DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III Semester II SDN Jati Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III Semester II SDN Jati Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat)
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Prof. DR. H. Dadang Supardan, M.Pd
NIP. 195704081984031003
Pembimbing II
DR. Nana Supriatna, M.Ed
NIP : 196110141986011001
Mengetahui
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III Semester II SDN Jati Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat)
Disetujui untuk mengikuti Ujian Tahap II
Pembimbing I
Prof. DR. H. Dadang Supardan, M.Pd
NIP. 195704081984031003
Pembimbing II
DR. Nana Supriatna, M.Ed
NIP : 196110141986011001
Mengetahui
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Penelitian
Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III Semester II SDN Jati Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya bersedia
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2014
Yang membuat pernyataan
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ………... i
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. ii
ABSTRAK ……….. iv
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN ………... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Rumusan Masalah ……….. 5
C. Tujuan Penelitian ……….. 6
D. Manfaat Penelitian ………... 6
E. Sistematika Penulisan ………. 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Tematik ………. 9
1. Pengertian Model Pembelajaran Tematik ……….. 9
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik ………. 17
4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik ……. 20
5. Manfaat Pembelajaran Tematik ……… 21
6. Model-Model Pembelajaran Tematik ……….. 23
7. Model Pembelajaran Tematik/Terpadu SD ………. 32
8. Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik ……….. 36
9. Contoh Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar ……… 43
B. Hasil Belajar Siswa ... 45
1. Pengertian Hasil Belajar Siswa ... 45
2. Manfaat Hasil Belajar Siswa ... 46
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa 47 C. Pengertian, Manfaat, dan Tujuan Mata Pelajaran IPS di SD 50 1. Pengertian Mata Pelajaran IPS di SD ... 50
2. Manfaat Mata Pelajaran IPS di SD ... 54
3. Tujuan Mata Pelajaran IPS di SD ... 55
D. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 62
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 72
C. Prosedur Penelitian ……….. 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sekolah Dasar Negeri Jati ……… 93
B. Desain-Desain Pembelajaran IPS melalui Model Pendekatan Tematik ………... 100
C. Langkah-Langkah Pengembangan Pembelajaran Tematik ……. 117
D. Hasil-hasil yang Diperoleh dari Pengembangan Tematik ... 138
E. F. Solusi-Solusi dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi dalam Pembelajaran Tematik ……… Deskripsi Refleksi Hasil Belajar dalam Penelitian ……… 145 152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………... 155
B. Rekomendasi ………... 158
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Data Observasi Siswa Kelas III Siklus II………….
Data Perolehan Nilai IPS Siklus II ………..
Hasil Data Observasi Siswa Kelas III Siklus III …………. Data Perolehan Nilai IPS Siklus III ……….
140
141
142
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa salah
satu tujuan pembentukan negara indonesia adalah membangun bangsa yang
cerdas. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang memiliki kemampuan
menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan global yang cenderung terus
berubah. Untuk mencapai mencerdaskan kehidupan bangsa ini maka pendidikan
merupakan usaha dalam membangun dan meningkatkan kemampuan bangsa. Oleh
karena itu maka dirumuskan Tujuan Pendidikan Nasional melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional seperti yang
dikemukakan oleh Sanjaya (2006:2) sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.
Menurut Nurmasari : 2011 menyatakan bahwa:
Apabila berbicara tentang sekolah, pasti tidak lepas dari aspek
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang lebih
menekankan pada aktivitas interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa,
karena proses komunikasi atau interaksi tersebut berperan sebagai pemicu
terciptanya proses belajar yang ekeftif dan kondusif.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk
setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah-pisah atau masih parsial, misalnya
IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran.
Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu
hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai
dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai
suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran
secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir
holistik dan membuat kesulitan bagi siswa. Selain itu, dengan pelaksanaan
pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara
lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka
mengulang kelas dan angka putus sekolah siswa kelas I SD jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 2010/2011 memperlihatkan
bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua
0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%,
masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga
2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di
masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman
kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit
siswa kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah
sebelumnya. Tahun 2010/2011 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 siswa usia
4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % siswa berada
pada pendidikan prasekolah lain.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul
permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka
mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus
sekolah siswa kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar
siswa kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa yang telah masuk taman kanak-kanak
memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak
mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan,
pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan siswa yang telah mengikuti
pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus
sekolah.
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi
yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas
awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam
pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk
memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan
dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk
SD/MI kelas I hingga kelas III.
Dengan adanya kurikulum baru, model pembelajaran tematik adalah
model pembelajaran terpadu yang menggunakan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung yang
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Tim
pengembangan kurikulum (Depdikbud, 1998:3) menyatakan bahwa :
Model tematik pada pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) khususnya di
Sekolah Dasar, dilaksanakan dengan cara mengambil satu tema dan
dikembangkan menjadi beberapa konsep berdasarkan kompetensi-kompetensi
dasar yang borpotensi keterpaduan pada tingkatan kelas yang sama seperti
ditindaklanjuti dengan beberapa aktifitas belajar siswa, sehingga proses
pembelajaran menjadi efisien dan efektif.
