• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA KAMIS, 16 FEBRUARI 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA KAMIS, 16 FEBRUARI 2012"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

APARATUR SIPIL NEGARA KAMIS, 16 FEBRUARI 2012 Tahun Sidang : 2011 – 2012

Masa Persidangan : III

Jenis Rapat : Rapat Panitia Kerja (PANJA)

Rapat Ke : --

Sifat Rapat : Terbuka

Dengan : Sekretaris Kementerian PAN dan RB, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri (diwakili) dan Dirjen Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan HAM (diwakili)

Hari / Tanggal : Kamis, 16 Februari 2012 Pukul : 19.00 WIB – Selesai

Tempat Rapat : Wisma DPR RI, Griya Sabha Kopo-Bogor

Ketua Rapat : Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA / Ketua Panja RUU ASN Sekretaris Rapat : Arini Wijayanti, SH.,MH/Kabag.Set Komisi II DPR RI Acara : Lanjutan Pembahasan rumusan substansi Panja RUU ASN Anggota : 15 dari 24 orang Anggota Panja Komisi II DPR RI

9 orang Ijin Nama Anggota :

Pimpinan Komisi II DPR RI : 1. Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA

Fraksi Partai Demokrat : Fraksi Persatuan Pembangunan : 2. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH

3. Ignatius Moelyono

4. Ir. Nanang Samodra, KA, M.Sc

13. Drs. H. Akhmad Muqowam

Fraksi Partai Golkar : Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : 5. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM

6. Dr. Ir. Markus Nari, M.Si 7. Drs. Murad Nasir, MSi

--

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : Fraksi Partai Gerindra: 8. Dra. Eddy Mihati, M.Si

9. Zainun Ahmadi 14. Hj. Mestariany Habie, SH

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera: Fraksi Partai Hanura: 10. KH. Aus Hidayat Nur

11. H.M. Gamari Sutrisno 15 . Miryam Haryani, SE, M.Si Fraksi Partai Amanat Nasional:

(2)

Anggota yang berhalangan hadir (Izin) : 1. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc. IP, M.Si 2. Ganjar Pranowo

3. Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si 4. Drs. H. Abdul Gaffar Pattape 5. Paula Sinjal, SH, M.Si

6. Agustina Basik-Basik. S.Sos.,MM.,M.Pd 7. H. Rahadi Zakaria, S.Ip, MH

8. Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M.Phil 9. Abdul Malik Haramain, M.Si JALANNYA RAPAT:

KETUA RAPAT / KETUA PANJA (DRS. H. TAUFIQ EFFENDI, MBA/F-PD): Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Yang terhormat saudara Wakil Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Yang terhormat saudara Sekretaris Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi.

Yang terhormat saudara Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM atau yang mewakili.

Yang terhormat saudara Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri atau yang mewakili.

Yang terhormat saudara-saudara sekalian Anggota Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara Komisi II DPR RI.

Saudara, saudara,

Kita ini berpacu dengan waktu, berpacu dengan situasi dan kita harus menyelesaikan ini sebaik-baiknya. Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur kekhadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas berkenannya jualah kita dapat menghadiri Rapat Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara dalam rangka melaksanakan tugas konstitusional di bidang legislasi untuk pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara pada hari ini dalam keadaan sehat walafiat.

Sesuai dengan laporan sekretariat, Rapat Panitia Kerja hari ini daftar hadir ditandatangani oleh 9, ijin 2, jadi jumlah 13, dengan demikian sudah memenuhi kourum fraksi ada 6 dari 9 fraksi, oleh karena itu telah terpenuhi dan sesuai dengan ketentuan Pasal 245 ayat (1) Peraturan Tata Tertib DPR RI maka perkenankanlah kami membuka Rapat Panitia Kerja ini dan Rapat Panitia Kerja ini dinyatakan terbuka untuk umum.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Selanjutnya kami menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas kesediaannya memenuhi undangan dalam Rapat Panitia Kerja hari ini, demikian juga kepada Pimpinan dan Anggota Panitia Kerja Komisi II DPR RI. Kami mau menawarkan sekaligus meminta persetujuan mengenai acara rapat pada hari ini adalah membahas lanjutan materi Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara. Setuju?

(RAPAT : SETUJU) Kita akhiri jam berapa nanti?

(3)

Jam menurut Tata Tertib DPR RI jam 21.30 bisa diperpanjang. Perlu kami sampaikan bahwa pada rapat Panitia Kerja hari ini adalah lanjutan rapat yang sebelumnya telah dilakukan pada tanggal14 Februari 2012 yang dilaksanakan di ruang rapat Komisi II DPR RI, adapun substansi yang dibahas yakni:

Satu, terhadap cluster pensiun disepakati akan mempergunakan sistem fully funded

system, dalam pembiayaan pensiun dan pembayaran pensiun adalah merupakan hak bagi setiap

Pegawai Negeri Sipil, ini yang mendasar satu. Satu hal yang mendasar yang telah kita sepakati bahwa pensiun adalah merupakan hak dan kita laksanakan fully funded system.

Yang kedua, meminta kepada pemerintah untuk merumuskan hak pensiun bagi janda duda Pegawai Negeri Sipil dan hak pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah meninggal sebelum memasuki batas usia pensiun. Itu yang kedua. Kita telah sepakati kita dalam undang-undang ini membuat cantolannya, garis-garis besar untuk ke depan tapi sudah ada dasar-dasar.

Ketiga, terkait dengan hak pensiun yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil disepakati untuk memberikan perbedaan perlakuan hak yang diberikan antara Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat, dan Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan tidak hormat. Catatan, bagi Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan tidak hormat, hanya dibayarkan hak sesuai dengan iuran pensiun yang telah disetorkannya selama Pegawai Negeri Sipil. Ini pendapat sementara seperti itu. Nanti akan saya kembalikan kepada pemerintah. Ini yang telah disepakati pada rapat kemarin.

Terkait dengan usia pensiun jabatan administrasi disepakati 58 tahun dan untuk usia pensiun jabatan fungsional dan jabatan eksekutif senior lebih lanjut akan dibahas pada rapat Panitia Kerja hari ini.

Kelima, disepakati bahwa pejabat yang termasuk jabatan eksekutif senior adalah kemarin Pak adalah pejabat struktural.

Ini adalah hal-hal yang kemarin disepakati. Selanjutnya setelah selesai ini, hari ini kita ingin memasuki pembahasan cluster yang belum dilakukan pembahasan ada tiga, yaitu cluster sistem informasi Aparatur Sipil Negara, dua penyelesaian sengketa Aparatur Sipil Negara dan organisasi Aparatur Sipil Negara. Apakah dapat disetujui?

(RAPAT : SETUJU) F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO) :

Pak Ketua,

Saya setuju dengan catatan bahwa yang masih memerlukan pembahasan kita lihat kembali. Yang tadi disampaikan kami setuju, tapi jangan terbatas hanya itu, karena masih ada

cluster yang lain yang belum tuntas.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Jadi sekarang untuk itu kami minta kembali kepada pemerintah untuk menjelaskan hal-hal yang kemarin yang telah ditugaskan oleh Panitia Kerja.

(4)

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Terima kasih Pimpinan Sidang.

Yang terhormat Pimpinan Sidang beserta Anggota Panitia Kerja Komisi II DPR RI. Yang terhormat Bapak Wamen Bapak Eko Prasojo.

Rekan-rekan dari unsur pemerintah yang lain.

Dari Keuangan, Taspen, BKN, LAN, Kementerian Dalam Negeri. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua. Selamat malam.

Pertama, kami menyampaikan persetujuan mengenai agenda-agenda yang tadi sudah disampaikan oleh Pimpinan dan pada kesempatan ini kami akan memberikan penjelasan sekaligus penegasan terhadap beberapa substansi yang tadi sudah disampaikan, ini yang sebenarnya pada waktu rapat Panitia Kerja yang lalu, beberapa hal ini sudah ada titik temu. Cuma barangkali malam ini perlu disampaikan dan perlu ada ketegasan.

Pertama yang menyangkut masalah pensiun. Memang di dalam rumusan pasal Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara memang tidak secara tegas akan menyebut

fully funded karena kita paham betul bahwa undang-undang ini adalah Undang-Undang tentang

Aparatur Sipil Negara. Sehingga rumusan dengan fully funded menurut pendapat pemerintah tentunya tidak akan secara tersirat di dalam undang-undang ini dan itu nanti akan diatur di dalam undang-undang tersendiri.

Namun demikian rumusan yang ada di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara itu memberikan peluang untuk bisa diimplementasikan sistem fully funded di dalam penyelenggaraan pensiun. Oleh karena itu, pemerintah mengusulkan rumusan redaksinya yang nanti akan dituangkan di dalam undang-undang ini adalah ini tercermin di dalam Pasal 90 Pak. Dimana di dalam Pasal 90 rumusan yang diajukan adalah pensiun Pegawai Negeri Sipil dan pensiun ahli waris Pegawai Negeri Sipil diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua dan sebagai penghargaan atas kinerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil. Ini rumusannya adalah demikian.

Dan kemudian di dalam Pasal 91, dirumuskan ayat (1)-nya “Pegawai Negeri Sipil yang

diberhentikan dengan hormat berhak menerima pensiun”. Ayat (2) “Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan tidak dengan hormat berhak menerima akumulasi iuran pensiun beserta hasil pengembangannya tanpa disertai kontribusi iuran pemerintah”. Ayat (3) “Iuran pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembalikan kepada negara” atau pemerintah nanti kita

anulah. Ayat (4) “Tata cara pengembalian iuran pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diatur dengan peraturan pemerintah”.

Bapak Pimpinan Panitia Kerja yang kami hormati,

Khusus mengenai masalah pensiun ini, baru saja kami menerima masukan dari Kementerian Keuangan dan barangkali perlu juga untuk lebih memperkaya pembahasan kita, kami mohon ijin juga untuk menyampaikan masukan dari Kementerian Keuangan, dimana di dalam Pasal 90 dari Kementerian Keuangan menyampaikan rumusannya sebagai berikut, tapi di sini belum.

(5)

Ayat (1)-nya dikatakan “Jaminan pensiun dan jaminan hari tua Pegawai Negeri Sipil

diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua dan sebagai penghargaan atas pengabdian Pegawai Negeri Sipil”. Ayat (2) “Jaminan pensiun dan jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua sebagaimana diatur dalam jaminan sosial nasional”.

