• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);

6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6374);

7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi

Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6414);

(3)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6321);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggran Pendapatan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang

Dana Desa yang bersumber dari APBN

10. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2019 tentang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 269);

11. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2019 tentang Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 270);

12. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor l Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 184);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF/KEPALA BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN DESA

KREATIF.

(4)
(5)

KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/KEPALA BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KM/107/KD.03/2021 TENTANG

PANDUAN PENGEMBANGAN DESA KREATIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 16.056 pulau dan luas wilayah 1.916.906,77 KM2 (BPS, 2019). Selain itu, keanekaragaman etnis dan budaya pun memperkaya diversitas penduduknya dengan terdiri dari 1.340 suku bangsa. Berbagai macam kearifan lokal yang ada, baik dalam bidang sumber daya alam, adat istiadat, bahasa, budaya, tradisi dan aspek lainnya merupakan potensi yang dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.

Di antara permasalahan pembangunan yang penting untuk diperhatikan adalah ketimpangan dan kemiskinan antar wilayah di Indonesia, khususnya yang terjadi antara desa dan kota. Data Badan Pusat Statistik Bulan September Tahun 2020 menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di wilayah pedesaan lebih tinggi daripada perkotaan dimana jumlah persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 7,88% sedangkan pada kasus di pedesaan yaitu 13,2%. Data tersebut diperparah dengan adanya ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Indeks Keparahan Kemiskinan (IKK) menunjukkan bahwa penduduk miskin di pedesaan memiliki nilai IKK sekitar dua kali lipat lebih tinggi yaitu 0,68 dibandingkan dengan penduduk miskin di perkotaan yaitu 0,31.

Upaya pemerintah untuk mengurai permasalahan tersebut secara strategis tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 yaitu:

1. memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan;

2. mengimbangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan;

3. revolusi mental dan pembangunan kebudayaan; dan

4. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

(6)

Untuk menjadikan sebuah wilayah sebagai basis pembangunan dan penciptaan sumber ekonomi baru di sektor kreatif. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memetakan 17 subsektor yang termasuk dalam lingkup ekonomi kreatif yaitu; 1) Arsitektur, 2) Desain Interior, 3) Pengembang Permainan, 4) Musik, 5) Seni Rupa, 6) Desain Produk, 7) Fashion, 8) Kuliner, 9) Film, Animasi dan Video, 10) Fotografi, 11) Desain Komunikasi Visual, 12) Televisi dan Radio, 13) Kriya, 14) Periklanan, 15) Seni Pertunjukan, 16) Penerbitan, 17) Aplikasi. Pada Tahun 2016, Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif mencapai Rp 922,59 T dan diproyeksikan tumbuh lebih dari Rp 1.100 T pada Tahun 2021 sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 1.1 PDB Ekonomi Kreatif, Tahun 2017-2020 (proyeksi), PDB (Triliun Rupiah) Sumber: Laporan Kinerja Bekraf, 2019

Sektor ekonomi kreatif yang mengutamakan kreativitas dan orisinalitas ide dapat berkembang apabila didukung dengan ekosistem yang baik. Pada konteks ini, wilayah pedesaan memiliki sumber daya yang juga mumpuni seperti halnya di perkotaan. Pelestarian budaya, adat istiadat dan bahasa adalah aktivitas yang kerap ditemukan di pedesaan dan merupakan potensi yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara agregat, kontribusi keseluruhan aktivitas ekonomi kreatif dan penyerapan tenaga kerja tumbuh dengan cukup baik. Selain itu, beberapa produk pun berhasil menjangkau pasar global melalui transaksi ekspor sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut:

Tabel 1.1 Realisasi Sasaran Strategis Ekonomi Kreatif

Indikator Tahun

2015 2016 2017 2018 2019*

Pertumbuhan PDB Ekraf (%) 4.41 4.95 5.06 5.07 5.1 Jumlah Tenaga Kerja (Juta Orang) 15.96 16.91 17.68 18.21 19.01 Nilai Ekspor Bruto (Miliar USD) 19.36 19.99 19.84 21.24 22.07

*) Data sementara BPS per tanggal 31 Desember 2019

Sumber: Laporan Kinerja Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), 2019

(7)

Panduan ini memberikan penjelasan tentang bagaimana tahapan pengembangan Desa Kreatif secara teoritis dan praktis diimplementasikan. Penguatan sinergi antar seluruh pemangku kepentingan yang memiliki ketertarikan merupakan kunci sukses dari program ini. Diharapkan melalui adanya penciptaan wilayah kreatif baru melalui Desa Kreatif ini, dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya pada daerah yang terdampak pandemi Covid-19.

B. Maksud dan Tujuan

Adapun beberapa maksud dan tujuan yang diharapkan dengan adanya Panduan Pengembangan Desa Kreatif ini antara lain:

a. menjadi acuan/ standar bagi Pelaksana Program Pengembangan Desa Kreatif dalam menyelenggarakan rangkaian kegiatan secara baik dan berkualitas.

b. menjadi bahan untuk sosialisasi kegiatan secara menyeluruh dan informatif.

c. menjadi dokumen yang menghimpun pengetahuan dan pengalaman dari rangkaian kegiatan sejenis untuk mendorong perbaikan berkelanjutan.

C. Sasaran

Panduan Pengembangan Desa Kreatif ini dapat digunakan oleh berbagai Pemangku Kepentingan, antara lain:

Tabel 1.2 Sasaran Panduan Pemangku

Kepentingan Keterangan

Masyarakat Desa

● Memberikan inspirasi pembentukan Desa Kreatif

● Membantu melakukan pemetaan potensi desa

● Mengetahui tahapan pembentukan Desa Kreatif

● Menjelaskan tahapan pengembangan Desa Kreatif

Pemerintah Desa

● Memberikan gambaran pentingnya membentuk Desa Kreatif

● Mengoptimalkan lembaga ekonomi desa sesuai kearifan lokal yang ada

● Memberi panduan pelaksanaan program pengembangan masyarakat

● Menjadi panduan lembaga dalam menjalin kemitraan

Pemerintah Daerah

● Mendorong kebijakan pembangunan desa yang strategis

● Mengoptimalkan program pembangunan desa yang telah berjalan

● Menjadi referensi pelaksanaan pembangunan melalui pendekatan kemasyarakatan

(8)

Pemangku

Kepentingan Keterangan

Pemerintah Pusat

● Menjadi referensi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Kreatif

● Mendukung tercapainya tujuan pembangunan desa sesuai SDGs

● Mendukung kebijakan pemerintah terkait pengembangan industri kreatif sesuai RPJMN

