• Tidak ada hasil yang ditemukan

I BELUM DIKOREKSI I RISALAH RAPAT KOMISI IV DPR RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG JASA KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "I BELUM DIKOREKSI I RISALAH RAPAT KOMISI IV DPR RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG JASA KONSTRUKSI"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.

RISALAH RAPAT

I

BELUM DIKOREKSI

I

KOMISI IV DPR·RI DALAM RANGKA

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG JASA KONSTRUKSI

RAPAT PANJA KE-2

JUM'AT, 9 APRIL 1999

(2)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

R I S A L A H RAPAT KOMIS! IV OPR RI

OALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNOANG-UNOANG TENTANG JASA KONSTRUKSI

Tahun Sidang Masa Persidangan

Jenis Rapat Rapat ke Sifat Rapat D e n g a n Har i /t angga 1 W a k t u

Ketua Rapat

Sekretaris Rapat

A c a r a

H a d i r

KOMIS! IV DPR-RI:

· 1. Ors. H. Burhanuddin Napitupu1u 2. Ors. I Ketut Astawa

3. Buttu R Hutapea

4. H. Alihardi Kiaidemak, SH 5. Mansyur

6. SUdiyotomo

7. H. Su._;vno Wagino, SE 8. I Gusti Ngurah Sebudhie

9. Ors. Ngatmin Nanto, MBA

10. Ir. 83.'~·bang Sutrisno Sunardi, IAI

11. Ir. H. soeharsojo

12. Drs.H. Ibnu Munzir

13. A.S. Soeryonegoro, SH 14. H. Anwar Affandi, S. IP

1998-1999

III

Rapat Panitia Kerja (PANJA)

2

Terbuka

Sekjen Oep. Pekerjaan Umum RI;

Jum'at, 9 April 1999

Pukul 09.00 s/d 11.00 WIB I d r o e s

Ors. Slamet Sutarsono

Pembahasan DIM Persandingan RUU Jasa Konstruksi.

29 dari 31 orang Anggota

15. Prof .Dr.HE.Saefullah Wiradipradja,SH

16. Ora. Hernani Hurustiati Subiyanto 17. Ors. H. Muhidin Azis

18. Pinantun Hutasoit 29. Ors. Umbu Ojima

20. dr. H. Bempa Mappangara 21. Suharto, BcTT,S.IP 22. Ors. Laode Nsaha · 23. Moeljono Gendon

24. dr. H.A. Muis, A.Y.

25. H.M. Yusuf Harndani 26. H. Moch.' Ismail Muzaki 27. Ors. Akhmad Muqowam 28. H. Alimarwan Hanan,SH 29. H. Moch. Ismail Muzaki

PEMERINTAH Pejabat Oepartemen Pekerjaan Umum beserta Staf jajarannya.

(3)

- 2 -

KETUA R.APAT (I D R 0 E S) Assallamu'allaikum Wr.Wb.

Saudara Pimpinan dan Anggota Komisi IV, Panja yang saya hormati dan yang lebih khusus Pemerintah dalam hal ini Sekjen bersama Assosiasi yang terlibat mewakili Pemerintah.

khususnya Anggota lagi yang mewakili seluruh Staf dan Kembali kita memanj atkan puj i syukur kehadirat Allah SWT.

Pada hari ini kita akan melanjutkan Rapat Panja yang kemarin di skors. Dan dengan mengucap Bissmillahirohmannirohim, maka acara Rapat Panja pada hari ini tanggal 9 April 1999 saya buka kembali.

(SKORSING DICABUT PUKUL 08.50 WIB.)

Suadara~saudara hari ini masih ada beberapa butir.materi yang masih harus dibahas oleh Panj a, dan sampai hari kemarin sebagian besar sudah bisa diselesaikan oleh Tim Perumus maupun sudah langsung diputuskan. Namun ada tiga materi yang ditunda atau istilahnya diendapkan, karena kemarin saya tidak hadir. Yang diendapkan itu adalah masalah DIM nomor 91 mengenai kerahasiaan antara lain intinya .itu, kemudian DIM nomor 129 mengenai bahasa Indonesia yang konsepnya akan dibuat oleh Pemerintah, · .kemudian masalah lain yang masih diendapkan adalah catatan mengenai usul dari .FA:$RI mengenai rambu-rambu yang arahnya seperti diuraikan

pada waktu · itu. :

Kemudiari saya menawarkan, acara sebaiknya kita lanjutkan dengan DIM nomor 214 sampai dengan selesai, sehing.ga nanti mungkin -~da masalah yang perlu diendapkan kita tampung disitu dan kalau masih ada tambahan yang diendapkan nanti kita jadikan satu, masalah-masalah yang diendapkan ini untuk kita bahas tersendiri nanti. rriungkin . nanti siang a tau syukur-syukur kalau bisa diselesaikan pada acara rapat hari ini. Mungkin hari Senen yang diendapkan, karena ada tawaran nanti malam mungkin FABRI bersemangat, . kalau menurut saya karena ki ta, · sebenarnya Panj a masih punya du ahari kerja, yaitu hari Senen dan Selasa.

Oleh karena itu saya sarankan hari ini kita selesaikan sampai Sholat Jum'at sampai acara pagi ini untuk menunggu Sholat terhadap butir-butir yang belum selesai, kemungkinan ada tambahan yang diendapkan. kita bal;as hari Senen, bagaimana bisa disetujui?

(RAPAT SETUJU) Saudara-saudara.

Sebelum kita memulai rapat, saya ingin mengaj ak Saudara- saudara dari Anggota Dewan termasuk dari Pemerintah, karena ada karena ada rekan.kita tokoh Muhammadiyah, kalau saya.baca itu di tokoh Islam itu Yth. Saudara Alm. Lukman Harun dari FKP yang berpulang ke Rahmahtullah dan Insya Allah nanti siang akan dimakamkan di Tanah Kusir, sebelumnya disemayamkan di DPR

terlebih dahulu.

Oleh karena itu saya mengajak Saudara-saudara sekalian untuk marillah · kita mengheningkan cipta dengan diiringgi do' a semoga Almarhum diterima di sisi Allah SWT. diampuni segala dosa- dosanya, tentunya kepada keluarga yang ditinggal diberikan ketabahan, dan bagi kita semua tentunya apa yang diharapkan, dicita-citakan · A1marhum untuk membangun negara dan bangsa yang kita cintai ini dapat kita lanjutkan.

(4)

Untuk itu marilah kita berdiri sejenak dan dipimpin oleh saya, marilah kita mengheningkan cipta, mengheningkan cipta mulai.

(PESERTA RAPAT MENGHENINGKAN CIPTA)

Saudara-saudara kita kembali, ini sudah terlambat hampir setengah jam, Kita mulai dengan DIM 214.

FPP (Drs. AKHMAD MUQOWAM) Interupsi Pimpinan ! .

Te'.-ima kasih atas waktu yang diberikan, setelah kami dari FPP melakukan suatu rapat internal Fraksi, nampaknya ada yang perlu kami sampaikan berupa ralat Pak, · yaitu mengenai masalah azas kejujuran. Jadi kalau tadi Pimpinan menyampaikan ada yang diendapkan kemudian ada yang harus dilanjutkan di dalam, apakah itu n~nti Timus, apakah itu .Timcil, maka sesuai dengan pendapat dari FPP bahwa ada ralat bahwa sesuai dengan pembicaraan terdahulu perlu juga kami sampaikan bahwa Pemerintah pada waktu itu. Mengenai dimasukkannya azas kejujursan dan pemerataan mohon dibahas lebih lanjut.

Kemudian dari FPDI dari Pak Buttu, sedangkan mengenai kejujuran dan apa yana diusulkan oleh FPP, maka kami mendukung untuk ini kalau bis_« ditampung dalam Pasal 2 ini.

Kemudian Pimpinan rapat ketika itu sementara ,kejujuran sebagaimana yang diusulkan masih dapat dibahas. · Kemudian permohonan dari Fraksi terakhir pada mengakhiri masalah itu adalah, jadi oleh karena itu terhadap usul dari FPP tolong kepada Pemerintah terlebih yang diusulkan oleh semua Fraksi apakaj FKP, FABRI, FPP, serta FPDI disiapkan lebih lanjut yang telah diusulkan dan sepakat untuk masuk Panja.

Jadi oleh karena itu sambil kami melakukan ralat barangkali Pemerintah sudah melakukan apa yang kami usulkan itu. Jadi oleh karena itu saya mohon pengertian apa pencantuman azas kejujuran ini merupakan· suatu hal bagi FPP nampaknya penting untuk disampaikan kembali. Sehingga dengan demikian mengenai ini, saya pikir kita tidak melakukan suatu vonis apakah itu sudah selesai atau sudah dianggap selesai. Kami anggap karena ini masih dalam proses semua masih bisa diangkat dan semua masih bisa dibicarakan.

Demikianlah dari kami, saya anggap cukup, dan say a mohon perhatian dari semuanya, terumata Pimpinan untuk memberikan kepada Fraksi yang lain barangkali terhadap azas ini, terhadap apa dimasukkannya dan dicantumkannya asas ini.

Terima kasih.

KETUA R.APAT :

Ini DIM kalau tidak salah DIM nomor 24 Pasal 2, saya berpendapat bagaimana kalau saya tawarkan pada FPP, karena pada waktu itu, ini bagaimana kalau kita catat nanti kita gabungan dengan masalah yang diendapkan, sehingga tidak menganggu proses yang sudah kita setujui, bagaimana?

