010-2013) dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2013-2018).

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pada era globalisasi saat ini berbagai macam industri mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama komoditi eksport. Salah satu komoditi eksport yang permintaannya sangat besar yaitu kayu. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan hutan hujan terbesar didunia dan merupakan penghasil kayu – kayu berkualitas tinggi. Permintaan kayu – kayu Indonesia di pasar internasional sangat tinggi sebesar 17,46 jutan ton pada tahun 2016 dengan Negara tujuan utama yaitu China, Jepang, Amerika Serikat Dan Juga Uni Eropa (Endarwati, 2017).

Seiring dengan perkembangan dan permintaan yang besar perusahaan – perusahaan dibidang indutri kayu akan terus berupaya meningkatkan kinerja dan produktivitasnya. Untuk mendukung meningkatnya kinerja dan produktivitas maka diperlukannya standar operasional yang baik serta mendapat dukungan yang baik dari tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tenaga kerja harus menjadi perhatian perusahaan karena tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang menentukan hasil produksi perusahaan. Jika sumber dayanya tidak dapat bekerja secara maksimal, maka perusahaan tidak mungkin bisa menghasilkan hasil yang maksimal dan juga sebaliknya jika sumber dayanya dapat bekerja dengan baik dan terhindar dari kecelakaan kerja maka produktivitas kerja dapat di tingkatkan (Endarwati, 2017).

Dengan industrialisasi yang pesat saat ini, keselamatan dan kesehatan telah menjadi isu penting di semua industri dan aktivitas manusia. Ini memiliki

(17)

pengaruh besar pada analisis risiko dan yang terkait konsekuensi. Untuk menjamin keamanan industri personil dan properti, keselamatan dan kesehatan harus menjadi utama fokus. Praktik keselamatan terbaik dari industri, termasuk memastikan bahwa setiap orang dilindungi dari kecelakaan, semua bahaya, kesehatan penyakit yang berhubungan, dan penyakit yang berasal dari kegiatan sehari-hari (Charles et. al. 2016).

Berdasarkan data ILO tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Setiap jamnya sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia (Kesehatan, 2014). Sedangkan, data BPJS ketenaga kerjaan menunjukan pada akhir 2015 terdapat 105.182 kasus insiden kerja dengan korban meninggal mencapai 2.375 orang (BPJS, 2016).

Keselamatan merupakan prioritas utama dalam kehidupan manusia. Disisi lain tak ada satupun teknologi yang bebas dari risiko yang dapat mengancam keselamatan manusia, oleh karena itu merupakan kewajiban pelaku dalam menggunakan teknologi untuk memahami proses dan dampak teknologi tersebut bagi keselamatan manusia, kemudian menetapkan dan mematuhi rambu-rambu untuk mencapai keselamatan, mengembangkan dan menerapkan secara konsisten perilaku selamat hingga terbangun budaya selamat (Henni, 2011).

Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor

(18)

pengusaha. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi (Hadiguna,2009).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sarana untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian perlindungan segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Dengan menerapkan pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja yang baik diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi (Sucipto, 2014).

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga, tidak dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik bagi jiwa maupun harta benda. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja, pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Kecelakaan kerja selain menjadi sebab hambatan–hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain (Suma’mur, 1996). Menurut Siregar (2014),

(19)

yang mengutip penelitian ILO, faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu faktor pekerja yang terdiri dari usia, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jam kerja, shift kerja, sikap, perilaku, kelelahan, kondisi fisik pekerja, faktor manajemen yang terdiri dari kebijakan organisasi atau manajemen, sosialisasi K3, SOP, pelatihan, pengawasan, dan faktor lingkungan kerja yang terdiri dari housekeeping, pencahayaan, ventilasi, kebisingan dan warna peringatan, tanda, label.

Menurut saragih, (2014) dalam Notoatmodjo, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan.Penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah perilaku dan peralatan yang tidak aman.

Beberapa penelitian menyebutkan beberapa faktor – faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja. Pada Siregar (2014) pada pekerja PT.

Aqua Golden Mississippi Bekasi, tedapat bubungan antara pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap prosedur, pengawasan, dan lingkungan kerja dengan kecelakaan kerja. Pada penelitiian Wibisono (2010), Pekerja Tambang Pasir Gali di Desa Pegiringan Kabupaten Pemalang terdapat hubungan antara perilaku/sikap berbahaya dengan kejadian kecelakaan kerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Salawati (2009) pada pekerja di laboratorium RSU Banda Aceh, terdapat hubungan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) terhadap kecelakaan kerja, serta hubungan manajemen kesehatan (promosi k3 dan pelatihan) terhadap

(20)

PT. Sumber Karindo Sakti adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang woodworking (perkayuan) dan sawmilling (penggergajian) yang terletak di JL. Pagurawan KM. 11 kota Tebing Tinggi. PT. Sumber Karindo Sakti berlokasi didaerah yang jauh dari perkotaan sehingga suasana di perusahaan aman, tenang, dan terhindar dari hiruk – pikuk keramaian lalu lintas. PT. Sumber Karindo Sakti merupakan salah satu perusahaan wood working dan sawmilling yang terbesar di sumatera utara..

