• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM PEMBEBASAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK UMKM DALAM MASA PANDEMI COVID-19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASPEK HUKUM PEMBEBASAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK UMKM DALAM MASA PANDEMI COVID-19 SKRIPSI"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK HUKUM PEMBEBASAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK UMKM DALAM MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

IMELDA HALIM NIM : 170200002

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)

ASPEK HUKUM PEMBEBASAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK UMKM DALAM MASA PANDEMI COVID-19

ABSTRAK Imelda Halim*

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum**

Dr. Marianne Magda, S.H., M.Kn***

Pajak dan UMKM berperan penting bagi perekonomian Indonesia. UMKM terbukti mampu bertahan menghadapi krisis perekonomian tahun 1998. Di Indonesia, pengaturan UMKM terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Terkait perpajakan, wajib pajak UMKM yang memenuhi kriteria menyetor PPh Final sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yang didasarkan pada bahan hukum primer, sekunder, dan tersier dengan pengumpulan data secara penelusuran kepustakaan (library research) untuk kemudian dianalisis menggunakan metode kualitatif dalam mengkaji aspek hukum pembebasan pajak bagi wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19.

Dalam masa pandemi Covid-19, pemerintah membebaskan pajak bagi wajib pajak UMKM (pajak ditanggung pemerintah) yang diatur dalam PMK Nomor 9/PMK.03/2021 yang sebelumnya diatur dalam PMK-44 dan PMK-86. Wajib pajak UMKM yang memenuhi kriteria cukup melapor realisasi pajak dan pemerintah akan menanggungnya. Bila wajib pajak UMKM tidak memanfaatkan fasilitas tersebut, maka dikenakan tarif pajak yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.

23 Tahun 2018. Pemerintah perlu melakukan sosialasi dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan ini bagi para wajib pajak. Wajib pajak UMKM harus up- to-date terhadap perkembangan peraturan perpajakan yang bersifat dinamis ini.

Kata Kunci: Pajak UMKM, Pembebasan Pajak UMKM, PMK-44,PMK-86

* Mahasiswa Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia serta penyertaannya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Penulisan skripsi yang berjudul “Aspek Hukum Pembebasan Pajak Bagi Wajib Pajak UMKM dalam Masa Pandemi Covid-19” adalah guna memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran dan ilmu dalam setiap bimbingan dalam penulisan skripsi ini;

2. Bapak Dr. OK Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Puspa Melati S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution S.H.,M.H, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi;

(5)

6. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi;

7. Bapak Alwan, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis;

8. Ibu Dr. Marianne Magda, S.H., M.Kn, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran dan ilmu dalam setiap bimbingan dalam penulisan skripsi ini;

9. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., Bapak Robert, S.H., M.H., Ibu Dr. Detania Sukarja, S.H., LL.M., Ibu Prof. Dr. Sunarmi,. S.H., M.Hum, dan Ibu Dr. Tengku Keizeirina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum selaku Dosen FH Departemen Hukum Ekonomi dan para Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis;

10. Para Staf Administrasi dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selama ini membantu penulis;

11. Orang tua penulis, Drs. Halim dan Elizabeth Ratna Hoesinsyah; abang penulis, Arief Budiman Halim, S.E.; dan seluruh keluarga penulis. Terima kasih atas segala curahan kasih sayang melalui perhatian, doa, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini serta motivasi bagi penulis untuk dapat terus berusaha melakukan yang terbaik;

12. Teman/Sahabat penulis sejak SMP/SMA, Winnie, Carita, Monalisa, Wendy, Hendra, Matthew, Kelvin, Khanh, Derrick, Edo, dan Kendrick yang telah membantu dan memberi dukungan dalam proses penulisan skripsi;

(6)

13. Teman/Sahabat penulis di FH USU, Gladys, Angel, Karen, Evania, Pretty, Dessica, Maria, Yosefa, Anggita, Rahmi, Elisa, Fanny, Siti, Isti, Edwin, Kevin, Kenny, Kennedy, Edo, Boscho, Jefrey, dan lain-lain, yang telah menemani hari-hari penulis selama masa perkuliahan dan memberi dukungannya sehingga kehidupan kuliah menjadi lebih seru;

14. Abang-abang, kakak-kakak dan adik-adik di FH USU, Mahasiswa/i Stambuk 2017 FH USU khususnya Grup A, seluruh mahasiswa/i Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI) Stambuk 2017 serta teman-teman KMB USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah menjadi teman terbaik dengan memberikan dukungan dan semangat serta membuat hari-hari selama di perkuliahan menjadi lebih berarti;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 23 Februari 2021 Penulis,

Imelda Halim NIM: 170200002

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Perumusan Masalah ...5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...5

D. Keaslian Penulisan ...6

E. Tinjauan Kepustakaan ...6

F. Metodologi Penelitian ...13

G. Sistematika Penulisan ...17

BAB II PENGATURAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DI INDONESIA A. Bentuk-Bentuk UMKM di Indonesia ...19

B. Perkembangan UMKM di Indonesia ...24

C. Peranan UMKM dalam Bidang Perekonomian di Indonesia ....32

D. Pengaturan UMKM di Indonesia ...41

BAB III PPH FINAL UMKM BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2018 A. Dasar Hukum Perpajakan di Indonesia ...53

B. Asas-Asas Perpajakan Indonesia...59

(8)

C. Fungsi Pajak Bagi Perekonomian Indonesia ...63 D. Pajak Penghasilan (PPh) Final bagi UMKM Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ...65 BAB IV FASILITAS PEMBEBASAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK

UMKM DALAM MASA PANDEMI COVID-19

A. Pengaturan Fasilitas Pembebasan Pajak Bagi Wajib Pajak UMKM Dalam Masa Pandemi Covid-19...88 B. Cara Mengajukan Pembebasan Pajak Bagi Wajib Pajak UMKM

Dalam Masa Pandemi Covid-19...100 C. Akibat Hukum Pembebasan Pajak Bagi Wajib Pajak UMKM

Dalam Masa Pandemi Covid-19...104 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...110 B. Saran ...111 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kerajaan atau negara penganut absolut monarki, misalnya Perancis pada zaman kekuasaan Raja Lodwijk XIV (1638-1715), pembayar pajak mengalami mandi keringat darah sementara itu penguasa mandi kemewahan. Hal tersebut merupaka bukti konkret bahwa pajak sebagai suatu beban pada awalnya menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang pro adalah golongan penguasa dan golongan bangsawan sementara pihak yang kontra adalah rakyat yang memikul beban. Sedangkan dalam negara demokrasi pajak dibayar penduduk atas persetujuannya sendiri melalui lembaga perwakilan guna membiayai pengeluaran pemerintah, demi kesejahteraan rakyat. Sejarah pajak di Indonesia memang terbilang panjang karena pajak sudah dikenal pada masa kerajaan yang terus berkembang hingga saat ini.