FPP (Drs. AKHMAD MUQOWAM) Jadi terima kasih.

Oleh karena itu harapan kami Pak sesungguhnya, dicatat sehingga nanti masuk dan kami tidak akan mencoba-coba mengganggu proses ini, terima kasih Pak.

(5)

F~P (Drs. BURHANUDDIN NAPITUPULU) Saudara Ketua.

Saya walaupun dari mej a Pimpinan dari FKP juga ada suatu usul mungkin yang kemarin setelah saya buka-buka ha.sil resume terakhir ada satu hal yang belurn terjawab dan belurn dirnasukan, karena FPP j uga rnengusulkan hal yang sarna, saya rnohon Saudara Barnbang Sutrisno dan Soeharsojo bahwa keinginan FKP dalam rnasalah kegagalan bangunan final hand over itu . kan kita rnasalahkan, kernarin dari Pirnpinan sudah di lemparkan ke floor, tapi dari FKP tidak rnenyambut ini, sehingga keputusan yang sudah ki ta ketok tidak di terj ernahkan bagaimana kegagalan bangunan kalau terj adi sebelurn final hand over.

Kalau FPP tadi rnenawarkan satu rnasalah kejujuran, saya juga supaya ini kita inventarisasi merupakan suatu hal yang harus nanti juga kita ma.sukan dalam pernbahasan lanjutan.

Terirna kasih.

FKP (Ir. H. SUHARSOJO) Saudara Ketua rnohon rnaaf.

Jadi kalau tidak salah rnasalah itu kita pending dan akan dirnasukkan pada penyelenggaraan itu saya kira kesirnpulan yang ada. Jadi akan dibahas di dalarn penyelenggaraan ini di Bab V, jadi rnasih dalarn proses.

KETUA RAPAT :

Kalau begitu kita tunggu nanti dalam perurnusan. Silahkan FABRI.

FABRI (H. SUPONO WAGINO, SE)

Dari karni Pak, kernarin sebenarnya juga sependapat :~tentang

dirnana letaknya sebelurn penyerahan terakhir. Kami waktu kernarin mernbaca ternyata di DIM nomor 151 rasanya sudah rnenjawab rnohon di lihat DIM 'nornor 151. Bahkan disana dinyatakan bertanggungjawab sesuai dengan bidang produksi dan dikenakan ganti rugi, disini dinyatakan, coba saya bacakan, Pasal 26 "Dalam hal terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana atau pengawas konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak·lain maka perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggungjawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan.

ganti rugi"

Ini yang saya tangkap rasa-rasanya yang diharapkan FKP itu terrnasuk harapan karni, ini apakah sudah rnenjawab atau belum, kami kernbalikan kepada FKP.

FKP (Ir. H. SUHARSOJO)

Saudara Pimpinan kalau boleh saya . . KETUA RAPAT :

Saya persilakan FKP.

FKP (Ir. H. SUHARSOJO) Terima kasih.

Jadi mungkin dari FKP terima kasih atas perhatian dari FABRI, namun kalau itu di dalarn DIM nornor 151, FKP berpendapat bahwa ini baru rnenyangkut penyedia jasa, .belum setara dengan pengguna jasa, sehingga kami mengusulkan pada DIM nornor 13_9 a

seperti yang kema+in kita bahas di dalarn penyelenggaraan itu.

Terima kasih.

(6)

KETUA RAPAT :

Kalau tidak salah DIM nomor 139 a itu usulan.dari FABRI ada tambahan ya, jadi ini masuk ke yang diendapkan nanti, nanti kita akan bahas, setuju ya, baik.

(RAPAT SETUJU) Baik, Saudara-saudara.

Kita lanjut ke DIM nomor 124, saya mulai Bagian Ketiga Gugatan Perwakilan, ada usul dari FABRI diubah menj adi penyelesaian sengketa dengan masyarakat, kemudian FKP · dihapus judul perwakilannya, kemudian FPP gugatan oleh masyarakat. Sesuai dengan informa.si dari Ketua Panja. kemarin yang memimpin, bahwa ini arahnya sudah mulai disinggung pada waktu itu, sehingga judulnya itu sudah menjurus kepada gugatan oleh masyarakat, tapi FKP punya pandangan lain, supaya untuk clearkan ini saya mulai saja dari FABRI.

Saya persilakan.

FABRI (Drs. I KETUT ASTAWA)

·Yang kami hormati Pimpinan Komisi;

Bapak-bapak sekalian yang terhormat;

·Anggota Panja.

Walaupun kemarin sudah kami sarnpaikan reasoning kami, mengapa kami mengajukan usul judulnya adalah "Penyelesaian

Sengketa Dengan Masyarakat", bahkan kemarin kami sudah menyetujui apa yang dikemukakan judul oleh FPP yaitu · gugatan masyarakat, hamun demikian kami akan memberikan reasoning lagi soalnya ini akan berangkai kepada pasal-pasal berikutnya.

Kalau judulnya gugatan perwakilan, mari kita lihat; apa yang dimaksud dengan gugatan perwakilan. Pada penjelasan Pasal 38 ayat (1) dikatakan yang dimaksud dengan hak mengajukan gugatan perwakilan pada ayat ini adalah hak kelompok kecil · ma~;yarakat

untuk bertindak rnewakili masyarakat dalam jumlah besar dari dan seterusnya. Dari penj elasan ini Pasal 3 8 ayat ( 1) , ,~aka karni menangkap bahwa gugatan perwakilan itu hanya bisa diajukan kalau yang dirugikan adalah kelornpok besar masyarakat tidak termasuk orang perseorangan.

Namun demikian kalau kita lihat pada Pasal 40 dimana dikatakan, "tata cara pengajuan gugatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) diajukan oleh orang", berarti orang boleh, tetapi penjelasannya sendiri tidak, jadi ada kontra diktif. Kemudian juga ditegaskan oleh Pemerintah seluruh pasal- pasal. yang menyangkut mengenai sengketa ini adalah menyangkut soal perdata, kami sepakati, karena itu hal-hal yang rnenyahgkut pidana kita singkirkan.

Mengapa kami disini agak rancu ada bisa pidana, bisa perdata, karena kita lihat Pasal 38 ayat (1) masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan atau melaporkan ke penegak hukum, ini berarti tidak hanya perdata termasuk pidana. Sehingga kalau kita sepakati difinisi dari pada gugatan perwakilan sebagaimana penjelasan Pasal 38 ayat (1) dan kemudian kita hubungkan dengan Pasal 40,. selanjutnya kita hubungkan pada Pasal 38 ayat (1) dan kesepakatan bahwa yang kita bahas ini adalah meriyangkut TJlasalah perdata saj a, maka kami sarankan ini diubah, kami sependapat bahwa gugatan perwakilan itu tetap dirubah, tetapi tidak usah memakai saran kami, penyelesa~an

sengket.a denga:n masyarakat, sebenarnya mengapa penyelesaian sengketa? karena judul Babnya penyelesaian sengketa Pak, bukan

(7)

gugatan. Namun demikian karena sudah dikatakan perdata khusus ini, kami sepakati judulnya sesuai dengan apa yang diajukan oleh FPP, jadi gugatan oleh masyarakat.

Dengan catatan karena ini semuanya menyangkut soal perdata, maka supaya jangan ada penafsiran yang berbeda pada penjelasan Pasal 38 nanti kami sarankan ada satu penj elasan di Pasal 38 bahwa penyelesaian melalui gugatan ini tidak menutup tanggungjawab pidana bagi masing-masing pihak, atau mungkin tidak menutup untuk diajukan tuntutan pidana apabila ada atau peraturan pidana yang dilanggar. Nah i tu disepakati kemarin tapi mungkin dari FKP masih ada hal yang ingin disampaikan.

Demikianlah, kami secara singkat, kalau kita sepakati judul ini dengan penj elasan itu nanti mengalir uraian ke pasal-pasal berikutnya mudah bisa lancar, terima kasih Pak.

KETUA R,APAT

Saya persilakan dari FKP.

FKP (Prof. Dr. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRAJA, SH, LL.M) ":

Terima kasih Saudara Ketua.

Sebagaimana kemarin kami ungkapkan, bahwa dan setelah mendengar penjelasan dari FABRI, memang kelihatannya jadi rancu ini, judul Bab itukan penyelesaian sengketa, mestinya inikan, katakanlah memang mengarah kepada perdata, seharusnya penyelesaian sengketa itu ada dua macam, ada dimuka pengadilan dan di luar pengadilan. Di luar pengadilan ini sudah ada ketentuannya, dimuka pengadilan ini memang itu jangan ujuk-ujuk . perwakilan, karena ada j uga yang bis a perseorangan. Nah ,ini kami

· apalagi setelah membaca ayat selanjutnya seperti kemarin kami ungkapkan menjadi makin confuse, karena disini ada diatur tentang gugatan ke pengadilan satu hal, tetapi ada melaporkan kepada penegak hukum lainnya. Nah ini mengenai pelaporan kepada penegak hukum lainnya it'll, apakah itu termasuk gugatan perwakilan, di dalam hal ini jadi tidak termasuk.

Kalau kita lihat dalam penj elasan memang tidak ada penjelasan apa-apa mengenai melaporkan kepada penegak hukum lainnya itu. Jadi memang ini rupanya harus ada semacam rewriting gitu, khusus pertama tadi mencakup gugatan perseorangan maupun kelompok masyarakat, yang mengenai pelaporan itu saya kira tidak termasuk dalam heading gugatan di pengadilan, karena nuansanya kelihatannya begini .. Akhirnya kepada ayat ( 2) yang disebut bahwa apabila ada indikasi kerugian yang lainnya Pemerintah bisa bertindak demi kepentingan masyarakat, mungkin itu sebagai akibat perbuatil.n dari masyarakat. Tapi itukan tidak termasuk gugatan.