Kemudian di dalam Pasal 91 Kementerian Keuangan merumuskan mengusulkan ayat (1) berbunyi “Pegawai Negeri Sipil yang berhenti bekarja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan

hari tua yang dibayarkan setelah Pegawai Negeri Sipil mencapai usia tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Demikian usulan dari Kementerian Keuangan yang baru saja kami terima. Demikian yang khusus mengenai pensiun.

KETUA RAPAT:

Sampai sini dulu Pak ya.

Ini bahannya sama kami belum ada ya? Baik, saya kembalikan kepada teman-teman. Silakan Pak Nanang.

F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC): Terima kasih Pimpinan.

Terima kasih teman-teman dari pemerintah.

Telah mulai mengkotak katik atau mengunyah-ngunyah mengenai masalah pensiun ini. Namun khusus untuk apa yang ditayangkan yang terakhir, yang berkaitan dari Pasal 91, di sini kelihatannya kita hanya menyampaikan black box yang nantinya seperti apa. Terlebih lagi kalau misalkan pensiunnya pegawai ini karena ada masalah atau karena meninggal, atau karena hal yang lain, nanti jangan-jangan diaturnya akan merugikan Pegawai Negeri Sipil ini. Sebab kalau mengacu pada ketentuan-ketentuan yang ada, selalu setelah usia pensiun tercapai, baru dibayarkan pensiun.

Nah di dalam Rancangan Undang-Undang ini kita akan lebih maju lagi selangkah di situ karena meskipun belum mencapai usia pensiun, mereka tetap mendapatkan imbalan. Imbalan tadi tidak berupa uang iuran pemerintah, iuran mereka sendiri seperti rapat-rapat kita terdahulu. Jadi saya ingin kira-kira pemerintah bisa menghadirkan teman-teman keuangan yang mengonsep ini untuk memberikan penjelasan lebih lanjut kepada kita, argumentasinya kaya apa, sehingga kita bisa mendiskusikannya dengan teman-teman keuangan.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Oke lanjut. Pak Wahab.

(6)

F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH): Pimpinan,

Saya ini agak ini, saya melihat pensiun ini banyak kaitannya dengan remunerasi. Jadi kalau begini banyak berbelit, ada nanti pensiun yang diberhentikan dengan hormat, tidak hormat, kalau saya mudah saja dicantolkan tapi ini diatur undang-undang tersendiri, supaya lebih komplit dia, karena saya terus terang saya pun ikut bingung, sedangkan di sini nanti bagaimana pegawai PTT, apakah tidak diberikan pensiun, kan belum kita atur ya kan. Tapi ini sekedar saya saran pandangan saya, tapi bagaimana pemerintahlah, saya ikut pemerintah sajalah.

KETUA RAPAT: Silakan Pak Gamari.

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Terima kasih Pak Ketua.

Pemerintah yang saya hormati.

Saya mau merespon langsung saja apa yang disampaikan oleh Pak Sesmen mengenai usul perbaikan Pasal 90. Bisa ditayangkan Pak? Saya baru baca di sini soalnya Pasal 90, “Pensiun

Pegawai Negeri Sipil dan pensiun ahli waris Pegawai Negeri Sipil diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua dan penghargaan atas kinerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil”. Di dalam rapat terdahulu kan, kita sudah sepakat bahwa ya seperti tadi dibacakan

oleh Pak Ketua, kita sudah sepakat bahwa pensiun adalah hak bukan penghargaan, oleh sebab itu saya mau menyederhanakan kalimatnya ini, pada Pasal 90 yang disampaikan oleh pemerintah sebagai penghargaan atas kinerja dan itu menurut hemat saya dihapuskan saja dan sebagai hak atas pengabdian Pegawai Negeri Sipil. Jadi peghargaan dari kinerja ini saya kira kita hapuskan saja, ini saran saya atas usulan pemerintah terhadap Pasal 90.

Sehingga dengan demikian memang konsisten dengan pasal-pasal yang terkait dengan pensiun Pegawai Negeri Sipil itu. Jadi sekali lagi ini adalah masalah yang prinsip menurut saya, karena penghargaan itu beda dari hak, oleh sebab itu pensiun itu adalah hak yang harus diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil dan ahli warisnya.

Yang kemudian saya mau bertanya kepada kita semua di sini Pak. Kalau selama ini kan Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia belum mencapai usia pensiun, kan diberikan hak pensiun juga. Nah di dalam Aparatur Sipil Negara ini sama tidak? Misalnya seorang Pegawai Negeri Sipil yang baru 5 tahun bekerja, kemudian meninggal dunia, di pasal-pasal ini kan kita belum baca ini, apakah kepada Pegawai Negeri Sipil yang seperti itu kemudian diberikan hak pensiun, termasuk ahli warisnya. Dia kan menginjak usia pensiun, tapi selama ini kan tidak, artinya Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia, walaupun dia baru... masa kerja, dia akan punya hak yang sama. Nah ini saya ingin bertanya ke kita semua... diberikan atau tidak itu?

(7)

KETUA RAPAT: Baik,

Saya mohon perhatian sebentar.

Kita sampai kepada dua pendapat, dia penghargaan sudah kita sepakati. Sekarang tiga, kita mensepekati apakah dalam undang-undang ini kita buat secara detil, saya kira kita bahas, ini...-nya akan banyak ketinggalan, apakah seperti tadi disarankan oleh Pak Wahab kalimat ini kemudian selanjutnya akan diatur dengan perundangan, selesai dia, karena undang-undang ini tidak mengatur tentang pensiunan, itu tenggelam di situ. Termasuk remunerasi, nanti kita tenggelam itu. Jadi kalau itu disepakati kita selesai ya.

Pemerintah bagaimana?

Oke sebelum pemerintah silakan Pak Muqowam. F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Ketua, Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Saya... Ketua, prinsip simple, saya berpendapat bahwa pokok normanya harus ada di sini Pak. Tetapi kemudian detilnya nanti berada di dalam Peraturan Pelaksanaan, yang saya kira secara moral malam ini adalah dan malam-malam sebelumnya agar menjiwai peraturan perundang-undangan yang akan dilahirkan dari di bawah undang-undang ini, itu yang pertama.

Lalu yang kedua, sebagaimana keputusan yang lalu, dan tadi Pak Taufiq sudah sampaikan bahwa itu hak. Kita sepakat sudah. Nah kemarin terakhir itu kalau tidak salah adalah pertama bahwa pensiun mendapatkan apa yang menjadi haknya secara keseluruhan itu yang namanya berhenti dengan hormat. Yang tidak dengan hormat adalah dia mendapatkan hak dia tapi... pensiun. Jadi tidak... tetapi begitu dia tidak... maka, secara administratif diselesaikan, ini hak anda, selesai. Gitu Pak Ketua. Nah karena itu kalau ini disepakati maka tinggal membuat kalimat-kalimatnya saja Pak. Jadi prinsip dasarnya seperti itu.

Lalu yang ketiga, Pak Ketua saya mohon maaf sekali lagi saya mohon maaf, rumusan ini soal barangkali ahli bahasa ini Pak, ini ada pensiun Pegawai Negeri Sipil dan pensiun ahli waris Pegawai Negeri Sipil ini menurut saya perlu kita pertanyakan kepada ahli bahasa. Saya kira secara implisit norma ini duplikatif, karena itu mengenai hak waris dan lainnya tidak perlu masuk di sini, tetapi masuk di dalam peraturan pelaksanaannya, biar secara norma ini tidak redanden ini Pak. Saya kira demikian Pak Ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik,

Saya kira sudah mulai mengerucut ini.

Saya kembalikan lagi, jadi kita yang penting dan di dalam undang-undang ini kita hanya membuat prinsip-prinsip dasar norma hukum.

(8)

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Baik, Bapak Pimpinan.

Pertama, kami pemerintah sependapat bahwa di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini adalah hanya mengatur prinsip dasar yang terkait dengan Aparatur Sipil Negara dalam hubungannya dengan masalah pensiun. Di dalam undang-undang ini yang penting sudah ada norma yang menegaskan bahwa seorang Aparatur Sipil Negara, kalau dia nanti sudah memasuki batas usia pensiun, mendapatkan hak memperoleh pensiun Pegawai Negeri Sipil maupun janda duda, itu yang penting di dalam undang-undang ini adalah itu ada cantolan itu. Nanti rumusannya apakah yang seperti ini nanti kita sepakati. Tapi itu dulu ada rumusan itu.

Nah nanti menyangkut Aparatur Sipil Negara yang diberhentikan tidak dengan hormatn dan sebagainya, itu menurut hemat kami itu nanti akan diatur di dalam Undang-Undang No.11 tahun 1969 yang nanti akan direvisi Pak. Nanti diatur di sana saja, tapi di dalam Aparatur Sipil Negara ini yang pengaturan mengenai pegawai Aparatur Sipil Negara yang diberhentikan dengan hormat maupun tidak hormat, itu akan mendapat pensiun bagaimana haknya berapa dan sebagainya, itu nanti diatur kemudian di dalam Undang-Undang tentang Pensiun, yaitu sekarang kan ada Undang-Undang tentang Pensiun Undang-Undang No.11 tahun 1969. Nanti diatur lebih detil di situ Pak. Termasuk pegawai yang belum masuk masa usia pensiun, itu akan mendapat hak-haknya, itu diatur di dalam Undang-Undang Pensiun.

Jadi kesimpulannya menurut hemat kami pemerintah, di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini cukup hanya mengatur satu prinsip bahwa seorang Aparatur Sipil Negara yang sudah memasuki batas usia pensiun berhak memperoleh pensiun sebagai bentuk perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua maupun sebagai hak atas pengabdian Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Itu saja cukup Pak.

Terima kasih.

Namun demikian Bapak Pimpinan karena kami juga di sini ada unsur Taspen dan juga Keuangan, mohon diberikan kesempatan untuk beliau-beliau menyampaikan pendapatnya.

Terima kasih.

Silakan dari Kementerian Keuangan. KETUA RAPAT:

Ini kita tuntaskan hari ini ya kita tuntaskan ya. PEMERINTAH (KEMENTERIAN KEUANGAN RI): Terima kasih atas kesempatannya.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.

Yang terhormat Pak Ketua Komisi II. Bapak Ibu Anggota Dewan Komisi II.