Begitu juga di Sekolah Dasar di tempat peneliti mengajar di Sekolah
Dasar Jati Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat masih menggunakan
pelajaran yang terpisah-pisah walaupun guru tersebut mengajar di kelas 1,2 dan 3.
Guru masih menggunakan setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah-pisah
atau masih parsial. Seharusnya dalam kurikulum KTSP kelas 1,2 dan 3 harus
menggunakan pendekatan tematik dalam menyampaikan pelajaran. Mungkin ada
beberapa hal mengapa guru dan Sekolah Dasar Jati masih mengajarkan kelas
rendah dengan terpisah-pisah, mungkin karena pengetahuan gurunya yang kurang
tentang pendekatan tematik, buku atau alat sumber yang kurang mendukung,
ataupun karena lingkungan yang kurang mendukung sekolah dan guru untuk
menerapkan pendekatan tematik.
Berdasarkan beberapa pandangan dan permasalahan di atas, maka perlu
dilaksanakan suatu penelitian yang mengupayakan perbaikan proses pembelajaran
dilakukan agar hasil dan kualitas pembelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi
hasil belajar siswa. Penelitian ini dibatasi dengan judul :
“Penerapan Pendekatan Tematik Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III Semester II SDN Jati Kecamatan
Cipatat Kabupaten Bandung Barat).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah desain pembelajaran IPS melalui model pendekatan
tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
2. Bagaimanakah langkah-langkah pengembangan pembelajaran tematik
untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
3. Bagaimana hasil-hasil diperoleh dari pembelajaran tematik untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS?
4. Bagaimana solusi dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS?
Dari permasalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui desain pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Memahami langkah-langkah pengembangan pembelajaran tematik
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Mengetahui hasil-hasil diperoleh dari pembelajaran tematik untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.
4. Mengetahui solusi dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam rangka
menunjang keberhasilan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Diharapkan juga
bermanfaat bagi guru kelas, kepala sekolah, pengawas, dan seluruh stakeholder
pendidikan. Bagi guru kelas manfaatnya adalah untuk mengembangkan
pembelajaran secara kreatif dan fungsional. Bagi kepala sekolah bisa dijadikan
sebagai referensi dalam mengefektifkan pembinaan kepada guru. Bagi para
pengawas manfaatnya memberikan gambaran potensi Seklah Dasar sehubungan
dengan penggunaan pendekatan tematik dalam pembelajaran lainnya, selain
pembelajaran IPS. Bagi Dinas Pendidikan dapat dijadikan sebagai masukan dalam
rangka penentuan kebijakan dan pembinaan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini dibagi menjadi 5 bab dan isi pokok dari
masing- masing bab dapat diuraikan sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan system penulisan tesis.
Bab 2 : Kajian Teori
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang mendasari
pembahasan tesis ini. Kajian teori in I diambil dari beberapa buku, artikel, jurnal,
serta bahan mata kuliah yang sudah dipelajari selama kuliah. Kajian teori ini
dibagi menjadi 4 sub, yaitu : Model Pembelajaran Tematik, Hasil Belajar Siswa,
Pengertian, Manfaat dan Tujuan Mata Pelajaran IPS di SD dan Hasil-hasil
Bab 3 : Metodologi Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian, lokasi dan subjek
penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian,
kategorisasi data, validasi data, interpretasi dan analisis data.
Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pambelajaran tematik di kelas 3
di SD Negeri Jati Kec. Cipatat Kab. Bandung Barat selama beberapa minggu.
Bab 5 : Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan akan dijelaskan kesimpulan dari keseluruhan tesis ini
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini termasuk pada jenis penelitian tindakan, yang lebih
khusus lagi dikatakan sebagai jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan
metode pembahasan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Penelitian yang dilakukan penulis berfokus kepada peningkatan
pemahaman siswa yang ditunjukan oleh peningkatan hasil belajar siswa dengan
pendekatan pembelajaran tematik.
Jenis penelitian ini termasuk kepada penelitian tindakan dengan bentuk
khusus penelitian tindakan yang dilakukan di kelas yang lazim disebut penelitian
tindakan kelas.
Stenhause ( 1993 ) dalam Kasbolah mengemukakan bahwa :
Penelitian Tindakan Kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji pembelajaran yang ia lakukan di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual.Dengan emikian guru dapat langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan lebih efektif.Dalam hai ini guru dilatih untuk dapat mengendalikan kehidupan profesinya serta terlibat dalam pengambilan keputusan.
Peneliti memilih metode ini dengan berbagai pertimbangan, antara lain bahwa
guru kelas merupakan pihak yang langsung mengalami dan menemukan berbagai
Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat meningkatkan kinerja
dan kemampuan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran serta
terciptanya hubungan antar guru sekolah dasar dalam mencari jalan pemecahan
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Sekolah
SDN JATI yang terletak di Kampung Sirnawati Desa Sarimukti
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat adalah sekolah yang menjadi lokasi
penelitian tindakan kelas, tempat penulis ditugaskan dalam mengajar. SDN Jati
D-1 / SLTA 1 1 2
Peneliti memilih SDN Jati sebagai lokasi penelitian didasarkan pada
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Lokasi penelitian adalah lokasi yang menjadi tempat bertugas peneliti,
sehingga mudah untuk mendapatakan data-data yang diperlukan,
b. Siswa kelas III adalah siswa yang dididik oleh peneliti, sehingga
peneliti hafal sikap, karakter, dan kebiasaan siswa, sehingga
memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi siswa yang selama ini
bermasalah.
