• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Optimal Power Flow

Optimal Power Flow (OPF) pertama kali diperkenalkan oleh Carpentier pada awal tahun 1962. Tujuan OPF adalah untuk menemukan pengaturan optimal dari suatu jaringan sistem daya dengan mengoptimalkan fungsi tujuan sistem seperti biaya pembangkitan total, rugi-rugi sistem, penyimpangan tegangan bus, emisi unit pembangkit, jumlah tindakan pengendalian, dan load shedding sambil memenuhi persamaan aliran daya, keamanan sistem, dan batasan operasi peralatan. Variabel umum yang dikontrol OPF adalah keluaran daya aktif dari pembangkit, tegangan bus dari pembangkit, tap transformator dan injeksi kapasitor. Agar mendapatkan titik optimal dari fungsi objektif, maka dapat dilakukan dengan menambahkan metode optimasi metaheuristik dalam proses perhitungan OPF [6]. Dalam tugas akhir ini menggunakan metode optimasi Dragonfly Algorithm–Particel SwarmOptimization (DA-PSO).

2.2 Power Flow Analysis Menggunakan Metode Newton-Raphson (NR)

Power Flow Analysis berfungsi untuk mengetahui beberapa informasi dari sistem kelistrikan seperti daya aktif, daya reaktif, impedansi saluran, suduttegangan, dan besar tegangan tiap bus. Dalam permasalahan power flow hbungan antara tegangan dan arus pada setiap bus adalah nonlinier. Hal tersebut berlaku juga untuk konsumsi daya dan tegangan pada setiap bus. Jadi perhitungan power flow menggunakan solusi dari persamaan nonlinier. Dengan menggunakan metode NR perhitungan power flow dapat diselesaikan dengan cepat. Metode NR mempunyai dasar dlam menyelesaikan permasalahan power flow, yaitu Deret Taylor [7]. Pada metode NR ini persamaan power flow drumuskan dalam bentuk polar.

Arus yang masuk pada bus i dirumuskan dengan persmaan2.1.

𝐼1= ∑ |𝑌𝑛𝑗 𝑖𝑗||𝑉𝑗|∟𝜃𝑖𝑗+ 𝛿𝑗 (2.1) Tegangan pada bus i dirumuskan dengan persamaan 2.2.

𝑉𝑖 = |𝑉𝑖|𝛿𝑖 = |𝑉𝑖| (cos 𝛿𝑖+ 𝑗 sin 𝛿𝑖) (2.2) Daya kompleks bus i dirumuskan dengan persamaan 2.3.

𝑃𝑖− 𝑗𝑄𝑖= 𝑉𝑖∗ 𝐼1 (2.3)

(2)

5

Dari persamaan 2.1 dan 2.3 didapatkan persamaan 2.4.

𝑃𝑖− 𝑗𝑄𝑖 = |𝑉𝑖| − ∑ |𝑌𝑛𝑗 𝑖𝑗||𝑉𝑗|∟𝜃𝑖𝑗+ 𝛿𝑗 (2.4)

Persamaan 2.4 selanjutnya di pisah menjadibagian real dan imajineryang dirumuskan dengan persamaan 2.5 dan 2.6.

𝑃𝑖 = ∑𝑁𝑗=1|𝑉𝑖 |𝑉𝑗|𝑌𝑖𝑗| cos( 𝜃𝑖𝑗+ 𝛿𝑖− 𝛿𝑗) (2.5)

𝑄𝑖 = − ∑𝑁𝑗=1|𝑉𝑖 |𝑉𝑗|𝑌𝑖𝑗| sin( 𝜃𝑖𝑗+ 𝛿𝑖− 𝛿𝑗) (2.6)

Untuk nilai 𝑃𝑖 dan 𝑄𝑖 sudah diketahui, sedangkan nilai 𝑉𝑖 dan 𝛿𝑖belum diketahui pada slack bus. Matriks Jacobian pada metode ini digunakan untuk proses iterasi yang dirumuskan dengan persamaan 2.7.

