• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP BERBAGAI BENTUK KEMASAN SIMPLISIA TEH DAUN GAHARU (Aquilaria malaccencis Lamk.) SERTA KANDUNGAN ANTIOKSIDANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP BERBAGAI BENTUK KEMASAN SIMPLISIA TEH DAUN GAHARU (Aquilaria malaccencis Lamk.) SERTA KANDUNGAN ANTIOKSIDANNYA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP BERBAGAI BENTUK KEMASAN SIMPLISIA TEH DAUN GAHARU

(Aquilaria malaccencis Lamk.) SERTA KANDUNGAN ANTIOKSIDANNYA

SKRIPSI

Oleh:

Isrina Rohmi Rambe 131201073/Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

Universitas Sumatera Utara

(2)

TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP BERBAGAI BENTUK KEMASAN SIMPLISIA TEH DAUN GAHARU

(Aquilaria malaccencis Lamk.) serta KANDUNGAN ANTIOKSIDANNYA

SKRIPSI

Oleh :

Isrina Rohmi Rambe 131201073/Teknologi Hasil Hutan

Skripsisebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar SarjanaKehutanan di FakultasKehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat kesukaan konsumen terhadap berbagai bentuk kemasan simplisia teh daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) dan kandungan antioksidannya.

Nama : Isrina Rohmi Rambe NIM : 131201073 Program Studi : Kehutanan

Jurusan : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ridwanti Batubara, S.Hut, MP)(Dra. Herawaty Ginting M.Si., Apt)

Mengetahui

(Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan

)

Tanggal Lulus:

(4)

ABSTRAK

Isrina Rohmi Rambe : Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Berbagai Bentuk Kemasan Simplisia Daun Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk) Serta Kandungan Anioksidannya. Dibawah Bimbingan RIDWANTI BATUBARA dan HERAWATY GINTING.

Teh daun gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk) memiliki kandungan antioksidan yang sangat kuat. Kemasan dapat meningkatkan minat konsumen untuk mengkonsumsi teh daun gaharu. Selain itu bentuk kemasan dan lama penyimpanan simplisia teh daun gaharu dapat mempengaruhi kandungan antioksidan dan mutu simplisia daun gaharu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen teh daun gaharu berdasarkan kemasan simplisia dan untuk mengetahui pengaruh bentuk kemasan simplisia setelah disimpan terhadap kandungan antioksidan teh daun gaharu.

Penellitian ini memiliki 7 tahap, yaitu pengambilan sample; pembuatan simplisia, pengemasan dan teh daun gaharu; pembuatan ekstrak air; pembuatan ekstrak etanol; pengujian kadar air; pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dan uji kesukaan konsumen terhadap bentuk kemasan teh celup, aluminium foil dan plastik polietilen serta uji hedonik pada rasa, warna dan aroma teh daun gaharu setelah disimpan selama 3 bulan. Kadar air yang paling rendah yaitu pada kemasan aluminium foil sebesar 4,66% dan kadar air tersebasr yaitu pada kemasan teh celup sebesar 6,66%. Kandungan antioksidan simplisia daun gaharu untuk esktrak air dan ekstrak etanol pada setiap kemasan masuk kategori sangat kuat. Teh daun gaharu yang disimpan selama 3 bulan kemudian diujikan disukai oleh masyarakat dengan skor warna 4,0; skor rasa 4,1 dan skor aroma 4,03. Untuk kemasan yang paling disukai oleh konsumen yaitu kemasan teh celup dengan persentasi 73,33%, kemasan aluminium foil sebesar 26,67% dan kemasan yang paling tidak disukai yaitu plastik polietilen karena tidak ada konsumen yang memilih kemasan tersebut.

Kata Kunci : Teh Daun Gaharu, Antioksidan, Plastik Polietilen, Aluminium Foil, Teh Celup

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 04 Juni 1995 dari ayah bernama Sutan Pardomuan Rambe dan ibu Masdelina Harahap. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar dari SDN Sindangkarsa 1 kecamatan Cimanggis,Depok pada tahun 2007, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMPN 1 Portibi pada tahun 2010, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMAN 1 Portibi pada tahun 2013. Tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur Undangan. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan pada semester VII memilih studi minat Teknologi Hasil Hutan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi Badan Kemakmuran Mushalla (BKM) Baytul Asyjaar USU periode 2013-2014.

Penulis mengikuti praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2015 dikawasan balai penelitian kehutanan Aek Nauli Kabupaten Simalungun selama 10 hari. Penulis pernah menjadi asisten Sifat Kimia Kayu pada tahun 2016.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Inhutani Unit Manajemen Industri 1 Gresik, Jawa Timur dari tanggal 23 Januari – 23 Februari 2017.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Berbagai Bentuk Kemasan Simplisia Teh Daun Gaharu (A. malaccensis Lamk.) dan Kandungan Antioksidannya”.

Padakesempataninipenulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnyakepada:

1. Orang tuapenulis SutanPardomuan Rambe dan Masdelina Harahap yang telahmemberikan kasih sayang tak terbatas,membesarkan, memotivasidanmendidikpenulisselamaini serta adik-adik tersayang yang selalu memberikan semangat tiada henti.

2. Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P dan Dra. Herawaty Ginting M.Si., Apt selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan berharga kepada penulis mulaimenetapkanjudulpenelitian sampai pada ujian akhir.

3. Asisten laboratorium dan teman penelitian di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia membantu penulis selama melakukan penelitian.

4. Tim Aquilaria malaccencis sekaligus sahabat penulis Lusi Amelia Lubis, Wahyu Amelinda, Sofyan Ramli Khairul Effendi, Aidul Adhansyah, Muammar Abidun Harahap yang telah memberikan semangat, dukungan serta motivasi kepada penulis.

5. Teman-teman Kehutanan angkatan 2013 khususnya kelas B dan Teman- teman minat Teknologi Hasil Hutan 2013 khususnya .

6. Semua staf pengajar dan pegawai di Program studi Kehutanan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

(7)

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2017 Penulis

Isrina Rohmi Rambe

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Gaharu (A. malaccensis Lamk) ... 4

Teh Daun Gaharu ... 5

Simplisia dan Kemasan Simplisia ... 6

Radikal Bebas ... 9

Antioksidan ... 10

Pengujian Antioksidan dengan Metode DPPH ... 11

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Tanaman ... 14

Pembuatan Simplisia, Pengemasan dan Teh Daun Gaharu ... 14

Pembuatan Ekstrak Air ... 14

Pembuatan Ekstrak Etanol ... 15

Penetapan Kadar Air ... 15

Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode Perendaman DPPH ... 16

Uji Hedonik ... 18

Analisis Data ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air ... 20

Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks) ... 22

Hasil Analisi dan Rendemen Uji Aktivitas Antioksidan oleh Sampel Uji ... 23

Nilai IC 50 (Inhibitory Concentration) sampel Uji ... 26

Uji Hedonik ... 30

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 35 Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Skala Hedonik Dan Skala Numerik ... 18 2. Kadar Air Simplisia Daun Gaharu Setelah Penyimpanan 3 Bulan ... 20 3. Kategori Kekuatan Aktivitas Antioksidan ... 26 4. Persamaan Regresi Linier Ekstrak Air Daun Gaharu Dan IC50

Berdasarkan Jenis Kemasan ... 27 5. Persamaan Regresi Linier Ekstrak Etanol Daun Gaharu Dan IC50

Berdasarkan Jenis Kemasan ... 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λ maks) ... 23 2. Analisis Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Bentuk Kemasan

Menggunakan Ekstrak Air ... 24 3. Analisis Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Bentuk Kemasan

Menggunakan Ekstrak Etanol ... 24 4. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap

Teh Gaharu (A. Malacensis) ... 31 5. Hasil Survei Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Warna, Rasa

dan Aroma Teh Daun Gaharu (A. malacensis) ... 31 6. Hasil Seduhan Teh Gaharu ... 31 7. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap

Jenis Kemasan Teh Gaharu (A.Malacensis) ... 33 8. Bentuk Kemasan Teh Daun Gaharu ... 34

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air.

