• Tidak ada hasil yang ditemukan

TASAWUF DAN HAKIKAT2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TASAWUF DAN HAKIKAT2"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TASAUF DAN HAKIKAT

1. Pengertian"Hakikat" menurut bahasa artinya kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Di kalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya. Karena itu muncul kata- kata 'diri mencari sebenar-benar diri', mencari diri terperi, diri yang diberikan, diri yang sebenarnya diri dan diri terjali. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa dan rahasia. Jika diteruskan pertanyaan akan timbul pertanyaan siapa yang mencari, siapa yang dicari dan bagaimana cara mencarinya. Di sinilah letaknya ketinggian dan kehalusan Ilmu Tasawuf. Yang bermain disini lebih banyak peran rasa. Para sufi yang telah 'arif billah menyebutnya dengan istilah amrun zauqiyyun .

(2)
(3)

memperhatikan tanda-tanda kekuasa Alloh yang berupa makhluq-makhluqNya tersebut bukan sekedar dengan mengunakan penglihatan lahir saja. Tetapi harus pula ditunjang dengan penglihatan mata batin(hati) yang jernih dari berbagai macam dosa. Perhatikan sabda Rosululloh SAW kepada sahabat Abu Dzar: "Wahai Abu Dzar sembahlah Alloh seakan-akan kamu melihatNya. Bila kamu tidak melihat Alloh, maka yakinkan (dalam hatimu) bahwa Alloh melihat kamu". Pembaca, buta mata belum tentu membawa bencana.Tetapi buta hati, sudah pasti akan mendatangkan siksa. Karena apabila manusia sudah menderita penyakit buta hati, selama ia belum mendapatkan cahaya ilahi yang berupa petunjuk-petunjuk kebenaran, maka selama itu pula ia akan tersesat jalanya. Bukan jalan syurga yang ia tempuh,melainkan jalan ke neraka. Hal ini sesuai dengan Firman Alloh dalam Al-Qur'an surat Al-Isro' ayat 72 yang artinya: "Dan barang siapa yang buta (hati) di dunia ini, maka ia buta di akhirat nanti dan bahkan lebih sesat jalannya". Setelah kita mengenal dan mengetahui akan keberadaan Allah, apakah lantas pengenalan dan pengetahuan kita tersebut berhenti sampai di situ saja?.Tentu saja tidak. Akan tetapi lebih daripada itu, kita sebagai hamba-Nya dan sebagai salah satu makhluq ciptaan-Nya, maka sudah sepatutnya apabila kita senantiasa mengabdikan diri secara bulat dan utuh semata-mata demi mengharapkan keridloan-Nya.

Salah satu tanda bagi orang yang berma'rifat kepada Alloh adalah ia senantiasa bersandar dan berserah diri kepada Alloh semata. Apapun yang telah dan akan terjadi pada dirinya, selalu diterima dengan baik. Apabila ia mendapatkan kenikmatan,ia bersyukur sedang apabila mendapatkan musibah, ia terima cobaan itu dengan sabar.Orang yang demikian ini percaya, bahwa semua itu datangnya dari Alloh untuk kebaikan dirinya.

Sebab tidak ada sesuatupun yang terjadi di dunia ini, kecuali ada manfaat atau hikmah di balik peristiwa tersebut. Selain itu, orang yang berma'rifat kepada Allah tidak pernah menyombongkan diri. Sebagai makhluq yang lemah dan tanpa daya, manusia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas pertolongan dan izin dari Alloh Yang Maha Perkasa. Karena itu ia pun selalu mencari jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya guna mendapatkan pertolongan, perlindungan dan karunia dari-Nya Sedang apapun yang dapat menghalangi jalannya untuk bertaqorrob kepada Alloh SWT ia singkirkan jauh-jauh dari lubuk hatinya, seperti sifat serakah kepada dunia, kikir, sombong, riya', dan berbagai sifat tercela lainnya.

Menurut seorang ahli ma'rifat terkenal Al-Junaid, bahwa seorang belum bisa disebut sebagai ahli ma'rifat sebelum dirinya mempunyai sifat-sifat:

a. Mengenal Allah secara mendalam, hingga seakan-akan dapat berhubungan secara langsung dengan-Nya.

b. Dalam beramal selalu berpedoman kepada petunjuk-petunjuk Rosululloh SAW (Al-Hadits).

c. Berserah diri kepada Allah dalam hal mengendalikan hawa nafsunya.

d. Merasa bahwa dirinya adalah kepunyaan Alloh dan kelak pasti akan kembali kepada-Nya.

Adapun menurut Imam Al-Ghozali sebagaimana yang ditulis dalam kitab Ihya 'Ulumudin, disitu disebutkan bahwa ada empat hal yang harus dikenal dan dipelajari oleh seseorang yang berma'rifat kepada Allah. Keempat hal tersebut adalah:

1. Mengenal siapa dirinya. 2. Mengenal siapa Tuhannya. 3. Mengenal Dunianya. 4. Mengenal Akheratnya.

MA’RIFAT

(4)

Oleh karena itu jika kita bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu ma'rifat, maka akan meraih suatu karomah. Karomah adalah keistimewaan yang tidak dimiliki orang awam. Bentuk karomah tersebut adalah mata hati kita menjadi awas dan indra keenam kita menjadi tajam. Jika indra keenam menjadi tajam, kita akan dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi di balik peristiwa.

