• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN KEMAMPUAN AGILITY TERHADAP KETERAMPILAN POOMSAE BASIC SATU EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO SMAN 1 LEMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DUKUNGAN KEMAMPUAN AGILITY TERHADAP KETERAMPILAN POOMSAE BASIC SATU EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO SMAN 1 LEMBANG."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN KEMAMPUAN AGILITY TERHADAP KETERAMPILAN POOMSAE BASIC SATU

EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO SMAN 1 LEMBANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh

Eka Pusvita Damayanti 0907347

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

DUKUNGAN KEMAMPUAN AGILITY TERHADAP KETERAMPILAN POOMSAE BASIC SATU

EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO SMAN 1 LEMBANG

(Studi Pada Siswa Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang)

Oleh

Eka Pusvita Damayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

©Eka Pusvita Damayanti 2014 Unversitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Eka Pusvita D

Nim : 0907347

Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Judul : DUKUNGAN KEMAMPUAN AGILITY TERHADAP KETERAMPILAN POOMSAE BASIC SATU

EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO SMAN 1 LEMBANG

Disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I,

(Dr. Mulyana , M.Pd) NIP: 197108041998021001

Pembimbing II,

(Sagitarius, M.Pd) NIP: 196911132001121001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

(4)

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

DUKUNGAN KEMAMPUAN AGILITY TERHADAP KETERAMPILAN

POOMSAE BASIC SATU EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO

SMAN 1 LEMBANG

Pembimbing : 1. Dr. Mulyana, M.Pd. 2. Sagitarius, M.Pd.

Eka Pusvita D *

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya dukungan kemampuan agility terhadap keterampilan poomsae basic satu pada ekstrakurikuler taekwondo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, untuk mencari pengaruh perlakuan latihan kemampuan agility terhadap keterampilan poomsae basic satu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes keterampilan poomsae basic satu yang dilakukan di awal dan di akhir penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswi ekstrakurikuler taekwondo di SMAN 1 Lembang, dengan pengambilan menggunakan teknik total sampling artinya teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota subjek penelitian sebagai responden atau sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah siswi ektrakurikuler taekwondo sabuk putih, usia 15 tahun dan 16 tahun yang berjumlah 12 orang. Hasil pengujian uji jenjang bertanda wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test) menyatakan bahwa T-Hitung = 0 dan T-Tabel dengan taraf nyata α = 0.05 adalah 14. Diketahui penerimaan hipotesis (Hi) uji Wilcoxon jika Ho ditolak dengan T-hitung < T-tabel. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kemampuan agility memberikan dukungan terhadap keterampilan poomsae basic satu.

(5)

DAFTAR ISI

G. Definisi Operasional ... H. Struktur Organisasi Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Komponen Fisik ... 7

1. Pengertian Kelincahan ... 7

2. Manfaat Kelincahan ... 8

3. Cara dan Bentuk Latihan Kelincahan ... 8

4. Komponen Fisik yang Dibutuhkan Dalam Taekwondo Selain Kelincahan ... 9

2. Tingkatan Sabuk Pada Olahraga Taekwondo ... 20

(6)

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Teknik Poomsae Basic Satu ... 22

5. Taekwondo Sebagai Olahraga yang Membutuhkan Kelincahan ... 26

C. Anggapan Dasar ... 27

D. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Variabel dan Desain Penelitian ... 31

D. Instrumen Penelitian ... 33

E. Proses Latihan ... 36

F. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Pengolahan dan Analisis Data ... 41

1. Uji Normalitas ... 41

2. Pengujian Hipotesis ... 44

B. Diskusi Penemuan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(7)

1 Eka Pusvita D, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang berasal dari Korea Selatan, yang kini menjadi olahraga yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Taekwondo berasal dari gabungan tiga kata tae, kwon, dan

do. Tae berarti “menendang atau menghancurkan dengan kaki”, kwon berarti “tinju”, dan do berarti “berjalan atau seni”. Dengan demikian olahraga taekwondo

dapat diartikan seni beladiri yang menggunakan kaki dan tangan sebagai senjata beladiri untuk mengalahkan lawannya.