Aroma teh yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Teh juga dapat digunakan sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah dan melancarkan sirkulasi darah (Soraya, 2007).

Kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat daun gaharu menyebabkan pemanfaatan bagian-bagian gaharu seperti daun belum popular dikalangan masyarakat khususnya petani gaharu itu sendiri.Padahal pemanfaatan daun gaharu dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat sekitar apabila selama daur panen daun gaharu tersebut dijadikan minuman teh herbal.

Di Indonesia, secara tradisional masyarakat Papua telah menggunakan daun, kulit dan akar gaharu sebagai obat malaria dan perawatan kulit. Kini sudah dikembangkan daun gaharu dari genusAquilaria dan Gyrinops yang diolah menjadi bahan baku pembuatan produk minuman herbal (teh dan sirup) karena kandungan zat antioksidan dalam daun yang cukup tinggi (Sumarna, 2002).

Tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) cukup disukai atau dapat diterima masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2015) yaitu tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh gaharu (A. malaccensis Lamk) dibandingkan teh lain yang beredar dipasaran cukup suka atau dapat diterima masyarakat.

(13)

Teh daun gaharu yang sudah diminati masyarakat harus memiliki kemasan yang menarik untuk meningkatkan minat konsumen untuk mengkonsumsi teh daun gaharu. Penelitian yang dilakukan Respati (2012) menyatakan bahwa tingkat ketertarikan pada desain kemasan mempengaruhi minat beli produk sebesar 51,5% dan bertambah hingga 55% jika bersamaan dengan variabel persepsi harga, sedangkan variabel kontrol lainnya tidak mempengaruhi minat beli masyarakat.

Kualitas simplisia sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah wadah atau kemasan dan lama penyimpanan. semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin tinggi relative humadity ruang diluar kemasan. Kemasan yang paling baik untuk pengemasan simplisia yaitu kemasan plastik dan aluminium foil, dikarenakan angka lempeng total dan angka jamur pada plastik dan aluminium foil lebih rendah bila dibandingkan dengan kertas dan kapsul (Damayanti, 2012).

Berdasarkan uraian diatas penulis untuk mengetahui tingkat kesukaan

konsumen terhadap bentuk kemasan simplisia teh daun gaharu (A. malaccencis Lamk.) serta kandungan antioksidannya.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen teh daun gaharu berdasarkan bentuk kemasan simplisia.

2. Untuk mengetahui pengaruh bentuk kemasan simplisia setelah disimpan terhadap kandungan antioksidan teh daun gaharu.

(14)

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi tentang kesukaan konsumen terhadap bentuk kemasan simplisia teh daun gaharu (A. malaccencis Lamk).

2. Sebagai bahan informasi tentang hubungan pengemasan simplisia teh daun gaharu dengan kandungan antioksidannya.

3. Bagi pihak institusi pendidikan, bermanfaat sebagai bahan referensi untuk kajian penelitian yang berhubungan dengan simlpisia teh daun gaharu dan kandungan antioksidannya.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)

Taksonomi tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk) menurut Tarigan (2004) yaitu Kingdom : Plantae; Divisio:Spermatophyta; Class:

Dicotyledonae;Ordo:Myrtales; Family :Thymeleaceae; Genus:Aquilaria ; Species: Aquilaria malaccensis Lamk.

Gaharu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) yang bernilai tinggi dan diekspor ke mancanegara. Gaharu adalah gumpalan resin wangi disebabkan oleh adanya serangan infeksi jamur penyakit yang membantu pembentukan gaharu yang dihasilkan oleh jenis-jenis pohon penghasil gaharu dari keluarga Thymeleaceae. Ada lebih dari 26 jenis pohon penghasil gaharu dari genera Aquilaria, Gyrinops, Aetoxylon, Wikstroemia. Beberapa jenis pohon Gaharu dan penyebarannya di Indonesia adalah: Aquilaria malaccensis (Sumatra dan Kalimantan), Aquilaria beccariana (Sumatera dan Kalimantan), Aquilaria microcarpa (Sumatera dan Kalimantan), Aquilaria filaria (Irian dan Maluku), Aquilaria cumingiana (Sulawesi), Aquilaria tomntosa (Irian), Grynops audate dan Grynops podocarpus (Irian), Grynops versteegii (Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian), Wikstoemia androsaemifolia (Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Sulawesi) (Bizzy, 2013).

A. malaccensis Lamk pohon dengan tinggi batang yang dapat mencapai antara 35 – 40 m, berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras. Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5 – 8 cm dan lebar 3 – 4 cm, ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilat. Bunga berada diujung ranting atau diketiak atas dan bawah daun. Buah

(16)

berada dalam polongan berbentuk bulat telur atau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm lebar. Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu halus berwarna kemerahan (Sumarna, 2012).

Teh Daun Gaharu

Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan seperti pelayuan, oksidasi enzimatis, penggilingan dan pengeringan. Manfaat yang telah dihasilkan dari minuman teh adalah rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh tersebut berasal dari kandungan senyawa kimia yang tedapat dalam daun teh (Tohawa, 2013).

Ekstrak daun gaharu (Gyrinops versteegii) mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, terpenoid dan senyawa fenol. Senyawa-senyawa metabolit sekunder inilah yang diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas karena gugus-gugus fungsi yang ada dalam senyawa tersebut seperti gugus OH yang dalam pemecahan heterolitiknya akan menghasilkan radikal O (O.) dan radikal H (H.) (Mega dan Swastini, 2010).

Daun gaharu dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsional teh gaharu yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Daun yang dimanfaatkan untuk dijadikan teh gaharu adalah daun yang masih muda atau dinamakan pucuk dikarenakan kandungan antioksidannya lebih besar dibandingkan daun yang sudah tua sehingga dapat dijadikan teh gaharu (Bizzy, 2013).

Daun gaharu sudah mulai populer dimanfaatkan masyarakat petani gaharu di Langkat sebagai minuman yang diseduh. Hasil wawancara terhadap petani gaharu menjelaskan bahwa mengkonsumsi daun gaharu dari jenis ini memiliki

(17)

banyak manfaat diantaranya memperbaiki pencernaan. Pemanfaatan daun gaharu (A. malaccensis Lamk.) diduga memiliki kandungan senyawa kimia dari golongan flavanoida yaitu flavon, flavonol dan isoflavon sehingga dimanfaatkan daunnya sebagai minuman seduh yang berperan sebagai antioksidan (Silaban, 2014).

Daun tua gaharu lebih tinggi kadar taninnya dibandingkan daun muda gaharu karena faktor umur yang berpengaruh nyata terhadap kandungan senyawa tanin, semakin bertambah umur pohon gaharu maka kandungan tanin yang terdapat pada daun akan semakin tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukam oleh Harahap (2015) menunjukkan bahwa semua bagian daun dari Arboretum USU dan dari Langkat layak digunakan sebagai minuman seduh karena jumlah kadar tanin yang terkandung dari tiap daun tidak jauh berbeda dan tidak memberikan rasa sepat jika digunakan menjadi minuman yang diseduh.

Manfaat/kegunaan teh daun gaharu bagi tubuh yaitu sebagai anti asmatik, stimulan kerja saraf, perangsang seks, obat kanker, penghilang stress, obat malaria, anti mikrobia, obat sakit perut, penghilang rasa sakit, obat ginjal, obat lever dan obat diare (Sukandar, 2010).

