• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SIFAT FISIKO-KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN GEUREUPHEUNG DAN IDENTIFIKASINYA MENGGUNAKAN GCMS Abdul Gani Haji Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SIFAT FISIKO-KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN GEUREUPHEUNG DAN IDENTIFIKASINYA MENGGUNAKAN GCMS Abdul Gani Haji Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

835

ANALISIS SIFAT FISIKO-KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN GEUREUPHEUNG DAN IDENTIFIKASINYA MENGGUNAKAN GCMS

Abdul Gani Haji

Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Syiah Kuala e-mail: gani_kimiawi@yahoo.co.id

Abstract

Geureupheung plant has the Latin name Vitex trifolia Linn is known to contain secondary metabolites classes of alkaloids, saponins, and flavonoids. These plants are rarely attacked by pests because they have less tasty and pungent smell so farmers often use it to protect rice when harvested. This studi aims to determine the physic-chemical properties of essential oil of leaves of Vitex trifolia Linn and chemical components contained in the fraction of methanol, ethyl acetate, and n-hexane. Leaves Vitex trofolia Linn used came from the village Kajhu Baitussalam District of Aceh Besar.

Leaves aerated for 7 days in advance, and weighed 2 kg. Furthermore, the leaves are distilled with steam-water distillation system for 6 hours. Essential oils were analyzed for physic-chemical properties, such as color, yield, specific grafity, acid number, and ester number. Essential oils are fractionated successively with methanol, ethyl acetate, and n- hexane. Vollatile oil fractions obtained by chemical components identified by Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GCMS). The result of the analysis of physic-chemical properties of the leaf essential oil of Vitex trifolia Linn showed a brown color, yield 0.09 (%v/w), 2.3 specific gravity (g/mL), 3.7 acid number, and ester number 6.0. The result of the identification of the chemical components of these fraction by GCMS showed the n-hexane fraction identified nine compounds, ethyl acetate fraction identified 11 compounds, and methanol fraction identified 10 compounds.

Keywords: Geureupheung leaves, essential oil, fractionation, identification by GCMS

Abstrak

Tumbuhan geureupheung mempunyai nama latin Vitex trifolia Linn diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, saponin, flavonoid, dan terpenoid. Tumbuhan ini jarang terserang hama karena mempunyai bau kurang enak dan menyengat sehingga para petani sering memanfaatkannya untuk melindungi padi ketika panen.

Penelitian ini bertujuan mengetahui sifat fisiko-kimia minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn dan komponen kimianya yang terdapat pada fraksi metanol, etil asetat, dan n-heksan. Daun Vitex trifolia Linn yang digunakan berasal dari desa Kajhu Kecamatan Baitussalam Aceh Besar. Daun diangin-anginkan terlebih dahulu selama 7 hari, lalu ditimbang sebanyak 2 kg. Selanjutnya, daun tersebut disuling dengan sistem penyulingan uap-air selama 6 jam.

Minyak atsiri yang diperoleh dianalisis sifat fisiko-kimianya, antara lain warna, rendemen, berat jenis, bilangan asam dan bilangan ester. Minyak atsiri difraksinasi secara berturut dengan pelarut metanol, etil asetat, dan n-heksan.

Fraksi-fraksi minyak atsiri yang diperoleh diidentifikasi komponen kimianya dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GCMS). Hasil analisis sifat fisiko-kimia minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn menunjukkan warna coklat, rendemen 0,09 (%v/w), berat jenis 2,3 (g/mL), bilangan asam 3,7 dan bilangan ester 6,0. Hasil identifikasi komponen kimia fraksi-fraksi tersebut dengan GCMS menunjukkan pada fraksi n-heksan teridentifikasi 9 senyawa, fraksi etil asetat teridentifikasi 11 senyawa, dan fraksi metanol teridentifikasi 10 senyawa.