Seiring dengan berjalannya waktu, olahraga taekwondo di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 1976 terbentuk dua organisasi taekwondo di Indonesia yaitu FTI (Federasi Taekwondo Indonesia) dan PTI (Persatuan Taekwondo Indonesia). Sekitar tahun 1981-an FTI dan PTI mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) demi terhindar dari paham dualisme dan demi kemajuan taekwondo di Indonesia, yang melahirkan kesepakatan untuk bersatu dalam sebuah organisai taekwondo yaitu Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) dan bernaung di satu kepengurusan Internasional yaitu World Taekwondo Federation (WTF).

Atlet yang berkecimpung ke dalam olahraga taekwondo akan memulai pelatihannya dari sabuk putih sampai dengan sabuk hitam. Karena di dalam olahraga taekwondo terdapat tingkatan sabuk sebagaimana penjelasan Budiman (2011:1) yang penulis rangkum sebagai berikut:

1. Sabuk putih (Geup 10) 2. Sabuk kuning (Geup 9)

3. Sabuk kuning strip hijau (Geup 8) 4. Sabuk hijau (Geup 7)

(8)

2

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7. Sabuk biru strip merah (Geup 4)

8. Sabuk merah (Geup 3)

9. Sabuk merah strip hitam I (Geup 2) 10.Sabuk merah strip hitam II (Geup 1) 11.Sabuk hitam DAN I- DAN VII

Seorang atlet pemula maupun yang sudah senior dalam olahraga taekwondo dituntut untuk mempunyai komponen fisik yang baik. Terdapat beberapa unsur komponen fisik secara umum diantaranya : daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan. Seluruh komponen fisik tersebut sangat dibutuhkan guna mendukung atlet taekwondo dalam meraih prestasinya. Akan tetapi komponen yang paling berpengaruh yaitu kecepatan, dalam hal ini kecepatan dalam mengubah arah (kelincahan).

Kelincahan merupakan salah satu hal yang penting di dalam peningkatan performa olahraga secara keseluruhan, begitu juga untuk olahraga taekwondo. Hal ini dikarenakan tiga alasan (1) pengembangan kelincahan akan memberikan dasar yang kuat untuk penguasaan koordinasi neuromuskular dan penguasaan keterampilan motorik, sehingga secara keseluruhan membantu dalam pengembangan komponen fisik yang lainnya. (2) perubahan arah dalam gerak ketika berolahraga merupakan penyebab umum dari cedera, jadi dengan mengajarkan mekanisme perubahan arah secara baik dan benar kita dapat mengurangi risiko cedera. (3) sebagai seorang atlet yang matang, kemampuan untuk segera mengubah arah secara cepat dan tepat dengan intensitas maksimal akan meningkatkan kinerja keseluruhan pada keadaan proaktif ofensif (aktif dalam menyerang) dan reaktif defensif (bereaksi dalam bertahan).

Pada umumnya di do jang (tempat latihan taekwondo) seorang pelatih kurang memperhatikan unsur kelincahan, disebabkan pelatih menganggap kelincahan akan terbentuk sendiri dengan seringnya latihan teknik, misalkan latihan poomsae basic satu bagi atlet pemula.

(9)

3

Eka Pusvita D, 2014

menghindari serangan lawan. Oleh karena itu atlet taekwondo diharapkan untuk mempunyai komponen fisik kelincahan yang baik. Tidak hanya pada nomor

kyoruki saja, atlet yang bertanding pada nomor poomsae pun membutuhkan komponen fisik kelincahan, karena pada pertandingan nomor poomsae juga terdapat bagian gerak merubah arah.

Telah dijelaskan sebelumnya setiap nomor pertandingan pada olahraga taekwondo membutuhkan komponen fisik kelincahan yang baik. Oleh karena itu seorang atlet taekwondo dituntut untuk memiliki komponen kecepatan dalam merubah arah (kelincahan) agar dapat menghindari setiap serangan dari lawan. Dengan demikian orang yang memiliki kelincahan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk merubah arah posisi tubuhnya secara cepat dan tepat pada saat sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan tubuhnya.