Bapak Ibu pejabat yang mewakili pemerintah.

Terkait dengan rumusan pensiun pada Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini, saya kira memang kita tidak perlu mengatur secara detil, cukup diatur cantolan dan prinsip-prinsipnya saja, karena sudah ada Undang-Undang No.11 tahun 1969 yang juga sekarang sudah masuk dalam Prolegnas yang akan direvisi, itu lebih tepat di sana, karena kalau kita mengatur terlalu detil, juga nanti menjadi Undang-Undang Aparatur Sipil Negara menjadi terlalu banyak yang diatur di sana.

(9)

Untuk Pasal 90 yang tadi diusulkan oleh Bapak Sekretaris Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, saya kira kalau memang disepakati cukup tadi filosofinya saja, karena toh di pasal sebelumnya sudah disebutkan hak-hak bagi Pegawai Negeri Sipil antara lain adalah menerima pensiun. Jadi di depan di pasal sebelumnya sudah ada pengaturan mengenai hak untuk mendapatkan pensiun.

Kalau ingin ditambahkan juga di Pasal 90 ini, aturannya adalah sebatas filosofi saja bahwa dan juga menyambungkan dengan Undang-Undang SJSN yang memang sekarang sudah ada. Kami sudah mengusulkan di Pasal 90 dalam konsep kami, mungkin bisa dibuka yang konsep Kementerian Keuangan, ya ini kenapa kami sebutka ada dua jaminan pensiun dan jaminan hari tua, karena saat ini kita sudah mendapatkan itu, kalau hanya kita mengatur pensiun, berarti yang jaminan hari tua nanti akan hilang di sana, jadi kami munculkan di sini, dan jaminan hari tuapun juga sudah diatur di dalam Undang-Undang SJSN, salah satu kita memang akan mendapatkan jaminan hari tua.

Jadi saya kira Pasal 90 ayat (1) dan ayat (2) yang kita rumuskan ini sudah cukup untuk mewakili prinsip-prinsip yang akan diatur di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Jadi ayat (1)-nya adalah jaminan pensiun dan jaminan hari tua Pegawai Negeri Sipil diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua dan sebagai penghargaan atas pengabdian Pegawai Negeri Sipil.

Kata-kata penghargaan atas pengabdian Pegawai Negeri Sipil saya kira masih juga layak kita pasang di sini Bapak, karena penghargaan ini juga toh pemberian remunerasi juga sebenarnya ada penghargaan negara kepada karyawan, karena dia sudah bekerja kepada negara, itu termasuk juga jaminan pensiun dan jaminan hari tua saya kira juga adalah sebagai penghargaan negara kepada Pegawai Negeri Sipil yang sudah mengabdi kepada negara. Jadi saya kira masih bisa kita pasang kata-kata sebagai penghargaan atas pengabdian Pegawai Negeri Sipil, dan ini juga sudah diatur di dalam undang-undang No.11 tahun 1969.

Kemudian ayat (2), kita pasang di sini karena. F-PG (Ir. MARKUS NARI, M.Si):

Interupsi Pimpinan.

Jadi kita sudah sepakat pensiun itu adalah hak daripada Pegawai Negeri Sipil itu. Jadi tidak usah lagi ditambahkan segala macam gitu loh, ini menambah panjang masalah lagi. Kalau penghargaan itu saya kira ini hak daripada Pegawai Negeri Sipil yang diberikan pensiun gitu. Jadi kalau kita berikan penghargaan lagi ya penghargaan itu, ini kan pensiun ini yang diharapkan adalah materi langsung.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Silakan lanjut saja.

PEMERINTAH (KEMENTERIAN KEUANGAN RI): Terima kasih Bapak.

Saya kira tidak ada masalah Bapak kami, itu hanya masalah kata-kata saja. Ya nanti saya kira bisa kita bahas kalimat yang pastinya.

(10)

Kemudian untuk ayat (2) kita perlu mencantumkan ini untuk menginformasikan bahwa jaminan pensiun yang kita terima ini adalah termasuk yang akan kita terima mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang akan diberlakukan di dalam jaminan sosial nasional. Jadi point 1 dan 2 ini adalah artiannya bahwa di dalam jaminan Undang-Undang SJSN kita akan merima pada batas manfaat dasar. Di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini artinya secara emplisit kita akan mendapatkan on top dari pada jaminan yang diatur dalam Undang-Undang SJSN.

Itu Bapak Pasal 90 menurut hemat kami bisa cukup mewakili untuk aturan pensiun yang akan diatur dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih.

Untuk satu putaran saya akan berikan kesempatan, tapi kita tentu, tadi kita sudah sepakati bahwa kita akan cantumkan hak itu, nanti kita tinggal menyusun pengkalimatannya sebaiknya bagaimana.

Saya berikan satu putaran terakhir Pak ya. Silakan Pak Gamari.

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):

Saya kira Pak Ketua, Bapak Ibu, ini rumusan yang secara prinsip sebetulnya sudah bisa menampung roh pasal pensiun ini. Kalau bisa langsung secara redaksional, saya ingin menyampaikan usulan bahwa setelah hari tua koma dan itu hilang kemudian sebagai hak dan penghargaan. Jadi hak tidak bisa dihapus dari masalah pensiun ini, tetapi ditambahkan menjadi hak dan penghargaan atas pengabdian Pegawai Negeri Sipil. Penghargaan saya bisa memahami penjelasan Ibu tadi, karena ada remunerasi dan sebagainya, tetapi kata hak saya kira tidak bisa dihilangkan dari haknya Pegawai Negeri Sipil untuk memperoleh pensiun. Itu saja komentar saya Pak, apa yang disampaikan ini Ibu dari Kementerian Keuangan ini sudah mencakup Pasal 90 ya, agar redaksional dan kemudian penambahan kata hak, itu saja Pak Ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Nanti kalimatnya akan kita susun sebaik-baiknya, yang penting prinsip dasarnya kita setujui ya? Setuju?

F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH): Ada aturannya tersendiri PTT?

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Ya saya kira secara substansi Pak Ketua, yang draf tadi saya kira sudah tidak redanden, sebab itu ada pensiunan janda, duda, Pegawai Negeri Sipil itu apalagi kemudian ada lagi ahli waris. Tidak ada ya? Oke ya hak soal kalimat nanti berikan kepada Pak Wahab dan kawan-kawan nanti.

(11)

KETUA RAPAT: Oke ya?

Jadi ini sudah selesai? Oke? Setuju? Ya yang 90 tadi?

Ya oke? 90 oke kan? F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): ....(tidak menggunakan mic) KETUA RAPAT:

Tadi saya sampaikan ini prinsip dasarnya kita terima itu yang penting, nanti susunannya kita susun dengan baik. Nah baik, jadi prinsip dasarnya kita terima, setuju?

(RAPAT : SETUJU)

Kalimatnya nanti, ini yang penting dulu kita selesaikan dulu, ini dengan demikian pensiun ini sudah selesai oke.

Baik saudara-saudara sekalian, saya kira kita terima kasih dari Keuangan, dengan demikian kita sudah sepakat prinsip dasarnya, dan kita juga sudah sepakat bahwa di dalam Aparatur Sipil Negara ini masalah pensiun itu pencantolan daripada aturan yang akan kita jabarkan kemudian.

Baik, saudara-saudara sekalian,

Sekarang kita ada tiga hal yang mendesak sekarang, yang belum pernah dibahas. Pertama adalah sistem informasi, kedua tentang penyelesaian sengketa pegawai Aparatur Sipil Negara, dan ketiga tentang keluarga besar Aparatur Sipil Negara.

Saya persilakan pemerintah.

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Pimpinan,

Kalau tidak salah tadi setelah pensiun, kita akan bicara BUP yang administrasi yang itu Pak. Jadi yang tadi masalah sistem informasi tadi yang telah.

KETUA RAPAT:

(12)

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Baik, terima kasih Pimpinan.

Terkait dengan batas usia pensiun, dari pembahasan yang lalu, nampaknya kalau untuk BUP (Batas Usia Pensiun) bagi pegawai Aparatur Sipil Negara yang kelompok administrasi 58 ini sudah clear Pak ya, sudah klop. Kemudian untuk kelompok fungsional dan Jabatan Eksekutif Senior ini yang masih perlu kita bahas, walaupun pemikiran-pemikiran dari kedua jabatan ini, terutama yang Jabatan Eksekutif Senior ini sudah banyak yang memberikan alternatif-alternatif, tapi belum diputus. Misalnya untuk Jabatan Eksekutif Senior itu adalah untuk kelompok jabatan eksekutif ini adalah yang struktural. Pertanyaannya adalah apakah struktural eselon I yang sekarang berlaku saat ini? Atau sampai dengan struktural eselon II?

Eselon II itu sekarang ada di pusat dan di daerah. Ada pemikiran yang di daerah itu dibatasi hanya untuk Sekda, baik Sekda Provinsi maupun Sekda Kabupaten. Yang di SKPD itu tidak termasuk kelompok Jabatan Eksekutif Senior, seperti kepala-kepala dinas SKPD. Jadi Jabatan Eksekutif Senior yang di daerah adalah Sekda dan Sekda Provinsi dan Sekda Kabupaten. Sedangkan untuk di pusat itu adalah eselon I saja.

Mohon masukan juga dari Anggota Dewan mengenai BUP terhadap Jabatan Eksekutif Senior ini Pak, tapi dari pemerintah sementara itu.

Kemudian untuk jabatan fungsional, nanti kami akan paparkan ini kondisi existing sekarang Pak, sebab BUP untuk fungsional sekarang sangat variatif. Nah untuk itu sebagai bahan referensi mohon berkenan untuk ditayangkan untuk menjadi bahan pertimbangan di dalam merumuskan mana yang terbaik untuk kelompok fungsional ini.

Kemudian juga, di dalam wacana juga dulu di kelompok fungsional ini juga ada Jabatan Eksekutif Senior yaitu yang analis atau kelompok jabatan fungsional yang level utama itu. Ada pemikiran itu juga. Tapi juga ada yang mengatakan untuk fungsional tidak usah kelompok masuk Jabatan Eksekutif Senior, Jabatan Eksekutif Senior itu hanya yang struktural saja. Ini pembicaraannya, pembahasannya memang belum sepakat bulat mengenai hal ini.