Kata Kunci: Daun geureupheung, Minyak atsiri, fraksinasi, identifikasi dengan GCMS

PENDAHULUAN

Tumbuhan Vitex trifolia Linn merupakan salah satu jenis tumbuhan yang tergolong famili Verbenaceae. Tumbuhan ini sering digunakan oleh para petani di beberapa Kabupaten di Provinsi Aceh sebagai biopestisida pascapanen

tanaman padi. Di samping itu, daun tumbuhan ini sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai insektisida alami untuk membasmi kutu beras, kutu busuk dan lipas yang dapat dilakukan dengan cara meletakkan daunnya pada tempat penyimpanan beras dan tempat bersarangnya kutu

(7)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

836

busuk dan lipas. Asap sisa pembakaran daunnya juga dapat mengusir nyamuk (Heyne, 1987).

Selanjutnya, beberapa peneliti telah melaporan bahwa ekstrak daun tumbuhan Vitex trifolia Linn mempunyai potensi sebagai antibakteri (Murugan dan Mohan, 2012), sebagai antikanker (Aweng, dkk., 2012), sebagai antitubercular (Tiwari, dkk., 2013), sebagai antitumor (Meena, dkk., 2011;

Aranda, dkk., 1999), dan sebagai anti larva Aedes albopictus (Nastiti, dkk., 2011). Haji (1999) juga melaporkan bahwa ekstrak etanol daun Vitex trifolia Linn pada konsentrasi 100 ppm dapat menyebabkan kematian kutu beras dalam waktu 24 jam.

Komponen kimia pada daun tumbuhan Vitex trifolia Linn yang telah diteliti antara lain mengandung β-sitosterol (Mustarichie, dkk., 2013), dan diterpenoid (Tiwari, dkk., 2013).

Heyne (1987) melaporkan bahwa pada tumbuhan tersenbut mengandung minyak atsiri dan senyawa alkaloid baik di daun maupun buahnya.

Selanjutnya, Hamid, dkk. (2010) menyatakan bahwa hasil penyulingan uap-air tumbuhan ini diperoleh minyak atsiri yang teridentifikasi mengandung β-pinene (20%), α-pinen (9,9%), cis-ocimen (8,4%), β-phellandren (4,1%), dan monoterpen teroksigenasi antara lain 1,8-cineol (6,7%), terpinen-4-ol (4,2%), α-terpineol (4,1%), borneol asetat (2%), β-sitronelol (1,6%), neral (1,3%), β-linalol (1,2%), dan geranial (1,2%). Di samping itu, Mufidah (2004), melaporkan bahwa pada minyak atsiri batang Vitex trifolia Linn ditemukan 1,8-sineol (17,83%), terpinil asetat (8,38%), karyopillene (22,61%), karyopillene oksida (5,83%) dan veridiflorol (8,78%).

Menurut Heyne (1987), tumbuhan Vitex trifolia Linn mempunyai beberapa nama daerah antara lain geureupheung (Aceh), langgundi (Minangkabau), gandasari (Palembang), lagundi (Melayu), legundi (Jawa Tengah) dan lagondi (Sunda). Tanaman Vitex trifolia Linn berupa pohon yang tingginya berkisar 2-3 meter. Batang berkayu, bulat, ranting berambut dan berwarna putih kotor. Daun majemuk terdiri atas tiga anak daun, bulat telur, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip dan berwarna hijau.

Bunga majemuk terletak di ujung cabang, bentuk malai, mahkota bentuk tabung, warna ungu, bergigi 5, panjang 2-4 mm, putih keunguan, mahkota berbentuk tabung, benang sari empat

berwarna ungu, buah seperti batu berbentuk bola, diameter 2,5 mm, berwarna coklat, biji kecil dan coklat, memiliki akar tunggang, dan berwarna kuning kecoklatan. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan cepat sebagai semak tanpa bergantung pada iklim tertentu (Tjitrosoepomo, 1989).

Minyak atsiri merupakan salah satu produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh sebahagian tumbuhan yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak diganggu oleh hama. Di samping itu, berfungsi juga sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan hidupnya. Minyak atsiri sering juga dinamakan dengan istilah minyak essensial atau minyak aromatik, yaitu suatu kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang, namun mudah menguap sehingga memberikan aroma atau bau yang khas.