Jadi ini yang harus ada resistematisasi dari pola berpikir penulisan ayat ( 1) selanj utnya dan ini berdampak kepada j udul dari bagian ini.

Olei~ karena itu memang kalau disebutkan gugatan perwakilan sedangkan isinya tidak hanya mengatur gugatan perwakilan dan ditambah pula memang ada kemungkinan masyarakat secara perorangan menjadi tidak tepat. Oleh karena itu kami dari awal memberi judul itu gugatan saja, jdi gugatan itu bisa fleksibel baik oleh perorangan maupun oleh perwakilan.

Demikian penjelasan kami.

FKP (Drs. LA ODE NSAHA)

Terima kasih.

Saya menambahkan apa yang disampaikan teman kami dari FKP, setelah saya merenung .- renungkan beberapa malam ini setelah

(8)

penj el as an Bapak Menteri pada waktu Pansus-nya, memang akhirnya saya juga berpendapat lain dari yang saya sudah sampaikan pada waktu rapat dengan Menteri itu. Masalahnya Pak Menteri mengatakan watu itu bahwa digunakannya istilah perwakilan ini karena mengacu kepada Undang-undang tentang Linkungan Hidup. Itupun sa3·a lihat pengutipan kata-kata di pasal itupun diambil alih di Lingkungan Hidup.

Setelah saya memperhatikan sifat pekerjaan konstruksi dengan sifat pekerjaan lingkungan hidup memang sartgat lain. Kita misalnya melihat kalau terjadi sesuatu pengrusakan lingkungan katakanlah pencemaran kali yang mecemarkan kehidupan biota di kali dan merusak sumber kehidupan masyarakat ribuan orang, itukan tidak mungkin ribuan orang itu semuanya mengadu ke pengadilan diperlukan perwakilan untuk mewakili ribuan orang itu, sifat pekerjaan itu tepat untuk gugatan perwakilan. Kalau saya melihat di pekerjaan konstruksi kelihatannya tidak ada sifat hal-hal yang perlu dipersengketakan oleh jumlah sebesar seperti itu.

Jadi saya melihat sifat pekerjaan ini kelihatannya kurang relevan untuk gugatan itu dilakukan secara perwakilan. Jadi secara umum saya juga condong kalau itu hanya dikatakan sebagai gugatan masyarakat, cuma juga barangkali perlu dipertimbangkan ada satu hal khusus, misalnya suatu konstruksi instalasi nuklir, instalasi tersebut meledak, itukan juga mencemari ribuan orang .bahkan mungkin ribuan orang, disatu segi itu masalah lingkungan,

dari segi lain karena konstruksi dari pada instalasi tersebut tidak cocok, itu juga tidak mungkin untuk jutaan orang misalnya menggugat rame-ra~e, tentu ada perwakilannya. .

Jadi barangkali saya mohon dipertimbangkan mungkin secara umum namanya gugatan masyarakat, tetapi dalam pasal lain barangkali pada hal-hal tertentu juga dimungkinkan ada gugatan perwakilan, pada sifat sengketa. yang sifatnya sangat khusus, nah ini barangkali saya kira perlu dipertimbangkan.

Terima kasih. · KETCJA RAPAT :

Terima kasih.

Saya persilakan kepada FPP sebagai pengusul, bahwa gugatan oleh masyarakat nampak-nampaknya sudah mulai ada gambaran. Saya persilakan.

FPP (DRS. AKHMAD MUQOWAM}

Terima kasih.

Jadi didalam pembicaraan kita kali ini ada pendapat-pendapat yang secara diameter apa begitu ada yang berhadap-hadapan, ada yang tidak paralel, :nudian ada juga yang Saling mendukung. Jadi oleh karena itu kalau terakhir dari FKP mengatakan dimungkinkannya ada dua model pendekatan apa namanya model pengajuan gugatan, baik oleh orang perorang ataupun kelompok orang melalui perwakilan itu dimungkinkan dengan cara-cara itu.

Oleh karena . itu disinilah sesungguhnya substansi dari . gugatan

~asyarakat dia bisa berkelompok, dia bisa individual begitu.

Jadi oleh karena itu, terhadap judul yang disampaikan oleh Fraksi Persa~uan nampaknya sudah mengakomodasi pikiran yang berkembang, apakah dari FABRI, apakah dari FKP dan juga dari FPDI dalam perbincangan kemarin. Jadi oleh karena i tu ten tang j udul ini, kami berharap bahwa apa yang disampaikan FPP ini ~isa

diterima oleh semuanya dengan pengertian apa yang. saya sami:iaikan itu. Memang ini akan berkait dengan pasal-pasal selanJu~nya

memang, jadi oleh karena itu sebagaimana FPDI sudah sampaikan

(9)

heading ini sesungguhnya memberikan satu konstalasi kepada kita gugatan oleh masyarakat dalam pengertian dia bisa langsung dan juga bisa melalui bersama-sama ataupun oleh perwakilan begitu, sehingga dengan demikian apa yang menj adi substansi dari judul ini nanti akan menjadi bagian-bagian yang harus kita perbincangan pada pasal-pasal selanjutnya.

Barangkali itu, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih dari FPP, saya lanjutkan dari FPDI.

FPDI (BUTTU R. HUTAPEA)

Saya mau permisi Pak Ketua dari tempat ini. Kalau ki ta membicarakan tentang judul daripada Bagian Ketiga DIM 214, saya kira kita tidak bisa melepaskan diri dari DIM 216, 217, 219 bahkan sampai 221, artinya memahami untuk mencari judul yang pas dalam kaitan mengenai gugatan ini memang kita harus melihat itu semua Pak. Nah, saya melihat tadi bahwa DIM 216 itu merupakan gugatan ;ierwakilan dimana bahwa sekelompok besar masyarakat itu nanti ada perwakilan melakukan gugatan.

Kemudian yang kedua, saya kira dengari tegas telah dikatakan juga di Pasal 40 itu mengenai orang perseorangan dan dinyatakan dengan tegas. disitu adalah mengacu pada hukum perdata, berarti tindak. pidana berarti perdata. Nah, oleh karenanya kalau kita

m~lihat dari rangkaian 216, 217, 219, 221, saya kira memang lebih tepat kalau ini judulnya "Gugatan oleh Masyarakat" atau "Gugatan Masyarakat". Nah, supaya nanti didalam menguraikan, menguraikan apa yang dimaksud gugatan itu nanti akan bisa nanti mengalir

dalam 216 dan seterusnya. ·

Oleh karenanya Pak Ketua, kami memang lebih cenderung kalau ini ~e~ang "Gugatan Pe~wakilan" ini kita ganti menjadi "Gugatan oleh Masyarakat" sedangkan "Gugatan Perw·akilan" i tu nan ti akan bisa masuk didalam pasal-pasal daripada Bagian Ketiga ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya. kira demikian yang bisa kita rangkum, terakhir saya persilakan kepada Pemerintah.

PEM.ERINTAH/ SEKJEN PU :

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Apabila diperkenakan tanggapan oleh Kepala Biro Hukum Kami dan persi1akan.

langsung akan disampaikan Ahli dari Kehakiman. Kami

PEMERINTAH/KARO HUKUM DEP. PU (WIBISONO SETYOWIBOWO, MSc) Terima kasih Bapak Pimpinan, .

Ibu dan Bapak Anggota Dewan yang kami hormati.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Pemerintah kemarin bahwa kami tidak berkeberatan atas penggunaan judul gugatan oleh masyarakat, karena kami juga memahami pembahasan yang berkembang baik pada saat Rapat Kerj a maupun pada saat Rapat P~nj a bahwa didalam Bagian Ketiga ini seyogyanya menampung, baik gugatan orang perorangan dalam aspek keperdataan maupun gugatan perwakilan yang disampaikan oleh sekelompok masyarakat, dengan demikian maka memang judul Bagian Ketiga Gugatan Perwakilan kelihatannya memang sudah tidak sesuai dengan isi yang nanti akan kita kembangkan.

(10)

:"'

Perkenankan kami j uga memberikan · masukan pada anggota FKP tadi yang menyatakan bahwa lingkungan jasa konstruksi kurang tepat apabila dimunculkan kemungkinan · gugatan perwakilan, kami melihat _ bahwa sebetulnya didalam pengalaman-pengalaman yang dilakukan Departemen PU justru hal-hal ini sebetulnya terjadi dan karena tidak pernah ada akomodasi terhadap kesempatan gugatan perwakilan, maka hal itu tidak dapat dilaksanakan.

Sebagai contoh misalnya didalam pembangunan, bendungan- bendungan, dimana dalam proses pembangunan itu antara lain terpaK.sa dilakukan upaya-upaya membuat semacam cover DAM sementara yang mengalihkan aliran sungai sehingga itu menimbulkan keresahan masyarakat, karena jumlah air yang biasa mereka terima menj adi berkurang. Namun masyarakat tidak marripu melakukan ini karena tidak ada akomodasi yang bisa dilakukan dalam proses- proses melalui keperdataan, sehingga saya kira gugatan perwakilan ini adalah bentuk kebe~pihakan kita kepada masayarakat yang tidak mempunyai akses atau pengetahuan terhadap hak mereka.

