• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Sejarah Radio Republik Indonesia Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "A. Sejarah Radio Republik Indonesia Padang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Sejarah Radio Republik Indonesia Padang

Tentang “Sejarah Radio” di Sumatera Barat, tidak hanya dapat diungkapkan . organisasi siaran radio baru dikenal penduduk Padang kira-kira tahun tiga puluhan. Itupun terbatas pada golongan tertentu dan penduduk bangsa Belanda belaka. Kepentingan radio bagi masyarakat pada waktu itu mamang tidak dan belum dirasakan sama sekali. Hanya golongan yang mampulah yang sanggup memiliki pesawat radio, golongan ini sangat terbatas sekali dan dapat dihitung dengan jari.

Siaran radio di Padang pada tahun 1938 adalah atas inisiatif atau prakarsa dari Ir. ZEIPKUNST dan kawan-kawan. Pada waktu itu mereka mendirikan sebuah organisasi radio A.R.O.P ( Amateurs Radio Omproep Padang ), untuk kalangan masyarakat Belanda.

Dengan mendaratnya Jepang di Padang , organisasi A.R.O.P terpaksa gulung tikar. Tentara pendudukan Jepang dalam waktu yang bersamaan mengadakan kantor penyiaran radio ( Hoso Kyoko ), dengan tujuan memenangkan perang mereka menghadapi musuhnya dalam Perang Asia Timur Raya. Jepang mendirikan “ Padang HOSOKYOKU ” di Padang, bertempat di Kompleks SKODAM III/ 17 Agustus yang sekarang jalan Jenderal Sudirman.

Pemancar yang digunakan oleh mereka adalah untuk regional gelombang 41 meter, dan untuk lokal dengan gelombang 241 meter.

Setelah Jepang menyerah pada pihak sekutu, pemancar-pemancar yang mereka gunakan untuk siaran selama ini diambil dan direbut dari pihak Jepang oleh para karyawannya bangsa Indonesia, yamg terhimpun dalam organisasi Pemuda Republik Indonesia. Sejak saat itu para karyawan radio di Padang bersatu dengan pemuda PTT dalam satu organisasi, “ PPTTR ” (Pemuda PTT dan Radio).

Salah satu dari pemancar yang ada dipergunakan untuk siaran dengan calling “ INILAH PEMANCAR RADIO REPUBLIK INDONESIA di PADANG

” yang waktu itu mengadakan siaran-siarannya pada gelombang 41 meter. Siaran- siaran ini diselenggarakan dengan mengambil tempat di ruang belakang gedung Postel Padang yang sekarang. Dan dipimpin oleh Sdr. BAHAR JUFRI.

(2)

Dengan bekerja sama dengan para telegrafist PTT yang sepanjang hari memonitor hubungan telegrafi NICA di kamp. Muaro Padang, dapat disiarkan berita-berita yang sangat besar artinya bagi perjuangan pemuda dan rakyat pada waktu itu. Dengan sendirinya pula siaran ini menjadi incaran pihak NICA.

Dikala situasi sudah semakin gawat pemancar Radio Republik Indonesia ini dipindahkan ke Padang Luar Kota ( di Kompleks Perusahaan Semen Padang Indarung ) dan dipergunakan untuk hubungan telegrafi saja dengan panggilan YDL-6 yang ber ZWC dengan Bukittinggi dan Pematang Siantar. Praktis pada pertengahan tahun 1946 tidak lagi mengadakan siaran-siaran dalam kota Padang.

Sebelum menghentikan siaran-siarannya, oleh para karyawan radio tadi telah dipindahkan alat-alat perlengkapan teknik ke Sawahlunto, dalam rangka mempersiapakan pembuatan pemancar yang lebih besar lagi. Di bawah pimpinan almarhum R.Soepardi, yang sebelumnya adalah seorang ahli teknik PTT di Padang. Rencana pembuatan pemancar yang lebih besar ini tidak rampung, berhubung terjadinya peristiwa yang mengakibatkan menjadi korbannya, R.Soepardi. sejak saat itu pula siaran RRI dipusatkan di Bukittinggi.