Terdapat anggapan bahwa atlet taekwondo yang memiliki kelincahan baik maka atlet tersebut dapat melakukan poomsae basic satu dengan baik dan benar. Sehingga hal ini perlu diteliti kebenarannya dengan diangkat ke dalam suatu penelitian. Oleh karena itu penulis mengambil judul dukungan kemampuan agility

terhadap keterampilan poomsae basic satu ekstrakurikuler taekwondo SMAN 1 Lembang dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Terdapat banyak penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan penemuan baru yang nantinya bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Sebuah penelitian dikatakan baik apabila berawal dari masalah yang ada dan selanjutnya permasalahan tersebut diangkat menjadi suatu penelitian ilmiah dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban yang tepat atas permasalahan tersebut. Sama halnya dengan penjelasan yang diungkapkan oleh Arikunto (2006: 30) bahwa “memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian”.

Telah dijelaskan pada bagian latar belakang bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah dukungan kemampuan agility terhadap keterampilan

(10)

4

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apakah kemampuan agility memberi dukungan terhadap keterampilan

poomsae basic satu? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas maka terdapat tujuan penelitian sebagai berikut:

Ingin mengetahui dukungan kemampuan agility terhadap keterampilan

poomsae basic satu. D. Metode Penelitian

Metode penelitian itu harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang dilakukan, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2010:72) menjelaskan bahwa: “Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode eksperimen dapat digunakan untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah dari suatu penelitian yang ditempuh dengan berbagai cara sesuai dengan tujuan penelitian.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa khususnya FPOK dan umumnya bagi pihak lain yang berkepentingan dalam bidang olahraga taekwondo.

1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang berarti bagi para atlet maupun pelatih taekwondo dalam upaya menambah keilmuan di bidang kepelatihan.

(11)

5

Eka Pusvita D, 2014 F. Batasan Penelitian

Agar tidak terjadi perluasan pembahasan materi, maka diperlukan pembatasan penelitian sehingga penelitian ini lebih terarah dan lebih jelas tujuannya. Seperti yang di jelaskan oleh Surakhmad (1998:36) tentang pentingnya pembatasan penelitian yaitu:

Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan legih dahulu segala sesuatu yang di perlukan untuk pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan pembatasan penelitian sebagai berikut:

1. Ruang lingkup penelitian ini yaitu dukungan kemampuan agility terhadap keterampilan poomsae basic satu ekstrakurikuler taekwondo.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang aktif dalam ekstrakurikuler taekwondo SMAN 1 Lembang.

3. Alat ukur atau instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan tes keterampilan poomsae basic satu.

4. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kemampuan agility.

5. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keterampilan poomsae basic

satu.

G. Struktur Organisasi Penelitian

(12)

6

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(13)

29 Eka Pusvita D, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Menurut pendapat Sugiyono (2001: 1) metode penelitian dapat diartikan sebagai berikut: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Pembahasan mengenai metode penelitian selanjutnya dipaparkan Arikunto (2006:160) yang menjelaskan bahwa : “Metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh data, menganalisis, dan menyimpulkan hasil penelitian melalui cara-cara yang sesuai dengan prosedur penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Karena dalam penelitian ini mencari seberapa besar dukungan dari komponen fisik kelincahan terhadap teknik poomsae basic satu. Dengan cara mengadakan percobaan terhadap variabel-variabel yang diselidiki untuk mendapatkan hasil. Hal ini dijelaskan Lutan, Berliana dan Sunaryadi (2007:146)

bahwa : “Eksperimen adalah jenis penelitian yang langsung berusaha untuk

mempengaruhi variabel utama, dan jenis penelitian yang benar-benar dapat

menguji hipotesis hubungan sebab akibat”. Penjelasan selanjutnya mengenai

metode penelitian ekperimen dijelaskan Arikunto (2006:3) yang berpendapat

bahwa : “Eksperimen suatu cara untuk mencari sebab akibat (hubungan kausal)

(14)

