• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Perkebunan Tembakau Te

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Pengaruh Perkebunan Tembakau Te"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRA-LAPANGAN KULIAH KERJA LAPANGAN 2

KELOMPOK 8

Analisis Potensi Perkebunan Tembakau terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung)

Disusun Oleh:

1. Syifa Alfiah 13/347237/GE/07499

2. Dominikus Yoeli. W. L 13/348063/GE/07558 3. Fonna Fimaulidina 13/348102/GE/07574 4. Reza Kamarullah 13/348125/GE/07582 5. Malinda Zhara. K 13/348291/GE/07598 6. Ahmad Nur Arifin 13/349774/GE/07634 7. Debrina Agnes 13/349992/GE/07650 8. Heni Ermawati 13/350126/GE/07669 9. Angggia Rivani 13/352974/GE/07682 10. Fakhri Maulana. I 13/353348/GE/07694

SAINS INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang merupakan wilayah dengan kondisi geografis yang cuk.up unik. Dari Kabupaten Temanggung ini terlihat terdapat dua Gunung Api aktif yaitu Gunung

Sindoro dan Gunung Sumbing. Akibat keberadaan dua Gunung Api tersebut, kondisi topografi di kabupaten Temanggung menjadi bervariasi, mulai dataran hingga

pegunungan. Variasi kondisi geografis tersebut membuat Temanggung memiliki potensi serta permasalahan yang berbeda- beda sehingga kondisi sosial dan ekonomi masing – masing wilayah juga berbeda. Hasil Produksi perkebunan merupakan salah satu sumber pemasukan terbesar di Temanggung. Perkebunan di Temanggung ini bervariasi mulai dari perkebunan kopi, tembaku dan juga jagung

Salah satu potensi Kabupaten Temanggung yang terkenal adalah produksi dari perkebunan tembakau. Berdasarkan data Jawa Tengah dalam Angka tahun 2012 disebutkan bahwa luas lahan di Kabupaten Temanggung yang digunakan untuk lahan tembakau mencapai 15.588 Ha dan produksinya mencapai 9.979 ton. Mayoritas perkebunan tembakau ini terdapat di wilayah yang berada di lereng gunung api. Lokasi – lokasi tersebut sangat sesuai digunakan untuk perkebunan tembakau karena berada di dataran tinggi, lereng gunung di Temanggung yang menghadap ke arah timur sehingga mendapatkan penyinaran yang baik di pagi dan siang hari, unsur hara dalam tanah yang baik, serta suhu yang optimal sehingga sangat baik untuk tanaman tembakau.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung, Wilayah yang akan difokuskan untuk perkebunan tembakau diantaraya adalah Kecamatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo. Dua kecamatan ini merupakan wilayah yang berada di bawah kaki Gunung Api Sumbing. Wilayah kecamatan

(3)

banyaknya curah hujan 22mm/tahun. Wilayah Bulu memiliki luas 4.304Ha yang terbagi ke dalam 19 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 45.828 jiwa.

Wilayah Kecamatan Tlogomulyo merupakan wilayah yang terkenal akan kualitas tembakau terbaiknya. Tembakau jenis ini disebut sebagai Tembakau Srintil. Tembakau srinthil merupakan tembakau berkualitas terbaik yang merupakan produk asli Indonesia yang dihasilkan daerah Temanggung. Bahkan jenis oleh tembakau tersebut sudah mendapat Sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum dan HAM. Tembakau srintil ini merupakan jenis tembakau dengan harga yang paling

mahal.

“Srinthil” merupakan tembakau grade F, G, H, dan I, dengan kadar nikotin yang paling tinggi, yakni sekitar 20%. Setelah melalui riset dari Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) yang berkantor di Malang, Jawa Timur, diketahuilah bahwa ternyata kondisi alam, cuaca, dan struktur tanah di daerah Temanggung memang mampu memberikan panen tembakau dengan kualitas terbaik di dunia.

Salah satu desa penghasil tembakau Srinthil ini adalah di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. DI desa tersebut, luas kepemilikan lahan warganya yang difungsikan untuk penanaman tembakau mencapai 400Ha , padahal luas wilayah wilayah tersebut hanya seitar 165 Haul maupun juragan tembakau yang tinggal di desa ini. Hasil produksi tembakau serta produktivitasnya yang tinggi memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sana. Tembakau memang merupakan komoditas utama yang etrdapat di wilayah tersebut. Apabila musim kemarau datang, tidak ada komoditas lain yang dapat tumbuh dan berkembang di wilayah tersebut. Jadi, penduduk di Desa Legoksari yang berada di lereng atas Gunung Sumbing tersebut sangat bergantung pada hasilk produksi tembakau. Semakin banyak produktivitas tembakau yang ada, maka akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat dan begitu pula sebaliknya.

5.2.RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Bagaimana profil wilayah Kecamatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo? 1.2.2. Bagaiamnaa profil Wilayah Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo ?

1.2.3. Bagaimana potensi tembaakau di Desa Legoksari?

(4)

1.3.TUJUAN

1.3.1. Mengidentifikasi kondisi wilayah untuk menyusun profil Kecsmatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo

1.3.2. Mengamati dan memahami kondisi wilayah dan melakukan pengukuran di lapangan untuk mneyusun profil Desa Legoksari

1.3.3. Mengamati dan mengidentifikasi potensi tembakau di Desa Legoksari

1.3.4. Menganalisis pengaruh hasil produksi tembakau terhadap sosial ekonomi masyarakat.

1.4.MANFAAT

1.4.1. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mahasiswa Jurusan Sains Informasi dan Pengembangan Wilayah Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Tahun 2015 dalam melakukan pengukuran hingga analisis data wilayah Kabupaten Temanggung.

(5)

BAB II TEORI DASAR

2.1. GEOGRAFI

Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.

Interelasi dan integrasi keruangan pada gejala di permukaan bumi dari suatu wilayah ke wilayah lain selalu menunjukan perbedaan. Dengan demikian, ruang lingkup disiplin geografi memang sangat luas dan mendasar, seperti yang dikatakan Murpey (1966:5), mencakup aspek alamiah dan aspek insaniah, kemudian di tuangkan dalam suatu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebaran dan kronologinya.

Cakupan dan peranan georafi dari hasil pengamatan UNESCO (1965:12-35) Maupun Lounsbury (1975:1-6) adalah :

1. Geografi sebagai suatu sintesis. Hakikatnya dapat menjawab subtansi pertanyaan-pertanyaan tentang what, where, when, why, dan how.

2. Geografi sebagai suatu penelaahan gejala dan relasi keruangan. Dalam hal ini geografi berperan terhadap fenomena-fenomena, baik alamiah maupun insaniah.

3. Geografi sebagai disiplin tata guna lahan. Disini harus di titik beratkan kepada aspek pemanfaatan atau pendayagunaan ruang geografi yang harus semakin di tingkatkan.

(6)

penelitian praktis untuk kepentingan kehidupan dalam meningkatkan kesejahteraan manusia.