PT. Sumber Karindo Sakti didirikan oleh 3 pemilik saham yaitu: PT. PP Berdikari, PT. Karya Kayoe – Kayoe Indonesia, PT. Gemah Karya Pratama Nusantara. PT. Sumber Karindo Sakti mengolah kayu pinus dan kayu karet menjadi produk moulding, fingerjoint, laminated board, dan furniture component. Produksi pertama dilakukan pada april 1998. Pasar utama produk kayu ini adalah dieksport ke Jepang. Proses produksi yang dilakukan oleh PT.

Sumber karindo sakti dalam memproduksi moulding dilakukan dalam 16 bagian produksi dimulai dari penyediaan bahan baku, lalu, pembelahan, pemilihan, pembelahan, pengawetan, pengeringan, pengetaman S2S (pengetaman dua sisi kayu), pembelahan, pengetaman S4S (pengetaman empat sisi kayu), pemilihan, penggabungan, pengempaan, pelaburan perekat, pengempaan, pemotongan lalu pengemasan.

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi di perusahaan PT. Sumber Karindo Sakti merupakan mesin impor dan diperlukan keterampilan serta pengawasan terhadap penggunaannya, sehingga karyawan dituntut untuk bekerja dengan hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang merugikan bagi

(21)

pekerja dan perusahaan. Berdasarkan hasil observasi saat survei pendahuluan pada tanggal 10 oktober 2017, pekerja terlihat mengabaikan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, padahal disana terlihat ada pengawasan,pekerja melakukan sikap yang tidak aman, dan kurangnya kesadaran untuk menggunakan APD secara lengkap, pada bagian pemotongan kayu sebanyak 20 pekerja tampak tidak menggunakan sarung tangan berdasarkan perbincangan pada pekerja, pekerja sering terkena serpihan pada saat mengangkat ataupun memengang kayu dan mata pekerja terkena debu pemotongan kayu karna tidak memakai kacamata pelindung. Lingkungan kerja di pabrik cukup berdebu dan sedikit lembab, ada beberapa bagian di pabrik yang cahayanya kurang terang, serta juga terdapat suara bising dari mesin – mesin pemotong dan mesin ketam.

Menurut info dari perusahaan dalam setahun terakhir terdapat seorang pekerja yang kakinya tertimpa kayu di tempat penyediaan kayu, kayu tersebut menggelinding dan kaki seorang pekerja tertimpa kayu tersebut, serta ada pekerja yang tangannya terkena mesin potong kayu sehingga terluka dan harus menerima perawatan ringan. Dari Uraian di atas dapat kita lihat bahwa kecelakaan kerja sering terjadi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa terjadi beberapa kecelakaan kerja terjadi akibat beberapa faktor. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Sumber Karindo Sakti.

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah apa saja faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara faktor pekerja (pengetahuan, sikap pekerja dan kepatuhan terhadap prosedur) dengan kecelakaan kerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

2. Mengetahui hubungan antara faktor manajemen (sosialisasi K3, pengawasan) dengan kecelakaan kerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

3. Mengetahui hubungan antara lingkungan kerja dengan kecelakaan kerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

(23)

1.4 Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor pekerja (pengetahuan, sikap, dan kepatuhan terhadap prosedur) dengan kecelakaan kerja pada pekerja di Pabrik PT.Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

2. Ada hubungan antara faktor manajemen (sosialisasi K3, dan pengawasan) dengan kecelakaan kerja pada pekerja di PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

3. Ada hubungan antara lingkungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja di Pabrik PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk :

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan tentang kecelakaan kerja sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja sehingga dan dapat dilakukan pembinaan dan pengarahan terhadap pekerja dalam upaya peningkatan kesehatan tenaga kerja.

2. Sebagai bahan masukan informasi bagi pekerja tentang akibat kecelakaan kerja.

3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik danmental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja (Yuli, 2005). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventif yang kegiatannya utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan pengendalian risiko dan bahaya (Notoatmodjo, 2007).

Keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingakatan tertentu. Sedangkan risiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan dan intensitas bahaya tersebut (HIPSMI dalam Notoatmodjo, 2007). keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenega kerja. Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain (Suardi, 2007).

(25)

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Ramli, (2010) Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri dari setiap makhluk hidup.