Minyak atsiri mempunyai ciri-ciri antara lain mudah menguap karena titik uapnya rendah.

Selain itu, susunan komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia sehingga sering kali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Menurut, Hamid, dkk. (2010), secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas aroma tertentu. Minyak terpentin yang mengandung monoterpene memiliki aroma yang khas karena mengandung pinene dan minyak jeruk mengandung 90% limonene. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak.

Sebagian besar minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan menggunakan uap atau disebut juga dengan cara hidrodistilasi. Metode penyulingan minyak atsiri yang paling sering digunakan ialah teknik uap-air (Ketaren, 1986).

Penyulingan dengan uap-air sangat populer di kalangan pengusaha kecil karena dapat dipindah- pindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain menurut musim panen. Unit penyulingan yang lebih kecil biasanya dipanaskan dengan api langsung, sedangkan yang lebih besar dengan mantel uap, pipa uap melingkar tertutup atau kadang-kadang dengan pipa uap melingkar terbuka. Keuntungan penyulingan uap-air

(8)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

837

piknometer volume

) kosong piknometer

berat ( ) Atsiri minyak piknometer

berat jenis (

Bobot  

dibandingkan dengan penyulingan air adalah bahan yang disuling tidak menjadi gosong.

Penyulingan uap-air lebih unggul dibandingkan dengan penyulingan menggunakan air, karena proses dekomposisi minyak lebih kecil. Metode penyulingan uap-air lebih efesien daripada metode penyulingan air, karena jumlah bahan bakar yang dibutuhkan lebih kecil, waktu penyulingan lebih singkat dan rendaman minyak yang dihasilkan lebih besar dengan kecepatan penguapan yang lebih lama. Penyulingan uap-air daun tumbuhan Vitex trifolia Linn dimaksudkan untuk mengetahui kandungan minyak atsiri dan identifikasinya dengan GCMS dimaksudkan untuk mengetahui komponen kimianya.

METODE

Peralatan yang digunakan antara lain peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, rotary evaporator, labu ekstraksi, penangas air, piknometer, perangkat titrasi, timbangan, penyulingan uap-air, dan GCMS. Bahan yang digunakan yaitu daun Vitex trifolia Linn, air suling, Na2SO4 anhidrat, NaOH 0,1 N dan 0,5 N, HCl 0,5 N, indikator pp, metanol, etil asetat, dan n-heksan.

Prosedur

Sampel yang sudah diangin-anginkan sebanyak 2 kg dimasukkan ke dalam alat penyulingan uap-air. Selanjutnya, dipanaskan air sampai mendidih, lalu uap-air akan melewati sampel dan membawa kandungan minyak atsiri.

Uap-air bersama-sama dengan minyak atsiri akan dikondensasi pada bagian pendinginnya (kondensor) dan minyak bersama air akan

tertampung di dalam wadah tertutup. Proses penyulingan berlangsung selama 6 jam. Minyak yang diperoleh dipisahkan dari air dengan corong pisah, sampai bagian air dan minyak terpisah. Air yang tertinggal dalam minyak diserap dengan Na2SO4 anhidrat.

Analisis Sifat Fisiko-Kimia

Pemeriksaan pendahuluan terhadap warna, kejernihan dan bau. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara organoleptik, yaitu dengan cara melihat dan mencium. Pemeriksaan ini bersifat subyektif dan tidak dapat menggambarkan mutu minyak atsiri secara tepat.

Rendemen adalah perolehan kadar minyak atsiri yang ditentukan dengan cara menghitung massa minyak yang dihasilkan dari setiap bobot bahan yang disuling dan dinyatakan dalam persen.

Rendemen (%b/b) =

bahan Bobot

minyak Massa

x 100%

Uji berat jenis 15o/15oC dengan menggunakan alat piknometer. Prosedurnya adalah ditimbang piknometer kosong, lalu diisi piknometer dengan contoh uji sampai penuh.

