• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TAYANGAN BERITA DI TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN TAYANGAN BERITA DI TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TAYANGAN BERITA DI TELEVISI UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh:

Afriati Rusmana

NIM 1002130

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

PEMANFAATAN TAYANGAN BERITA DI TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung)

Oleh

Afriati Rusmana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Afriati Rusmana 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis

AFRIATI RUSMANA

PEMANFAATAN TAYANGAN BERITA DI TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001

Pembimbing II

Dr. Ridwan Effendi, M.Ed NIP. 19620926 198904 1 001

Mengetahui

(4)

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014198601 1 001

Skripsi ini diuji pada :

Hari/Tanggal : Kamis/ 19 Juli 2014

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri atas :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001

3. Penguji :

3.1 Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd.,MA NIP. 19620702 198601 1 002

(5)
(6)

PEMANFAATAN TAYANGAN BERITA DI TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPS

Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung

Oleh:

Afriati Rusmana

ABSTRAK

(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Struktur Organisasi……... BAB II KAJIAN PUSTAKA... A. Tinjauan Tentang Televisi... 1. Berbagai Teori Tentang Televisi...

2. Peran dan Fungsi Televisi... 3. Tayangan Berita di Televisi Sebagai Media Pembelajaran... 4. Menggali Informasi Melalu Tayangan Berita di Televisi... B. Tinjauan Tentang Berpikir Kritis... 1. Pengertian Berpikir Kritis... 2. Indikator Berpikir Kritis…... 3. Tujuan dan Fungsi Berpikir Kritis ... 4. Langkah-langkah Berpikir Kritis... 5. Menumbuhkan Berpikir Kritis………...

(8)

2. Ruang Lingkup Kajian IPS... 3. Tujuan dan Fungsi IPS... D. Kaitan Antara Pemanfaatan Tayangan Berita Di Televisi Dengan Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

Pembelajaran IPS... E. Penelitian Terdahulu... F. Kerangka Pemikiran... BAB III METODE PENELITIAN...

A. Lokasi dan Subjek Penelitian... B. Desain Penelitian... C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... D. Metode Penelitian... E. Fokus Penelitian... F. Instrumen Penelitian... G. Teknik Pengumpulan Data... H. Teknik Analisis Data... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian... 1. Subjek Penelitian... B. Deskripsi Pembelajaran Sebelum Dilakukan Tindakan... 1. Pelaksanaan Observasi Pra Penelitian... 2. Refleksi dan Rencana Penerapan Pembelajaran... 3. Rencana Tindakan... C. Deskripsi Penelitian Tindakan Pembelajaran Siklus I... 1. Perencanaan Tindakan Siklus I... 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I...

(9)

D. Deskripsi Penelitian Tindakan Pembelajaran Siklus II... 1. Perencanaan Tindakan Siklus II... 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II... 3. Observasi Tindakan Siklus II...

4. Refleksi Tindakan Siklus II... E. Deskripsi Penelitian Tindakan Pembelajaran Siklus III...

1. Perencanaan Tindakan Siklus III... 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III... 3. Observasi Tindakan Siklus III... 4. Refleksi Tindakan Siklus III... F. Analisis Hasil Penelitian…... 1. Pemilihan Strategi Pembelajaran agar Mampu Mengoptimalkan Pemanfaatan Tayangan Berita di Televisi dalam Pembelajaran IPS... 2. Cara Guru Memilih Tayangan Berita di Televisi yang Layak Ditampilkan dalam Pembelajaran IPS... 3. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Tayangan

Berita di Televisi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPS... 4. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setelah Dilaksanakan

(10)

DAFTAR TABEL

RIWAYAT HIDUP...

Tabel 3.1 Indikator Berpikir Kritis……… Tabel 3.3 Rubrik Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa……… Tabel 3.4 Lembar Observasi Kegiatan Guru………

(11)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.1 Kelompok Siswa Kelas VIII C pada Siklus I……… Tabel 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I……… Tabel 4.3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Siklus I……… Tabel 4.4 Kategori Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa………

Tabel 4.5 Kelompok Siswa Kelas VIII C Siklus II……… Tabel 4.6 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II……… Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I dan Siklus II… Tabel 4.8 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II………..……… Tabel 4.9 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan II……. Tabel 4.10 Kelompok Siswa Kelas VIII C Siklus III……….……… Tabel 4.11 Pedoman Observasi Kegiatan Guru Siklus III………….……… Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I, II, dan III….. Tabel 4.13 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus III………..……… Tabel 4.14 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I, II, dan III

70 74 75 78

(12)

Gambar 21. Paradigma Terhadap Media……… Gambar 2.2 Kerangka Berpikir……… Gambar 3.1 Model Tindakan Kemmis & Mctaggart ……… Gambar 4.1 Guru Menampilkan Tayangan Berita di Televisi pada Siklus I…… Gambar 4.2 Siswa Melakukan Proses Diskusi di Siklus I……… Gambar 4.3 Kelompok Tiga Melakukan Presentasi pada Siklus I………

Gambar 4.4 Guru Menampilkan Tayangan Berita pada Siklus II……… Gambar 4.5 Siswa Saat Melakukan Diskusi Kelompok Pada Siklus II………… Gambar 4.6 Siswa Melakukan Diskusi Kelompok pada Siklus II……… Gambar 4.7 Kelompok Satu Menampilkan Hasil Diskusi pada Siklus II……… Gambar 4.8 Kelompok Delapan Menampilkan Hasil Diskusi pada Siklus II…… Gambar 4.9 Kelompok Lima Menampilkan Hasil Diskusi pada Siklus II……… Gambar 4.10 Kelompok Dua Menampilkan Hasil Diskusi pada Siklus II……… Gambar 4.11 Tayangan Berita yang Ditampilkan Guru pada Siklus III………… Gambar 4.12 Pengisian LKS dan Analisis Berita Kel Empat pada Siklus III...… Gambar 4.13 Kelompok Satu Menampilkan Hasil Diskusi pada Siklus III……

Gambar 4.14 Pola Dasar Mengajar………

16 39 42 70 72 73

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya selama pembelajaran IPS. Dilatar belakangi dari hasil observasi pra-penelitian, peneliti menemukan beberapa masalah ketika pembelajaran IPS berlangsung di kelas. Pembelajaran masih menggunakan pendekatan teacher centered dimana guru masih menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar. Pengembangan pembelajaran masih mengedepankan guru sebagai pusat sumber informasi, umpan balik serta koreksi dari guru jarang diterapkan. Guru kurang mampu mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik dan merangsang siswa agar mampu belajar secara lebih kritis, kreatif, dan inovatif.