Saya kira demikian Pak, terima kasih.

KETO'A RAPAT :

Terima kasih kepada Pemerintah.

Saudara-saudara saya kira kita sudah memfokus ini pada judul yang untuk mengganti judul "Gugatan Perwakilan"

berbagai argumentasi sudah diajukan. Saya menyarankan apakah judul 11Gugatan Perwakilan11 ini diganti oleh 11Gugatan Masyarakat 11

Dari pihak kehakiman, saya persilakan.

PEMERINTAH/DEP. KEHAKIMAN (ISMAIL ALI, SH) : Kepada Bapak Pimpin terima kasih.

Bapak-bapak anggota Panja yang kami hormati.

satu tadi bis

a

oleh

Disini didalam untuk menampung aspirasi semuma Fraksi itu jika diperkenankan Pemerintah mengusulkan suatu judul baru untuk.

menampung semua aspirasi yang ada dalam masyarakat dan untuk menyelaraskan dengan judul bab, maka disini Pemerintah mengusulkan judul baru itu adalah 11Penyelesaian Gugatan Masyarakat" itu akan lebih tepat sesuai dengan judul' bab nya,

11Penyelesaian Gugatan Masyarakat11 Saya kira demikian Pak.

KETUA RAPAT :

Saudara-saudara ini ada perkembangan baru, Pemerintah mengedepankan usul baru, ada usulan baru terhadap Bag±an Ketiga yaitu Penyelesaian Gugatan Masyarakat, jadi sebaiknya kita lihat saj a disini Bab IX ini membahas Bagi an Pertama, B~b IX ini membahas mengenai Penyelesaian Sengketa, Bagian Pertama, Umum;

Bagian Kedua, Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan; Bagian Ketiga ini nampaknya sudah mengkristal disarankan oleh ,Pemerintah dengan mengakomodasi beberapa usul dari Fraksi 11Penyelesaian Gugatan Masyarakat 11, . saya kira ini . masuk semua ini nanti perorangan masuk, perwakilan masuk didalamnya dan sebagainya, ini pendapat kami, kami lemparkan kalau ini disetuj ui 11 Penyelesaian Gugatan Masyarakat11 , bagaimana setujri ?

FKP (PROF. DR. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRADJA, SH, LL.M) Sebentar Pak.

Ini sekaligus saja dengan apa yang dikemukakan oleh Fraksi- fraksi, jadi sebetulnya esensinya kami dengan yang lain .itu t~dak

ada perbedaan yaitu ingin supaya judul ini memayungi begitu,

(11)

sebab kalau dengan perwakilan saja kelihatannya tadi tidak memayungi. Apa pun kami ·;1eri ver kepada Judul Bab yang lain tentang Sanksi Administratif misalnya karena kita mempunyai pemikiran ada juga sanksi pidana, maka kalau dijudulnya Sanksi Admin1stratif, kan itu terbatas pada administratif saj a, oleh karena itu kita sepakat menjadi Sanksi saja, jadi sanksi itu bisa sanksi adminstratif bisa pidana. Nah, disini j uga begitu tad:lnya kami itu gugatan, bisa gugatan perorangan, bisa gugatan masyarakat.

Tapi kalau mau menggunakan gugatan masyarakat, karena prinsipnya sama, itu barangkali kami juga tidak keberatan, tetapi tidak pakai oleh. Kemudian syarat yang kedua ada rewriting tentang ayat ( 1) , Pas al 3 9 ayat ( 1) , ya tapi ini sebagai j adi catatan dari sekarang supaya nanti.

Yang kedua, mengenai usul terbaru dari Pemerintah kalau menggunakan kata penyelesaian, Penyelesaian Gugatan Masyarakat,

saya pikir lebih sederhana lebih tepat dengan Gugatan Masyarakat saj a, karena ini dalam bahasa asingnya biasanya class action sebetulnya, ini idenya dari class action sebetulnya. Class action itu yaitu kalau tidak salah kita mengambil over dari class action, jadi saya kira tidak perlu pakai penyelesaian. Jadi sudah saj a "Gugatan Masyarakat", tidak pakai "oleh", kalau bisa diterim?t dengan "Gugatan Masyarakat".

Kami dari Fraksi FKP dapat menerima dengan cat a tan tadi, atau gugatan saja, terserah.

KETUA RAPAT :

Baik, saya kembali menyimpulkan bahwa pada prinsipnya kelihatanya 4 Fraksi sudah menyetujui usul dari FPP, yaitu

"Gu0-::tan oleh Masyarakat" hanya kata "oleh"-nya dihilangkan diga11ti· "Gugatan Masyarakat", nanti tentunya menyelesaikan sengketa didalamnya jadi saya kira supaya kita bisa sampai pada kesimpulan untuk merumuskan judul, bagaimana gugatan masyarakat judul Bagian Ketiga itu ada~ah "Gugatan Masyarakat", bisa disetujui ?

{RAPAT SETUJU)

Sekarang beralih ke DIM 215 Pasal 38, tetap,tetap, disini menjadi Pasal 37, kemudian tetap. Saya kira urutan Pasal ini nanti menyesuaikan ya. Bisa disetujui ?

(RAPAT SETUJU)

Sekarang mulai materi, DIM 216 Pasal 38 ayat (1), ada usul dari FABRI. Saya persilakan FABRI yang tadi sudah dising$ung.

FABRI (DRS. I KETUT ASTAWA) Terima kasih.

Kami lanjutkan DIM 216. Sesuai dengan kesepakatan yang sudah kita ambil, maka dengan sendirinya usul perubahan pacta·Pasal 38 ini bukan hanya masyarakat dalam mengajukan gugatan perwakilan tetapi harus bersifat umum, sehingga kami sa:r:ankan "~<;1-syarakat

berhak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai berbagai masalah penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang merugikan."

Terima kasih.

(12)

KETUA RAPAT :

Terima kasih dari FABRI.

Saya lanjut, ada usul lain dar1 Fraksi Karya, .kami persilakan.

FKP (PROF. DR. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRADJA, SH, LL.M~

Terima kasih Ketua.

Jadi sesuai dengan apa yang kami ungkapkan tadi bahwa dengan judulnya "Gugatan Masyarakat", maka diperlukan ada rewriting dalam ayat (1) ini yaitu kata-kata "dan/atau melaporkan ke penegak hukum lainnya" i tu menj adi hilang, karena tidak sesuai dengan judul yang atau tidak sesuai dengan apa yang akan diatur di pasal ini, kita hanya mengatur gugatan yang baik oleh perorangan maupun oleh kelompok masyarakat. Jadi masalah melaporkan ke penegak hukum lainnya itu saya kira bukan didalam

rang!~a gugatan itu, jadi ini hal lain. Kalau masih materi ini diperlukan mungkirt memerlukan tempat lain dimana yang cocok nantinya.

Jadi dengan demikian bunyi yang kami usulkan adalah

"Masyarakat berhak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai berbagai masalah penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang merugikan perikehidupan masyarakat."

Demikian.

KETUA RAPAT

Terima kasih pada FKP.

Saya lanjut dengan saya kira FPP.

FPP (DRS. AKHMAD MUQOWAM) : Terima kasih Pak Pimpinan.

Jadi· sesungguhnya didalam DIM 216 ini Fraksi Persatuan ingin menghapuskan kata"perwakilan" sebagaimaria didalam judul itu sudah terakomodasi, sehingga dengan demikian barangkali perbincangan dari Fraksi Persatuan selanjutnya adalah terhadap materi yang disampaikan oleh FABRI dan juga dari FKP dengan satu asumsi bahwa judul sudah berubah kata "perwakilan" sudah hilang dengan sendirinya.

Oleh karena itu barangkali nanti dalam putaran kedua, kami dari Fraksi Persatuan ingin menyampaikan beberapa pikiran berkaitan dengan usul baik dari FABRI atau pun FKP.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Saya lanjut kepada Pemerintah.

PEMERINTAH/KARO HUKUM DEP. PU (WIBISONO SETYOWIBOWO, MSc) Bapak Pimpinan, Ibu dan Bapak Dewan Anggota yang kami hormati.

Pada dasarnya kita memahami apa yang diusulkan oleh Fraksi- fraksi ,· untuk rumusan ayat ( 1) , kami memandang bahwa apa yang disampaikan oleh FKP barangkali juga mewakili apa yang' menjadi pendapat Pemerintah. Namun kami berpendapat apabila ru~usan itu dapat diterima, kami masih ingin menambahkan ayat baru ~alau ini diperkeriankan, yang secara eksplisit menyebutkan. meng~nai hak kelompok orang untuk mengajukan gugatan perwak1lan.,,

Mengapa demikian ? Karena. m~kanisme i1:1i adalah mekan~,sme baru belum

a:

}.::enal I dan sepert1 1tulah kam1 kemukakan leb1h dahulu bahwa. dengan kita memasukan ayat . baru . yang men~eksplisitkan gugatan perwakilan, maka kita member1kan rasa keberp1hakan kepada

(13)

masyarakat yang selama ini memang tidak mempunyai akses kepada pen9;=tdilan.

Saya kira demikian.

KETUA R.APAT :

Saudara-saudara demikianlah pendapat dari Pemerintah, bahwa kelihatannya Pemerintah akan bisa mengakomodasi ini; namun untuk baik perorangan maupun perwakilan menyarankan untuk dibentuk ayat baru, kira-kira demikian.

Saya persilakan dahulu Fraksi PD!.