Simplisia dan Kemasan Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami pengolahan kecuali proses pengeringan. Simplisia dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu simplisia tumbuhan dan simplisia hewan.

(Herawati, dkk, 2012), sedangkan menurut DepKes (1985) simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Untuk menjamin mutu keseragaman senyawa aktif, keamanan, maupun kegunaannya,

(18)

maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk memenuhi persayaratan minimal tersebut beberapa faktor yang berpengaruh antara lain adalah bahan baku simplisia, proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia dan cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia jika dibandingkan dengan tanaman budidaya, karena simplisia yang dihasilkan mutunya tidak tetap. Hal ini terutama disebabkan oleh: umur tumbuhan yang dipanen berbeda-beda, jenis (spesies) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan (sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama) dan lingkungan tempat tumbuh yang berbeda (sering mengakibatkan perbedaan kadar senyawa aktif) (Prastowo, 1994).

Pengemasan merupakan suatu usaha yang bertujuan melindungi bahan pangan dari penyebab kerusakan baik fisik, kimia, biologis maupun mekanis hingga dapat sampai ketangan konsumen dalam keadaan baik dan menarik.

Pengemasan bahan pangan harus memperlihatkan lima fungsi utama, yaitu: harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya; harus memberikan perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen dan cahaya matahari; harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis; harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut rancangan dimana bukan saja memberikan kemudahan membuka atau menutup kembali wadah tersebut, tetapi juga harus dapat mempermudah pengelolaan digudang dan selama pengangkutan untuk

(19)

distribusi dan harus memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik konsumen (Herudiyanto, 2008).

Kualitas jamu sangat dipengaruhi oleh kualitas simplisia. Kualitas simplisia sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: sifat alamiah dari bahan pangan; ukuran bahan pengemas sehubungan dengan volumenya; kondisi atmosfer (terutama suhu dan kelembaban) dimana kemasan dibutuhkan untuk melindungi selama pengangkutan dan sebelum digunakan dan ketahanan bahan pengemas secara keseluruhan terhadap air, gas atmosfer dan bau, termasuk ketahanan dari tutup, penutupan dan lipatan (Herudiyanto, 2008). Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2012) yang menyatakan bahwa semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin tinggi relative humadity ruang diluar kemasan. Kemasan yang paling baik untuk pengemasan simplisia yaitu kemasan plastik dan aluminium foil, dikarenakan angka lempeng total dan angka jamur pada plastik dan aluminium foil lebih rendah bila dibandingkan dengan kertas dan kapsul.

Radikal Bebas

Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol menghasilkan ikatan silang dengan DNA, protein, lipida, atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul. Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan.

Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, jantung koroner, katarak dan penyakit degeneratif lainnya. Radikal bebas dapat terbentuk dalam tubuh atau masuk

(20)

melalui pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat dan makanan berlemak (Kumalaningsih, 2006).

Pembentukan radikal bebas terjadi secara terus menerus di dalam tubuh.

Hal ini terjadi melalui proses metabolisme sel normal, proses peradangan, kekurangan nutrisi, maupun sebagai respons adanya radiasi sinar gama, ultraviolet (UV), polusi lingkungan dan asap rokok. Faktor yang menyebabkan timbulnya radikal bebas dalam tubuh antara lain sinar X, asap mobil, bahan kimia dalam makanan (pengawet, pewarna sintetik, residu pestisida dan bahan tambahan makanan lainnya), bahan kimia termasuk obat-obatan. Diet (pola makan sendiri) juga dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas (Winarti,2010).

Radikal bebas di dalam tubuh merupakan bahan yang sangat berbahaya.

Bahan radikal bebas tersebut sebenarnya merupakan senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada bagian orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan itulah yang mengakibatkan senyawa tersebut sangat reaktif untuk mencari pasangannya. Caranya adalah dengan mengikat atau menyerang elektron molekul yang berada disekitarnya.

Yang diikat radikal bebas pada umumnya adalah molekul besar seperti lipid, protein, maupun DNA (pembawa sifat). Apabila hal tersebut terjadi, maka akan mengakibatkan kerusakan sel atau pertumbuhan sel yang tidak bisa dikendalikan (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang dalam kadar rendah mampu menghambat laju oksidasi molekul target atau senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat

(21)

memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2006), sedangkan Menurut Trilaksani (2003) antioksidan merupakan agen yang dapat membatasi efek dari reaksi oksidasi dalam tubuh. Secara langsung efek yang diberikan oleh antioksidan dalam tubuh, yaitu dengan mereduksi radikal bebas dalam tubuh, dan secara tidak langsung, yaitu dengan mencegah terjadinya pembentukan radikal.

Keuntungan menggunakan antioksidan sintetik adalah aktivitas anti radikalnya yang sangat kuat, namun antioksidan sintetik BHA dan BHT berpotensi karsinogenik. Untuk itu pencarian sumber antioksidan alami sangat dibutuhkan untuk menggantikan peran antioksidan sintetik. Antioksidan alami adalah antioksidan yang merupakan hasil ekstraksi dari bahan alami. Sayur- sayuran dan buah-buahan kaya akan zat gizi (vitamin, mineral, serat pangan) serta berbagai kelompok zat bioaktif lain yang disebut zat fitokimia (Silalahi, 2006).

Antioksidan alami yang terdapat pada sayur dan buah segar yang merupakan antioksidan terbaik, selain itu antioksidan dalam bentuk suplemen dapat dikonsumsi setiap hari. Konsumsi vitamin A, C dan E sebagai antioksidan dapat mencegah penuaan dini dan diberikan sesuai kebutuhan. Beberapa suplemen seperti omega-3, alpha lipoic–acid, ubiquinon, arginin, zinc, juga akan sangat membantu proses peremajaan dan memperlambat proses penuaan (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Pengujian Antioksidan dengan Metode DPPH

Aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat diukur dari kemampuannya dalam menangkap radikal bebas. Metode untuk menentukan aktivitas antioksidan ada beberapa cara, akan tetapi metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat dan tidak membutuhkan uji lainnya (santin, oksidase, metode tiosianat,

(22)

antioksidan total) adalah metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). Metode DPPH merupakan suatu metode yang cepat, sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan antioksidan yang terkandung dalam makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang padat dan juga dalam bentuk larutan dan berlaku untuk keseluruhan kapasitas antioksidan sampel (Ionita, 2005).

Pelarut organik yang digunakan dalam ekstraksi adalah heksana,

diklorometana, etil asetat, etanol dan metanol, secara terpisah. DPPH radikal diukur dengan menggunakan metode modifikasi menggunakan sejumlah

100 μL sampel (0,62-4,96 mg / mL) atau sembilan belas persen etanol atau asam askorbat (sebagai standar) dicampur dengan 50 μL 100 mM Tris-HCl (pH 7,4) dan kemudian ditambahkan dengan 5 μL 500 M (2,5 mg / mL) DPPH. Sembilan puluh persen dari etanol digunakan sebagai 1 larutan blanko dan larutan DPPH tanpa sampel disajikan sebagai kontrol. campuran kemudian dikocok dengan kuat selama 1-3 menit dan didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit dalam kondisi gelap. absorbansi larutan diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm. Aktifitas antioksidan dinyatakan dalam % penghambatan(Sayuti dan Yenrina, 2015).

Metode DPPH (1,1 Diphenyl-2-picrylhidrazyl) merupakan salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan penangkap radikal. Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil.

DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna violet gelap. Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron menjadi

(23)

berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil (Sunardi, 2007).

Radikal DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 517 nm dan berwarna ungu gelap.

Saat bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer dan diplotkan terhadap konsentrasi Penurunan intensitas warna yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH. Hal ini dapat terjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan, menyebabkan tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk beresonansi (Sayuti dan Yenrina, 2015).

