• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 1 FEBRUARI 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 1 FEBRUARI 2012"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 1 FEBRUARI 2012 Tahun Sidang : 2011 – 2012

Masa Persidangan : III

Jenis Rapat : Rapat Panitia Kerja (PANJA)

Rapat Ke : --

Sifat Rapat : Terbuka

Dengan : Sekretaris Kementerian PAN dan RB, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri (diwakili) dan Dirjen Peraturan Perundang- Undangan Kementerian Hukum dan HAM (diwakili)

Hari / Tanggal : Rabu, 1 Februari 2012 Pukul : 09.00 WIB – Selesai

Tempat Rapat : Ruang Rapat Komisi II DPR-RI (KK. III/Gd Nusantara) Ketua Rapat : Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA / Ketua Panja RUU ASN Sekretaris Rapat : Arini Wijayanti, SH.,MH/Kabag.Set Komisi II DPR RI Acara : Lanjutan Pembahasan rumusan substansi Panja RUU ASN Anggota : 19 dari 25 orang Anggota Panja Komisi II DPR RI

4 orang Ijin Nama Anggota :

Pimpinan Komisi II DPR RI :

1. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc. IP, M.Si 2. Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA

3. Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si

Fraksi Partai Demokrat : Fraksi Persatuan Pembangunan : 4. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH

5. Ir. Nanang Samodra, KA, M.Sc 6. Drs. H. Abdul Gaffar Pattape 7. Paula Sinjal, SH, M.Si

19. Drs. H. Akhmad Muqowam

Fraksi Partai Golkar : Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : 8. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM

9. Dr. Ir. Markus Nari, M.Si 10. Drs. Murad Nasir, MSi

11. Agustina Basik-Basik. S.Sos.,MM.,M.Pd

20. Abdul Malik Haramain, M.Si

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : Fraksi Partai Gerindra:

12. H. Rahadi Zakaria, S.Ip, MH 13. Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M.Phil 14. Dra. Eddy Mihati, M.Si

15. Zainun Ahmadi

21. Drs. H. Harun Al Rasjid, M.Si

(2)

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera: Fraksi Partai Hanura:

16. KH. Aus Hidayat Nur

17. H.M. Gamari Sutrisno --

Fraksi Partai Amanat Nasional:

18. Drs. Fauzan Syai’e

Anggota yang berhalangan hadir (Izin) : 1. Ganjar Pranowo

2. Ignatius Moelyono 3. KH. Aus Hidayat Nur

4. Miryam Haryani, SE, M.Si

JALANNYA RAPAT:

KETUA RAPAT:

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat saudara Wakil Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dalam hal ini sekarang adalah saudara Sekretaris Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi.

Yang terhormat saudara Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri.

Yang terhormat saudara Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia atau yang mewakili.

Yang terhormat saudara Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri atau yang mewakili.

Yang terhormat saudara Pimpinan dan Anggota Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara.

Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kekhadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkenannya kita dapat menghadiri rapat Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara dalam rangka melaksanakan tugas konsitusional di bidang legislasi untuk membahas Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara pada hari ini dalam keadaan sehat walafiat.

Saudara-saudara sekalian,

Yang kita bicarakan betul hari ini kita membahas hal-hal yang penting-penting saja, yang sifat mendasar, yaitu ada satu keyakinan bahwa undang-undang ini harus lebih baik dari undang- undang yang diganti, itu yang pertama bahwa undang-undang ini harus lebih baik dari undang- undang yang diganti. Kedua, undang-undang ini dapat dilaksanakan, sebab tidak ada gunanya kita buat undang-undang tapi tidak mungkin dilaksanakan, dapat dilaksanakan karena dia lebih baik.

Kemudian undang-undang ini tidak mengorbankan atau merugikan siapapun juga. Ini mohon

dalam frame kita berpikir ini kita, dia tidak merugikan orang atau menghambat karir orang. Yang

berikutnya adalah undang-undang ini untuk menyatukan pegawai menjadi satu, hanya satu-satu

Pegawai Negara Kesatuan Republik Indonesia, ini suatu legasi, suatu semacam langkah besar

yang kita lakukan. Kemudian tidak boleh ada overlapping, kadang-kadang tidak bisa dihindari,

tidak boleh ada duplikasi, tidak boleh.

(3)

Baiklah, tapi karena yang hadir baru 8 dari 25 harus menunggu lagi, dan baru dihadiri oleh 5 fraksi, maka undang-undang ini saya buka dan kemudian saya skors selama kurang lebih 10 menit, jadi saya buka.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 09.00 WIB) Dan sekarang saya skors selama 10 menit.

(RAPAT DISKORS 10 MENIT) Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Sesuai dengan laporan sekretariat, rapat Panitia Kerja pada hari ini telah ditandatangani oleh 11 Anggota, ijin 3, dari 25 Anggota dan sudah dihadiri oleh 7 fraksi dari 9 fraksi. Maka dengan demikian kourum telah terpenuhi, dan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 245 ayat (1) Peraturan Tata Tertib DPR RI, maka perkenankanlah kami membuka kembali skors.

(SKORS DICABUT)

Selanjutnya kami menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas kesediaannya memenuhi undangan dalam rapat Panitia Kerja hari ini. Demikian juga kepada Pimpinan dan Anggota Panitia Kerja Komisi II DPR Republik Indonesia. Sebagai acara pertama, saya ingin menawarkan dulu jadwal kita. Silakan ditayangkan.

Jadi, hari ini Rabu Panitia Kerja dengan Eselon I Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM ini pembahasan materi Panitia Kerja. Besok malam kita sudah boleh konsinyering, tanggal 2 sampai 4 Februari pembahasan materi Panitia Kerja melanjutkan pembahaan materi Panitia Kerja pembentukkan Timus dan Timsin jika selesai di Panitia Kerja di Hotel Aston Bogor.

Kemudian tanggal 9-11 kita masuk lagi konsinyering lagi di Hotel Santika Jakarta, merupakan lanjutan Bogor, kita harapkan dalam dua kali konsinyer ini kita sudah bisa menyelesaikan ini.

Selasa tanggal 14 Februari ini Timus dan Timsin dengan Eselon I Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM pembahasan rumusan dan sinkronisasi Rancangan Undang- Undang Aparatur Sipil Negara di sini. Tanggal 15 kita rapat lagi lanjutan, kemudian Sabtu ini kita konsinyering lagi ya ini di Hotel mana ini lagi dicari hotelnya, tanggal 21 ini kita laporan hasil Tim Kerja di Timsin dan Timus, ini di ruang rapat di sini. Tanggal 23 ini sudah laporan Panitia Kerja ke pleno Komisi II DPR Republik Indonesia, pendapat akhir mini fraksi-fraksi dan pemerintah, pengambilan keputusan tingkat I dan penandatanganan pengesahan draft Rancangan Undang- Undang. Jadi kami berharap betul tanggal 23 undang-undang ini sudah kita bisa selesaikan pada tingkat I. Kemudian tanggal 23 Februari laporan Komisi II DPR RI ke Rapat Bamus. Tanggal 28 diharapkan perkiraan rapat paripurna pembicaraan tingkat II pengambilan keputusan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Itu perencanaannya apakah ini dapat disetujui?

Bapak-bapak Ibu?

Pak Muqowam silakan.

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

(4)

Ketua.

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Apa yang ditawarkan oleh Pimpinan Rapat hari ini saya kira berorientasi pada finalisasi dari Undang-Undang Aparatur Sipil Negara saya kira, karena itu Pak Ketua, selain hari ini sampai nanti Sabtu ada konsinyering Santika, kemudian laporan dari Timus dan Timsin perumusan...

konsinyering lagi Sabtu. Nah saya kira ruang Panitia Kerja kepada pleno itu Ketua itu tidak hanya sekali Ketua, yang tanggal 23 itu agar diberi kesempatan terhadap hal-hal yang perlu dirumuskan oleh Timsin dan Timus, sekaligus mendapatkan persetujuan dari Pleno Komisi Ketua. Sehingga kalau tanggal 23 tadi tawarannya adalah Panitia Kerja ke Pleno, kemudian pendapat akhir, kemudian tingkat I, kemudian penandatanganan ya, ya saya kira perlu ada satu sesi sebelumnya Ketua, sehingga kalau toh ada yang nanti perlu justifikasi secara hukum, di situlah Komisi Pleno itu bisa kita sepakati, itu Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, ada pendapat lain?

Pemerintah?

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI):

Prinsipnya kami menyesuaikan dengan jadwal dari Panitia Kerja saja.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih.

Jadi dengan demikian kita beri satu ruang lagi untuk Panitia Kerja, baik saya kira itu bisa diterima. Jadi dengan demikian prinsipnya ini bisa kita setujui Pak ya? Baik.

(RAPAT : SETUJU)

Perlu kami sampaikan pada Rapat Kerja tanggal 11 Januari 2012, telah disepakati sebelum Panitia Kerja melangkah pada pembahasan materi Panitia Kerja, maka dibentuk tim kelompok kerja atau Pokja Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara yang terdiri dari tenaga ahli DPR RI dan tenaga ahli pemerintah sebagai supporting system dalam rangka penyelesaian undang-undang tersebut. Dengan tidak mengubah substansi permasalahan yang ada.