Sewaktu kota Padang jatuh ke tangan tentara belanda pada masa perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia maka mereka cq Dients Leger Contacten ( D.L.C ) mendirikan sebuah badan penyiaran radio Strijdkrachten Proggrama di Padang dengan sasaran pendengarnya khusus anggota-anggoata pasukan tentara mereka di bawah pimpinan Latnan Mooyman dan mempergunakan dua buah pemancar kecil di bawahh kekuatan 500 watt.

Personilnya sebagian besar terdiri dari anggota militer Belanda, disamping tiga orang tenaga pembantu sipil, masing-masingnya :

- Almarhum Sjarief Sjaf mantan Kepsta RRI Bengkulu.

- Awaluddin Gindo mantan Kepsta RRI Tanjung Karang.

- Anisah Kadir

Mereka bertugas dibidang teknik, tata usaha dan penyiar. Tapat pada hari terbentuknya dengan resmi Negara Repubik Indonesia Serikat tanggal 27 Desember 1949 jam 09.00 pagi Stasiun Radio Strijdkrachten Programa – Padang diserahkan pimpinannya dari letnan Mooyman kepada Sjarief Sjokoer yang sebelumnya adalah peagawai Radio Indonesia Studio Jakarta.

(3)

Sjarif Sjoekoer melakukan tugas tersebut atas nama panitia Persiapan Nasioanl Urusan Radio yang diketuai oleh Maladi dengan surat Kuasa No.

11/u.r./49 tertanggal Djakarta 25 desember 1949.

Calling Stasiun Radio tersebut hari ini juga diganti menjadi “ Radio Republik Indonesia Serikat – Padang. Setelah upacara serah terima yang sederhana itu Sjarif Sjoekoer menemui pimpinan tentara Belanda di Padang : Kolonel van Erp untuk memberitahukan kepadanya bahwa Radio Strijdkrachten Prgramma telah menjadi milik R.I.S, terbatasnya tenag-tenaga Indonesia ketika itu, maka penyiaran pun hanya dilaksanakan pada siang, sore dan malam hari dengan materi siaran sebagian besar acara-acara hiburan lagu-lagu Indonesia dan Daerah dalam bentuk piring hitam dan rekaman sendiri kiriman dari Studio Jakarta. Pembukaan Mars Jakarta dan lagu penutup Love Ambon dan bahasa pengantar dalam penyiaran sudah memakai bahasa Indonesia.

Pada tanggal 27 Desember 1949 sektretaris kementrian penerangan RIS, RUSLAN ABDUL GANI mengesahkan fungsi RRI ROIO menjadi jawatan radio RIS. Pengudaraan Stasiun Calling RRI adalah : “ INI RADIO REPUBLIK INDONESIA SERIKAT “ atau disini Radio Republik Indonesia Serikat selanjutnya diganti dengan “ DISINI RADIO NASIONAL INDONESIA “, pada waktu itu disepakati bahwa pembukaan siaran seluruh stasiun RRI diawali dengan musik instrumenals Mars Jakarta Aransemen ISKANDAR dan penutup siaran diakhiri dengan Love Ambon ciptaan TILMAN. Integrasi RRI dengan ROIO tercemin dari situasi di Sumatera Aceh, ( RRI ) Medan ( ROIO ), Padang ( bekas DLC, Bukittinggi RRI ), Palembang ( DLC ), Pontianak ( DLC ), dan Banjar Masin.

Dengan pindahnya pusat pemerintahan RRI ke Jakarta Radio RIS di Jakarta menjadi corong pemerintahan baik dari dalam maupun luar negeri.

Namun situasi ini tidak berlangsung lama pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesi kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semua siaran radio di Indonesia kembali menggunakan Call ( Pengudaraan ) “ DISINI RADIO REPUBLIK INDONESIA “.

(4)

Lima tahun pertama setelah proklamsi kemerdekaan RI, siaran RRI diarahkan untuk menggelorakan semangat rakyat guna berjuang bahu membahu membela dan mempertahankan kedaulatan negara. Dengan berbagai peristiwa yang dialami dan bermacam pengalaman yang diperoleh pejuang angkasawan Radio di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, maka setelah berakhir perang kemerdekaan, RRI mulai membenahi Program siaran yang baku, terencana, terarah, dan berkelanjutan.