(14)

Berpikir kritis merupakan sikap mau berpikir tentang masalah dan mencari solusi atas permasalahan tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan siswa karena berpikir kritis erat kaitannya dengan pemecahan masalah. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari dan menyelesaikan masalah secara sistematis dan terorganisir melalui pertanyaan yang inovatif dan solusi yang orisinil.

Kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir kritis selama proses pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung ditandai dengan tiga indikator. Pertama, kurangnya rasa ingin tahu yang dimiliki oleh siswa. Ini terlihat saat pembelajaran berlangsung siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan. Kalaupun guru mewajibkan mereka bertanya, pertanyaan yang mereka ajukan merupakan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam buku dan sudah ada jawabannya. Kedua, keterampilan siswa dalam mengemukakan dan menganalisis argumen masih sangat minim. Saat peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa di kelas, beberapa siswa mengatakan bahwa sebenarnya mereka ingin mengemukakan pendapatnya tetapi tidak memiliki keberanian dalam menyampaikannya. Ketiga, siswa masih kurang memiliki kemampuan dalam mengolah informasi, baik dalam pengumpulan informasi maupun menganalisis informasi. Ini terlihat saat beberapa siswa menyampaikan pendapat, siswa berpendapat dari ketidaktahuan. Siswa mengajukan alasan yang keliru karena tidak ada fakta yang mendukung pernyataanya. Untuk itu peran guru sangat dibutuhkan disini agar siswa dapat mengembangkan potensinya untuk dapat memiliki kemampuan berpikir secara kritis.

(15)

ini, guru bertindak sebagai sumber ilmu yang mendominasi aktivitas kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa dituntut mendengarkan, meniru, dan mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian, siswa kurang mendapatkan kesempatan mengambil inisiatif dan membentuk siswa menjadi siswa

yang pasif. Menurut tokoh aliran progresivisme, John Dewey dalam Suwarno (2008: 54) berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang bahwa siswa telah mempunyai akal dan kecerdasan. Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mampunyai kelebihan jika dibandingkan makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah sehingga guru harus dapat memfasilitasi mereka dengan sejumlah kegiatan yang membuatnya merekonstruksi pengetahuannya sendiri setiap kali berinteraksi dengan orang lain. Guru sebaiknya tidak memberi penekanan kepada siswa untuk selalu menghapal pembelajaran IPS yang umumnya berisi teori-teori.

Menurut Somantri (2010: 94) kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukan interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagai objek belajar tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa yang sebagai subjek belajar berarti siswa merupakan individu yang aktif, bukan yang pasif, yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Untuk itu proses pembelajaran yang diutamakan adalah pembelajaran yang aktivitasnya berpusat pada materi. Menurut Suyitno (2011: 17) strategi pembelajaran yang berpusat pada materi mengarahkan pembelajaran pada materi yang akan dipelajari,

(16)

siswa mamahaminya. Peran aktif dalam pembelajaran dapat dimainkan oleh guru ataupun siswa bergantung pada ragam materi yang dipelajarinya. Materi pembelajaran dapat dikembangkan melalui isu-isu kritis yang sedang berkembang. Dalam pembelajaran IPS yang bersifat kritis dapat menggunakan topik-topik tertentu

yang didasarkan atas masalah-masalah sosial kontemporer yang sedang menjadi perhatian publik. Untuk mencari isu-isu kritis tersebut, guru dapat menugaskan kepada siswa untuk mencari melalui beragam sumber dan media, seperti buku, internet, ataupun televisi.

Proses pembelajaran seharusnya tidak terpaku hanya dengan buku teks, pembelajaran harus didukung oleh media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru. Media dan sumber materi yang ideal memudahkan siswa untuk memperoleh materi untuk dikembangkan dengan tema pelajaran. Menurut hasil penelitian Hana Marlina dalam Marwati (2011: 6) menunjukan bahwa 88% siswa menyatakan pembelajaran akan lebih menarik dengan menggunakan media pembelajaran baik berupa film, internet, slide, proyektor, dan lain-lain. Diantara media pembelajaran tersebut film menjadi yang paling diminati oleh para siswa. Film ternyata memberikan efek dramatis yang dapat memunculkan respon dan pendapat dari siswa untuk selanjutnya didiskusikan sehingga menjadi sebuah dasar pengalaman bagi pembahasan sesuatu hal secara efektif.

Dalam Marwati (2011: 6), Chen menguraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan NewsWeek tahun 1992 yaitu televisi berpengaruh cukup besar, sekitar 50% terhadap anak sekolah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut tentunya menunjang pendapat bahwa televisi dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran terkait bahwa televisi cukup berpengaruh kepada siswa. Hasil penelitian Waldopo juga

(17)

Daya serap terhadap sebagian materi pembelajaran yang terdapat dalam program dinilai pada umumnya bagus dimana lebih dari 80% siswa bisa menjawab dengan benar atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut materi pembelajaran.