Dalam geografi terdiri atas tiga cakupan kajian yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu :

1. Lingkungan

Lingkungan alamiah pada suatu wilayah tediri atas permukaan lahan itu sendiri (tidak banyak ahli geografi yang meneliti laut), hidrologi permukiman air di wilayah itu, flora dan fauna yang tinggaldi dalamnya, lapisan tanah yang menutupi permukiman itu, dan atmosfer yang terdapat di atasnya. Semua unsur ini terjalan dalam suatu system lingkungan yang kompleks, misalnya flora suatu wilayah mempengaruhi iklim di sekitarnya dan pembentukan serta pengikisan lapisan tanah di bawahnya (Johnston, 2000 : 404).

2. Tata Ruang

Sejak tahun 1950-an, studi geografi sebagai pengaruh gerakan di Skandinavia yang dilakukan oleh ahli ekonomi dan sosiologi, telah mendorong lahirnya perspektif lain dalam aktifitas manusia di permukaan bumi ini. Tujuannya untuk menata ulang sisi ilmiah pada disiplin ini sehingga dapat mempelajari hukum-hukum mengatur periaku keruangan secara individual maupun pola– pola keruangan dalam penyebaran artefak-artefaknya (Johnston, 2000 : 405). 3. Tempat

Pada tahun 1930-an, determinisme lingkungan digantikan oleh geografi regional, dimana landasannya adalah sifat-sifat khusus masing-masing region atau kawasan yang dibatasi oleh kriteria-kriteria tertentu, biasanya dalam skala benua atau sub benua yang memiliki persamaan-persamaan khusus (Johnston, 2000 : 407).

Adapun cabang-cabang dari geografi manusia (human geography) mencakup:

2.1.1. GEOGRAFI EKONOMI

(7)

mereka mendasarkandiri pula pada environmental determinism (Huntington, 1915).

Geografi juga banyak mengadopsi berbagai teori dan model, terutama dalam

empat sumber utama (Barnes, 2000 : 266).

a. Sumber pertama adalah ekonomi neoklasik yang menyumbangkan model-model umum kompetensi dan perilaku rasional.

b. Fisika memasok dasar-dasar analisis gravitasi dan model entropi yang mengilhami analisis tentang pola interaksi spasial.

c. Model-model lokasional Jerman yang sebenarnya hampir terabaikan oleh Teori Lokasi Pertanian Von Thumen, Teori Lokasi Industri Weber, serta Teori Tempat Sentral Loesch dan Chirstaller.

d. Geometri yang menyajikan berbagai aksioma, hitungan baku, dan teorema yang melandasi hukum-hukum morfologi spasial (Bunge, 1962). Walaupun pemikiran Harvey telah mengubah paradigma geografi ekonomi secara dominan, namun tetap saja geografi yang baru pun mendapat kritik yang meliputi :

 Kritik terhadap perlunya spasial yang harus disosialisasikan dan dikritik oleh Doreen Massey. 

 Adanya gugatan hasil perumusan Harvey serta perlunya memahami kemunculan industry beteknologi tinggi, hal ini dikritik oleh Michael Sporter dan Allen Scot dalam bukunya Pathway to Industrialization and Regional Development. 

 Kritikpun dari kelompok peminis dimana Harvey mengabaikan unsur feminis maupun etnik. 

2.1.2. GEOGRAFI POPULASI

Pokok yang dihadapi oleh para ahli geografi populasi dapat diklasifikasikan sbb: a. Pemetaan kecenderungan kontemporer dalam distribusi populasi serta

ciri-cirinya, seperti: Pola hidup, Usia, pendidikan dll.

(8)

d. Geografi social dari populasi yang tersingkir atau terpinggirkan.

2.1.3.GEOGRAFI SOSIAL

Merupakan sebuah subdisiplin ilmu dari geografi sebagai sebuah subjek yang mengaitkan ilmu-ilmu social dengan ilmu-ilmu alamiah, serta meliputi topic-topik mulai dari tektonik sampai psikoanalisis (Smith:981). Pada ahirnya kajian ini membujuk para ahli geografi untuk mengkaji ketimpangan spasial dalam kesempatan memiliki rumah, kesempatan kerja, keprihatinan meningkatnya kejahatan, dan berbegai isu social lainnya.

2.3. PENDEKATAN GEOGRAFI

Pendekatan ini berkaitan erat dengan kuantifikasi dan keyakinan pada keteraturan statistik merupakan bukti adanya hubungan sebab akibat empiris, seperti yang disyaratkan oleh teorinya. Pendekatanya yang didasarkan pada pengukuran dalam displin ini membutuhkan banyak eksperimentasi dan inovasi dalam cara-cara pengumpulan data lapangan, baik proses-proses dalam lingkungan fisik maupun mengenai cara-cara individu membentuk tingkah laku ruang mereka. Pada dasarnya, hampir semua data geografis megacu kepada dua konteks dimensional. Secara tradisional, hal itu telah ditampilkan dalam bentuk peta, namun perkembangan sejak tahun 1970-an dalam sistem-sistem informasi geografis (Geografical Information System atau GIS) telah meningkatkan kemampuan menyimpan, memvisualisasi, dan menganalisisnya melalui kemampuan melapis kumpulan-kumpulan data satu sama lain.

Disamping pendekatan-pendekatan yang telah dijelaskan di atas, dalam kajian geografi terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan. R. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno dalam Metode Analisis Geografi (1979: 12). Mengemukakan tiga pendekatan (Approach), yaitu:

a. Pendekatan Analisis Keruangan

(9)

telah ada dan penyebaran ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dicanangkan. Selain itu, dalam analisis pendekatan keruangan tersebut pun dapat di kumpulkan data lokasi yang terdiri dari titik (point data) dan data bidang (areal data). Adapun yang termasuk dalam data titik adalah data ketinggian yang tempat, data sampel bantuan, data sempel tanah, dan sebagainya. Sedangkan yang ternasuk dalam data bidang adalah data luas hutan, data luas padang-padang, dan sebagainya. (Bintarto dan Hadisumarno, 1979: 13).

b. Pendekatan Ekologi

Dalam pendekatan ini, dikaji tentang interaksi antara organism hidup dengan lingkungannya, seperti manusia, hewan, timbuhan, dan lingkungan. Dalam hal ini, dikaji tentang masyarakat kelompok organism beserta lingkungan hidupnya sebagai suatu kesatuan ekosistem. Study ini menitikberatkan kepada kehidupan dan nonkehidupan. Semua komponen tersebut (air, litosfer, atmosfer, dan organism hidup) berintegrasi. Selain itu, organismebdapat pula mengadakat integrasi dengan organism hidup laiinya. (Bintarto dan Hadisumarno, 1979: 19).

c. Pendekatan Kompleks Wilayah

Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan analisis ekologi. Dalam kajian pendekatan wilayah ini terdapat dua aktifitas yang perlu dilakukan, yakni analisis kompleks wilayah, perwilayahan (regionalization), dan klasifikasi (classification). Dalam hubungan dengan analisis kompleks wilayah tersebut ramalan wilayah (regional forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning) merupakan aspek-aspek dalam analisis tersebut. Sedangkan dalam perwilayahan dan klasifikasi, suatu sifat-sifat yang dimiliki oleh semua individu di gunakan dalam proses penggolongan yang membedakan satu sama lain dalam beberapa kelas, kemudian meningkat dalam himpunan kelas (Bintarto dan Hadisumarno, 1979: 29).