Pajak merupakan instrumen penting bagi perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Sejak tahun 1984, sistem perpajakan yang dianut oleh Indonesia adalah self assesment. Sistem self assessment adalah sebuah sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menjalankan kewajibannya sendiri mulai dari menghitung, membayar sampai melaporkan jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian, masyarakat sebagai wajib pajak diberikan kesempatan untuk ikut berperan dalam pemungutan

(10)

pajak. Tanpa pemungutan pajak sudah bisa dipastikan bahwa keuangan negara akan lumpuh lebih lebih lagi bagi negara yang sedang membangun seperti Indonesia.1 Pajak yang dibebankan dan dipungut pemerintah dari masyarakat yang dikategorikan sebagai wajib pajak bersifat memaksa dan digunakan untuk kepentingan umum sebagaimana termaktub dalam Pasal 23A UUD 1945 yang berbunyi “pajak dan pungutan yang bersifat memaksa untuk kerperluan negara diatur dengan undang-undang”. Hal ini menunjukkan bahwa segala peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah wajib dipatuhi oleh semua warga negara Indonesia, termasuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Di Indonesia, UMKM mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan.2 UMKM yang menjadi wajib pajak harus patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pajak UMKM. Faktanya masih banyak pelaku UMKM yang enggan membayar pajak dan memilih untuk menghindar. Tindakan tersebut tentu disebabkan oleh berbagai faktor seperti tarif pajak yang tinggi bagi mereka, tidak memiliki pengetahuan yang cukup, dan sebagainya. Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya marupakan hal penting dalam penerimaan pajak. Peningkatan penerimaan pajak negara akan terjadi jika adanya kesadaran wajib pajak akan peraturan perpajakan

1 Chidir Ali. Hukum Pajak Elementer, Eresco Bandung, 1993, hlm. 16.

2 R.M.Tedy Aliudin, 2019, Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Kinerja Penyaluran UMKM) oleh Perbankan di Indonesia periode Tahun 2013 – 2018, Vol 17 No.1, hlm.

71.

(11)

dan kewajiban perpajakannya.3 Diperlukan kesadaran masyarakat dengan mengoptimalkan semua potensi dan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak yang terus meningkat. Sehingga pemerintah terus berupaya memberi fasilitas pajak untuk mempermudah dan meningkatkan kesadaran para pelaku sektor UMKM agar mereka dapat memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak. Pada tahun 2018, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Hal tersebut merupakan kabar gembira bagi para wajib pajak UMKM sebab adanya penurunan tarif PPh final yang semula diatur sebesar 1%

diturunkan menjadi 0,5% peredaran bruto.

Dengan adanya pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang menyerang secara global termasuk di Indonesia pada awal bulan Maret tahun 2020 memicu kekisruhan yang berimbas pada banyak sektor di Indonesia, seperti sektor pariwisata dan hiburan, pembangunan industri, pendidikan, termasuk ekonomi dan UMKM di dalamnya. Pelaku UMKM yang sebelumnya tidak pernah berjualan melalui e-commerce yang merasakan dampak ekonomi yang sangat signifikan.

Adanya deklarasi dari World Health Organization (WHO) kepada seluruh masyrakat untuk melakukan social distancing yang kemudian diubah menjadi physical distancing menyebabkan banyak orang, termasuk pelaku UMKM tidak dapat melakukan aktivitas di luar rumah dan dihimbau untuk tetap tinggal di rumah

3 Sumatriani, dkk, 2019, Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran, dan Niat Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar, hlm. 146.

(12)

untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Apabila pelaku UMKM terus- menerus mengalami sepi pembeli, maka yang akan terjadi adalah tentunya finansial wajib pajak UMKM berada dalam kesulitan, karena pelaku UMKM harus memikirkan biaya operasional dan kewajiban untuk membayar pajak yang harus mereka penuhi sebagai wajib pajak.

Dari awal Covid-19 menyebar di Indonesia, pemerintah terus bekerja keras untuk memikirkan langkah yang harus diambil agar kesejahteraan dapat terwujud bagi masyarakat, termasuk pelaku UMKM sehingga pelaku UMKM dapat bertahan dalam masa sulit ini. Oleh karena itu, pemerintah Republik Indonesia melakukan pengkajian terhadap dampak ekonomi dan penurunan penghasilan masyarakat di setiap provinsi berdasarkan skenario ringan, sedang, hingga buruk. Skenario mengacu kepada daya tahan ekonomi setiap provinsi maupun penurunan pendapatan para pelaku ekonomi. Untuk sektor UMKM dalam skenario sedang yang paling parah diperkirakan terjadi di Kalimantan Utara. Dengan penurunan pendapatan sampai 36% dan kemampuan bertahannya sampai Agustus-Oktober 2020.4 Jadi, salah satu langkah pemerintah untuk membantu pelaku UMKM adalah mengeluarkan produk hukum berupa pemberian fasilitas pembebasan pajak bagi UMKM yang akhirnya direalisasikan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020 yang selanjutnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.03/2020. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai peraturan yang menjadi payung

4 Danang Sugianto, 2020, Prediksi Jokowi soal Provinsi Paling Parah Terimbas Corona, Ngeri!, diakses melalui https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- 4952102/prediksi-jokowi-soal-provinsi-paling-parah-terimbas-corona-ngeri pada 4 Juli 2020 pukul 13.58 WIB.

(13)

hukum bagi para pihak untuk melaksanakan aktivitas sehingga dapat tetap menjaga kestabilan sektor-sektor yang terdampak dengan adanya Covid-19 di Indonesia.

Dengan begitu, diharapkan dapat meminimalisir kerugian dan gangguan lainnya dalam sektor tersebut yang juga dapat berdampak pada kondisi perekonomian Indonesia.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “ASPEK HUKUM PEMBEBASAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK UMKM DALAM MASA PANDEMI COVID-19”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia?

2. Bagaimana PPh Final UMKM Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018?

3. Bagaimana aspek hukum pembebasan pajak bagi wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan skripsi yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui pengaturan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

2. Untuk mengetahui aturan PPh Final UMKM Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.

(14)

3. Untuk menganalisis aspek hukum pembebasan pajak bagi wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19.

Manfaat penulisan yang diharapkan melalui penulisan skripsi ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan skripsi dapat memberi perkembangan pemahaman dan pengetahuan dalam bidang hukum ekonomi kepada pembaca mengenai aspek hukum pembebasan pajak yang diberikan bagi wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19.

