• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI PEMBICARAAN TINGKAT-I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 23 NOVEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI PEMBICARAAN TINGKAT-I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 23 NOVEMBER"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN SINGKAT

RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI PEMBICARAAN TINGKAT-I

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 23 NOVEMBER 2011

Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : II

Rapat Ke : -

Sifat : Terbuka Jenis Rapat : Rapat Kerja

Dengan : Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Hukum dan HAM Hari/Tanggal : Rabu, 23 November 2011

Pukul : 09.00 WIB- Selesai

Tempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI (Gd. Nusantara/KK.III) Ketua Rapat : Dr. H. Chairuman Harahap, SH.,MH/ Ketua Komisi II DPR RI Sekretaris Rapat : Arini Wijayanti, SH.,MH./Kabag Set Komisi II DPR RI

Acara : Pembahasan DIM RUU tentang Aparatur Sipil Negara dan Pembentukan Panitia Kerja

Kehadiran : 33 dari 48 Anggota Komisi II DPR RI 15 orang izin

HADIR :

Dr. H. Chairuman Harahap, SH, MH. Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA. Ganjar Pranowo

Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si Drs. Ramadhan Pohan, MIS H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH Ir. Nanang Samodra, KA. M.Sc Rusminiati, SH

Dra. Gray Koesmoertiyah, M.Pd Paula Sinjal, SH., M.Si

Nurul Arifin, S.IP., M.Si Drs. Taufiq Hidayat, M.Si

Hj. Nurokhmah Ahmad Hidayat Mus Dr. Hj. Mariani Akib Baramuli, MM Drs. H. Murad U Nasir M. Si

Agustina Basik Basik, S.Sos.,MM.,MPD Arif Wibowo

H. Rahadi Zakaria, S.IP. MH Dra. Eddy Mihati, M.Si Zainun Ahmadi

Hermanto, SE., MM. H.M. Gamari Sutrisno Kh. Aus Hidayat Nur Agus Purnomo, S.IP Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si Drs. H. Fauzan Syai e Drs. H. Akhmad Muqowam Drs. H. Nu man Abdul Hakim Dr. AW. Thalib, M.Si

Dra. Hj. Ida Fauziyah

Drs. H. Harun Al Rasyid, M.Si Hj. Mestariany Habie, SH Drs. Akbar Faizal, M.Si IZIN :

Drs. H. Djufri

Drs. Abdul Gafar Patappe Ignatius Moelyono

Khatibul Umam Wiranu, M. Hum Gede Pasek Suardika, SH., MH Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM

Drs. Agun Gunanjar Sudarsa, BC IP,M.Si Soewarno

Budiman Sudjatmiko, MSc., M.Phil Dr. Yasonna H Laoly, SH.,MH. Alexander Litaay

H. Rahman Amin H. Yan Herizal, SE

Abdul Malik Haramain, M.Si Miryam S Haryani, SE.,M.Si

TERBATAS (Untuk kalangan Sendiri)

(2)

I. PENDAHULUAN

Rapat Kerja Komisi II DPR RI dalam Rangka Pembicaraan Tingkat-I Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara, dibuka pukul 10.15 WIB, oleh Dr.H. Chairuman Harahap, SH.,MH/F-PG.

II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN

Pengantar Pemerintah Atas Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara

Terhadap materi RUU ASN, terdapat 14 (empat belas) substansi pokok. Pemerintah sependapat dengan beberapa pandangan diantaranya sebagai berikut:

1. Judul RUU

Pemerintah sependapat dengan judul RUU tentang Aparatur Sipil Negara, hal ini akan mendorong budaya kerja dan cetak pikir baru bagi Aparatur Sipil Negara.

2. Landasan Teoritik

Terhadap konsep manajemen strategis sumber daya manusia, Pemerintah sependapat bahwa pengembangan potensi human capital bukan pendekatan administrasi kepegawaian.

3. Jenis Pegawai Aparatur Sipil Negara

Terdiri atas:

Pegawai Negeri Sipil,

Pegawai tidak tetap pemerintah.

Pemerintah sependapat dengan tambahan perlu penjelasan rumusan tugas masing-masing.