30

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai kumpulan individu yang memiliki sifat-sifat umum. Sehingga dari populasi selanjutnya dapat diambil suatu data yang diperlukan untuk memecahkan suatu permasalahan dalam penelitian. Menurut Arikunto (2006:130) “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Penjelasan mengenai definisi populasi dijelaskan juga menurut Lutan, Berliana dan Sunaryadi (2007:82) bahwa “Populasi adalah sekelompok subjek yang diperlukan oleh peneliti, yaitu kelompok dimana peneliti ingin menggeneralisasikan temuan

penelitiannya”. Definisi populasi ini juga dipertegas oleh Sugiyono (2010:80)

yang menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pembahasan mengenai populasi di atas, maka ditetapkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang tergabung dalam ekstrakurikuler taekwondo di SMA Negeri 1 Lembang berjumlah 12 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber informasi/data. Sampel yang akan diambil sebagai percobaan harus diperhatikan. Sugiyono (2010 : 81) menjelaskan bahwa: “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut”. Penjelasan mengenai sampel dipaparkan pula oleh Lutan, Berliana dan Sunaryadi (2007 : 80) yang menjelaskan bahwa : “Sampel adalah kelompok yang digunakan dalam penelitian dimana data/informasi itu diperoleh”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dengan mengambil seluruh anggota subjek penelitian sebagai sampel atau total sampling (sampling jenuh), yang menurut Sugiyono (2010:85) menjelaskan bahwa “Sampling jenuh

(15)

31

Eka Pusvita D, 2014

dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota

populasi dijadikan sampel”. Adapun prosedur pengambilan sampelnya dilakukan

dengaan mengambil semua siswa/siswi yang ada dalam ekstrakurikuler taekwondo di SMA Negeri 1 Lembang dan baru memiliki tingkatan sabuk putih, dikarenakan teknik yang dipakai adalah poomsae basic satu.

Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk memilih testi untuk mewakili populasinya. Oleh karena itu penulis memilih sampel yang berpartisi aktif dalam pelatihan yang nantinya mewakili anggota lainnya. Sampel dalam penelitian ini siswi ektrakurikuler taekwondo sabuk putih, usia 15 tahun dan 16 tahun yang berjumlah 12 orang. Hal ini dikarenakan penulis memilih siswa ekstrakurikuler yang aktif sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap penelitian ini.

C. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Penelitian dapat dilakukan manakala ada subjek atau objek yang hendak diteliti yang biasanya berupa variabel. Definisi variabel adalah suatu subjek atau objek yang ditetapkan oleh peneliti yang nantinya akan dipelajari dan diteliti sehingga akan menghasilkan data atau informasi mengenai hal yang diteliti

tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009:38) bahwa: “Variabel

penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya”.

(16)

32

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dari kedua penjelasan mengenai variabel bebas dan variabel terikat maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas adalah variabel yang memberi pengaruh sedangkan varibel terikat adalah variabel yang dipengaruhi.

Terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun variabel-variabel pokok dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel bebas = kemampuan kelincahan (X) 2) Variabel terikat = teknik poomsae basic satu (Y) 2. Desain Penelitian

Dalam penelitian eksperimen terdapat banyak sekali desain penelitian yang sering digunakan para peneliti pada karya ilmiahnya. Ada yang menggunakan paradigma sederhana terdiri dari satu variabel independen (bebas) dan dependen (terikat), maupun dengan paradigma ganda dengan dua atau tiga variabel independen dan dependen.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre- test Post- test. Mengenai Pre-test Post-test Group digunakan terdiri atas dua kelompok subjek dan kedua- duanya diukur atau diobservasikan dua kali”. Dengan kata lain desain penelitian Pre-test Post-test Group adalah suatu model pendekatan yang menggunakan dua kali pengumpulan data yaitu dengan melakukan pre-test dan post-test.

Pengukuran pertama dilakukan melalui tes awal (pre- test) dan pengukuran ke- dua melalui tes akhir (post- test). Tes awal dilakukan dengan tujuan untuk mengambil data sebelum diberikan treatment, dan tes akhir dilakukan untuk mengambil data setelah diberikan treatment.