Televisi sendiri dapat dimanfaatkan dalam pendidikan baik sebagai sumber

maupun media pembelajaran. Salah satu program televisi yang dapat menyajikan isu-isu yang berkembang di masyarakat dan dapat dijadikan media pembelajaran adalah tayangan berita. Menurut Harahap (2007) dalam buku “Jurnalistik Televisi” mengemukakan bahwa, berita di televisi bukan hanya sekedar melaporkan fakta tulisan/narasi, tetapi juga gambar (visual), baik gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Melalui tayangan berita di televisi guru dapat menghadirkan isu-isu yang sedang berkembang dimasyarakat yang kemudian bisa disesuaikan dengan materi pembelajaran, sehingga tayangan berita di televisi dapat dikembangkan baik sebagai sumber ataupun media pembelajaran. Pemanfaatan berita di televisi diharapkan dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam mengakses berita sehingga memperoleh pengalaman serta informasi dan dapat melatih kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis.

Melihat permasalahan di atas, peneliti ingin memanfaatkan tayangan berita di televisi agar dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir secara kritis, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “PEMANFAATAN TAYANGAN BERITA DI TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPS

(18)

Berdasarkan latar belakang di atas fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pemanfaatan tayangan berita di televisi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung?“. Untuk memberikan arah dalam penelitian maka dari itu

rumusan masalah lebih dispesifikkan lagi sebagai berikut:

1. Bagaimana persiapan guru dalam mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung?

2. Bagaimana pemilihan strategi pembelajaran yang tepat agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung?

3. Bagaimana cara guru memilih tayangan berita di televisi yang layak ditampilkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung?

4. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung? 5. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilaksanakan

pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung?

(19)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan tayangan berita di televisi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung melalui penelitian tindakan kelas (PTK).

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengelaborasi persiapan guru dalam mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung

2. Untuk memahami pemilihan strategi pembelajaran yang tepat agar bisa mengoptimalkan pemanfaatan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung

3. Untuk mengetahui cara memilih tayangan berita di televisi agar sesuai dengan materi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung

4. Untuk menjelaskan pelaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung 5. Untuk menggeneralisasi kemampuan berpikir kritis siswa setelah

dilaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS di kelas VIII C SMP Negeri 19 Bandung

D. Manfaat Penelitian

(20)

1. Manfaat Teoretis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan, terutama mengenai pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran yang memanfaatkan tayangan berita di televisi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

b. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran yang bervariasi yang dapat dikembangkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam diri siswa.

c. Sekolah

Memberikan informasi sebagai masukan dalam peningkatan kualitas sekolah dan sekolah dapat mencermati kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini secara garis besar peneliti memaparkan masalah-masalah yang akan dikaji serta alternatif penyelesaiannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(21)

diambil dari berbagai literatur sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai tahap-tahap

penelitian yang akan dilaksanakan. Dari mulai menentukan metode dan desain penelitian, kemudian menetapkan lokasi dan subjek penelitian, serta teknik pengumpulan datanya. Kemudian menyusun instrumen penelitian dan teknik mengolah data serta analisis data yang akan digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang didasarkan pada data, fakta, dan informasi yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang menunjang

BAB V KESIMPULAN

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi tempat melaksanakan penelitian adalah SMP Negeri 19 Bandung. SMP Negeri 19 Bandung ini terletak di Jalan Sadang Luhur XI Bandung. Kolaborator peneliti adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VII dan kelas XII, yaitu Bapak Akhmad Jaenudin. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII C yang berjumlah 40 orang, yaitu terdiri dari 20 orang siswa perempuan dan 20 orang siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih kelas VIII C karena di kelas ini di temukan permasalahan yang sesuai dengan judul skripsi peneliti yaitu kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa yang harus diperbaiki dalam proses belajar mengajar di kelas VIII C.

B. Desain Penelitian

(23)

Sumber : Sanjaya, 2011:54

Tahap pertama yaitu identifikasi masalah, yaitu peneliti melakukan identifikasi permasalahan penelitian melalui pra observasi terhadap sekolah serta

Identifikasi Masalah

Perencanaan

Tindakan Refleksi

Perencanaan ulang

Tindakan

Observasi Refleksi

Observasi

(24)

dirasakan selama melaksanakan program PPL selanjutnya didiskusikan bersama guru mitra hingga menghasilkan identifikasi masalah penelitian ini.

Tahap kedua, perencanaan tindakan tahap ini merupakan tahap awal dalam menganalisis masalah yang berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra penelitian. Perencanaan tindakan ini mencakup semua langkah tindakan. Segala yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, mulai dari mempersiapkan silabus dan rencana pembelajaran (RPP), menentukan strategi pembelajaran serta media pembelajaran, mempersiapkan materi, serta instrumen observasi dan evaluasi.

Tahap ketiga yaitu pelaksanaan tindakan, tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan ini berlangsung di dalam kelas dan merupakan realisasi dari segala perencanaan yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam tahap ini juga observer berperan untuk membantu peneliti mempertajam refleksi dan evaluasi yang dilakukan di kelasnya.

Tahap keempat yaitu observasi, dalam tahap ini kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Dalam tahap ini dapat dipertimbangkan untuk menggunakan beberapa jenis instrumen penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi peneliti dibantu oleh kolaborator. Dengan kehadiran kolabolator dalam penelitian ini, penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bersifat kolaboratif.

(25)

sudah disiapkan untuk dijadikan siklus baru sehingga pemecahan masalah yang diinginkan dapat terselesaikan.

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang digambarkan oleh beberapa siklus. Berikut akan dijelaskan lebih renci mengenai prosedur penelitian tindakan kelas dalam setiap siklusnya.

Tahap 1: Identifikasi Masalah

Peneliti melakukan observasi ke SMP Negeri 19 Bandung di kelas VIII C. Berdasarkan observasi pra penelitian yang peneliti lakukan di sekolah, peneliti menemukan permasalahan pada saat pembelajaran IPS berlangsung di kelas yaitu kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa. Kurangnya kemampuan berpikir kritis ditandai oleh tiga indikator yaitu kurang mampu mengajukan pertanyaan, memberikan pendapat, dan menilai kredibilitas informasi sehingga pembelajaran di kelas menjadi cenderung pasif. Hasil pengamatan yang selama ini ditemui dan dirasakan selama melaksanakan program PPL selanjutnya didiskusikan bersama guru mitra hingga menghasilkan identifikasi serta rumusan masalah dalam penelitian ini.