Pada tahun 1950 pimpinan jawatan radio merancang dan menyusun organisasi, merencanakan program siaran, merehabilitasi sejumlah studio RRI, dan mengusahakan alat-alat perlengkapan siaran dari luar negeri.

Dibidang programa ditetapkan acara siaran harus memperhatikan perimbangan antara siaran kata dengan seni budaya agar pendengar tidak merasa jenuh. Bentuk ( format ) acara siaran harus menarik, kebudayaan daerah tidak boleh dipandang sebagai bahan provinsialisme atau kedaerahan, tetapi sebagai unsur kebudayaan nasional.

Setiap stasiun RRI harus aktif membantu perkembangan kesenian daerah, mendorong para seniman berkreasi melahirkan ciptaan-ciptaan baru yang diangkat dari kesenian daerah. Siaran yang bercorak barat harus dikurangi, musik barat hanya dipergunakan sekedar memahami dan menguasai tekniknya, bukan unutk menyebarkannya. Dalam penyiran musik barat harus dipilih lagu-lagu yang bermutu tinggi seperti lagu-lagu klasik dan seriosa. Siaran sandiwara diperbanyak, baik sandiwara dalam bahasa daerah maupun sandiwara radio dalam bahasa Indonesia.

RRI Padang yang pada waktu itu bertempat di Jalan Sawahan No.51 Padang, mempunyai pemancar ( transmiter ) type BC 610 berkekuatan 750 watt dengan Calling “ RRIS Studio Padang “ pada gelombang 91 meter. Pimpinan studio RRI Padang dari Sdr.Sjarif Sjoekoer diserahterimakan kepada Sdr.Kamarsyah. untuk pimpinan studio RRI Padang oleh Kamarsyah ditunjuk Sdr.Mohd.Arief, dan sebagai pimpinan studio RRI di Bukittinngi ditunjuk Sdr.Loetan SoetanToenaro.

Pada tahun 1951 Calling RRI di Padang adalah “ Radio Republik Indonesia Studio Padang “ dengan kepala studio Loetan Soetan Toenaro.

(5)

Pada pertengahan tahun 1951, dengan pihak PHB TNI Brigade “ BENTENG “ tercapai suatu persetujuan bersama untuk penukaran gedung RRI di jalan Sawahan 51 dengan gedung Loge Matahari ( bangunan yang ada sekarang ).

Dengan gedung yang baru RRI mendapat ruang gerak yang lebih luas. Pemancar ditambah dengan X-mitterbinan pusat yang berkekuatan 300 watt. Empat tahun kemuadian RRI Padang ( 1955 ), dibawah pimpinan kepala studio Sdr. Kartojo mendapat tambahan pemancar GATES berkekuatan 1 Kw dengan gelombang 75 meter yang dibangun di Rimbo Kaluang ( Padang Baru ) Padang, secara berangsur-angsur pula studio yang di jalan Jenderal Sudirman No. 12 Padang dibangun dan direhabilitasi.

Tahun 1956 RRI Studio Padang dapat cobaan yang sangat berat. Situasi daerah Sumatera Barat dengan pergolakan Dewan Banteng mempengaruhi juga RRI Padang, Kepala Studio Sdr.Kartojo digantikan oleh Sdr.Kabarsjah.

kemudian pada akhir bulan September 1957 terjadi kebakaran di RRI yang baru direhabilitasi.

Dua tahun kemudian ( 1958 ), terjadi peristiwa PRRI, pemancar 1 Kw dan 10 Kw beserta perlengkapannya diperintahkan dibawa keluar kota. Pada tanggal 17 April 1958 satu team dari pusat sampai di Padang bersama dengan pasukan operasi “ 17 Agustus “ yang dipimpin oleh Kol. Ahmad Yani ( pahlawan revolusi ). Team ini mulai membangun RRI Studio Padang, dengan mempergunkan Studio darurat dengan kekuatan pemancar 1 Kw “ Gates ” dengan gelombang 75 meter kembali mengudara. Pimpinan sementara ditunjuk oleh pusat Sdr.Moh.Rais Bahermasjah. Setelah selesai pemancar diperbaiki RRI Padang bekerja pada gelombang-gelombnag 48, 43 meter dan 75, 76 meter.