2. Manfaat Praktis

Hasil penulisan skripsi juga dapat memberi masukan dan pola pikir dinamis terkait dengan fasilitas pembebasan pajak yang diberikan kepada wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19.

D. Keaslian Penulisan

Penelitian ini dilakukan atas inisiatif dan pemikiran peneliti sendiri terhadap isu aktual saat ini. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang “ASPEK HUKUM PEMBEBASAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK UMKM DALAM MASA PANDEMI COVID-19”, belum pernah diteliti sebelumnya. Dengan demikian, ditinjau dari permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini maka dapat dikatakan bahwa penulisan karya ilmiah ini adalah asli. Apabila dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Pajak dan Wajib Pajak

(15)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) mengartikan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pengertian pajak dalam Black’s Law Dictionary adalah:5

Tax. (n). A monetary charge imposed by the government on person, entities, transaction, or property to yield public revenue; Most broadly, the term embraces all governmental impositions on the person, property, privileges, occupation, and enjoyment of the people, and includes duties, imposts and excises. Although a tax is often thought of as being in nature, it is not necessarily payable on money.

Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya pajak (kata benda) sebuah biaya moneter yang dikenakan oleh pemerintah pada orang, badan, transaksi, atau properti untuk menghasilkan pendapatan publik; Dalam arti luas, mencakup semua istilah pemaksaan pemerintah pada orang, properti, hak istimewa, pekerjaan, dan kesenangan orang, dan termasuk bea, pungutan dan cukai. Meskipun pajak sering dianggap sebagai secara alami, tidak selalu dibayarkan dengan uang.

Safri Nurmantu, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia, mengartikan pajak mengungkapkan pajak dalam istilah asing yang

5 Garner, Bryan A. (Ed), Black’s Law Dictionary, T. Tp: Thomson, 1999, hlm.1496.

(16)

disebut: tax (Inggris); import contribution, taxe, droit (Perancis); steuer, abgade, gebuhr (Jerman) dan belasting (Belanda).6

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Pajak

Mengacu definisi pajak diatas, unsur-unsur pajak dapat diuraikan sebagai berikut:7

a. Ada undang-undang yang mendasari. Pemungutan pajak harus berdasar pada undang-undang, tidak bisa dengan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tata urutannya.

b. Ada penguasa pemungut pajak. Dalam pemungutan pajak harus ada pemerintah yang akan memungut pajak, pemungutan pajak tidak dilakukan oleh partikelir (swasta).

c. Ada subjek pajak, artinya harus ada subjek yang dapat berupa orang pribadi atau badan yang dapat dibebani kewajiban untuk membayar pajak.

d. Ada objek pajak, artinya harus ada sasaran apa yang akan dibebani pajak, yang dapat berupa keadaa, perbuatan atau peristiwa.

6 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, Granit, 2005, hlm. 12.

7 Suparnyo, Hukum Pajak Suatu Sketsa Asas, CV. Elangtuo Kinasih, hlm. 33.

(17)

e. Ada masyarakat atau kepentingan umum, artinya hasil dari pemungutan pajak harus kembali pada masyarakat atau untuk kepentingan masyarakat.

f. Ada Surat Ketetapan Pajak, Surat Ketetapan Pajak tidak bersifat mutlak tetapi fakultatif, artinya untuk jenis pajak tertentu kadang tidak memerlukan Surat Ketetapan pajak.

Dengan melihat unsur-unsur pajak tersebut maka pajak juga dapat diketahui adanya ciri-ciri yang melekat pada pajak, yakni:8

a. Dipungut berdasarkan undang-undang atau peraturan daerah yang dapat dipaksakan.

b. Dapat berupa pajak langsung, yakni pajak yang langsung dipungut oleh pemerintah melalui aparaturnya dan pajak tidak langsung, yakni pajak yang pemungutannya melalui pihak ketiga.

c. Dapat dipungut sekaligus, yaitu dipungut setiap ada perbuatan, keadaan, atau peristiwa yang menimbulkan utang pajak atau berulang-ulang, yaitu pajak dipungut secara periodik atau terus menerus.

d. Tanpa ada imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk, artinya pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan dia mendapatkan imbal balik yang secara langsung diterima atau dapat ditunjukkan.

e. Sebagai alat pendorong, artinya pajak dapat digunakan untuk mendorong adanya investasi, jika ada fasilitas insentif di bidang perpajakan atau penghambat, artinya pajak dapat digunakan untuk menghambat pemborosan atau dapat berlaku hemat.

8 Ibid., hlm. 34.

(18)

f. Penggunaan pajak sebagai alat untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan.

3. Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud;

pekerjaan untuk mencapai sesuatu; kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung). Definisi UMKM menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.

b. Usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha bukan merupakan anak cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.

c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai / menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha kecil atau Usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

Definisi dan kriteria UMKM menurut lembaga-lembaga dunia dan negara- negara asing umumnya hampir sama dengan definisi dan kriteria yang dirumuskan di Indonesia yang didasarkan pada berbagai aspek, seperti jumlah tenaga kerja,

(19)

omzet, dan jumlah aset. Beberapa definisi yang dirumuskan oleh beberapa lembaga internasional dan negara asing adalah:9

a. World Bank membagi UMKM ke dalam 3 kelompok dnegan kriteria sebagai berikut:

1) Medium Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300 orang, pendapatan per tahun mencapai US$15 juta, dan jumlah aset mencapai US$15 juta.

2) Small Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 30 orang, pendapatan per tahun tidak melebihi US$3 juta, dan jumlah aset tidak melebihi US$3 juta.

3) Micro Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 10 orang, pendapatan per tahun tidak melebihi US$100 juta, dan jumlah aset tidak melebihi US$100 juta.

b. Singapura mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30% pemegang saham lokal serta fixed productive asset (aset produktif tetap) di bawah SG$15 juta.

c. Malaysia menetapkan definsi UMKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan tetap (full-time worker) kurang dari 75 orang atau usaha yang modal pemegang sahamnya kurang dari RM2,5 juta.

d. Jepang membagi UMKM dalam beberapa kelompok sebagai berikut: (1) Mining and manufacturing dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300

9 M. Azrul Tanjung, Koperasi dan UMKM sebagai Fondasi Perekonomian Indonesia, PT Gelora Aksara Pratama, 2018, hlm. 92.

(20)

orang atau jumlah modal saham mencapai US$2,5 juta. (2) Wholesale dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal mencapai US$840 ribu. (3) Retail dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal saham sampai US$820 ribu. (4) Service dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah

modal saham sampai US$420 ribu.

e. Korea Selatan mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang jumlah tenaga kerjanya di bawah 300 orang dan jumlah asetnya kurang dari US$60 juta.