● Menjadi panduan penguatan sinergi antar kementerian yang memiliki program pembangunan Desa Kreatif

Perusahaan (Sektor Swasta)

● Memberikan panduan penyelenggaraan program CSR

● Memberikan gambaran implementasi Corporate Shared Values

● Mendorong keterlibatan perusahaan dalam pengembangan Desa Kreatif

Industri Kreatif dan Pariwisata

● Mendukung terciptanya destinasi wisata kreatif baru

● Mendorong produk kreatif unggulan dari desa untuk menjangkau pasar nasional dan global

Lembaga Pendidikan

● Menjadi salah satu referensi pengembangan penelitian terkait topik pengembangan desa dan ekonomi kreatif

● Menjadi landasan pelaksanaan program pengabdian masyarakat dan magang peserta didik

● Menjadi referensi pengembangan kurikulum pengajaran terkait sektor pariwisata dan ekonomi kreatif

D. Tahapan Penyusunan

Panduan ini disusun melalui beberapa proses dan tahapan, yaitu:

1. Rapat koordinasi internal Kemenparekraf/Baparekraf

Rapat koordinasi dilakukan beberapa kali guna mendiskusikan konsep awal dan dasar-dasar penyusunan Panduan. Rapat ini dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, yang juga melibatkan berbagai Pihak dari lintas kedeputian serta pihak lain yang berkepentingan.

2. Penunjukkan Tim Penyusun Panduan

Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif menunjuk Tim Penyusun Panduan untuk memfasilitasi penyusunan dokumen serta membantu dalam rapat-rapat koordinasi yang akan dilakukan dengan berbagai Pihak.

3. Rapat koordinasi dengan Pakar, Asosiasi, dan Lembaga

Rapat koordinasi lanjutan dilakukan beberapa kali yang melibatkan banyak Pihak terkait, antara lain Pakar, Perwakilan Asosiasi, dan Perwakilan Lembaga.

Rapat-rapat ini ditujukan untuk mendapatkan masukan umum dan khusus mengenai konsep kegiatan serta mendapatkan pandangan yang dapat memperkuat relevansi dan kredibilitas dari isi Panduan.

(9)

4. Rapat koordinasi dengan Pemerintah Desa, Kelompok Masyarakat, Pemberdaya Masyarakat dan Kelompok Usaha Kreatif

Rapat koordinasi juga dilakukan beberapa kali yang melibatkan secara langsung pelaku di lapangan/ desa, antara lain Pemerintah Desa, Kelompok Masyarakat, Pemberdaya Masyarakat, dan Kelompok Usaha Kreatif. Rapat- rapat ini ditujukan untuk memahami kondisi lapangan secara langsung, memahami proses terbentuknya Desa Kreatif yang menjadi acuan/

percontohan, dan aspirasi masyarakat Desa sebagai pelaku utama dalam Program Pengembangan Desa Kreatif ke depannya. Rangkaian kegiatan ini ditujukan agar Panduan dapat menjadi dokumen yang relevan dan dapat diimplementasikan di Masyarakat secara langsung.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Panduan Pengembangan Desa Kreatif adalah sebagai berikut:

1. Penjelasan Umum mengenai Desa Kreatif;

2. Penyiapan Dukungan dan Kebijakan Desa Kreatif;

3. Tahapan dalam Pengembangan Desa Kreatif; dan 4. Pemantauan dan Evaluasi.

F. Struktur dan Keterkaitan

Landasan konsep penyusunan Panduan Pengembangan Desa Kreatif ini adalah keseluruhan peraturan perundang-undangan yang mendukung pengembangan wilayah kreatif di sebuah desa. Turunan produk hukum tersebut menghasilkan beberapa dukungan kebijakan dan tujuan pembangunan diantaranya yaitu;

penciptaan ekosistem ekonomi kreatif dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s).

Konsep dan Pengertian Desa Kreatif dirumuskan dari implementasi program- program pemberdayaan desa yang telah dilakukan berbagai pihak (Pemerintah, Sektor Swasta, NGO, Lembaga Penelitian, dan lain-lain). Konsep ini menawarkan sebuah acuan baru dalam pelaksanaan pemberdayaan dan pembangunan di sebuah desa sebagai pengembangan desa yang berorientasikan tumbuhnya sektor ekonomi kreatif.

Tujuan dari adanya Program Pengembangan Desa Kreatif adalah meningkatkan ragam kawasan dan klaster kreatif sesuai dengan RPJMN 2020 – 2024 yang diharapkan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Hal ini dapat tercapai apabila usaha kreatif desa mengalami pertumbuhan sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja di sektor kreatif. Gambaran ruang lingkup panduan pengembangan Desa Kreatif dijelaskan pada gambar berikut:

(10)

Gambar 1.2 Struktur dan Keterkaitan Panduan Pengembangan Desa Kreatif

Melalui pendampingan dan monitoring secara berkala, diharapkan adanya peningkatan tingkat pengembangan Desa Kreatif, yaitu: Inisiatif – Produktif – Inovatif – Berkelanjutan. Pelaku ekonomi kreatif di Desa Kreatif pun dapat memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap desa lain khususnya terhadap desa yang memiliki potensi ekonomi kreatif sama. Skema tersebut dapat mempercepat peningkatan kawasan kreatif dan memperbanyak ragam Desa Kreatif di Indonesia.

(11)

BAB II DESA KREATIF

A. Pengertian dan Konsep Dasar

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang memiliki wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui serta dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia1. Pembangunan desa merupakan faktor penting bagi pembangunan daerah dengan tujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah. Salah satu potensi Desa yang hendak dikembangkan sebagai fokus pembahasan dalam Panduan ini adalah potensi ekonomi kreatif yang ada dalam suatu desa.

Berdasarkan keterangan tersebut, Desa Kreatif dalam Panduan ini dapat dimaknai sebagai:

“Sebuah kawasan yang terletak di wilayah administratif desa/ kelurahan yang masyarakatnya telah mengembangkan produk unggulan di satu atau lebih dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang memberikan nilai tambah dan

manfaat bagi pertumbuhan ekonomi desa”.

Atas definisi di atas, sebuah desa dapat tergolong Desa Kreatif dengan adanya komponen utama sebagai berikut:

1. Produk Kreatif Unggulan berupa barang atau jasa yang memberikan nilai tambah dan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi desa;

2. Telah terlaksananya pengembangan produk ekonomi kreatif lokal yang termasuk dari 17 subsektor ekonomi kreatif; dan

3. Adanya peran serta aktif dari masyarakat dan pelaku ekonomi kreatif setempat.

B. Orientasi Desa Kreatif

Tujuan utama Pengembangan Desa Kreatif adalah meningkatkan ragam kawasan dan klaster kreatif, sesuai dengan RPJMN 2020 – 2024 yang diharapkan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui pemanfaatan sumber daya dan potensi daerah. Program pemberdayaan ini diharapkan mampu mengubah sebuah paradigma dari desa yang memiliki kesan terbelakang dan tertinggal dari perkotaan menjadi wilayah yang memiliki berbagai potensi dan keunikan serta dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan ekonomi.