Tahap 2 : Perencanaan tindakan

(26)

1. Menyusun waktu yang tepat untuk melakukan penelitian 2. Menentukan tujuan pembelajaran

3. Mempersiapkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 4. Mendiskusikan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan

pemanfaatan tayangan berita di televisi

5. Memilih isu atau permasalahan dari tayangan berita di televisi yang dikaitkan dengan materi dan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar (SKKD)

6. Menyusun instrumen yang akan digunakan pada saat penelitian. Peneliti menggunakan instrumen lembar observasi kegiatan siswa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dan lembar observasi kegiatan guru untuk mengetahui pemanfaatan tayangan berita di televisi yang digunakan guru selama pembelajaran, selain itu peneliti juga menggunakan lembar wawancara pra tindakan sebagai instrumen dalam penelitian ini.

7. Merencanakan untuk mengolah data yang diperoleh dari instrumen penelitian setelah penelitian selesai

Tahap 3: Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini merupakan penerapan dari rencana yang telah dibuat dan dirancang sebelumnya. Dalam tindakan ini dilakukan juga observasi dan wawancara langsung di kelas VIII C. Adapun tahap tindakan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:

1. Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran IPS dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi sesuai dengan materi, silabus, RPP, serta strategi pembelajaran dan langkah-langkah yang telah direncanakan

(27)

3. Meminta siswa mengomentari, mendiskusikan, mencari solusi atas permasalahan dari tayangan berita di televisi dan menampilkan hasil diskusinya

4. Melakukan pengamatan secara teliti selama proses pembelajaran untuk melihat perubahan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS

5. Menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat sebagai alat observasi, untuk melihat, merekam dan mencatat aktivitas siswa selama proses pembelajaran IPS memanfaatkan tayangan berita di televisi

6. Melakukan diskusi dengan kolabolator berdasarkan dengan hasil pengamatan ketika proses pembelajaran memanfaatkan tayangan berita di televisi

7. Melakukan rencana revisi terhadap kekurangan yang ditemukan

8. Melaksanakan pengolahan data yang diperolah setelah penelitian dilaksanakan

Tahap 3: Observasi

Tahap observasi ini dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan tindakan dan dilakukan pula analisis terhadap seluruh pengamatan saat penelitian. Pada tahap ini peneliti mencatat apa saja yang terjadi pada saat tindakan kelas dilaksanakan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akurat dari kegiatan guru dan siswa selama proses pelaksanaan tindakan kelas untuk selanjutnya dilakukan tindakan pada silkus selanjutnya. Pada tahap ini pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan berikut:

1. Melakukan pengamatan terhadap kelas yang akan dijadikan penelitian 2. Mengamati kesesuaian tayangan berita di televisi dengan permasalahan

(28)

4. Mengamati perubahan meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa melalui pemanfaatan tayangan berita di televisi selama proses pembelajaran IPS

Tahap 4: Refleksi

Refleksi merupakan tahap dimana peneliti akan mengkaji kembali tindakan yang telah dilakukan. Peneliti dan kolabolator melakukan evaluasi dan revisi terhadap seluruh proses penelitian. Dalam refleksi akan dilakukan perbaikan untuk tindakan di siklus berikutnya. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Berdiskusi mengenai hal-hal apa saja yang menjadi kekurangan dan harus diperbaiki dalam siklus berikutnya dengan kolabolator setelah tindakan dilakukan

2. Menyimpulkan hasil diskusi akan dihentikan atau dilanjutkan ke siklus berikutnya

D. Metode Penelitian

(29)

masalah-kualitatif yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah.

E. Fokus Penelitian

Untuk memudahkan dan menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai selama penelitian, berikut ini adalah definisi operasional yang meliputi:

1. Tayangan Berita Di Televisi

Dalam Harahap (2007: 4), Freda Morris dalam buku “Broadcast Jurnalism Techniques of Radio and TV News” mengemukakan, “News is

immediate, the important, the things that have impact on our lives”.

(30)

Berpikir kritis memiliki pertimbangan-pertimbangan yang harus dapat dipertanggungjawabkan dan diuji kebenarannya. Adapun kemampuan berpikir kritis menurut Robert Ennis dalam Costa (1985: 54) terdiri atas dua belas indikator yaitu:

(1) merumuskan masalah, (2) menganalisis argumen, (3) menanyakan dan menjawab pertanyan, (4) menilai kredibilitas sumber informasi, (5) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, (6) membuat deduksi dan menilai deduksi, (7) membuat induksi dan menilai induksi, (8) mengevaluasi, (9) mendefinisikan dan menilai definisi, (10) mengidentifikasi asumsi, (11) memutuskan dan melaksanakan, (12) berinteraksi dengan orang lain.

Dari indikator-indikator di atas pada prinsipnya orang-orang yang mampu berpikir kritis tidak akan mudah menerima dan menolak suatu informasi. Mereka mencermati dan menganalisis terlebih dahulu serta mencari informasi tambahan yang mendukung pendapat mereka.