f. European Commision membagi UMKM ke dalam 3 jenis, yaitu: (1) Medium-sized Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 250

orang, pendapatan per tahun tidak melebihi US$50 juta, dan jumlah asset tidak melebihi US$50 juta; (2) Small-sized Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 50 orang, pendapatan per tahun tidak melebihi US$10 juta, dan jumlah asset tidak melebihi US$13 juta; (3) Micro-sized Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 10 orang,

pendapatan per tahun tidak melebihi US$2 juta, dan jumlah asset tidak melebihi US$2 juta.

g. Di Amerika Serikat terdapat Small Business Administration (SBA) yang memberi dukungan terhadap UMKM. SBA menetapkan standar ukuran usaha kecil pada industry-industri dasar. Umumnya, usaha kecil didefinisikan memiliki kurang dari 500 karyawan untuk bisnis manufaktur dan pertambangan. SBA juga mendefinisikan usaha kecil sebagai usaha

(21)

dengan penerimaan per tahun kurang dari US$7,5 juta untuk usaha non- manufaktur, dengan beberapa pengecualiaan.

h. Di Australia, salah satu kriteria sebuah usaha didefinisikan sebagai usaha kecil apabila usaha tersebut memiliki karyawan kurang dari 15 orang.

Menurut Awalil Rizky, usaha mikro merupakan usaha informal yang memiliki aset, modal, omzet yang amat kecil. Ciri lainnya adalah jenis komiditi usaha yang dilakukan sering berganti-ganti, lokasi usaha yang terkadang kurang tetap, umumnya tidak dilayani oleh perbankan dan tidak banyak yang memiliki legalitas usaha.10 Karakteristik UMKM merupakan kondisi faktual yang melekat pada aktivitas usaha maupun perilaku usaha dalam menjalakan usahanya.

Karakteristik menjadi faktor yang membedakan antar pelaku usaha sesuai dengan skala usaha.

F. Metodologi Penelitian

Adapun metodologi penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif dengan pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif, terdiri atas:11

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

10 Awalil Rizky, 2008, Strategi Jitu Invetasi di UMK: Optimalisasi Kontribusi UMK dalam Makroekonomi Indonesia, Makalah Launching & Seminar BMT Permodalan (Jakarta: BMT Permodalan, 2008), hlm. 50.

11 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2014), hlm. 51.

(22)

b. Penelitian terhadap sistematika hukum.

c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum.

d. Penelitian sejarah hukum.

e. Penelitian perbandingan hukum.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan peraturan perundang- undangan (statute approach), yang mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 44/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 86/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019, dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2021 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 yang mendeskripsikan secara sistematis terhadap objek penelitian.

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah insentif pembebasan pajak bagi wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19.

3. Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif. Sumber data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum

(23)

primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan (library research) melalui perundang-undangan, buku-buku ilmiah, artikel, situs-situs internet, media massa, bahan seminar, skripsi, kamus, serta data- data lain yang memiliki keterkaitan dengan skripsi ini.

Bahan hukum primer, terdiri dari:

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi Nastonal

(24)

e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus D/isease 2019 (Covid-19) sebagai Bencana Nasional

f. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 44/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019

g. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 86/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019

h. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2021 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer, seperti hasil penelitian, pendapat pakar hukum, yang terdapat dari bacaan (buku, artikel dan jurnal) terkait objek penelitian.

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum) dan ensiklopedia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ialah melalui studi pustaka (library research), yakni pengambilan data yang berasal dari bahan literatur atau tulisan ilmiah berkaitan dengan perpajakan dan UMKM.

5. Analisis Data

(25)

Jenis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis normatif kualitatif yang menjelaskan pembahasan yang dilakukan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Data yang diperoleh dianalisis dengan deskriptif kualitatif, menggambarkan inti permasalahan dan menganalisis data menurut kebenarannya lalu dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga mendapat kesimpulan sesuai tujuan penelitian yang dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang teratur dan sistematis menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik sehingga memberi kemudahan bagi pembaca untuk memahami isi dari penulisan skripsi ini. Sistematika penulisan karya ilmiah skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pengantar yang memuat gambaran umum penulisan skripsi, terdiri dari latar belakang permasalahan, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DI INDONESIA

Pada bab ini akan dikemukakan apa saja bentuk-bentuk UMKM di Indonesia, perkembangan UMKM di Indonesia, peranan UMKM dalam bidang perekonomian di Indonesia dan pengaturan UMKM di Indonesia. Pembahasan dalam Bab II menjawab perumusan masalah pertama yang dikemukakan dalam penulisan skripsi ini.

(26)

BAB III PPH FINAL UMKM BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2018

Pada bab ini diuraikan yang menjadi dasar hukum perpajakan di Indonesia, asas-asas perpajakan Indonesia, fungsi pajak bagi perekonomian Indonesia dan Pajak Penghasilan (PPh) final bagi UMKM berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018. Pembahasan dalam Bab III menjawab perumusan masalah kedua yang dikemukakan dalam penulisan skripsi ini.

BAB IV FASILITAS PEMBEBASAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK UMKM DALAM MASA PANDEMI COVID-19

Pada bab ini akan diuraikan pengaturan fasilitas pembebasan pajak bagi wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19, cara mengajukan pembebasan pajak bagi wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19, dan akibat hukum pembebasan pajak bagi wajib pajak UMKM dalam masa pandemi Covid-19. Pembahasan dalam Bab IV menjawab perumusan masalah ketiga yang dikemukakan dalam penulisan skripsi ini.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan sebagai jawaban dari perumusan masalah yang telah dikemukakan dalam penulisan skripsi sehingga dapat memberi saran-saran terkait dengan rumusan permasalahan tersebut.

(27)

BAB II

PENGATURAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DI INDONESIA

A. Bentuk-Bentuk UMKM di Indonesia

Berbicara mengenai dunia bisnis dan usaha, tentu tidak asing lagi dengan UMKM. Namun, masih terdapat masyarakat yang tidak mengerti bahwa UMKM itu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Padahal antara usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah terdapat perbedaan yang cukup banyak dan mencolok. Menurut Pasal 6 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, UMKM digolongkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria usaha mikro Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai UMKM Bab IV Pasal 6:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga

ratus juta rupiah).

Karakteristik dari suatu usaha mikro adalah sebagai berikut:12

a. Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap; sewaktu-waktu dapat berganti.

b. Tempat usahanya tidak menetap; sewaktu-waktu dapat pindah tempat.

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun.