C. Prosedur Penelitian
Dalam proses penelitian tindakan kelas ini dibuat beberapa siklus. Setelah
satu siklus selesai dilaksanakan, bila masih harus ada perbaikan diteruskan pada
siklus selanjutnya. Alur pelaksanaan tindakan kelas yang digunakan adalah model
tahapan-Secara terinci prosedur penelitian tindakan kelas di kelas III SDN JATI dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Analisis kurikulum dilakukan untuk mempelajari kompetensi dasar dan
standar kompetensi mata pelajaran bahasa indonesia, matematika, dan ipa kelas I.
Hal ini dilakukan untuk menentukan tema yang akan digunakan dalam
pembelajaran tematik.
2. Perencanaan Awal
Adapun perencanaan awal dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang akan dilakukan yaitu :
a. Siswa dapat menyebutkan pengertian penjual dan pembeli
b. Siswa dapat menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membeli
satu barang
c. Siswa dapat menyebutkan nama-nama pasar yang ada di lingkungan rumah
masing-masing
d. Menjelaskan perbedaan pasar tradisional dan pasar modern
e. Siswa bisa melakukan transaksi tawar menawar suatu barang dengan bahasa yang
baik dan benar
f. Siswa dapat melakukan transaksi tawar menawar dengan sopan santun terhadap
pedagang
g. Siswa dapat menjelaskan keuntungan jual beli dipasar tradisional dan Pasar Modern
h. Siswa dapat menjelaskan kerugian jual beli dipasar tradisional dan Pasar Modern
i. Siswa dapat menjelaskan yang dimaksud dengan barter
j. Siswa dapat menyebutkan alat tukar jual beli yang digunakan padazaman dahulu
k. Siswa dapat menunjukkan jenis perbedaan uang yang beredar di masyarakat
3. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru melakukan kegiatan awal berupa apersepsi,seperti : Mengisi daftar
kelas, berdo’a, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Mengajukan beberapa
pertanyaan materi minggu yang lalu.
b. Guru mengadakan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
sebelum dilaksanakan pembelajaran tematik.
c. Guru kegiatan inti berupa menjelaskan materi, tanya jawab beserta siswa,
mencatat materi, mengulang penjelasan
d. Penyampaian materi dengan pembelajaran terpadu.
e. Setiap siswa mengerjakan LKS.
f. Guru melakukan observasi selama pembelajaran berlangsung dan
membuat catatan lapangan.
g. Guru melakukan kegiatan akhir berupa siswa dengan bimbingan guru
h. Siswa mengerjakan soal-soal dalam lembar evaluasi sebagai akhir
pembelajaran untuk mengukur kemampuan siswa setelah pembelajaran
tematik dilakukan.
i. Guru memberi penilaian sebagai hasil belajar siswa.
4. Observasi
Proses observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dalam setiap tindakan (bisa
dilihat dilampiran)
5. Refleksi
Peneliti mengkaji hasil dari observasi selama pembelajaran berlangsung,
lembar kerja siswa, dan tes. Setiap kekurangan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran tematik berlangsung menjadi acuan dalam merencanakan tindakan
selanjutnya. Peneliti melakukan pertemuan dengan guru mitra untuk
mendiskusikan dan merefleksikan hasil temuan pada observasi awal. Hasil temuan
tersebut diantaranya :
a. Pada awal pembelajaran guru tidak membuka pelajaran sebagaimana
b. Guru hanya mengambil sumber pembelajaran dari buku paket dan
LKS
c. Belum ada upaya untuk menggunakan metode yang melibatkan siswa
aktif.
d. Guru tidak menggunakan media mengajar.
Sebagai bahan perencanaan akan dilakukan perencanaan sebagai berikut :
a. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru akan membuka pelajaran
(apersepsi) agar siswa dapat memusatkan perhatian pada pembelajaran.
b. Siswa akan dilibatkan aktif dalam pembelajaran model tematik dengan
menggunakan tema Kegemaran dan Pendidikan dengan lebih menekankan
pada kompetensi tentang Jual beli.
c. Sumber belajar akan menggunakan beberapa metode yaitu diskusi, tanya
jawab dan berkelompok dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Metode belajar akan menggunakan beberapa metode yaitu diskusi, tanya
jawab dan berkelompok dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa.
e. Setelah siswa selesai berdiskusi secara kelompok maka dilanjutkan dengan
presentasi.
f. Selain guru akan menutup pembelajaran dengan melaksanakan evaluasi
dan penugasan.
Data yang hendak dikumpulkan atau dihimpun adalah tentang:
a. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan mengimplementasikan model
tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di SD Negeri Jati.