Sejak manusia bermukim di bumi, secara tidak sadar mereka telah mengenal aspek keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya di sekitar lingkungan hidupnya. Untuk era globablisasi sekarang keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan karena sebagai penentu dalam keberhasilan program K3 dalam organisasi. Tetapi sering timbul anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan, pengeluaran biaya yang sia-sia atau sekedar formalitas yang harus dipenuhi oleh organisasi

Menurut Suma’mur (1996), adapun tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksiserta produksi nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Menurut UU RI No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1, disebutkan bahwa tujuan pemerintah membuat aturan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

(26)

4. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran,asap, uap, gas, hembusan angin cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

5. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

6. Meyelenggarakan suhu dan kelembapan udara yang baik.

7. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

8. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

9. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

10. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

11. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

12. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventif yang kegiatannya utamanya adalah identifikasi, subtitusi, eliminasi, evaluasi dan pengendalian risiko dan bahaya (Notoadmodjo, 2007).

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009).

(27)

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba- tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total (Hadiguna, 2009).

Kecelakaan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 3/MEN/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak terduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan harta benda. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagaisuatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya,sehingga menghasilkan cedera yang riil.

Berdasarkan UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

Sedangkan menurut UU RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Ruang lingkup kecelakaan kerja pada suatu unit kerja atau perusahaan adalah :

1. Kecelakaan akibat langsung dari suatu pekerjaan.

2. Kecelakaan yang terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (waktu kerja).

(28)

3. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

4. Kecelakaan kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transportasi ke dan dari tempat kerja.

Menurut Tarwaka (2008) kecelakaan kerja di industri dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu :

1. Kecelakaan industri (Industrial Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali.

2. Kecelakaan didalam perjalanan (Community Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja.

Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan dapat dicegah dengan peraturan perundangan tentang ketentuan wajib di tempat kerja, standardisasi keselamatan kerja, pengawasan tentang kepatuhan ketentuan yang diwajibkan dalam peraturan, penelitian bersifat teknik, riset medis, penelitian psikologis, penelitian secara statistik, pendidikan, pelatihan keselamatan kerja, penggairahan dengan cara penyuluhan,asuransi, dan usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja (Suma’mur, 1987).

(29)

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Ramli S (2010) yang mengutip pendapat Frank Bird, kecelakaan dapat terjadi karena adanya kontak dengan suatu sumber energi seperti mekanis, kimia, kinetik, fisis yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia, alat dan lingkungan. Kontak dengan energi tidak terjadi begitu saja melainkan ada penyebabnya. Frank Bird menggolongkan faktor penyebab kecelakaan kerja ini dalam teori dominonya yaitu kondisi dan tindakan tidak aman. Dalam buku Frank Bird yang berjudul Management Guide To Loss Control tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu adanya kekurangan pada sistem pengawasan manajemen.

Penyebab-penyebab kecelakaan paling utama ditemukan tidak pada mesin- mesin paling berbahaya atau zat-zat paling berbahaya, tetapi pada kegiatan- kegiatan biasaa seperti terkantuk, terjatuh, bekerja tidak tepat atau penggunaan perkakas tangan dan tertimpa oleh benda jatuh. Hal ini dapat dilihat dari beberapa statistik. Di Perancis, kecelakaan atas penyebab diatas mencapai 78,2 %, sedangkan mesin hanya 11,5 %. Di Indonesia yang dilaporkan hanya kecelakaan- kecelakaan berat dan angka kecelakaan atas dasar laporan tersebut terbesar bersumber pada pekerjaan-pekerjaan berbahaya (Suma'mur, 1997).

1. Secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia atau tindakan tidak aman) dan unsafe condition (faktor lingkungan atau kondisi tidak aman), dimana bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh unsafe action (faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman (Anizar,

(30)

1. Unsafe action (tindakan tidak aman) adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan kerja yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.

Contoh unsafe action :

a) Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui.

b) Mengambil jalan pintas.

c) Menyingirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan.

d) Kurang pendidikan : i. Kurang pengalaman.

ii. salah pengertian terhadap suatu perintah.

iii. Kurang terampil.

a) Salah mengartikan SOP (Standard Oparational Procedure) sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja.

b) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan.

c) Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai.

d) Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja, yaitu : i. Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah.

ii. Cacat fisik.

iii. Cacat Sementara.

iv. Kepekaan indra terhadap sesuatu

a) Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura.

b) Mengangkut beban yang berlebihan.

c) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja.

d) Pemuatan, penempatan, pencampuran secara berbahaya.

(31)

e) Mengancam, menggoda, sembrono, membuat terkejut dll.