Baik, Bapak Ibu sekalian,

Inilah kondisi existing pengaturan masalah jabatan fungsional, terutama yang terkait dengan batas usia pensiun.

Pertama adalah dosen batas usia pensiun sekarang adalah 65 tahun itu diatur di dalam PP.32 tahun 1979 dan Undang-Undang No.14 tahun 2005. Kemudian khusus untuk Guru Besar itu dapat diperpanjang menjadi 70 tahun. Jadi ini Pak Eko ini sudah kontrak dengan negara 10 tahun Pak. Untuk Rektor sampai dengan Rektor Kepala 65 tahun dan asisten ahli 60 tahun.

Selanjutnya dokter pendidik klinis ini dapat diperpanjang sampai dengan 65 tahun, pengawas radiasi dapat diperpanjang juga 65 tahun, dan seterusnya sampai widyaiswara. Jaksa itu 62 tahun. Kemudian agen dapat diperpanjang 60 tahun, apoteker 60 tahun, dan seterusnya medik preteneur itu juga 60 tahun. Kemudian guru itu juga sesuai dengan Undang-Undang No.14 tahun 2005 BUP-nya adalah 60 tahun, pengawas sekolah 60 tahun dan seterusnya sampai halaman jabatan hakim. Hakim itu 58 tahun. Kemudian hakim pada Mahkamah Pelayaran itu 58 tahun. Hakim pada Peradilan Negeri itu 65 tahun. Hakim pada Pengadilan Agama tingkat banding itu 67 tahun dan Hakin Agung 70 tahun.

Demikian Bapak Ibu sekalian pengaturan BUP yang berlaku pada saat sekarang. Nah apakah di dalam fungsional di sini apakah mau berlaku sesuai dengan ketentuan yang akan mengatur sampai berapa BUP masing-masing jabatan fungsional yang ada, atau cukup diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian Bapak Pimpinan, mohon tanggapan dan masukannya.

(13)

KETUA RAPAT:

Baik, saya berikan satu putaran dulu. Pak Fauzan, baru nanti Pak Gamari. F-PAN (DRS. H. FAUZAN SYAI’E): Baik.

Untuk Jabatan Eksekutif Senior Pak kalau tidak keliru memang sudah Bapak ketok itu Pak ya 60 tahun. Jadi tapi dalam kesimpulan saya melihat belum putus. Saya pikir bahwa untuk Jabatan Eksekutif Senior ini 60 tahun dan jabatan eksekutif kita maksudkan itu adalah eselon II dan eselon I. Jadi bukan khusus pada posisi eselon I. Kalau itu yang dilakukan bahwa ini pada posisinya lebih mundur dari pada posisi undang-undang yang lama yang 43. Kalau yang lama kan 60 tahun apa 56 tahun, yang eselon II dan eselon I bisa diperpajang selama 2 kali kan begitu. Jadi pada posisi sampai pada posisi 60 tahun. Saya yakin rekan-rekan yang pada posisi eselon II ini tidak setuju, kecuali yang mungkin yang eselon I hal yang demikian. Jadi kita berharap bahwa ini andaikan dia tidak lebih maju pada posisi yang diusulkan oleh Pak Gamari, sekitar antara posisi 62 tahun ini posisinya tetap tapi tidak diperpanjang begitu, itu Ketua.

Mengenai fungsional, ini kita setuju lebih baik tersendiri yang memang standar minimal yang sudah berlaku, berlaku sekarang untuk tidak jadi persoalan di kemudian hari. Saya kira demikian.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Sebentar-sebentar.

Saya segarkan lagi, kalau kita bicara Jabatan Eksekutif Senior, mohon jangan kaitkan dengan eselon. Jabatan Eksekutif Senior is nothing to do with eselon, Jabatan Eksekutif Senior bicara masalah kompetensi. Ini semangatnya berbeda sekali. Kalau kita campur jadi perhatiannya nanti kembali lagi ke Jabatan Eksekutif Senior apakah tidak semua eselon I dia jadi Jabatan Eksekutif Senior. Nah karena itu kita rumuskan dengan sangat hati-hati.

Pilihannya adalah melihat ini begitu variatif, pilihannya adalah untuk fungsional sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku, dia punya undang-undang semua diatur oleh undang-undangnya itu. Sedangkan untuk struktural yaitu Jabatan Eksekutif Senior itu adalah jabatan struktural kita sudah putuskan begitu dan dia sampai 60 tahun. Nah ini kita mesti kembali lagi ke situ supaya kita lurus lagi.

Pak Gamari silakan.

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Terima kasih Ketua.

Bapak Ibu.

Memang ini masalah mendasar yang persepsi kita harus sama, kalau tidak kita memang kacau terus dengan peristilahan Jabatan Eksekutif Senior. Di dalam draft kita memang masih kita campur adukan Jabatan Eksekutif Senior dengan eselon..., sementara Jabatan Eksekutif Senior ini ya tidak merujuk ke sana. Oleh sebab itu, kita memang harus memiliki kesamaan persepsi, sehingga nanti di dalam elaborasi tentang Jabatan Eksekutif Senior ini tidak berbenturan satu dengan yang lain.

(14)

Yang pertama, definisinya dulu. Dari draft yang ada, walaupun pada rapat yang terakhir sudah disetujui, tapi belum kita ubah secara substansi perumusan pasalnya itu ya. Kita lihat misalnya di dalam ketentuan umum ya. Di ketentuan umum itu kita juga perlu menyesuaikan, kemudian juga pasal berikut yang menunjuk pada ketentuan umum. Ketentuan umum yang ada pada Pasal 1 ayat (7) “Jabatan Eksekutif Senior adalah sekelompok jabatan tertinggi pada instansi

pemerintah”. Kita mesti melihat di sini, kalau seperti ini rumusannya jabatan tertinggi, itu artinya di

setiap instansi ada satu, karena yang tertinggi tidak ada yang lebih tinggi lagi. Maka rumusan itu pun harus disempurnakan dalam ketentuan umum ini.

Oleh sebab itu saya ingin mengusulkan sebagai bahan untuk diskusi kita mengenai Jabatan Eksekutif Senior itu, Jabatan Eksekutif Senior adalah kelompok jabatan struktural atau sekelompok jabatan Pimpinan pada instansi pemerintah, karena struktural kalau kita masih menggunakan struktural, nanti confused lagi dengan istilah eselonery. Tapi kalau sekelompok jabatan Pimpinan pada instansi pemerintah kita tidak akan confused dengan jabatan eselon.

Oleh sebab itu saya cenderung untuk mengusulkan dengan kata Pimpinan. Jadi Jabatan Eksekutif Senior adalah kelompok jabatan Pimpinan pada instansi pemerintah. Ini juga sekaligus membatasi agar aturan yang mengatur bahwa jabatan fungsional, seperti analis jabatan yang masih ada di sini masuk ke sana. Kita harus tutup bahwa jabatan di luar Jabatan Eksekutif Senior, tidak bisa dikelompokkan di sana. Jab administratif atau jabatan fungsional juga tidak bisa masuk ke sana gitu. Ini usulan saya Pak.

Yang harus kita pikirkan juga adalah, karena pada kenyataannya di setiap instansi pemerintah baik yang ada di pusat maupun yang ada di daerah, itu apalagi konsep ini dasar pemikirannya kan eselon I, eselon II. Maka menurut hemat saya kalau di jabatan administrasi itu ada tingkatannya. Kita baca di sini misalnya, dalam jabatan fungsional, keahlian sebagaimana dimaksud terdiri dari ahli pratama, ahli muda, ahli madya, ahli utama. Kemudian dalam jabatan administrasi pun juga seperti itu.

Oleh karena itu, untuk Jabatan Eksekutif Senior kiranya kita juga harus lakukan seperti itu. Jadi jangan Jabatan Eksekutif Senior begitu saja. Karena agak sulit nanti mengakomodasi Jabatan Eksekutif Senior yang tadi saya katakan adalah jabatan Pimpinan pada instansi pemerintah itu kalau kemudian hanya satu yang ada di instansi itu. Saya mengusulkan dalam hal ini adalah tiga paling tidak Jabatan Eksekutif Senior itu. Tapi bukan berarti jabatan junior, tetap istilahnya adalah Jabatan Eksekutif Senior, misalnya saja ini sebagai misalnya mungkin Bapak Ibu punya pilihan yang lain.

Jabatan Eksekutif Senior utama adalah yang tadi dikatakan setingkat eselon I. Kemudian Jabatan Eksekutif Senior madya yang kemudian Jabatan Eksekutif Senior muda, ini untuk menampung mereka yang ada di pusat maupun yang ada di daerah dan juga kalau di pusat saya ingin memberikan contoh misalnya sekarang lembaga non struktural. Lembaga non struktural seperti LAN, LAN ini eselon I, anak buahnya pun eselon I juga. Kalau kita bicara secara struktur seperti itu, tapi melalui istilah Jabatan Eksekutif Senior utama, maka yang di bawahnya adalah Jabatan Eksekutif Senior madya, begitu juga yang di bawahnya, sehingga bisa menampung ketiga level Jabatan Eksekutif Senior ini. Kalau sekarang kan tidak.

Bapak tidak bisa membedakan ini Kepala LAN atau Kepala BPS dengan anak buahnya, sama ini. Masa jabatan yang sama membawahi jabatan yang sama juga. Nah kalau kita ingin menuangkan di dalam pasal ini, maka itu harus kita buat grade-nya seperti ini. Sama halnya dengan kelompok jabatan administrasi dan kelompok jabatan fungsional. Sehingga bisa menampung, itu Pak Ketua usulan kami. Bapak Ibu mungkin bisa kami usulkan juga, karena kalau tidak, kita akhirnya terbelenggu dengan persoalan ini dan kemudian kita tidak bisa memberikan solusi dari kenyataan yang ada sekarang.

(15)

KETUA RAPAT: Baik,

Saya kira ini kita tidak akan selesai apabila kita tidak ada satu persepsi. Jadi harus satu persepsi. Ini ada kemarin dulu ya, ada pertemuan membahas mengenai ini, dihadiri oleh Pak Wamen, Prof. Sofyan, dan beberapa lagi. Ditambah dua profesor baru Pak Gamari dan Pak Nanang. Saya kira ini memang kita tuntaskan. Barangkali saya minta bantuan Pak Wamen untuk menjelaskan ini, karena kemarin Bapak, karena ini saya kira ini sangat mendasar. Kalau kita sudah ketemu ini clue-nya selesai ini, kalau tidak ini balik lagi balik lagi.