Gambar 3. 1 Design Penelitian

(17)

33

Eka Pusvita D, 2014

(Sumber: Arikunto, 2007: 165)

Keterangan:

OІ : Tes Awal = poomsae basic satu

XІ : Treatment (circuit trainig)

OЇ : Tes Akhir = poomsae basic satu

Dalam desain penelitian ini penggunaan tes awal (OІ) selain bertujuan

untuk mendapatkan data awal dari kemampuan dasar sampel. Tes akhir (OЇ) bertujuan untuk melihat perkembangan atau hasil dari treatment yang diberikan.

Adapun langkah-langkah pengambilan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Prosedur penelitian (sumber: Arikunto 2002:79)

D. Instrumen Penelitian

POPULASI

SAMPEL

TES AWAL

TREATMENT LATIHAN KELINCAHAN

TES AKHIR

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

(18)

34

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk penelitian. Hal ini diperjelas Arikunto (2006:149) bahwa : “Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode”. Ada banyak instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen dengan metode tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. (Arikunto, 2006:150). Senada dengan pendapat Nurhasan dan Cholil, D. H. (2007:4) menjelaskan bahwa “Tes adalah merupakan suatu alat atau prosedur yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara

dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tes

merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mengukur suatu keterampilan

dengan cara dan alat yang sudah ditentukan sebelumnya.

Guna tercapainya keberhasilan dalam penelitian maka diperlukan pengukuran untuk mendapatkan data. Nurhasan dan Cholil (2007:5) mengemukakan bahwa : “Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur”. Adapun proses pengumpulan data dirinci sebagai berikut:

a. Pengumpulan data diperoleh dari :

1. Tes teknik poomsae basic satu sebagai tes awal 2. Tes teknik poomsae basic satu sebagai tes akhir b. Alat dan Perlengkapan

1. Ruangan untuk tes dan latihan 2. Perlengkapan alat tulis

3. Format penilaian 4. Testi dan teste

c. Prosedur Pelaksanaan Tes - Prosedur umum

(19)

35

Eka Pusvita D, 2014

2. Pelaksanaan tes mengacu pada peraturan pertandingan sebenarnya pada olahraga taekwondo

3. Testi melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melaksanakan tes - Pelaksanaan tes

1. Testi berada diruangan atau tempat latihan pada waktu yang telah di tentukan

2. Testi melakukan teknik poomsae basic satu

3. Setiap testi melakukan teknik poomsae basic satu secara maksimal sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

4. Tester bersiap melihat dan menilai hasil keterampilan yang dilakukan oleh testi.

d. Prosedur penilaian

Penilaian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penilaian berskala (rating scale), karena dalam penelitian ini yang akan dinilai adalah perilaku atau performance seseorang. Tipe penilaian ini dilakukan dalam bentuk point yang tersebar secara continues atau dalam bentuk kategori yang dideskripsikan karakteristiknya dalam setiap kategori (Nurhasan dan Cholil, 2007:357).

Penilaian dalam tes keterampilan poomsae basic satu ini dilakukan oleh satu orang penilai dan satu orang asisten. Pemilihan penilai dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Ahli dan berpengalaman dalam bidang taekwondo atau pelatih taekwondo (sabeum) minimal sabuk hitam

2. Memahami dan mengerti tentang analisis mekanika gerakan dalam cabang olahraga taekwondo.

Keterampilan atau kemampuan yang dinilai dalam tes ini adalah sebagai berikut:

1. Sikap kuda-kuda terbuka (ap kubi seogi)

2. Tangkisan (Makki) 3. Pukulan (Jireugi)

(20)

36

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  Cara penilaian poomsae basic satu sebagai berikut :

1 – 45 Tidak Lulus ( E )

46 – 55 Kurang ( D )

56 – 66 Cukup ( C )

67 – 79 Baik ( B )

80 – 100 Baik Sekali ( A )

 Variabel yang dinilai : bentuk tekhnik tangan, bentuk tekhnik kaki, arah, ritme dan tenaga

E. Proses Latihan

Agar mendapatkan hasil yang baik dalam penelitian ini maka perlu dibuat program latihan guna menunjang keberhasilan tujuan latihan tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian ini, kelompok sampel diberikan satu bentuk latihan, yaitu latihan stabilisasi. Akan tetapi, dalam penelitian ini juga terdapat kelompok yang tidak diberikan treatment, yaitu sebagai kelompok kontrol saja.