2. Unsafe condition (keadaan tidak aman ) adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

Contoh unsafe condition :

a. Peralatan yang sudah tidak layak pakai.

b. Ada api di tempat bahaya.

c. Pengamanan gesung yang kurang standar.

d. Terpapar bising.

e. Terpapar radiasi.

f. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang dan berlebihan.

g. Kondisi suhu yang membahayakan.

h. Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan.

i. Sistem peringatan yang berlebihan.

j. Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya.

k. Selang air yang yang melintang dijalan-jalan.

l. Lantai yang licin sehingga mengakibatkan jatuhnya seseorang.

m. Tata letak (lay out) area kerja yang tidak baik.

n. Tidak ada prosedur operasional kerja.

o. Cara penyimpanan yang berbahaya.

(32)

2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi Kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam Anizar (2009) antara lain :

1) Jenis Kecelakaan Kerja:

a) Terjatuh

b) Tertimpa benda jatuh

c) Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh d) Terjepit oleh benda

e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan f) Pengaruh suhu tinggi

g) Terkena arus listrik

h) Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

i) Jenis-jenis lain atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum termasuk dalam klasifikasi tersebut.

2) Penyebab kecelakaan kerja a) Mesin :

i. Pembakit tenaga, terkecuali motor-motor listrik ii. Mesin penyalur (transmisi)

iii. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam iv. Mesin-mesin pengolah kayu

v. Mesin-mesin pertanian vi. Mesin-mesin pertambangan

vii. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut

(33)

b) Alat angkut dan alat angkat :

i. Mesin angkat dan peralatannya i. Alat angkutan di atas rel

ii. Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api iii. Alat angkutan udara

iv. Alat angkutan air v. Alat-alat angkutan lain c) Peralatan lainnya :

i. Bejana bertekanan

ii. Dapur pembakar dan pemanas iii. Instalasi pendingin

iv. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat- alat listrik (tangan)

v. Alat-alat listrik (tangan)

vi. Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik vii. Tangga

viii. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut d) Bahan- bahan, zat radiasi:

i. Bahan peledak

ii. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia terkecuali bahan peledak iii. Bahan-bahan melayang

iv. Radiasi

(34)

v. Bahan dan zat lain yang belum termasuk klasifikasi golongan tersebut

e) Lingkungan kerja:

i. Diluar bangunan ii. Didalam bangunan iii. Dibawah tanah 3) Sifat luka atau kelainan

a) Patah tulang b) Dislokasi/keseleo c) Regang otot/urat

d) Memar dan luka dalam yang lain e) Amputasi

f) Luka-luka lain g) Luka di permukaan h) Gegar dan remuk i) Luka bakar

j) Keracunan-keracunan mendadak (akut) k) Akibat cuaca dan lain-lain

l) Mati lemas m) Pengaruh radiasi

n) Luka-luka yang banyak dan berlainan sebabnya 4) Letak kelainan/luka :

a) Kepala

(35)

b) Leher c) Badan d) Anggota atas e) Anggota Bawah f) Kelainan umum

g) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi tersebut.

5) Klasifikasi-klasifikasi ini pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan akibat kerja disebabkan oleh beberapa faktor. Penggolongan- penggolongan ini berguna dalam menunjukkan / menggambarkan bagaimana suatu kecelakaan kerja terjadi dan apa yang mengakibatkan kecelakaan, membantu dalam usaha pencegahan kecelakaan, dan juga berguna bagi penelaahan tentang kecelakaan lebih lanjut dan terperinci (Suma'mur, 1996).

2.2.4 faktor penyebab kecelakaan kerja

Setiap kecelakaan terjadi ada penyebabnya. Kecelakaan tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa teori tentang terjadinya suatu kecelakaan yang dikenal dengan teori Domino (pardede, 2017). Teori H.W. Heinrich (1933), menurut teori ini terjadinya suatu kecelakaan dapat diurutkan sebagai berikut :

1. Lingkungan sosial/keturunan (Ancestry and social encironment factor), yaitu faktor keturunan (sifat yang jelek/sikap mental yang tidak baik) dan pengaruh lingkungan. Sebagai contoh yaitu seseorang yang memiliki sifat keras kepala mempunyai sifat yang tidak baik yang diperoleh karena

(36)

faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan yang membuat seseorang bekerja kurang berhati-hati dan menimbulkan kesalahan.

2. Kesalahan manusia (Fault of person), merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan yang menyebabkan seseorang menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam melakukan suatu pekerjaan. Ada beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:

a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah, b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,

c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.

3. Perbuatan membahayakan dan bahaya yang ditimbulkan secara mekanis atau fisik (Unsafe actions and unsafe conditions), merupakan peristiwa karena kesalahan pekerja melalui tindakan yang berbahaya disertai dengan bahaya mekanik dan fisik lainya. Sebagai contoh pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang seharusnya digunakan pada saat bekerja, posisi kerja yang salah, menggunakan peralatan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan yang tidak memenuhi syarat dimana kurangnya penerangan di tempat kerja dan lain sebagainya.

4. Kecelakaan (Accident), merupakan peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan pada umumnya disertai oleh berbagai kerugian.