2.4. INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

(10)

Hubungan keruangan : misalnya suatu area sekolah, di sebelah utaranya ada jalan, di sebelah timur ada gedung olahraga, di sebelah barat ada toko, dan di sebelah selatan ada lapangan terbuka. Waktu : mengandung informasi temporal, karena obyek permukaan bumi bersifat dinamis. Informasi keruangan menyatakan lokasi yang berkaitan dengan informasi geografis.

2.4.1. DATA SPASIAL

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribut) yang dijelaskan berikut ini :

a. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk di antaranya informasi datum dan proyeksi.

b.Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

Informasi Lokasi

Informasi lokasi atau geometri milik suatu objek spasial dapat dimasukkan ke dalam beberapa bentuk seperti berikut :

a. Titik (dimensi nol - point)

Titik adalah representasi grafis atau geometri yang paling sederhana bagi objek spasial. Representasi ini tidak memiliki dimensi, tetapi dapat diidentifikasikan di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Perlu dipahami juga bahwa skala peta akan menentukan apakah suatu objek akan ditampilkan sebagai titik atau polygon. Pada peta skala besar, unsur-unsur bangunan akan ditampilkan sebagai polygon, sedangkan pada skala kecil akan ditampilkan sebagai unsur-unsur titik. Format titik : koordinat tunggal, tanpa panjang, tanpa luasan.Contoh : lokasi kecelakaan, letak pohon

b. Garis (satu dimensi – line atau polyline)

(11)

saluran buangan, dan utility lainnya dapat direpresentasikan sebagai objek dengan bentuk geometri garis. Hal ini akan bergantung pada skala peta yang menjadi sumbernya atau skala representasi akhirnya. Format : Koordinat titik awal dan akhir, mempunyai panjang tanpa luasan. Contoh : jalan, sungai, utility

c. Polygon (dua dimensi – area)

Geometri polygon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi. Unsurunsur spasial seperti danau, batas propinsi, batas kota, batas persil tanah milik adalah beberapa contoh tipe entitas dunia nyata yang pada umumnya direpresentasikan sebagai objek-objek dengan geometri polygon. Meskipun demikian, representasi ini masih akan bergantung pada skala petanya atau sajian akhirnya. Format : Koordinat dengan titik awal dan akhir sama, mempunyai panjang dan luasan. Contoh : Tanah persil, bangunan

d. Permukaan (3D)

Setiap fenomena terkait fisik (spasial) memiliki lokasi di dalam ruang. Akibatnya, model data yang lengkap juga harus mencakup dimensi penting yang ketiga (ruang 3 dimensi). Hal ini tentu saja juga berlaku bagi permukaan tanah, menara, sumur, bangunan, batasbatas alamat, bencana (gempa, tsunami, kebakaran), dan lain sebagainya. Format : Area dengan koordinat vertikal, Area dengan ketinggian Contoh : Peta slope, bangunan bertingkat.

Informasi Atribut

Data Deskriptif merupakan uraian atau atribut data spasial (anotasi, tabel, hasil pengukuran, kategori obyek, penjelasan hasil analisis / prediksi dll). Data non-spasial dapat dimasukkan ke dalam beberapa bentuk sebagai berikut :

a. Format tabel

Kata-kata, kode alfanumerik, angka-angka. Contoh : hasil proses, indikasi, atribut.

b. Format laporan

Teks, deskripsi. Contoh : perencanaan, laporan proyek, pembahasan.

c. Format pengukuran

(12)

Kata-kata, angka-angka, symbol. Contoh : nama objek

Data Spasial: merupakan data grafik berbentuk poligon yang merupakan closed area yang menghubungkan posisi-posisi geografis di lokasi Pondok Indah. Data Non-Spasial: Luas Permukiman, Jumlah Penduduknya, Jumlah Rumah, Jumlah Kepala Keluarga, Pendapatan Rata-Rata Kepala Keluarga, dll

2.4.2. FORMAT DATA SPASIAL

Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan

dalam dua format, yaitu : a. Data Vektor

Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir di titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis data batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama dalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.

b. Data Raster

(13)

yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vector relative lebih ekonomis

dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan

dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang

penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih

mudah digunakan secara matematis.

2.4.3. SUMBER DATA SPASIAL

Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain :

a. Peta Analog

Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasia seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui proses dijitasi sehingga dapat menunjukkan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.

b. Data Sistem Penginderaan Jauh

Data penginderaan jauh (antara lain citra satelit, foto udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediannya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.

c. Data hasil pengukuran lapangan

Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut, contohnya : batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain-lain.

d. Data GPS (Global Positioning System)

Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini bisanya direpresentasikan dalam format vector.

2.5. METODE ANALISIS SPASIAL

(14)

seiring dengan berkembangnya teknologi sistem informasi geografis. Banyak sekali metode analisis spasial yang dapat digunakan dalam proses perencanaan wilayah. Teknik dan metode analisa spasial dasar yang dapat digunakan sebagai basis dalam melakukan proses perencanaan secara umum terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Pengolahan atribut data spasial 2. Eksplorasi, ekstrasi dan klasifikasi 3. Overlay (tumpang susun)

4. Ketenggangan, jarak, dan keterkaitan

2.6.ANALISIS NON SPASIAL (PEMBANGUNAN WILAYAH)

Perencanaan merupakan suatu proses yang saling berkesinambungan dan berkelanjutan mulai dari pengumpulan data, penyusunan rencana, hingga tahap evaluasi dan monitoring. Proses perencanaan merupakan proses yang tidak pernah selesai karena pada proses perencanaan, perencana selalu memikirkan bagaimana cara untuk membangun bahkan hingga mengembangkan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih baik dengan memperhatikan semua lingkup yang terlibat melalui proses perencanaan tersebut. banyak pakar yang memberikan definisi mengenai perencanaann, salah satu acuannya adalah dari UU no 25 tahun 2004 yang menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menetukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam perkembangannya kegiatan perencanaan banyak digunakan diberbagai bidang yang ditandai dengan munculnya berbagai istilah dari sektor – sektor yang melakukan perencanaan seperti : economic planning, social planning, environmental planning, city planning, regional planning, dan istilah lainnya.

2.7. PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan pembangunan merupakan suatu kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh seluruh elemen untuk menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan, merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan, menyusun konsep strategi untuk pemecahan masalah, dan melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki, sehingga pada akhirnya harapan untuk kesejahteraan masyarakat dapat terwujudkan.

(15)

cara perencanaan pemabangunan untuk menghasilkan rencana – rencana pemabangunan dalam jangka panjang panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat ditingkat pusat dan daerah.

Undang – undang tersebut menyebutkan SPPN ditujukan untuk : 1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi; baik antar daerah, ruang, waktu, dan fungsi pemerintah pusat maupun daerah.

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat

5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Proses perencanaan dilakukan melalui pendekatan politik terkait dalam pemilihan presiden atau kepala daerah yang dikenal dengan rencana pembangunan hasil proses politik, dapat dicontohkan dari penjabaran visi dan misi dalam RPJM ( Rencana Pembangunan Jangka Menengah) atau RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). selain dilaksanakan secara politik, proses teknokratik dilakukan juga dengan metode dan kerangka berfikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang bertugas dalam hal tersebut. aspek partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders melalui wahana – wahana yang telah disiapkan seperti halnya Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Dari sisi jenjang pemerintahanan proses perencanaan ini dikenal sebagai proses top-down dan bottom-up yang dilakukan secara seimbang.