Secara agregat, kemandirian ekonomi desa pun turut berkontribusi mengurangi ketimpangan antar wilayah secara regional, mengurangi tingkat pengangguran

1Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005

(12)

sekaligus menciptakan sumber ekonomi baru untuk memperlambat laju urbanisasi. Beberapa manfaat pengembangan Desa Kreatif lainnya yaitu2:

1. melestarikan dan memajukan adat istiadat, tradisi dan budaya;

2. mendorong partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset desa;

3. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;

4. memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional;

5. meningkatkan kompetensi pelaku kreatif; dan

6. memberikan nilai tambah terhadap produk kreatif desa.

C. Indikator dan Tipologi

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap desa memiliki potensi dasar yang beragam, misalnya peternakan, perkebunan, perikanan, pertanian, wisata, budaya, komoditas unggulan, dan lainnya. Pelaku kreatif kemudian menentukan produk apa yang akan dikembangkan dan diberikan nilai tambah sehingga menghasilkan nilai ekonomi.

Contohnya, sebuah desa memiliki potensi di bidang pariwisata dan budaya.

Kelompok kreatif dapat menentukan dua kategori pengembangan yaitu budaya dan aktivitas kreatif agar wisatawan dapat melakukan banyak hal baik secara aktif maupun pasif. Mereka dapat membeli kerajinan tangan dan souvenir atau melihat seni dan pertunjukan. Untuk memberikan pengalaman lebih, para wisatawan pun dapat turut melakukan aktivitas seperti membatik, menganyam atau menikmati kuliner khas desa.

Tipe Desa Kreatif dapat disesuaikan dengan subsektor ekonomi kreatif yang dikembangkan. Pada contoh di atas, pengembangan Desa Kreatif beririsan dengan beberapa bidang sekaligus; fesyen, kriya, dan kuliner. Namun, tentunya terdapat satu sub sektor yang paling dominan dan menjadi kekhasan desa, misalnya seni pertunjukan sebagai sektor utama.

Selanjutnya, berdasarkan tingkatan pengembangannya, Desa Kreatif terbagi menjadi empat kategori yaitu:

1. Desa Inisiatif;

2. Desa Produktif;

3. Desa Inovatif; dan 4. Desa Berkelanjutan.

Untuk memahami lebih jauh mengenai karakteristik dari masing-masing kategori Desa Kreatif tersebut, berikut penjelasannya:

2 Sugito, “Pengembangan Desa Kreatif”, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2021

(13)

Tabel 2.1 Indikator dan Tipologi Desa Kreatif Berdasarkan Level Pengembangannya

Indikator Inisiatif Produktif Inovatif Berkelanjutan

Produk Kreatif

Memiliki potensi ekonomi kreatif namun belum dikembangkan;

Bimbingan Teknis terkait pentingnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Potensi telah dikembangkan menjadi produk kreatif;

Adanya fasilitasi

pendaftaran/ pencatatan HKI atas produk kreatif

Produk kreatif telah memiliki kualitas, unggul, dan berdaya saing;

Memiliki HKI atas produk kreatif yang dikembangkan

Kualitas produk kreatif skala global dan ekspor;

Memiliki HKI atas produk kreatif yang dikembangkan

Pemasaran Pemasaran dengan target masyarakat lokal desa

Pemasaran dengan target hingga pasar regional

Pemasaran dengan target hingga nasional

Pemasaran dengan target hingga global (ekspor)

SDM

Kesadaran masyarakat akan potensi ekonomi kreatif belum tumbuh

Telah terdapat pembagian peran pemangku

kepentingan dan penggerak lokal (local champion)

Penyerapan tenaga kerja masyarakat desa dari kegiatan ekonomi kreatif sudah masif

Sebagian besar masyarakat memiliki kontribusi dalam pengembangan Desa Kreatif

Terlaksana pelatihan pengembangan kapasitas SDM

SDM mampu menjalankan operasional usaha meski perlu pendampingan

SDM mampu menjalankan operasional tanpa perlu pendampingan

SDM mampu

mengembangkan kapasitas kelompok secara mandiri (self-learning)

Pendampingan dan Kolaborasi

Belum ada pendampingan dan kolaborasi baik dari pemerintah maupun swasta

Telah terdapat pendampingan dan

kolaborasi pemerintah dan atau swasta

Pendampingan dan

kolaborasi dari pemerintah dan atau swasta sudah mulai konsisten dilakukan

Pelaku kreatif desa telah melakukan

pendampingan/pelatihan pengembangan di desa binaan lain

(14)

Kelembagaan

Belum memiliki

kelembagaan secara formal (masih berupa komunitas/

perorangan)

Pembentukan badan usaha masih dalam proses legalisasi

Memiliki badan usaha setingkat desa

(BUMDes/Koperasi)

Telah memiliki badan usaha berbentuk PT dan kelengkapannya

Infrastruktur

Belum terdapat sarana prasarana penjamin keamanan dan

kenyamanan (amenitas) dan aksesibilitas (jalan)

Sudah mulai terdapat sarana prasarana amenitas dan aksesibilitas

Dilakukan pengembangan sarana prasarana amenitas dan aksesibilitas

Terdapat sarana prasarana amenitas dan aksesibilitas yang memadai

Desa belum memiliki fasilitas internet

Telah memiliki fasilitas internet dan wifi dengan kapasitas terbatas

Memiliki fasilitas internet dan wifi yang memadai

Pemanfaatan internet telah menjadi budaya Desa Kreatif

Teknologi Digital

Belum memanfaatkan Platform Digital

Desa kreatif memiliki website sebagai platform digital

Mulai memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk ekonomi kreatif desa

Platform Digital untuk pengelolaan ekonomi kreatif yang mandiri dan

terintegrasi.