(24)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga bulan Maret 2017. Pengambilan sampel dilakukan di pertanaman pohon gaharu di Desa Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pengujian kadar air, pembuatan ekstrak etanol dan ekstrak air simplisia daun gaharu dilakukan di Laboratorium Farmakognosi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pengujian antioksidan dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Survei tingkat kesukaan masyarakat terhadap bentuk dan kemasan simplisia teh daun gaharu serta kandungan antioksidannya dilakukan di sekitar kampus dan tempat umum.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun gaharu (A.

malaccensis Lamk.), tisu lensa, kertas perkamen, kertas saring dan gula. Bahan kimia yang digunakan adalah bahan-bahan kimia lainnya yang berkualitas pro analisis adalah DPPH (Sigma), metanol, etanol 96% dan air suling, serta aluminium foil, plastik polietilen dan kemasan teh celup sebagai kemasan teh daun gaharu.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu plastik polietilen ukuran 20 liter, kertas perkamen, kain flanel putih, sarung tangan, cawan penguap, gelas piala, labu tentukur, botol kaca, pipet tetes, spatula, rotary evaporator, timbangan analitik, hot plate, water bath, blender, lemari pengering, spektofotometer UV/Vis (Shimadzu UV-1800), kuesioner, gelas plastik dan kamera digital.

(25)

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sample Tanaman

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive tanpa membandingkan dangan tanaman yang sama dari daerah yang lain. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gaharu yang diambil dari pertanaman pohon gaharu di Desa Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Pembuatan Simplisia, Pengemasan dan Teh Daun Gaharu

1. Dibersihkan sampel daun gaharu dari kotoran yang menempel dengan air mengalir.

2. Dilayukan dengan disebarkan di atas kertas perkamen hingga air terserap.

3. Dilakukan pengeringan di lemari pengering pada temperatur ± 40ºC sampai kering (ditandai bila diremas daun akan rapuh).

4. Diblender daun yang sudah kering.

5. Dimasukkan ke dalam plastik polietilen, di kemas dalam bentuk teh celup dan dimasukkan ke dalam aluminium foil.

6. Diseduh teh daun gaharu menjadi minuman teh untuk selanjutnya diuji rasa, aroma, dan warna (uji hedonik) dan dalam bentuk kemasan simplisia apa yang paling disukai kepada panelis berupa masyarakat baik di lingkungan kampus maupun masyarakat umum.

Pembuatan Ekstrak Air

Pembuatan ekstrak air dilakukan dengan metode infundasi. Simplisia yang sudah dikemas, kemudian dibuka dan ditimbang 100 gram simplisia daun gaharu dan kemudian dimasukan kedalam gelas piala 1000 ml. Campurkan aquades 1000 ml dengan simplisia kemudian diaduk. Letakkan gelas piala di atas hot plate

(26)

dengan suhu 80ºC, sesekali diaduk hingga mendidih. Setelah mendidih, hot plate dimatikan dan di diamkan selama 15 menit. Setelah itu, disaring menggunakan kain flanel putih dan kemudian di peras. Kemudian ekstrak cair yang didapatkan, dimasukkan kedalam cawan penguap dan di uapkan menggunakan water bath dan kemudian akan didapatkan ekstrak pekat (kental).

Pembuatan Ekstrak Etanol

Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 96%, sebanyak 200 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah kaca, dituangi dengan 1500 ml etanol 96%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya dan sesekali diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai (saring).

Ampas dicuci dengan etanol 96% secukupnya hingga diperoleh 2000 ml, lalu dipindahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian diendapkan lalu disaring. Maserat dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 40°C sampai diperoleh maserat pekat kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak kering (Ditjen POM, 1979).

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (Destilasi Toluen).

1. Dimasukkan 100 ml toluen dalam 1 ml air suling ke dalam labu alas bulat, didestilasi selama 2 jam, toluen didinginkan selama 30 menit dan volume air didalam tabung penerima dibaca, kemudian ke dalam labu dimasukkan 2,5 g sampel lalu dipanaskan selama 15 menit.

2. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan

(27)

sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen, destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar.

3. Setelah air dan toluen memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).

Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometer UV-Visibel 1. Prinsip Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH

Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi radikal bebas DPPH dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning) dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang memerangkap radikal bebas 50%) sebagai parameter menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut.

2. Pembuatan Latutan DPPH 0,5 mM

Timbang 20 mg DPPH kemudian dilarutkan dengan metanol dalam labu tentukur 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (Larutan DPPH 0,5 mM, konsentrasi 200 ppm) (Molyneux, 2004).

3. Pembuatan Larutan Blanko

Larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm).

4. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm.

(28)

5. Pembuatan Larutan Sample

Sebanyak 25 mg ekstrak daun gaharu (A. Malaccensis Lamk.) ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 1000 ppm).

6. Penentuan Operating Time

Larutan sample dipipet 5 ml, kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, kemudian ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (40 ppm). Dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda dan dibaca tiap menit. Diamati absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.

7. Pengukuran absorbansi DPPH setelah penambahan sample

Larutan induk dipipet sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 2,5 ml kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml (untuk mendapatkan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm), kemudian dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 40 ppm) lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat gelap.

8. Penentuan Persen Peredaman

Kemampuan aktivitas antioksidan sample dan vitamin C dapa diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH (peredaman warna ungu DPPH) akibat adanya penambahan larutan sample. Nilai serapan absorbansi hasil pengukuran DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan sample dibagi serapan pengukuran larutan DPPH sebelum penambahan sample dihitung sebagai persen inhibisi (% peredaman) dengan rumus sebagai berikut :

%Peredaman = Absorbansi DPPH– Absorbansi sample ditambah DPPH Absorbansi DPPH

X 100%

(29)

Hasil perhitungan persen inhibisi yang diperoleh dilakukan perhitungan persamaan garis regresi linier dengan konsentrasi sample sebagai basis (sumbu x) dan nilai inhibisi sebagai ordinatnya (sumbu y).

9. Penentuan IC50

Nilai IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji (μg/ml) yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50% (mampu meredam proses oksidasi DPPH sebesar 50%). Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100% berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi (Y=AX+B) dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai

% peredaman (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu Y).

Uji Hedonik

Dalam uji hedonik, panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan dan mengemukakan tingkat kesukaan atau disebut juga dengan skala hedonik. Pengujian dilakukan dengan cara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Pengujian ini diberikan kepada 30 panelis dengan berbagai variasi umur (17-50 tahun), jenis kelamin dan suku untuk pengujian terhadap rasa dan bentuk kemasan simplisia.

Skala yang digunakan pada Tabel 1.

Tabel 1. Skala Hedonik dan Skala Numerik

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat suka 5

Suka 4

Cukup suka 3

Tidak suka 2

Sangat tidak suka 1

(30)

Batas penolakan yaitu batas dimana teh yang diujikan dianggap tidak disukai oleh konsumen/panelis berada pada saat skala numerik ≤ 3.

Analisis Data

Data hasil survei panelis akan dianalisa dengan tabulasi data dan dokumentasi.

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air perlu diketahui karena sangat berhubungan dengan mutu simplisia yang dihasilkan. Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan minimal kandungan air yang masih dapat ditolerir di dalam simplisia maupun ekstrak.Penentuan kadar air berguna untuk menduga keawetan atau ketahanan sampel dalam penyimpanan serta untuk mengoreksi rendemen yang dihasilkan.

Kandungan air pada simplisia yang lebih dari 10% berdampak buruk pada kandungan yang terdapat pada simplisia tersebut. Tingginya kadar air pada simplisia menyebabkan bakteri dan jamur cepat tumbuh dan berkembang biak sehingga mempengaruhi kualitas dari daun itu sendiri.