[∆ 𝑃

∆ 𝑄 ] = [𝐽1 𝐽2

𝐽3 𝐽4] [∆ 𝛿

∆ |𝑉| ] (2.7)

Banyak elemenmatriks Jacobian dapat ditentukan dengan persamaan 2.8.

(2n – 2 – m) x (2n – 2 – m) (2.8)

Dengan variable n adalah jumlah bus dan variable m adalah jumlah Voltage controlled Buses pada system. Untuk nilai ∆𝑃(𝑘) dan ∆𝑄(𝑘) yang terjadwal beda dengan nilai hsil perhitungan. Sudut fasa dan tegangan bus yang baru dapat dicari dengan persamaan2.9 dan 2.10.

𝛿𝑖(𝑘+1) = 𝑉𝑖(𝑘)+ ∆𝛿𝑖𝑘 (2.9)

𝑉

𝑖(𝑘+1)

= |

𝑉𝑖(𝑘)

|

+ ∆

|

𝑉𝑖(𝑘)

|

(2.10) 2.3 Optimasi

Optimasi (Optimization) adalah aktivitas untuk mendapatkan hasil terbaik di bawah keadaan yang diberikan. Tujuan akhir dari semua aktivitas tersebut adalah meminimumkan usaha (effort) atau memaksimumkan manfaat (benefit) yang diinginkan.

Karena usaha yang diperlukan atau manfaat yang diinginkan dapat dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan, maka optimasi dapat didefinikan sebagai proses untuk menemukan kondisi yang memberikan nilai minimum atau meksimum dari sebuah fungsi.

Optimasi dapat diartikan sebagai aktivitas untuk mendapatkan nilai minimum suatu

(3)

6

fungsi.Banyak metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahn optimasi. Salah satunya adalah metode metaheuristik [6].

2.4 Fungsi Objective

Dalam penelitian ini menggunakan 3 fungsi objektif, yaitu biaya pembangkitan , rugi daya aktif dan emisi pada jaringan tranmisi.

2.4.1 Fungsi Biaya Pembangkitan

Fungsi ini berguna agar menemukan hasli biaya pembangkitan yang optimal. Hal itu dapat diperoleh dengan rumus yang disajikan dalam persamaan 2.11 [3].

𝐹

𝑖

𝑃

𝐺𝑖

= ∑

𝑁𝑖=1

𝑎

𝑖

+ 𝑏

𝑖

+ 𝑐

𝑖

𝑃

𝐺𝑖

(2.11)

Dengan :

N = Jumlah unit pembangkit

𝑎

𝑖,

𝑏

𝑖,

𝑐

𝑖 = Koefisien biaya dari unit pembangkit

𝑃

𝐺𝑖 = Pembangkitan daya nyata dari unit ke i (i = 1,2 …N)

𝐹

𝑖

𝑃

𝐺𝑖 = Biaya pembangkitan dari generator ke i Batasan persamaan :

𝐹

𝑖

𝑃

𝐺𝑖

= ∑

𝑁𝑖=1

𝑃

𝑖

= 𝑃

𝐷

+ 𝑃

𝐿

(

2.12)

Dengan :

𝑃

𝑖 = Daya generator pada pembangkit ke i

𝑃

𝐷= Total daya yang diperlukan

𝑃

𝐿 = Rugi daya dan saluran pada transmisi

2.4.2 Fungsi Rugi Daya Aktif

Yang merupakan factor utama pengiriman daya yang opotimal dari pembangkit adalah rugi daya. Mencari rugi daya nyata di generator dirumuskan dengan persamaan2.13 [3].

𝑃𝐿= ∑𝑁𝑘=1𝐺𝑖,𝑗 𝑉𝑖 2 + 𝑉𝑗 2 − 2𝑉𝑖𝑉𝑗 𝑐𝑜𝑠 (𝜃𝑖 – 𝜃𝑗) (2.13) Dengan :

𝑃𝐿 = Total rugi-rugi daya N = Jumlah saluran transmisi

𝐺𝑖,𝑗 = Konduktansi jalur yang terhubung antara bus i dan j

(4)

7 𝑉𝑖, 𝑉𝑗 = Tegangan di bus i dan j

𝜃𝑖, 𝜃𝑗 = Angle fase tegangan antara bus i dan j

Dari persamaan 2.11 dan 2.13 maka didapatkan fungsi objektif yang siap digunakan untuk proses optimasi. Fungi tersebut disajikan pada persamaan 2.14.