4. Jabatan Aparatur Sipil Negara

Terdiri atas :

Jabatan Eksekutif Senior, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional.

Pemerintah sependapat atas pembagian jabatan tersebut dengan tambahan bahwa jabatan Eksekutif Senior pada instansi pusat setingkat Eselon I dan II/a pada Provinsi Eselon I/b dan II/a, pada Kabupaten Eselon II/a.

5. Pengisian Jabatan Eksekutif Senior

Pemerintah berpendapat bahwa penyeleksian Jabatan Eksekutif Senior di Instansi Pusat dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara secara terbuka dan bersifat nasional. Untuk Jabatan Eksekutif Senior di Provinsi dan Kabupaten Kota diusulkan Tim Pemerintah (Menpan & RB, Mendagri, Menteri Pengusul dan BKN)

6. Pengadaan Calon Pegawai ASN

Bahwa pengadaan pegawai ASN untuk mengisi lowongan jabatan berdasarkan perbandingan objektif kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan dengan kompetensi yang dimiliki calon. Seleksi dilaksanakan oleh Instansi Pusat dan daerah masing-masing dengan biaya/anggaran dibebankan pada APBN.

(3)

7. A-Politisasi Pegawai ASN

Larangan bagi pegawai menjadi pengurus dan menjadi Anggota partai politik,

Prinsip merit dalam penerimaan penetapan pengangkatan dan promosi pegawai.

8. Pejabat yang berwenang

Pemerintah sependapat dengan penambahan pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan dan memberhentikan Pegawai ASN adalah Presiden yang dapat mendelegasikan sebagian kepada pejabat karir tertinggi pada instansi pusat dan daerah.

9. Fungsi PNS sebagai perekat NKRI

Pemerintah sependapat dengan pengaturan sistem mutasi antar daerah dan antar sektor dalam rangka mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara sebagai perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun perlu dibahas sistem mutasi tersebut serta diberlakukan kepada kelompok Aparatur Sipil Negara yang mana.

10. Pengisian Dalam Jabatan

a. secara kompetitif terbuka terbuka atau semi terbuka.

b. asas perbandingan relatif antara antara kompetensi yang diperlukan pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki calon.

c. penilaian melalui Assement Center.

Pemerintah sependapat dengan tambahan substansi. Pengangkatan jabatan secara terbuka melalui penilaian kompetisi teknis, kompetisi berlaku dan kepemimpinan serta catatan kinerja calon atau rekam jejak.

11. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)

Pemerintah berpendapat bahwa kewenangan KASN tidak menetapkan kebijakan pembinaan profesi Aparatur Sipil Negara, melainkan melaksanakan kebijakan, sedangkan perumusan dan penetapan kebijakan menjadi kewenangan Pemerintah.

12. Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara

Pemerintah berpendapat, banding administrasi yang diajukan kepada Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara dihapus, penyelesaian sengketa kepegawaian dilakukan melalui Lembaga Peradilan.

13. Sanksi Pidana

Pemerintah sependapat terhadap sanksi pidana dan/atau denda tanpa mengesampingkan sanksi administrasi melakukan pelanggaran terhadap seleksi penerimaan dan menjanjikan sesuatu.

14. Aturan peralihan

Pemerintah berpendapat perlu ditambahkan bab tentang aturan peralihan untuk mengatur bagaimana status peraturan perundangan lain yang terkait dengan ditetapkannya Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.

(4)

III. KESIMPULAN/PENUTUP

Setelah Pimpinan Komisi II DPR RI menyampaikan pengantar rapat dan Pemerintah memberikan penjelasan terhadap isu-isu atau permasalahan DIM RUU tentang Aparatur Sipil Negara serta anggota Komisi II DPR RI memberikan pandangan/pendapatnya terhadap DIM RUU tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari usulan DIM Pemerintah terhadap RUU Aparatur Sipil Negara yang disampaikan kepada Komisi II DPR RI berjumlah 383 DIM, dengan rincian :

Terhadap usulan Pemerintah sebanyak 125 DIMyang dinyatakan TETAP, diserahkan ke Tim Sinkronisasi, dengan membuka ruang untuk dibahas di Panitia Kerja apabila dalam pembahasan disepakati perlu adanya perubahan-perubahan atau ada substansi yang terkait.