Piknometer yang berisi contoh uji dimasukkan ke dalam termostat yang telah ditetapkan suhunya pada 15oC dan dibiarkan selama 15 menit (suhu termometer pada piknometer juga harus 15oC).

Kemudian piknometer diangkat, dikeringkan dengan kertas atau kain lap yang tidak mengandung minyak dan akhirnya piknometer ditimbang. Penentuan bobot jenis dapat digunakan formula di bawah ini:

Netralisasi asam dengan larutan basa (alkali encer). Jumlah senyawa asam bebas ini dinyatakan sebagai bilangan asam. Prosedur penentuannya, dimasukkan 1 gram minyak Vitex trifolia Linn ke dalam Erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambahkan etanol 95% sebanyak 6 mL serta 3 tetes larutan indikator pp. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH

0,1 N hingga terlihat warna merah muda.

Dihitung jumlah milligram NaOH yang digunakan untuk tepat menetralkan kandungan asam lemak bebas dalam 1 g minyak.

Bilangan Asam = G

N x A x

40

(9)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

836

dimana :

A = Jumlah mL NaOH untuk titrasi N = Normalitas dari KOH

G = Berat sampel

Bilangan ester adalah jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan asam yang terdapat dalam 1 gram minyak.

Prosedurnya dalam minyak atsiri hasil titrasi bilangan asam ditambahkan 10 mL NaOH 0,5 N.

Larutan kemudian ditutup dan dipanaskan di atas penangas air selama satu jam sampai semua ester tersabunkan dihitung sejak larutan mulai mendidih. Kemudian didinginkan selama 15 menit. Selanjutnya, ke dalam larutan ditambahkan beberapa indikator pp, lalu dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah muda menghilang.

Percobaan yang sama dapat dilakukan untuk larutan blanko.

Bilangan Ester =

sampel Berat

40 x HCl N x mL a)

(b 

dimana :

a = jumlah HCl 0,5 N yang diperlukan untuk titrasi sampel

b = jumlah HCl 0,5 N yang diperlukan untuk titrasi blanko

N HCl = Normalitas larutan HCl 40 = Berat molekul NaOH Identifikasi dengan GCMS

Analisis terhadap fraksi-fraksi minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn dengan teknik GCMS dilakukan dengan kondisi peralatan sebagai berikut : kolom kapiler DB 5 MS dengan suhu awal 60oC (ditahan 2 menit), kenaikan suhu per menit naik 10-320oC (tahan 2 menit), suhu injektor 300oC, suhu detektor 320oC, gas pembawa helium dan kecepatan alir 0,8 μL/menit serta volume injeksinya 1 μL.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Sifat Fisiko-Kimia Minyak Atsiri Daun Vitex trifolia Linn

Minyak atsiri hasil penyulingan uap-air daun Vitex trifolia Linn setelah dianalisis sifat fisiko-kimianya diperoleh data seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Fisiko-kimia Minyak Atsiri Daun Vitex trifolia Linn

Karakteristik Parameter hasil analisis Warna Coklat , tidak jernih,

tidak kental dan berbau khas Rendemen 0,09% (v/w) Berat jenis 2,30 g/mL Bilangan asam 3,73 Bilangan ester 6,00

Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa minyak atsiri hasil penyulingan uap-air daun Vitex trifolia Linn mempunyai rendemen rendah, sehingga kurang berpotensi jika dinilai secara ekonomi. Dari sifat fisiko-kimianya, secara organoleptik menunjukkan minyak atsiri yang baru disuling tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan. Namun jika dibiarkan lama di udara terbuka dan terkena sinar cahaya pada suhu kamar, maka minyak atsiri tersebut dapat mengabsorbsi oksigen sehingga menghasilkan warna minyak yang lebih gelap dan bau minyak akan berubah dari bau alaminya. Hasil analisis tersebut sesuai dengan pernyataan Irfan (1989), bahwa minyak atsiri jika dibiarkan terbuka di udara dapat menyebabkan minyak lebih kental dan akhirnya membentuk resin.