2.8. ANALISIS SWOT

(16)

diharapkan dapat mengeksplorasi keinginan masyarakat mengenai rencana pembangunan daerah untuk penghidupan masyarakat.

Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan. penyesuaian metode ini untuk keperluan perencanaan desa dapat dimaknai bahwa analisa ini akan melihat sisi faktor internal daerah meliputi kekuatan dan kelemahan. Serta mengidentifikasi faktor eksternal desa meliputi kesempatan dan ancaman/tantangan terhadap perencanaan dan pembangunan desa.

(17)

BAB III

METODE KULIAH KERJA LAPANGAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data sekunder tentang wilayah terkait untuk mengetahui potensi dan masalah yang terdapat pada wilayah Kecamatan Tlogomulyo. Pengumpulan data sekunder dimulai pada bulan Maret 2015. Setelah pengumpulan data sekunder berupa data spasial dan non spasial, dilakukan pengambilan data primer dengan cara pengukuran langsung di Desa Legoksari. Pengambilan data primer ini dilakukan tanggal 18 Mei-22 Mei 2015. Setelah pengumpulan data sekunder dan pengambilan data primer dilakukan pengolahan dan analisis data.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi personal computer, beberapa software penunjang dan peralatan pengukuran lapangan. Berikut adalah daftar alat dan bahan yang dibutuhkan:

No Alat/Software Fungsi

1 GPS Untuk menentukan titik di lapangan

2 Theodolit Untuk menentukan ketinggian tempat

3 Jalon Untuk pengukuran di lapangan

4 Pita Ukur Untuk mengukur panjang

5 Kuesioner Untuk melakukan pengambilan data primer melalui wawancara

6 Checklistk Untuk pengisian data di lapangan

7 ArcMap Untuk mengolah data primer dan sekunder

8 Ms. Word Untuk menyusun laporan

(18)

Tabel 3.1. Bahan Penelitian KKL

No Bahan Sumber

1 Peta Administrasi Digitasi peta RBI tahun 2000 Kecamatan Bulu dan

Tlogomulyo

2 Peta Jalan Kecamatan Bulu Digitasi peta RBI tahun 2000 dan Tlogomulyo

3 Peta Penggunaan Lahan Digitasi peta RBI tahun 2000 Kecamatan Bulu dan

4 Data Potensi Desa Badan Nasional Penanggulangan Bencana Kecamatan Bulu dan Nasional

Tlogomulyo tahun 2008

5 Data Kecamatan Buku dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tlogomulyo dalam Angka Temanggung

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Wawancara ( interview)

Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung terhadap responden secara verbal, baik formal maupun informal. Wawancara ini dilakukan terhadap responden terkait yaitu kepala desa, warga asli, para petani tembakau, dan juragan tembakau.

2. Observasi Lapangan ( field observation)

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat langsung tentang gejala dan masalah yang terdapat di lapangan. Dalam observasi lapangan ini diharapakan dapat diperoleh informasi yang sesuai dengan kondisi yang ada berkaitan dengan tujuan penelitian yang dihasilkan.

3. Kuesioner atau angket

(19)

melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis terhadap responden yang diinginkan untuk memperoleh informasi secara detail tentang informasi yang ingin diperoleh.

4. Studi dokumenter

Merupakan salah satu teknik pengumpulan data sekunder dengan cara mempelajari dokumen – dokumen yang sudah ada yang akan digunakan sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan yang sedang dikaji.

5. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang sudah ada yang menunjang tujauan yang ingin diperoleh dalam penelitian.

Metode Kuliah Kerja Lapangan

Peta RBI

Checklist Ketelitian Peta

Peta – Peta Tematik

Observasi dan Pengisian checklist

Pengukuran Detail

Citra/Foto Udara

Interpretasi

Peta Penggunaan Lahan Tentatif

Cek Lapangan

Peta Penggunaan Lahan

Pengolahan Data Spasial

Penggunaan Lahan(Dominasi, Komposisi, Trend)

Profil Wilayah dan Fungsi Kawasan

Pengolahan Data

Peta Administrasi

Ukur Tanah

Data Sekunder (Numerik)

Pengolahan Potensi dan

Masalah Data

Survei dan Wawancara

(20)

BAB IV

PROFIL DAN REGIONALISASI WILAYAH

4.1. PROFIL WILAYAH

Kecamatan Tlogomulyo dan Kecamatan Bulu merupakan dua kecamatan di Kabupaten Temanggung diantara 20 kecamatan yang tersebar di kabupaten tersebut. Dilihat dari kondisi ekonomi wilayahnya, kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang menggantungkan penghasilannya dari sektor perkebunan khusunya perkebunan tembakau. Secara kuantitas dan kualitas, dua kecamatan yang berada di lereng Gunung Sumbing tersebut memiliki produksi tembakau yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik.

4.1.1. KECAMATAN TLOGOMULYO

Tlogomulyo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia. Kec. Tlogomulyo adalah salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Temanggung, karena berada di lereng Gunung Sumbing. Kesenian kuda lumping dari Tlogomulyo adalah kesenian yang cukup tersohor di wilayah Kabupaten Temanggung, bahkan sering tampil di luar Temanggung, bahkan sering dikirim ke Taman Mini Indonesia Indah. Misalnya saja dari dusun Legoksari, Lamuk Gunung, Tlilir, Dampit, dan lain-lain. Wilayah Kecamatan Tlogomulyo yang merupakan salah satu dari 20 Kecamatan di Kabupaten Temanggung yang berbatasan dengan: Wilayah Barat dengan Kecamatan Bulu, Wilayah Utara dengan Kecamatan Bulu , Sebelah Timur Kecamatan Temanggung, Sebelah Selatan dengan Kecamatan Tembarak Tlogomulyo terletak pada ketinggian tanah rata-rata 800 m dpl dengan suhu antara 29 oC dan 18 oC. Dengan rata-rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22 mm/th. Kecamatan Tlogomulyo memiliki luas wilayah 2.484 ha, dengan jumlah penduduk 20.691 orang dan mempunyai 12 desa. Salah satu dari 12 desa di Kecamatan Tlogomulyo adalah Desa Candisari yang terletak di ketinggian 700 m dari permukaan laut dan berjarak 5 km dari ibu kota Kecamatan Tlogomulyo dan 4,75 km dari ibu kota Kabupaten. Dengan luas 109 ha yang terbagi dalam lahan sawah 46,35 ha dan lahan bukan sawah 61 ha. Dari Lahan sawah bukan sawah dipergunakan untuk Bangunan/pekarangan, Ladang/tegal/huma, dan lahan lainnya.Desa Candisari terdapat 3 dusun yang terdiri dari 2 Rukun warga (RW) dan 6 Rukun tetangga (RT) dan terdapat 218 Rumah tangga. Jumlah penduduk 811 jiwa terdiri dari 406 jiwa Laki-laki dan

(21)

pangan. Untuk sumber air minum berasal dari sumur dan mata air. Dan untuk penerangan 243 menggunakan PLN dan - menggunakan penerangan lainnya.Dalam bidang pendidikan banyaknya penduduk di atas 5 tahun yang Tamat PT/Universitas 9 orang, Tamat Akademi 13 orang, Tamat SLTA/sederajat 220 orang, Tamat SLTP/ sederajat 169 orang, Tamat SD/sederajat 330 orang, Tidak tamat/Belum tamat SD - orang, dan Belum/ tidak sekolah 100 orang.