Kami persilakan Pak.

PEMERINTAH (WAMEN KEMENPAN RB RI): Terima kasih Pak Pimpinan.

Jadi memang Jabatan Eksekutif Senior ini di beberapa negara dibentuk dengan satu tujuan, ada perlakuan yang berbeda, baik dari cara pengisiannya, dari cara mengukur kinerjanya, dan dari cara mobilitasnya. Ini yang membedakan dengan jabatan-jabatan lain di bawah Jabatan Eksekutif Senior. Jadi filosofis begitu Pak. Sekelompok jabatan tertinggi atau sekelompok jabatan Pimpinan dalam instansi yang diberikan secara berbeda pengaturan-pengaturan mengenai proses pengisiannya, proses pengukuran kinerjanya, termasuk proses pemberian remunerasinya.

Nah ini yang membedakan dengan yang lain. Nah sekarang jadi mungkin definisinya Pak Gamari tadi sudah hampir tepat ya, jadi sekelompok jabatan Pimpinan dalam instansi pemerintah. Kita exercise, siapa Pimpinan di dalam sebuah instansi pemerintah. LPNK, itu instansi pemerintah. Maka dia termasuk ke dalam Jabatan Eksekutif Senior. Siapa lagi, Sekretaris Daerah adalah Pimpinan dalam organisasi kesekretariatan daerah, maka dia Pimpinan dalam instansi pemerintah. Kepala Dinas dia adalah Pimpinan organisasi satuan kerja pemerintah daerah. Kemudian di tingkat pemerintah pusat, pada Direktur Jenderal-Direktur Jenderal yang sekarang ini adalah juga Pimpinan dalam Direktur Jenderal yang dipimpinnya.

Nah jadi memang ini pengelompokkannya sangat tergantung pada masing-masing negara Pak. Jadi kalau tidak salah di Korea itu ada 125 Jabatan Eksekutif Senior yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi memang tidak semua jabatan itu disebut sebagai Jabatan Eksekutif Senior. Tergantung pemerintah mau menetapkan yang mana gitu.

Nah dengan menggunakan logika ini, sebenarnya di Indonesia itu akan ada kemungkinan 3 Jabatan Eksekutif Senior, yaitu Pimpinan LPNK, kemudian Pimpinan Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, yang sekarang mungkin setara dengan eselon I dan Pimpinan-Pimpinan Dinas di daerah. Ya jadi SKPD Pak, jadi Pimpinan kelompok Pimpinan tertinggi di daerah untuk SKPD kan kepala dinas Pak. Itu dari sisi bagaimana negara mengaturnya.

Mengapa Jabatan Eksekutif Senior ini diadakan, sebenarnya kita membutuhkan kritikal memang, jumlah yang minimal untuk bisa menggerakkan reform. Mengapa pengisiannya ini diberbedakan, karena kita maka memang mengharapkan ada satu perubahan reform, nanti pengisiannya dilakukan secara terbuka.

Ukuran-ukuran kinerjanya juga dibuat sedemikian rupa, sehingga persis ukuran kinerja seperti yang ada di swasta. Bahkan di tiap gajinya itu kalau di beberapa negara 98% dengan gaji private. Jadi Jabatan Eksekutif Senior itu beda antara swasta dengan publik itu bisa sampai beda 2% saja Pak dari misalnya sama-sama duduk sebagai direktur ya. Nah itu kurang lebih bedanya 2% saja.

(16)

Nah jadi mungkin dengan penjelasan semacam itu yang pertama sifat perlakuannya berbeda. Kedua, penetapannya menurut saya akan ada 3 jenis itu Kepala LPNK, Kepala-Kepala Dinas di daerah, dan juga Sekretaris Daerah dan Direktur Jenderal yang sekarang ini ada. Kira-kira begitu Pak Pimpinan.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Silakan Pak.

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Pak Ketua,

Saya ingin bertanya kepada Pak Wamen, karena saya tadi juga mengusulkan bagaimana Pak kalau Jabatan Eksekutif Senior ini juga ada grade-nya gitu, nah itu bagaimana menurut Bapak Wamen? Apakah sebaiknya ini... alasan saya supaya bisa mengakomodir jabatan Pimpinan instansi pemerintah dan daerah pusat dan juga lebih memudahkanlah pengelompokkan itu, sehingga tidak hanya satu, karena ini kelompokkan kan?

PEMERINTAH (WAMEN KEMENPAN RB RI):

Ya Pak, jadi bisa saja nanti dibuat semacam itu, tapi dengan konsekuensi kalau kita sudah tetapkan 3 grade ini berarti memang proses pengisian, pengukuran kinerja, dan juga nanti mobilitasnya itu dibuat sama Pak, hanya di-grade-nya yang berbeda. Tapi esensinya sebenarnya dia diisi dengan cara yang berbeda, diukur dengan cara yang berbeda, digaji dengan berbeda, dan bisa dimobilisasi untuk seluruh Indonesia.

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Terima kasih Pak.

Saya kira juga berbeda ya ini ya, karena rekrutmen Eksekutif Senior di kementerian kemudian yang ada di pemerintah provinsi dan kabupaten saya kira juga mekanisme rekrutmennya berbeda, karena dinilainya juga berbeda. Begitu kira-kira.

PEMERINTAH (WAMEN KEMENPAN RB RI):

Cara pengisiannya sama Pak dengan dilakukan secara terbuka melalui assesment centre. Ya mungkin dengan tidak menyebut eselon, setiap jabatan itu kan ada nama ya dan kompetensi, jadi Direktur Jenderal itu kan jabatan Pak dengan kompetensi. Kemudian Kepala Dinas itu juga jabatan.

KETUA RAPAT: Sebentar-sebentar.

Saya kira lebih baik saya tuliskan, supaya ada bedanya. Coba ditulis di sebelah sini ya supaya ada penjelasannya.

(17)

Kelompok satu ya, satu adalah Pimpinan tertinggi instansi seperti Kepala LPNK/Gubernur Lemhanas/Sekjen DPR RI/Wantanas ini misalnya...(rekaman terputus)... Pimpinan yang setingkat Direktur Jenderal, Sekjen, Direktur Jenderal, Deputi, Sekda Provinsi. Di bawahnya lagi kelompok tiga, Pimpinan sekarang nah ini yang itu adalah setingkat eselon II ini. Direktur, Sekda Kabupaten Kota. Kalau... eselon III itu.

Baik, begini-begini, tadi detilnya kita buat, ini untuk memberikan gambaran lebih clear apa yang disampaikan oleh Pak Wamen tadi. Prinsipnya adalah isinya adalah kita kembali, Jabatan Eksekutif Senior adalah sekelompok jabatan Pimpinan organisasi pemerintah, jelas. Kemudian dia dibagi 3 kelompok. 3 grade, grade 1 grade 2 grade 3 ya. Kalau begini jelas kan. Oke saya kasih satu putaran dulu.

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Pak,

Ada satu hal yang harus kita diskusikan di dalam pengangkatan Jabatan Eksekutif Senior ini. Ini kan dulu kalau tidak salah di pasal ini masih ada ini, harus diangkat dengan ketetapan Presiden. Pertanyaan saya ini sekarang, bagaimana kalau ini kelompok ketiga apakah harus dengan penetapan Presiden? Kalau 1 dan 2 sih no problem ya karena yang ada pun juga begitu. Jabatan kelompok II itu Direktur Jenderal, Sekjen, Deputi, kemudian Kepala LPNK itu memang Presiden. Tapi yang ketiga ini menimbulkan pertanyaan kalau harus diangkat oleh Presiden.

Nah untuk itu kan mesti harus ada penjelasan lagi di pasal ini. Yang ditetapkan dengan keputusan Presiden itu untuk kelompok 1 dan 2, yang ke-3 ini tidak ditetapkan oleh Presiden, karena itu kan. Saya ini diskusi apa harus semua dengan Presiden? Terus apa tidak ada masalah juga? Tapi yang ada sekarang ini Sekda itu Sekda untuk Kabupaten Kota itu tidak Presiden, kalau Sekda Provinsi ya Menteri Dalam Negeri, Sekda Provinsi juga. Presiden Pak itu eselon Ia itu Pak Sekda Provinsi itu. Sekda Kabupaten dan Kota itu Menteri Dalam Negeri.

Nah ini yang kita pertanyakan kelompok ke-3 itu Sekda Pemerintah Daerah Kabupaten itu Menteri gitu loh. Kan pertanyaannya 1 dan 2 oke Presiden. Yang ke-3 bagaimana?

KETUA RAPAT:

Baik saudara-saudara sekalian,

Ini pemikiran baru lagi Pak Eko, mohon maaf teman-teman.

Memang tepat sekali yang dipertanyakan oleh saudara Gamari. Kalau Sekda itu diangkatnya kaya model sekarang Pak, itu adalah seperti debu di ujung tombak. Seperti laki-laki di ranah minang itu gitu, kalau dia ada yang suka..., ya tidak ada kekuatan apa-apa. Jadi memang kalau kita namakan dia Jabatan Eksekutif Senior, apa yang disampaikan oleh Pak Wamen tadi, dia harus mendapatkan verry special threatment karena ini bukan orang sembarangan. Dia adalah orang yang dia adalah penggerak daripada pembaharuan dan pemutaran dari pada reformasi birokrasi.

Jadi apa yang disampaika oleh Pak Gamari tadi benar adanya. Jadi saya kira ini sangat mendasar, karena mendasar masalah ini, tentu saya kembalikan lagi kepada pemerintah. Oke, kita putar dulu satu kali, kita mulai dengan Pak Nanang, kami persilakan.

F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC):

Prinsip sama dengan Pak Gamari, hanya saja kekhawatiran Pak Gamari yang mengatakan bahwa kelompok 3 itu eselon II Direktur, Sekda Kabupaten Kota itu jangan supaya memberikan pengertian yang banyak, saya rasa bisa saja dituangkan di dalam undang-undang ini, bahwa bisa didelegasikan untuk kelompok 3 ini kepada menteri apa Menteri Negara

(18)

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi apa Menteri Dalam Negeri atau menteri apa, sehingga untuk menghargai bahwa menghormati bahwa Jabatan Eksekutif Senior itu memang spesial person, jadi mereka juga harus dikelompokkan ke dalam sini walaupun nanti bisa didelegasikan pelaksanaannya.