Tim Ahli telah mengadakan pertemuan 16-17 Januari untuk menyisir beberapa point secara cluster terhadap Daftar Inventarisasi Masalah Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara yang ada untuk mempermudah pembahasan. Adapun hasil dari Tim Ahli dapat kami laporkan sebagai berikut. Ini bahan saya kira sudah dibagikan.

Untuk mempersingkat waktu, kita mulai dengan pembahasan Panitia Kerja hari ini, kita lihat dimulai daripada cluster 1, “Pegawai tidak tetap pemerintah, pegawai non permanen pemerintah”, dan kami persilakan kepada pemerintah untuk menyampaikan pendapat dan masukannya.

Kami persilakan.

(5)

PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI):

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Yang terhormat Pimpinan Panitia Kerja Komisi II DPR RI beserta seluruh jajaran.

Yang terhormat rekan-rekan kerja dari internal pemerintah, Bu Sekjen Kementerian Dalam Negeri, Pak Direktur Jenderal Otonomi Daerah, Pak Wakil Kepala BKN beserta jajaran, dan LAN beserta jajaran yang mewakili Kepala LAN.

Dan juga dari internal Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi dalam hal ini saudara Deputi SDM.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Bapak Pimpinan Sidang yang kami hormati,

Bahwa pemerintah khususnya tim teknis pemerintah yang terdiri dari Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi, BKN, kemudian dari Kementerian Hukum dan HAM telah menindaklanjuti dari hasil rapat Panitia Kerja terakhir pada tanggal 11 Januari dengan melakukan pembahasan dengan tim teknis dari Sekretariat Komisi II DPR RI dan dari hasil pertemuan dan pembahasan menyangkut beberapa hal terkait dengan substansi Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini, dari pihak pemerintah telah melakukan upaya penserasian dari beberapa substansi yang ada dan dari hasil penserasian ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan pada hari ini menyangkut masalah substansi.

Pertama adalah keterkaitan dengan posisi atau kewenangan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi di dalam undang-undang ini, bahwa Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu punya peran yang berkaitan dengan perumusan kebijakan di bidang Aparatur Sipil Negara, itu hal mendasar pertama yang kami sampaikan yang pemerintah sepakati dan nanti mohon juga pendapat pandangan pendapat dari Panitia Kerja.

Yang kedua adalah terkait dengan peran LAN (Lembaga Administrasi Negara) itu akan berperan terkait dengan kegiatan penelitian dan pengembangan administrasi negara dan pembinaan Diklat. Ini peran LAN yang perlu mendapat pengaturan di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Kemudian peran BKN itu nanti akan terkait dengan pelaksanaan pembinaan manajemen Aparatur Sipil Negara dan yang ke empat adalah terkait dengan peran Komite Aparatur Sipil Negara. Itu nanti perannya adalah berkaitan dengan kewenangan pelaksanaan kebijakan pembinaan profesi Aparatur Sipil Negara. Itu adalah beberapa hal telah kami sepakati di internal pemerintah.

Kemudian yang berikutnya adalah fungsi manajemen mulai dari perencanaan pegawai sampai dengan pemberhentian, sebagaimana di dalam draft Rancangan Undang-Undang ini ada di dalam Pasal 48 atau Pasal 50, diakomodir dalam rincian Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tanpa menghapus rumusan lama agar ada hasil koordinasi. Ini juga kami sampaikan. Kemudian kata “Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri”

itu diadakan. Kemudian juga ada penghapusan beberapa DIM yaitu dalam Pasal 228 sampai

dengan DIM 237, karena overlap penulisan dengan DIM 72 sampai dengan DIM 80.

(6)

Draft rumusan sinkronisasi tim teknis pemerintah secara rinci, kami sudah rumuskan di dalam draft Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara yang kami beri warna merah Pak di sini, ini nanti yang kami sampaikan usulkan untuk dibahas lebih lanjut di dalam Panitia Kerja. Jadi ini dari sisi pemerintah saja Pak kami mengajukan usulan tambahan substansi yang perlu dibahas di dalam Panitia Kerja.

Memang pada waktu rapat dengan tim teknis dari DPR RI, dari tim teknis DPR RI memang tidak dimasukkan di dalam rumusan hasil tim teknis, tapi karena biarlah nanti pemerintah menyampaikan saja kepada rapat Panitia Kerja sekarang ini, karena dari pihak tim sekretariat tidak punya kewenangan untuk memasukkan itu di dalam draft Rancangan Undang-Undang untuk di sebagai usul baru, tapi ini biarlah pemerintah yang menyampaikan. Nah oleh karena itu, kami pada kesempatan tadi apa yang menjadi usulan tambahan dari pemerintah untuk dibahas pada Panitia Kerja, di samping dengan apa yang sudah disepakati di dalam Rancangan Undang-Undang sebelumnya, yang memang justru ada rekomendasi usulan untuk dibahas di Panitia Kerja atau di Timsin atau Timus, itu yang pertama Pak.

Nah oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengusulkan bahwa apakah dua-duanya ini mau dibahas baik yang kami tandai merah sebagai hasil rumusan tambahan baru Pak untuk dibahas, apakah nanti langsung dibawa di Panitia Kerja atau bagaimana, ini kami mohon kepastian menyangkut masalah ini. Tapi yang di luar itu sudah ada rumusan untuk dibahas di apakah di Timus atau Timsin atau mungkin juga diputus di tingkat Panitia Kerja sekarang ini.

Demikian Bapak Pimpinan Sidang.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Sebelum tanggapan, saya ingin samakan dulu kita. Nanti saya juga ingin mendengar pendapat dari Kementerian Dalam Negeri, jadi ini hal-hal yang bersifat yang perlu kita samakan.

Tapi sebelum kemudian menyampaikan, saya sampaikan dulu Laporan Ketua Panitia Kerja supaya kita sama ini.

Pokja atau Panitia Ahli terdiri dari wakil pemerintah dan tim ahli pemerintah mengadakan pertemuan pada tanggal 16-17 Januari 2012, yang dipimpin oleh Ketua Panitia Kerja, dihadiri oleh Wakil Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pokja telah melakukan pembahasan per cluster. Adapun pokok-pokok pembahasan dan hasilnya sebagai berikut.

1. Masalah definisi dan nomenclature.

a. Nomenclature pegawai tidak tetap pemerintah dan pegawai non permanen pemerintah. Ini yang dibahas.

b. Pemerintah mengusulkan penghapusan kata perwakilan karena sudah termasuk dalam bagian Kementerian Luar Negeri, pada prinsipnya dapat disetujui.

c. Pemerintah mengusulkan mengubah istilah instansi pusat dan instansi daerah menjadi instansi pemerintah dan instansi pemerintah daerah.

d. Usulan tambahan adalah definisi tentang kompetensi tambahan.

2. Masalah substansi.

a. Jabatan Eksekutif Senior. Terkait dengan Jabatan Eksekutif Senior, perlu diperjelas apakah hanya eselon I atau meliputi eselon II. Eselon I saat ini berjumlah kurang lebih 550 orang dan apabila ditambah dengan eselon II berjumlah sekitar 6.500. Pengisian Jabatan Eksekutif Senior diusulkan terbuka baik kalangan Pegawai Negeri Sipil maupun non Pegawai Negeri Sipil, tapi perlu dibuat kriteria yang jelas, antara lain:

1) Jabatan sangat diperlukan.

(7)

2) SDM yang mempunyai kompetensi dimaksud tidak ada dari kalangan Pegawai Negeri Sipil.

3) Harus dikukuhkan dengan Keputusan Presiden.

b. Komisi Aparatur Sipil Negara. Pemerintah mengusulkan mengubah kewenangan KASN antara lain, yang menetapkan regulasi mengawasi instansi dan melaksanakan regulasi dan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan menjadi, jadi bukan jadi dia menetapkan regulasi maka diubah jadi melaksanakan regulasi mengenai profesi jabatan eksekutif. Lalu komposisi KASN (Komisi Aparatur Sipil Negara) dalam pembahasan Pokja Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara berkembang pemikiran wakil pemerintah tetap satu, akademisi dua orang, tokoh masyarakat tiga orang dan dari organisasi Aparatur Sipil Negara satu orang dengan menghapus wakil daerah.

c. BKN, BKN meminta untuk diikutkan memberi pertimbangan dalam penetapan kebutuhan pegawai, selain di Jakarta, BKN dimungkinkan membuka kantor regional sebagaimana yang sudah ada saat ini, tiga rencana pembentukan nasional assesment centre dan ID Base Recrutment Process.

d. Kemudian pembiayaan pensiun ini yang menjadi bahan krusial diperlukan pembahasan khusus mengudang Menteri Keuangan, TASPEN, BUMN, BKN dan Laporan Kunjungan Kerja Keluar Negeri Komisi II DPR RI ke Negara Finlandia itu.

e. Manajemen PTTP perlu pendalaman apakah proses mulai penetapan kebutuhan pengadaan seleksi PTTP disamakan dengan manajemen Pegawai Negeri Sipil. Ini yang krusial.

f. Kemudian mengenai kode etik dan displin, pemerintah mengusulkan tambahan bab baru tentang kode etik dan disiplin.

g. Pencalonan pengangkatan dan jabatan negara, meminta penegasan posisi KPU dan DPD berkembang usulan pejabat negara tidak dimuat penjelasan pasal, apakah KPU dan DPD itu adalah pejabat negara, ini perlu diputuskan.

h. Penyelesaian tentang sengketa Aparatur Sipil Negara.

i. Penyelesaian sengketa dalam hal pemberhentian pegawai Aparatur Sipil Negara diselesaikan melalui Peradilan Tata Usaha Negara.

j. Peraturan Pelaksana, akan dilakukan penyisiran untuk bentuk peraturan yang tepat terhadap Peraturan Pelaksanaan diamanatkan Rancangan Undang-Undang ini.