𝐹(𝑥) = ∑ 𝐹𝑛𝑖 𝑖 𝑃𝑖 + 1000 ∗ 𝑎𝑏𝑠 (∑ 𝑃𝑛𝑖 𝑖 − 𝑃𝐷 − ∑ 𝑃𝑛𝑖 𝐿 (2.14)

Batasan daya dan tegangan yang dihasilkan sebagai berikut:

𝑉𝑖(min)_ ≤ 𝑉𝑖 ≤ 𝑉𝑖(𝑚𝑎𝑘𝑠)_ (2.15)

𝑃𝑖(min)_ ≤ 𝑃𝑖 ≤ 𝑃𝑖(𝑚𝑎𝑘𝑠)_ (2.16)

Dengan 𝑉𝑖(min) adalah tegangan minimum dan 𝑉𝑖(𝑚𝑎𝑘𝑠) tegangan maksimum, sedangkan 𝑃𝑖(min) adalah daya minimum dan 𝑃𝑖(𝑚𝑎𝑘𝑠) adalah daya maksimum dari pembangkit ke-i.

2.4.3 Fungsi Emisi

Beberapa pembangkit saat ini masih didominasi oleh pembangkit – pembangkit thermal yang menggunakan bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi listrik [2].

Pembangkit – pembangkit tersebut dalam beroperasi akan menghasilkan gas buang yang disebut emisi. Emisi tersebut dapat berupa sulfur Dioksida (SO2), Karbin Dioksida (CO2) dan Nitrogen Oksida (NO2).

Aliran daya optimal dengan mempertimbangkan emisi diformulasikan sebagai sebagai kasus optimasi lebih dari satu fungsi tujuan atau multi-objective untuk semua pembangkit. Fungsi – fungsi tujuan tersebut direpresentasikan secara matematis sebagai berikut :

𝑃 = ∑𝑁𝑔𝑡=1( 𝑎𝑖𝑃𝑔𝑖2 + 𝑏𝑖 𝑃𝑔𝑖+ 𝐶𝑖 ) $/ℎ (2.17) 𝑃 = ∑𝑁𝑔𝑡=1(𝑑𝑖 𝑃𝑔𝑖2 + 𝑒𝑖 𝑃𝑔𝑖+ 𝑓𝑖 ) 𝑘𝑔/ℎ (2.18)

Dimana,

(5)

8 F = Fungsi biaya bahan baku E = Fungsi Emisi

Pgi = Daya yang dibangkitkan setiap unit pembangkit ai, ei, ci = Koefien biaya bahan bakar setiap unit pembangkit di, ei, fi = Koefien biaya emisi setiap unit pembangkit Ne = Total pembangkit

2.5 Batasan – Batasan

Perhitungan aliran daya optimal memiliki batasan – batasan yang harus dipenuhi.

Batasan – batasan tersebut antara lain sebagi berikut [..].

1. Equality Constraint

𝑁𝑔𝑡=1 𝑃𝑔𝑖2 = 𝑃𝐷+ 𝑃𝐿 (2.19)

Equality Constraint adalah batasan dimana totoal daya yang dibangkitkan sama dengan total beban ditambah dengan rugi – rugi sistem.

2. Inequality Constraint

𝑃𝑔𝑖𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑃𝑔𝑖 ≤ 𝑃𝑔𝑖𝑚𝑎𝑥 (2.20)

𝑄𝑔𝑖𝑚𝑖𝑛≤ 𝑄𝑔𝑖 ≤ 𝑄𝑔𝑖𝑚𝑎𝑥 (2.21)

Inquality constraint adalah batasan dimana total daya yang dibangkitkan oleh setiap pembangkit tidak lebih dari batas maksimum pembangkit dan tidak kurang dari batas minimum pembangkian.