Yang agak menarik di sini, nantinya kira-kira kalau sudah diangkat jadi Jabatan Eksekutif Senior, apakah dia terus seumur hidup sampai pensiun menduduki jabatan Jabatan Eksekutif Senior itu atau ada masa kerjanya. Nah ini saya bertanya kepada pemerintah nanti untuk menjelaskan berapa lama Jabatan Eksekutif Senior itu menjabat, selain berapa lama dia menjabat, juga perlu kalau misalkan dalam perjalanannya adalah sesuatu kompetensinya menurun, apakah bisa diganti dan siapa yang berwenang untuk mengusukan penggantian tadi?

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Silakan Ibu.

F-GERINDRA (HJ. MESTARYANI HABIE, SH) : Ya terima kasih Ketua.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Karena saya berdasarkan kesepakatan yang lalu, yang lalu itu adalah mengatakan Jabatan Eksekutif Senior itu adalah satu jabatan yang sangat diperlukan. Kedua sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi, dan yang ketiga harus dikukuhkan dengan Keputusan Presiden.

Oleh karena itu, kami mengajukan usul bahwa Jabatan Eksekutif Senior ini terdiri dari jabatan struktural eselon I dan IIa dan dia adalah merupakan jabatan fungsional jenjang utama pada instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah. Jabatan Eksekutif Senior ini merupakan jabatan karir dari Pegawai Negeri Sipil yang memperhatikan kepangkatan. Karena itu Kepala SKPD tidak masuk di dalam Jabatan Eksekutif Senior.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Saya kira itu usulan baru. Silakan Pak.

F-PDIP (ZAINUN AKHMADI): Terima kasih Pimpinan. Pimpinan,

Saya mohon bimibingan ini, saya belum tune, karena tadi kalau dasar kita bicara tentang BUP (Batas Usia Pensiun). Nah ini kan pemerintah menyampaikan hal ini, kemudian entah karena ya saya harus berbalik ini, karena saya supaya saya tune, karena itu minta bimbingan, lebih baik saya bertanya daripada saya diam.

Jadi karena itu tadi, gayung bersambut dari Pak Fauzan ke Pak Taufiq tentang masalah eselon tadi, kita jangan berpikir eselon. Nah sekarang saya mohon bimbingan, kita bicara BUP atau kembali ke Jabatan Eksekutif Senior saja, karena BUP nampaknya terkait dengan Jabatan Eksekutif Senior. Itu dulu saja Pak, nanti supaya kita runtun kita anunya mengikutinya Pak.

(19)

KETUA RAPAT:

Kita bicara BUP, BUP untuk Jabatan Eksekutif Senior. Sedangkan untuk jabatan fungsional, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Jadi sudah kita putuskan BUP untuk yang fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekarang kita bicara BUP Jabatan Eksekutif Senior. Sebelum selesai pembicaraan BUP Jabatan Eksekutif Senior kita membulatkan lagi menyatukan pikiran kita yang dimaksud Jabatan Eksekutif Senior itu apa, akhirnya ketemu sudah, oh Jabatan Eksekutif Senior itu adalah sekelompok jabatan Pimpinan pada instansi pemerintah. Lalu apa saja itu, timbul pemikiran diskusi rekan-rekan staf ahli kita dengan staf ahli dari pemerintah, dibantu dengan Pak Profesor membahas ini, ketemulah pemikiran bahwa Jabatan Eksekutif Senior itu ada 3 kelompok.

F-PDIP (ZAINUN AKHMADI):

Cukup Pak sampai di situ cukup. Saya tambah, saya nyambung.

Jadi begini Pak, kita kalau gitu harus menyelesaikan dulu pengertian atau bahasa kita supaya sama tentang Jabatan Eksekutif Senior Pak ya. Tadi kemudian disambung oleh Pak Gamari tentang uraian yang panjang lebar tadi Pak, karena kita mesti sebagian dari kita masih ter anu dengan eselonisasi pola lama ini.

Saya ingin menanyakan termasuk... apakah ini sudah ada kesepakatan kalau yang namanya Jabatan Eksekutif Senior itu belum pernah dipastikan itu masuk kelompok yang kalau sekarang ini eselon I saja atau termasuk eselon II. Saya tidak tahu ini mana kesepakatan kita waktu hari itu? Kalau eselon I itu jumlahnya sekian. Tapi kalau ditambah eselon II jumlahnya ribuan.

Saya masih ingat ketika itu saya mempertanyakan kenapa banyak sekali dan ini semua atas saringan KASN. KASN kemudian menyampaikan kepada Presiden untuk dibuat Keppres. Kalau sampai eselon II kalau itu masih dalam benak kita, saya tidak tahu ini putusannya kok tidak jelas ini, notulensinya, itu betapa beratnya ini KASN ini. Waktu itu masih belum putus atau bagaimana ini?

Nah ketika kami... maka kitakn terbentur masalah ini, saya masih ini tolong dibimbing saya Pak Taufiq.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik.

Ada?

Saya berikan penjelasan begini, kita dari awal kita menghindari eselon ini. Kalau kita bicara eselon di dalam Jabatan Eksekutif Senior ini tanpa petik ini, bukan mengakomodir bahwa seluruh eselon I itu Jabatan Eksekutif Senior, tidak. Sebagian kecil dari mereka ada yang diangkat jadi Jabatan Eksekutif Senior, dengan pengangkatan sistem yang luar biasa, melalu KASN dan KASN menggunakan senjata yang namanya Assesment Centre.

Jadi KASN ini dibantu oleh Asessment Centre, baru itu yang digodok, jadi bukan oleh KASN sendiri tapi dibantu oleh Asessment Centre. Tapi dia tidak hanya meliputi yang dulu yang namanya eselon I itu KASN ini tapi juga sebagian kecil dari eselon II bisa dia termasuk di dalam Jabatan Eksekutif Senior ini. Siapa itu, yaitu Sekda dari Kabupaten dan Kota. Tapi sangat sedikit sekali karena itu dia terpilih.

(20)

Nah kita tidak ingin membatasi bahwa yang boleh dipilih itu hanya eselon I tapi sampai cakupannya itu sampai ke eselon II itu. Tapi yang dipilih dari eselon II itu tidak seluruh eselon II hanya beberapa. Sangat sedikit orang yang dapat bisa mendapat sebagai Jabatan Eksekutif Senior ini. Saya kira begitu Pak penjelasannya.

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Baik, jadi saya kira saya begini, kita sepakat bahwa undang-undang ini kan mau mereformasi birokrasi tadi Pak Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Karena Pak Taufiq, pikiran kita main set kita, kita ubah dulu, tidak struktur yang ada sekarang ini. Itu adalah dalam bahasanya Pak Zainun. Itu sekedar referensi atau wasilah saja. Bukan satu-satunya. Sebab kalau pikiran kita itu tercekoki adanya masih eselon I,II dan III sampai sekarang ini tidak jadi ini barang. Jadi main sekretariat kita harus berubah dulu ini. Mereformasi pemikiran kita dulu di sini sekarang ini itu yang penting.

Nah karena itu saya ingin menyampaikan beberapa pemikiran. Saya tidak tahu juga tahu-tahu kok sampai kepada Jabatan Eksekutif Senior tadi itu, padahal tadi kita bicara soal BUP tadi kan. Nah saya esensi daripada Jabatan Eksekutif Senior itu Pak, Pak Gamari usulkan tadi ada di situ kemudian ada utama, madya, pratama.

Saya kira Pak Wamen, Pak Sekretaris dan Bapak-bapak sekalian, ini adalah dalam rangka mengakomodasi sebuah struktur rasionalitas yang sifatnya vertikal Pak. Sungguh pun di dalam pengadaannya adalah tergantung dari bagaimana KASN kan begitu ini. Jangan kemudian adanya nanti jabatan-jabatan Jabatan Eksekutif Senior itu kemudian kita tidak bisa mohon maaf ini kalau boleh menggunakan bahasa ini. Tidak bisa mengkontrol kalau dia melakukan satu tindakan yang melanggar hukum. Jadi harus juga dipagari ke arah sana, sehingga ada keleluasaan dan pasti ada kontrol dari pusat sampai dengan tingkat I ataupun tingkat II menggunakan referensi daerah.

Nah saya sedikit Pak, untuk memberikan bantuan pemikiran kita, ada tadi ada utama, madya dan pratama.

Pak Taufiq,

Saya buka Polisi, tetapi barangkali Pak Kapolri itu yang bintang 4 hanya satu saja Pak, tetapi yang bintang 3 itu ada beberapa Pak. Yang bintang 2 ada beberapa Pak, yang bintang 1 ada beberapa dan seterusnya ke bawah. Sehingga kerucutnya itu jelas sekali kerucut piramida terbalik. Nah karena itu Pak Wamen, Pak Tasdik dan Bapak Ibu sekalian, saya ingin berdiskusi, sekian banyak jabatan yang ada nanti itu, yang berserakan pada departemen kementerian dan lain-lain, tapi secara struktural harus ada kesatuan unity yang sifatnya koordinatif yang merupakan piramida nasionalitas dari Aparatur Sipil Negara itu sendiri Pak, sebab kalau tidak, itu akan menjadi tidak efektif.

Nah karena itu melanjutkan pikiran Pak Gamari juga ini, saya minta bantuan Pak pemerintah terus terang saja. Yang termasuk kelompok 1 utama itu siapa saja, saya kira tidak malam ini jawabannya Pak Taufik, karena itu banyak sekali Pak. Kemudian kelompok madya siapa saja itu, termasuk juga bagaimana ekstensi dan legalitas dari jabatan masing-masing itu. Ini berapa ratus jabatan ini Pak? Saya kira untuk menjaga agar prudensialitas itu terjaga, maka saya sepakat ini tetapi bahwa detilnya itu di pemerintah. Siapa saja yang termasuk namanya kelompok satu utama, kemudian madya dan pratama. Sehingga kita tidak kemudian mencantolkan ini ternyata masih ada yang tidak masuk di dalamnya, sehingga itu penting.