Ini hasil keputusan dari Panitia Kerja. Sebelum itu, kami mintakan dulu pendapat dulu dari Sekjen Kementerian Dalam Negeri, kami persilakan.

PEMERINTAH (SEKJEN KEMENDAGRI RI):

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Yang terhormat Bapak Pimpinan serta Bapak Ibu Anggota Komisi II DPR RI yang kami hormati.

Kami sampaikan terima kasih kesempatan yang disampaikan kepada kami, dan pada

kesempatan yang berbahagia ini perkenankan kami untuk menyampaikan beberapa hal, berkaitan

dengan Peraturan Aparatur Sipil Negara, khususnya adalah Aparatur Sipil Negara yang bekerja

pada pemerintah daerah dan diharapkan dapat dipertimbangkan dalam penyempurnaan

Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara.

(8)

Beberapa catatan kami sampaikan kepada Bapak Pimpinan serta Bapak Ibu sekalian yang kami hormati yaitu yang pertama bahwa kami dari Kementerian Dalam Negeri sangat mengapresiasi dan pada prinsipnya sependapat dengan materi muatan yang tertuang dalam Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara. Khususnya adalah terkait dengan upaya untuk membangun Aparatur Sipil Negara yang profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Yang kedua, sejalan dengan penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, Kementerian Dalam Negeri juga sedang menyiapkan Rancangan Undang- Undang tentang Pemerintah Daerah, sebagai pengganti Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana Ampresnya telah kami serahkan kepada DPR RI dalam hal ini adalah Komisi II DPR RI yang kami sampaikan pada tanggal 24 Januari 2012 yang lalu.

Yang ketiga, sebagaimana kita maklumi bersama bahwa Pasal 18 ayat (2) dari Undang- Undang Dasar 1945, di sini menyatakan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Yang ke empat, agar pemerintah daerah mampu melaksanakan otonominya secara optimal, sebagai instrumen menciptakan proses demokratisasi dan instrumen menciptakan kesejahteraan di tingkat lokal, maka yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah elemen-elemen dasar yang membentuk pemerintahan daerah sebagai suatu entitas pemerintahan. Sedikitnya ada 7 elemen dasar yang membentuk entitas pemerintahan, ini yang pertama adalah urusan pemerintahan yang dikerjakan. Yang kedua adalah kelembagaan yang melaksanakan kewenangan daerah. Yang ketiga, personil yang menggerakkan kelembagaan daerah. Yang ke empat adalah keuangan daerah sebagai konsekuensi dari urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Yang kelima adalah perwakilan daerah pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dan yang ketujuh adalah pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.

Ketujuh elemen dasar ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait, saling mempengaruhi dan tergantung satu sama lain dalam menentukan berhasil tidaknya pemerintah daerah dalam menjalankan otonominya.

Bapak Ibu sekalian yang terhormat,

Personil yang bekerja pada pemerintah daerah adalah Aparatur Sipil Negara yang menggerakkan organisasi maupun kelembagaan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dengan kata lain, bahwa Aparatur Sipil Negara yang bekerja pada pemerintahan daerahlah yang akan menjalankan kebijakan di daerah.

Mengingat begitu strategisnya peran Aparatur Sipil Negara dalam menyelenggarakan

urusan pemerintah daerah, maka tentunya Aparatur Sipil Negara yang profesional, netral dan

berdedikasi tinggilah yang mampu menjawab tugas ini. Namun demikian realitas Aparatur Sipil

Negara yang profesional masih jauh dari harapan. Bahkan banyak permasalahan yang muncul di

daerah, terkait dengan manajemen Aparatur Sipil Negara yang dapat mengganggu kinerja

pemerintahan daerah secara keseluruhan.

(9)

Bapak Ibu sekalian yang terhormat,

Adapun permasalahan-permasalahan tersebut antara lain adalah adanya politisasi Aparatur Sipil Negara, ini mengedepankan isu putera daerah, penempatan dalam jabatan yang tidak berbasis kompetensi, sehingga mengakibatkan tidak jelasnya karir planning Pegawai Negeri Sipil di daerah, tidak adanya keamanan dan kenyamanan kerja atau security of team work.

Terjadinya kecenderungan pengangkatan Aparatur Sipil Negara tidak berdasarkan kebutuhan menyebabkan membengkaknya biaya aparatur, sulitnya mutasi baik secara vertikal maupun horizontal. Pemerintahan Daerah mengalami kekurangan dan kelebihan Pegawai Negeri Sipil pada waktu yang bersamaan. Kekurangan Pegawai Negeri Sipil ini berkualitas, dan kelebihan Pegawai Negeri Sipil yang tidak berkualitas, dan distribusi Pegawai Negeri Sipil antar daerah tidak seimbang. Ada daerah yang berkelebihan Pegawai Negeri Sipil dan ada daerah yang kekurangan Pegawai Negeri Sipil.

Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan pengangkatan dalam jabatan dijadikan komoditas dan adanya ketimpangan kesejahteraan yang tajam antar daerah. Tunjangan kinerja dan tunjangan daerah yang antar daerah ini menyebabkan kecemburuan antar daerah.

Undang-Undang Dasar No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maupun peraturan perundang-undangan lainnya, belum memiliki pengaturan yang mampu mengarahkan pengembangan Aparatur Sipil Negara yang bekerja pada pemerintah daerah. Masih banyak ruang yang tersedia bagi berbagai pihak untuk melakukan infiltrasi politik dalam kehidupan birokrasi di daerah. Untuk itu, karena Aparatur Sipil Negara yang bekerja pada pemerintah daerah merupakan salah satu elemen dasar, yang membentuk pemerintah daerah dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, maka pengaturan tentang Aparatur Sipil Negara tersebut haruslah merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana tadi Bapak Pimpinan menyampaikan bahwa jangan sampai regulasi yang kita buat ini tidak bisa dilsk di daerah.

Untuk itu, sepanjang pengaturan yang menyangkut Aparatur Sipil Negara yang bersifat spesifik dan terkait dengan manajeme pemerintahan daerah, diatur dalam Rancangan Undang- Undang Pemerintahan Daerah, sedangkan hal-hal yang menyangkut Aparatur Sipil Negara yang bersifat generik atau umum diatur dalam Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara.

Bapak Ibu yang terhormat,

Beberapa isu strategis yang terkait dengan Aparatur Sipil Negara di daerah, yang diatur dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, kami laporkan antara lain adalah:

Yang pertama, jumlah Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil Negara di daerah didasarkan atas beban tugas untuk melaksanakan urusa pemerintahan yaitu sesuai dengan Pasal 110 ayat (1) dari Rancangan Undang-Undang Pemerintah Daerah. Pengaturan ini sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi kecenderungan daerah mengangkat Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil Negara tidak berdasarkan pada kebutuhan rill, sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya kelebihan jumlah Pegawai Negeri Sipil dan membengkaknya biaya aparatur.

Yang kedua, kepala daerah dilarang mengangkat pegawai honorer yang pengadaannya

tidak didasarkan pada peraturan perundang-undangan, ini sesuai dengan Pasal 110 ayat (2) dari

Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Pengaturan ini juga dimaksudkan sebagai

salah satu upaya untuk mengantisipasi kecenderungan daerah mengangkat Aparatur Sipil Negara

yang tidak didasarkan pada kebutuhan rill, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya

kelebihan jumlah Pegawai Negeri Sipil pengangkatannya dijadikan komoditas atau untuk

mengakomodir kepentingan tertentu dan membengkaknya biaya aparatur.

(10)

Selanjutnya yang ketiga adalah pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Sekda, itu ada pada Pasal 112 sampai dengan Pasal 115 Rancangan Undang-Undang Pemerintah daerah.

Sekda Provinsi diangkat dipindahkan dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan untuk Sekda Kabupaten Kota oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Sekda Provinsi diisi dari seluruh Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan administrasi dan kompetensi. Sedangkan bagi Sekda Kabupaten Kota diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan administrasi dan kompetensi dan bekerja di wilayah provinsi yang bersangkutan. Jadi tidak hanya sekarang kondisi sekarang ini ya dari kabupaten yang bersangkutan, tidak bisa antar kabupaten.

Selanjutnya mekanisme pengangkatan Sekda Provinsi adalah pengangkatan Sekda dilakukan berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan secara terbuka oleh tim pemerintah pusat yang dibantu oleh tim penguji independen. Tim menyampaikan 3 orang calon Sekda Provinsi hasil seleksi kepada Gubernur, untuk selanjutnya Gubernur mengajukan 3 calon Sekda Provinsi kepada Menteri Dalam Negeri, serta dengan rekomendasi kemudian Menteri Dalam Negeri mengajukan 3 calon kepada Presiden, dilampiri dengan rekomendasi Gubernur untuk ditetapkan salah satunya menjadi Sekretaris Daerah Provinsi, selanjutnya Gubernur melantik Sekda yang telah ditetapkan oleh Presiden.