3. Voltage Constraint

2.6 Optimal Power Flow Dengan Dragonfly Algorithm – Particle Swarm Optimization (DA-PSO)

2.6.1 Dragonfly Algorithm (DA)

Dragonfly Algorithm (DA) merupakan algoritma yang meniru perilaku kawanan capung yaitu berkerumun untuk berburu dan bermigrasi. Tujuan utama disebut berburu atau kawanan statis dan tujuan yang lain disebut migrasi atau kawanan dinamis. Dua perilaku kawanan ini mirip seperti tahap optimasi menggunakan algoritma

(6)

9

metaheuristik.pada kawanan statis capung bergerak dengan kawanan yang lebih besar dengan satu arah pada gerakan lokal dan dapat berubah secara mendadak di jalur terbang, yang mana ini cocok dengan fase exploitasi. Pada kawanan dinamis banyak capung yang berkerumun saat sedang berkeliaran dalam jarank yang jauh.dan pada daerah yang berbeda, yang mana ini cocok dengan fase eksplorasi [9]. Perilaku capung ini dapat di representasikan melalui lima prinsip, yaitu :

1. Pemisahan

Pemisahan yang berfungsi agar tidak terjadi tabrakan dari individu ke individu lain pada kawanan statis dapat dihitung dengan persamaan 2.22.

𝑆𝑖 = − ∑ 𝑁𝑗=1𝑋 − 𝑋𝑗 (2.22)

Dengan :

𝑆𝑖 = Pemisahan individu ke i

N = Jumlah individu yang berdekatan X = Posisi individu saat ini

𝑋𝑗 = Posisi individu yang berdekatan

2. Kesejajaran

Kesejajaran yang mengacu pada perbandingan kecepatan satu individu dengan individual yang lain yang saling berdekatan, dapat dihitung dengan persamaan 2.23.

𝐴

𝑖

=

𝑉𝑗

𝑁 𝑗=1

𝑁 (2.23)

Dengan:

𝐴𝑖 = Kesejajaran individu ke i

𝑉𝑗 = Kecepatan individu ke j yang berdekatan 3. Kohesi

Kohesi yang mana individu cenderung menuju ke pusat perkumpulan kawanan yang berdekatan, dapat dihitung dnegan persamaan 2.24.

𝐶

𝑖

=

𝑋𝑗

𝑁 𝑗=1

𝑁

− 𝑋

(2.24)

Dengan , 𝐶𝑖 = Kohesi individu ke i 4. Daya tarik

(7)

10

Ketertarikan terhadap sumber makanan dan harus menjdi tujuan utama dari kawanan untuk bertahan hidup, dapat dihitung dengan persamaan 2.25.

𝐹𝑖 = 𝑋+− 𝑋 (2.25)

Dengan :

𝐹𝑖 = Pencarian makanan individu ke i 𝑋+ = Posisi pencarian mangsa

5. Gangguan musuh

Tujuan kawanan untuk bertahan hidup dari gangguan musuh,dapat dihitung dengan persamaan 2.26.

𝐸𝑖 = 𝑋+ 𝑋 (2.26)

Dengan :

𝐸𝑖 = Posisi musuh dari individu ke i 𝑋 = Posisi sumber musuh

Untuk mensimulasikan pergerakan capung dan memperbarui posisi mereka dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.27 dan 2.29.

∆𝑋𝑡+1 = (𝑠𝑆𝑖+ 𝑎𝐴𝑖+ 𝑐𝐶𝑖 + 𝑓𝐹𝑖 + 𝑒𝐸𝑖) + 𝜔𝑡∆𝑋𝑡 (2.27) Dengan:

∆𝑋𝑡+1 = Vektor langkah pada iterasi t+1

s, a, c, f, e = Berat pemisah, berat kesejajaran, berat kohesi, factor makanan, factor musuh

Sedangkan 𝜔𝑡 adalah factor inersia pada iterasi t dan dapat dihitung dengan persamaan 2.28.