Nah karena itu Bapak Ibu sekalian terhadap pendefinisian dari jabatan eksekutif, saya kira kemudian Pak Ketua, itu harus juga dikaitkan dengan yang Nomor 8 itu Pak. Di dalam Pasal (1) 8 itu jelas sekali di sana adalah aparatur eksekutif senior adalah pejabat pegawai Aparatur Sipil Negara yang menduduki jabatan eksekutif senior melalui seleksi nasional yang dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara dan diangkat oleh Presiden.

(21)

Nah ini Pak Gamari, ada problemnya di sini Pak. Begitu Presiden tidak berlaku untuk yang tadi golongan III tadi itu. Nah ini pasti juga akan berubah. Yang saja juga ingin terakhir saya sampaikan Pak, di dalam Nomor 8 ini ada sekali ada lebih dari satu norma ini Pak. Nah kalau ada yuris ada ahli hukum, coba aparatur eksekutif senior adalah pegawai Aparatur Sipil Negara kemudian melalui seleksi diangkat oleh. Jadi saya kira Pak Wamen ini definisinya itu jangan bercabang banyak sekali Pak. Karena ini harus ada satu norma yang siapakah dia aparatur eksekutif senior, sehingga 7 dan 8 ini sekali gol selesai Pak Ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Saya jelaskan lagi, supaya kita jalannya nanti enak. Jadi nanti memang akibat, ini kan berkembang diskusi kita berkembang, tentu dia kita akan berkembang pada pasal-pasal ini, akan berkembang itu pasti. Jabatan kita sekarang ini yang akan kita ubah juga sekarang ini jabatan kita jabatan orang Pak, orangnya ganti, ganti lagi situasinya itu. Ini tidak boleh, saya kira Pak Wamen sependapat ya, ke depan itu jabatan itu jabatan kotak. Siapapun di situ akan sama pelayanannya, ke depan seperti itu. Kalau di dalam mempelajari ilmu manajemen sekarang demikian, jabatan itu kotak, siapapun orang yang di situ sama. Kalau kita tidak. Misalnya jabatan si ini pasti jabatannya dia, begitu ganti dia sudah hancur-hanacuran ini. Itu tidak boleh terjadi itu, karena aturannya segala macam.

Jadi saya kira sebelum saya kembalikan kepada pemerintah, masih ada yang mau menambah Pak Gamari silakan?

F-PAN (DRS. H. FAUZAN SYAI’E):

Saya ya prinsipnya sama dengan Pak Muqowam, hanya persoalannya kan itu kelompok 3 atau pratama, itu ada eselon II, dia (setingkat Direktur, Sekda Kabupaten Kota). Itu kemana kalau yang kepala dinas yang di provinsi yang sama dengan Sekda setingkat Sekda di kabupaten kota? Kan gitu. Jadi apa bedanya kalau hanya pada posisi sampai seperti itu.

Terima kasih.

Belum kita bicara kepala dinas yang ada di kabupaten. KETUA RAPAT:

Silakan Pak Gamari.

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Terima kasih Pak.

Ijinkan saya untuk mengusulkan solusi dari usulan saya sendiri. Yang tadi saya minta untuk didiskusikan, khususnya kelompok 3.

Pada ayat (2) dari draft yang kita buat dari Pasal 21, walaupun ayat (1) juga perlu penyempurnaan, maka saya mengusulkan seperti ini. Pengisian Jabatan Eksekutif Senior tingkat utama dan madya, ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan Jabatan Eksekutif Senior pratama ditetapkan oleh Menteri dan atau Gubernur. Menteri mengangkat Direktur, Gubernur mengangkat Sekda. Jadi direktur yang ada pada kementerian itu tidak harus ke Presiden, cukup pada menteri yang bersangkutan. Sekda itu juga harus tidak ke Presiden, cukup kepada Gubernur ya gitu. Jadi ini usulan saya itu bisa dirumuskan dalam satu pasal yang juga tidak terlalu panjang.

Jadi khusus untuk Jabatan Eksekutif Senior untuk kelompok 1 dan 2 ditetapkan dengan Presiden, dan kelompok Jabatan Eksekutif Senior 3 ditetapkan oleh Menteri dan atau Gubernur.

(22)

KETUA RAPAT: Baik, masih ada lagi? Pemerintah.

PEMERINTAH:

Jadi begini Pak mungkin cara pikir kita melihat akhirat itu tidak dengan mempergunakan kacamata dunia, jadi ini penting sekali, karena saya lihat kacamata kita untuk melihat sebuah reform yang sedang kita gulirkan itu masih menggunakan kacamata administrasi kepegawaian yang lama, makanya tidak ketemu-ketemu gitu loh.

Nah mengenai jabatan-jabatan ini sebenarnya prerogatif kita untuk menentukan mana yang critical mess itu bisa mendorong reform. Saya memandang eselon II untuk kepala dinas di kabupaten kota itu justru critical mess yang paling penting dalam reform. Sebab itulah kelompok yang sekarang ini justru digunakan oleh partai politik untuk kepentingan dunia politik, makanya tidak terjadi reform.

Nah memang waktu saya presentasi misalnya di sejumlah negara yang sudah meninggalkan JES, Singapura itu sudah meninggalkan JES Pak mereka ketawa kenapa Indonesia baru menganut JES, karena kondisi politik Indonesia itu berbeda Pak. Dulu mereka menganut, tapi dengan berjalannya sistem siklusetis yang sudah semakin baik, maka JES itu kemungkinan tidak dibutuhkan lagi kelak Indonesia.

Nah JES ini dibutuhkan sebenarnya untuk men-drive perubahan-perubahan, karena kita memperkenalkan sistem promosi yang baru, sistem remunerasi yang baru, sistem pengukuran kinerja yang baru, segala macam. Nah critical mess inilah yang menurut saya penting untuk kita dorong dalam Jabatan Eksekutif Senior. Kalau kita menurut logika ini, maka ada kurang lebih 6.400 Jabatan Eksekutif Senior, yaitu Kepala LPNK, kemudian Sekjen, Direktur Jenderal, Deputi, Sekda Provinsi, kemudian Direktur, Sekda Kabupaten Kota dan Pimpinan SKPD, itu 6.400.

Kalau masa jabatannya itu, jadi ini menyambung pertanyaan Pak Nanang, di semua negara itu diterapkan namanya re apply Pak, re apply untuk sebuah jabatan itu biasanya 5 tahun. Jadi kan kekhawatiran Pak Nanang kalau saya diangkat dalam sebuah jabatan dalam usia 40 tahun, kalau masa batas usia pensiun saya adalah 60 tahun, berarti saya 20 tahun dalam jabatan itu.

Nah tidak seperti itu Pak, karena di dalam jabatan itu re apply, jadi 5 tahun dia menduduki jabatan itu untuk periode kedua kalau dia mau duduk dalam jabatan, dia harus re apply, dia ikut lagi proses untuk bisa menduduki jabatan itu. Nah itulah compentency base position, jadi posisi yang memang berdasarkan kepada kompetensi.

Nah jadi memang nanti harus ada pasal re apply, aplikasi ulang untuk mengisi jabatan. Nah tadi saya cerita mungkin dari 6.400 kalau semua sudah stabil, setahun itu KASN akan mengelola sekitar 100 proses pengisian jabatan. Jadi sungguh angka yang sebenarnya relatif masih cukup untuk dikelola oleh KASN selama setahun. Tidak seperti sekarang, karena memang yang memutuskan adalah kepala daerah, jadi setahun sudah dipindah, segala macam.

Tapi kalau masa itu stabil 5 tahun, dengan 6.400 orang ini, mungkin setahun kita akan mengelola 100 posisi jabatan dan memang tidak terlalu banyak. Dan untuk menghindari biaya yang terlalu mahal dalam assesment centre itu kita belajar dari proses pengisian Kepala LAN dan Kepala BKN yang baru 6 promosi terbuka, itu nanti yang masuk assesment centre mungkin 10 terbaik. Jadi melalui proses seleksi administrasi, makalah, wawancara, kita memperoleh 10 terbaik yang akan dimasukkan assesment centre. Dari assesment centre itu dipilihlah tergantung nanti kalau pembahasan awal dulu saya ingat memang kita menghindari mengusulkan lebih dari 1 kepada Presiden, karena menghindari lagi juga TPA dan politisasi terhadap usul.

(23)

Makanya dalam draft yang lama, Presiden menetapkan calon yang dipilih oleh Komisi Aparatur Sipil Negara.

Nah jadi dengan jumlah 100 itu menurut saya tidak terlalu banyak baik pusat maupun daerah yang bisa dikelola oleh KASN, dan Presiden pun tidak akan terlalu lama Pak menandatangani kelompok 1,2 dan 3. Kalau memang prosesnya tidak melalui proses TPA lagi yang lama. Nah ini jadi saya pikir itu Pak, tapi ini untuk reform, karena kita membuat undang-undang kan dalam kerangka reform. Yang harus kita pikirkan critical mess untuk sebuah reform itu berapa? Kalau hanya cuma 100, misalnya 100 orang, itu tidak ada impact Pak untuk perubahan. Apalagi sampai seluruh Indonesia.

Nah jadi negara-negara lain itu melakukan itu sesuai dengan critical mess yang mereka butuhkan untuk sebuah perubahan. Indonesia dengan negara yang begitu besar menurut saya, perubahan itu membutuhkan critical mess yang lebih besar Pak. 10 tahun lagi kalau sistem politik sudah bagus, birokrasi sudah mapan, kita hilangkan SES Pak, di Singapura itu misalnya negara yang kecil proses rekrutment itu tidak menjadi penting lagi karena ukurang kinerja orang dalam 6 bulan dia tidak perform keluar. Jadi ukurannya kinerja. Jadi rekrutmen tidak serumit kita lagi karena memang mereka sudah ini Pak sistem kinerjanya sudah bagus. Kira-kira begitu Pak.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Oke, ada pendapat?

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Jadi saya menyuarakan Bu Yani. Setelah mendapatkan pemikiran pencerahan dari Pak Wamen, jadi 1,2 dan 3 atas nama reformasi itu Presiden, atas nama reformasi begitu Pak, tapi juga pengalaman Pak mohon maaf ini. Otonomi daerah ya mohon maaf, bicara otonomi daerah itu kan sama dengan Prof. Rias Rasyid. Begitu dia tidak magang, ini kalangkabut semua konseptual otonomi daerah itu Pak, kelabakanlah kita. Jadi komitmen moral kita Pak Wamen saya kira khsusunya Pak Wamen dan kita semua harus mengawali baik-baik Pak Taufiq.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, saya kira selesai ya? Ketok ya?