12 Bank Indonesia, 2015, Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Jakarta, BI dan LPPI, hlm. 13.

(28)

d. Tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

e. Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.

f. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

g. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

h. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Beberapa contoh usaha mikro adalah:

a. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar.

b. Warung nasi, warung kelontong dan warung lainnya.

c. Tukang cukur d. Tambal ban

e. Peternak berskala kecil

b. Kriteria usaha kecil Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai UMKM Bab IV Pasal 6:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 300.000.000 ( tiga ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

(29)

Karakteristik dari suatu usaha kecil adalah sebagai berikut:13

a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana.

d. Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga dan sudah membuat neraca usaha.

e. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

f. Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha.

g. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam keperluan modal.

h. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

Beberapa contoh usaha kecil adalah:

a. Industri kecil, misalnya industri logam, industri rumahan, industri kerajinan tangan, dan lai-lain.

b. Perusahaan berskala kecil, misalnya koperasi kecil, mini market, toserba, dan lain-lain.

c. Usaha informal, misalnya pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.

13 Bank Indonesia, Op.Cit., hlm. 14.

(30)

c. Kriteria usaha menengah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai UMKM Bab IV Pasal 6:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah).

Ciri-ciri dari suatu usaha menengah adalah sebagai berikut:14

a. Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.

b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan.

d. Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin tetangga.

e. Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.

f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Beberapa contoh jenis usaha menengah adalah sebagai berikut:

a. Usaha perkebunan, perternakan, pertanian, kehutanan skala menengah.

14 Ibid.

(31)

b. Usaha perdagangan skala besar yang melibatkan aktivitas atau kegiatan ekspor-impor.

c. Usaha ekspedisi muatan kapal laut, garmen, serta jasa transportasi seperti bus melalui jalur darat.

d. Usaha industri makanan, minuman, dan elektronik.

e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Lain halnya dengan UMKM, usaha besar berarti usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.15 Aset yang dimiliki oleh sebuah usaha besar nominalnya diatas Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah) sedangkan peredaran bruto atau omzet lebih dari Rp. 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah). Dari sudut pandang perkembangannya, UMKM dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:16

a. Livelihood Activities (lapangan kerja baru), merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

b. Micro Enterprise (sifat kewirausahaan), merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

15 Ibid.

16 Sudaryanto, dkk, Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean, hlm. 7.

(32)

c. Small Dynamic Enterprise (jiwa entepreneurship), merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

d. Fast Moving Enterprise (motivasi menjadi usaha besar), merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).

UMKM merupakan unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dijalankan baik oleh orang perorangan maupun badan usaha pada seluruh sektor ekonomi. Pada dasarnya, perbedaan utama antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) secara umum didasarkan pada nilai aset awal yang tidak termasuk tanah dan bangunan, omzet rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda-beda menurut negara yang satu dengan negara lainnya. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM antar negara.17 B. Perkembangan UMKM di Indonesia

UMKM mulai berkembang pesat setelah kejadian krisis ekonomi yang terjadi secara berkepanjangan. Keadaan perekonomian yang memburuk tersebut pernah menimpa Indonesia terjadi sekitar tahun 1997. Kondisi ekonomi yang tidak stabil tersebut menimbulkan hal buruk. Ada banyak pihak yang menjadi korban akibat imbas dari krisis ekonomi itu hingga menyebabkan banyak pelaku usaha atau perusahaan melakukan PHK besar-besaran untuk mengurangi pengeluarannya dan

17 Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-Isu Penting, (Jakarta: LP3ES, 2012), hlm. 11.

(33)

menjaga stabilitas usahanya. Akibatnya ratusan ribu orang terpaksa kehilangan pekerjaannya. Tetapi mereka tidak berdiam di tempat melainkan mencari berbagai cara untuk bangkit dari keterpurukannya. Ada yang memilih melakukan usaha jual beli, bisnis jasa, pengolahan produk dan sebagainya. Berbagai aneka usaha yang dilakukan masyarakat inilah pada akhirnya disebut UMKM. Pada saat krisis ekonomi tersebut, UMKM terbukti mampu berperan sebagai penyangga (buffer) dan katup pengaman dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyediakan alternatif lapangan pekerjaan bagi para pekerja sektor formal yang terkena dampak krisis. Dari angka statistik juga diperoleh data bahwa jumlah UMKM terus meningkat. Beberapa sebab yang membuat sektor UMKM bisa bertahan di masa krisis diantaranya adalah karena sektor usaha kecil tidak terlalu tergantung pada bahan baku impor dalam proses produksinya dan sumber dana usaha kecil umumnya berasal dari dalam negeri sehingga tidak terlalu terpengaruh akan depresiasi rupiah. 18 Selain itu, kondisi tersebut tidak terlepas dari karakteristik pelaku UMKM yang fleksibel, tidak tergantung pada modal dari luar, sanggup mengembalikan pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi.19

Setiap tahun, pelaku usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) di Indonesia memperingati Hari Nasional UMKM yang jatuh setiap tanggal 12 Agustus. Sejarah peringatan Hari Nasional UMKM bermula dari Piagam Yogyakarta hasil Kongres UMKM pada 25-26 Mei 2016. Kongres Nasional UMKM dan Temu Nasional Pendamping ke 2 (TNP2) tersebut diikuti oleh ratusan

18 Rachmawan Budiarto, dkk, Pengembangan UMKM Antara Konseptual dan Pengalaman Praktis, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2016, hlm. 5.

19 Ibid.

(34)

pendamping koperasi dan UMKM dari seluruh Indonesia. Pemilihan tanggal 12 Agustus sebagai Hari Nasional UMKM menggunakan tanggal lahir Bapak Koperasi, Bung Hatta yang lahir pada 12 Agustus 1902. Berbeda dengan hari lainnya yang justru diisi dengan libur, Hari UMKM menekankan semangat kerja dan diharapkan akan memperteguh posisi UMKM sebagai penggerak ekonmi kerakyatan, meningkatkan produktifitas dan daya saing melalui kerja, kerja dan kerja. Peringatan Hari UMKM Nasional pertama diperingati pada 12 Agustus 2016.20 Sementari Hari UMKM Internasional diperingati pada setiap tanggal 27 Juni. Hari UMKM Internasional merupakan salah satu perjuangan International Council for Small Business (ICSB) sebagai organisasi dunia yang fokus kepada

UKM sejak 63 tahun yang lalu, diawali di George Washington University.