FPDI {BUTTU R. HUTAPEA}

Terima kasih.

Jadi apa yang barangkali dipikirkan oleh Pemerintab. tadi, artiriya bahwa perlu ada ayat baru untuk mengakomoder gugatan dari orang perorangan itu, saya kira kalau menurut kami itu FPOI tidak

. keberatan. ·

Terima kasih.

KETUA R.APAT :

Saya lanjutkan kepada FA~RI dulu.

FABRI {DRS. I K~TUT ASTAWA}

Terima kasih Pak.

Kami sepenoapat dengan apa yang sudah juru bicara kami sarankan sudah ·sinkron antara kami dengan FKP mengenai perumusan daripada Pasal 38 ayat ( 1) . Kemudian apa yang dikemukakan oleh Pemerintah kami sepakat nanti juga sebenarnya didalam saran kami sebelum ada perubahan pada DIM 216. Jadi disini juga orang perseorangan atau masyarakat berhak mengajukan gugatan atau gugatan perwakilan. Jadi kami tetap mengatakan bahwa gugatan perwakilan ini rnernang penting, soal meletakkan nanti.

Narnun demikian kami ingin menambahkan sedikit Pak mengenai apa yang sudah kami ajukan kemukakan sebelumnya untuk mengingatkan didalam memutuskan DIM 216 ini, tetap dipenjelasan dikasihkan bahwa walaupun ada gugatan ini tidak menutup kernungkinan aoanya .tuntutan pidana kalau terj adi tindak pidana, itu di penjelasan saja supaya rnengingatkan kita.

Terirna kasih.

KETUA RAPAT : .

Baik, FKP saya kembalikan kepada FKP, tadi sarannya sebagian oleh Pemerintah kelihatannya sudah ada kesesuaian.

FKP (PROF. DR. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRADJA, SH, LL.M}

Terirna kasih.

Materi atau prinsipnya karni setuju untuk ada diatur rnengenai rnasalah ini tapi untuk rnenambahkan satu ayat saya mohon perhat·ian, rnohon maaf rnelihat DIM 221, sebab disitu sudah tertarnpung tinggal rnenambah kata-kata perwakilan yaitu "Tata cara pengajuan gugatan rnasyarakat sebagairnaaa dirnaksud dalarn Pasal 38 ayat (1) diajukan oleh orang, hanya karni rnenambahkan orang perseorangan, kelompok orang, nah ditarnbah disini kelompok orang rnelalui gugatan perwakilan atau lernbaga kemasyarakatan dengan mengacu kepada Hukum Ac ·ira Perdata yang berlaku."

(14)

Jadi menurut kami ide yang dikemukakan oleh Pemerintah dan Fraksi ABRI itu bisa ditampung didalam Pasal 40 ini, jadi tidak perlu ada ayat baru didalam Pasal 39. Demikian, j adi materinya kami sepakat tapi melihat Pasal 40 sudah mengatur nanti akan kita bicarakan belakangan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, saya kira FPP masih ada tambahan ? Tadi saya kira kata perwakilannya nanti dimasukan diberikutnya, kalau tidak 1kita akan saya tawarkan untuk diarahkan ke Timus.

Saya persilakan.

FPP (DRS. AKHMAD MUQOWAM)

Terima kasih. ,

Jadi memang permohonan kami adalah terhadap usul dari Fraksi ABRI dan dari Fraksi Karya Pembangunan tadi substansi sudah bisa kita sepakati, namun demikian barangkali saya ingin ada satu pengertian. Tadi kalau· Pemerintah melontarkan bahwa ada dimensi yang berbeda, orang perorang dan bisa kelompok. Orang perorang bisa melalui perwakilan, kelompok juga bisa melalui perwakilan begitu. Jadi kalau Pemerintah tadi mengatakan bahwa banyak anggota masyarakat yang memang tidak atau belum memahami proses hukum ataupun materi yang ingin diajukan itu dalam pengertian proses adminis.trasinya.

Jadi oleh karena itu disini nanti, betul tadi yang · disampaikan oleh Pemerintah, jadi kemudian juga FKP menanggapi, tetapi nanti didalam Pasal 40 harus ada satu rumusan yang jelas bahwa orang perorang ataupun kelompok orang itu bisa melalui perwakilan, begitu. Kalau orang bisa langsung, tapi ada satu konstalasi bahwa kelompok orang harus melalui perwakilan begitu.

Ini suatu paradigma baru didalam aspek perwakilan ini. . Jadi menurut saya Pemerintah bisa memberikan penjelasan lebih lanjut barangkali sebelum kita rumuskan dalam Timus ini implementasi dari pasal ini begitu. Baik menurut orang perorangan kemudian mengenai kelompok kemudian melalui perwakilan dan sebagainya tadi, sehingga nanti didalam perumus.an sekaligus juga dalam penjelasan kita sudah saling bisa memahami begitu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya kira demikian, Pemerintah apakah bisa untuk menerima saran ini, sehingga ini sesuai dengan putaran yang sudah ki ta bahas, kita bisa putuskan diserahkan kepada Timus.

Selanjutnya mengenai perwakilan tadi ditampung dan mengenai oran.g perorangan, perwakilan akan ditampung di Pasal 40, kemudian mengenai orang perorangan dan perwakilan juga didalam P~njelasan

supaya lebih ditambah. · ·

Saya persilakan kepada Pemerintah.

PEMERINTAH/KARO HUKUM DEP. PU (WIBISONO SETYOWIBOWO, MSc) Terima kasih.

Kami berpendapat bahwa 221 adalah tata cara, mek?-nisme.

Sedangkan substansi seharusnya harusnya kita bicarakaJ?r didalam 216 dan substansi ini harus menyangkut orang perorangan yang bol~h mengajukan gugatan keperdataan maupun tadi . itu kel<;>mpok

·orang yang bisa dilakukan melalui gugatan perwakilan sehingga yang paling tepat dalam 216. ini dirumuskan dua-~uanya '· apakah didalam satu ayat atau didalam dua ayat sehingga peluang

(15)

melakukan gugatan perwakilan atau gugatan orang perorang itu akan muncul.

Sedangkan DIM Kalau hal ini bisa ini akan dirumuskan

Terima kasih.

221 itu kita tetap merubah mekanisme saja.

diterima maka kami bisa sependapat bahwa 216 ol·:-h Tim Perumus dengan prinsip seperti itu.

FPDI (BUTTU R. HUTAPEA)

Saya kira benar apa yang dikatan oleh Pemerintah tadi, kalau kita melihat DIM Nomor 221 dia menunjuk Pasal 38 ayat (1) . Kita harus melihat subs.tansi Pasal 38 ayat (1), disitu belum secara tegas diatur tentang orang peror~ng, kelompok orang lembaga ke masyarakat itu belum di atur. Jadi DIM Nomor 221 itu menunjuk yang memang belum lengkap di Pasal 38.

Oleh karenanya saya mengusulkan, saya sependapat dengan Pemerintah ini kita rumuskan satu ayat mencakup itu semua atau beberapa ayat, baru kita tunjuk. Kalau ternyata bertambah menjadi dua ayat, maka Pasal 40 ini akan menunjuk Pasal 38 ayat (1) dan (2). Tapi kalau hanya ayat (1), satu ayat maka dai menunjuk ayat (1) . Jadi substansi dari pada 216 saya kira perlu kita rumuskan dengan baik, sehingga benar-benar apa yang ditunjuk ·dalam DIM Nomor 221 itu ya yang benar-benar nunjuk itu, artinya kalau kita melihat 221 dia menunjuk tapi yang ditunjuknya itu t:i:dak ada, seperti umpamanya kelompok orang, kemudian lembaga kemasyarakatan ini tidak ditunjuk di situ. Jadi saya kira harus kita lengkapi substansi dari pada DIM Nomor 216.

Jadi saya sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Pemerintah ..

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

. Baik, jadi dari putaran ini bagaimana kita teruskan ke Tim Perumus. Setuju ?

Jadi DIM Nomor 216, dengan beberapa masukan tadi antara lain dari FKP, kemudian mengenai usul mungkin juga bisa dua ayat atau mungkin juga bisa masuk dalam satu ayat.

FKP (Prof. Dr. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRADJA) Sedikit Pak.

Kami menggunakan istilah masyarakat berhak, masyarakat itu kan kita sudah berbicara baik perorangan maupun kelompok orang.

Jadi menurut saya kalau itu dianggap sebagai substansi cantolannya, itu sudah cukup menurut kami dengan kata masyarakat.

Karena kita tidak melimitasi hanya perorangan. Di masyarakat itu kan bisa orang perseorangan maupun kelompok masyarakat, r-~alau mau ada uraian itu nanti dibikin saja penjelasan terhadap ~yat (1) ini, bahwa mayarakat adalah terdiri dari baik orang perorangan maupun kelompok orang yang bisa mengajukan dengan cara class

action itu.

Itu pemikiran kami, mengapa kami menganggap tidak perlu ada ayat baru gitu, dan lebih jelas lagi nanti kalau dikaitkan dengan Pasal 40.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya kembali kepada Pemerintah dulu.

(16)

PEMERINTAH/KARO HUKUM P.U (WIBISONO SETYOWIBOWO, M.Sc.)

Jadi masuk di penjelasan mengenai orang perseorangan maupun perwakilan dan seterusnya itu.

Bapak Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati.