Tabel 2. Kadar Air Simplisia Daun Gaharu Setelah Penyimpanan 3 Bulan

Bentuk kemasan Ulangan Kadar air (%)

Teh celup 1 8,0

2 6,0

3 6,0

Rata-rata 6,66

Aluminium foil 1 4.0

2 6.0

3 4.0

Rata-rata 4,66

Plastik polietilen 1 6.0

2 6.0

3 4.0

Rata-rata 5.33

Pada Tabel 2. dapat diketahui bahwa kadar air tertinggi yaitu pada kemasan teh celup dengan nilai rata-rata yaitu 6,66% dan terendah yaitu pada kemasan aluminium foil dengan nilai rata-rata 4.66%.Hasil pengukuran persentasi

(32)

pada setiap kemasan tersebut telah memenuhi syarat standarisasi kadar air simplisia yaitu tidak melebihi 10%, sehingga kadar air yang rendah akan membuat penyimpanan bahan simplisia menjadi semakin lama (Ditjen POM, 1995).

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kemasan aluminium foil memiliki persen kadar air lebih rendah dibandingkan dengan kemasan plastik polietilen dan kemasan teh celup. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu penyimpanan semakin tinggi nilai kelembaban di luar kemasan. Kemasan teh celup lebih mudah terpengaruh oleh nilai kelembaban di luar kemasan di bandingkan kemasan aluminium foil dan plastik polietilen, hal ini dikarenakan kemasan teh celup yang bahan pembungkusnya berupa kertas yang mudah menyerap air/kelembaban.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manurung, dkk (2015) kadar air awal daun gaharu yaitu sekitar 4,93%, dan setelah dilakukan penyimpanan selama satu bulan, dua bulan dan tiga bulan dalam kemasan plastik polietilen didapatkan persen kadar air simplisia daun gaharu sebesar 6,13%; 6,86% dan 7,39% secara berturut-turut. Peningkatan kadar air dapat dipengaruhi oleh suhu ruangan di tempat penyimpanan dan kurang memadainya wadah plastik penyimpanan simplisia. Udara masih dapat masuk ke dalam plastik kemasan sehingga mempengaruhi kadar air simplisia karena saat pengemasan plastik tidak dalam kondisi kedap udara.

Hasil tersebut jika dibandingkan dengan persen kadar air simplisia daun gaharu dalam ketiga jenis kemasan (teh celup, aluminium foil dan plastik polietilen) memiliki kadar air yang lebih rendah, walaupun lama penyimpanan yang dilakukan sama, yaitu tiga bulan. Hal ini dikarenakan jenis kemasan sangat

(33)

berpengaruh terhadap mutu dan kualitas simplisia, dimana salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui mutu simplisia yaitu berdasarkan persentasi kadar air yang terkandung pada simplisia tersebut.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Damayanti (2012) yang mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi mutu simplisia adalah penyimpanan. Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan yang diperlukan. Penyebab utama kerusakan pada simplisia adalah air dan kelembaban. Kelembaban udara sangat berpengaruh pada penyerapan air oleh simplisia. Semakin tinggi kelembaban, semakin tinggi penyerapan air yang terjadi. Selain itu hasilpenelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2012) menunjukan bahwa AngkaJamur (AJ) pada kemasan kertas dan plastik yaitu cukup tinggi, dibandingkan dengan kemasan aluminium foil yang nilai angka jamurnya cukup rendah.

Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks)

Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum, yaitu panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Panjang gelombang serapan maksimum adalah panjang gelombang maksimum DPPH yang masih tersisa dalam larutan. Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV- Visibel. Hasil pengukuran serapan maksimum dapat dilihat pada Gambar 1.

(34)

Gambar 1. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks)

Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm dengan nilai absorbansi 1,07367 dan termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak (400-800 nm) (Rohman, 2007).

Hasil Analisis Dan Redaman Uji Aktivitas Antioksidan Oleh Sampel Uji Aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan ekstrak air simplisia daun gaharu diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi dengan metode DPPH pada menit ke- 10 dengan panjang gelombang maksimum yaitu 516 nm, dengan adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa penambahan larutan uji).

Kemampuan antioksidan ekstrak etanol dan air dari simplisia daun gaharu dapat diketahui dengan menggunakan parameter aktivitas antioksidan dengan persen peredaman.Persen inhibisi (peredaman) adalah perbandingan antara selisih dari absorbansi blanko dan absorbansi sampel dengan absorbansi blanko. Persen

(35)

inhibisi digunakan untuk menentukan persentase hambatan dari suatu bahan yang dilakukan terhadap senyawa radikal bebas.

Setelah dilakukan operating time dan didapatkan pada menit ke-10 DPPH dianggap telah stabil untuk dilakukan uji aktivitas antioksidan setelah dicampurkan dengan metanol, didapatkan hasil perhitungan persentasi peredaman terhadap ekstrak air dan etanol seperti pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Hasil Pengukuran Analisis Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Bentuk Kemasan Menggunakan Ekstrak Air

Gambar 3. Hasil Pengukuran Analisis Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Bentuk Kemasan Menggunakan Ekstrak Etanol

0 20 40 60 80 100 120

0 40 60 80 100

% Peredaman

Konsentrasi (ppm)

Teh celup Plastik polietilen Aluminium foil 0

20 40 60 80 100 120

0 40 60 80 100

% peredaman

konsentrasi (ppm)

Teh celup

Pelastik polietilen Aluminium foil

(36)

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa hasil rendemen ekstrak air yang didapatkan dari kemasan teh celup yaitu 84,43%; 85,29; 89,09%; 89,34%. Plastik polietilen menunjukkan hasil 85,29%; 86,89%; 89,03%; 89,39%, sedangkan aluminium foil sebesar 89,65%; 93,04%; 94,46%; 96,71% untuk masing-masing besaran ppm . Pada Gambar 3 juga dapat dilihat bahwa hasil rendemen ekstrak etanol yang didapatkan oleh kemasan teh celup yaitu sebesar 87,38%; 87,79%;

88,37%; 90,74%. Plastik polietilen dapat meredam dpph sebesar 91,13%; 92,53%;

92,62%; 92,74% sedangkan untuk kemasan aluminium foil yaitu sebesar 95,24%;

95,89%; 96,32%; 97,16% untuk masing-masing besaran konsentrasi (ppm) secara berurut.

Hasil yang didapatkan untuk masing-masing jenis kemasan dan pada kedua ekstrak menunjukkan bahwa larutan DPPH hampir 100% diserap oleh larutan sampel (ekstrak daun gaharu). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak daun gaharu (A. malaccencis Lamk ) positif atau aktif sebagai senyawa antiradikal bebas karena persen peredamannya lebih besar dari 50% (Swastini dan Mega, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Manurung, dkk (2015) tentang aktivitas antioksidan daun gaharu berdasarkan

lama penyimpanan menunjukkan bahwa terjadi penurunan aktivitas antioksidan daun gaharu untuk setiap konsentrasi (ppm) dan setiap bulannya. Untuk konsentrasi 40 ppm terjadi penurunan dengan % (persen) peredaman pada bulan pertama penyimpanan yaitu 92,47%; 87,52% dan 86,57% untuk bulan kedua dan ketiga. Begitu seterusnya dengan konsentrasi yang lain, terjadi penurunan persen peredaman walaupun tidak begitu kontraks. Aktivitas peredaman perlakuan bulan

(37)

kedua dan ketiga lebih rendah karena pada saat penyimpanan simplisia sebelum sampel diekstrak telah terjadi penurunan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya.

Nilai IC50 (Inhibitory Concentration) Sampel Uji

IC50 (Inhibitory Concentration) didefinisikan sebagai jumlah antioksidan yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi awal DPPH sebesar 50%

(Prakash, 2001). Nilai IC50 diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi linier yang didapatkan dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai parameter aktivitas antioksidan dan konsentrasi larutan uji (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai persen peredaman sebagai ordinat (sumbu Y). Zat yang mempunyai kadar antioksidan tinggi akan memiliki nilai IC50 yang rendah (Molyneux, 2004).