Terhadap Usulan Pemerintah sebanyak 176 DIM yang merupakan Perubahan Redaksi , disepakati ke diserahkan ke Tim Perumus atau

Tim Sinkronisasi, dengan membuka ruang untuk dibahas di Panitia Kerja apabila dalam pembahasan disepakati perlu adanya

perubahan-perubahan atau ada substansi yang terkait.

Terhadap Usulan Pemerintah sebanyak 82 DIM, yang merupakan Perubahan Substansi, Usulan Dihapus, atau Usulan Penambahan Substansi, BAB, Pasal dan/atau Ayat Baru , disepakati diserahkan ke Panitia Kerja.

2. Terhadap keseluruhan materi DIM akan bahas di dalam Panitia Kerja, supaya lebih leluasa dan memudahkan dalam melakukan penyisirannya, dengan pokok-pokok pikiran berupa isu-isu pokok yang sudah sependapat, dengan memadukannya dan kemudian mem-breakdown-nya di dalam pasal-pasal. Terhadap substansi penambahan lainnya yang disampaikan pemerintah dalam rangka penyempurnaan dari berbagai pokok-pokok pikiran yang sudah ada untuk bisa kita lebih jabarkan, supaya berbagai implikasi-implikasi dari berbagai pasal-pasal tentu harus ada pengaturan-pengaturan lebih jauh. 3. Disepakati pembentukan Panitia Kerja (PANJA) RUU tentang tentang

Aparatur Sipil Negara sebanyak 25 (dua puluh lima) orang, dengan kompisisi keanggotaan sebagai berikut:

Pimpinan : 4 orang F-PD : 6 orang F-PG : 4 orang F-PDI Perjuangan : 3 orang F-PKS : 3 orang F-PAN : 1 orang F-PPP : 1 orang F-PKB : 1 orang F-Gerindra : 1 orang F-Hanura : 1 orang

(5)

4. Terhadap Pembahasan Rapat Panja RUU tentang Aparatur Sipil Negara akan disesuaikan dengan Jadwal Rapat-Rapat dan agenda Komisi II DPR RI serta akan diberitahukan secepatnya pada kesempatan pertama Rapat Panitia Kerja RUU Aparatur Sipil Negara Komisi II DPR RI dengan Pejabat Eselon I Kementerian PAN & RB, Kementerian Hukum dan HAM, dan Kementerian Dalam Negeri.

Rapat ditutup pukul 11.10 WIB.

JAKARTA, 23 NOVEMBER 2011 PIMPINAN KOMISI II DPR RI

KETUA,

Dr. H. CHAIRUMAN HARAHAP,SH.,MH A-178

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH (WAMEN KEMENPAN RB RI): Terima kasih Pak Pimpinan. Jadi memang Jabatan Eksekutif Senior ini di beberapa negara dibentuk dengan satu tujuan, ada perlakuan yang berbeda,

Terima kasih. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Setelah kita mendengar 3 masukan paling tidak ya Pak ya Pak Ketua, satu dari Kementerian Dalam Negeri, lalu yang

Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penunjukan Bendahara Pengeluaran, Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar, Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah,

Penelitian ini mengkaji tentang sinkronisasi status Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dalam perspektif UU No.5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,

Dalam kesempatan ini ingin kami sampaikan bahwa pemerintah bertekad untuk menterjemahkan dan melaksanakan secara kon- sekuen hal-hal yang diamanatkan dalam RUU ini dan akan

RI.. Adanya Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban merupakan suatu keharusan yang wajib dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah. Hal ini disebabkan karena

Saudara-saudara kita kembali, ini sudah terlambat hampir setengah jam, Kita mulai dengan DIM 214. AKHMAD MUQOWAM) Interupsi Pimpinan !. Te'.-ima kasih atas waktu

Kemudian pada angka 17 juga disebutkan bahwa tanah Pakualaman (Pakualamanaat Grond) adalah tanah yang selama ini diakui oleh masyarakat DIY sebagai milik Pakualaman