Finansial

Memperoleh pendanaan pengembangan Desa Kreatif dari pihak ketiga

Memperoleh pendanaan pengembangan Desa Kreatif dari pihak ketiga tahap lanjut

Pembiayaan

pengembangan Desa Kreatif secara bersama antara pihak ketiga dan internal Desa Kreatif (cost sharing)

Pendanaan pengembangan Desa Kreatif secara mandiri tanpa harus ada bantuan dari pihak ketiga

Kondisi keuangan usaha kreatif belum menghasilkan keuntungan

Kondisi keuangan usaha kreatif sudah menghasilkan keuntungan

Kondisi keuangan usaha kreatif cukup untuk membiayai operasional

Kondisi keuangan usaha kreatif dapat membeli aset baru

(15)

D. Ekosistem Desa Kreatif

Program pengembangan Desa Kreatif merupakan aktualisasi kreativitas pelaku ekonomi kreatif dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi desa untuk menghasilkan nilai tambah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendorong akselerasi implementasinya, pelaku kreatif berhak memperoleh dukungan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melalui pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif.

Ekosistem Ekonomi Kreatif adalah keterhubungan sistem yang mendukung rantai nilai Ekonomi Kreatif, yaitu kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi, yang dilakukan oleh pelaku ekonomi kreatif untuk memberikan nilai tambah pada produknya sehingga berdaya saing tinggi, mudah diakses, dan terlindungi secara hukum3.

Pada tahap penguatan sinergi kelembagaan, pelaku kreatif dapat bekerjasama dengan beberapa pihak guna mempersiapkan program pengembangan. Contohnya dengan melibatkan lembaga penelitian atau perguruan tinggi dalam melakukan studi pemetaan potensi desa. Para akademisi pun dapat memberikan rekomendasi kebijakan di Bidang Ekonomi Kreatif kepada Pemerintah atau dalam bentuk pengembangan kurikulum Lembaga Pendidikan.

Para pelaku kreatif pun dapat mengajukan pelatihan dan pengembangan kapasitas kepada Pemerintah Daerah/Pusat sesuai kebutuhan pengembangan Desa Kreatif.

Dukungan yang dapat diberikan Dinas/Kementerian dapat berupa pelatihan, pendampingan, bimbingan teknis, fasilitas pengembangan teknologi usaha, standardisasi usaha dan sertifikasi profesi bidang Ekonomi Kreatif4.

Pada tahap penciptaan produk kreatif unggulan, pelaku kreatif dapat berkonsultasi dengan Asosiasi Desa Kreatif Indonesia (ADKI), Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dll untuk memahami infrastruktur bisnis dari hulu ke hilir sesuai rantai nilai produk kreatif (proses produksi, operasional hingga pemasaran).

Program Pemerintah (Anggaran Belanja Daerah/Nasional), Sektor Swasta (Perusahaan) atau investor adalah pihak yang dibutuhkan pelaku kreatif untuk mendapatkan akses permodalan ketika usaha kreatif telah dilakukan uji kelayakan. Bersamaan dengan penciptaan produk kreatif yang unggul dan berdaya saing, sangat penting untuk Pelaku Ekonomi Kreatif melakukan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai

3Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif

4Ibid, Pasal 7 UU No 24 Tahun 2019

(16)

bentuk perlindungan hasil cipta karya beserta nilai ekonomis yang ada di dalamnya.

Hal ini juga merupakan dukungan Pemerintah bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk mendapatkan hak kekayaan intelektual juga dorongan terus berinovasi.

Diharapkan dengan tumbuhnya Desa Kreatif, secara makro dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto Indonesia di sektor Ekonomi Kreatif. Produk unggulan yang memiliki nilai tambah dan diterima pasar akan meningkatkan permintaan domestik dan memiliki potensi pengembangan ekspor. Semakin baik respon pasar akan berdampak pada banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor Ekonomi Kreatif. Berikut merupakan gambaran pembangunan ekosistem di Desa Kreatif:

Gambar 1.3 Pembangunan Ekosistem Ekonomi Kreatif5

E. Pihak-pihak yang Terlibat

Konsep Pentahelix merupakan kerjasama lima unsur pemangku kepentingan yaitu;

pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat dan media dalam sebuah agenda pembangunan. Secara spesifik, Kementerian Pariwisata menggunakan konsep ini sebagai upaya untuk memastikan kualitas aktivitas, fasilitas dan seluruh pelayanan efektif mendukung pembangunan sektor pariwisata Indonesia6.

Pada konteks pengembangan Desa Kreatif, pihak akademisi memiliki peran dalam memberikan konsep dan teori yang relevan dalam pengembangan Desa Kreatif berdasarkan studi yang telah dilakukan. Pelaku usaha memberikan masukan mengenai tren dan kebutuhan pasar agar produk yang dihasilkan

5 Yuke Sri Rahayu, “DESA KREATIF SEBAGAI DESTINASI WISATA PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”, Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat Ii. 2021

6 Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No 14 tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata yang Berkelanjutan

(17)

dapat memberikan nilai tambah dan dibutuhkan konsumen. Masyarakat lokal atau dalam hal ini Kelompok Kreatif merupakan eksekutor dan inisiator di tingkat lokal dimana konsep Desa Kreatif diimplementasikan.

Pihak pemerintah sebagai regulator memberikan kebijakan dan peraturan yang mengakselerasi dan mendorong penciptaan Desa Kreatif di berbagai wilayah di Indonesia. Terakhir, pihak media membantu mempromosikan dan mempublikasikan kegiatan dan destinasi wisata kreatif agar menarik wisatawan untuk berkunjung

. Gambaran sinergi para pemangku kepentingan dalam pengembangan Desa Kreatif adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Pentahelix Sinergi Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Desa Kreatif

F. Luaran dan Dampak

Pengembangan Desa Kreatif diharapkan memberikan dampak yang nyata dan terukur.

Penyusunan dampak dalam Panduan ini menggunakan kerangka balance scorecard.

Pemetaan ini diharapkan dapat menjadi indikator umum bagi setiap pelaksana program dalam menyusun target kuantitatif sesuai dengan Desa yang dituju.