Keberadaan RRI pada masa demokrasi terpimpin secara programatis tidak menguntungkan karena tugas yang dibebankan ialah agar lebih banyak menyebar luaskan pidato-pidato yang indotrinatif. Bagi pendengar karena tidak ada pilihan lain terpaksa menelan siaran kata yang mendominasi hampir seluruh waktu siaran.

Pada awal tahun 1959 sampai dengan 27 November 1965, Kepala Studio RRI Padang adalah Srd.M.Taher Harahap, kemudian digantikan oleh Sdr.Moh.Asnir Gus dari November 1965 sampai akhir 1967.

(6)

Siaran pedesaan merupakan salah satu paket acara siaran pendidikan yang ditujukan pada masyarakat pedesaan, sejak awal kelahirannya tanggal 24 September 1969, siaran pedesaan ( sipedes ) senantiasa hadir dengan komitmen dan tujuannya, yakni merupakan pengetahuan da keterampilan masyarakat pedesaan. Terutama dalam pengusaan teknologi pertanian yang tepat guna dengan kata lain RRI ikut meningkatkan kualitas masyarakat pedesaan.

Awal munculnya siaran pedesaan ini dilatarbelakangi oleh upaya pemerintah meningkatkan produksi pangan nasional. Namun sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan informasi yang lebih luas maka materi siaran diperluas pula dengan melibatkan unsur dari lintas sektoral dengan memasukkan informasi-informasi pembangunan lainnya seperti : industri kecil, perkoperasian, kesehatan, KB, Keagamaan, lingkungan hidup, dan pariwisata.

Pada awalnya siaran pedesaan ini hanyab diselengagarakantiga puluh stasiun penyiar RRI dengan jam siaran yang terbats. Kan tetapi kehadirannya sangat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan maka seleruh stasiun RRI ikut menyelenggarakan dan menyebarluaskan siaran pedesaan ini,tidak hanya itu, siaran pedesaan yang disiarkan oleh RRI dalam perkembangannya hingga tahun 1999, telah banyak melahirkan gagasan baru berupa paket acara siaran, seperti : siaran pendidikan, mencakup siaran SMP terbuka, Universitas, siaran forum negara pancasila, drama bersambung buti-butir pasir di laut, siaran agama, siaran wanita dan pembangunan, siaran RRI dengan RTM Malaysia, RTB Brunai Darussalam, RCS Singapura, BBC London, dan siaran ABRI serta siaran kebudayaan.

Pada masa orede baru ini tepatnya awal tahun 1968 sampai 1970 kepala RRI Padang dipimpin oleh Sdr.R.Hutapea yang sebelumnya adalah Kepala Studio RRI Pekan Baru. Pada tanggal 10 Oktober 1970 sampai akhir 1974 Kepala Studio RRI Padang adalah Sdr.Abdul Hamid dengan jumlah pegawai 67 orang terdiri dari 57 orang pria dan 10 orang wanita.

Mulai tahun 1975 Kepala Studio RRI Padang digantikan oleh Sdr.Djamalul Abidin Ass hingga tahun 1980 dengan jumlah pegawai menjadi 91 orang. Pada tahun 1980 pimpinan beralih dari Djamalul Abidin Ass. kepada Drs.Atun Boediono dengan jumlah pegawainya sebanyak 142 orang. Tahun 1983 Sdr.Atun Boediono digantikan lagi oleh Sdr.Abdul Fattah Siemen, dan pada saat itu jumlah kaywan menjadi 157 orang. Pada masa ini RRI padang menerima bantuan dari Pemda Provinsi Sumatera Barat berupa sebuah mobil dinas untuk menunjang operasional siaranpedesaan ( mobil siaran pedesaan ).

