1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman warisan budayanya. Salah satu bentuk warisan budaya adalah kuliner. Keberadaan kuliner tradisional pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari adat istiadat sehingga dapat menjadi cerminan dari budaya masyarakat suatu daerah. Wisata kuliner saat ini sedang menjadi tren wisata baru, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Beberapa kuliner di Surakarta memiliki nilai filosofi yang unik,contohnya adalah jenang. Dahulu jenang hanya muncul di upacara tradisi yang diselenggarakan oleh keraton, namun seiring perkembangan jaman, jenang saat ini mudah ditemui di pasar tradisional dan tidak harus menunggu ketika ada upacara tradisi. Begitu pula dengan hidangan keraton yang sebenarnya juga sudah familiar di tengah masyarakat. Misalnya gudeg. "Tetapi gudeg kesukaan Sultan beda dengan gudeg yang dikenal masyarakat. Bedanya, gudeg kesukaan Sultan rasanya gurih. Nangka mudanya dipotong besar-besar"
(Joyokusumo, 2009), dan masih banyak lagi yang saat ini dapat dinikmati dan digemari oleh masyarakat luas.
Setiap tahunnya di Kota Solo diadakan acara Festival Jenang yang menampilkan berbagai macam jenang nusantara yang merupakan salah satu acara memperingati Hari Ulang Tahun Kota Surakarta, acara tersebut bertujuan untuk nguri-uri budaya kuliner, khususnya jenang yang banyak digunakan di upacara tradisi keraton. Mulai tahun 2009, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta bekerjasama dengan kraton Surakarta menyelenggarakan Kraton Art Festival yang bertujuan untuk menunjukan pada masyarakat dan wisatawan eksistensi keraton dalam menjalankan tata cara dan upacara adat Jawa. Berbagai jenis kuliner ditampilkan pada acara tersebut agar masyarakat mengetahui, selain itu ditampilkan berbagai tarian adat dan berbagai peninggalan budaya. Namun pada tahun 2013, pengunjung Keraton Art Festival menurun dan tidak seramai
2 biasanya, hal ini menjadi salah satu patokan mulai menurunnya minat masyarakat terhadap budaya. (Kompas, 2013)
Dalam cetak biru yang disusun oleh Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Solo, terdapat tiga prioritas utama ekonomi kreatif Kota Solo. Prioritas pertama meliputi bidang seni pertunjukan, desain, kerajinan, kuliner, serta fesyen. (Solopos, 2015). Bidang kuliner cukup dipertimbangkan menjadi obyek yang dapat menunjang perekonomian kota dan memiliki kekhasan yang menjadi identitas kota Surakarta sehingga dijadikan prioritas utama untuk menunjang ekonomi kreatif.
Untuk itu keberadaan Keraton Culinary Center sangat penting sebagai salah satu langkah menjaga warisan budaya dan memperkenalkan keraton pada masyarakat modern agar meningkatkan minatnya terhadap budaya lokal. Keraton Culinary Center hadir dengan nuansa berbeda karena tidak hanya memberikan menu sajian khas keraton, namun juga berbagai menu pelengkap yang khas dari masyarakat Surakarta. Selain itu terdapat mini bar dan lobby yang menawarkan kenyamanan bagi pengunjung. Life music akan dihadirkan untuk melengkapi kenyamanan para pengunjung dan semuanya dikemas dalam satu kesatuan ruang dengan atmosfer nuansa Jawa pada desain interior, menu, dan pelayanannya.
Keraton Culinary Center tidak hanya memberikan pelayanan dan sajian namun juga memberikan edukasi bagi pengunjung sehingga diharapkan nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa dapat ditangkap dan dipahami. Melalui kuliner dan fasilitas yang diberikaan, Keraton Culinary Center akan mengenalkan kekayaan Indonesia kepada masyarakat domestik dan dunia Internasional.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan di bahas ditekankan pada perancangan interior yang memenuhi kebutuhan para pengguna Keraton Culinary Center, yaitu :
1. Perencanaan dan perancangan interior yang meliputi perencanaan program ruang, pembentukan ruang, maupun perancangan komponen interior dan interior sistem dengan konsep Sasana Handrawina.
3 2. Dibatasi pada ruang lingkup kegiatan komersial yang mencakup ruang-
ruang fasilitas interior yang menunjang kegiatan komersial yaitu 1. Lobby
2. Restoran ( umum dan VIP ) 3. Mini museum
4. Mini bar
3. Batasan pada perancangan dibatasi oleh luasan sekitar ± 800-1500 m2
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merancang interior Keraton Culinary Center dengan konsep dan tema Sasana Handrawina?
2. Bagaimana program ruang, pengorganisasian ruang, sirkulasi, interior Keraton Culinary Center yang sesuai dengan kebutuhan ruang dalam konsep Sasana Handrawina di Surakarta ?
D. Tujuan Desain
1. Merancang interior Keraton Culinary Center dengan konsep dan tema Sasana Handrawina.
2. Mengetahui program ruang, pengorganisasian ruang, sirkulasi, interior Keraton Culinary Center yang sesuai dengan kebutuhan ruang dalam konsep Sasana Handrawina di Surakarta.
E. Sasaran Desain Sasaran perancangan :
1. Perencangan Keraton Culinary Center berada di Kota Surakarta.
2. Perencanaan Keraton Culinary Center lebih ditekankan pada masalah perancangan interiornya yang bernuansa Jawa Keraton Surakarta, khususnya Sasana Handrawina.
Sasaran pengunjung :
4 1. Sasaran konsumen atau pengunjung secara umumnya adalah seluruh wisatawan asing dan domestik sedang secara khusus adalah masyarakat kota Surakarta sendiri.