Jadi saya minta supaya dirumuskan kembali ini seperti yang disampaikan oleh Pak Wamen tadi, jadi 3 itu kelompok utama, madya dan pratama. Oke? Bisa disetujui? Setuju?

(RAPAT : SETUJU) Ganti BUP-nya 60 tahun ya.

Jadi selesai?

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM): Belum BUP yang mana ini?

(24)

KETUA RAPAT:

BUP untuk Jabatan Eksekutif Senior. F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

BUP untuk Jabatan Eksekutif Senior, boleh-boleh. KETUA RAPAT:

Jadi BUP Jabatan Eksekutif Senior 60 tahun. (RAPAT : SETUJU) Selesai.

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI):

Jabatan Eksekutif Senior apakah termasuk yang fungsional? Tidak Pak ya? F-PD (H. ABDUL WAHAB DALIMUNTHE, SH):

Pak Ketua,

Saya ini saja, supaya nanti Undang-Undang Pilkada itu kita sesuaikan, jangan nanti lupa kita Undang-Undang Pilkada masih otonominya sebebas-bebasnya, tak jadi barang ini nanti. KETUA RAPAT:

Baik,

Alhamdulillaah ini kata-kata yang paling pas dari Pak Wamen tadi, jangan melihat akherat

dengan kacamata dunia, jangankan kacamata dunia dengan kacamata air. F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Itu tidak boleh begitu. Perumpamaan itu salah. KETUA RAPAT:

Baik, saudara-saudara sekalian,

Selama ini kita maru reformasi birokrasi tapi tingkah laku kita tidak reformis sama sekali, tidak jalan

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Tidak-tidak, saya belum yang tadi, saya kira itu yang struktural.

Begini Pak Ketua, Pak Wamen, Pak pemerintah, jadi saya kira begini, dari paparan yang disampaikan oleh pemerintah tadi ya, yang struktural sudah selesai Pak, kaitannya dengan Jabatan Eksekutif Senior tadi sudah selesai.

Tetapi untuk fungsional Pak kita kemarin sudah sepakat bahwa undang-undang ini harus memayungi semua jabatan sipil yang berserakan dimana-mana itu. Mari kita, nah karena itu tadi terima kasih kepada pemerintah, yang tadi dalam paparan tabulasinya jelas. Pertama, bahwa variasi jabatan fungsional itu lebih dari 100 variasinya. Lalu yang kedua adalah batasannya itu masih beranjak tidak karu-karuan, ada yang 62 ada yang 70. Nah menurut saya Pak, undang-undang ini harus memberikan koridor bahwa fungsional itu maksimalnya sekian. Harus ada Pak di sini Pak ya.

(25)

Lalu yang ketiga adalah dari sisi variasi peraturan Pak, ada yang undang-undang, ada yang Keppres, ada yang Peraturan Pemerintah. Kalau undang-undang ini lahir Pak Ketua harus mampu menjawab bahwa itu semua... peraturan Pak, tidak boleh kemudian karena ini penyuluh, yang usul pertanian mohon maaf ini cukup dengan... Presiden. Kemudian itu apa tadi dan lain-lain tadi kan berbeda-beda sekali variasinya Pak Wakil Menteri. Jadi tidak boleh ke depan.

Jadi variasi-variasi itu yang saya kira kemudian itu tidak menimbulkan persoalan. Belum lagi bicara hakim tadi itu. Hakim ada yang sampai dengan 70, ada yang 58, ada yang 60. Nah komitmen kita kesepakatan kita kemarin adalah undang-undang ini harus memayungi semua aparat sipil yang berserakan dimana-mana itu Pak Ketua. Jadi karena itu harus ada satu rumusan yang konkrit bahwa inilah yang bisa menjadi payung Aparatur Sipil Negara yang... dimana-mana. Walaupun secara kelembagaan masing-masing mereka fungsi-fungsinya itu adalah ditetapkan oleh pada lembaga masing-masing. Jadi saya kira kita menciptakan payung Pak Ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Ini saya kira benar sekali yang disampaikan beliau ini. Maksudnya begini Pak, ada payung hukum, kita tidak menentukan harus sekian-sekian tidak, tetapi harus ada ketentuannya apakah dengan PP saja, apakah dengan undang-undang, ini harus jelas, bahwa penentuan di dalam itu harus dilakukan dengan ini kan begitu Pak. Batas umur tertinggi adalah ini. Jadi supaya tidak semua orang menciptakan semaunya sendiri. Dalam undang-undang ini kita berikan pagar-pagar itu saja Pak.

Baik saya kembalikan dulu ke pemerintah barangkali sebelum yang lain. Silakan Pak.

PEMERINTAH:

Baik Pak, terima kasih.

Kami juga pemerintah sependapat bahwa di dalam undang-undang ini juga harus bisa memberikan suatu guidance seperti yang tadi disampaikan oleh Pak Muqowam. Pertama, bahwa jangan sampai ke depan akan lahir BUP-BUP pada undang sektoral. Itu dalam undang-undang ini supaya mengamanatkan itu. Yang kedua adalah kita perlu menentukan batas minimum BUP itu berapa untuk fungsional dan maksimum itu berapa. Namun minimum maupun maksimum maupun yang... tadi kan antara 60 sampai 70 itu yang tertinggi. Itu masing-masing level ini ada kriteria Pak barangkali itu.

Kalau 60 tahun itu kriterianya pekerjaan-pekerjaan yang seperti apa. Kalau 65 tahun misalnya yang kaya apa. 70 tahun yang kaya apa kriteria-kriteria pekerjaan yang dilakukan oleh pemangku jabatan fungsional itu, ini saran pendapat kami.

Mungkin teman-teman dari pemerintah barangkali dari BKN. Demikian Pimpinan.

KETUA RAPAT: Baik.

Kalau begitu, kita kembalikan nanti dulu untuk menyusun ini Pak, jadi 3 kita menyusun ini saja, dan merumuskan kembali tentang hal-hal yang merupakan rambu-rambu ini kita mesti rumuskan. Saya kira begitu ya?

(26)

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):

... putuskan Pak batasan minimum dan maksimum tadi sekarang ini, karena nanti akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah, terkait banyaknya jabatan fungsioanal itu. Jadi harus ada BUP minimum dan maksimumnya. Saya setuju itu, cuma pengaturan lebih lanjut harus dengan PP.

KETUA RAPAT: Saya kira begitu. Ada lagi?

Cukup ya? Setuju ya?

Pemerintah sudah sepakat tadi? PEMERINTAH :

Jadi hanya dua saja Pak, pertama batas minimum dan maksimumnya yang akan diatur, yang kedua adalah... dalam PP, cukup begitu saja Pak.

Masalahnya kan gini Pak, bagaimana kita mencegah... ada undang-undang lahir lalu menetapkan BUP,...(tidak menggunakan mic)

KETUA RAPAT: Maksimum 70.

Tapi jangan sampai ada lagi nanti ada 75, jangan sampai lagi. PEMERINTAH :

Kalau kami Pak pemerintah, minimum itu 58 tahun, seperti yang tadi administratif. Berangkat dari angka 58, maksimumnya barangkali apakah 70, tapi nanti ya itu, cuma tadi ada usul pemikiran kami nanti cenderung orang kan mencari yang maksimum gitu loh Pak, kalau dikasih ruang itu nanti larinya maunya 70 semua. Nah kita kan perlu menentukan kriteria Pak, yang 60 itu yang 58 itu pekerjaannya yang kaya apa kriterianya, yang 65 misalnya, yang 60 itu kaya apa, sehingga orang tidak bebas dan menghindari kecenderungan pasti mencari yang maksimum. Iya di dalam PP-nya nanti diatur iya, ada kata-kata kriteria tadi ya.

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Nah karena itu Pak, tadi di dalam pasal harus jelas di situ, sehingga ammar mengenai batasan, mengenai peraturan harus satu, PP Peraturan Pemerintah, tidak boleh ada Keppres, harus satu. Lalu harus norma mengenai kriteria harus ada Pak, norma tentang kriteria itu sendiri. Jadi kriteria untuk penentuan usia batas usia pensiun, ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria yang akan kemudian diatur peraturan pemerintah. Nah itu saya kira diterminalisasinya ke sana Pak. Kalau tidak, maunya 70 semua Pak.

F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):

Sebetulnya di dalam pasal sebelumnya, karena ada grading tadi, ada kelompok tadi, itu nanti bisa memberikan arah ke situ Pak. Misalnya untuk fungsional ahli pertama, ahli muda, ahli madya, ahli utama yang kemudian nanti akan dibuat kriteria lebih lanjut sesuai dengan jenis jabatan fungsional itu yang nanti mengarah kepada umur yang antara 58 tahun sampai 70 tahun itu. Jadi grade itu, ya ini fungsional, ini fungsional begini juga.

Referensi

Dokumen terkait

Saudara-saudara kita kembali, ini sudah terlambat hampir setengah jam, Kita mulai dengan DIM 214. AKHMAD MUQOWAM) Interupsi Pimpinan !. Te'.-ima kasih atas waktu

Kemudian pada angka 17 juga disebutkan bahwa tanah Pakualaman (Pakualamanaat Grond) adalah tanah yang selama ini diakui oleh masyarakat DIY sebagai milik Pakualaman

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada aplikasi game Zombie Attack ini dengan menggunakan teknik black box yaitu pengujian menu utama, menu option, Pengujian

Terima kasih. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Setelah kita mendengar 3 masukan paling tidak ya Pak ya Pak Ketua, satu dari Kementerian Dalam Negeri, lalu yang

Pasal 12 Ayat (2), yang kemarin sore juga kita bicarakan, kita kaitkan dengan Pasal 14 Ayat (2), yaitu yang mengandung usulan mengenai tambahan kata-kata yang

g. Jumlah Anggota Komisi VIII DPR RI dalam pembahasan RUU tentang Penyandang Disabilitas sesuai keputusan Rapat Konsultasi pengganti Rapat Badan Musyawarah DPR RI antara Pimpinan DPR

Perpustakaan perguruan tinggi dan civitas akademik di dalam perguruan tinggi juga tak luput dari dampak pandemi ini.Untuk tetap memberikan layanan kepada pengguna maka

Dalam rangka pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi pada Mahkamah Agung RI tahun 2021, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Peraturan