(7)

Kemudian pada tahun 1987 pimpinan RRI Padang dipegang oleh Drs.H.Syamsul Muin Harahap. Pada masa ini pemancar RRI bertambah lagi satu buah yaitu pemancar FM dengan gelombang 89 Mhz. Dan acara musik tradisioanl dihidupkan kembali. Kemudian pada tahun 1989 Drs.H.Syamsul Muin Haragap digantikan oleh Syair Siak, BA. Saat itu RRI Padang Merehabilitasi dua buah Studio dan menambah dua set peralatan studio / pemancar dan AC Sentral 10 ton. Kemudian pimpinan RRI padang kembali berganti , dari Syair Siak, BA diserahterimakan kepada Sdr.Marlis Ramali yang kemudian diserahkan lagi kepada Sdr. Drs.Hasundutan Hutabarat.

Pada masa ini RRI Padang dipimpin oleh Drs.H.Amaludin Hasibuan.

Gerakan reformasi yang antara lain berdampak pada lengsernya Seoharto telah ikut mendorong terjadinya perubahan-perubahan visi dan misi para angkasawan RRI.

Masa reformasi merupakan era yang sangat labil, perubahan terjadi hanya dalam hitungan detik, imbasnya terhadap RRI pun tidak dapat dihindari, perubahan total tidak terelakkan mulai dari visi dan misi, Reoreantasi, Reposisi Organisasi, SDM dan manajement dan serta statusnya pun mengalami perubahan yang sangat mendasar menjadi perusahaan jawatan RRI karena departement penerangan dilikuidasi oleh pemerintahan Gus Dur. Dan RRI Padang pun dipimpin oleh Sdri.Yulidarna, SmHk. Inilah pertama kalinya RRI Padang dipimpin oleh seorang wanita.

RRI Cabang Muda Padang dipimpin oleh Drs.Syaiful Anwar, MM yang menggantikan Sdri.Yulidarna, SmHK yang telah memasuki masa purna bakti.

Pada tahun 2005 RRI Cabang Muda Padang menambah Studionya menjadi 3 yaitu, Pro 1 ( 97,5 FM ), Pro 2 ( 90, 8 FM), dan Pro 3 ( 88, 4 FM ).

Pada tahun 2007 Drs. Muliardi Chaidir, MM diangkat menjadi kepala pimpinan RRI Padang dengan masa jabatan dari tahun 2007 sampai dengan 2008 menggantikan Drs.Syaiful Anwar, MM. Dimasa jabatan Drs. Muliardi Chaidir, MM ini wajah RRI Padang bertambah dengan adanya pentas publik, OB Van yang tidak berfungsi kembali difungsikan menjadi studio berjalan, perbaikan tata ruang kerja dan pembuatan Lobby RRI Padang serta pembangunan Musholla RRI Padang.

Tahun 2009 Drs. Muliardi Chaidir, MM digantikan oleh Drs. H. Sudiman Bonavarte, MM dengan masa jabatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

Pada masa kepemimpinannya program acara siaran bertambah dengan adanya Subuh Mubarokah yang sangat disukai oleh audience.

(8)

Tahun 2009 tepatnya pada tanggal 30 September terjadi gempa yang berkekuatan 8,7 SR yang mana RRI Padang tetap berdiri kokoh dan menjadi posko gempa,

Setelah masa jabatan Drs. H. Sudiman Bonaverto, MM berakhir pada tahun 2011 maka diangkatlah Drs.Edi Supakat, MM menjadi kepala pimpinan RRI Padang dengan masa jabatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013.

Kemudian masa jabatan Drs. Edi Supakat, MM pun berakhir pada tahun 2013 dan digantikan oleh Drs. Nuryanto Budiharjo dengan masa jabatan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Di era kepemimpinannya RRI Padang memindahkan Studio Siaran Pro 1 dari belakang ke depan sekaligus menjadi Studio Integrited.

Sekarang RRI Padang dipimpin oleh Drs. H. Mirza, MM. Dimasa kepemimpinannya ini RRI Padang berubah tipenya dari tipe C menjadi tipe B dan sekaligus menambah program siaran menjadi empat ( Programa IV ).