Mekanisme pengangkatan Sekda Kabupaten Kota adalah sebagai berikut. Pengangkatan Sekda dilakukan berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan secara terbuka oleh tim yang terdiri dari unsur pemerintah pusat dan pemerintah provinsi yang dibantu oleh tim penguji independen. Tim menyampaikan 3 orang calon Sekda Kabupaten Kota hasilnya seleksi kepada Bupati Walikota, untuk selanjutnya Bupati Walikota mengajukan 3 orang calon Sekda kepada Gubernur, serta dengan rekomendasi kemudian Gubernur mengajukan 3 calon kepada Menteri Dalam Negeri, dilampiri dengan rekomendasi Bupati Walikota untuk ditetapkan salah satunya menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Kota.

Pengangkatan Kepala SKPD sesuai dengan Pasal 116 sampai dengan Pasal 119 Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Dimana Kepala SKPD Provinsi diangkat, dipindahkan, dan diberhentikan oleh Gubernur dan oleh Bupati, Walikota bagi Kepala SKPD Kabupaten Kota. Kepala SKPD Provinsi diisi dari Pegawai Negeri Sipil seluruh Indonesia, yang memenuhi persyaratan administrasi dan kompetensi. Kepala SKPD Kabupaten Kota diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Kabupaten Kota dan Provinsi yang bersangkutan dan yang memenuhi persyaratan administrasi dan kompetensi.

Adapun mekanisme pengangkatan Kepala SKPD Provinsi, pengangkatannya Kepala SKPD Provinsi dilakukan berdasarkan hasil seleksi tim yang terdiri dari unsur pemerintah pusat dan unusr pemerintah provinsi yang dilaksanakan secara terbuka dan dibantu oleh tim penguji independen. Tim menyampaikan 3 orang calon kepada Gubernur, untuk ditetapkan dan dilantik salah satu sebagai Kepala SKPD Provinsi.

Adapun mekanisme pengangkatan Kepala SKPD Kabupaten Kota, pengangkatan Kepala SKPD Kabupaten Kota dilakukan berdasarkan hasil seleksi tim yang terdiri dari unsur pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota yang dilaksanakan secara terbuka dan dibantu oleh tim independen. Tim menyampaikan 3 orang calon kepada Bupati Walikota, untuk ditetapkan dan dilantik salah satunya sebagai Kepala SKPS Kabupaten Kota.

Pengaturan persyaratan dan mekanisme pengangkatan pejabat atau Sekda atau Kepala

SKPD di daerah, yang dituangkan dalam Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah,

diharapkan akan mengurangi subjektivitas dalam pengangkatan pejabat di daerah, sehingga akan

terpilih Pegawai Negeri Sipil yang berkualitas untuk menduduki jabatan strategis dan dapat

bersinergi dengan kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, serta dapat

berperan sebagai penggalang persatuan dan kesatuan bangsa, sekaligus menjaga netralitas

Pegawai Negeri Sipil dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Persyaratan dan

mekanisme pengangkatan pejabat pemerintah daerah ini menjadi titik penting dalam peningkatan

kinerja pemerintahan daerah di masa yang akan datang.

(11)

Kaitannya dengan perpindahan Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil Negara, itu sesuai dengan Pasal 120 Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah, perpindahan Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil Negara dalam satu daerah provinsi, baik antar daerah kabupaten kota maupun daerah kabupaten kota ke daerah provinsi atau sebaliknya ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pengaturan ini dimaksudkan agar tidak ada perpindahan atau mutasi Aparatur Sipil Negara, dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan daerah dan adanya keseimbangan dalam distribusi daerah, sehingga tidak ada daerah yang kelebihan Aparatur Sipil Negara atau kekurangan Aparatur Sipil Negara.

Selanjutnya mengenai tunjangan kinerja, ini sesuai dengan Pasal 121 Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah dapat memberikan tunjangan kinerja di luar gaji dari dan tunjangan dengan berpedoman pada kinerja, beban kerja, resiko kerja, kelangkaan profesi dan tingkat kemahalan daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

Pengaturan ini dimaksudkan agar tidak ada ketimpangan kesejahteraan yang tajam antar daerah dan untuk menciptakan keseimbangan antar biaya aparatur dengan biaya untuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat.

Bapak Ibu sekalian yang terhormat,

Terkait dengan Jabatan Eksekutif Senior, di instansi pemerintah daerah, kami sependapat dengan Pasal 18 dan penjelasan Pasal 18 Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, yang menyebutkan bahwa Jabatan Eksekutif Senior di instansi pemerintah daerah adalah Sekretaris Daerah dengan alasan yaitu dalam Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah telah mengatur adanya tipelogi satuan kerja perangkat daerah atau SKPD sesuai dengan kriteria daerah dan beban urusan pemerintahan daerah masing-masing, yang berimplikasikan dimungkinkannya Kepala SKPD Provinsi bukan dari Pejabat Eselon IIa. Jika Jabatan Eksekutif Senior di instansi pemerintah daerah distandarisasi IIa sebagiamana dicantumkan dalam DIM pemerintahan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, maka akan ada perbedaan perilaku terhadap Kepala SKPD Provinsi.

Selanjutnya merujuk pada Pasal 18 Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, bahwa yang dimaksud dengan Jabatan Eksekutif Senior antara lain adalah pejabat struktural tertinggi, maka lebih tepat apabila pejabat struktural tertinggi di instansi pemerintah daerah yaitu Sekretaris Daerah sebagai Pejabat Pembina Karir Pegawai Negeri Sipil tertinggi di daerah, sehingga Kepala SKPD provinsi bukan merupakan Jabatan Eksekutif Senior.

Demikian beberapa hal yang dapat kami sampaikan kepada Dewan yang terhormat dengan masukan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara pada rapat Panitia Kerja kali ini. Demikian kurang lebihnya mohon maaf.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikumsalam Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Jadi ada dua masukan teman-teman sekalian. Satu, catatan dari Kementerian Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi yang dicatat dengan ketika merah, itu

akan jadi masukan kita. Kedua, catata yang diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri. Kami

mohonkan dan ditambah satu dengan Lapo Hasil Panitia Kerja Ahli. 3 hal ini tolong disatukan dulu

dalam matrik, supaya nanti dalam pembahasan di Panitia Kerja kita sudah lebih jelas, tidak

tersebar dimana-mana dalam satu kesatuan.

(12)

Saya ulangi, jadi pada waktu teman-teman ada di Panitia Kerja kita sudah menerima semua ini dalam bentuk satuan kesatuan. Jadi besok malam ini sudah siap, jadi kita membahas sudah apa yang disampaikan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, apa yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri dan apa hasil dari Panitia Kerja dalam satu kesatuan. Ini kita terima sebagai bahan untuk kita bahas di Panitia Kerja, demikian bisa diterima?

(RAPAT : SETUJU)

F-PD (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM):

Pak,

Mau nanya maksudnya itu bahan-bahan itu sudah disinkronisasikan dalam bentuk redaksi yang tertulis menjadi bahan kita maksudnya Pak, bukan 3 bahan terpisah-pisah kita mempelajari lagi gitu loh Pak, biar sekretariat atau tim ahli itu sehingga bahan ini kita lebih enak Pak. Kalau 3 bahan nanti disuguhkan dalam bentuk 3 bahan, kita juga masih memakan waktu lama juga.

KETUA RAPAT:

Bukan, nanti dalam satu matriklah, jadi ditata supaya ini tidak tersebar.

F-PDIP (DRA.EDDY MIHATI):

Jadi dikompilasi ya Pak Ketua maksudnya dikompilasi dulu, yang kemudian nanti kita sisir bersama.

Kemudian terkait ini tadi kan masukan dari Kementerian Dalam Negeri kan banyak yang itu ternyata kan nanti jangan sampai terjadi overlap antara Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara dengan Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang sudah di ini. Tetapi kalau saya mendengar dari apa yang disampaikan oleh Ibu Sekjen itu memang spesifik untuk pengaturan di pemerintahan daerah ya.

Terima kasih Ketua.

F-PDIP (H. RAHADI ZAKARIA, SIP, MH):

Ya Pimpinan,

Seijin Pimpinan rapat.

Saya ingin langsung saja ini.

Jadi begini, mumpung ada Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi, justru saya ingin meminta suatu ketasan, bukan berarti untuk mementahka ini Pak. Ada satu ketegasan yang kita bisa seragam agar nantinya tidak timbul persoalan di kemudian hari.

Pertama, nomenclature, selama ini kan banyak keberatan, jadi bukan berarti saya

mencerca hasil kita, ini milik kita Pak, ini beta punya Pak, tapi ini untuk klarifikasi saja supaya tidak

ada persoalan-persoalan di kemudian hari. Kemudian soal nomenclature apakah pihak pemerintah

sudah sepakat, itu dulu.

(13)

Kemudian persoalan lembaga non struktural. Itu juga harus clear juga Pak, karena Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi itu kan sedang melakukan sesuatu studi efektivitas lembaga non struktural, yang konon kabarnya ada beberapa yang terpaksa digugurkan. Nah ini dengan tambahannya apakah nanti juga tidak timbul persoalan menyangkut anggaran dan lain sebagainya, biaya dan sebagainya dari APBN. Ini supaya clear dulu Pak. Ini catatan-catatan yang selama ini saya masih berpegang teguh dengan catatan itu. Jadi ini mumpung dengan pemerintah. Jadi supaya ini tidak ada kesalahpahaman.