5. Cidera (Injury), kecelakaan yang terjadi mengakibatkan cidera (luka ringan/luka berat/parah), cacat dan bahkan kematian.

(37)

Menurut Frank E. Bird Petersen dalam pardede (2017). Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen.

Teori Loss Causation, Model Teori lain yang lebih baru dikemukakan oleh Widnerdan Bird dan Germain pada tahun 1985. Teori ini mempersalahkan faktor lingkungan dan keturunan. Teori ini berisi petunjuk yang memudahkan untuk menganalisis permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja, analisis harus dilanjutkan sampai menemukan penyebab dasar masalah yang berkaitan dengan tugas dan fungsi manajemen yang tidak dilaksanakan. Dalam Siregar (2014) Bird dan Germain (1996) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan yang terdiri dari :

1. Lack of Control (kurang kendali) Penyebab lack of control yaitu:

i. Inadequate programme, yaitu program yang tidak bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup.

ii. Inadequate programme standards, yaitu standar tidak spesifik, standar tidak jelas atau tidak baik.

iii. Inadequate compliance-with standards, yaitu kurangnya pemenuhan standar.

2. Basic Causes, yaitu penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh personal factor seperti kondisi pekerja, job factor seperti unit kerja.

3. Immediate Causes, yaitu penyebab langsung terjadinya kecelakaan,

(38)

diantaranya tindakan tidak aman seperti tidak memenuhi standar operasional prosedur dan faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi dan pencahayaan.

4. Accident, yaitu kecelakaan yang ditimbulkan

5. Loss, yaitu kerugian yang ditimbulkan dari terjadinya kecelakaan

Menurut James Reason (1995-1997) penyebab kelalaian/kesalahan manusia menjadi 4 tingkatan:

1) Tindakan tidak aman (unsafe acts).

2) Pra-kondisi yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman (preconditions for unsafe acts).

3) Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision).

4) Pengaruh organisasi (organizational influences). Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan.

Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.

Menurut Suma’mur (1996) kecelakaan kerja terjadi ada sebabnya, secara umum kecelakaan kerja di sebabkan oleh :

1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts). Selalu ditemukan dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85%

kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang

(39)

membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan.

2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions).

Misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, mesin yang tidak diperiksa dan sebagainya.

menurut Suma’mur dalam yustini (2009) Kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

1) Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan sebagainya.

(40)

2) Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak.

Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja.

Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

(41)

2.2.5 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja

Menurut ILO (1998) faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu : 1) Faktor pekerja yaitu usia, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan,

pengetahuan, keterampilan, jam kerja, shift kerja, sikap, perilaku, kelelahan, dan kondisi fisik pekerja.

2) Faktor manajemen yaitu kebijakan organisasi atau manajemen, sosialisasi K3, SOP, pelatihan dan pengawasan.

3) Faktor lingkungan kerja yaitu housekeeping, pencahayaan, ventilasi, kebisingan dan warna peringatan, tanda, label.

Beberapa penelitian menyebutkan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja. Dalam penelitian Arifin (2005) terhadap pekerja di PT.

Bukaka Teknik Utama, Cilengsi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pelatihan, sosialisasi K3 dan kepatuhan menjalankan prosedur terhadap tingginya kejadian kecelakaan kerja. Dalam penelitian Hermawati (2008) terhadap pekerja area pertambangan PT. Antan Tbk UBPE Pongkor menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dan unit kerja dengan kecelakaan kerja.

Dalam penelitian Yuniarti (2006) terhadap pekerja di PT. Indo-Bharat Rayon menyatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan kebijakan K3 terhadap kecelakaan kerja. Dari beberapa penelitian tersebut terdapat pola penyebab kecelakaan kerja yang sama yaitu faktor manajemen, faktor pekerja, dan faktor lingkungan kerja.

(42)

2.2.5.1 Faktor Pekerja

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Ada beberapa faktor dari pekerja yaitu sebagai berikut :

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Notoadmodjo, 2003).

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoadmodjo, 2003).

2) Sikap

Menurut Sarwono (2009) sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok, kalau timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif. Sedangkan perasaan tidak senang disebut sikap negatif. Kalau timbul perasaan apa-apa berarti sikapnya netral Menurut Alport dalam Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari 3 komponen yaitu:

(43)

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya, sebagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

3) Kepatuhan Terhadap Prosedur

Menurut penelitian Arifin (2005) kepatuhan menjalankan prosedur berhubungan dengan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tidak patuh responden maka akan semakin tinggi kecelakaan kerja dan sebaliknya semakin patuh responden makan akan semakin rendah kecelakaan kerja.

Menurut Siregar (2014) yang mengutip penelitian Geller, kepatuhan adalah salah satu bentuk perilaku yang dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepatuhan terhadap prosedur yang berkaitan dengan keselamatan wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan keselamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja.