𝜔

𝑡

= 𝜔

𝑚𝑎𝑥

𝜔𝑚𝑎𝑥−𝜔𝑚𝑖𝑛

𝐼𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑥

× 𝐼𝑡𝑒𝑟

(2.28)

Dengan, 𝜔𝑚𝑎𝑥 dan 𝜔𝑚𝑖𝑛 adalah ketetapan 0,9 dan 0,4

𝑋𝑡+1 = 𝑋𝑡+ ∆𝑋𝑡+1 (2.29)

Dengan, 𝑋𝑡+1 adalah posisi saat iterasi selanjutnya dan 𝑋𝑡adalah posisi saat iterasi t.

(8)

11

Jika ruang pencarian tidak memiliki solusi yang berdektan maka capung perlu bergerak disekitar ruang pencarian dengan menerapkan penerbangan Levy ( jalan acak) untuk meningkatkan stokastik tingkah laku mereka dan dapat dihitung dengan persamaan 2.30.

𝑋𝑡+1 = 𝑋𝑡+ 𝐿𝑒𝑣𝑦 (𝑑) × 𝑋𝑡 (2.30) Dengan, d adalah dimensi dari vector posisi sedangkan Levy adalah penerbangan Levy yang dapat dihitung dengan persamaan 2.37.

𝐿𝑒𝑣𝑦(𝑑) = 0.01 ×

𝑟1 × 𝜎

|𝑟2|

1 𝛽

(2.37)

Dengan, r1dan

r

2 merupakan nilai acak kisaran (0,1) dan

𝜎

dapat dihitung dengan persamaan 2.38.

𝜎 = (

𝑟(1+𝛽)×sin(𝜋𝛽 2) 𝑟(1+𝛽

2 )× 𝛽×2 (𝛽−1 2 )

)

1/𝛽

(2.38)

Dengan, 𝛽 nilai konstan 1,5 dan r (x) = (x-1)

2.6.2 Particle Swarm Optimization (PSO)

PSO adalah teknik optimasi global stokastik berbasis populasi yang di perkenalkanpertama kali oleh Eberhart dan Kennedy. Ide PSO datang dari perilaku sekelompok burung atau ikan dalam berburu makanan. Dalam sistem PSO populasi bergerak disekitar ruang pencarian. Setiap partikel berisi variable control dan di kaitkan dengan nilai fitness. Setip partikel i terdiri dari posisi (titik), Xi = (xi,1,xi,2,…,xi,Nvar) dengan Nvar adalah variable ke n, variabel kecepatan,Vi= (vi,1,vi,2,…vi,Nvar), posisi (titik) lokal terbaik, Xpbest = (Xpbest,1,Xpbest,2,…,Xpbest,Nvar) dan posisi (titik) global terbiak, Xgbest = (Xgbest1,Xgbest2,…,XgbestNvar). Selama iterasi masing- masing partikel akan menuju ke posisi terbaik lokal dan posisi terbaik global [9].

(9)

12

Gambar 2.1 Diagram Konsep PSO Global Minimum

Secara matematis algoritma PSO dapat dihitung dengan persamaan 2.39-2.40 [3].

a. Rumus update kecepatan

𝑉𝑖𝑡+1 = 𝑤𝑡. 𝑉𝑖𝑡+ 𝐶1. 𝑟𝑎𝑛𝑑1 (𝑋𝑃𝑏𝑒𝑠𝑡𝑖𝑡 − 𝑋𝑖𝑡) + 𝐶2. 𝑟𝑎𝑛𝑑2(𝑋𝐺𝑏𝑒𝑠𝑡𝑖𝑡 − 𝑋𝑖𝑡) (2.39) Dengan :

𝑉𝑖𝑡+1 : Kecepatan particle i pada iterasi t+1 𝑉𝑖𝑡 : Kecepatan particel i pada iterasit 𝐶1 dan 𝐶2 : Konstanta percepatan positif 𝑟𝑎𝑛𝑑1 dan 𝑟𝑎𝑛𝑑2 : Nilai acak antara (0-1)