Kedua, masalah pejabat senior yang menjadi pembina. Apakah memang harus seperti itu, bagaimana mohon maaf ini Wakil Menteri masih di dalam gugatan sekarang. Masih dipersoalkan secara terus menerus Wakil Menteri ini, nah ini juga satu persoalan yang saya kira juga perlu kita cermati Wakil Menteri ya kan. Nah kemudian peran Gubernur atau peran Bupati atau peran Menteri ini juga perlu juga kita harus mengkritisi agar tidak nanti ini muncul kemudian baru 2-3 hari kita di yudisial di Mahkamah Konstitusi. Ini tentunya bahwa undang-undang ini harus betul-betul kuat benar Pak, ketika di yudisial, kita betul-betul kokoh, mapan dan tidak ada masalah-masalah yang diabortus menurut saya.

Ini saya kira dengan pemerintah kita perlu ada kesepahaman dulu agar ini tidak nanti saling saling dan lain sebagainya, kemudian itu produk DPR RI dan sebagainya, padahal pemerintah juga ikut membahas, ini Pak, jadi supaya jelas ini persoalannya. Jadi supaya saya tidak mau buru-buru ini Pak, ini memerlukan pencermatan yang betul-betul cermat. Kalau menurut jadwal kayanya kita mau terburu-buru, tapi jangan. Ini persoalan yang tentunya bagaimana undang-undang ini memiliki ketahanan yang luar biasa, bukan nanti muncul kemudian diubah lagi.

Selama ini banyak undang-undang muncul diubah, muncul diubah, saya ingin undang- undang yang ini agar memiliki suatu ketahanan yang luar biasa, karena kita sudah studi kemana- mana, dan tentunya mendapat masukan-masukan yang luar biasa. Jadi begitu kepada pihak pemerintah, jadi bukan apa-apa, ini memang milik DPR RI tapi dibahas sama bersama pemerintah.

Bukan berarti kita mencereweti milik kita sendiri, tapi mari kita bareng-bareng kita kritisi gitu. Jadi ada beberapa isu krusial yang nampaknya ini harus kita cermati secara bersama-sama Pak Ketua dan Pak Wakil Ketua ini dalam rangka penguatan ini bukan apa-apa, jadi jangan nanti ini Rahadi ini sudah milik sendiri masih dikorek-korek, bukan begitu Pak maksudnya, mumpung ada pemerintah, terutama masalah lembaga non struktural ini yang sekarang menjadi isu yang terus menerus disoroti oleh berbagai pihak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak Muqowam.

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Setelah kita mendengar 3 masukan paling tidak ya Pak ya Pak Ketua, satu dari

Kementerian Dalam Negeri, lalu yang kedua adalah dari Kementerian Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi, kemudian satu lagi yang disampaikan oleh Pak Ketua

sebagai hasil dari perumusan dari Pokja.

(14)

Pertama, bahwa yang disampaikan oleh Ibu Diah itu luar biasa, saya kira bukan persoalan pusat daerah, bukan persoalan mengenai perpindahan saja, tapi pada substansinya adalah apa yang disampaikan oleh Ibu Diah dengan 7-8 peroalan tadi, politisasi, isu putera daerah, tidak berdasarkan ada kebutuhan, sulit mutasi, kemudian kualitas dan kuantitas itu asimetris, kemudian distribusinya juga antar satu daerah tingkat II satu dengan yang lain itu juga jomplang, kemudian soal pembinaan karir dan tunjangan kinerja ya saya kira ini mereferensikan bahwa secara realitas hari ini adalah itu menjadi persoalan di daerah, sehingga otonomi masih menyisakan persoalan yang itu Pak Taufiq.

Nah karenanya bagaimana mengelaborasi menjadi sebuah ke dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, saya kira saya mohon dengan hormat ini Pak Ketua, agar Kementerian Dalam Negeri betul-betul serius, karena ini bukan hanya kebutuhan dalam negeri, tapi kebutuhan siapapun dia, institusi pusat dan daerah semua kepentingannya ada di sini. Tidak hanya Kementerian Dalam Negeri dan tidak juga Kementerian Agama misalnya, kemudian tidak juga Kementerian Keuangan tidak, tapi bahwa ini keseluruhan.

Jadi saya kira berkaitan dengan itu saya kira perlu waktu yang banyak untuk bagaimana mengelaborasi menjadi satu draft undang-undang yang bagus. Karena tadi Bu Diah sangat bagus maksudnya ketika bicara 7 elemen, maka personil yang hari ini masih jadi persoalan di dalam rangka pengembangan daerah, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Ini yang saya kira ini masukan yang harus juga dioptimalkan, sehingga undang-undang harus tercermin dari itu.

Yang kedua Pak Ketua, beberapa waktu yang lalu saya kira terhadap cluster ini adalah sudah merupakan jawaban terhadap isu-isu yang sudah pernah kita gelontorkan di dalam ruang rapat ini. Nah karena itu sebelum masuk Panitia Kerja yang besok, saya kira hari ini harus kita selesaikan paling tidak ada pemahaman yang sama.

Pertama mengenai posisi apakah kemudian penetapan kebutuhan pengadaan dan seleksi apa disamakan antara pegawai tidak tetap dengan pegawai tetap. Ini saya kira harus tidak boleh ada lagi masuk ke Aston besok, kita harus mempunyai pendapat yang sama. Kalau menurut saya dari Faksi PPP adalah sejujurnya saja tidak perlu disamakan antara bagaimana pengadaan rekrutmen, kemudian sampai dengan seleksi dan seterusnya, antara pegawai negara pegawai tetap dengan pegawai tidak tetap pemerintah itu. Ini harus ada harus dibedakan Pak.

Rasionalitasnya banyak sekali, dan saya kira saya tidak perlu menyampaikan dalam kesempatan kali ini.

Lalu yang kedua, mengenai KASN ya, ini rumusan dari tim Pokja ada satu pemerintah, dua akademisi, tiga masyarakat. Ya saya terus terang saja nanti minta pemikiran dari pemerintah dan juga dari kita semua, karena berdasarkan kepada pengamatan terhadap institusi yang dibentuk oleh undang-undang yang melibatkan masyarakat, itu kadang-kadang mengalami disorientasi yang luar biasa ketika dia dijabat oleh orang-orang yang keputusannya dilakukan secara politis melalui DPR RI misalnya.

Nah jadi karena itu, karena ini adalah Aparatur Sipil Negara, saya ingin bertanya kepada

kita semua, saya memberikan catatan bahwa dari tokoh masyarakat yang seperti apa ini? Sebab

bisa jadi di satu sisi ada proses demokratisasi, di satu sisi ada proses keterlibatan masyarakat,

tetapi pada saat yang sama justru terjadi degradasi kualitas terhadap pola pengembangan

daripada Aparatur Sipil Negara. Nah karena itu saya minta agar ini ada rasionalisasi yang jelas,

bukan satu adalah pemerintah, dua akademisi, tiga masyarakat ini diputuskan, tapi bagaimana

idealnya kita lakukan. Apakah jumlahnya misalnya tidak ganjil, atau bagaimana dan sebagainya

sehingga posisi masyarakat yang mana ini? Bisa jadi nanti setelah menjadi Anggota DPR RI maka

atas nama masyarakat, seseorang mantan Anggota DPR RI menjadi Anggota KASN. Seperti di

komisi yang lain juga dilakukan seperti itu, ketika dia tidak memahami mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan Aparatur Sipil Negara.

(15)

Kemudian catatan yang lain dari apa yang disampaikan oleh kita dalam rapat-rapat, itu di dalam tadi pencalonan dan pengangkatan dalam jabatan negara. Saya kira ke Bogor besok Pak Taufiq, di dalam 104 itu jelas sekali di sana bahwa ada sejumlah jabatan yang diperbolehkan diisioleh Aparatur Sipil Negara. Nah karena itu kalau kemudian kita membaca Pasal 104 mengenai pencalonan pengangkatan dalam jabatan negara, di dalam draft itu Pegawai Aparatur Sipil Negara dapat mencalonkan diri untuk jabatan negara tertentu, saya kira kita tidak perlu meng... dari posisi KPU dan DPD. Wong Pegawai Negeri Sipil jadi apapun boleh kok, apalagi hanya sekedar misalnya KPU dan DPD, menjadi Presiden saja boleh, menjadi Gubernur boleh, masa menjadi ini tidak boleh.

Jadi saya berpendapat bahwa sebaiknya PR mengenai KPU dan DPD itu kita selesaikan di sini, sehingga kita gembok sudah selesai Pak Ketua. Ini yang saya kira perlu kita sepakati dalam kesempatan kali ini.

Yang terakhir, ini hubungan antar BKN, LAN dan KASN. Ini Pak Tasdik, saya kira sungguhpun Bapak sudah mencoba menyiapkan dengan satu pendalaman yang kategoris gitu ya, diatur saja kadang-kadang seperti tidak beraturan ya. Kita mencoba untuk melakukan satu upaya, satu positioning BKN, LAN dan KASN dalam konteks mandiri, lalu yang kedua adalah bagaimana mengkaitkan BKN, LAN dan KASN dalam konteks pengelolaan pegawai atau Aparatur Sipil Negara secara menyatu integratif.