F. Instrumen Penelitian

Data hasil penelitian yang dibutuhkan adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, maka dibutuhkan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk menjawab permasalahan saat penelitian. Untuk mengumpulkan semua data yang berada di lapangan diperlukan beberapa perangkat penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Lembar observasi aktivitas siswa

(31)

yang merajuk pada indikator yang dikemukakan oleh Robert Ennis yang kem

udia n dike mba ngk an lagi oleh pen eliti yait u :

Tabe

l 3.1

Indikator berpikir kritis

No. Aspek Yang Diamati

(Indikator Berpikir Kritis) 1. Siswa mampu mengajukan pertanyaan 2. Siswa mampu menganalisis argumen

(32)

Dikembangkan oleh peneliti tahun 2014

Dari indikator tersebut peneliti membuat instrumen lembar observasi penelitian siswa yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dari setiap siklus. Pengisian setiap lembar observasi dilakukan dengan menggunakan tanda check list pada salah satu kolom yang telah disediakan. Indikator yang dikelompokan dalam aspek aktivitas diatas merupakan alat bantu peneliti dalam melaksanakan penelitian. Indikator ini dapat membantu untuk menganalisis dan merefleksi semua tindakan yang dilakukan peneliti saat melakukan penelitian.

7. Siswa mampu mengaitkan permasalahan dengan materi yang sedang dipelajari

8. Siswa mampu memberikan contoh permasalahan yang sedang terjadi

9. Siswa mampu membuat penjelasan lanjutan 10. Siswa mampu menghargai perbedaan pendapat 11. Siswa mampu berkomitmen terhadap pemikirannya 12. Siswa ikut terlibat dalam mengomentari permasalahan

selama pembelajaran

13. Siswa mampu melakukan pembagian tugas dalam kelompok 14. Siswa mampu bekerjasama dalam kelompok

(33)

Untuk kebutuhan penentuan keberhasilan penelitian, peneliti menerapkan standar ketercapaian dari setiap hal pada lembar observasi. Standar ini terbagi ke dalam empat, yaitu: 1 = Kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik; 4 = Sangat Baik. Untuk menghitung jumlah nilai peneliti menggunakan rumus, yaitu:

Untuk menentukan masuk pada kategori mana sebuah indikator, peneliti juga menyiapkan rentang nilai dari setiap kategori, yaitu: Kurang (0% - 25%); Cukup (26% - 50%); Baik (51% - 75%); Sangat baik (≥76%). Angka ini dibentuk secara mandiri oleh peneliti dengan didasari oleh data. Pengisian standar ketercapaian nilai merajuk pada rubrik yang dibuat oleh peneliti yaitu:

Tabel 3.3 Rubrik Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

N

1. Siswa mampu mengajukan pertanyaan

(34)

yang

3, Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru

4. Siswa mampu menilai kredibilitas sumber informasi

5. Siswa mampu mencari informasi lebih banyak

(35)

7. Siswa mampu mengaitkan

8. Siswa mampu memberikan contoh permasalahan yang

(36)

terhadap

Siswa ikut terlibat dalam mengomentari permasalahan

(37)

Lembar observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas guru selama pelaksanaan tindakan dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS. Lembar observasi ini memuat kegiatan guru saat memulai pelajaran, masuk ke kegiatan inti, dan menutup pelajaran. Melalui lembar observasi aktivitas guru ini dapat diketahui apakah guru sudah mengajar dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi, juga apakah guru sudah mendorong siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. Selain itu lembar observasi aktivitas guru ini juga dimaksudkan agar menjadi sarana untuk merefleksikan diri bagi guru, untuk mengetahui hal-hal apa yang harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Berikut adalah instrumen lembar observasi aktivitas guru yang dibuat peneliti:

Tabel 3.4 Lembar Observasi Kegiatan Guru

NO Aspek yang Diamati pada Guru Penilaian B C K 1. Pendahuluan

a. a. Mengucapkan salam

b. b. Meminta siswa untuk berdoa sesuai kepercayaan masing-masing c. Mengabsen siswa

d. Melakukan apersepsi

e. Memberitahu tujuan-tujuan pembelajaran

2. Proses Pembelajaran/Menejemen dalam Pembelajaran

a. Guru memfasilitasi siswa dengan menampilkan tayangan berita dari televisi

b. Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan masalah atau kasus dari tayangan berita

c. Guru mampu menarik minat siswa melalui tayangan berita dari televisi

d. Guru menggunakan kata-kata atau kalimat yang mudah dipahami siswa

e. Guru mendorong siswa untuk bertanya

f. Guru mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa

(38)

i. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menampilkan hasil diskusi

j. Guru mampu menjadi transformator siswa (penerjemah) k. Guru mampu berinteraksi dan berkomunikasi aktif dengan

siswa

l. Guru mampu menjadi motivator siswa 4. Evaluasi

a. Menggunakan tes lisan b. Menggunakan tes tertulis 5. Kemampuan Menutup Pelajaran

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya b. Menyimpulkan materi yang telah dibahas bersama siswa c. Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan

memberi tahu materi untuk pertemuan berikutnya Dikembangkan oleh peneliti tahun 2014

3. Lembar wawancara

Susan Stainback dalam Sugiyono (2011: 318) mengemukakan bahwa

“…interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how participant interpret a situations or phenomenon that can be gained through

observation along”. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang lebih mendalam dari guru dan siswa mengnai pembelajaran IPS dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi sebagai media pembelajaran IPS. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti.

4. Catatan lapangan

(39)

ini meliputi pengisian waktu, mendeskripsikan kegiatan yang terjadi selama penelitian berlangsung meliputi beberapa aspek saat pembalajaran dikelas seperti susasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa lain serta komentar dari mitra saat melakukan pengamatan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2011: 308) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan daya, maka peneliti tidak dapat menetapkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan. Untuk mendapatkan data seperti yang dimaksudkan, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi terstruktur. Observasi terstruktur ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu peneliti telah menentukan bentu-bentuk aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Aktivitas siswa yang dimaksud disini adalah indikator yang telah dikembangkan oleh peneliti dalam instrumen penelitian. Alat yang digunakan untuk mengamati aktivitas tersebut diisi dengan memberi tanda check list pada kolom penilaian yang telah disediakan peneliti.