Penentuan potensi aktivitas peredaman radikal bebas DPPH ekstrak etanol dan ekstrak air daun gaharu pada 3 jenis kemasan (aluminium foil, plastik polietilen dan teh celup) yang disimpan selama 3 bulan dinyatakan dengan parameter IC50 yaitu konsentrasi senyawa uji yang menyebabkan peredaman radikal bebas sebesar 50%. Kategori penentuan kekuatasn aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kategori Kekuatan Aktivitas Antioksidan

Dikutip dari Mardawati, et al., (2008).

No. Kategori Konsentrasi (µg/ml)

1 Sangat kuat <50

2 Kuat 50-100

3 Sedang 101-150

4 Lemah 151-200

(38)

Hasil persamaan regresi linier (Y=AX + B) dan IC50 diperoleh setelah menghitung nilai persen peredaman untuk ekstrak etanol dan ekstrak air simplisia daun gaharu untuk masing-masing kemasan dan ekstrak dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Hasil Persamaan Regresi Linier Ekstrak Air Daun Gaharu dan IC50 Berdasarkan Jenis kemasan

Tabel 5. Hasil Persamaan Regresi Linier Ekstrak Etanol Daun Gaharu dan IC50

Berdasarkan Jenis kemasan

Jenis kemasan Persamaan linier IC 50

Teh Celup 0,851X+23,203 31,49

Plastik Polietilen 0,876X+24,748 28,82

Aluminium Foil 0,915X+25,682 26,57

Nilai IC50 didapatkan dari nilai X setelah mengganti Y = 50 pada persamaan regresinya. Nilai IC50 dihitung berdasarkan persentase inhibisi terhadap radikal bebas DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel.

Pada Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa baik ekstrak etanol dan ekstrak air daun gaharu nilai IC50 didapatkan dari nilai X setelah mengganti Y = 50 pada persamaan regresinya. Nilai IC50 dihitung berdasarkan persentase inhibisi terhadap radikal bebas DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel.

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa ekstrak air daun gaharu dalam kemasan teh celup memiliki nilai konsentrasi IC50 sebesar 32,79 µg/ml, untuk kemasan plastik polietilen sebesar 32,32 µg/ml dan diikuti kemasan aluminium foil sebesar 28,78 µg/ml. Pada Tabel 5 juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gaharu

Jenis kemasan Persamaan linier IC 50

Teh Celup Y = 0,8542X + 22,124 32,79

Plastik Polietilen Y = 0,8535X + 22,520 32,32

Aluminium Foil Y = 0,9176X + 23,810 28,78

(39)

dalam masing-masing kemasan (teh celup, plastik polietilen dan aluminium foil) yaitu sebesar 31,49 µg/ml , 28,82 µg/ml dan 26,57 µg/ml secara berurutan.

Hal ini dapat terjadi karena pada ekstrak tersebut diperkirakan mengandung senyawa aktif sebagai antioksidan. Aktivitas yang paling tinggi diperoleh pada kemasan aluminium foil baik dari ekstrak etanol maupun ekstrak air daun gaharu. Hal ini dikarenakan pengaruh jenis kemasan dan lama penyimpanan yang dapat mempengaruhi mutu simplisia(Damayanti, 2012).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Manurung, dkk (2015) menunjukkan bahwa hasil IC50 yang didapatkan oleh simplisia daun gaharu yang disimpan selama satu bulan yaitu sebesar 28,00 µg/ml, dua bulan yaitu sebesar 29,60 µg/ml dan lama penyimpanan 3 bulan yaitu 30,02µg/ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa walaupun diberlakuan lama penyimpanan selama 3 bulan, aktivitas antioksidan simplisia daun gaharu tetap menunjukkan kriteria yang sangat kuat.

Dibandingkan dengan data penelitian yang dilakukan oleh Manurung,dkk (2015), hasil IC50 yang didapatkan untuk masing-masing kemasan lebih rendah, walaupun dalam lama penyimpanan yang sama, yaitu 3 bulan. Hal ini diduga kemasan dapat mempertahankan kandungan kimia dan kualitas simplisia jika dibandingkan dengan simplisia tanpa pengemasan. Hal ini didukung oleh Rakhmat, dkk (2009) mengatakan bahwa adanya penurunan kandungan asam folat Cassava flakes fortifikasi dan tanpa kemasan mengalami penurunan kandungan sama folat yang lebih besar dibandingkan Cassava flakesyang di beri pengemasan.Hal ini dikarenakan proses oksidasi asam folat akan dihambat pada produk dengan adanya pengemasan. Selain itu, fungsi utama dari pengemasan

(40)

bahan pangan yaitu: harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya; harus memberikan perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen dan cahaya matahari; harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis;

harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut rancangan dimana bukan saja memberikan kemudahan membuka atau menutup kembali wadah tersebut, tetapi juga harus dapat mempermudah pengelolaan digudang dan selama pengangkutan untuk distribusi dan harus memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik konsumen(Herudiyanto, 2008).

Dari sejumlah penelitian pada tanaman obat dilaporkan bahwa banyak tanaman obat yang mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Efek antioksidan terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid dan asam fenolat. Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi yang tersubtitusi pada posisi ortho dan pada gugus –OH dan –OR (Andayani, dkk, 2008).

Hal ini menunjukkan bahwa simplisia teh daun gaharu tetap memiliki kandungan antioksidan yang tinggi walaupun sudah disimpan selama 3 bulan dengan ketiga jenis kemasan tersebut. Walaupun hasil ketiga kemasan menunjukkan bahwa aktivitas antiosidannya sangat tinggi, namun kemasan aluminium foil merupakan kemasan terbaik, dilihat dari kandungan kadar air dan aktivitas antiosidannya bila dibandingkan kemasan plastik polietilen dan teh celup. Hal ini dikarenakan kemasan aluminium foil dapat lebih menjaga kandungan gizi dan kualitas dari simplisia teh daun gaharu. Sifat kemasan aluminium foil umumnya tahan panas dan dingin, tahan minyak, tahan air, tidak

(41)

transparan, mudah disesuaikan dengan bentuk bahan pangan dan kekurangan dari kemasan aluminium foil yaitu mudah robek dan harganya lebih mahal bila dibandingkan kemasan plastik. Sifat kemasan plastik yaitu tahan air, tidak mudah sobek, elastis, transparan, harga terjangkau, tahan dingin dan kekurangannya yaitu tidak tahan panas, sulit disesuaikan dengan bentuk bahan pangan. Sifat kemasan kantung teh celup yaitu mudah diaplikasikan dan harga terjangkau, sedangkan kekurangan dari kemasan ini yaitu: tidak tahan panas dan dingin, tidak tahan minyak, mudah sobek, tidak transparan dan tidak elastis.

Ditinjau dari kategori kekuatan aktivitas antioksidan, ekstrak etanol daun gaharu segar maupun simplisia termasuk dalam kategori sangat kuat dengan nilai lebih kecil dari 50 µg/ml. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai IC50

berbanding terbalik dengan dengan potensi peredaman radikal bebas. Semakin besar nilai IC50 yang diperoleh maka potensi aktivitas antioksidannya semakin kecil, artinya konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan aktivitas peredaman radikal bebas sebesar 50% semakin besar.

Uji Hedonik

Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui pendapat responden tehadap warna, rasa dan aroma teh gaharu yang dihasilkan, juga untuk mengetahui minat responden terhadap kemasan teh daun gaharu. Hasil uji hedonik terhadap warna, rasa dan aroma teh daun gaharu dapat dilihat pada Gambar 4.