Kemungkinan memang ini agak akademis, tapi kami berpendapat bahwa gugat·an perwakilan itu harus eksplisit di dalam batang tubuh. Mengapa demikian, salah satu alasan mengapa Undang-undang Lingkungan Hidup dirubah karena memang tidak dimungkinkan melakukan gugatan perwakilan karena tidak ada di dalam · Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang secara spesif ik mengatakan demikian. Kalau hal ini juga tidak dicantumkan di dalam batang tubuh, kami khawatir bahwa nanti ini juga akan menimbulkan masalah.

Oleh karena itu kami tetap menginginkan apabila gugatan perwakilan ini tetap muncul di dalam batang tubuh, apakah di dalam satu ayat atu dipecah ayat yang pertama mengenai orang perseorangan, ayat yang kedua mengenai gugatan perwakilan.

· Saya kira kita serahkan saja pada Tim Perumus.

Demikian.

KETUA RAPAT.

Saudara-saudara ini tekhnis perumusan, kalau substansi bahwa di dalam masyarakat itu ada orang perseorangan dan perwakilan sudah kesepakatan tinggal perumusannya ini, apakah perlu dipecah dua ayat, tambah ayat di Pas al 3 8 a tau masuk di penj elasan.

Sebetulnya sudah ada pendekatan ini.

Oleh karena itu saya tawarkan, karena Pemerintah supaya masuk di batang tubuh, kalau memang ini masuk di batang tubuh

supaya perwakilan tidak didalam penjelasan, saya kira prinsipnya sama dengan apa yang diutarakan oleh FKP, karena materi nya sama menyangkut masyarakat, baik perorangan maup~n perwakilan.·

Bagaimana saya tawarkan masuk Tim Perumus. Setuju Tim Perumus. Setuju ?.

(RAPAT SETUJU}

Kita lanjutkan dengan DIM Nomor 219. DIM Nomor 219 ada usul dari FABRI saya mulai. Saya persilakan.

FABRI (Ors. I KETUT ASTAWA}

Kami menyarankan bahwa pasal ini di drop Pak. Kalau anunya yang dulu apalagi sekarang. Sebab isinya hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat 1 terbatas pada tuntutan untuk melakukan.tindakan tertentu dan tuntutan berupa dst. sudah tidak relevan lagi dengan pembahasan kita. Karena yang kita ini sudah makin luas yang menuntut bisa masyarakat, bisa kelompok masyarakat tidak hanya gugatan perwakilan saja tetapi juga gugatan dan gugatan-gugatan perdata. Jadi tidak hanya melakukan tindakan tertentu dan atau tuntutan berupa biaya atau pengeluaran nyata.

Jadi dengan demikian berdasarkan dengan apa yang telah kita sepakati, maka 219 ini memang karni sarankan untuk di drop.

Terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, saya lanjutkan ke FKP karena disini FKP ad.a usul perubahan. Kami persilakan.

15

(17)

FKP (Prof. Dr. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRADJA) Terima kasih.

Seperti kami ungkapkan tadi bahwa kami dalam menyetujui judul tadi ada syarat rewriting ayat (1) yaitu dihilangkannya dan a tau . melaporkan ke penegak hukukm lainnya. Ini akibatnya kepada ayat (2). Jadi. andaikata dan atau rnelaporkan penegak hukurn lainnya itu tidak ada, rnaka DIM Nornbr 217 itu tidak ada atau tidak disini tempatnya begitu.

Jadi konsisten dengan pemikiran kami tadi.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : FPP.

FPP (H. MOCH. ISMAIL MUZAKI) · Saudara Ketua.

Di dalam usulan FPP disini diantara kata kalimat ay.it (1) terbatas kan kata tidak, j adi maksudnya disini kalau ada kata tidak terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu dan atau tuntutan berupa biaya atau pengeluaran nyata, :sehingga bisa juga dengan tuntutan pidana.

Terima kasih. ·

KETUA RAPAT :

Terima kasih pada FPP.

Kemudian saya kembali pada Pemerintah dulu, karena memang ternyata masalahnya ini lebih berkembang, jadi tidak h~nya pada tun tu tan tertentu, kemudian biaya pengeluaran nyata tapi berkembang pada sanksi lainnya. Bagaimana, kami persilakan dari Kehakiman.

PEMERINTAH/DEPARTEMEN KEHAKIMAN (ISMAIL ALI, SH) Terima kasih Pak.

Mengenai DIM Nomor 219, memang maksud dari pada Pemerintah disini supaya kita memberikan sesuatu tuntutan yang terbatas agar tuntutan dari masyarakat itu tidak macam-macam. Jadi disini sesuai dengan tuntutan perdata itu kan kita mengenal adanya tiga·

tuntutan. Tuntutan untuk bertindak sesuatu, tidak berbuat sesuatu dan dapat menuntut pembayaran.

Sedangkan untuk· kewajiban-kewajiban di dalam perjanjian itu bisa untuk melakukan sesuatu sesuai kewaj iban ditentukan dalam perjanjian. Disini maksudnya di dalarn kepentingan rnasyarakat yaitu uiltuk melakukan tindakan tertentu misalnya itu suatu pekerj aan konstruksi yang menyebabkan banj ir, karena suatu ada lereng bentuknya agak tinggi dan diternbok oleh developer sehingga airnya t ~.jak bisa mengalir, maka masyarakat bisa rnenuntut supaya itu dibikinkan saluran air. Itu salah satu tuntutan untuk melakukan suatu tindakan tertentu, misalnya pekerj a konstruksi rnengganggu lingkungan masyarakat, rnisalnya mobil yang mondar- mondir debunya menirnbulkan polusi, itu masyarakat bisa menuntu.t supaya. rnereka mernberhentikan kendaraan itu mondar-mandir. Ini salah satu contoh dari pada tuntutannya.

Kemudian yang dimaksud dengan tuntutan berupa biaya, itu kalau misalnya ada suatu kerusakan yang dialami oleh rnasyarakat dan mereka sudah mengeluarkan biaya, maka itulah yang harus bisa dituntut kembali, jadi terbatas pada itu saja.

(18)

Kemudian dari FABRI yang menginginkan supaya pasal ini dihapus, Pemerintah memang kurang sependapat karena in. sangat dibutuhkan sekali Pak. Jadi kita harus kasih rambu-rambu sebatas mana masyarakat itu bisa melakukan tuntutan.

Kemudian terhadap usul dari FPP yang menambahkan kata

"tidak", itu sesuai dengan tadi kami jelaskan bahwa dengan adanya penambahan kata "tidak" ini .akan memperluas tuntutan dari masyarakat, mungkin ganti rugi moril segala macam, akan lebih menyulitkan bagi para penyelenggara konstruksi nantinya. Kita hanya terbatas pada kerugian yang ada.

Saya kira demikian Pak.

KETUA RAPAT :

Baik, saya minta tanggapan dari FPDI.

FPDI (BUTTU R. HUTAPEA) Terima kasih.

Jadi Pemerintah kan sudah menjelaskan memang ini dibutuhkan dalam rangka membatasi, jangan sampai nanti tuntutan masyarakat itu mengada-ada. Itu barangkali, kalau umpamanya kita melihat tadi ini merupakan perdata, katakanlah masyarakat itu dirugikan oleh karena limbah, sehingga masyarakat melakukan apakah perorangan apakah kelompok itu, apakah perwakilan ·melakukan tuntutan itu maka ada pembatasan, it11 barangkali yang.dimaksudkan disini. Karena memang kalau tidak dibatasi bisa nanti ,lari lagi kepada pidana, umpamanya merasa tidak senang artinya merasa terganggu tidak senang, jadi tidak hanya akibat dari pada limbah itu mereka juga merasa masyarakat tidak merasa senang, nah itu akan bisa berkembang luas nanti, sehingga nanti ini akan bisa merepotkan artinya pelaksanaan dari pada proyek itu.

Ba:,angkali apa yang diusulkan oleh FABRI tadi, karena dengan ayat (1) tadi katanya tidak diperlukan, tapi kalau menurut pendapat kami barangkali rumusannya yang perlu kita rumuskan dengan baik, kalau kami menganggap masih diperlukan ini, artinya dalam rangka membatasi, jangan sampai mengada-adalah, kami kan tidak.inginkan juga masyarakat itu mengada-ada sehingga umpamanya katakanlah baik dari segi ganti rugi barangkali, umpamanya kalau kita lihat memang katakanlah sepuluh rupiah yang wajar tuntutan itu, dia bikin nanti samapi seratus juga, itu barangkali juga ada batasan-batasan yang perlu dibuat disini.

Saya kira demikian Pak.Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih pada FPDI.

Saya kembalikan kepada pengusul karena dalam hal ini FABRI yang saya lihat masih melihat · m:asih ada perbedaan, disini ada ·

tuntutan yang terbatas kepada yang tertentu tindakannya, kemudian juga berupa biaya dan pengeluaran nyata saja.

Tapi perlu juga kita perhatikan bahwa Pasal 38 ayat (1) nanti lebih luas masalahnya. Ini juga patut dipertimbangkan apa yang diutarakan oleh F.ABRI.

Saya persilakan.

FABRI (Drs. I KETUT ASTAWA)

Tadi kita sepakat bahwa masalah ini masalah perdata. Perdata tidak ada kita membatasi mengapa mereka dibatasi, mereka merasa dirugikan, soal apa yang dijatuhkan biar hakim yang akan memutu~

menurut keadilan. · Kalau ada pihak tidak merasa sependapat lagi

(19)

dia diberikan upaya hukum untuk banding kasasi, kami memandang tidak perlu dibatasi hak masyarakat. Jadi menuntut ganti rugi tidak hanya dibatasi dan sebagainya, karena kita sudah sepakat ini adalah masalah perdata.