Proses latihan atau treatment yang dilakukan dalam penelitian ini tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu, dan jumat selama 8 minggu sampai 10 minggu dengan latihan perminggunya 3 kali. Sebagaimana dikatakan Wilmore dan Costill (1994:310) mengenai proses latihan bahwa : “ … training frequency to 1 or 3 sessions per week”. Maksud dari pernyataan di atas adalah frekuensi latihan 1 sampai 3 kali dalam seminggu.

Untuk mengembangkan keterampilan secara tepat dan efisien diperlukan pengembangan kemampuan gerak melalui sikap. Waktu yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan adalah satu bulan atau satu cawu. Hal itu sesuai dengan pendapat Mahendra (2007:205) yang menyatakan bahwa : hasil perkembangan belajar yang terlihat dari keterampilan anak dapat dikumpulkan

dalam waktu yang cukup panjang, misalkan dalam satu bulan atau satu cawu”.

(21)

37

Eka Pusvita D, 2014

1. Senin, pukul 15.30 WIB– selesai di SMA Negeri 1 Lembang 2. Rabu, pukul 15.30 WIB– selesai di SMA Negeri 1 Lembang 3. Jumat, pukul 15.30 WIB– selesai di SMA Negeri 1 Lembang Pelaksanaan latihan adalah sebagai berikut :

1. Pendahuluan

Sebelum dimulai proses latihan, penulis memberikan penjelasan tentang tujuan latihan kelincahan, khususnya untuk meningkatkan keterampilan

poomsae basic satu serta memberikan penjelasan bentuk-bentuk latihan kelincahan.

2. Pemanasan

Sebelum pelaksanaan latihan inti, terlebih dahulu diberikan latihan pemanasan agar pada saat melakukan latihan inti tidak terjadi cedera. Sampel melakukan pemanasan dengan peregangan statis kemudian dilanjutkan dengan jogging mengelilingi lapangan dilanjutkan ke peregangan dinamis, yang terakhir dilakukan pada pemanasan adalah pemanasan tekhnik. Pemanasan dilakukan kurang lebih selama 55 menit. Pada tahap pemanasan ini lebih menitik beratkan pada persendian seluruh tubuh. Karena dalam latihan kelincahan membutuhkan fleksibilitas dari otot agar tidak terjadi cedera fatal.

3. Latihan inti

Pada latihan inti setiap testi melakukan bentuk-bentuk latihan kelincahan seperti bentuk pola langkah poomsae basic satu dengan ukuran jarak (panjang: 2m, lebar: 1,5m x 2 = 3m), zigzag run (10m, setiap cone nya diberi jarak 2m), shuttle run (4-5m), boomerang run, dan lain-lain.

4. Pendinginan

Setelah selesai melaksanakan latihan inti, sampel diinstruksikan untuk melakukan pendinginan yaitu dengan melemaskan otot-otot dan melakukan peregangan PNF. Pada pendinginan ini setiap testi melakukan dengan gerakan pasif dengan bantuan testi lainnya secara bergantian.

(22)

38

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data mentah yang telah dilakukan peneliti tidak ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah. Karena dengan analisa tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah terkumpul di pecahkan menjadi beberapa kelompok, serta dikategorisasikan, dilakukan manipulasi dan proses sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah penelitian dan bermanfaat dalam menguji hipotesa.

Pengumpulan data yang dimasukan untuk memperoleh hasil yang besifat nyata dan dapat dipercaya. Selanjutnya perhitungan dilakukan secara statistika dari data-data yang terkumpul melalui hasil dari setiap tes. Kemudian menyusun, mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan rumus-rumus statistik.

Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

1. Mencari nilai rata-rata (X) dari setiap kelompok data dengan rumus:

X =

n X

Arti tanda-tanda rumus diatas adalah:

X = nilai rata - rata yang dicari x = skor mentah

n = jumlah sampel ∑ = jumlah dari

2. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah: S = simpangan baku yang dicari ∑ = jumlah dari

X = nilai data mentah

(23)

39

Eka Pusvita D, 2014

n = jumlah sampel

3. Rumus yang digunakan adalah dengan uji kenormalan secara non parametrik yang dikenal dengan uji liliefors. Untuk pengujian hipotesis nol, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, ... ..., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ... ..., Zn

dengan menggunakan rumus :

S X Xi Zi 

(X dan S merupakan rata - rata dan simpangan baku setiap kelompok butir tes).

b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z < Zi).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn yang lebih kecil atau sama

d. Hitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Sebutlah harga terbesar ini (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata α (penulis menggunakan α = 0,05). Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, Jika Lo yang diperoleh dari pengamatan melebihi L dari daftar kritis uji Liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima. (Sudjana, 2005:466 - 467).

(24)

40

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan atas tanda-tanda positif dan negatif yang besarnya beda juga diperhatikan. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini ialah:

a. Berikan jenjang (rank) untuk tiap-tiap beda dari pasangan pengamatan (Y1-X1) sesuai dengan besarnya dari yang terkecil sampai terbesar tanpa memperhatikan tanda dari beda itu (nilai beda absolut). Bila ada dua atau lebih beda yang sama, maka jenjang untuk tiap-tiap beda itu adalah jenjang rata-rata.

b. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap-tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu, beda 0 tidak diperhatikan. c. Bandingkan nilai T yang diperoleh denga nilai Ttabel untuk uji

(25)

48 Eka Pusvita D, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan bahwa kemampuan agility memberikan dukungan terhadap keterampilan poomsae basic satu.

B. Saran

Agar hasil penelitian ini dapat memperkaya disiplin ilmu pengetahuan kepelatihan olahraga untuk meningkatkan olahraga di ekstrakurikuler setiap sekolah khususnya cabang olahraga taekwondo, maka perlu penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih harus menghapus anggapan bahwa dengan latihan teknik saja dapat meningkatkan kelincahan. Akan tetapi seluruh pelatih taekwondo harus mulai memasukan latihan kelincahan ke dalam program latihan atletnya. Karena hal ini akan membantu atlet dalam meningkatkan teknik, power, dan kegesitan dalam melakukan Poomsae.

2. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih banyak agar hasilnya lebih baik lagi.

(26)

49

Eka Pusvita D, 2014

Dukungan Kemampuan Agility Terhadap Keterampilan Poomsae Basic Satu Ekstrakurikuler Taekwondo SMAN 1 Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.rineka Cipta.

Budiman. (2011). Tingkatan Sabuk Dalam Taekwondo. Tersedia Online:http//www.taekwondo-center-blogspot.com

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek Aspek Psikologis Dalam Coaching.

Jakarta: C.V. Tambak Kusuma.

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Matjan, B.N. (2009). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Nurhasan, dan Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Sidik, D.Z., Satriya. dan Imanudin, I. (2010). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Sidik, D.Z. (2011). Pembinaan Kondisi Fisik. Bahan Ajar. PKO. Bandung: Star Perfomance.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sutresna, Nina. (2012). Wanita dan Olahraga Dalam Ragam Dimensi. Bandung: CV. Bintang Warli Artika

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Bandung.

Gambar

Gambar 3. 1
Gambar 3.2 Prosedur penelitian

Referensi

Dokumen terkait

In practising, developing, and inventing a theory/ science, one cannot rely only upon knowledge skills, conceptual and theoretical mastery in his/ her particular discipline,

[r]

Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.. Silabus IPS

menyanyikan lagu anak- anak dengan syair yang ☺ Mendengarkan penjelasan guru mengenai alat musik ritmis. Dan

Berikut adalah perencanaan secara umum untuk beton ringan dengan agregat

Jika sosialisasi atau penyuluhan gigi dilakukan dengan merata, pemeriksaan rutin terus dilakukan, dan pengobatan gratis setidaknya setahun 2 kali, saya

Rata-Rata Pemakaian Pupuk Berdasarkan Tingkat Umur oleh Petani Sampel Desa Kampung Dalam Sebelum dan Sesudah Harga Jual Getah Karet Turun... Frekuensi Pemakaian Pupuk,

[r]