Programa IV ini khusus menyiarkan tentang kebudayaan setempat dengan Motto

“ Benteng Budaya Minang “ .

B. Sturktur organisasi RRI Padang

Tujuan suatu pemerintah ( lembaga ) atau perusahahaan dapat tercapai apabila adanya kerjasama di antara orang-ornag yang terkait di dalam nya, baik itu kerjasama secara vertikal maupun secara horizontal, untuk itulah dibutuhkan suatu strutur organisasi yang memenuhi syarat-syarat yang diinginkan. Hubungan yang baik antar vertikal maupun horizontal tersebut erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, untuk itulah diperlukan adanya suatu struktur organisasi.

Struktur organisasi merupakan gambaran yang jelas dan langsung dari semua kegiatan baik tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau fungsi-fungsi dimana individu yang ada dalam kelompok organisasi tersebut melaksanankan tugasnya sesuai dengan kedudukan dan tanggung jawab.

Di Radio Republik Indonesia ( RRI ) Padang memakai struktur organisasi garis dan staf, dimana pucuk pimpinan dipegang oleh seorang Kepala, dibantu oleh 1 ( Satu ) orang Kepala Bagian, Dan 4 ( empat ) orang Kepala Bidang serta 12 ( dua belas ) orang Kepala Seksi.

Struktur organisasi garis dan staf ini sangat membantu RRI Padang untuk mencapai tujuannya. Struktur organisasi ini lebih jelas dapat dilihat dalam bentuk bagan berikut ( pada halaman ).

(9)

Visi dan Misi RRI Cabang Muda Padang 1. Visi

Terwujudnya RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang terpercaya dan mendunia

2. Misi

1. Memberikan pelayanan informasi terpecaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik

jurnalistik/kode etik penyiaran.

2. Mengembangkan siaran pendidikan untuk mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam kerangka membangun karaktek bangsa.

3. Menyelenggarakan siaran yang bertujuan menggali, melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan yang sehat bagi keluarga, membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa di tengah arus globalisasi.

4. Menyelenggarakan program siaran berperspektif gender yang sesuai dengan budaya bangsa dan melayani kebutuhan kelompok minoritas.

5. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga kedaulatan NKRI

6. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.

7. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program siaran.

8. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumberdaya teknologi yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran serta mengefisienkan pengelolaan operasional maupun pemeliharaan perangkat teknik.

9. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif, dan efisien dengan sistem manajemen sumber daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata kelola lembaga yang baik ( good corporate governance)

10. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.

(10)

11. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan asset negara secara profesional dan akuntabel serta

menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai.

Referensi

Dokumen terkait

0 Mengawasi anak Berbicara dengan anak Melakukan kontak tubuh dengan anak Membantu anak dalam melakukan sesuatu Melakukan kontak fisik dengan kekasih/suami Merawat suami/kekasih

Variasi Stroke Up dan Sudut Pengapian terhadap Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Berdasarkan hasil uji pendahuluan di atas, baik dari hasil pengamatan gejala toksik, berat badan dan juga kematian, menunjukkan bahwa hingga pada dosis tertinggi

Tujuan dalam pelatihan dan pendampingan ini adalah meningkatkan nilai jual hasil pertanian, perkebunan, dan hutan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan

Pasal 1521 KUH Perdata menegaskan bahwa hakim tidak memiliki kekuasaan untuk memperpanjang jangka waktu hak membeli kembali lebih dari 5 (lima) tahun.

Metode analisis data yang digunakan adalah dengan membandingkan hasil pengukuran koefisien absorpsi material komposit pelepah sagu, PS20 dan PS30 dengan koefisien

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang percobaan ini yaitu percobaan pertama bahan mula-mula menggunakan asam sulfat dan di campurkan parafin yang berwarna

Kebutuhan utama dalam penelitian ini adalah ketua program studi di STMIK Atma Luhur perlu sebuah perancangan atau prototype suatu sistem berbasis konsep business