2. Wawancara

(40)

dimaksudkan untuk mengumpulkan data untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti karena peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini peneliti memilih melakukan wawancara semiterstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

Oleh karena itu wawancara dilakukan sebelum penelitian, wawancara sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah atau hambatan selama proses pembelajaran IPS berlangsung, Pada wawancara ini peneliti menyiapkan pedoman wawancara untuk mendapatkan data yang diinginkan. Peneliti hanya melakukan wawancara pada beberapa siswa yang dianggap sudah mewakili seluruh siswa yang ada di kelas, mulai dari siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi. 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumen yang diambil oleh peneliti adalah berupa kurikulum dan pedoman pelaksanaannya, silabus, RPP, tugas siswa, serta foto-foto atau rekaman dalam proses belajar.

4. Studi literatur

Studi literatur merupakan penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan penelitian yaitu teori-teori tentang televisi dan berpikir kritis.

(41)

Teknik analisis data dilakukan setelah data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi, studi literatur dan catatan lapangan. Moleong (2010: 247) menyatakan bahwa abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataannya-pernyataannya yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah penyusunan dalam satuan-satuan yang kemudian di kategorisasikan pada langkah keduanya. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data.

Setelah hasil data penelitian dikumpulkan, hal yang kemudian dilakukan adalah pengolahan data yang dalam penelitian ini berupa pengolahan data secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif diolah selama proses penelitian berlangsung yaitu dengan menggunakan pengolahan data secara deskriptif. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif.

Data kualitatif sumber data deskripsi yang luas dan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Untuk mendapatkan data yang akurat dan memuaskan maka dilakukan dengan cara menganalisis data kualitatif yang dilakukan selama proses pembelajaran. Setelah data terkumpul peneliti menganalisi, mereduksi, dan menyimpulkan data.

(42)

Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul. Agar lebih mudah dalam menganalisis data, peneliti melakukan tahap pertama, yaitu reduksi data. Dalam tahap ini data yang dari lapangan yaitu data tentang observasi kegiatan siswa yang mengukur kemampuan berpikir kritis, data kegiatan observasi guru, jawaban wawancara terkait pemanfaatan tayangan berita dan kemampuan berpikir kritis akan dikumpulkan, dirangkum, kemudian data tersebut direduksi. Saat mereduksi data, peneliti akan memfokuskan kepada aspek-aspek yang penting saja sehingga tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dicapai dengan optimal.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, atau sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian ini, data yang akan disajikan adalah data kemampuan berpikir kritis siswa dari setiap siklus. Data akan disajikan dalam bentuk grafik atau tabel kemudian peneliti akan menyajikan data pula dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/Verification

(43)

Apabila kesimpulan yang dikemukakan didukung bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukan sejak awal.

4. Validitas Data

Validitas data dilakukan setelah pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui kredibilitas suatu data. Dalam kegiatan analisis data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik triangulasi dan expert opinion.

a. Triangulasi

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Melihat fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang tinggi. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan catatan harian yang dibuat peneliti dengan catatan harian yang dibuat observer pada saat siklus berlangsung

(44)

3) Membandingkan pendapat dan perspektif peneliti mengenai tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dengan observer dan guru mitra

b. Expert Opinion

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diperoleh kesimpulan umum bahwa melalui tayangan berita di televisi siswa dapat mengetahui berbagai kasus-kasus atau permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dari tayangan tersebut pula siswa dapat menganalisis permasalahan tersebut kemudian mencari alternatif penyelesaiannya sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat lebih berkembang. Adapun kesimpulan khususnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan guru dalam mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS

Dalam mempersiapkan pembelajaran, terlebih dahulu guru mendesain pembelajaran. Persiapan yang guru lakukan dalam mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi adalah mengetahui tujuan pembelajaran terlebih dahulu. Siswa di kelas VIII C yang cenderung pasif selama pembelajaran IPS membuat peneliti tergerak berupaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas VIII C. Kemudian guru mencari Standar Kompetensi Kompetensi Dasar (SKKD) yang sesuai untuk dijadikan siklus. Guru menyesuaikan materi dengan SKKD yang akan dipelajari. Karena tidak semua SKKD dan materi relevan dengan permasalahan yang terjadi saat ini khususnya yang permasalahannya di tampilkan melalui tayangan berita di televisi.

(46)

tayangan berita di televisi, guru mencari tayangan berita dari televisi itu di situs youtube kemudian mengunduhnya untuk kemudian guru tampilkan di depan kelas

menggunakan projektor. Tahap selanjutnya, guru merancang skenario pembelajaran yang dibuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Sebagai alat evaluasi guru juga menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kemudian mengimplementasikan indikator berpikir kritis sebagai penilaian dari alat evaluasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selain daripada persiapan mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi, guru yang juga berperan sebagai peneliti mempersiapkan lembar observasi yang berfokus pada kegiatan guru dan siswa, catatan lapangan, format wawancara, dan alat dokumentasi yang nantinya akan digunakan untuk alat pengumpulan data selama penelitian tindakan kelas dilakukan.

2. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS

(47)

permasalahan sebagai stimulus untuk merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

Realitas yang tampil melalu tayangan berita di televisi dipandang sebagai sebuah realitas objektif yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada

siswa dan merangsang siswa untuk dapat melihat suatu masalah yang kemudian dapat dicari solusinya. Melalui strategi pembelajaran ini guru dapat menyajikan masalah-masalah di masyarakat yang masalah-masalah tersebut dapat diambil dari tayangan berita. Selain itu dengan menyajikan topik atau masalah-masalah melalui tayangan berita, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya karena strategi pembelajaran ini menuntut siswa aktif mencari solusi dalam permasalahan-permasalahan yang diangkat sesuai materi.