4.1.2. KECAMATAN BULU

Kecamatan Bulu adalah salah satu dari 20 kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung, Jarak dari Kota Temanggung 6 Km dengan luas 4.304 Ha. Dengan rincian Lahan Sawah 1.364 Ha dan Bukan Lahan Sawah 2.940 Ha. Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung dalam pembagian wilayah Administrasi terbagi menjadi 19 Desa, 91 Dusun, 297 RT, 84 RW. dengan jumlah Kades 19, perangkat desa 240 dan anggota BPD 155. Berdasarkan Registrasi tahun 2008 Kecamatan Bulu dengan jumlah penduduk 43.180 jiwa yang terdiri dari 21.547 laki-laki, 21.633 perempuan, kepadatan penduduk 1.003 per Km2. Angka kelahiran kasar (CBR) 10,17 per 1000 jiwa, Angka Kematian Kasar (CDR) 5,63 per 1000 jiwa, Jumlah rumah tangga pada tahun 2008 sebanyak 10.886 rumah tangga dengan rata-rata penduduk per rumah tangga sebanyak 3-4 orang per rumah tangga. Jumlah penduduk berusia 5 tahun keatas yang menamatkan perguruan tinggi hanya 676 jiwa, tamat Akademi / sarjana muda sebesar 294 jiwa, tamat SLTA sederajat sebesar 3.019 jiwa, tamat SLTP sederajat 4.427 jiwa, tamat SD sederajat sebesar 18.196 jiwa, tidak / belum tamat SD sebesar 12.594 jiwa. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu 16.630 jiwa, yang bekerja pada sektor industri hanya 348 jiwa, sektor bangunan 768 jiwa, pedagang 2.625 jiwa, yang bekerja pada sektor angkutan sebesar 558 jiwa, Jasa 2.491 jiwa dan sektor lainnya. Tanaman yang dapat dikembangkan di Kecamatan Bulu antara lain : Padi, Jagung, Ketelal Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah dan Kacang Kedelai. Untuk Tanaman sayuran antara lain : Bawang Merah, Kobis, Lombok, Sawi, Kacang Merah. Untuk Buah-buahan antara lain : Durian, Rambutan, Jambu Biji, Pepaya, Pisang. Tanaman Perkebunan antara lain : Kopi Arabika,Kopi Robusta, Cengkeh, Kelapa, Jahe, Kunyit, Tembakau, Panili, Melinjo. Peternakan antara lain : Sapi Potong,

Kerbau, , Kuda, Kambing, Domba, Kelinci, Ayam Buras, Ayam Ras, Itik, Entok,

(22)

4.2. REGIONALISASI WILAYAH

Kecamatan Tlogomulyo dan Kecamatan Bulu merupakan dua kecamatan di Kabupaten Temanggung diantara 20 kecamatan yang tersebar di kabupaten tersebut. Dilihat dari kondisi ekonomi wilayahnya, kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang menggantungkan penghasilannya dari sektor perkebunan khusunya perkebunan tembakau. Secara kuantitas dan kualitas, dua kecamatan yang berada di lereng Gunung Sumbing tersebut memiliki produksi tembakau yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik.

4.2.1. KECAMATAN TLOGOMULYO

Wilayah Kecamatan Tlogomulyo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Temanggung yang memiliki potensi tembakau terbaik di Indonesia. Hal dibuktikan dengan besarnya luas lahan di wilayah Kecamatan Tlogomulyo untuk produksi tanaman tembakau pada tabel berikut.

Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan dirinci per Desa di Kecamatan Tlogomulyo 2013

No. Desa Luas Panen Produksi Kering Klas Luas Klas Produksi

(Ha) (Ton) Panen Kering

1 Pagersari 450 3,6 Tinggi Tinggi

2 Losari 126 1 Sedang Sedang

3 Legoksari 169 1,35 Tinggi Tinggi

4 Gedegan 50 0,4 Sedang Sedang

5 Tlitir 159 1,27 Sedang Sedang

6 Tlogomulyo 64 0,51 Sedang Sedang

7 Tanjungsari 40 0,32 Rendah Rendah

8 Kerokan 25 0,2 Rendah Rendah

9 Balerejo 27 0,22 Rendah Rendah

10 Sriwungu 60 0,48 Sedang Sedang

11 Langgeng 70 0,56 Sedang Sedang

12 Candisari 50 0,4 Sedang Sedang

(23)

Dalam tabel tersebut didapatkan informasi bahwa di Kecamatan Tlogomulyo terdapat beberapa desa yang memiliki luas panen yang tinggi seperti Desa Pagersari dan Desa Legoksari. Rata-rata wilayah dengan luas lahan produksi tembakau yang tinggi berada di lereng-lereng atas Gunung Sumbing. Karena kondisinya yg ideal untuk tumbuhnya tanaman tembakau. Luas lahan produksi juga sangat mempengaruhi lahan produksi kering. Karena tembakau merupakan tanaman perkebunan yang dapat hidup pada kondisi tanah yang kering dan lembab. Maka area-area dengan luas lahan produksi tinggi merupakan area-area dengan tingkat kekeringan yang tinggi pula. Sehingga lereng-lereng atas Gunung Sumbing sebagian besar wilayahnya memiliki kondisi tanah yang kering.

4.2.2. KECAMATAN BULU

Kabupaten Bulu yang rata – rata berada pada ketinggian 772 mdpl merupakan salah satu wilayah yang sesuai untuk pengembangan tembakau di Temanggung.

Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan dirinci per Desa di Kecamatan Bulu 2013

No. Desa Luas Panen Produksi Kering Klas Luas Klas Produksi

(Ha) (Ton) Panen Kering

1 Wonotirto 163 96,82 Tinggi Tinggi

2 Pagergunung 106 62,96 Tinggi Tinggi

3 Wonosari 124 73,66 Tinggi Tinggi

4 Bansari 117 69,5 Tinggi Tinggi

5 Pandemulyo 63 37,42 Sedang Sedang

6 Malangsari 37 21,98 Sedang Sedang

7 Mondoretno 19 11,29 Rendah Rendah

8 Pakurejo 35 20,79 Sedang Rendah

9 Pengilon 13 7,72 Rendah Rendah

10 Pasuruhan 49 29,11 Sedang Sedang

11 Gondosuli 72 103,36 Sedang Tinggi

12 Tegalrejo 63 37,42 Sedang Sedang

13 Gandurejo 174 103,36 Tinggi Tinggi

14 Campursari 21 12,47 Rendah Rendah

15 Tegalurung 23 13,66 Rendah Rendah

16 Bulu 21 12,47 Rendah Rendah

17 Putat 7 4,16 Rendah Rendah

(24)

Berdasarkan data luas panen tanaman tembakau, sebagai acuan besar wilayah Kecamatan Bulu terklasifikasi dalam kategori tinggi. Mayoritas luas lahan yang terklasifikasi tinggi berada di lereng atas Gunung Sumbing, dan semakin ke bawah luas panen tanaman tembakaunya berangsur –angsur semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan lahan yang berada di lereng atas lebih sesuai untuk perkebunan tembakau karena suhu di siang hari yang lebih tinggi serta tangkapan sinar matahari yang banyak. Luas panen tembakau tersebut juga berdampak pada jumlah produksi kering tanaman tembakau. Semakin ke bawah, kecenderungan hasil prosuksi tembakau semakin menurun dan begitu pula sebaliknya.