Imformasi tentang data tersebut bersumber dari guru yang melaksanakan
proses pembelajaran di kelas, teknik pengumpulan datanya diperoleh melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan menggunakan alat bantu
yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara dan studi dokumentasi.
b. Unjuk kerja guru dalam menggunakan model tematik untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas 3 terutama pada pembelajaran IPS. Informasi tentang
data tersebut bersumber dari guru yang menggunakan teknik pengumpulan
datanya melalui teknik observasi dan diskusi dengan bantunya pedoman
observasi.
c. Hambatan dan kesulitan guru dalam menggunakan model tematik untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 dalam pembelajaran IPS di SDN Jati.
Informasi tentang data tersebut bersumber dari guru yang menggunakan
teknik pengumpulan datanya melalui observasi dan diskusi balikan denga alat
bantunya pedoman observasi.
d. Upaya yang dilakukan guru untuk menggunakan model tematik dalam
pembelajaran IPS di SDN Jati. Informasi tentang data tersebut bersumber dari
diskusi balikan serta wawancara dengan alat bantunya adalah pedaoman
observasi dan diskusi balikan
Wiriaatmadja (2005:126) menjelaskan bahwa ada 4 (empat) cara yang
mendasar untuk mengumpulkan informasi, yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Untuk uraian penjelasannya sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan upaya/usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk merekam
atau melihat segala kegiatan yang terjadi selama tindakan berlangsung. Kegiatan
ini biasanya selalu membutuhkan alat bantu yaitu catatan lapangan (field notes)
yang akan berguna bagi peneliti pada saat melakukan analisis terhadap kondisi
yang sedang berlangsung baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Menurut
Moleong (1988:153) catatan lapangan sangat penting dalam penelitian kualitatif.
Peneliti menyususn catatan lapangan yang berkaitan dengan kondisi pembelajaran
atau iklim pembelajaran IPS di kelas 3 SD Negeri Jati Kecamatan Cipatat
Kabupaten Bandung Barat.
Hopkins (1993:116) menjelaskan bahwa catatan lapangan merupakan
salah satu cara untuk melaporkan pengamatan, refleksi dan berbagai reaksi
terhadap masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Catatan lapangan berfungsi
untuk mencatat segala kejadian dan peristiwa selama kegiatan pembelajaran
Semua data atau temuan di lapangan yang berkaitan dengan suasana
belajar di kelas 3 pada saat pembelajaran IPS, pengelolaan kelas, kegiatan guru
atau kegiatan siswa dicatat dalam catatan lapangan (filed notes). Catatan lapangan
ini juga berisi komentar sebagian siswa kelas 3, guru dan kepala sekolah.
Beberapa kejadian yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dicatat dalam
catatan lapangan sebagai bahan refleksi dan analisis.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas
dilihat dari sudut pandang orang lain. Orang-orang yang diwawancarai adalah
beberapa siswa, teman sejawat, kepala sekolah dan lain-lain. (Hopkins: 1993;
Wiriaatmadja, 2005).
Menurut Lincoln dan Guba (Meleong, 2001;97) menjelaskan bahwa
maksud mengadakan wawancara adalah untuk mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dana dan
lain-lain. Pendapat lain menurut Denzin (dalam Wiriaatmadja, 2007) menjelaskan
bahwa wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan
yang dipandang perlu, dan bentuk wawancara yang digunakan bisa secara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan pada tanggal 29 Maret 2014
pada hari Sabtu untuk memperoleh data tentang sejauh mana dukungan sekolah
dan lingkungan terhadap peningkatan kualitas proses belajar, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
ini terhadap kepala sekolah, guru mitra dan beberapa orang siswa.
Pada tahap penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru mitra
yang mengajar IPS dikelas 1 sampai kelas 3. Wawancara ini dilakukan untuk
mengetahui latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, metode pada saat
mengajar tematik terutama pelajaran IPS dan kegiatan pendidikan yang pernah
diikuti baik pelatihan, loka karya maupun seminar. Wawancara juga dilakukan
dengan kepala sekolah. Inti wawancara berkaitan dengan pandangan tentang
eksistensi tematik terutama pelajaran IPS di SDN Jati, kebijakan untuk
meningkatkan kualitas pelajaran IPS serta kemungkinan menggunakan metode
belajar yang inovatif dalam pembelajaran IPS di SDN Jati. Wawancara juga
dilakukan dengan beberapa siswa dikelas 3 tujuannya untuk mengetahui sikap
mereka terhadap pelajaran IPS, cara guru mengajar (performance) guru dan sikap
siswa terhadap guru. Informasi yang diperoleh melalui wawancara awal tersebut
membantu peneliti untuk melihat serta memperoleh gambaran awal pembelajaran
3. Dokumen
Macam-macam dokumen dapat membantu kita dalam mengumpulkan data
penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas
(Wiriaatmadja, 2005: 124). Penelitian menggunakan beberapa dokumen seperti
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun guru, daftar
hadir siswa kelas III, profil SDN Jati Kec.Cipatat Kab.Bandung Barat dan
beberapa dokumen lainnya.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang menjadi instrument utama
yang turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan
keperluan penelitian. Dengan posisi sebagai instrument utama, peneliti juga
menggunakan beberapa instrument yang dapat membantu jalannya penelitian,
serta catatan lapangan, lembar panduan observasi, pedoman wawancara, dokumen
wawancara, dokumen sekolah diantaranya daftar hadir siswa, profil sekolah dan
lain-lain, serta menggunakan foto dan alat perekam.