(42)

Gambar 4. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh Daun Gaharu (A. malacensis).

Gambar 5. Hasil Survei Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Warna, Rasa dan Aroma Teh Daun Gaharu (A. malacensis).

Gambar 6. Hasil Seduhan Teh Gaharu

0 3,3 13,3

63,3

20

0 0

13,3

70

16,6

0 0 3,3

76,6

20

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

sangat tidak suka

tidak suka cukup suka suka sangat suka

Persen

kategori

warna rasa aroma

4 4,1 4,03

0 1 2 3 4 5

Warna Rasa Aroma

Skala numerik

(43)

Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan oleh 30 responden, dapat diketahui bahwa untuk warna, rasa dan aroma teh gaharu telah disukai oleh responden. Untuk parameter warna, dari 30 responden yang diwawancara sebanyak 6 responden (20%) menyatakan sangat suka, 19 responden (63,3%) menyatakan suka, 4 responden (13,3%) mengatakan cukup suka dan 1 responden (3,3%) mengatakan tidak suka. Hal ini dikarenakan penilaian untuk setiap responden berbeda, karena parameter warna diuji menggunakan indra pengelihatan yang sifatnya subjektif.

Pada Gambar 5, dapat dilihat bawha pada parameter aroma dan rasa, dari 30 responden yang diwawancara, sebanyak 6 (20%) dan 5 (30%) responden yang sangat suka aroma dan rasa teh, 23(76,66%) dan 21 (70%) responden yang suka, 1 (3,33%) dan 4 (13,33%) responden yang cukup suka dengan aroma dan rasa teh gaharu secara berurutan. Aroma yang dihasilkan oleh tah gaharu dikarenakan kandungan atsiri yang terdapat pada daun gaharu tersebut, seperti yang disampaikan oleh Winarno (1993), aroma teh tersusun dari senyawa-senyawa minyak atsiri (essential oil) dimana aroma teh berasal sejak di perkebunan dan sebagian dikembangkan selama proses pembuatan teh. Paling sedikit 14 senyawa mudah menguap terdapat terdapat dalam minuman teh yang mungkin berpengaruh pada cita rasa teh diantaranya metil dan etil alkohol. Semakin banyak ekstrak teh dalam air dan semakin berat teh yang digunakan maka semakin banyak aroma teh yang tercium oleh konsumen.

Rasa yang dihasilkan oleh teh gaharu berasal dari kandungan tanin yang terdapat pada daun gaharu. Menurut Winarno (1993) rasa sepat umumnya terjadi

(44)

karena adanya presipitasi protein yang melapisi rongga mulut dan lidah atau karena terjadinya penyamakan pada lapisan rongga mulut oleh tanin.

Berdasarkan penelitian Sihombing (2014), hasil penetapan kadar rata-rata tanin daun gaharu dari umur berbeda dan daun yang berbeda, kadar rata-rata tanin tertinggi diperoleh dari daun gaharu tua umur 7 tahun yaitu sebesar 1,80% dan terendah pada daun muda umur 4 tahun sebesar 1,00%. Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui memiliki senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Depkes ,1989). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Andriana, dkk (2015) yang mengatakan bahwa kandungan rata-rata tanin yang terdapat pada bagian pucuk, tengah dan bawah daun gaharu semuanya berada dibawah ketentuan nilai jumlah senyawa tanin yang diperuntukkan untuk obat yaitu 9-12% dan layak digunakan sebagai minuman seduh.

Gambar 7. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Jenis Kemasan Teh Gaharu (A.malacensis).

22

0 8

0 5 10 15 20 25

Teh Celup Plastik Polietilen Aluminium Foil

Responden

(45)

Gambar 8. Bentuk Kemasan Teh Daun Gaharu

Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebanyak 22 (73,33%) responden memilih kemasan teh celup, 8 (26,67%) responden memilih kemasan aluminium foil dan untuk kemasan aluminium foil tidak ada yang menyukainya. Hal ini dikarenakan kemasan teh celup dianggap lebih praktis untuk digunakan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemasan yang dapat digunakan sebagai wadah penyimpanan harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni dapat mempertahankan mutu produk supaya tetap bersih serta mampu memberi perlindungan terhadap produk dari kotoran,pencemaran, kerusakan fisik serta dapat menahan perpindahan gas dan uap air ( Herawati, 2008).

Ketertarikan terhadap desain kemasan dibagi menjadi beberapa dimensi yaitu dimensi visual, dimensi praktis dan dimensi informasi. Hasil penelitian Respati (2012) mengatakan bahwa tingkat ketertarikan minat beli konsumen terhadap kemasan yang ditampilkan yaitu sangat tinggi. Selain itu kemasan teh celup dianggap mampu memenuhi fungsinya sebagai kemasan yang efektif dan efisien (Prasetyo, dkk, 2010).

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis kemasan yang paling banyak disukai oleh responden yaitu teh celup dengan nilai 73,33% lalu kemasan aluminium foil dengan nilai 26,66%

dan yang paling tidak disukai responden yaitu kemasan plastik polietilen.

2. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 516 nm dan pada menit ke-10 untuk ekstrak etanol dan ekstrak air memiliki kategori sangat kuat untuk masing-masing kemasan. Nilai IC50 untuk masing-masing simplisia yang telah dikemas dan disimpan selama 3 bulan yaitu untuk kemasan teh celup 31,49 µg/ml, untuk plastik polietilen 28,82µg/ml dan untuk kemasan aluminium foil sebesar 26,57µg/ml. Sedangkan untuk ekstrak air yaitu sebesar 32,79 µg/ml, 32,32 µg/ml, dan 28,78 µg/ml untuk masing-masing kemasan secara berurutan.

Saran

Sebaiknya dilakukan pengujian KLT untuk mengidentifikasi jenis antioksidan yang terdapat pada teh gaharu dan diujikan lama penyimpanan dalam jangka waktu lebih lama untuk mengetahui batas umur simpan simplisia teh daun gaharu.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, N. Batubara, R. Juliani, E. 2015. Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu (A. malaccensis Lamk) Berdasarkan Letak Daun pada Batang. Medan.

Andayani, R. Maimunah. Lisawati, Y. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan,

Kadar Fenol Total dan Likespen pada Buah Tomat (Solanum Lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi.

Vol 13. No.1: 31-37.

Bizzy, I. 2013. Teknologi Kolektor Pengering Surya Berlubang Tanpa Kaca Transparan Untuk Mengeringkan Daun Gaharu Menjadi Teh Gaharu.

Universitas Sriwijaya Press. Palembang.

Damayanti, Amalia. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Jamu. Badan Litbang Kesehatan. Tawangmangu

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman. 855, 896, 898, 1035.

Ginting, R. B. 2015. Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (A. malaccensis Lamk) Dibandingkan Teh Lain Yang Beredar Dipasaran.

Skripsi. Medan :Universitas Sumatera Utara.

Harahap, R. K. 2015. Uji Antioksidan Daun Muda dan Daun Tua Gaharu (A. malaccensis Lamk) Berdasarkan Perbedaan Tempat Tumbuh Pohon.

Skripsi. Medan :Universitas Sumatera Utara.

Herawati, Heny. 2008. Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 27. No.4: 124-130.

Herawati, dkk. 2012. Cara Produksi Simplisia Yang Baik. Seafast Center. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Herudiyanto, M. S. 2008. Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan. Widya Padjadjaran. ISBN: 978-602-8323-24-6. Hal 122-123.

Ionita, P. 2005. Is DPPH Stable Free Radical a Good Scavenger for Oxygen Active Species?. Bucharest. Chemical Paper.

Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas: Sumber, manfaat,cara Penyediaan dan Pengolahan. Trubus Agrisana. Surabaya. Hal.

4-5, 24, 43.