Nah oleh karena itu Pak Ketua, saya kira apa yang disampaikan dalam kesempatan kali ini mulai dari pendelegasian sebagian kekuasaan pembinaan dan pengembangan Aparatur Sipil Negara dari Presiden, kemudian mengenai sifat baik BKN, LAN dan KASN, kemudian tujuan daripada KASN, kemudian kedudukan, fungsi ya, yang saya kira yang paling banyak di sini Pak Tasdik adalah mengenai fungsi yang harus beda secara signifikan antara BKN, LAN dan KASN ya.

Jadi kalau BKN itu sedemikian banyak mulai dari A sampai dengan Maka, sedangkan di dalam tugas berikutnya adalah BKN mempunyai tugas dua, sedangkan KASN ini ada a,b,c,d,e,f,g,h. Jadi saya ingin kita semua Komisi II DPR RI di dalam melakukan regulasi dan outputnya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini, betul-betul secara kategoris bisa betul dibedakan dalam pelaksanaan antara BKN, LAN dan KASN. Ini yang saya kira kemudian hari tidak muncul persoalan duplikasi seperti yang disampaikan oleh Pak Taufiq. Kalau kemudian dia masih overlap, sepanjang itu menyatu dalam satu tujuan, saya kira saya masih memberikan satu apresiasi. Oleh karena itu saya minta kepada pemerintah dalam hal ini, tolong berikan yang lebih jelas lagi mengenai pembina dan intergrasi antara BKN, LAN dan KASN. Saya kira demikian Pak Ketua.

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak Nanang.

F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC):

Terima kasih Pimpinan.

Bapak Ibu dari partner kita dari pemerintah.

Teman-teman Anggota Komisi II.

Beberapa point sempat saya dengar tadi, walaupun tidak secara keseluruhannya, namun

dalam benak saya setelah mengikuti beberapa pertemuan sejak awal pada saat kita membahas

Aparatur Sipil Negara ini dengan pemerintah, rupanya teman-teman dari Kementerian Dalam

Negeri baru masuk sekarang, baru gabung sekarang. Nah dan usulan-usulannya banyak usul-usul

(16)

yang baru, yang dalam pikiran saya belum sempat terdiskusikan internal pemerintah, karena pemerintah itu semestinya satu paket, kita tidak tahu mana Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mana Kementerian Dalam Negeri kita anggap satu, maka ada baiknya internal pemerintah diskusi dulu, walaupun saya tahu masalah-masalah yang akan terjadi pada saat diskusi ini cukup alot, terutama tadi Ibu Sekjen memaparkan kondisi-kondisi didae, dimana sebagian besar hidup saya menjadi objek untuk hal-hal yang berkaitan dengan Pegawai Negeri Sipil di daerah, maka ada baiknya internal pemerintah diskusi dulu, kemudian besok kita sudah tinggal menyelesaikan hal-hal yang pokok.

Tadi banyak disitir oleh Ibu Sekjen mengenai Undang-Undang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Pemerintah Daerah tidak kaku dan sebentar lagi akan kita sempurnakan. Mana- mana yang bisa dikaitkan alangkah baiknya kita muat saja di sini atau sebaliknya hal-hal yang belum termuat di sini kita pindahkan ke Undang-Undang Pemerintah Daerah, karena saya merasakan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini nuansanya masih nuansa pemerintah yang tidak terlalu banyak ikut terlalu dalam ke kancah pemerintah daerah, tapi saya yakin dengan kepiawaian teman-teman di Kementerian Dalam Negeri bisa menyusun bahwa ini bisa dikait-kaitkan ke sini. Saya tidak sepakat kalau dikatakan bahwa ini harus begini harus begini, tidak ada kata harus, semuanya bisa kita sesuaikan asal niat kita untuk kebaikan dari aparatur ini.

Saya terus terang sering malu kalau berkunjung ke beberapa negara, bahwa aparatur di kita ini terasa seperti jago kandang saja. Bagaimana kita bisa bersaing aparatur kita ini di luar, sehingga bisa go internasional. Jadi kalau kita mencontoh dulu seperti ini, dulu seperti ini, mungkin tidak sepantasnya lagi harus kita melihat ke depan kondisi yang lebih baik seperti apa, sebab seringkali teman-teman di Kementerian Dalam Negeri pengalaman saya dahulu, selalu ingin kembali kejalan normal katanya. Jaman normal yang dimaksud apakah jaman orde baru atau jaman Belanda dulu, tetapi seolah-olah ingin kewenangan itu tetap di jaman normal menurut istilah mereka. Sebagai contoh pada saat desentralisasi, saya merasakan bahwa tidak sepenuhnya terdesentralisasi secara penuh, pasti ada masalah-masalah yang tersisakan. Mudah-mudahan dalam diskusi-diskusi kita mendatang, dan tidak harus dipatok harus selesai pada saat kita di Kopo besok, tetapi minimal arahnya sama dulu.

Jadi senada dengan Pimpinan, bahwa ini bisa disandingkan dulu, sementara teman-teman dari pemerintah menyatukan pandangan, sehingga besok pada saat kita diskusi di Kopo arahnya sudah lebih dekat lagi. Saya yakin itu bisa kalau memang ada niat ke sana.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak Harun.

F-GERINDRA (DRS. H. HARUN AL RASYID):

Yang jelas bahwa hari ini saya lihat ada Ketua Komisi hadir, jadi mohon dari pemerintah asal tahu bahwa ada Ketua Komisi Pak bukan Ketua Panitia Kerja, tadi saya lihat tadi tidak disinggung Pak. Saya cuma tersinggung Pak karena tidak disebut gitu.

Saya cuma berbicara masalah soal sanksi. Apakah sanksi dari suatu Bupati atau

Gubernur menetapkan orang dalam jabatan itu karena kepentingan politiknya, karena kepentingan

karena mereka itu adalah sponsornya, ada kepentingan karena kelompoknya ataukah yang

mungkin karena keyakinannya atau karena mungkin alirannya. Ini yang belum disentuh. Hampir

semua pemilihan Bupati dan Gubernur pada hakekatnya itu ada perubahan sesuai dengan

kehendaknya masing-masing. Tetapi pada saat pelaksanaan itu sudah terjadi, banyak yang protes

(17)

juga tapi tidak bisa direalisir dengan suatu keputusan lebih atas atau mungkin oleh badan yang di atasnya itu, sehingga di sini barangkali sanksi termasuk kalau tidak sanksi pada Bupati, Gubernur, berikan peringatan untuk mengembalikan lagi kepada orang itu atau hakekatnya mencari orang yang profesional yang lebih bagus gitu, tidak karena kepentingan. Di sini barangkali perlu diperjelas dan kewenangan itu.

Kalau di negara-negara maju, Negara Barat Amerika itu tidak pernah disentuh soal yang begitu, jalan saja eksekutif dalam kapasitasnya dia dipilih oleh rakyat, tapi di bawahnya itu tidak pernah ada karena kepentingan itu, karena kita masih terkontaminasi dengan pemikiran setiap incumbent itu kadang-kadang mereka punya orang yang ada, lantas karena mengikutinya, kalau tidak mengikuti dia pada saat pemilihan sudah habislah jabatan itu dan mungkin akan diganti oleh orang yang lain. Sebab orang-orang yang ada di dalam itu bisa dikotak-kotakan juga dengan sponsor-sponsor atau pemilihan orang-orang yang punya kepentingan dalam pemilihan itu.

Jadi di sini barangkali perlu ada badan. Kalau tadi ada badan yang KASN itu ada di pusat, bagaimana bisa memonitor daerah yang begitu banyak, apakah tiap provinsi perlua ada juga itu, sehingga merangkul juga dalam kabupaten-kabupaten yang ada, sehingga dengan demikian bisa kita monitor pegawai-pegawai yang memang punya hak dalam jabatan itu, bukan karena terpengaruh dengan Pimpinan yang baru atau terpengaruh dengan politik yang mungkin hanya sementara itu tiap 5 tahun, akhirnya mereka tidak punya harapan untuk menjadi pegawai yang benar. Demikianlah barangkali tambahan saya.

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak.

F-PG (Ir. MARKUS NARI, M.Si):

Terima kasih.

Rekan-rekan yang saya hormati.

Saya kira saya tinggal menambahkan saja, memang kalau kita berbicara menyangkut khususnya Pegawai Negeri Sipil, di sini kita belum melihat kode etik yang harus kita pertajam, sehingga Peradilan Negeri itu nantinya benar-benar tidak terpengaruh dengan yang dikatakan saudara saya tadi bahwa ketika terjadi Pilkada, ini rata-rata Pegawai Negeri Sipil ini sekarang kalau kita melihat, mereka ini ikut terjun dalam hal politik, sementara ini kan jelas-jelas dalam aturan undang-undang kita tidak boleh Pegawai Negeri Sipil berpolitik, kenapa terjadi begitu, ini harus menjadi diskusi kita pada undang-undang yang akan kita buat ini.