Jadi kita juga disatu pihak mungkin ada, yang mengada-ada mungkin, tetapi kita tidak di dalam ini kita tidak boleh demikian silakan ada keadi1an, ada hakim memutuskan tidak setuju banding, tidak setuju kasasi, tidak setuju PK itu umpamanya Pak.

Jadi kami tidak sependapat kalau itu karena itu kekhawatiran terus hak masyaraka:t dibatasi. Padahal .kita sudah sepakat ini adalah masalah perdata, jadi sesuai dengan Pasal 40 sesuai dengan acara perdata silakan. Jadi nanti hakim yang kita berikan sesuai dengan haknya untuk menjatuhkan menurut rasa keadilan berdasarkan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Terima kasih.

KETUA.R,APAT:

Baik, saya minta tanggapan dari fraks·i lain, dari FKP.

FKP {Prof. Dr. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRADJA) : Terima kasih Pak.

Sekali lagi ini saya mohon perhatian Pak Ketua, bahwa usulan kami tentang perubahan judul, lalu dikaitkan dengan bunyi ayat (1) tadi dan dampaknya kepada DIM Nomo~ 217 kami belum ~endengar

pendapat Pemerintah sebetulnya bagaimana terhadap usµlan itu diterima atau ditolah sehingga masalah "dan atau" melaporkan ke penegak hukum lainnya. Sehingga DIM Nomor 217 menurut pendapat kami kalau itu dihapus ·tisini jadi tidak perlu.

Sedangkan mengenai 219 tentu ada kaitan dengan itu, tapi pada prinsipnya sebagaimana apa yang tercantum disini kami sependapat dengan Pemerintah hanya perubahan sedikit dan atau · cara penuiisan saj a, tapi substansinya tidak ada masaJ,ah. Tapi ingin mendapat ketegasan mengenai bunyi ayat ( 1) dari DIM 216

yang kaitannya dengan DIM 217.

Terima kasih.

KETUA .R,APAT :

Jadi kami tadi mendengar dari Pemerintah, nampaknya rumusan yang diajukan oleh FKP sudah sependapat, namun dengan tambahan tadi ada perorangan dan perwakilan sehingga ini nanti akan direwriti di dalam Tim Perumus. Jadi saya kira dengan demikian sesungguhnya usulan dari FKP mengenai garis miring (/) mestinya tidak ada, garis miringnya ada hanya rumusannya disesuaikan ke tuntutan yang lainnya tadi. Hanya sekarang masalah yang belum tuntas saya kira antara FABRI yang ini karena menyangkut masalah perdata secara keseluruhan tidak dibatasi, sebelum saya minta pendapatnya. Persilakan.

FKP {Drs. LAODE NSAHA)

FKP sebetulnya pada waktu Pansus juga dalam materinya ada pertanyaan tentang pengertian melakukan tindakan tertentu. Tadi sudah dijelaskan oleh Biro Hukum dari Pemerintah contohnya kelihatannya kurang begitu sesuai dengan istilah yang saya temukan dalam buku Acara Hukum Perdata. Sebab tirtdakan tertentu buka:: semacam satu bahasa umumnya itu satu istilah dalam hukum perdata. Disini kalau saya bisa bacakan itu "dipandan$ da7i sudut proses dalam kualitasnya, maka tuntutan d~pat d1bag7 dalam tuntutan prof esional yaitu tuntutan . akan dilakukan tinda~an­

tindakan tertentu (dan itu sudah semacam istilah baku yang tidak

18

(20)

bisa ki·ca seakan-akan dianggap sebagai rumusan bahasa biasa) secara, lebih dulu sementara tuntutan incluk ·· sedang dalam proses pemeriksaan". Jadi tindakan tertentu itu artinya sesuatu tindakan sementara sebelum tuntutan pokok diusut. Kalau contoh tadi seakan-akan ya hanya sebatas itu.

Mohan dipertimbangkan, apakah tepat penggunaan istilah tindakan tertentu itu, sebab nanti bertentangan dengan istilah yang sudah ada dalam. Ki tab Undang-Undang Hukum Perdata begitu.

Saya kira itu perlu direnungkan kembali.

Terima: kasih. · KETUA R,APAT :

Baik, saya kira FPP sudah tidak ada masalah, tadi sudah dijawab oleh Pemerintah apakah mau ada tambahan, saya persilakan.

FPP (Drs. AKHMAD MUQOWAM) Terima kasih.

Jadi memang tadi terakhir apa yang dikatakan FABRI ini perkara perdata persoalan perdata. Sehingga dengan demikian sesungguhnya dari posisi materi substansi, FPP sama dengan FABRI itu Pak. Jadi oleh karena itu walaupun FPP itu hanya menyisipkan sebuah kata "tidak" substansinya kurang lebih sama dengan artian FABRI. Sehingga dengan demikian jangan undang-undang ini belum belum apa sudah pra judical kepada masyarakat, artinya apa terbatas, tidak terbatas, terbatas pada tuntutan pengadilan

tertentu. ·

Kalau misalnya nanti Pemerintah melakukan yang boleh digugat adalah a b c d dan e misalnya, sedangkan menurut masyarakat ada perkara lain e misalnya apa f misalnya. Sehingga dengari demikian menurut saya bahwa pencantuman kata tidak itu ses'ungguhnya memberikan ruang kepada masyarakat untuk dia bisa mencermati

setiap persoalan yang berkaitan dengan gugatan itu. ,

Jadi oleh karenanya menurut kami dari FPP, ini sesungguhnya di dalam Undang-undang Dasar 1945 itu ada, adalah kekuasaan Presiden tidak tak terbatas. Artinya apa, kalau dia terbatas bukan Presiden tapi kalau dia juga tidak terbatas itu bagaimana.

Jadi oleh karena itu kata imediasi disitu adalah tidak tak terbatas maksud kita barangkali disitu, sehingga apa, warning kepaoa kita semua perhatian kepada kita semua jangan kita

praJ~dicies tetapi jangan juga masyarakat itu seenak sendiri (ngoyoworo istilah bahasa maduranya) . Oleh karena itu pengertian dari pada Undang-undang Dasar 45 itu adalah tidak tak terbatas mungkin apa namanya kurang lebihnya sama dengan disini.

Jadi oleh karena itu menurut kami adalah pada estim pertama tidak terbatas, kemudian estim yang lain terbatas, nah ini usulnya bagaimana untuk mengkompilasikan/mengkompromikan · antara dua pendekatan yang sangat berbeda dalam implikasinya begitu.

Sehingga oleh karenanya menurut kami adalah posisi kami sama dengan FABRI tidak terbatas, substansi materi itu adalah kalau FABRI dua pilihan, pertama dihapus kemudian diganti tidak boleh dibatasi ini sama. Jadi oleh karena itu menurut kami, kal~u masuk kepada wilayah masyarakat undang-undang ini buru-buru pagi-.pagi jangan prajudiciess dulu kepada masyarakat begitu. Mungkin nanti bisa di braces di dalam penj elasan begitulah. Tapi disini harus strait sifatnya karena ini hukum, ini adalah undang-undang, mungkin nanti di dalam penjelasan bisa diberikan satu pintu masuk diberikan satu price begitu, sehingga masyarakat bisa mengetahuinya secara jelas begitu.

Terima kasih.

(21)

KETU'A RAPAT :

Saya melihat dari Fraksi dengan Pemerintah ada perbedaan substansial kalau disini hanya terbatas, disini justru tida}

terbatas dalam arti karena ini diatur bisa keseluruhan olel perdata tidak hanya tuntutan tertentu saja.

Ini saya kira, saya kembali pada Pemerintah untuk ini, kemudian akan saya tawarkan kalau ini tidak ada titik temu karenc dari FABRI menyarankan u'ntuk dihapus karena ini menyangkut masalah perdata secara umum lebih membuka masyarakat untu~

menuntut tidak hanya tertentu, saya akan tawarkan kalau darj Pemerintah tidak ada penyesuaian untuk apakah kita endapkan saj2 masalah ini.

Saya persilakan dulu Pemerintah.

PEMERINTAH/SEKJEN PU

Say a mohono ij in anggota dari prof esi ingin menyampaikan pendapatnya, kami persilakan Pak Pamuntar Tobing.

PEMERINTAH/GAPENSI (IR. PAMUNTAR TOBING) Terima kasih Pak.

Bapak Pimpinan,

Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota Dewan yang terhormat.

Dengan tulus dan ikhlas tanpa pretensi sama sekali menghianati Undang-undang Dasar 1945 yang kita cintai; kami hanya menjelaskan. Memang kenyataan di lapangan sebenarnya masyarakat kita banyak yang pintar bahkan terlalu pintar, disisi lain memang masih banyak yang awam penuh ketulus~n. Kejadian yang kami alami terkadang seperti preparer di jalan tol. Hal ini mengakibatkan penyempitan, sebab memang pembangunan tentu tidak mungkin tanpa pengorbanan, sehingga terjadilah kelambatan dan perlambatan di dalam kecepatan orang berlalu lintas.

Kalau sampai ini menj adi berpeluang orang untuk menuntut, maka kami juga berpikir apakah nanti pembangunan kita ke depan semakin lancar apa semakin penuh dengan nanti kepengacaraan. Ini saya pikir perlu juga kita pikirkan, sehingga di dalaG hal ini memang kami juga menguatkan apa yang telah Pemerintah sampaikan, walaupun tadi juga sangat menghargai acuan kalau ini memang di drop ataupun didelete, tapi gambaran kami jelaskan demikian.