Semua data dan hasil temuan di lapangan yang berkaitan dengan proses
pendekatan tematik di pembelajaran IPS di kelas 3 yang dikelola oleh guru mitra
dicatat dalam catatan lapangan. Catatan lapangan juga berisi tentang komentar
sebagian siswa kelas 3, guru mitra, kepala sekolah serta guru yang lainnya tentang
kejadian tertentu yang berkaitan dengan tindakan seperti sikap siswa ketika
belajar di dalam kelas atau di luar kelas misalnya bermain-main atau tidak
memperhatikan dalan belajar atau yang terlambat masuk kelas, dicatat dalam
catatan lapangan sesuai bahan untuk refleksi dan analisis.
Selain itu peneliti juga menggunakan panduan observasi kegiatan guru dan
siswa dengan menggunaka ‘checklist’. Instrument ini digunakan peneliti untuk
mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran atau tindakan
langsung. Panduan observasi kegiatan guru berisi tentang pengembangan materi
pengajaran yang dilakukan guru, strategi belajar mengajar yang dikembangkan
guru, metode pembelajaran yang dipilih dan dilaksanakan guru di kelas, media
pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas,
sumber belajar yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Panduan
observasi kegiatan siswa berisi tentang keaktifan siswa dalam meningkatkan hasil
belajar yaitu : hidup dan bekerja sama dengan yang lain, belajar mengontrol diri
dan pimpinan, tukar menukar pendapat.
F. Kategorisasi Data
Data-data yang telah direduksi dibubuhi kode tertentu berdasarkan jenis
dan sumbernya. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi terhadap keseluruhan
data, kegiatan ini dilakukan berdasarkan pengkodean dalam analisis data
member label dan mencari data yang sangat efesien, serta mempercepat dan
memberdayakan analisis data.
G. Validasi Data
Data yang telah dikategorikan, selanjutnya dikodifikasikan sesuai dengan
model yang dikembangkan, kemudian divalidasi melalui triangulasi, member
check, auditreail, dan expert opinion (Hopkins, 1993: 152-157). Adapun uraian
teknik pemeriksaan keabsahan data (varidasi) sebagai berikut :
1. Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesisi, konstruk atau analisis yang
peneliti timbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain
(Wiriaatmadja, 2005: 168). Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap itu (Moleong, 1988: 178). Teknik Validasi
ini berarti membandingkan dan mengecek, baik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif. Dalam kegiatan penelitian ini, kegiatan triangulasi dilakukan secara
reflektif kolaboratif antara peneliti dan guru dengan jalan membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dengan berbagai
responden membandingkan hasil wawancara dengan hasil suatu dokumentasi.
2. Member check, kegiatan ini dilakukan dengan meninjau kembali kebenaran
Member check bisa dilakukan dengan memeriksa kembali
keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau
wawancara yang dilakukan antara peneliti dan nara sumber, apakah
keterangan atau informasi yang disampaikan itu tidak berubah sehingga dapat
dipastikan keajegannya dan data itu diperiksa kebenarannya (Wiriaatmadja,
2005: 178).
Kegiatan ini peneliti lakukan dengan cara menanyakan kembali informasi
yang disampaikan sebagian siswa kelas, guru-guru maupun kepala sekolah
pada waktu yang berbeda. Suatu data tentang pelajaran IPS dengan
menggunakan model tematik dalam meningkatkan hasil belajar siswa belum
dikatakan valid sebelum peneliti mengecek kembali keterangan tersebut pada
waktu yang berbeda. Dalan proses ini data atau informasi tentang tentang
seluruh pelaksanaan tindakan dan pada akhir seluruh pelaksanaan tindakan.
3. Audit Trail untuk memeriksa kesalahan-kesalahan di dalam metode atau
prosedur yang dipakai peneliti, dan di dalam pengambilan kesimpulan
(Wiriaatmadja, 2005: 170). Teknik validasi ini untuk mengetahui apakah
laporan peneliti sesuai dengan menggunakan audit trail, kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti adalah berdiskusi dengan pembimbing, teman-teman
4. Expert Opinion agar derajat kepercayaan pada penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka pada penelitian ini menggunakan
expert opinion yaitu dengan cara mengkonsultasikan hasil pertemuan
penelitian kepada para ahli. Nasution (dalam Rochmadi, 35:1997). Dalam
kegiatan ini peneliti mengkonsultasikan temuan penelitian kepada Prof. DR.
H. Dadang Supardan, M.Pd selaku pembimbing I dan kepada DR. Nana
Supriatna, M.Ed selaku pembimbing II, untuk memperoleh arahan dan
masukan sehingga validasi data dapat dipertanggung jawabkan.
H. Interpretasi
Pada tahap ini peneliti berusaha menginterpretasikan temuan-temuan
penelitian atau hasil penelitian dengan merujuk atau menghubungkannya dengan
teori dan norma-norma lainnya yang telah diterima secara umum. Selain itu,
setiap temuan lapangan yang diperoleh dari catatan lapangan dan beberapa
instrument lainnya tentang pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan
model tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dihubungkan pula dengan
temuan para peneliti atau penulis sebelumnya sebagai rujukan.