(44)

2.2.5.2 Faktor Management 1. Sosialisasi K3

Menurut Siregar (2014) dalam ILO sosialisasi K3 sebagai salah satu bagian dari propaganda atau kampanye K3 yang merupakan salah satu jenis kependidikan selain pendidikan dan pelatihan. Menurut penelitian Arifin (2005) sosialisasi K3 mempunyai hubungan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Dalam UU No. 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat b disebutkan bahwa salah satu kewajiban pengurus adalah memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

2. Pengawasan

Menurut Siregar (2014) yang mengutip pendapat Bird dan Germain, menyebutkan bahwa supervisor (pengawas) memiliki posisi kunci dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebisasaan akan keselamatan setiap karyawan dalam suatu area tanggung jawabnya. Para pengawas mengetahui lebih baik daripada pihak lain mengenai diperhatikannya individu-individu, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatan, keterampilan dalam bekerja.

(45)

2.2.5.3 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan, jelas akan memotivasi tersendiri bagi para karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Namun lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab, dan sebagainya akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan kreativitas (Sari, 2016).

Menurut Sari (2016) yang mengutip penelitian Sunyoto, lingkungan kerja merupakan komponen yang sangat penting ketika karyawan melakukan aktivitas bekerja. Dengan memperhatikan lingkungan kerja yang baik atau menciptakan kondisi kerja yang mampu memberikan motivasi untuk bekerja, maka akan membawa pengaruh terhadap kinerja karyawan dalam bekerja.

Menurut Sari (2016) dalam Sutrisno, lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada ditempat tersebut.

2.2.6 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (1987) kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian : 1) Kerusakan

2) Kekacauan organisasi 3) Keluhan dan kesedihan

(46)

Menurut saragih (2014) Apabila terjadi kecelakaan kerja, maka kecelakaan tersebut mempunyai dampak yang dapat memengaruhi suatu pekerjaan. Dampak atau akibat dari kecelakaan kerja tersebut adalah:

1. Kerugian bagi instansi

Biaya pengangkutan korban kerumah sakit, biaya pengobatan, penguburan jika sampai korban meninggal dunia hilangnya waktu kerja si korban dan rekan- rekan yang menolong sehingga menghambat kelancaran program mencari pengganti atau melatih tenaga baru, mengganti / memperbaiki mesin yang rusak dan kemunduran mental para pekerja.

2. Kerugian bagi korban

Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai mengakibatkan seseorang sampai cacat atau meninggal dunia,ini berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap putra – putrinya.

3. Kerugian bagi masyarakat

Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biayaproduksi yang mengakibatkan dinaikkannya harga produksi perusahaan tersebut danmerupakan pengaruh bagi harga di pasaran.

2.2.7 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (1987) kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi pekerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara

(47)

kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan pemeriksaan kesehatan.

2. Strandarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu praktek-praktek keselamatan dan higiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untung tambang- tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan- keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-sebabnya.

(48)

8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

Menurut Anizar (2009) dalam pardede (2017) dengan menerapkan usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) maka kejadian kecelakaan kerja semestinya bisa dihindari. Beberapa asas pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan baik dilakukan oleh pihak manjemen perusahaan maupun oleh pihak pekerja atau tenaga kerja.

1. Managemen perusahaan

a. Perusahaan melakukan evaluasi pendahuluan tentang karakteristik perusahaan sebelum dimulai oleh orang terlatih untuk mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan untuk membantu memilih cara

(49)

perlindungan karyawan yang tepat. Termasuk di dalamnya adalah semua kondisi yang dicurigai kondisi dapat dengan cepat menyebabkan kehidupan atau kesehatan, atau yang menyebabkan luka serius.

b. Memberikan pelatihan untuk karyawan sebelum diijinkan bekerja yang dapat menimbulkan potensi bahaya. Pekerja yang berpengalaman diberikan pelatihan penyegaran bila diperlukan.

c. Pemeriksaan kesehatan setidaknya dilakukan secara berkala misalnya satu tahun sekali dan pada saat karyawan berhenti bekerja.

d. Memberikan demonstrasi kepada karyawan tentang pentingnya pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) dan pentingnya keselamatan kerja.

e. Pelaksanaan housekeeping yang baik (penatalaksanaan yang teratur yang teratur dan baik).

f. Pemberian sanksi kepada karyawan yang melanggar peraturan, misalnya karyawan yang tidak memakai APD.

g. Memberikan insentif sehingga dana yang dianggarkan oleh perusahaan untuk biaya dampak akibat kecelakaan dapat dialihkan untuk kesejahteraan pekerja.

2. Tenaga kerja

a. Memakai APD dengan sungguh-sungguh tanpa paksaan.

b. Menyadari betapa pentingnya keselamatan kerja.