Rendemen persen minyak yang diperoleh dengan menghitung berat minyak dibagi berat sampel, sehingga diperoleh rendemen daun Vitex trifolia Linn rata-rata sebesar 0,09% (v/w). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mufidah (2004), bahwa isolasi daun Vitex trifolia Linn dilakukan dengan alat destilasi Stahl, diperoleh rendemen minyak atsiri sebanyak 0,02% (v/w) daun segar dan 0,08% (v/w) daun kering.

Penentuan berat jenis digunakan untuk perbandingan berat suatu benda dengan berat air yang sama volumenya pada suhu yang sama.

Berat jenis dari minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn ialah 2,30 g/mL. Namun, bilangan asam yang menunjukkan ukuran dari jumlah asam lemak bebas merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini

(10)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

837 + 3NaOH

CH2 CH CH2

O O O

C C C

R R R O

O

O

3RCO

2

Na +

CH2 CH CH2

OH OH

OH

Gliserol Sabun

Basa Trigliserida

menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat reaksi hidrolisis reaksi kimia, pemanasan, proses fisika atau reaksi enzimatisnya. Hasil ini didukung pernyataan Ketaren (1986) bahwa semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak minyak yang terhidrolisis.

Hasil analisis bilangan ester menunjukkan banyaknya basa yang dibutuhkan

untuk menyabunkan 1 gram minyak. Apabila sejumlah contoh minyak disabunkan dengan larutan NaOH berlebih dalam alkohol, maka NaOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu 3 molekul NaOH bereaksi dengan satu molekul minyak. Secara umum reaksi bilangan ester dapat ditulis :

Gambar 1. Persamaan Reaksi Safonifikasi

Besarnya bilangan ester bergantung dari massa molekul minyak yang dikandung oleh suatu jenis tumbuhan. Hal ini dikarenakan semakin panjang rantai hidrokarbon suatu minyak, akan semakin memperkecil proporsi molar gugus karboksilat yang akan bereaksi dengan larutan basa. Hasil ini memperkuat pernyataan Ketaren (1986) bahwa semakin rendah bilangan ester maka semakin besar massa molekulnya.

Hasil fraksinasi minyak atsiri dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol diperoleh data seperti ditabulasikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Berat dan Warna Fraksi Minyak Atsiri Daun Vitex trifolia Linn

No. Fraksi Berat (g) Warna 1. n-heksan 1,50 Coklat tua 2. Etil asetat 3,50 Kuning tua 3. metanol 2,50 Coklat

Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa komponen semipolar yang terkandung pada ekstrak daun Vitex trifolia Linn lebih banyak dibandingkan ekstrak lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada minyak atsiri tersebut lebih banyak mengandung senyawa golongan terpenoid. Kenyataan ini didukung oleh penelitian yang dilaporkan oleh Hamid, dkk. (2010).

Hasil Identifikasi Menggunakan GCMS

Adapun kromatogram yang diperoleh dari fraksi n-heksan minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn dapat dilihat pada Gambar 2.

(11)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

835

Tinggi Puncak (mm)

Waktu Retensi (menit)

Gambar 2. Kromatogram Fraksi n-heksan Minyak Atsiri Daun Vitex trifolia Linn

Hasil identifikasi komponen kimia fraksi n-heksan dengan GCMS memberikan kemiripan 90% dengan spektrum massa standar dari data base Wiley. Berdasarkan data hasil interpretasi tersebut diketahui teridentifikasi paling sedikit terdapat sebanyak sembilan macam senyawa penyusun utama minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn. Data jenis senyawa dan persentase komposisinya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komponen dan Komposisi Penyusun Fraksi n-heksan Daun Vitex trifolia Linn

No Komponen Waktu

Retensi (Menit)