Kalau memang ini harus kita tegaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil tidak boleh berpolitik, harus ada cara yang harus kita buat, kita ikat, sehingga Pimpinan Daerah nanti apakah itu Gubernur yang baru dikatakan tadi atau Walikota, Bupati yang menjabat nantinya ini, tidak mempunyai wewenang yang sangat besar dalam hal pergantian Pegawai Negeri Sipil itu. Inikan mereka selalu ketakutan. Wah sebentar kalau kita tidak ikut ini kita. Jadi ada kode-kode etik yang harus kita lihat di sini, sehingga ada wewenang yang harus kita berikan juga kepada contohnya ke yang dikatakan tadi Jabatan Eksekutif Senior itu adalah Sekda.

Saya juga mau menambahkan di sini, Eksekutif Senior itu jangan cuma Sekda Bu, kalau

bisa asisten itu juga masuk dalam Eksekutif Senior, karena dia tidak punya jabatan yang memang

kalau kita melihat di sini, Sekda memang tertinggi ya, tetapi kalau kita bisa tambahkan Eksekutif

Senior itu selain Sekda itu adalah asisten, saya kira karena kalau Kepala Dinas itu SKPD dia kan

saya kira memang saya tidak setuju kalau dia masuk dalam Eksekutif Senior itu. Tapi kalau Sekda

kalau di kementerian dia kan Menko sebenarnya ya, yang mengkoordinasikan antara beberapa

SKPD itu.

(18)

Jadi kode etik ini kita masukan ini di dalam, sehingga nantinya Pegawai Negeri Sipil itu memang mempunyai pegangan di dalam menjalankan tugas-tugasnya dan juga memang harus Pegawai Negeri Sipil ini kalau di daerah sekarang ini kadang-kadang arogannya tinggi. Kemarin kita di Lampung ya, ada saya tidak tahu, Pegawai Negeri Sipil itu tahu aturan tidak, kita berdiskusi tangannya gini, seakan-akan paling jago di Lampung gitu.

Ketika kita melakukan diskusi di Kantor Gubernur di sana. Dia sadar tidak bahwa yang datang ini teman-teman Anggota Dewan melaksanakan tugas kenegaraan, yang levelnya lebih tinggi daripada. Jadi seakan-akan dengan arogansinya yang tinggi, dia kata-katanya juga tidak sopan, malah dia katakan “Saya sudah capek”. Loh kalau sudah capek tidak usah jadi Pegawai Negeri Sipil, tidak usah jadi pejabat, saya katakan begitu. Kalau saudara sudah capek untuk melayani rakyat masyarakat tidak usah jadi pejabat. Ini yang perlu kita coba pembinaan semacam ini harus kita terapkan, dan kita harus sampaikan kepada, sehingga di dalam pemilihan nanti apakah dia Pimpinan SKPD ya nanti di daerah, ini harus benar-benar jangan karena like and dislike, karena dia tim sukses ya barangkali dan dia menganggap karena dia sudah tim sukses semena-mena dia memperlakukan tugas-tugas yang diemban yang diberikan kepada dia. Dia tidak tahu apa yang harus dia kerjakan. “Saya kan tim sukses, Saya tidak bisa diganti”, kalau perlu saya harus di depan untuk kepentingan kelompok, bukan kepentingan rakyat.

Nah ini yang saya kira yang perlu kita coba lihat di dalam, sehingga saya mau memasukkan masalah etika, masalah kode etik ini di dalam Rancangan Undang-Undang yang coba kita buat ini. Saya kira itu Pimpinan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, silakan Ibu.

F-PG (AGUSTINA BASIK-BASIK S.SOS, MM, M.PD):

Terima kasih Pimpinan yang saya hormati.

Pimpinan serta rekan-rekan Anggota Komisi II DPR RI .

Yang saya hormati Ibu dan Bapak dari mitra kita dari pemerintah.

Selamat siang untuk kita semua.

Hal yang ingin saya ketengahkan di sini adalah bahwa menyangkut tentang apa yang sudah terakomodir adalah juga apa yang telah disampaikan tadi oleh pemerintah Ibu Sekjen, bahwa elemen-elemen dasar dalam pelaksanaan penyelenggara pemerintah daerah itu ada dua antara lain di situ bahwa ada kelembagaan, kemudian aspek Eksekutif Senior, menyangkut tentang hal ini, menyangkut yang saya katakan rekrutmen dan seterusnya.

Memang kita menginginkan bahwa untuk memperoleh kualitas daripada sumber daya aparatur yang betul-betul berbobot dan memiliki kinerja sesuai dengan kompetensinya, namun juga hal yang perlu kita perhatikan bahwa ada juga daerah-daerah yang melaksanakan kekhususan sesuai dengan amanat undang-undang seperti Aceh dan juga Papua dan beberapa daerah lain.

Untuk daerah-daerah yang melaksanakan atau di sana dilaksanakan otonomi khusus

dengan undang-undang khusus, kiranya juga ini menjadi perhatian, menjadi pertimbangan dalam

hal rekrutmen, sebab ketika kita berbicara dengan yang dikedepankan hanya kualitas dan

kemudian menyangkut tentang kinerja, tentunya ada beberapa daerah yang tidak akan mencapai

hal yang sudah dijadikan sebagai standar. Oleh sebab itu alangkah baiknya kalau kemudian dalam

undang-undang ini juga ada cantolan untuk ada celah ketika bisa dilaksanakan dengan peraturan

(19)

pemerintah, dalam arti bahwa kekhususan untuk daerah-daerah tertentu, sebab untuk beberapa daerah memang terjadi seperti yang kita saksikan saat ini, bahwa dalam rangka untuk memenuhi kuota ketika ada jabatan yang harus terisi, itu sama sekali tidak memenuhi standar yang diamanatkan, tetapi kalau tidak dilaksanakan, ini juga akan larinya kepada hal-hal yang bersifat politis.

Oleh sebab itu, dalam undang-undang ini kiranya ada celah, dimana akan membuka ruang untuk peraturan pemerintah dalam hal ini mungkin semacam kebijakna afirmatif untuk daerah- daerah tertentu, sebab ini sangat rawan sekali ketika pergeseran mobilisasi daripada Pegawai Negeri ini kemudian hanya dilihat secara keseluruhan dalam rangka mengejar kualitas dan kinerja yang sesuai dengan kompetensi, maka ada daerah-daerah tertentu yang akan tenggelam dan ini akan menjadi sesuatu yang sangat rawan dari sisi kebangsaan dan sisi kemasyarakatan kita ke depan. Ini sebagai masukan untuk kita.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Silakan Pak Khatibul.

F-PD (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM):

Ya, terima kasih saudara Pimpinan.

Pak Ketua Komisi Pak Agun.

Terima kasih sudah mau hadir, biasanya kalau Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara itu hanya Pimpinan Aparatur Sipil Negara, sekarang Ketua Komisinya datang hadir.

Bapak Ibu dari pemerintah yang saya hormati,

Saya satu saja Pimpinan, ada problem desentralisasi Pegawai Negeri Sipil atau otonomisasi hak pengangkatan Pegawai Negeri Sipil kita mau perkuat, tapi pada sisi yang lain, pemerintah pusat kewalahan menghadapi problem-problem itu. Termasuk juga problem nasionalisme Indonesia, bukan nasionalisme sempit yang tercermin dalam pengangkatan Pegawai Negeri Sipil. Memang kalau mau mudah, maka kembalikan atau rekrutmen itu dikembalikan kepada pusat sentralisasi, karena asumsinya pemerintah pusatlah yang paling tahu tentang kebutuhan, kekurangan Aparatur Sipil Negara.

Nah tetapi karena kita melangkah kepada sedikit kepada ya tapi mudah-mudahan tidak terjadi sistem otonomisasi dalam pengertian negara federal yang segalanya diatur oleh daerah, karena kita kan juga harus mengakui bahwa kita masih 100% APBD diambil dari APBN.

Katakanlah 90%lah, 90% APBD itu seluruh kabupaten kota termasuk provinsi itu tidak atas dasar PAD (Pendapatan Asli Daerah) tapi atas dasar dikucurkan oleh pemerintah pusat.

Oleh karena itu dalam konteks ini maka dalam political will kita mestinya pemerintah pusat

juga harus diberi ruang Pak Ketua, jadi saya tidak sependapat kalau desentralisasi Pegawai Negeri

Sipil itu betul-betul dilepas 100%, harus tetap ada kendali oleh pemerintah pusat. Nah saya tidak

tahu aturan-aturan yang akan kita bikin untuk pengendalian rekrutmen Pegawai Negeri Sipil itu

sudah termuat di dalam butir-butir atau belum, tetapi itu sebenarnya yang menjadi usulan saya

untuk masuk di dalamnya, karena kan dalam waktu yang secepat-cepatnya tidak mungkin seorang

Bupati terpilih tidak memberikan ruang kepada tim sukses yang telah mensukseskan dia menjadi

Bupati, tidak mungkin. Ini sudah menjadi tradisi di banyak tempat.

(20)

Nah untuk menghapus itu kan tidak mungkin sekali undang-undang diberlakukan langsung selesai, tidak mungkin, karena itu ada ruang, dimana pemerintah pusat menurut saya harus diberi porsi pengendalian dalam tanda petik ya pengendalian positif untuk mengatur mekanisme rekrutmen yang mendasarkan diri pada nasionalisme Indonesia, kemudian tidak bekerja berdasarkan siapa yang didukung pada saat jadi Bupati dan seterusnya, itu harus ada klausul- klausul yang saya kira harus agak tegas.