Orang yang mata hatinya dan indra keenamnya tajam, maka ia dapat masuk ke dalam hal-hal yang dianggap gaib (tersembunyi). Orang yang arif (memiliki ilmu ma'rifat), suka memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah dengan mata kepalanya, kemudian ia merenungkan dengan mata hatinya.

Orang ma'rifat jika melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu menggunakan muraninya daripada hawa nafsunya. Ia tahu betul, apakah hawa nafsu yang mempengaruhi dirinya atau nuraninya yang berkata. Oleh karena itu, orang yang sudah menduduki tingkat ini, selalu tajam indera keenamnya. Ia tahu sesuatu yang merugikan bagi dirinya meskipun tampak seakan-akan menguntungkan. Ia pun tau apa yang menguntungkan, meskipun seakan-akan tampak seperti merugikan.

Maka, jangan heran, kadang-kadang orang awam memandang sesuatu itu baik dan menguntungkan, namun bagi orang ma'rifat (orang yang tajam indera keenamnya), dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan.

Melihat kebaikan dan keburukan dengan mata kepala saja tidak akan dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sesuatu yang elok dipandang mata kadang-kadang hanyalah tipuan belaka. Sesuatu yang buruk dipandang mata, kadang-kadang tersimpan sesuatu yang menguntungkan. Maka betapa pentingnya jika kita berlatih untuk mempertajam mata hati dan indera keenam.

Buta mata belum tentu membahayakan bagi kehidupan kita. Karena banyak orang yang buta matanya, tetapi masih mampu melakukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya. Bahkan ia mempunyai keistimewaan, yakni lebih awas daripada kita yang memiliki mata normal. Namun jika mata hati telah buta, maka pertanda hancurlah kehidupan kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

Orang yang buta hatinya, seringkali merasa kecewa dalam menghadapi liku-liku kehidupannya, karena ia sering gagal dalam mengambil keputusan. Keputusannya lebih banyak meleset. Sebab, yang digunakan untuk mengambil keputusan lebih didasarkan pada penglihatan mata dan akal yang dipenuhi hawa nafsu. Jadinya, ia kurang cermat dan kurang hati-hati. Ia mudah terkecoh dengan fatamorgana serta khayalan-khayalannya sendiri.

"Dan barang siapa yang buta mata hatinya di dunia ini, maka buta pula di akhirat, jauh tersesat jalannya."

"Sesungguhnya, bukan matanya yang buta, tetapi mata hatinyalah yang buta, yang berada di rongga dadanya."

Oleh karena itu, betapa pentingnya kita mempelajari ilmu ma'rifat. Dengan ilmu ma'rifat, hati dan alam bawah sadar kita terhindar dari 'kebutaan'. Hati kita menjadi jernih sehingga setiap apa yang kita pikirkan dan kita lakukan akan mendatangkan hasil yang menguntungkan.

(5)

Ilmu ma'rifat mengantarkan kita kepada suasana hati ikhlas dalam berbuat apa saja, lebih-lebih beribadah kepada Allah. Ibadahnya dilakukan tanpa pamrih dan tanpa keinginan dipuji orang lain.

Orang-orang ma'rifat menganggap jika perbuatan dilakukan tidak dengan ikhlas, tetapi dengan pamrih, maka akan mengotori jiwanya. Jika jiwa kotor, hati akan berdebu. Bila hati berdebu berarti mata batin dan indera keenam telah buta.

Golongan orang-orang ini selalu menjaga hatinya dan alam bawah sadarnya agar tidak tercemar oleh debu-debu yang dapat membutakan. Karena itu, suasana hati orang-orang ma'rifat selalu tenteram karena selalu berprasangka baik kepada siapa pun, tidak membenci, tidak dendam, tidak iri hati, tidak sombong dan tidak riya'.

Sebab, sederetan penyakit semisal sombong, benci, dendam, iri hati dan sebagainya merupakan letupan emosi, bukan nurani yang berbicara, melainkan nafsu keserakahan.

Jika kita telah mendalami ilmu ma'rifat dengan bersungguh-sungguh, maka akan dapat melihat betapa diri kita menjadi orang yang luar biasa. Mungkin kita akan terheran-heran. Karena jika ilmu ma'rifat telah dikuasai, maka seseorang akan dapat mengenal Allah, sehingga antara dirinya dan Allah seakan-akan tidak ada batas/perantara, sehingga seakan-akan mampu berhubungan langsung.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan mencoba menggunakan metode lain, yaitu menggunakan algoritma Naive Bayes untuk

dan/atau satwa dari kategori spesies dilindungi yang dirampas untuk negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembalikan ke habiat alam (in- situ) atau

Terhadap usulan Pemerintah sebanyak 125 DIM yang dinyatakan TETAP, diserahkan ke Tim Sinkronisasi, dengan membuka ruang untuk dibahas di Panitia Kerja apabila dalam pembahasan

Bahan-bahan yang digunakan yaitu kista Artemia yang diperoleh dari produksi tambak di desa Surodadi Jepara, air tawar sebagai pelarut dalam pembuatan pakan silase

Jual beli ‚Mahar‛ benda pusaka merupakan sesuatu yang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual, bisa berupa uang, amalan-amalan khusus, atau sesuai kehendak si penjual

Nilai hue cukup merata di bagian tengahnya (lingkaran dalam) namun semakin berkurang di tepinya (tepi kanan dan kiri), yang menunjukkan semakin jauh dari tepi

Serta pencatatan penjualan atas produk jadi serta produk berdasarkan pesanan dengan jelas sehingga dapat diketahui kecocokan antara barang yang dijual dengan uang yang didapat,