𝑋𝑃𝑏𝑒𝑠𝑡𝑖𝑡 : Titikterbaik lokal dari partikel i pada iterasi t 𝑋𝐺𝑏𝑒𝑠𝑡𝑡 : Titik terbaik global semua partikel pada iterai t

b. Rumus update posisi

𝑋𝑖𝑡+1

=

𝑋𝑖𝑡

+

𝑉𝑖𝑡+1 (2.40)

Dengan :

𝑋𝑖𝑡+1 : Titik particle i pada iterasi t+1 𝑋𝑖𝑡 : Titik particle i pada iterasi t c. Rumus weight

𝑊

𝑖𝑡

= 𝑊

𝑚𝑎𝑥

(𝑊𝑚𝑎𝑥−𝑊𝑚𝑖𝑛) 𝑖𝑡

𝑖𝑡𝑚𝑎𝑥 (2.41)

Dengan :

(10)

13

w

max__ : bobot inersia max

w

min__ : bobot inersia min_

It_ : iterasi

t

max_ : iterasi max

2.6.3 Hybrid Dragonfly Algorithm-Particle Swarm Optimization (DA-PSO)

PSO telah terbukti dalam bebrapa penelitian mampu mengatasi masalah optimasi.

PSO dapat dengan cepat menyatu pada solusi optimal karena persamaanya menggunakan pengalaman terbaik dari partikel. PSO baik dalam eksploitasi sedangkan dalam eksplorasi PSO kurang baik. Eksplorasi merupakan hal penting dalam proses optimasi.

Optimasi menggunakan algoritma DA dapat meningkatkan proses eksplorasi.

Namun, pengalaman terbaik pada capung tidak digunakan dalam operasi optimasi sehingga DA lambat untuk menemukan solusi optimal.

Untuk mengatasi masalah ini maka, diusulkan penggabungan algoritma DA dan PSO. Dimana proses eksplorasi menggunakan DA dan proses eksploitasi menggunakan PSO. Pertama mencari posisi terbaik menggunakan DA, posisi terbaik yang diperoleh kemudian diganti sebagai posisi global dalam persamaan PSO (2.42). Setelah itu algoritma PSO yang merupakan proses eksploitasi dijalankan menggunakan posisi terbaik global dari DA. Dari dua proses tersebut maka didapatkan persamaan 2.42.

𝑉𝑖𝑡+1 = 𝑤𝑡. 𝑉𝑖𝑡+ 𝐶1. 𝑟𝑎𝑛𝑑1 (𝑋𝑃𝑏𝑒𝑠𝑡𝑖𝑡 − 𝑋𝑖𝑡) + 𝐶2. 𝑟𝑎𝑛𝑑2(𝑋𝐷𝐴𝑡+1− 𝑋𝑖𝑡) (2.42)

Dengan, 𝑋𝐷𝐴𝑡+1 posisi terbaik dari DA pada iterasi t+1.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara jumlah pemberian kredit terhadap rentabilitas pada koperasi Balidita Gondol periode 2008-2012, tidak

Penulisan dalam penelitian ini mengkaji tentang Pelaksanaan Perjanjian Studi Lanjut Antara Yayasan Slamet Rijadi Dengan Dosen, yang mengkaji akibat hukum antara Yayasan Slamet

20 08-09-2005 Seminar International Bahasa Arab; Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Ikatan Pengajar Bahasa Arab Indonesia - Hotel

Ramelan Surabaya diasumsikan dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya, dan penduduk Surabaya mayoritas beragama Islam, yang melaksanakan prosesi keagamaan seperti berpuasa

Pekerjan- pekerjaan yang berada pada lintasan kritis tersebut akan dilakukan percepatan dengan alternatif: Penambahan jam kerja 3 jam (kerja lembur) : Waktu kerja

Kemudian yang menjadi faktor pendorong berdirinya PII yaitu diakibatkan oleh dualisme sistem pendidikan di kalangan umat Islam Indonesia yang merupakan warisan

Berdasarkan hasil analisis CRD yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan (transplanting dan non transplanting) terhadap banyaknya jumlah daun

Ekspresi Boolean yang menspesifikan suatu fungsi disajikan dalam dua bentuk yaitu fungsi Boolean yang merupakan jumlah dari hasil kali atau dikenal dengan