Semua interpretasi di atas dijadikan bahan dalam perbaikan atau dijadikan
tolak ukur untuk melakukan tindakan berikutnya yang berkaitan dengan kinerja
guru, aktivitas siswa atau kegiatan sekolah lainnya secara menyeluruh. Semua
dapat dijadikan referensi yang dapat memberikan makna terhadapnya. Referensi
ini digunakan untuk melakukan tindakan selanjutnya.
I. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari
informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel.
Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak
menggunakan model analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang
sering disebut dengan metode analisis data interaktif. Mereka mengungkapkan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display
data, dan kesimpulan atau verifikasi.
Koleksi Data
Reduksi Data
Dari 36 siswa hanya 30 siswa yang bisa menjawab dan menguasai materi tematik
yang disampaikan seperti siswa melakukan sosiodrama tentang tawar menawar,
mengetahui pengertian jual beli, membedakan pasar tradisional dan pasar modern,
mengetahui keuntungan dan kerugian jual beli di pasar tradisional dan di pasar
modern,mengetahui pengertian barter, menjelaskan jenis uang yang beredar
dimasyarkat dan cirri-ciri uang. Apabila pembelajaran dianggap berhasil mencapai
75%, siswa dapat mempraktekkan langsung tawar menawar di Pasar terdekat
disekitar sekolah.
1) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin
lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin
banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan Gambar : Analisis Data Kualitatif Menurut Milles dan Huberman
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan,
seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena
itu, apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang
dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus
dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang
masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman
atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti.
Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat
mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang
signifikan.
2) Display Data (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan
tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga
akan semakin mudah dipahami.
Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya.
Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan Huberman disarankan agar dalam
melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik,
matrik ,network (jaringan kerja), dan chart.
3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut
Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami
perubahan apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada
tahappengumpulandataberikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak. Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah
diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Selama melakukan penelitian di SD Negeri Jati Kecamatan Cipatat dalam
pengembangan model pembelajaran tematik pada pembelajaran IPS di kelas III
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Desain-desain dalam pembelajaran IPS melalui model pendekatan tematik
diawali dengan membuat pembentukan tema dari pemetaan Kompetensi Dasar
(KD) pada kurikulum KTSP untuk mata pelajaran IPS kelas III yang akan
dipraktekkan, kemudian membuat dan memahami silabus yang akan
dipraktekkan, dan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
baik. Dalam pembentukan tema yang harus berlandaskan pada kehidupan nyata di
dalam masyarakat dimaksudkan untuk menjembatani antara perolehan hasil
belajar di kelas dengan pengalaman keseharian siswa dan diharapkan dalam
proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai surnber belajar
dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap lingkungan dan
terutama hasil belajar yang diperlukan sebagai anggota masyarakat yang sedang
b. Langkah-langkah dalam pengembangan pembelajaran tematik di SD
Negeri Jati dengan dilakukan 3 siklus penelitian. Sebelum kita melakukan
penelitian 3 siklus sebaiknya terlebih dahulu guru mengenal Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang akan diajarkan, kemudian memilih tema yang dapat
memadukan kompetensi-kompetensi setiap kelas, kemudian membuat matriks
hubungan kompetensi dasar dengan tema yang dipilih kemudian membuat
pemetaan pembelajaran tematik dan yang terakhir menyususn silabus dan RPP
berdasarkan matriks atau jaringan tema. Setiap siklus terdapat 3 kegiatan yaitu
kegiatan awal/pembuka, kegiatan inti dan kegiatan akhir/penutup. Pada kegiatan
awal/pembuka setiap siklus diawal dengan kegiatan pembuka seperti apersepsi,
mengisi daftar kelas, berdoa, momotivasi siswa untuk belajar dan mengajukan
beberapa pertanyaan untuk mengingat materi sebelumnya.
Pada kegiatan inti guru memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang
bertujuan pengembangan kemampuan siswa, guru juga mulai menyajikan tema
pembelajaran kepada siswa. Guru dapat menggunakan berbagai strategi atau
metode yang bervariasi.
Pada kegiatan akhir/penutup guru selalu mengajukan pertanyaan sekitar
materi yang sudah diajarkan, siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru,
guru memeriksa dan membahas pekerjaan siswa dan guru bersama siswa selalu
c. Hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas pembelajaran IPS
dengan menggunakan pendekatan tematik di kelas III SD Negari Jati dengan
melakukan tindakan siklus pertama sampai siklus ketiga . Dan dari hasil penelitan
didapat hasil yang memuaskan setelah dilakukan tindakan sebanyak tiga siklus.
Pada awalnya siklus pertama terlihat dari nilai rata-rata siswa pada siklus petama
6,02 nilai tersebut dinilai yang kurang dalam pelajaran IPS dalam menggunakan
pendekatan tematik maka dilaksanakan siklus ke 2. Pada siklus kedua hasil
rata-rata nilai yang diperoleh adalah 7,00 nilai tersebut menunjukkan guru sudah lebih
baik dalam mengaajrkan pelajaran IPS dengan mengguanakn pendekatan tematik.