3. Cara guru memilih tayangan berita di televisi yang layak ditampilkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS

Peneliti selaku guru mempertimbangkan beberapa hal pada saat pemilihan tayangan di televisi untuk bisa ditampilkan di depan kelas. Diantaranya tayangan televisi harus memuat unsur edukatif yang sesuai dengan umur siswa. Tayangan televisi harus yang mudah dipahami serta narasinya menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti sehingga akan lebih mudah dicerna dan dipahami oleh siswa. Selain itu tayangan televisi juga harus mampu mengasah pola berpikir siswa sehingga pada saat siswa menonton, tayangan televisi tersebut harus dapat berperan mencerdaskan siswa.

(48)

SKKD dan materi sehingga permasalahan yang ada dalam tayangan berita di televisi bisa dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari. Dalam menampilkan tayangan berita di televisi tentu saja guru juga menampilkan tayangan berita yang tidak mengandung unsur-unsur pornografi, rasisme, dan SARA.

4. Pelaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS

Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi yaitu dengan menampilkan berita mengenai materi yang sedang dipelajari. Kemudian guru meminta siswa untuk mengamati, mencari, dan mengumpulkan informasi dari tayangan berita tersebut. Setelah guru menampilkan tayangan berita tersebut guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sekelompok yang telah ditentukan guru untuk menganalisis permasalahan yang telah siswa amati pada tayangan berita tersebut. Pada tindakan ini, guru juga memberikan LKS yang berisi soal yang bertanya mengenai pendapat siswa mengenai permasalahan dari tayangan yang siswa lihat dan bagaimana upaya yang akan siswa ambil dari permasalahan tersebut. Siswa kemudian diminta untuk mencari solusi atas permasalahan yang terjadi yang juga solusi atas permasalahannya harus berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari dan membuat kesimpulan.

5. Kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS

(49)

mampu mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapatnya dan menganalisis pendapat orang lain. Siswa juga sudah mampu mencari informasi dan menilai kredibilitas sumber informasi untuk dijadikan penguat dari alasan yang dikemukakannya. Selain itu siswa juga mampu membuat suatu kesimpulan dan

memberika solusi atas sebuah permasalahan.

Kemampuan berpikir kritis siswa dari siklus satu pemanfaatan tayangan berita

di televisi masih berada pada penilaian “Cukup”. Dari deskripsi hasil penelitian

dengan memanfaatkan tayangan berita televisi dalam pembelajaran IPS diketahui bahwa pada pelaksanaan siklus pertama siswa sudah cukup mampu memanfaatkan masalah dari tayangan berita televisi sehingga kemampuan berpikir kritis siswa mulai terlihat dibandingkan pada observasi pra penelitian. Pada pelaksanaan siklus pertama ini peneliti masih menemukan berbagai kendala dan kesulitan diantaranya penerapan materi guru dengan mengaitkan masalah melalui tayangan berita masih kurang dimengerti siswa sehingga siswa kurang maksimal dalam memahaminya dan siswa belum bisa mengaitkan materi yang sedang diajarkan dengan permasalahan yang guru tampilkan pada tayangan berita, hal ini berpengaruh terhadap kemampuan berpikir siswa sehingga pertanyaan yang diajukan siswa, argumen-argumen yang dikemukakan, serta kesimpulan yang dibuat siswa masih perlu ditingkatkan.

Dan pada siklus kedua kemampuan berpikir kritis siswa mengalami kenaikan

menjadi 86% dan berada di penilaian “Sangat Baik”. Pada siklus ini siswa dengan

pemanfaatan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS siswa sudah mulai mampu mengaitkan permasalahan dari tayangan berita televisi. Sedangkan pada siklus ketiga kemampuan berpikir kritis siswa masih berada di penilaian

(50)

yang baru. Siswa semakin mampu mengkaji dan mengaitkan permasalahan sehingga kemampuan berpikir kritis siswa stabil dan tetap baik seperti pada siklus kedua, Peningkatan yang terjadi dalam siklus ketiga inipun tidak terlalu signifikan. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis siswa setelah

dilaksanakan pembelajaran dengan pemanfaatan tayangan berita di televisi dalam penelitian tindakan kelas di kelas VIII C menunjukan hasil yang sangat baik.

B. Saran

Adapun dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini, sebagai bahan rekomendasi dalam mempertimbangkan baik hasil temuan dilapangan maupun secara teoritis peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1. Persiapan dalam mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS

a. Dalam persiapan mengajar guru hendaknya mengetahui dengan jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu.

b. Guru sebagai pengelola dan pelaksana pengajaran perlu memiliki keterampilan dalam menyusun desain pembelajaran. Dengan desain pembelajaran guru dapat melaksanakan kegiatan pengajaran dengan efektif dan efisien.

(51)

relevan dengan permasalahan yang terjadi saat ini khususnya yang permasalahannya di tampilkan melalui tayangan berita di televisi.

d. Pihak sekolah hendaknya memberikan keleluasaan bagi guru untuk mendesain pembelajaran yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan

dapat tercapai.

2. Pemilihan Strategi Pembelajaran Agar Mampu Mengoptimalkan Pemanfaatan Tayangan Berita di Televisi dalam Pembelajaran IPS

a. Guru harus lebih selektif mencari strategi pembelajaran yang sesuai digunakan untuk kedua variabel, yaitu strategi pembelajaran yang cocok digunakan untuk mendukung siswa agar bisa berpikir kritis dan mampu mengoptimalkan pemanfaatan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS.

b. Pihak sekolah senantiasa untuk mendorong para guru agar lebih inovatif dan kreatif dalam mengembangkan pembelajaran dan mengembangkan pembaharuan selama pembelajaran di kelas.