PETA LUAS PANEN TANAMAN TEMBAKAU

19 Danupayan 29 17,23 Rendah Rendah

(25)
(26)

BAB V

HASIL OBSERVASI LAPANGAN

5.1. KARAKTERISTIK WILAYAH 5.6.1.PROFIL KECAMATAN BULU

Kecamatan bulu adalah salah satu kecamatan dari 20 kecamatan yang ada di kabupaten temanggung. Letak kecamatan bulu merupakan kecamatan yang

menghubungkan antara dua kecamatan yaitu kecamatan temanggung dan kecamatan parakan. Kecamatan yang dihubungkan adalah kecamatan yang termasuk besar di kabupaten temanggung dan memegang peran dalam perkembangan wilayah kabupaten temanggung. Kecamatan bulu ini memiliki luas 4.303,96 Ha dengan rincian lahan yang digunakan untuk sawah adalah 1.364 Ha dan lahan bukan sawah adalah 2.940 Ha. dengan jumlah penduduk berjumlah 45.828 jiwa.

Kecamatan bulu memiliki berbagai macam topografi. Pada bagian selatan kecamatan bulu seperti desa wonotirto, Wonotirto, Pagergunung, Wonosari dan Bansari adalah desa yang memiliki topografi yang sangat curam karena berada di lereng gunung. Sedangkan pada kecamatan bulu bagian utara yaitu pada desa Wanu Tengah, Campursari, Tegallurung, Bulu, Mondoretno, Ngimbrang, Putat, Jono dan Danupayan masuk dalam kategori landai hingga datar dengan kelerengan 0-8%.

Wilayah Kecamatan Bulu terletak pada ketinggian tanah rata-rata 772 mdpl dengan suhu maksimum 29°C dan suhu minimum 18°C. Rata-rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22 mm/th. Kecamatan Bulu berada pada lereng gunung, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab suhu di Kecamatan Bulu menjadi sejuk. Kecamatan Bulu memiliki intensitas hujan yang berbeda-beda pada kawasan-kawasannya. Pada sisi utara, curah hujan rendah dan terus meningkat menjadi sangat tinggi pada sisi selatan.

(27)

Kecamatan Bulu memiliki komoditas unggulan yaitu cabai dan tembakau. Tidak heran, karena mayoritas mata pencaharian warga di Kecamatan Bulu, khususnya di bagian selatan adalah sebagai petani. Jadi dalam penanaman cabai dan tembakau dibedakan permusim. Pada musim penghujan, para petani menanam cabai. Dari hasil wawancara dengan petani cabai, jenis cabai yang ditanam adalah cabai keriting, cabai rawit dan cabai setan. Pada bulan april dan mei merupakan masa peralihan pertanian, yaitu dari cabai ke tembakau. Dari hasil observasi, para petani mulai menanam tembakau, yaitu di bulan peraihan musim penghujan ke musim kemarau. Alasan penanaman tembakau di musim kemarau adalah tembakau dengan kulitas terbaik adalah tembakau dengan kangdungan air yang sedikit. Kandungan tanah yang sedikit air akan mempengaruhi hasil kualitas tembakau yang dihasilkan. Pada kecamatan bulu terdapat beberapa grid atau kelas tembakau yang berbeda beda jenisnya dan tentunya

berbeda harga penjualannya. Grid tersebut mulai dari A hingga H. kelas paling tinggi merupakan tembakau yang terletak pada kualitas H. tetapi pada kecamatan bulu tembakau yang dihasilkan belum menyentuh kelas H, paling tinggi menghasilkan tembakau hanya pada grid F. ciri dari tembakau kelas H adalah warnanya yang hitam pekat dan aroma menyengat yang dapat tercium dari radius 5 meter.

5.6.2.PROFIL KECAMATAN TLOGOMULYO

Kecamatan tlogomulyo adalah salah satu dari 20 kecamatan dari kabupaten temanggung. Kecamatan tlogomulyo memiliki luas 2.485 Ha dengan rincian lahan sawah adalah 375 Ha dan lahan bukan sawah yaitu 2.110 Ha. Kecamatan tlogomulyo terletak pada lereng gunung sumbing maka dari itu rata-rata ketinggian kecamatan tlogomulyo adalah 800 m dpl juga berpengaruh kepada suhu yang memiliki suhu maksimum 29o C dan suhu minimum yaitu 18oC.

Kecamatan tlogomulyo memiliki topografi yang sangat curam karena semakin kearah gunung kecamatan ini. kecamatan ini mengarah kepada gunung sumbing.

Kecamatan tlogomulyo memiliki struktur tanah yang semakin lempung berpasir dari struktur lempung. Struktur ini sangat mendukung untuk pembibitan tembakau yang dilakukan dalam musim kemarau.

(28)

hanya mengandalkan kegiatan pertanian tersebut untuk mendapatkan penghasilan guna menghidupi kebutuhan sehari hari.

Kegiatan menanam bawang merah, padi, dan cabai dilakukan pada musim penghujan yang terjadwal dari bulan September hingga memasuki awal musim kemarau yaitu pada bulan maret. Kalender musim ini di lakukan untuk mendapatkan kualitas tembakau yang mencapai kelas H. penanaman yang lebih terfokus kepada tembakau tidak bisa dilakukan setiap bulan dikarenakan musim penghujan yang menghambat tumbuhnya tembakau kualitas terbaik pada kecamatan ini. suhu yang mendukung juga menjadikan tembakau berkualitas super dapat dihasilkan. tembakau berkualitas baik hanya bisa di hasilkan ketika musim kemarau panjang. Ketika tanah semakin kering dan kandungan air semakin sedikit maka tembakau bisa mencapai kualitas baik. Maka masyarakat kecamatan tlogomulyo mensiasati musim penghujan untuk menanam padi,

cabai, dan bawang merah. Rata-rata penduduk kecamatan tlogomulyo adalah sebagai pemilik lahan tembakau sekaligus sebagai petani tembakau. Hanya ada beberapa warga saja yang juga menjadi pengepul dan pengolah tembakau menjadi barang jadi seperti rokok. Sektor utama pada kecamatan ini terkhusus pada desa legoksari adalah pertanian. Terlihat hanya sedikit warga yang juga mengandalkan sektor perdagangan toko kelontong yang ada di sekitar desa Legoksari.

Kebijakan pemerintah sebenarnya adalah penghalang bagi warga sekitar dalam memasarkan tembakau kepada masyarakat. Fatwa bahwasanya rokok adalah haram menjadi dasar pemerintah untuk menghentikan produksi tembakau untuk dijadikan rokok. Tetapi warga sekitar tidak memperdulikan akan kebijakan itu karena daerah legoksari adalah lokasi paling strategis dan paling baik dalam memproduksi tembakau untuk wilayah kabupaten temanggung itu sendiri. Bahkan terlontar pernyataan oleh masyarakat bagi siapa saja yang menghalangi produksi tembakau itu akan mendapatkan ultimatum berupa peperangan untuk mempertahankan tembakau asli desa Legoksari. Kebijakan ini sangat tidak diperdulikan oleh masyarakat sekitar, kebijakan ini juga tidak menjadi penghalang saat ini untuk menjadikan masyarakat desa lamulegoksari dalam berpenghasilan. Kebijakan ini sangat tidak mempengaruhi pendapatan warga sekitar.