Dan pada siklus ketiga diperoleh rata-rata 8,20, nilai tersebut sudah menunjukkan
peningkatan yang sangat baik dalam pembelajaran IPS dalam menggunakan
pendekatan tematik sehingga dengan demikian penelitian tindakan kelas yang
dilakukan mulai dari siklus pertama sampai siklus ketiga bisa dikatakan berhasil.
d. Solusi-solusi dalam mengatasi masalaha-masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran tematik pada pelajaran IPS di SD Negeri Jati, bersifat relatif dan
lebih menekankan pada keterbatasan waktu dikaitkan dengan luasnya
permasalahan nyata serta luasnya materi yang harus dipelajari oleh siswa.
Pembelajaran IPS di tingkat SD pada umumtnya masih dilaksanakan oleh secara
parsial atau berdasarkan disiplin ilmu sosial. Kendala ini disebabkan latar
sehingga diperlukan motivasi belajar dari guru IPS itu sendiri untuk mempelajari
ilmu sosial yang. lain agar mampu meramu menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Diperlukan keterampilan yang cukup tinggi bagi guru untuk merancang rnodel
pembelajaran tematik, tahapan pemetaan kompetensi, penentuan tema, mencari
konsep-konsep yang saling berhubungan dan saling rnelengkapi agar pemahaman
siswa pada tema yang dikaji memerlukan kejelian seorang guru. Oleh karena itu,
model pembelajaran tematik perlu dipelajari dan difahami oleh guru dan model ini
lebih disosialisasikan di sekolah dasar.
Pembelajaran IPS melalui model tematik, memerlukan kreatifitas guru dalam
mernpersiapkan sumber belajar -yang terdapat di lingkungan sekolah ataupun
sumber belajar dari masyarakat. Hal ini pula perlu dukungan dari berbagai pihak
terutama pimpinan sekolah dalam memberi kemudahan sarana belajar dan
dtrkungan moral pada guru.
B. REKOMENDASI
Atas dasar temuan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat
direkomendasikan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti khususnya, upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
melalui model pembelajaran tematik yang pada pembelajaran IPS di Sekolah
tema dan tempat yang berbeda dengan tujuan peningkatan kualitas proses
pembelajaran.
2. Bagi guru sekolah dasar, proses dan hasil studi tentang penggunaan model
tematik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dapat
mengembangkan kemampuan dalam melakukan tindakan perbaikan serta
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, serta diharapkan guru lebih
kreatif dan inovatif .
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan bagi
Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan yang ada
di Kabupaten Bandung Barat dalam meningkatkan kinerja guru dan
mernbenahi proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPS di SD,
sehingga pembelajaran IPS tidak hanya mementingkan perolehan nilai dan
pelajaran hapalan dengan pengadaan buku sumber yang terbatas Secara
kuantitas dan kualitas, melainkan pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan mengaktifkan siswa yang disertai penyediaan berbagai
sumber belajar. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan professional guru
khususnya dalam pembelajaran IPS di SD, sebaiknya agar diperbanyak
kegiatan pelatihan guru, termasuk mengenai penerapan model-model
DAFTAR PUSTAKA
Al Muhtar. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: SPS UPI. Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan Jawa Barat (2004 ).
Ahmadi, Iif Khoiru dkk. (2011). Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Atmojo, Arif. (2005). Buku Kerja Tematik, Jakarta: Tekindo Utama.
Beane. J (1997). Curriculum Integration Designing The Core of Democratic Education. New York : Teachers College Press.
Dana G. Kurfman dan Robert J. Solomon (l 971). Skill Development in Social Studies. Washington : NCSS.
Dantes, Nyoman dan Sunaryo, (1997). Landasan-Landasan Pendidikan Sekolah Dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dariyanto, Feri N. (2012). Teori Belajar Gestalt. [online]. Tersedia :
http://ferdonan.wordpress.com/teori-belajar-gestalt/. (Di akses pada tanggal 16 Agustus 2014).
Depdikbud. (1996). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas Prop. Jabar.
Depdiknas RI, (2003). Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Cipta Jaya.
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta.
Depdiknas, (2012). Kurikulum 2013, Jakarta.
Dimyati dan Mujiono, (2002). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta.
Fajar, M. (1998). Visi Pembaharuan Pendidikan. Jakarta : LP3NI.
Forgarty Robin. (1991). How To Integrate The Curricula, IRI / Skyligt, Palatine. Illnois.
Hajar, Ibnu M.Pd (2013). Panduan Lengkap Kurikulum Tematik untuk SD/MI. Yogyakarta: DIVA Press.
Hamalik, O.(1989). Pengajaran Unit Pendekatan Sistem. Bandung : Mandar Maju.
---. (2001). Proses Belajar Mengaiar. Jakata: Bumi Aksara.
Hamid, A. (2007). Revitalisasi Pendidikan IPS dan Ilmu Sosial untuk Pembangunan Bangsa. Makalah pada Seminar Nasional Revitalisasi PIPS, UPI Bandung.