Komposisi (%) 1. Trans-

karyopillene

13,029 14,98 2. Asam-9-

heksadekanoat

21,896 4,63 3. 3-sikloheksana-

1-metanol

11,894 4,29 4. 19-diturolosol 20,092 3,21

5. Asam 19,970 2,88

heksadekanoat

6. Alil ionone 19,827 2,84 7. Cis-

karyopillene

19,055 2,11 8. Dihidroselarene 20,262 1,63 9. Patcouli

alkohol

16,681 1,54

Minyak atsiri yang dihasilkan pada proses penyulingan untuk fraksi n-heksan (nonpolar) menunjukkan pemisahan komponen kimianya melalui puncak-puncak kromatogram yang sedikit muncul (Gambar 2). Puncak-puncak muncul pada waktu retensi (Rt) 11,894-21,896 menit dan berdasarkan data spektrum massa dari chemstation data system teridentifikasi sebanyak 10 senyawa penyusun minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn (Tabel 3). Dari data tersebut terdapat dua senyawa dengan komposisi tinggi, yaitu trans-karyopillene (14,98%) dan asam-9- heksadekanoat (4,63%).

Adapun kromatogram yang diperoleh dari fraksi etil asetat minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn ditunjukkan pada Gambar 3.

(12)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

836

Tinggi Puncak (mm)

Waktu Retensi (menit)

Tinggi Puncak (mm)

Waktu Retensi (menit)

Gambar 3. Kromatogram Fraksi Etil asetat Minyak Atsiri Daun Vitex trifolia Linn

Hasil identifikasi fraksi etil asetat dengan GCMS diperoleh 11 senyawa. Data komponen kimia dan persentase komposisinya ditabulasikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Komponen dan Komposisi Fraksi Etil asetat Daun Vitex trifolia Linn

No Komponen Waktu

Retensi (Menit)

Komposisi (%) 1. β-karyopillene 13,250 16,87

2. 1,8-sineol 6,625 10,23

3. 3-sikloheksana-1- metanol

11,932 6,38

4. 1- 20,195 5,70

naphtalenepropanol

5. Terpineol 9,313 4,30

6. 1-α-terpineol 9,617 3,87 7. 1,4-benzenadiol 19,923 3,26 8. Cis-karyopillene 19,137 3,18

9. Terpinene 7,016 2,16

10. Benzosiklohepten- 7-ol

19,700 2,06 11. Dihidroselarene 20,328 2,02

Adapun kromatogram yang diperoleh dari fraksi metanol minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kromatogram Fraksi Metanol Minyak Atsiri Daun Vitex trifolia Linn

(13)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

835

O

Hasil identifikasi fraksi metanol dengan GCMS diperoleh 10 senyawa. Data komponen dan persentase komposisinya ditabulasikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Komponen dan Komposisi Penyusun Fraksi Metanol Daun Vitex trifolia Linn

No Komponen Waktu

Retensi (Menit)

Komposisi (%) 1. β-karyopillene 13,285 22,36 2. 3-sikloheksan-1-

metanol

11,922 9,74 3. 1-naphtalene-

propanol

20,179 4,81 4. β-isometil

ionone

19,911 4,39 5. Patcouli alkohol 16,761 4,37

6. 1,8-sineol 6,477 4,28

7. Dihidroselarene 20,334 3,76 8. α-terpineol 9,546 3,41

9. Kadinene 12,508 3,34

10. Delta guaiene 19,101 3,31 Minyak atsiri yang dihasilkan pada proses penyulingan untuk fraksi n-heksan (nonpolar) menunjukkan pemisahan komponen kimianya melalui puncak-puncak kromatogram yang sedikit muncul (Gambar 2). Puncak-puncak muncul pada Waktu retensi (Rt) 11,894-21,896 menit dan berdasarkan data spektrum massa dari chemstation data system teridentifikasi sebanyak 10 senyawa penyusun minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn (Tabel 3). Dari data tersebut terdapat dua senyawa dengan komposisi tinggi, yaitu trans-karyopillene (14,98%) dan asam-9- heksadekanoat (4,63%).

Minyak atsiri yang dihasilkan pada proses penyulingan untuk fraksi etil asetat (semipolar) menunjukkan pemisahan komponen kimianya melalui puncak-puncak kromatogram yang muncul (Gambar 3). Puncak-puncak muncul pada Rt 6,625-20,328 menit dan berdasarkan data spektrum massa dari chemstation data teridentifikasi sebanyak 10 senyawa penyusun minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn (Tabel 4).