Saya setuju juga usulan teman-teman sebelumnya, termasuk juga Pak Rahadi itu hari ini cukup cemerlang ketika mensoroti soal apakah kita tidak terlalu banyak lembaga non formal yang menjadi beban, itu harus dipikirkan karena ada 100 sekian lembaga atau institusi yang oleh Sekretariat Negara bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sudah dievaluasi, tapi pada saat yang sama setiap kali kita bikin undang-undang, pasti merekomendasikan satu institusi baru yang sudah pasti akan ada pejabat baru, meskipun diangkat secara demokratis. Nah ini saya kira karena lagi-lagi Menteri Keuangan selalu menyatakan bahwa APBD seluruh Indonesia, APBD-APBD kabupaten kota itu hampir 60 sampai 70% kan untuk gaji dan belanja pegawai. Nah itu juga harus dipikirkan dari sisi perspektif Kementerian Keuangan. Itu saja saya kira Pak Ketua. Sekedar usulan.

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Baik.

Sekarang saya persilakan Pak Ketua Komisi.

KETUA KOMISI II (DRS. AGUN GUNANJAR SUDARSA / PG) : Terima kasih Ketua Panitia Kerja.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Bapak Sekretaris Utama Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi.

Ibu Sekjen dan seluruh jajaran pemerintah.

Ibu dan Bapak Anggota Panitia Kerja Aparatur Sipil Negara.

Selaku Ketua Komisi II DPR RI, saya ingin menyampaikan beberapa hal, hal ini menjadi penting karena pada tingkatan Panitia Kerja, pada akhirnya nanti harus melaporkan di rapat pleno komisi yang akan..., oleh karena itu saya menjadi catatan dari Pak Khatibul Umam Wiranu, catatan penting buat saya, mudah-mudahan saya selalu bisa hadir di tengah-tengah pembahasan Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.

Yang pertama, kepada Ibu dan Bapak sekalian dan juga pihak pemerintah, kita sudah

bersepakat dalam rapat internal Komisi II DPR RI, Komisi II DPR RI akan melakukan upaya

peningkatan optimalisasi kinerja dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi konstitusional. Termasuk

fungsi legislasi. Komisi II DPR RI menerima beban sejumlah Rancangan Undang-Undang, yang

hari ini sedang dibahas dan harus diselesaikan. Pertama, Undang-Undang Aparatur Sipil Negara,

Kedua Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan

ketiga Daerah Otonom Baru, yang ini sudah diputuskan akan disikapi ditindaklanjuti dan

diharapkan selesai dalam masa sidang ini, kalau perlu bisa lebih cepat lebih baik... yang sudah kita

kerjakan.

(21)

Nah berikutnya Bapak Ibu, saya agak panjang sedikit ini, tapi ujungnya nanti selesai. Kita sudah menerima dua Rancangan Undang-Undang yang baru, Rancangan Undang-Undang Desa dan Rancangan Undang-Undang Pemilukada. Komisi II DPR RI sudah memutuskan bahwa kedua rancangan tersebut segera dibahas bersamaan dengan penyelesaian kedua Rancangan Undang- Undang Aparatur Sipil Negara dan Rancangan Undang-Undang Yogya. Walaupun sesungguhnya dalam ketentuan tata tertib itu hanya bisa diselesaikan dalam 2 kali masa sidang ditambah 1 kali masa sidang. Ini beresiko, oleh karena itu kami belum melakukan tahapan pembahasan Undang- Undang Desa dan Undang-Undang Pemilukada, karena kami tidak ingin memulai sesuatu yang gambling, sementara Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, Undang-Undang Daerah Istimewa Yogyakarta masih pada posisi seperti itu.

Nah oleh karena itu, bagaimana untuk mensiasati mengerjakan itu semua. Saya meng- apeal kepada seluruh Anggota Komisi II DPR RI, Anggota Panitia Kerja dan ini saya tujukan kepada sisi saya, terutama, dan juga kepada pihak pemerintah untuk meyakini kita optimis bahwa undang-undang ini bisa kita selesaikan. Saya melihat 2 minggu selesai ini Pak Taufiq. Kalau sungguh-sungguh kita mau mengerjakan dengan serius, karena sesungguhnya apa yang disampaikan oleh Ibu dan Bapak sekalian, kalau kita cermati secara seksama keseluruhan jumlah pasal, jumlah ayat dan jumlah substansi yang harus dikerjakan, sebetulnya cluster yang dikerjakan oleh tenaga ahli komisi dan tenaga ahli pemerintah ini semua dicover di sini. Nah ini mohon maaf.

Coba dilihat bahan yang sudah dilihat.

Apa yang disampaikan oleh Ibu Sekjen, apa yang dikhawatirkan oleh Pak Rahadi, ini adalah bagian yang harus kita selesaikan. Cluster-nya ada di sini semua Pak. Kita lihat tentang definisi pegawai tidak tetap, manajemen pegawai tidak tetap seperti apa, soal perwakilan itunya bagaimana, soal KASN, soal instansi pusat dan instansi daerah, hubungan pusat dan daerah, bagaimana menyangkut masalah rekrutmen pengangkatan, pemberhentian. Pak Markus Nari soal kode etik dan disiplin, lalu peraturan yang ada di bawahnya seperti apa, Jabatan Eksekutif Senior, lalu berikutnya tentang keberadaan BKN seperti apa, manajemen Pegawai Negeri Sipil yang terkait dengan penambahan ruang lingkup jabatan, promosi, demosi, mutasi, ada semua di sini Pak.

Termasuk masalah penetapan kebutuhan pengendalian jumlah Pegawai Negeri Sipil, penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil, pembiayaan pensiun, sampai kepada pencalonan pengangkatan dalam jabatan negara sistem informasi penyelenggaraan sengketa pegawai, organisasi Aparatur Sipil Negara, laporan harta kekayaan pejabat negara juga dicoba di-insert di sini dan lain-lain.

Jadi saya yakin kalau semua fokus di Panitia Kerja ini, apa yang menjadi masukan kita

semua Pak bedahlah di sini. Jadi tapi yang menjadi catatan penting Pak Taufiq kita semua,

menjadikan undang-undang Aparatur Sipil Negara ini menjadi solusi. Ini saya menoleh ke kanan ke

Pak Muqowam. Dengan harapan Pak Muqowam pun menoleh saya. Ini benar-benar menjadi solusi

Pak Harun. Jadi saya yakin kita semua punya kehendak keinginan, karena memang hanya Komisi

II DPR RI yang bisa menangani ini dan hanya Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi yang bisa menyelesaikan ini Pak, tapi Kantor Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, karena yang dikatakan Pak Muqowam

tadi begitu penting diingatkan oleh Pak Rahadi, jangan juga lalu menangani Aparatur Sipil Negara

ini diluar konteks bingkai Negara Kesatuan yang Pasal 18 mengatakan, “Negara kesatuan itu

dibagi atas provinsi, dan provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang masing-masing punya

pemerintah daerah yang menyelenggarakan otonomi seluas-luasnya”. Belum lagi bicara Pasal 18b

ayat (1) ayat (2) “Negara mengakui menghormati daerah-daerah.., daerah mengakui menghormati

kesatuan masyarakat hukum adat yang hidup di dalam...”. Itu bagian desentralisasi, bagian

otonomi, yang faktanya hari ini di Komisi II DPR RI ini capek. Kemarin dengan tim seleksi muncul

sejumlah politisasi Pegawai Negeri Sipil. Ada yang dipaksa suruh ikut kampanye bersama

inscumbent, tidak mau, ya dicopot, ini problem yang dikatakan Pak Muqowam. Jadi politisasi

terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi di sini kan kita lihat konsistensi juga antara usulan dari rancangan undang-undang dari Presiden, dari DPD, maupun dari DPR, artinya kalau logika yang disampaikan tadi

Pasal 12 Ayat (2), yang kemarin sore juga kita bicarakan, kita kaitkan dengan Pasal 14 Ayat (2), yaitu yang mengandung usulan mengenai tambahan kata-kata yang

Kalau kami, Pak, ya rasanya kalau yang diberikan di ayat (2)-nya ini, itu sebetulnya sudah tidak merupakan suatu, ini sudah normatif ini, pasti menindaklanjuti putusan

Saudara-saudara kita kembali, ini sudah terlambat hampir setengah jam, Kita mulai dengan DIM 214. AKHMAD MUQOWAM) Interupsi Pimpinan !. Te'.-ima kasih atas waktu

KETUA RAPAT (Ir. Terima kasih Pak Andi Iwan Aras. Sekarang saya Pak ya, karena sebenarnya saya sudah menyerahkan baik itu Bina Marga maupun Sumber Daya Air, sudah saya

mempunyai peran yang besar artinya dalam pembangunan pengembangan budaya bangsa dan pembangunan nasional. Kami melihat formulasi ini cukup padat, jelas dan kelihatan

Terima kasih Pak Ilham dari Poksi Golkar.. Selanjutnya dari Gerindra silakan Mas Dewo. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Yang saya hormati Pimpinan, Pak Menteri

Ya, Terima kasih Pak Yandri. Silakan Pak Mulyadi. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. Yang Saya hormati Pimpinan beserta seluruh anggota DPR RI,.. Pada kesempatan Paripurna