(18)

Tabel 4.7 Pemetaan Luaran dan Dampak Menggunakan Pendekatan Balance Scorecard Aspek Tujuan Strategis Indikator

Keberhasilan (Luaran)

Target Dampak (Outcome)

Perspektif Ekonomi

Peningkatan pendapatan masyarakat dari usaha kreatif

Penambahan lapangan kerja

Peningkatan pengunjung Desa Kreatif

Keuntungan usaha

Kemandirian finansial

Jumlah tenaga kerja yang bergerak pada sektor kreatif

Jumlah

pengunjung Desa Kreatif

Profit cukup untuk membeli aset baru

Pendanaan Desa Kreatif secara mandiri tanpa pihak ketiga

Mayoritas warga desa memiliki pekerjaan dan berkontribusi pada sektor kreatif

Pengunjung memenuhi kuota minimal kunjungan per bulannya

Produk Kreatif dan Pasar/

Konsumen

Inovasi produk

Adanya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas produk kreatif yang dikembangkan

Kualitas produk kreatif yang unggul dan berdaya saing

Produk Kreatif yang memiliki HKI

Produk kreatif memiliki kualitas nasional /global

Semakin banyaknya produk kreatif unggulan yang memiliki perlindungan hak kekayaan intelektual

Proses Bisnis Pendampingan dan kolaborasi

Peningkatan kapasitas produksi/ jasa

Peningkatan pemasaran

Kualitas

pendampingan/

kolaborasi

Kualitas dan kapasitas produk kreatif

Skala pemasaran

Pendampingan dari pemerintah/ swasta/

pendamping lainnya diduplikasi pelaku usaha kreatif desa untuk

mendampingi desa lain

Meningkatnya produk kreatif yang unggul dan berdaya saing

Skala pemasaran nasional / global

(19)

Aspek Tujuan Strategis Indikator Keberhasilan

(Luaran)

Target Dampak (Outcome)

Kapasitas Organisasi

Peningkatan kapasitas SDM pelaku ekonomi kreatif

Perbaikan infrastruktur

Peningkatan aspek kelembagaan

Pemanfaatan teknologi digital

Kapasitas SDM dalam mengelola Desa Kreatif

Kondisi infrastruktur

Jenis

kelembagaan

Jenis

pemanfaatan teknologi digital

SDM mampu

mengembangkan kapasitas kelompok secara mandiri (self- learning)

Infrastruktur amenitas, aksesibilitas dan digital memadai

Kelembagaan Desa Kreatif berupa BUMDes, Koperasi dan atau PT

Memiliki website dan sosial media Desa Kreatif

G. Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau biasa dikenal Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kesepakatan pembangunan global yang berisi tujuh belas poin tujuan pembangunan dan berlaku dari Tahun 2016-2030. Prinsip utama SDGs yaitu keadilan prosedural dimana seluruh pihak dapat terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan serta keadilan substansial dimana tujuan tersebut harus dapat menjawab permasalahan pembangunan yang ada terutama bagi kelompok tertinggal.

Oleh karena itu, arah pembangunan Desa Kreatif tidak bisa dilepaskan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana tertuang pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat. Gambaran keselarasan arah pembangunan desa dengan konsep SDGs adalah sebagai berikut, dengan Desa Kreatif berfokus pada poin ke-8 dan ke-11:

Tabel 1.2 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) Desa Tujuan

Ke

Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan Tujuan Pembangunan Desa 1 Menghapus Kemiskinan Desa Tanpa Kemiskinan

2 Mengakhiri Kelaparan Desa Tanpa Kelaparan

(20)

Tujuan Ke

Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan Tujuan Pembangunan Desa 3 Kesehatan yang Baik dan

Kesejahteraan Desa Sehat dan Sejahtera 4 Pendidikan Bermutu Pendidikan Desa Berkualitas 5 Kesetaraan Gender Desa Berkesetaraan Gender

6 Akses Air Bersih dan Sanitasi Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi

7 Energi Bersih dan Terjangkau Desa yang Berenergi Bersih dan Terbarukan

8 Pekerjaan Layak dan

Pertumbuhan Ekonomi Pekerjaan dan Pertumbuhan Ekonomi Desa 9 Infrastruktur, Industri dan Inovasi Inovasi dan Infrastruktur Desa

10 Mengurangi Ketimpangan Desa Tanpa Kesenjangan 11 Kota dan Komunitas yang

Berkelanjutan Kawasan Pemukiman Desa Berkelanjutan 12 Konsumsi dan Produksi yang

Bertanggungjawab

Konsumsi dan Produksi Desa Yang Sadar Lingkungan

13 Penanganan Perubahan Iklim Pengendalian dan Perubahan Iklim Oleh Desa 14 Menjaga Ekosistem Laut Ekosistem Laut Desa

15 Menjaga Ekosistem Darat Ekosistem Daratan Desa 16 Perdamaian, Keadilan dan

Kelembagaan yang Kuat

Desa Damai dan Berkeadilan, Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif.

17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan Kemitraan Untuk Pembangunan Desa

(21)

Gambar 1.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Desa

(22)

BAB III

PENYIAPAN DUKUNGAN DAN KEBIJAKAN DESA KREATIF

A. Faktor-Faktor Utama Pengembangan Desa Kreatif

Faktor-faktor yang harus diperhatikan

7

dalam pengembangan Desa Kreatif adalah sebagai berikut:

1. Pemetaan kondisi sosial secara rinci, mencakup:

a. Deskripsi umum desa b. Permasalahan desa c. Forum masyarakat desa d. Kelompok rentan desa

2. Pemetaan potensi lokal secara rinci, mencakup:

a. Sumber daya manusia (contoh: pengetahuan, keterampilan, kemampuan kepemimpinan)

b. Adat Istiadat dan Tradisi

c. Sumber daya alam (contoh: tanah, flora, fauna) d. Modal finansial (contoh: aset uang)

e. Modal infrastruktur (contoh: fasilitas kantor, jaringan)

f. Modal sosial (contoh: budaya, sejarah, kemitraan, kepercayaan sosial) 3. Pemetaan aktor pemangku kepentingan desa termasuk mitra yang

mengadakan MoU untuk kerjasama kegiatan, kerjasama program pendampingan (social enterprise), kerjasama Business Venture, hingga kerjasama khusus untuk monitoring dan evaluasi.

4. Membangun kepemimpinan lokal yang militan dan kompeten.

5. Penguatan kapasitas masyarakat melalui pengembangan sumber daya manusia dari aspek manajemen operasional, manajemen keuangan, dan lain-lain.

6. Pengembangan usaha kreatif dengan membidik tren dan selera pasar yang bisa menjadi peluang untuk menjual produk atau karya lokal.

7.

Menggarap narasi dan aset visual (logo, packaging, dan lain-lain) produk- produk Desa Kreatif dengan baik

.

7 Dewi Meisari Haryanti, UKM Indonesia, “Pendampingan UMKM Desa Kreatif”, 2021.

(23)

8. Penguatan kelembagaan yang dipimpin oleh local champion atau penggerak komunitas desa.

9. Penguatan infrastruktur fisik dan kompetensi digital untuk meningkatkan discoverability dan mempromosikan produk lokal.

10. Perancangan sistem guna menyokong sustainability (keberlanjutan sesuai tren masa depan dan sejalan dengan local wisdom).

Pemetaan kondisi aktual desa, edukasi dan hubungan masyarakat, serta penggabungan karya lokal dengan tren pasar menjadi faktor utama yang harus diperhatikan dalam pengembangan Desa Kreatif.