Harianti, D (1996). Model Pembelajaron Terpadu IPS. Depdiknas : Pusat Kurikulum.
Hopkins. D (l993). A Teacher's Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.
Idi, Abdullah. (2009). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Indrawati. (2009). Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk Program Bermutu.
Jarolimek dan Parker. (1993). Social Studies in Elementary Educator. New York: Macmillan Publishing.
Joyce. W dan Alleman ,J. (1979). Teaching Social Studies In Elementary and middle Schools. New York : Holt Rinehart and Winston.
Kasbolah, K, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Depdikbud Dirjen Dikti Pelatihan Proyek PGSD, Malang.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) . Jakarta :BNSP
Kurniaman, Deni. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Lasmawan, (2010). Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. [online]. Tersedia : http://lasmawan.blogspot.com/2010/10/tujuan-pembelajaran-ips-di-sekolah.html . (Di akses 15 Desember 2013).
Makmun, S.A. (2005). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : Rosdakarya.
Mangkoesapoetra, A. (2005). Pengembangan Keterampilan Sosial Peserta didik , [Online]. Tersedia : http://re-searchengines.com/0805achmad.html. [ 19 November 2008 ].
Marsh, Collin. (2008). Becoming A Teacher. Australia: Person Education Australia.
Martorella. P.. Beal, C,. dan Bolick, C. (2005). Teaching Social Studies In Middle and Secondary Schools. 4th . US: Pearson.
Mudyahardjo, R. (2001). Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar- Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyono (1985). Pengertian dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: P3G Depdikbud.
Muslich, Masnur. (2008). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S., (1988) . Asas-Asas Kurikulum. Bandung : Jemmars.
Nasution, S. (2000). Asas-Asas Didaktik Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Naylor, T dan Diem, A.R,. (1987). Elementary and Middle School Social Studies. New York : Random House.
Nur, Mohammad. (1998). Teori-teori Perkembangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Nurihsan, Ahmad Juntika dan Agustin, Mubiar. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Parkay, F dan Haps, G. (2000). Curriculum Planning A Contemporary Approach 7th. USA: A, Pearson Education Company.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a tentang Implementasi Kurikulum.
Purwanto, M. (1998) Ilmu Pendidiknn Teoritis dan Praktis. Edisi ke-II Bandung: Remaja Rosdakarya.
Poespoprodjo dan Gilarso (1999). Logika Ilmu Menalar Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung : Pustaka Grafika.
Resmini, Novi. (2009). Model Pembelajaran Terpadu. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bhs._dan_sastra_indonesia/196 711031993032-novi_resmini/model_pembelajaran_terpadu.pdf, [diakses 9 desember 2013].
Rohmayanti (2003) Upaya Peningkatan Pembelajaran Geografi Melalui Pendekatan Keterampilan Sosial Peserta didik. IKIP Bandung. Tidakditerbitkan.
Sa’ud, Udin Syaefuddin dkk. (2006). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press
Sapriya, (2000). Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran, Bandung: Rimdi Press.
Sanjaya, W .(2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana henada Media.
Sjamsuddin, H dan Maryani, E. (2008). "Pengembangan program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial ". Makalah pada Seminar Nasional, Makasar.
Slavin, Robert E. (1994). Educational Psichology: Theory and Practice (Fourth Edition). Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.
Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya dan Program Pascasarjana UPI.
Sudjono, N. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosda Karya.
Sudrajat.(2012). Mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial. [online]. Tersedia : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/sudrajat-spd-mpd/
Sukaesih, Esih. (2004). Pembelajaran Terpadu Model Jarring Laba-Laba ( Webbed ) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika,
Bahasa Indonesia Dan Sains.Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sukmadinata, N. (2006). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumaatmadja, N,. (1994). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung : Alumni.
Sunal, C dan Haas, M. ( 2005). Social Studies For Elementary and Middle Grades A Constructivist Approach 2th LJS : Pearson Education.
Sunarto dan Hartono (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka
Syamsudin, Abin. (2000). Psikologi Kependidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tanpa nama. (2012). Hakikat Pembelajaran IPS di SD.[online].
Tersedia: http//phierda.wordpress.com/2012/10/30/hakikat-pembelajaran-ips-sd-2. ( Di akses pada tanggal 17 Februari 2014).
Tanpa nama. (2012). Pengertian, Faktor dan Indikator Hasil Belajar Siswa.[online].Tersedia:http://hendriansdiamond.blogspot.com/2012/01/pe ngertian-faktor-dan-indikator-hasil.html. (Di akses pada tanggal 17 Februari 2014).
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek . Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman, U. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya
Wardhani, I. dkk (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas : Universitas Terbuka.
Weil, Joyce, dan Kluwin. (1978). Personal Models of Teaching Expanding Your Teaching Repertoire. New Jersey: Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs.
Winataputra, Udin S. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. (2007) " Dinamika Pemikiran Inovatif dalam Khasanah Social Studies dan Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia". Makalah pada Seminar Nasional 21 November 2007 UPI Bandung.
Wiriatmadja, R .(2007). Metode Penelitian Tindokan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung : Remaja Rosdakarya.