Indonesia termasuk sebagai salah satu dari 7 negara inisiator hari UMKM Internasional bersama Amerika Serikat, Australia, Korea, Kuwait, Mesir, dan Argentina. Pada saat itu Indonesia di wakilkan oleh A.A.G.N. Puspayoga selaku Menteri Koperasi dan UKM Indonesia melakukan Round-Table Meeting di Markas PBB, New York, Amerika serikat pada 16 Juni 2016.21

Ditinjau dari masa ke masa, perkembangan UMKM di Indonesia sendiri terbilang cukup cepat sehingga disebut salah satu tonggak perekonomi di negeri ini. Seiring perkembangaannya, UMKM dapat dijumpai oleh kita dimana saja

20 Analisa, Sejarah dan Pentingnya Hari Nasional UMKM, diakses melalui https://analisa.id/sejarah-dan-pentingnya-hari-nasional-umkm-12-agustus/12/08/2019/ pada 4 Juli pukul 10.49 WIB.

21 Budi Nugraga, Indonesia Gelar Puncak Peringatan Hari UMKM Internasional

Serentak di Empat Kota, diakses melalui

https://www.suaramerdeka.com/news/baca/93757/indonesia-gelar-puncak-peringatan-hari-umkm- internasional-serentak-di-empat-kota pada 4 Juli pukul 11.08 WIB.

(35)

mulai dari pedesaan hingga perkotaan padat penduduk. Terlebih saat ini era teknologi dan pemerintah telah menetapkan agar para pelaku UMKM ini mulai memperbaharui teknik pemasaran dengan pemanfaatan teknologi yang ada.22 Pengoptimalan melalui perangkat teknologi hingga media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Twitter, Instagram, YouTube dijadikan alat untuk memperkenalkan, menjual produk hingga media berkomunikasi antara penjual dan pembeli. Ditambah lagi pada saat ini semakin banyak platform e-commerce dan marketplace yang bermunculan dengan kelebihannya masing-masing untuk memudahkan pelaku UMKM berjualan. Selain itu, pemanfaatan seperti ini sekaligus dapat memangkas biaya pemasaran sehingga biaya tersebut bisa dialokasikan untuk biaya operasional atau biaya lainnya yang dapat menaikkan penjualan. Pada tahun 2017, Kemenkop UKM dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama dengan para pelaku e-commerce menggagas program bertajuk 8 Juta UMKM Go Online untuk menumbuhkan jumlah pelaku UMKM yang berselancar di dunia maya.23 Dengan adanya kerja sama ini, pemerintah berharap mampu mempercepat proses transformasi UMKM menuju digital di Indonesia.

Hingga pada tahun 2020, merebaknya penyakit Covid-19 yang menyebar secara global. Penyebaran virus yang menyebabkan penyakit tersebut memberi

22 Fedi Merina, Sejarah UMKM di Jember, diakses melalui https://medium.com/@fegimerina/sejarah-umkm-di-jember-8bae248c81f8 pada 5 Juli 2020 pukul 13.11 WIB.

23 Ayu Yuliani, Kemenkop UKM: 3,79 Juta UMKM Sudah Go Online, diakses melalui https://kominfo.go.id/content/detail/11526/kemenkop-ukm-379-juta-umkm-sudah-go-

online/0/sorotan_media#:~:text=Saat%20ini%2C%20jumlah%20UMKM%20di,platform%20onlin e%20dalam%20memasarkan%20produknya. Pada 8 Juli 2020 pukul 13.16 WIB.

(36)

masalah yang cukup berat untuk diatasi oleh pemerintah maupun pelaku UMKM.

Virus yang dapat menyebar melalui droplet membuat masyarakat tidak berani keluar rumah atau mengurangi aktivitas diluar rumah, dan menerapkan pemindahan belajar-mengajar tatap muka menjadi melalui media online seperti Zoom, Google Classroom, Whatsapp dan media lainnya, bekerja dari rumah (work from home), bekerja secara shift, penutupan toko, perubahan jam operasional dan lain sebagainya. Tentu pendapatan pelaku UMKM berkurang secara drastis apalagi jika mereka memang berjualan melalui offline store dan tidak ada berjualan melalui online. Bahkan Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki, mengatakan

menurut catatan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyebut

hampir separuh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia akan bangkrut pada Desember 2020.24

Data terkait jumlah UMKM termasuk UB di Indonesia yang penulis dapatkan adalah pada tahun 2016, terdapat 61.651.176 unit (99,99%) UMKM yang terdiri dari 60.863.578 unit (98,71%) usaha mikro, 731.047 unit (1,19%) usaha kecil, 56.551 unit (0,09%) usaha menengah, dan 5.370 unit (0,01%) usaha besar.25 Pada tahun 2017 terdapat 62.106.900 unit (98,70%) usaha mikro, terdapat 757.090 unit (1,20%) usaha kecil, dan terdapat 58.627 unit (0,09%) usaha menengah.

Sehingga jika ditotalkan maka jumlah UMKM saat itu adalah 62.922.617 unit

24 Dewi Rina Cahyani, https://bisnis.tempo.co/read/1344540/47-persen-umkm- bangkrut-akibat-pandemi-corona/full&view=ok, diakses pada 5 Juli 2020 pukul 19.14 WIB.

25 Kementerian Koperasi dan UMKM RI, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2016-2017, diunduh dari http://www.depkop.go.id/data-umkm pada 14 Juli pukul 16.30 WIB.

(37)

(99,99%). Sementara itu, terdapat 5.460 unit (0,01%) usaha besar di Indonesia.26 Pada tahun 2018, UMKM penggerak ekonomi bangsa yang juga mendominasi perkonomian totalnya sebesar 64.194.057 unit usaha (99,99%) yang terdiri dari 63.350.222 (98,68%) Usaha Mikro, 783.132 (1,22%) Usaha Kecil, dan 60.702 (0,09%) Usaha Menengah. Sementara itu, ada 5.550 usaha besar (0,01%).27 Sehingga totalnya mencapai 64.199.606 unit usaha (100%). Ditinjau dari tahun 2016 sampai 2018, jumlah pelaku UMKM selalu meningkat. Hingga sampai saat ini belum ada data terbaru berapa jumlah pelaku UMKM di Indonesia mengingat dampak dari pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak UMKM yang gulung tikar.

Dalam kondisi terpuruk seperti ini, pelaku UMKM semakin dipaksa untuk terhubung ke ekosistem digital, seperti berjualan melalui media sosial (Instagram, Facebook, platform marketplace dan lain-lain) dan melalui platform Grab dan GoJek. Namun jumlah pelaku UMKM yang berpindah ke sistem digital masih terbilang sedikit. Hal ini tentu dikarenakan berbagai faktor seperti tidak menguasai ilmu teknologi, tidak memiliki biaya untuk promosi digital, persaingan usaha yang cukup ketat, platform digital yang hanya menerima jenis UMKM terntentu dan sebagainya. Perkembangan UMKM pada masa kondisi ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19 dibandingkan dengan tahun 1998 yang mana krisis ekonomi besar datang dan menyurutkan perekonomian tentu berbeda. Bedanya, 22 tahun lalu usaha mikro kecil menengah atau UMKM justru bisa membantu menyelamatkan

26 Arif Minardi, diakses melalui https://reaktor.co.id/umkm-pilar-ketenagakerjaan- perlu-belajar-dari-jerman/, pada 8 Juli 2020 pukul 13.32 WIB.