Terima kasih.

KETO'A RAPAT :

Baik Saudara-saudara, tanggapan dari Pak Tobing, krusial di dalam DIM Nomor saja, setuju ?.

saya kira tadi sudah mendapat oleh karena disini masalahnya masih

219, saya sarankan untuk diendapkan

(RAPAT SETUJU)

Lanjut dengan DIM Nomor 220 Pasal 40, tetap, tetap, tetap, ini tentu urutannya akan rubah ini. Maaf DIM Nomor 221 Pasal 40, materi DIM Nomor 221, tata cara pengajuan gugatan dan seterusnya.

Ada usul diadakan perubahan substansi, kemudian Fraksi Karya, hanya dua fraksi.

Saya persilakan Fraksi Karya dulu.

(22)

FKP (PROF. DR. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRADJA, SH, LL.M) Terima kasih.

Disini kami mengajukan setelah kata "oleh orang", itu ditaml;:>ah "perseorangan". Sesuai dengan rumusan yang sudah-sudah, tetapi tadinya kami ingin menarnbahkan kelompok orang itu melalui gugatan perwakilan tet;.api karena kita sudah akomodasikan. Jadi mungkin tidak perlu iljii, tetapi kami ingin mengaitkan Pasal 40 ini DIM Nomor 216 yang tadi menjadi masalah yang diendapkan~

· Karena disitu ada kata-kata pekerjaan konstruksi yang merugikan prikehidupan masyarakat, memang pri kehidupan masyarakat itu luas sekali memang. Jadi harus ada konsistensi dengan yang barusan dipermasalahkan dengan DIM Nomor 12 9. Ini dalam Timus mohon mejadi perhatian nanti, karena disini mengatakan prikehidupan masyarakat yang sangat luas, sedang disini tertentu saja.

Dengan tertentu itu memang kami memahami bahwa didalam kerugian itu ada physical damage, ada yang disebut moral damage.

Ini yang moral damage itu yang susah diukur pak, tetapi kejadian mungkin saja dalam satu proyek karena begitu bisingnya orang menjadi tuli atau bagaimana. Itukah susah dinilai, ketulian saya itu jadi berapa harganya.

Memang itu dalam kasus sering diluar negeri, tetapi sulit memang. Jadi disini barangkali yang dimaksud supaya jangan sampai mengarah kepada orang yang jadi sakit, mungkin ada proyek besar

jadi gila atau bagaimana. Itu yang susah dinilai, barangkali yang disini yang betul-betul phisycal saja.

Jadi kalau sakit, biaya rumah sakitnya berapa itu bisa dihitung. Barangkali itu yang dimaksud supaya tidak ! terlalu, memang kalau dalam, di Amerika ini orang sudah mengarah kemana- mana. Bapaknya j atuh dari pesawat, dia menuntutnya bukan hanya tanggung jawab, tetapi dia hitung setiap tahun bapak saya kasih presen untuk ulang tahun. Bapak saya mati 48 tahun, rata-rata orang Amerika 60 tahun. Jadi 12 kali sekian, belum lagi a lone lie setelah bapaknya hilang. Itu memang pengacara sekarang itu pandai-pandai, jadi semua itu jadi tak terhitung. ·

Jadi kira-kira itu garnbarannya moral damage, jadi yang disini yang dimasukan yang betul-betul physical damage saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih dari FKP.

Tadi saran yang konkritnya adalah orang ini diganti perseorangan dan tf:idi ditarnbah penjelasan saya kira. Kemudian dari FABRI saya persilakan.

FABRI (DRS. I KETUT ASWATA)

Jadi setelah diganti dengan perseorangan saya kira sudah, saya kira sudah mengalir j adinya. Apa yang kami usulkan i tukan berdasarkan pada asumsi terj adi permasalahan-permasalahan yang belum terpecahkan di atas. Terima kasih.

KETtTA RAPAT :

Saya tawarkan pada Pemerintah bagaimana?.

PEMERINTAH (SEKJEN PU)

Sependapat dengan Fraksi Karya Pernbangunan dan Fraksi ABRI.

(23)

KETUA RAPAT :

Baik jadi setuju di, setuju?.

(RAPAT SETUJU) Lanjut dengan DIM Nomor 225.

Bicara soal sanksi, saya perlu mengingatkan bahwa judulnya bukan sanksi administrasi tetapi "sanksi" yang sudah disetuj ui.

Sehingga sekarang DIM nomor 224 sudah disetujui Timus, DIM Nomor 225 sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat dan seterusnya, ada usul hanya satu dari FKP, saya persilakan.

FKP (PROF. DR. H.E. SAEFULLAH WIRADIPRADJA, SH, LL.M) : Substansinya kami ingin ada keseimbangan antara pengguna dengan penyedia j asa. Jadi sanksinya i tu j uga kepada pengguna

jasa andaikata dia melakukan hal tertentu, tetapi kalau tidak salah, kemudian ada perubahan c jadi b, b jadi c begitu. Tetapi kalau tidak salah, kemarin ada keputusan bahwa ini kita akan mendengarkan rumusan dari Pemerintah mengenai break down dari sanksi-sanksi ini kalau tidak salah dalam hal ini. Jadi sanksi apa saja yang termasuk pada sanksi administratif ini.

Substansinya bahwa bagi kedua belah pihak perlu dikenakan sanksi.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, saya persilakan pada Pemerintah, untuk menyampaikan ini mengenai DIM Nomor 225.

PEMERINTAH (WIBISONO SETYOWIBOWO, MSc) . Terima kasih Bapak Pimpinan,

Ibu dan Bapak Anggota Dewan yang kami hormati.

Di dalam kita membahas DIM Nomor 225 ini, ad.a dua hal yang dikemukakan oleh fraksi-fraksi, yang pertama dari FKP tadi mengenai kepada siapa sanksi itu dikenakan perlu jelas. Kemudian keseimbangan antara penyedia maupun pengguna jasa dida~am sanksi tersebut dan kalau tidak salah kemudian.dari FABRI meriyampaikan agar juga dilengkapi pasal-pasal mana yang akan dikenakan.

Apabila hal ini kita tampung, maka kemudian nanti akan menyebabkan pertama, perubahan-perubahan didalam penulisan

sehingga sistimatika juga bisa berubah. Entah itu dalam bentuk ayat atau dalam pasal. Jadi di dalam rumusan DIM. Nomor 225 ini nanti akan terkait hingga ke DIM Nomor 231, perkenankanlah kami menyampaikan bahwa rumusan DIM Nomor 225, 226, 227, 22.8, 229 dam 230, pada dasarnya kita mengadop apa yang disarankan oleh FKP.

Kemudian DIM Nomor 231, kita juga pada dasarnya mengadop apa yang disarankan oleh .'.7KP. Kemudian sej al an dengan usulan FABRI pada saat kita membahas DIM Nomor 225 itu untuk menunjuk secara langsung pasal-pasal yang akan terkena. Maka tentunya perlu dikembangkan ayat yang ketiga untuk merujuk pasal mana yang akan terkena, dalam kaitan ini sanksi yang akan dikenakan pada penyedia jasa adalah terkait dengan Pasal 5 ayat (2) ayat (3) dan ayat (4). Kemudian Pasal 17 ayat (1), ayat (2), ayat (5) dan ayat (6) dan yang terakhir adalah Pasal 18 ayat (3), ayat (4) dan . Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2).

Dengan nuansa yang sama untuk menanggapi usul FABRI maka saya kira nanti akan muncul ayat (4) yang akan menunjuk pasal~

pasal mana yang O:kan berlaku, dalam ha~ ~ita m~ngena~an sanks1 kepada pengguna Jasa. _Dan secara spes1f7k kam1 me~1h~t bahwa sanksi kepada pengguna jasa ini, yang nant1 barangkali dirumuskan

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH (WAMEN KEMENPAN RB RI): Terima kasih Pak Pimpinan. Jadi memang Jabatan Eksekutif Senior ini di beberapa negara dibentuk dengan satu tujuan, ada perlakuan yang berbeda,

Terima kasih. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Setelah kita mendengar 3 masukan paling tidak ya Pak ya Pak Ketua, satu dari Kementerian Dalam Negeri, lalu yang

Jadi yang tadi disampaikan ini semuanya terekam ya semuanya yang disampaikan di sini terekam, tercatat dengan baik dan ini menjagi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses

Ini saya juga jadi bingung, kita kan permasalah di Panja ini, kemasalah kelembagaan, kita juga sudah berdebat kenapa perlu ada &#34;lembaga&#34;, sampai

g. Jumlah Anggota Komisi VIII DPR RI dalam pembahasan RUU tentang Penyandang Disabilitas sesuai keputusan Rapat Konsultasi pengganti Rapat Badan Musyawarah DPR RI antara Pimpinan DPR

Sebentar Pak, kemarin itu memang ada masalah yang Pak Djoko bilang, karena ada masalah soal swasta, bukan soal diatur soal yang statis ini bukan, tapi dalam

Silakan tetapi nanti pada saat panja saya minta nanti hadir Iagi Pak. Sebetulnya apa bila ketentuan ini ditambah atas keputusannya yang ternyata tidak sesuai dengan yang

Justru Negara hukum kita selama ini j ustru tidak menegakkan HAM karena memang eksl usif adanya penegakan HAM sehingga seperti yang dikatakan kami tadi bahwa jelas