Dari data tersebut terdapat dua senyawa dengan komposisi tinggi, yaitu β-karyopillene (16,87%)

dan 1,8-sineol (10,23%). Adapun struktur senyawa tersebut ditunjukkan seperti Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 4.7 Struktur Senyawa (a) β-karyopillene, (b) 1,8-sineol

Minyak atsiri yang dihasilkan pada proses penyulingan untuk fraksi metanol (polar) menunjukkan pemisahan komponen kimianya melalui puncak-puncak kromatogram yang muncul (Gambar 4). Puncak-puncak muncul pada Rt 6,477-20,334 menit dan berdasarkan data spektrum massa dari chemstation data system yang dipunyai alat tersebut teridentifikasi sebanyak 9 senyawa penyusun minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn (Tabel 5). Dari data tersebut terdapat dua senyawa yang mempunyai persentase komposisinya tertinggi, yaitu β- karyopillene (22,36%) dan 3-sikloheksan-1- metanol (9,74%). Hasil pemisahan yang tidak sempurna karena teknik pemisahan menggunakan teknik penyulingan yang sederhana menyebabkan komponen kimia utama masing-masing fraksi yang sama yaitu β-karyopillene, seharusnya komponen kimia yang dihasilkan menunjukkan hasil yang berbeda sesuai dengan kepolaran masing-masing senyawa.

Komponen kimia penyusun minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh Mufidah (2004) bahwa dari interpretasi data GCMS diperoleh 1,8- sineol (17,83%), terpinil asetat (8,38%), karyopillene (22,61%), karyopillene oksida (5,83%) dan veridiflorol (8,78%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat diyakini bahwa hampir semua minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn dijumpai adanya senyawa ester. Oleh karena itu, minyak atsiri dapat digunakan sebagai salah satu bahan parfum dan farmakologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hernani (2004) bahwa daun

(14)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

836

yang masih segar mempunyai bau yang sangat aromatis sehingga tanaman aromatis yang mengandung atsiri bisa dimanfaatkan dalam bidang aromaterapi, farmasi, kosmetik dan parfum. Selain itu, tumbuhan ini mengandung minyak atsiri dan senyawa alkaloid baik di daun maupun buahnya (Heyne, 1987). Pada minyak atsiri yang dihasilkan pada penelitian ini, selain diidentifikasi terdapat senyawa ester, juga diketahui adanya senyawa golongan terpenoid.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan bahwa hasil analisis sifat fisiko-kimia minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn menunjukkan minyak atsiri yang diperoleh berwarna coklat, rendemen 0,09 (%v/w), berat jenis 2,3 (g/mL), bilangan asam 3,7 dan bilangan ester 6,0. Hasil analisis komponen kimia minyak atsiri tersebut dengan menggunakan GCMS diketahui pada fraksi n- heksan teridentifikasi 9 senyawa, fraksi etil asetat teridentifikasi 11 senyawa, dan fraksi metanol teridentifikasi 10 senyawa.

Minyak atsiri daun Vitex trifolia Linn yang diperoleh dengan teknik penyulingan uap-air sederhana ternyata hanya menghasilkan rendemen minyak sebanyak 0,09%, sehingga berdasarkan hasil analisis sangat tidak ekonomis jika dikembangkan. Untuk itu, disarankan supaya dicari atau diterapkan teknik penyulingan yang diperkirakan mampu meningkatkan rendemen minyak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aranda, E., Hernandez, M.M., Heraso, C., Villareal, M.L. dan Arispuro. 1999.

Biological activities of crude plants extracts from Vitex trifolia L. Journal of Ethnopharmacology, 67(1):37-44

Aweng, E., Hernandez, M.M., Heraso, C., Villareal, M.L. dan Arispuro. 2012.

Biological activities of crude plants extracts from Vitex trifolia L. Journal of Ethnopharmacology, 67(1):37-44

Haji, A. G. 1999. Penapisan Fitokimia dan Uji Bioaktif Ekstrak Daun dan Buah Geurepeheung, Laporan Penelitian.