(50)

2.3 Kecelakaan Dalam Industri

2.3.1 Klasifikasi Kecelakaan Kerja Dalam Industri

Menurut Silalahi (1991) dalam Rajagukguk (2009) kecelakaan dalam industri dapat dikelompokkan dan dicatat menurut macamnya guna mempermudah mempelajarinya dan mencegah terulangnya. Pengelompokkan ini adalah sebagai berikut.

1. jatuh:

a. Jatuh pada ketinggian yang berbeda, b. Jatuh dari ketinggian yang berbeda, 2. Kejatuhan benda,

3. Terantuk, tersandung, tergelincir karena benda, kecuali kejatuhan benda, 4. Terjepit di antara benda,

5. Terlanggar, tertumbuk, tertabrak, tergilar benda, 6. Terpotong,

7. Terkilir,

8. Terbakar akibat atau berhubungan dengan suhu yang lebih tinggi dari toleransi tubuh manusia,

9. Terbakar akibat atau berhubungan dengan arus listrik,

10. Terbakar akibat atau berhubungan dengan bahan-bahan yang korosif (bersifat merusak) atau terkena radiasi,

11. Lain-lain :

a. Runtuhnya suatu konstruksi, b. Peledakan,

(51)

c. Kebakaran, d. Sambaran petir.

2.3.2 Mengenal Sumber Sumber Bahaya Indutri

Menurut Rajagukguk (2009) dalam penelitian Silalahi, bahaya-bahaya yang berada di sekitar industri perlu dikenal dan diidentifikasi terlebih dahulu.

Badan dan jiwa termasuk panca indera serta alat-alat/organ-organ tubuh kita sangat menghendaki keadaan yang wajar dari keadaan atau pengaruh lingkungannya.

Beberapa aspek industri yang harus diperhatikan dari aspek kesehatan dan keselamatan kerja adalah :

1. Penerangan yang cukup

2. Pengendalian kebisingan dan getaran 3. Pengendalian suhu

4. Memelihara keadaan industri yang aman 5. Arus material dan keselamatan kerja 6. Penanganan material.

(52)

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan diatas, kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja Teori Loss Causation Models Bird dan Germain dan menurut ILO (1998) dalam penelitian pardede (2017) yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Pekerja :

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Kepatuhan Terhadap Prosedur

Faktor Manajemen : 1. Sosialisasi K3 2. Pengawasan

Lingkungan kerja

Kecelakaan Kerja Variable dependent Variabel Indepentdent

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja di Pabrik PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di pabrik kayu PT. Sumber Karindo Sakti Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi. Adapun alasan dilakukan penelitian di perusahaan ini adalah :

1. Telah mendapat izin dari pihak PT. Sumber Karindo Sakti.

2. Belum pernah diadakan penelitian tentang kecelakaan kerja pada pekerja di pabrik tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2017. Penelitian ini mulai pada bulan Oktober 2017 sampai dengan februari 2018.

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian produksi yang terdiri dari bagian pemotonggan, pemilihan, pengetaman, pengawetan dan pengemasan, PT. sumber karindo sakti yang berjumlah 200

(54)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja sebanyak 67 pekerja yang dihitung menggunakan rumus mencari sampel slovin.

N = 200 / 1 + 200(0.1)2 = 66.66 Dimana :

 n: jumlah sampel

 N: jumlah populasi

 e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)

teknik pengambilan sampel dengan cara sample random sampling 3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang dibagikan kepada karyawan lapangan yang meliputi data pekerja ( usia, lama, kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap prosedur), manajemen ( kebijakan manjemen termaksud reward dan punishment, sosialisasi k3 dan pengawasan) serta lingkungan kerja, dan kecelakaan kerja yang dialami pekerja.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari perusahaan yang meliputi data kecelakaan kerja yang terjadi dalam 6 bulan terakhir pedoman K3 serta pengambilan dokumen penerapan program K3 yang sedang berjalan.

(55)

3.5 Definisi Opersional

1. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang dialami oleh responden yang menimbulkan luka/cidera selama 6 bulan terakhir saat melakukan pekerjaan.

2. Usia adalah lama waktu hidup pekerja yang dihitung dalam tahun.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja lapangan kerja tentang kecelakaan kerja, kebijakan K3 dan SOP.

4. Sikap adalah respon dari pekerja/responden tentang kecelakaan kerja, SOP, kebijakan K3.

5. Kepatuhan terhadap prosedur adalah tindakan pekerja untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan peraturan atau prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

6. Sosialisasi K3 adalah pemberian informasi, pemberian petunjuk mengenai keselamatan dan kesehatan kerja melalui media cetak di tempat kerja.