27 Ditjen Pajak RI, Seminar Virtual Sesi I "Mendorong UMKM Memanfaatkan Insentif Pajak", diakses melalui https://www.youtube.com/watch?v=RxgO4qUOFlM pada 14 Juli 2020 pukul 17.10 WIB.

(38)

perekonomian. Kini bisnis UMKM pun terimbas. Pada 1998, UMKM benar-benar telah menjadi penyelamat ekonomi negara. Ketika banyak industri berjatuhan, ekspor UMKM justru meningkat 350 persen. Peningkatan ekspor UMKM pada 1998 tersebut didorong oleh tingginya kurs dolar AS. Sehingga ekspor UMKM yang kebanyakan furnitur dan bahan baku lokal hasil laut dan pertanian itu meningkat dengan dolar AS tinggi.28 Sementara pada kondisi sekarang, perekonomian global pun tengah lesu. Dengan begitu permintaan turun. Meski begitu, UMKM tetap memiliki peluang. Kesempatannya adalah dalam aspek substitusi produk impor, impor tinggi itu misal buah-buahan, sayur-sayuran, bahan baku industri setengah jadi, atau material. Jadi UMKM mampu mengsubstitusi akibat impor yang terganggu. UMKM juga bisa ikut memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini yang melonjak tinggi. Di antaranya buah, sayur, ikan, vitamin, alat kesehatan, dan kebutuhan primer lainnya. Bisnis UMKM seharusnya bisa segera pulih dan mengambil peran dalam kondisi sekarang agar selanjutnya bisa menjadi penyangga ketika angka pengangguran tinggi serta kemiskinan meningkat.

Untuk memastikan kelangsungan UMKM, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan pemerintah bersama-sama menerapkan program dan langkah mitigasi. Program tersebut merupakan realisasi dari perintah Presiden dalam memitigasi dampak wabah corona terhadap para pelaku koperasi dan UMKM. Kementerian telah menyusun sembilan program yang bertujuan

28 Indira Rezkisari, Beda Nasib UMKM Akibat Covid-19 dengan Krisis 1998, diakses melalui https://republika.co.id/berita/q8v373328/beda-nasib-umkm-akibat-covid19-dengan-krisis- 1998 pada 6 Juli 2020 pukul 09.57 WIB.

(39)

mengantisipasi dampak Covid-19 terhadap Koperasi dan UMKM.29 Sembilan program yang dimaksud meliputi stimulus daya beli produk UMKM dan koperasi, belanja di warung tetangga, program restrukturisasi dan subsidi suku bunga kredit usaha mikro, restrukturisasi kredit yang khusus bagi koperasi melalui LPDB KUMKM, dan program masker untuk semua. Terutama masker bagi pedagang pasar kuliner supaya mereka tetap mendapatkan pelanggan. Program keenam selanjutnya yaitu memasukkan sektor mikro yang jumlahnya cukup besar dan paling rentan terdampak Covid-19 dalam klaster penerima kartu prakerja untuk pekerja harian. Kemudian bantuan langsung tunai, relaksasi pajak, dan pembelian produk UMKM oleh BUMN.30 Berbagai program tersebut diselaraskan dengan instruksi Presiden dan diharapkan upaya ini bisa mendorong usaha para pelaku UMKM di Indonesia tetap laju, dan kondisi segera pulih seperti sedia kala. Presiden Joko Widodo menyiapkan empat langkah demi memitigasi dampak Covid-19 terhadap UMKM, yaitu:31

1. Percepatan bagi upaya relaksasi restrukturisasi kredit UMKM yang mengalami kesulitan.

2. Dalam masa pandemi ini, Presiden meminta agar disiapkan skema baru pembiayaan. Terutama berkaitan dengan investasi dan modal kerja yang pengajuannya lebih mudah dengan jangkauan terutama bagi berbagai daerah terdampak.

29 Friska Yolandha, Kemenkop Terapkan Mitigasi Dampak Covid-19 Terhadap UMKM, diakses melalui https://republika.co.id/berita/q8tjn2370/kemenkop-terapkan-mitigasi- dampak-covid19-terhadap-umkm pada 6 Juli 2020 pukul 10.12 WIB.

30 Ibid.

31 Ibid.

(40)

3. Memasukkan para pelaku usaha mikro atau masyarakat yang membutuhkan dalam skema bantuan sosial. Terutama yang berkaitan dengan paket sembako.

4. UMKM diberikan peluang terus berproduksi di sektor pertanian dan industri rumah tangga. Termasuk warung tradisional sektor makanan, dengan protokol kesehatan ketat.

C. Peranan UMKM dalam Bidang Perekonomian di Indonesia

Seperti yang diketahui bersama bahwa UMKM mampu bertahan setelah melewati krisis global yang melanda dunia. Oleh sebab itu, UMKM memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam perekonomian, khususnya pada negara- negara berkembang. UMKM adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar (UB) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). UMKM yang memiliki badan hukum formal dapat berkontribusi hingga 60 persen dalam membuka lapangan pekerjaan dan 40 persen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).32 Salah satu bukti bahwa UMKM merupakan pilar dari perekonomian Indonesia adalah dengan adanya wadah secara khusus dibawah Kementerian Koperasi dan UMKM. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah juga peduli dan memperhatikan sektor UMKM di Indonesia dalam menyangga ekonomi rakyat kecil yang secara langsung dapat

32 Sony Hendra Permana, Strategi Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Di Indonesia, Aspirasi Vol. 8 No. 1, Juni 2017, hlm. 96.

(41)

memberi dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Mengingat sifatnya yang padat karya, maka UMKM dapat secara efektif menciptakan lapangan kerja sesuai dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat.33 UMKM juga telah terbukti mampu bertahan terhadap goncangan krisis ekonomi tahun 1997 dan tetap menunjukkan eksistensinya dalam perekonomian Indonesia sampai sekarang.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU UMKM) menyebutkan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Ditinjau dari UU UMKM, maka peran UMKM adalah sebagai berikut:

a. Pasal 5: UMKM berperan dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

b. Pasal 7: UMKM berperan serta secara aktif membantu menumbuhkan iklim usaha, yaitu kondisi yang diupayakan pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberdayakan UMKM secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar UMKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya.