B. Kebijakan Pengembangan Desa Kreatif

Pengembangan Desa Kreatif sesuai dengan arah kebijakan dan strategi yang telah disusun dalam Kerangka Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2020 hingga 2024.

8

8Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020 – 2024.

(24)

Gambar 3.1 Kerangka Strategis Kemenparekraf/ Baparekraf tahun 2020-2024

Adapun kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan Desa Kreatif ialah:

1. Pengembangan destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif bernilai tambah dan berdaya saing (Arah Kebijakan I).

Mengembangkan produk ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual pada Kawasan Ekonomi Kreatif dan Klaster Penguatan Ekonomi Kreatif (Strategi I).

2. Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan strategis (strategic partnership) (Arah Kebijakan II).

Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berorientasi hasil dengan fokus pasar potensial (Strategi IV).

Perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif (Strategi V).

Pemanfaatan teknologi dalam mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif (Strategi VII).

3.

Pengembangan

industri pariwisata dan ekonomi kreatif terintegrasi (Arah Kebijakan III).

(25)

Mengembangkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif (13 bidang usaha pariwisata dan 17 sub sektor ekonomi kreatif) (Strategi VIII).

Meningkatkan tata kelola pariwisata dan ekonomi kreatif nasional (Strategi IX).

Mendorong peningkatan investasi, pendanaan, dan akses pembiayaan secara merata di industri pariwisata dan ekonomi kreatif (Strategi X).

4.

Pengelolaan

SDM dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif dalam mewujudkan SDM yang unggul dan berdaya saing (Arah Kebijakan IV).

Melakukan penguatan komunitas dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif (Strategi XIII).

5.

Mewujudkan

kreativitas anak bangsa dengan berorientasi kepada pergerakan ekonomi kerakyatan (Arah Kebijakan V).

Meningkatkan perlindungan terhadap hasil kreativitas dan kekayaan intelektual (Strategi XIV).

Mendorong kreasi dalam menciptakan nilai tambah ekonomi kreatif berbasis budaya dan IPTEK (Strategi XV).

C. Dukungan Program Antar Kementerian/ Lembaga

Berikut merupakan contoh kontribusi yang dapat diberikan oleh berbagai Pemangku Kepentingan, namun tentu saja tidak terbatas pada bentuk-bentuk dukungan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rekomendasi Kontribusi Pemangku Kepentingan

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

Masyarakat Setempat

1.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam pengembangan Desa

Kreatif.

● Terciptanya Desa Kreatif berkelanjutan dengan nilai tambah ekonomi kreatif.

● Meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

2. Karang Taruna

● Salah satu penggerak utama atau local champion.

● Sarana pengembangan diri bagi anggotanya.

● Sumber pendapatan anggota.

(26)

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

● Inovasi ide kreatif untuk

pengembangan desa.

● Bentuk kontribusi nyata untuk mewujudkan kesejahteraan desa.

● Meningkatkan exposure lembaga.

3. Komunitas Kreatif

Mengembangan produk lokal berdasarkan ekonomi kreatif yang

dikomersialisasi.

● Sumber pendapatan anggota.

● Sarana apresiasi karya anggota.

Pemerintah Desa dan Pusat

4.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

● Legislasi kebijakan Desa Kreatif.

● Memfasilitasi ruang kreatif dan sarana kreatif.

● Pendampingan pembuatan produk kreatif yang berdaya saing.

● Pendampingan akses permodalan bagi pelaku usaha kreatif dari masyarakat lokal.

● Memfasilitasi komersialisasi HKI maupun konsultasi bagi pelaku usaha kreatif dari

masyarakat lokal.

● Mendukung target terciptanya 244 Desa Kreatif berkelanjutan pada tahun 2024.

● Meningkatkan PDB ekonomi kreatif.

● Mendukung target RPJMN 2020- 20249 melalui:

● Peningkatan jumlah SDM ekonomi kreatif yang diedukasi.

● Peningkatan jumlah ruang kreatif dan sarana kreatif yang difasilitasi.

● Peningkatan jumlah produk atau usaha ekonomi kreatif yang unggul dan berdaya saing.

● Peningkatan pelaku ekonomi kreatif yang mendapatkan pendampingan akses permodalan.

9 Matriks Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 - 2024.

(27)

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

● Pelatihan dan fasilitasi pemasaran dan promosi dalam negeri.

● Pelatihan manajemen pemasaran dan pemasaran online (e- commerce).

● Pendampingan dan fasilitasi ekspor produk kreatif.

● Peningkatan jumlah pelaku ekonomi kreatif yang mendapat fasilitas konsultasi HKI dan komersialisasi HKI.

● Peningkatan jumlah pelaku ekonomi kreatif yang

mendapatkan fasilitas promosi dalam negeri.

● Peningkatan jumlah pelaku ekonomi kreatif yang mendapat pelatihan manajemen

pemasaran dan pemasaran online (e-commerce).

● Peningkatan jumlah pelaku ekonomi kreatif yang mendapat pendampingan dan fasilitas ekspor.

5.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

● Pengintegrasian usaha ekonomi kreatif dengan BUM Desa Bersama.

● Peningkatan kapasitas, sarana, pemasaran, dan permodalan BUMDes Bersama.

● Pengembangan BUMDes guna mendukung produk unggulan desa.

Mendukung target RPJMN 2020-2024 melalui:

● Peningkatan jumlah desa yang mengembangkan usaha ekonomi desa yang terintegrasi dengan BUMDes.

● Jumlah BUMDes bersama yang ditingkatkan kapasitas dan pemasarannya.

● Peningkatan jumlah desa yang mengembangkan BUMDes untuk mendukung produk unggulan desa.

6.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Pendampingan pelaksanaan pilot project desa dengan sinergi dengan Program

Mendukung dan memperluas dampak manfaat dari Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.

(28)

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

Pengembangan dan

Pemberdayaan Masyarakat.

7.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

● Pelatihan dan inkubasi kewirausahaan sosial untuk masyarakat lokal.

● Pendampingan standardisasi mutu dan sertifikasi produk.

● Dukungan modal awal usaha bagi wirausaha pemula di bidang kreatif.

● Bantuan promosi dan pemasaran dalam negeri.

Mendukung target RPJMN 2020-2024 melalui:

● Peningkatan jumlah SDM yang terlatih dan siap diinkubasi.

● Peningkatan jumlah usaha yang difasilitasi standarisasi mutu dan sertifikasi produk.

● Peningkatan tersalurnya dukungan modal awal usaha kepada wirausaha pemula.

8. Kementerian Dalam Negeri

Pengembangan dan pemberian insentif bagi lembaga pemerintahan lokal yang menjalankan program Desa Kreatif dengan baik.