Manurung. Y. A. Batubara. R. Ginting. H. 2015. Aktivitas Antiosidan Daun Gaharu (A. malaccensis Lamk) berdasarkan Lama Penyimpanan Simplisia.

Medan.

(48)

Mega, I. M dan D.A.Swastini. 2010. Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Metanol Daun Gaharu (Gyrinops versteegii). Universitas Udayana. Jurnal Kimia. ISSN : 1907-9850. Vol 4. No.2: 187-192.

Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci.

Technol.

Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Analytical Progress. 19(2): 1-4.

Prasetyo. Alnopri. Rosalina, Y. 2010. Disain Kemasan Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Madu Bunga Kopi sebagai Produk Unggulan Daerah. Jurnal Agroindustri. ISSN : 2088-5369. Vol 2. No. 1: 8-13.

Prastowo, E.A. 1994. Standarisasi Simplisia Guazuma ulmifolia Lamk Dengan Metode Kimia. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Rakhmat, F. A. Suprapto, H. Asih, E. K. 2009. Sifat Fisiko Kimia pada Pengemasan dan Penyimpanan Cassava flakes Fortifikasi. Jurnal Teknologi Pertanian. ISSN : 1858-2415. Vol 4. No.2: 48-55

Respati, N. P. 2012. Pengaruh Tingkat Ketertarikan Pada Desain Kemasan Cokelat Monggo Terhadap Minat Beli Konsumen. Universitas Atma Jaya Yogyakarta . Yogyakarta

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.

323, 353-361.

Sayuti, K dan Yenrina R. 2015. Antiosidan, Alami Dan Sintetik. Universitas Andalas Press. Padang. Cetakan 1. ISBN : 978-602-8821-97-1

Sihombing, E. J. 2014. Skrining Fitokimia Daun Muda dan Daun Tua Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Serta Kaitannya dengan Umur Pohon yang Berpotensi sebagai Antioksidan. Skrpisi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Silaban, S.F. (2014). Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk). Skripsi. Medan:

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal 47-48.

Soraya, N. 2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sukandar. 2010. Pengembangan HHBK Jenis Gaharu (A. malaccensis ) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dinas Kehutanan Provinsi Bangka Belitung. Bangka Belitung.

Sunardi , I. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1-diphenyl-2- Picrylhidrazyl (DPPH).Teknologi Farmasi Fakultas Teknik Universitas Setia Budi. Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) ISSN : 1978 – 9777.

(49)

Sumarna, Y. 2002. Budidaya Gaharu: Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hal 16-18.

Sumarna, Y. 2012. Budidaya Jenis Pohon Penghasil Gaharu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Litbang Produktivitas Hutan. Bogor.

Tarigan, K. 2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Towaha. 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun Teh (Camellia sinensis).

Volume 19 Nomor 3: 38-52.

Trilaksani, W. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap Kesehatan, Institut Pertanian Bogor. Bogor, Hal 1-12.

Winarno, FG. 1993. Pangan, gizi, teknologi dan konsumen. Gramedia. Jakarta.

Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta.

(50)

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kuesioner Ini Merupakan Bahan Penelitian Penyusunan Skripsi Sarjana (S1) Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

I. Identitas Responden

1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Pekerjaan : II. Uji Organoleptik

Tingkat kesukaan Warna Rasa Aroma

Sangat tidak suka Tidak Suka Cukup suka Suka

Sangat suka

Bentuk kemasan yang disukai : a. teh celup

b. pelastik polietilen c. aluminium foil

(51)

Lampiran 2. Hasil Kuisioner No Nama Pendidikan

Terakhir

Umur Jenis Kelamin

Penilaian Kemasan Warna Rasa Aroma

1 Agusnawati SMA 46 P 5 5 4 b

2 Indrayani SMA 43 P 5 5 4 b

3 Vina SMA 19 P 5 5 4 b

4 Puji Lestari SMA 20 P 5 5 5 b

5 Mulyani SMA 45 P 4 4 4 b

6 Agus SMA 46 L 4 4 3 b

7 Trisno SMA 44 L 4 4 3 b

8 Dedi SMA 30 L 4 4 4 b

9 Aan SMA 27 L 4 4 4 b

10 Murni SD 50 P 4 4 4 a

11 Narti S1 32 P 4 4 4 a

12 Iwan SD 49 L 4 4 3 a

13 Atun SMA 43 P 4 4 5 b

14 Yani SMA 50 P 4 4 4 b

15 Suto SMA 49 L 4 4 4 a

16 Amir SMA 38 L 3 4 4 b

17 Mimi D2 38 P 3 4 4 b

18 Sukirlo SMA 50 L 4 4 4 b

19 Sri Utami SMA 22 P 4 3 4 b

20 Lusi SMA 22 P 4 4 4 b

21 Desi SMA 21 P 4 4 3 b

22 Riris SMA 21 P 4 4 5 a

23 Andor SMA 21 P 4 4 5 b

24 Rahmad SMA 22 L 3 4 4 b

25 Andri SMA 23 L 4 4 4 b

26 Khairul SMA 23 L 2 4 4 a

27 Taris S1 23 L 3 4 4 b

28 Fahmi D3 23 L 4 4 4 a

29 Muammar SMA 22 L 5 5 4 a

30 Reza SMA 20 L 5 5 5 b

Jumlah 120 125 121 -

Rata-rata 4,0 4,1 4,03 -

Skala penilaian:

1 : Sangat Tidak Suka 2 : Tidak Suka

3 : Cukup Suka 4 : Suka

5 : Sangat Suka

Bentuk Kemasan : a : Aluminium Foil b : Teh Celup c : Plastik Polietilen

(52)

Lampiran 3. Hasil Absorbansi DPPH Menggunakan Spektrofotometer 1. Kemasan teh celup dengan ekstrak air

Konsentrasi Ulangan Hasil

Blanko

1 2,369

2 2,368

3 2,370

40 ppm

1 0,369

2 0,369

3 0,368

60 ppm

1 0,333

2 0,332

3 0,332

80 ppm

1 0,259

2 0,258

3 0,258

100 ppm

1 0,255

2 0,255

3 0,254

2. Kemasan plastik polietilen dengan ekstrak air

Konsentrasi Ulangan Hasil

Blanko

1 2,389

2 2,392

3 2,387

40 ppm

1 0,351

2 0,352

3 0,351

60 ppm

1 0,313

2 0,313

3 0,312

80 ppm

1 0,263

2 0,262

3 0,261

100 ppm

1 0,254

2 0,253

3 0,253

Gambar

Gambar 1. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks)
Gambar  3. Hasil Pengukuran Analisis Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Bentuk  Kemasan Menggunakan Ekstrak Etanol
Gambar  4.  Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh Daun  Gaharu (A
Gambar  7.  Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Jenis  Kemasan Teh Gaharu (A.malacensis)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji F dan koefisien determinasi menunjukan variabel desain dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pelaksanaan kepemimpinan oleh Kepala SMP Negeri 7 Ciamis diperoleh rata -rata skor sebesar 164,86. Angka tersebut termasuk

that the recruitment or development of Human resources (Sharia Human Resources) are familiar with Sharia principles in a kaffah and independent way for the

Untuk mengetahui waktu optimum dari hasil milling HEM yang dapat. menghasilkan sifat

Hambatan-hambatan yaitu seperti kurang adanya sosialisasi terhadap pelaskanaan penertiban, kurangnya lokasi binaan yang disediakan oleh pemerintah daerah Kota

Kompon karet yang mengandung bahan pelunak lindi hitam tanpa perlakuan ataupun dengan perlakukan penambahan bahan pembasa NH OH dan NaOH memiliki 4 waktu masak optimum (t

Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan tunas pada bibit okulasi dini menggunakan mata tunas cabang primer dari tanaman entres usia muda jauh lebih