Banda Aceh: Unsyiah.

Hamid, A.A., Usman, L.A., Adebayo, S.A., Zubair, M.F. dan Elaigwu, S.E. 2010.

Chemical constituents of leaf essential oil of North-central Nigerian grown Vitex agnus-castus, Advances in Environmental Biology, 4(2):250-253

Hernani. 2004. Gandapura : Pengolahan, Fitokimia, Minyak Atsiri dan Daya Herbisida. Buletin TRO, XV (2): 32-40.

Heyne. K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.

Jakarta: Departemen Kehutanan.

Irfan. 1989. Pengaruh Lama Kering Anginan dan Perbandingan Daun Dengan Batang Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Nilam (Pogostemon cablin Bent). Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh: Unsyiah.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia.

Meena, A.K., Niranjan, U.S., Rao, M.M., Padji, M.M., dan Babu, R. 2011. A review of the important chemical constituents and medicinal uses of Vitex genus, Asian Journal of Traditional Medicines, 6(2):54-60

Mufidah. 2004. Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri tumbuhan Vitex trifolia Linn dan Uji Aktivitas Antimikrobanya, Lembaga Penelitian UNHAS, (http://www.

blogger.com/feeds/430217021849848078 5/unhas/default, diakses 20 Desember 2013).

Mustarichie, R., Ramdhani, D., Saptarini, N.M., Supriyatna, dan Subarnas, A. 2013.

Determination of the active chemical compounds in the stem bark of Vitex

(15)

---

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana ISBN: 978-602-14702-6-8 Universitas Negeri Surabaya

837

trifolia Linn, Scholar Academic Journal of Pharmacy, 2(2):36-40

Murugan, M. dan Mohan, V.R. 2012. Efficacy of different solvent extracts of Vitex trifolia L. and aristolochia indica L for potential antibacterial activity. Science Research Reporter, 2(1):110-114

Nastiti, N.S., Husein, A., dan Yamtana. 2011.

Pengaruh ekstrak daun legundi (Vitex

trifolia Linn) terhadap kematian larva, BALABA, 7(2):37-39

Tiwari, N., Thakur, J., Saikia, D., dan Gupta, M.M. 2013. Antituberculer diterpenoids from Vitex trifolia Linn. Phytomedicine, 20:605-610

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan.

Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.

Gambar

Gambar 1. Persamaan Reaksi Safonifikasi
Gambar 2. Kromatogram Fraksi n-heksan Minyak Atsiri Daun Vitex trifolia Linn
Gambar 3. Kromatogram Fraksi Etil asetat Minyak Atsiri Daun Vitex trifolia Linn

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan aqidah rnerupakan pendidikan yang diberi- kan pertama kali semenjak anak lahir ke dtrnia, karena pend.idik- an ini berfungsi sebagai pondasi bagi diri anak tersebut dan

Jenis bijih emas primer akan efisien apabila diolah dengan teknik pelindian ( leaching ) karena umumnya endapan primer ini dicirikan dengan ukuran partikel emas yang sangat halus

Sebuah mikroskop sederhana terdiri atas lensa objektif dengan jarak fokus 0,8 cm dan lensa okuler dengan jarak fokus 2,5 cm. Bayangan nyata dari objek berada 16 cm dari

rotary evaporator hingga volume 80 mL dan diekstraksi dengan NaHCO3 20%.. Lapisan air diasamkan dengan H2SO4 10%lalu diekstraksi dengan eter sebanyak empat

Dalam menentukan dan melakukan deliniasi Central Business District (CBD) di wilayah kota Surakarta menggunakan citra satelit Quickbird (2004), nantinya dilakukan

PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong

Analisis yang digunakan dalam hal ini adalah analisis kualitatif, yakni analisis yang dilakukan dengan tidak menggunakan rumus statistik tetapi peraturan

Daging yang digunakan sebagai bahan baku pada saat pagi hari adalah daging dalam keadaan segar (tidak beku) yang diambil langsung dari supplier tetapi mereka tetap menyimpan