Mendukung target RPJMN 2020-2024 melalui:

● Peningkatan jumlah daerah yang berkinerja sangat tinggi

berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan daerah (EPPD).

9.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi

Mengkoordinasikan lembaga-lembaga yang terlibat dalam

pengembangan Desa Kreatif.

Mendukung capaian kinerja sektor ekonomi kreatif10.

10 Trukan Sri, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, “Desa Kreatif sebagai Alternatif Capaian Kinerja Sektor Ekonomi Kreatif”, 2021.

(29)

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

10. Pemerintah Daerah

● Menetapkan Desa Kreatif.

Desa Kreatif ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala

Desa/Lurah/Camat/Bupati/

Walikota

● Menyelenggarakan pelatihan keahlian khas lokal dan studi banding.

● Melaksanakan program pemasaran produk kreatif dan pengembangan destinasi wisata.

● Terciptanya desa mandiri dengan nilai tambah ekonomi kreatif.

11. Desa

● Data awal potensi desa (SDM, dokumentasi budaya, dll)

● Menyediakan tempat dan fasilitas

pendukung kegiatan.

● Dukungan dana kegiatan dari dana desa.

● Perluasan ekonomi desa khususnya di bidang ekonomi kreatif.

● Peningkatan exposure keindahan desa.

● Peningkatan jumlah wisatawan yang mengunjungi desa.

● Peningkatan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

● Peningkatan sumber Pendapatan Asli Desa.

Lembaga Publik/Swasta

12. CSR Perusahaan

● Melengkapi pemetaan potensi desa (social mapping, community profiling, social landscape)11.

● Pendampingan untuk meningkatkan

● Mendukung kewajiban

perusahaan untuk menjalankan CSR.

● Mendukung keterlibatan perusahaan dalam pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs).

11 Risna Resnawaty, Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UNPAD, “Potensi CSR dalam Pengembangan Desa Kreatif”, 2021.

(30)

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

kapasitas masyarakat.

● Penghargaan terhadap local indigenous12.

● Pemberian dana bantuan untuk kegiatan Desa Kreatif.

● Meningkatkan citra positif perusahaan kepada masyarakat luas.

● Mendapatkan

insentif/penghargaan dari pemerintah.

13.

Asosiasi terkait Pelaku Ekonomi Kreatif Indonesia

● Menyediakan data dan informasi terkait pelaku ekonomi kreatif di desa.

● Melakukan riset, edukasi, dan

pengembangan Desa Kreatif.

● Mendorong percepatan

infrastruktur Desa Kreatif.

● Mengembangkan pemasaran produk ekonomi kreatif di desa baik di dalam maupun luar negeri.

● Digitalisasi Desa Kreatif dengan aktivitas kekinian.

● Mendukung tercapainya visi dan misi asosiasi

● Kolaborasi dan pemberian bantuan untuk program- program desa yang sedang dijalankan.

14 Lembaga Nirlaba (NGO)

Melakukan pendampingan program

Memenuhi visi lembaga pemberdayaan masyarakat

12Fikri El Aziz, Asosiasi Desa Kreatif Indonesia, “Profil Asosiasi untuk 1000 Desa Wisata dan Desa Wirausaha”, 2021.

(31)

No Lembaga Bentuk Dukungan Manfaat untuk Pihak Terkait

Lembaga Pendidikan

15. Perguruan Tinggi/

Akademisi

● Melakukan riset dan memberikan

rekomendasi berbasis kepakaran ilmiah

● Melakukan pengawasan

● Mendukung terlaksananya kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi.

● Mendukung kontribusi peneliti dalam pengembangan riset dan ilmu pengetahuan.

● Menyediakan objek penelitian dan program untuk akademisi.

(32)

BAB IV

TAHAPAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DESA KREATIF

Pengembangan Desa Kreatif dilakukan dalam jangka waktu tertentu (disesuaikan dengan kondisi di lapangan) dan berpijak pada hasil assessment awal tipologi desa. Hal ini dikarenakan setiap desa memiliki tahapan yang berbeda, ada yang masih tahap inisiatif, produktif, inovatif atau bahkan berkelanjutan.

Jika desa merupakan Desa Kreatif inisiatif, maka keseluruhan tahapan harus dilakukan, akan tetapi jika desa ternyata telah memasuki fase produktif atau inovatif maka pengembangan desa akan berawal dari aspek yang dibutuhkan dalam fase tersebut.

Secara garis besar berikut tahapan pengembangan Desa Kreatif berdasar hasil assessment tipologi desa.

(33)

Gambar 4.1 Gambaran Umum Tahapan Pengembangan Desa Kreatif

A. Pemetaan Kondisi Sosial dan Potensi Desa

Pemetaan kondisi sosial di sebuah desa yang didalamnya mencakup juga pemetaan potensi ekonominya dikenal dengan pemetaan sosial (social mapping).

Pemetaan sosial didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profil dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut13.

Kerangka yang digunakan dalam pengembangan desa/masyarakat di Indonesia saat ini khususnya oleh mayoritas perusahaan dan lembaga penelitian sosial mengacu pada

13Suharto, E. (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).

(34)

kerangka yang dipakai oleh PROPER yang diterapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia yaitu The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) atau kerangka penghidupan berkelanjutan yang mana dikenalkan pertama kali oleh the Brundtland Commission on Environment and Development pada tahun 1992.

Gambar 4.2 The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) Framework

Dalam SLA, selain dipetakan permasalahan sosial, juga dipetakan konteks kerentanan masyarakat yang seharusnya menjadi prioritas dalam program dan tentunya juga peta potensi yang terdiri dari 5 (lima) aspek yang merupakan modal untuk penghidupan berkelanjutan. Secara terperinci, pemetaan sosial dibagi menjadi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Deskripsi Kondisi Umum Desa

Kondisi umum desa di deskripsikan dalam konteks geografis, demografis, psikografis (sosial-budaya) dan pemerintahan desa yang biasanya dapat diperoleh dari data monografi profil desa yang disimpan oleh perangkat desa. Kondisi umum ini diperlukan untuk memahami gambaran besar sebuah desa seperti lokasi desa, jumlah dan komposisi penduduk dan sebagainya.

2. Identifikasi Kearifan dan Budaya Lokal

Setiap Desa memiliki karakteristik yang unik, baik dari sisi geografis maupun masyarakat yang ada di dalamnya. Unsur kearifan dan budaya lokal merupakan salah satu unsur terpenting yang perlu diperhatikan sejak awal agar bisa selaras dengan karakteristik unik masing-masing Desa.