7. Pengawasan adalah tindak pemantauan yang dilakukan oleh pihak manajemen agar pekerja melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan atau prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

8. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja seperti housekeeping, ventilasi, pencahayaan, dan kebisingan.

(56)

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan masing-masing variabel penelitian, yaitu :

1. Kecelakaan Kerja

0 = Apabila responden menjawab ya; maka dikategorikan pernah

1 = Apabila responden menjawab tidak; maka dikategorikan tidak pernah Keterangan : pernah = sudah menjalani/mengalami

2. Pengetahuan

0 = Jika jawaban responden tidak pada aspek pengukuran pengetahuan 1 = Jika jawaban responden iya pada aspek pengukuran pengetahuan Keterangan : Rendah bila ≤ nilai mean (4,3)

Tinggi bila > nilai mean (4,3) 3. Sikap

0 = Bila jawaban responden tidak pada aspek pengukuransikap 1 = Bila jawaban responden iya pada aspekengukuran sikap Keterangan : Negatif bila ≤ nilai mean (4,1)

Positif bila > nilai mean (4,1) 4. Kepatuhan terhadap prosedur

0 = Bila jawaban responden tidak pada aspek pengukuran kepatuhan 1 = Bila jawaban responden iya pada aspek pengukuran kepatuhan Keterangan : Tidak patuh bila ≤ nilai mean (2)

Patuh bila > nilai mean (2)

(57)

5. Sosialisasi K3

0 = Bila jawaban responden tidak pada aspek pengukuran sosialisasi 1= Bila jawaban responden iya pada aspek pengukuran sosialisasi Keterangan : Rendah bila ≤ nilai mean (5,3)

Tinggi bila > nilai mean (5,3) 6. Pengawasan

0 = Bila jawaban responden tidak pada aspek pengukuran pengawasan 1 = Bila jawaban responden iya pada aspek pengukuran pengawasan Keterangan : Rendah bila ≤ nilai mean (3,2)

Tinggi bila > nilai mean (3,2) 7. Lingkungan kerja

0 = Bila jawaban responden tidak pada aspek pengukuran lingkungan kerja 1 = Bila jawaban responden ya pada aspek pengukuran lingkungan kerja Keterangan : Tidak kondusif bila ≤ nilai mean (3,2)

Kondusif > nilai mean (3,2) 3.7 Teknik Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Editing meliputi hasil wawancara dan kuesioner atau pengamatan dari lapangan. Secara

(58)

umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan kembali serta perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut, yaitu :

a. Apakah lengkap jawaban atau tulisan dari masing-masing pertanyaan.

b. Apakah jawabannya relevan dan relevan dengan pertanyaan yang ada.

2. Coding (Pemberian Kode)

Setelah semua kuesioner yang diedit, selanjutnya adalah dilakukan pemberian “kode” sesuai dengan kategorinya yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Data Entry (Entri Data)

Data yang akan dimaksukkan adalah jawaban-jawaban dari masing responden yang telah diubah dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) kemudian dimasukkan ke dalam program attau software yang digunakan yaitu SPSS for Windows.

4. Data Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap responden telah selesai dimasukkan, maka perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya dan proses pembetulan atau koreksi ini disebut dengan pembersihan data (data cleaning).

5. Tabulating (Tabulasi)

Tahap ini dilakukan untuk mempermudah analisis data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan dan dimasukkan dalam distribusi frekuensi.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konsep Faktor Pekerja :    1. Pengetahuan  2. Sikap  3. Kepatuhan Terhadap Prosedur  Faktor Manajemen :  1
Gambar 1. Proses Pemotongang Kayu.
Gambar 3. Mesin Pengetaman S2S atau Dua Sisi Kayu
Gambar 5. Proses Penyambungan Kayu dengan Mesin Finger Joint .
+2

Referensi

Dokumen terkait

2 Mahda Nur Widiatmoko (2013) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengangkut Kayu di Penggergajian Kayu Jepara Tahun 2013

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pande Besi di Dusun Tahunan Desa Putatsari.. Kecamatan Grobogan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak restoran di Kota Tebing Tinggi yaitu pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan

Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja produksi suatu perusahaan selain merugikan secara langsung bagi pekerja yang bersangkutan juga menimbulkan dampak yang

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel Pengecatan Mobil Di Kota Makassar Tahun 2013.. Encyclopedia of Occupational Health and

Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisa faktor risiko yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja maintenance di PT.Charoen Pokphand Indonesia Semarang Tahun

Menunjukan data bahwa didunia hampir setiap tahun terdapat sebanyak dua juta pekerja yang meninggal dunia dikarenakan kecelakaan kerja yang disebabkan faktor kelelahan, data ini semakin

Kata kunci: faktor psikososial, kecelakaan kerja, pabrik kelapa sawit PENDAHULUAN Kejadian kecelakaan kerja didefinisiskan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga yang terjadi pada