2. Seluruh masyarakat di segala jenjang usia kota Surakarta dan para wisatawan asing/domestik
F. Manfaat Desain
Manfaat dari desain interior Keraton Culinary Center ini bagi :
1. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah wawasan dalam merancang desain interior bangunan publik. Selain itu, ikut berperan dalam melestarikan kuliner tradisional Indonesia
2. Masyarakat, adalah nilai edukatif dan rekreatif yang bisa digali (eksplorasi) dengan adanya Keraton Culinary Center ini, dan nantinya akan mendapat batu loncatan untuk mengembangkan sebuah kebudayaan yang bermanfaat dan implikasinya adalah masyarakat semakin mencintai kebudayaan tradisionalnya sendiri.
3. Pemerintah, adalah memberikan masukan suatu perencanaan Keraton Culinary Center yang di dalamnya mencakup beberapa unsur kebudayaan yang menjadi suatu rangkaian sarana hiburan dan edukasi dengan tujuan mengangkat kembali kejayaan kuliner tradisional Jawa yang semakin tertinggal.
4. Bagi ilmu pengetahuan, yaitu memberikan berbagai ilmu kepada msyarakat saat ini tentang kebudayaan tradisional khususnya dalam bidang kuliner. Selain itu meningkatkan nilai edukatif dan sebagai pembelajaran bagi para pelajar, masasiswa, dan masyarakat.
G. Metode Desain
Menurunnya minat masyarakat terhadap budaya lokal mengakibatkan hilangnya jatidiri bangsa. Kota Solo merupakan kota yang kaya akan budaya, namun dewasa ini masyarakat mulai melupakan nilai-nilai budaya lokal khususnya keraton, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya pengunjung pada
5 Keraton Art Festival. Namun disisi lain, bidang ekonomi kreatif mulai berkembang pesat, hal ini bisa menjadi batu loncatan untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya. Bidang kuliner yang menjadi primadona karena masyarakat kini menyukai jenis makanan unik, kuliner tradisional akan dikemas menjadi lebih kekinian baik menu, pengemasan, maupun suasana ruang yang dihadirkan sehingga dapat diterima masyarakat luas.
Restoran adalah salah satu wadah di mana pengunjung tidak hanya dapat membeli makanan, tetapi juga merasakan suasana ruang sambil menikmati hidangan yang ditawarkan. Makanan tradisional akan dihadirkan beserta suasana ruang lokal namun bercitarasa internasional karena perpaduan budaya lokal dan modern. Keraton Culinary Center dihadirkan untuk memenuhi keinginan pasar terhadap kuliner dan budaya yang menjadi perpaduan. Konsep dan tema yang diusung adalah Sasana Handrawina yang merupakan tempat "kembul bujana" atau makan bersama raja pada jaman dahulu di Keraton Kasunanan Surakarta. Seluruh desain dan pembentuk ruang terinspirasi dari Keraton Kasunanan Surakarta, transformasi bentuk serta elemen interior.
6 Bagan 1.1 Bagan Metode Desain
(Sumber : Analisa Penulis, 2017)
Judul: Desain Interior Keraton Culinary Center dengan Konsep Sasana Handrawina di Surakarta
Latar Belakang Masalah - Menurunnya minat
masyarakat terhadap budaya lokal
- Pudarnya nilai-nilai budaya lokal khususnya Keraton Surakarta - Tingginya minat
masyarakat di bidang kuliner.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana merancang Keraton Culinary Center dengan konsep Sasana Handrawina?
2. Bagaimana program ruang, pengorganisasian ruang, sirkulasi, interior Keraton Culinary Center yang sesuai dengan kebutuhan ruang dalam konsep Sasana Handrawina di Surakarta ?
Studi Literatur
- Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939 - Dekonstruksi Makna
Simbolik Keraton Surakarta
- Kuliner di Keraton
Surakarta (Kesinambungan dan Perubahannya)
Studi Lapangan - Bale Raos Yogyakarta - Jogja National Museum - Omah Sinten Surakarta
Konsep Desain: Sasana Handrawina
Sasaran Desain: Masy. Kalangan menengah ke atas
Norma desain
Elemen Pembentuk
Ruang
Interior Sistem
Furniture Karakter
desain
Desain Interior
7 H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam Desain Interior Keraton Culinary Center di Surakarta ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, metode desain dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Kajian teori berisi tentang uraian tentang prinsip teori/kajian teoritis mengenai proyek Desain Interior Keraton Culinary Center di Surakarta yang meliputi pembahasan teori tentang gedung pusat kuliner secara umum yang mencakup di dalamnya pengertian, klasifikasi, pengertian besaran ruang, jenis ruang, pola organisasi ruang, komponen pembentuk ruang, sistem interior serta pertimbangan desain.
BAB III STUDI LAPANGAN
Studi lapangan berisi tentang hasil observasi lapangan, sebagai dasar atau acuan untuk mengkaji desain yang sesuai untuk sebuah public space yang akan didesain. Segala keadaan yang berada di lapangan memberi gambaran mengenai kondisi yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Data observasi yang diperoleh dari lapangan mampu menjadi masukan dalam perencanaan maupun sebagai bahan pembanding dan pengayakan bagi proses analisa dari konsep Desain Interior Keraton Culinary Center di Surakarta.
BAB IV ANALISA DESAIN
Berisi analisa perencanaan dan perancangan yang diperoleh dari kajian teoritis dan hasil observasi lapangan yang merupakan dasar konsep perencanaan dan perancangan. Disini diuraikan tentang ide/gagasan yang melatarbelakangi terciptanya perancangan desain interior.
BAB V KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa data, evaluasi konsep perencanaan dan perancangan serta keputusan desain dari konsep perencanaan.