3. Cara Memilih Tayangan Berita di Televisi yang Layak Ditampilkan Dalam Pembelajaran IPS

a. Dalam memilih tayangan berita di televisi hendaknya guru memilih tayangan berita yang masalahnya sedang berkembang di masyarakat dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, sehingga siswa tidak kesulitan mengaitkan masalah pada tayangan berita di televisi dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.

b. Sebaiknya guru memilih tayangan berita yang durasinya tidak terlalu panjang. Durasi yang panjang dikhawatirkan membuat siswa menjadi bosan sehingga suasana pembelajaran menjadi kurang kondusif.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Tayangan Berita di Televisi

(52)

a. Guru hendaknya selalu membimbing dan memfasilitasi kegiatan siswa selama pembelajaran karena siswa memiliki potensi untuk dikembangkan

b. Tayangan berita di televisi dapat dimanfaatkan siswa sebagai contoh informasi tambahan yang dapat dikaitkan dengan setiap materi pembelajaran

yang sedang dipelajari.

c. Pihak sekolah dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran dengan saran dan prasarana yang mendukung agar pelaksanaan pembelajaran dapat lebih maksimal.

d. Penelitian menggunakan kajian yang sama dapat dilakukan dengan persiapan yang lebih matang dan eksekusi di kelas yang lebih baik serta mengantisipasi kendala-kendala yang muncul pada penelitian ini.

e. Penelitian dengan memanfaatkan tayangan berita di televisi dalam pembelajaran IPS ini dapat dikaji menggunakan variabel yang berbeda, seperti misalnya meningkatkan motivasi, partisipasi, dan lain sebagainya.

5. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setelah Dilaksanakan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Tayangan Berita di Televisi Dalam Pembelajaran IPS

a. Pemanfaatan tayangan berita di televisi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS

b. Siswa diharapkan dapat berlatih untuk dapat menganalisis dan mencari solusi atas sebuah permasalahan yang didapat dari tayangan berita di televisi sehingga melatih untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

(53)

Sumber Buku

Costa, A. (1985). Developing Minds: A Resours Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASDC

Effendi, R, dkk. (2009). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga

Hamalik, O. (1986) Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni

Harahap, A. ( 2007). Jurnalistik Televisi. Jakarta: PT Indeks

Hasan, H. dkk. (2012). Prosidings Seminar Nasional IPS. Bandung: UPI

Littlejohn, S.W & Karen A.F. (2009). Theories of Human Communication, Ninth Edition. Jakarta: Salemba Humanika

Johnson, E. (2009). Contextual Teaching And Learning: What It Is And Why It’s Here To Stay (Ibnu Setiawan Terjemahan). Bandung: MLC

Maftuh, B. dkk. (Ed.). (2013). Proceeding International Seminar On Strengthening Social Studies For Twenty First Century. Bandung: Prodi Pendidikan IPS Sps UPI

Moleong, L. (2010). Metotodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan, M.A. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia

Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana

Olii, H. (2007). Berita dan Informasi. Jakarta: PT Indeks

Rohani, A. (2010). Pengelolaan Pengajaran (Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional). Jakarta: Rineka Cipta

(54)

Sapriya (2009). Pendidikan IPS. Bandung : CV Rosda Karya.

Somantri, N. (2010). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung: Rizki Press

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suwarno. (2008). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Suyitno, I. (2011). Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah Dalam Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Refika Aditama

Warsita, B. (2008). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Zaleha, I. (2008). Mengasah Pemikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa

Sumber Jurnal

Supriatna, N. (2007). Media/Sumber Pembelajaran IPS Di Sekolah Menengah. Dalam: Semiloka Guru-Guru IPS Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Bandung, UPI Press, hlm.10

Sumber Skripsi dan Tesis

Ariani, H. (2013). Pengaruh Metode Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Perserta Didik: Studi Quasi Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas XI Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Mengentri Saldo Awal Di SMKN I Garut. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Harisanti, W. (2014). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Kota Bandung Kelas VIII B). (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Marlina, R. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pembelajaran Demokrasi Dalam Menumbuhkan Berpikir Kritis Siswa: Studi Naturalistik Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 3 Cimahi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(55)

VIII-I di SMP Negeri 40 Bandung). (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Yanti (2012) Pendekatan Konflik-Kognitif Dengan Menggunakan Metode Pembelajran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Online

Admin. (2011). Berpikir Kritis. Guru Pembaharu [Online]. Tersedia di: http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis/. Diakses 17 Januari 2011.

Mulyana, Slamet. (2009.) Teori Kultivasi. Slamet Mulyana [Online]. Tersedia di http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/09/teori-kultivasi/. Diakses 9 Januari 2009

Pemerhatiguru. (2013). Keterampilan bertanya. Panduan guru.com [Online]. Tersedia di: http://panduanguru.com/keterampilan-bertanya-questioning-skills/. Diakses 23 April 2013

Sudrajat, A. (2008) Persiapan Mengajar. Tentang Pendidikan [Online] Tersedia di https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/02/persiapan-mengajar/comment-page-2/. Diakses 2 Agustus 2008

Gambar

Tabel 3.3 Rubrik Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 3.4 Lembar Observasi Kegiatan Guru

Referensi

Dokumen terkait

The result of this research is the level of mastering both of adjective clause, adjective phrase, and reducing adjective clause into adjective phrase of the third year students

Untuk mengukur pengaruh pada penelitian ini maka digunakanlah Debt to Equity Ratio (DER) sebagai rasio dari leverage , Working Capital Turnover (WCT) sebagai rasio dari

Perlu kami sampaikan bahwa proses akreditasi Berkala Ilmiah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2011 tentang Terbitan Berkala Ilmiah dan

Dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan program BLSM bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor internal dan

Dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan program BLSM bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor internal dan

Hasil dari penelitian ini, peneliti dapat mengetahui makna dan menjelaskan praanggapan sesuai dengan bentuk kata yang dikaitkan dengan konteks situasi,

Nyamuk Anopheles spp yang tertangkap istirahat di luar rumah dan di dalam rumah pada malam hari dan pagi hari, dilakukan pembedahan ovarium untuk menentukan angka paritas

pembelajaran al-Qur’an Hadits. Sehingga dengan adanya persiapan pembelajaran tersebut dapat menjadikan guru al-Qur’an Hadits di MAN Pamekasan lebih siap dan matang dalam