(35)

3. Identifikasi Permasalahan Desa

Permasalahan desa dapat diidentifikasi melalui metode observasi lapangan, wawancara mendalam/in-depth interview dan diskusi kelompok terarah/focus group discussion (FGD). Beberapa permasalahan desa yang diidentifikasi antara lain:

● masalah ekonomi,

● masalah pendidikan,

● masalah kesehatan,

● masalah sosial budaya, dan

● masalah lingkungan.

4. Identifikasi Forum-forum yang Digunakan Masyarakat Desa

Sebuah desa biasanya telah memiliki forum-forum tertentu dengan jadwal tertentu pula dalam membahas hal-hal terkait dengan kepentingan masyarakat desa. Oleh karena itu pihak pengembang Desa Kreatif perlu mengetahui forum tersebut dan menghadirinya untuk membahas pengembangan Desa Kreatif. Identifikasi forum perlu dilakukan dengan cukup detail sesuai format tabel berikut:

Tabel 4.1 Format Tabel Identifikasi Forum Masyarakat Desa

No Nama Forum Keanggotaan Waktu Pelaksanaan Aktivitas

Jadwal Frekuensi

5. Identifikasi Kelompok Rentan

Pengembangan Desa Kreatif tidak boleh hanya menjadi konsumsi para elit desa dan menjadi keuntungan pribadi, namun juga harus memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat desa, khususnya warga yang membutuhkan atau dikenal sebagai kelompok rentan. Kerentanan dapat dibagi menjadi 2 jenis yang terjadi karena faktor akses dan atau aset dan dapat ditabulasi dengan format tabel berikut :

Tabel 4.2 Format Tabel Identifikasi Kelompok Rentan

Kelompok Rentan Alamat Jenis Kerentanan Deskripsi

(36)

6. Identifikasi Potensi Ekonomi Kreatif

Potensi desa, selain dilakukan identifikasi berdasarkan jenisnya, juga dikelompokkan berdasar kaitannya dengan klasterisasi subsektor ekonomi kreatif untuk memunculkan potensi mana yang paling berkaitan erat dengan salah satu dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang akan dikembangkan. Identifikasi potensi desa dapat ditabulasi menggunakan format berikut:

Tabel 4.3 Format Tabel Identifikasi Potensi Desa

Jenis Potensi Bentuk Potensi Sub-sektor Ekonomi Kreatif Terkait Sumber Daya Manusia 1. Komunitas kreatif desain

2. Seniman patung 3. dst

1. Kriya 2. dst

Sumber Daya Alam

Modal Finansial

Modal Infrastruktur

Modal Sosial

Identifikasi-identifikasi diatas dapat dilakukan dengan memilih salah satu atau lebih metode yang biasa digunakan dalam penelitian sosial yaitu analisis data sekunder, observasi lapangan, wawancara mendalam/in-depth interview dan diskusi kelompok terarah/focus group discussion (FGD). Dalam hal ini, diskusi kelompok terarah (FGD) hendaknya melibatkan secara aktif seluruh pemangku kepentingan yang ada di desa agar proses pengembangan Desa Kreatif bersifat partisipatif dan para pemangku kepentingan tidak hanya menjadi objek pengembangan, melainkan subjek yang mempunyai rasa kepemilikan terhadap program pengembangan Desa Kreatif. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan FGD, perlu adanya identifikasi dan pemetaan aktor pemangku kepentingan yang ada di desa tersebut.

B. Pemetaan Aktor Pemangku Kepentingan Desa

Pemangku Kepentingan (stakeholder) merupakan seseorang atau organisasi yang secara positif maupun negatif terpengaruh oleh hasil tindakan suatu organisasi atau berpengaruh

(37)

terhadap hasil tindakan suatu organisasi.14 Desa yang juga merupakan sebuah organisasi tentunya memiliki pemangku kepentingan yang perlu diidentifikasi agar dapat mendukung pengembangan Desa Kreatif. Secara umum pemangku kepentingan dibagi menjadi 4 jenis karakteristik yaitu:

1. Promoters (High Influence - High Interest):

Memiliki kepentingan besar terhadap program dan juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil atau menggagalkannya tergantung dengan sikap stakeholder yang mendukung atau menentang.

2. Latents (High Influence - Low Interest):

Tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam kegiatan, tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka menjadi tertarik.

3. Defenders (Low Influence - High Interest):

Memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi kegiatan.

4. Apathetics (Low Influence - Low Interest):

Kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin tidak mengetahui adanya kegiatan.

a. Pemetaan Jaringan Aktor (Sociogram)

Sociogram diperlukan untuk memetakan hubungan antar aktor pemangku kepentingan dalam pengembangan Desa Kreatif, dimana pemangku kepentingan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu aktor individu dan institusi. Hubungan antar aktor bisa berupa hubungan yang positif (+) yang dilambangkan dengan garis warna hijau, negatif (-) yang dilambangkan dengan garis warna merah atau netral (+/-) yang dilambangkan dengan garis warna kuning, berikut format diagram Sociogram yang dibutuhkan:

14 Freeman, R. E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach, Boston, Pitman.

Gambar

Gambar 1.2 Struktur dan Keterkaitan Panduan Pengembangan Desa Kreatif
Tabel 2.1 Indikator dan Tipologi Desa Kreatif Berdasarkan Level Pengembangannya
Gambar 2.3 Pentahelix Sinergi Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Desa Kreatif
Tabel 4.7 Pemetaan Luaran dan Dampak Menggunakan Pendekatan Balance Scorecard  Aspek  Tujuan Strategis  Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Agenda dari Kelompok Ekonomi Kreatif dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai kepada pelaku usaha yang bergerak dibidang pariwisata yang

Untuk memberikan masukan kepada pemeritah dan pelaku kegiatan ekonomi dalam mengambil kebijkan terkait dengan pengaruhnya indeks pembangunan manusia dan

Pada dasarnya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan selama Tahun

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan merupakan program kerja dalam pembangunan bidang kepemudaan, seni, budaya, olahraga

Untuk dapat memahami mengenai partisipasi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata desa yang berkelanjutan di wilayah administrasi Desa Borobudur dalam Program

Dinas Kesehatan menghimbau agar pelaku usaha mendaftarkan usahanya dan memperoleh izin pembuatan makanan , karena saat ini banyak dari pelaku usaha yang belum sadar akan

Ekonomi kreatif semakin meningkat mengingat peran ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan perekonomian suatu wilayah, terutama terhadap pengembangan ekonomi berbasis Usaha Mikro

Untuk penciptaan karya seni lukis kinetik dengan gagasan permasalahan dalam lukisan pemandangan Indonesia maka tujuan penciptaan dapat dibuat sebagai berikut:?. Untuk