33 Permana, Peningkatan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing Bangsa:

Pengembangan di Sektor UMKM, Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI bekerjasama dengan Azza Grafika, 2015, hlm. 75.

(42)

c. Pasal 16: dunia usaha UMKM berperan secara aktif melakukan pengembangan usaha dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, serta desain dan teknologi yang pengembangan usahanya akan difasilitasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

d. Pasal 23: dalam hal pembiayaan dan penjaminan, UMKM berperan secara aktif meningkatkan akses UMK terhadap pinjaman atau kredit dengan cara meningkatkan kemampuan menyusun studi kelayakan usaha, meningkatkan pengetahuan tentang prosedur pengajuan kredit atau pinjaman, dan meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis serta manajerial usaha.

Pada negara maju, UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga di banyak negara, kontribusi dari kelompok usaha ini terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar.34 Di negara sedang berkembang seperti di Asia, Afrika dan Amerika Latin, UMKM berperan sangat penting khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, dan pembangunann ekonomi pedesaan. Namun dilihat dari sumbangannya terhadap pembentukan PDB dan ekspor non-migas, khususnya produk-produk manufaktur dan inovasi serta pengembangan teknologi, peran UMKM masih relatif rendah di negara sedang berkembang tersebut. Inilah

34 Tulus. T. H. Tambunan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Bogor, Penerbit Ghalia Indonesia, 2017, hlm. 9.

(43)

perbedaan yang paling mencolok antara UMKM di negara sedang berkembang dan negara maju.UMKM dinilai sangat penting karena ciri khasnya, yakni:35

a. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi jumlah UB), terutama dari kategori usaha mikro (UMI) dan usaha kecil (UK). Berbeda dengan UB dan UM, UMI dan UK tersebar di seluruh pelosok pedesaan, termasuk di wilayah-wilayah yang relatif terisolasi. Oleh karena itu, kelompok usaha ini mempunyai suatu signifikan “lokal” yang khusus untuk ekonomi pedesaan.

Dalam kata lain, kemajuan pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh kemajuan pembangunan UMKM-nya.

b. Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin. Hal ini juga yang bisa menjelaskan kenapa pertumbuhan UMKM menjadi sangat penting di pedesaan di negara sedang berkembang, terutama di daerah-daerah di mana sektor pertanian mengalami stagnasi atau sudah tidak mampu lagi menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja di pedesaan. Kegiatan non-pertanian di pedesaan selalu diharapkan mampu berfungsi sebagai sumber penyerapan kelebihan penawaran tenaga kerja ke sektor pertanian, sehingga bisa membatasi arus migrasi ke perkotaan, dan UMKM di pedesaan dapat memainkan peran krusial.

35 Ibid., hlm. 9

(44)

c. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama UMI, di NSB berlokasi di pedesaan, kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok usaha ini juga pada umumnya berbasis pertanian. Oleh karena itu, upaya-upaya pemerintah mendukung UMKM sekaligus juga merupakan suatu cara tak langsung, tetapi efektif untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan produksi di sektor pertanian.

d. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” (jika dibandingkan dengan teknologi-teknologi canggih yang umum dipakai oleh perusahaan-perusahaan modern/UB) terhadap proporsi-proporsi dari faktor- faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang, yakni sumber daya alam dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang berlimpah (walupun jumlahnya bervariasi menurut negara atau wilayah di dalam sebuah negara), tetapi modal serta sumber daya manusia atau tenaga kerja berpendidikan tinggi yang sangat terbatas.

e. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada tahun 1997/98.

Oleh sebab itu, kelompok usaha ini dianggap sebagai perusahaan- perusahaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi perkembangan usaha lebih besar. Misalnya UMI bisa menjadi landasan bagi pengembangan UK, sedangkan UK bagi UM, dan UM bagi UB.

f. Walaupun pada umumnya masyarakat pedesaan miskin, banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang desa yang miskin bisa menabung dan mereka mau mengambil resiko dengan melakukan investasi. Dalam hal ini,

(45)

UMKM bisa menjadi suatu titik permulaan bagi mobilisasi tabungan/investasi di pedesaan; sementara, pada waktu yang sama, kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat pengujian dan peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang desa.

g. (Masih berkaitan dengan butir f) Terbukti bahwa pada umumnya pengusaha-pengusaha UMKM membiayai sebagian besar dari operasi- operasi bisnis mereka dengan tabungan pribadi, ditambah dengan bantuan atau pinjaman dari saudara atau kerabat, atau dari pemberi-pemberi kredit kredit informal, pedagang atau pengumpul, pemasok-pemasok bahan baku, dan pembayaran di muka dari konsumen-konsumen. Oleh karena itu, kelompok usaha ini dapat memainkan suatu peran penting lainnya, sebagai suatu alat untuk mengalokasikan tabungan-tabungan pedesaan, yang kalau tidak, akan digunakan untuk maksud-maksud yang tidak produktif. Dengan kata lain, jika kegiatan produktif tidak ada di pedesaabm keluarga pedesaan yang memiliki uang lebih akan menyimpannya di dalam rumah dan tidak akan menghasilkan nilai tambah dalam bentuk penghasilan dari bunga tabungan karena di banyak desa belum terdapat bank, atau menggunakannya untuk tujuan konsumtif.

h. Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk masyarakat kelas menengah dan atas (untuk yang terakhir ini proporsinya lebih kecil), terbukti secara umum bahwa pasar utama bagi UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi sederahana, mebel dari kayu, bambu, dan rotan, barang-barang lainnya dari kayu, alas kaki, dan alat-alat dapur dari

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi genetik Pinus merkusii Jung et de Vriese yang berlokasi di Kebun Benih Jember serta kekerabatan dengan yang berasaldari Hutan

Formula yang paling efektif adalah insektisida nabati berbasis minyak cengkeh, diikuti minyak jarak pagar, dan serai wangi dengan tingkat kematian berturut-turut 94; 93;

Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan adalah Statute Approach, yaitu pendekatan dengan menelahaan peraturan perundang – undangan yang

[r]

Selain itu, komunikasi bukan hanya berfungsi sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi juga merupakan kegiatan individu dan kelompok dalam tukar menukar data, fakta, dan

ANALISIS SIFAT OPTIK DARI LAPISAN TIPIS Fe 3 O4 YANG DIPREPARASI DARI PASIR BESI PANTAI TIRAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN.. SUMATERA BARAT DENGAN METODA SOL-GEL

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan uji akurasi data UAV foto udara di kawasan pesisir, Pantai Pelangi, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson untuk menemukan hubungan antara 2 variabel atau lebih dapat diketahui bahwa hubungan knowledge gap dengan kepuasan pasien