Dalam menyiasati hal ini sebenarnya wilayah Desa Legoksari sudah dicoba untuk

penanaman kopi, tetapi hasilnya yang tidak maksimal membuat warga beralih kembali kepada produksi tembakau. Kopi yang dihasilkan juga kurang baik jika dibandingkan

(29)
(30)

5.2. KARAKTERISTIK BENTANG WILAYAH

(31)

TABEL HASIL PENGAMATAN FISIK LONG TRANSECT

Parameter 1 2 3 4 5 6 7 8

Warna tanahcokelat cokelat cokelat cokelat

kemerahan cokelat keabuan cokelat kemerahan cokelat cokelat Tekstur tanah lempung lempung berpasir

geluh lempung geluh

berpasir geluh berpasir lempung berpasir lempung berpasir Kedalaman tanah

3 m 4 m 20 m 5 m 1 m 10 m 100 m 10 m

Ketersediaan air

Ada Ada Ada Ada Tidak Tidak Tidak Tidak

Drainase permukaan

Sedang Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Baik

Tanaman Bambu, pisang, padi, kubis, kacang panjang, terong Pisang, kelapa, kol, petai cina, cabai, jambu biji, tomat Padi, jagung Tembakau, brokoli, jagung, cabai Cabai, tomat, tembakau, jagung jagung, pisang, tembakau, cabai tembakau, pisang Tembakau, jagung Hewan ternak Ayam Sapi, kambing, ayam, kelinci - Kambing, sapi Ayam, sapi, kambing Kambing, ayam Ayam Kambing, ayam Tinggi muka air

3 m 4 m 3 m 5 m 10 m 10 m - 10 m

Air di kemarau

(32)

Pembuatan profil wilayah meliputi penggunaan lahan, kondisi sosial-ekonomi, dan kondisi fisik dari Kecamatan Bulu dan Tlogomulyo. Profil terdiri dari delapan segmen yang melewati kedua kecamatan dengan setiap segmen memiliki karakteristik fisik dan sosial-ekonomi yang berbeda. Tetapi, terdapat kesamaan dalam hal permasalahan sosial-ekonomi di mana tembakau menjadi akar masalah setiap masyarakat tempat dibuatnya profil kecamatan.

Dusun yang menjadi lokasi kajian pertama, yakni Dusun Mondoretno, memiliki permukiman rapat dengan rumah permanen, menandakan bahwa kondisi ekonomi dari masyarakat yang ada di dusun tersebut merupakan golongan menengah ke atas, permukiman rapat juga menandakan bahwa daerah tersebut merupakan daerah dengan kondisi ekonomi yang terus meningkat, menyebabkan orang tertarik utnuk tinggal pada dusun tersebut. Kualitas hidup dari Dusun Mondoretno terbilang tinggi

karena adanya fasilitas pendidikan meliputi SDN, TK, MTs, SMA, MA, dan PAUD. Selain itu, terdapat pula fasilitas kesehatan dalam bentuk POLINDES. Kondisi jalan cukup bagus, terlihat dari jalanan yang sebagian besar sudah diaspal dan dalam kondisi baik. Jaringan telepon masih dapat menjangkau desa ini, tetapi hanya tersedia pada sebagian kecil rumah yang ada di dusun terkait. Permasalahan yang sering ditemui dalam dusun ini merupakan gagal panen yang selama beberapa tahun belakangan selalu menghantui penduduk dari Dusun Mondoretno.

Dusun yang menjadi lokasi kajian segmen kedua adalah Dusun Sayangan. Pada dusun terkait, permukiman 90% tersusun dari rumah permanen, Fasilitas pendidikan pada Dusun Sayangan tidak selengkap yang ada pada Dusun Mondoretno, karena dusun ini hanya memiliki PAUD, TK, SD, MTs, dan MA. Tetapi, terdapat bidan di dusun ini yang dapat membantu dalam proses persalinan. Jalanan utama pada dusun terkait 95% tertutup aspal dan untuk jalan-jalan kecil pada dusun ini ditutupi oleh paving. Dari segi ekonomi, desa ini tidak memiliki populasi PNS dan cenderung memilih bertani sebagai mata pencaharian.

Dusun yang menjadi lokasi kajian segmen ketiga adalah Dusun Jojogan. Dusun ini memiliki kondisi permukiman yang sepenuhnya terdiri dari permukiman yang rapat dengan permanen. Dusun ini tidak memiliki fasilitas pendidikan memadai, karena hanya ada SD, MI, dan TPA di sana. Utilitas pada desa ini kurang mendukung

(33)

dalam dengan volume air sedikit, menyebabkan penduduk lebih memilih PAM ketimbang air sumur.

Kondisi yang terjadi di ketiga desa pertama dialami pula di desa lainnya, dengan kondisi dari kedelapan desa yang walau cukup beragam, tetapi memiliki kesamaan pada ketersediaan air tanah yang minim dengan komoditas perkebunan utama adalah tembakau. Ada desa yang pada dasarnya tidak sesuai untuk perkebunan tembakau dan lebih mendukung untuk pertanian jenis tanaman lain seperti cabai, jagung, dan sebagainya. Tetapi, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa menanam tembakau sebagai mata pencaharian utama sudah menjadi budaya yang mengakar kuat di masyarakat kedua kecamatan (Tlogomulyo dan Bulu), sehingga untuk mengalihkan masyarakatnya bertani sesuatu yang lain merupakan hal yang sulit. Walaupun kebutuhan modal untuk bertani tembakau semakin lama

semakin meningkat (hal ini terkait dengan kebutuhan pupuk kandang yang meningkat dari waktu ke waktu), tetapi masyarakat tetap menganggap menanam tembakau merupakan sebuah kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan. Terutama pada Kecamatan Bulu, yang masyarakatnya amat bangga pada tembakau yang mereka tanam.

5.3.PEMANFAATAN RUANG

Interpretasi data visual secara umum mengacu pada beberapa hal fundamental, melihat citra, membuat pengukuran berdasarkan citra, menampilkan hasil interpretasi, dan mentransfer informasi hasil dari interpretasi pada peta dasar atau database digital. Dalam interpretsi citra, kegiatan menentukan bentuk objek dan sifatnya yang tampak dalam citra beserta deskripsinya, kita mengenal prisip konvergensi bukti. Prinsip ini mengacu pada seragkaian bukti yang didukung oleh beberapa unsur interpretasi yang nantinya akan mengarahkan sang penafsir menuju pada beberapa kesimpulan tentang jenis objek yang dilihatnya dalam sebuah citra. Saat dilakukan beberpa penambahan satu atau lebih unsur interpretsi, maka akan terjadi penyempitan kemungkinan asumsi pengguna tentang kemungkinana jenis objek yang terlihat yang nantinya akan membimbing penafsir pada sebuah kesimpulan yang kemudian dibuktikan kembali pada observasi lapangan. (Lillesand, dkk ,2004).

Uraian di atas adalah konsep-konsep yang digunakan dalam interpretasi citra

(34)

untuk menafsirkan citra hasil proses fotografik, atau yang dikenal dengan interpretsi fotografik. Hal ini sebenarnya juga berlaku pada citra nonfoto yang tercetak (hardcopy).

Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover).Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya. Interpretasi penggunaan lahan dari foto udara/citra ini dimaksudkan untuk memudahkan deliniasi. Untuk dapat mempercepat hasil inventarisasi dengan hasil

yang cukup baik, digunakan pemanfaatan data penginderaan jauh, karena dari data penginderaan jauh memungkinkan diperoleh informasi tentang penggunaan lahan

secara rinci.selain itu, adanya perrubahan pemanfaatan lahan kota yang cepat dapat pula dimonitor dari data penginderaan jauh.

Identifikasi, pemantauan, dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan pada setiap periode tertentu, karena ia dapat menjadi dasar untuk penelitian yang mendalam mengenai perilaku manusia dalam memanfaatkan lahan. Dengan demikian, penggunaan lahan menjadi bagian yang penting dalam usaha melakukan perencanaan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan di suatu wilayah. Prinsip kebijakan terhadap lahan perkotaan bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan pengadaan lahan untuk menampung berbagai aktivitas perkotaan. Dalam hubungannya dengan optimalisasi penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan diartikan sebagai serangkaian kegiatan tindakan yang sitematis dan terorganisir dalam penyediaan lahan, serta tepat pada waktunya, untuk peruntukan pemanfaatan dan tujuan lainnya sesuai dengan kepentingan masyarakat.

Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya. Penggunaan lahan merupakan unsur penting dalam perencanaan wilayah.

(35)

perencanaan, pada dasarnya perencanaan kota adalah perencanaan penggunaan lahan. Kenampakan penggunaan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan kenampakan penggunaan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu. Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni tipe perubahan penggunaan lahan pada lokasi yang sama. Kecenderungan perubahan ini dapat ditunjukkan dengan peta multiwaktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutup lahan maupun lokasinya (Murcharke, 1990).

Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan

manusia dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini dapat disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara/citra termasuk di dalam sistem penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1997).

Penggunaan foto udara atau citra sebagai sumber informasi sudah meluas dalam berbagai aplikasi. Hanya saja untuk dapat memanfaatkan citra tersebut diperlukan kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang berkaitan dengan objek atau fenomena yang diamati. Tanda-tanda tersebut dinamakan kunci pengenalan atau biasa disebut dengan unsur-unsur interpretasi. Unsur-unsur tersebut meliputi : rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, asosisasi, dan konvergensi bukti.Untuk dapat melakukan interpretasi penggunaan lahan secara sederhana dan agar hasilnya mudah dipahami oleh orang lain (pengguna), diperlukan panduan kerja berupa sistem klasifikasi penggunaan lahan/tutupan lahan.

Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses

(36)

penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Sedangkan para ahli berpendapat Penggunaan lahan yaitu segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap maupun berpindah – pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun kedua – duanya (Malingreau, 1978).

Pengelompokan objek-objek ke dalam kelas-kelas berdasarkan persamaan dalam sifatnya, atau kaitan antara objek-objek tersebut disebut dengan klasifikasi. Menurut Malingreau (1978), klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan isinya.

Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra

penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami.

Obyekp adafoto/ citra lain

Warna: hijau – cyan

Ukuran: 100 x 110 m2

Tekstur: halus

Pola: -

Bayangan: -

KESIMPULAN JENIS OBYEK:

Lahan kosong yang dipersiapkan untuk pengembangan perumahan

Penyempitan kemungkinan jenis obyek

KEMUGKINAN JENIS OBYEK:

 Sawah kering  Tegalan  Lapangan s.

bola  Lahankosongtak dimanfaatkan KEMUNGKINN JENIS OBYEK  Tegalan  Lahankosongtak dimanfaatkan Situs: dekatjalan Asosiasi: adakelompokobjekmenyer upaiperumahan (dari proses interpretasisebelumnya)

(37)

Kajian perubahan penggunaan lahan merupakan salah satu kajian yang sangat penting bagi wilayah yang memiliki kecepatan perubahan yang tinggi. Hal ini tidak hanya berlaku di wilayah perkotaan yang umumnya mengakuisisi lahan pertanian sebagai upaya pemenuhan kebutuhan lahan untuk permukiman dan industri/jasa. Wilayah lain seperti wilayah antarmuka hutan dan lahan pertanian seringkali menjadi krusial dalam aspek berkurangnya tutupan lahan hutan. Ekstraksi informasi penggunaan lahan dari data penginderaan jauh adalah satu proses yang sangat menentukan dalam analisis perubahan penggunaan lahan. Penginderaan jauh merupakan sistem yang sangat prospektif digunakan dalam pemantauan bumi. Namun demikian, informasi yang diturunkan dari penginderaan jauh merupakan informasi sesaat sehingga informasi yang dapat diperoleh merupakan informasi penutupan lahan. Pada wilayah tropik dimana perubahan terjadi sangat cepat,

penutupan lahan menjadi terlalu dinamis untuk mengkaji struktur wilayah. Kajian wilayah pada umumnya membutuhkan informasi penggunaan, bukan penutupan, lahan sebagai informasi dasar. Hal ini tentu saja tidak dapat diterapkan dengan mudah bila ekstraksi informasinya diperoleh dari data penginderaan jauh. Pemahaman terhadap wilayah yang ditunjang dengan hasil survei atau pengamatan lapangan dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi data penutupan lahan menjadi data penggunaan lahan. Berbagai riset menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perkembangan dan dinamika suatu wilayah. Jika perubahan penggunaan lahan dipandang sebagai representasi dari perkembangan dan dinamika wilayah, maka kondisi akses merupakan salah satu faktor penting yang seharusnya dipertimbangkan untuk memahami dinamika perubahan penggunaan lahan. Dengan alasan tersebut analisis terhadap pengaruh pembangunan satu jaringan jalan yang menjadi pewakil aksesibilitas terhadap dinamika perubahan penggunaan lahan dirasakan sebagai salah satu kajian yang penting untuk dilakukan.

Kegiatan lapangan untuk melakukan uji akurasi merupakan salah satu upaya untuk melatih kita agar dapat mengetahui keadaan langsung di lapangan untuk membuktikan keakuratan data yang diperoleh dengan keadaan langsung dilapangan. Sebelum melakukan kegiatan lapangan, ada 1 hal yang penting sebagai patokan utama kita agar tidak menghabiskan waktu dan biaya dalam pengerjaan lapangan

(38)

dalam skala yang kita inginkan, sehingga tidak perlu untuk menguji semua titik sampel yang ada. Citra untuk pengerjaan lapangan yang telah di interpretasi berdasarkan kelas penutup lahan maupun penggunaan lahan maka akan menjadi patokan dalam proses pengujian akurasi citra. Dari hasil interpretasi citra dapat kita lihat terdapat kebun, sawah, hutan, semak, tubuh air, pemukiman,dan lahan kosong. Dari kenampakan-kenampakan tersebut akan diuji keakuratan kkenampakan yang terdapat pada citra dengan kenampakan yang ada di lapangan dengan menggunakan tabel cek akurasi kenampakan dimana diperoleh data yang agak banyak kenampakannya berubah misalnya sawah dicitra menjadi pemukiman di lapangan,hal ini dapat dikatakan bahwa lahan yang mulanya sawah telah beralih fungsi. Hal ini dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga perubahan tersebut mempengaruhi hasil interpretasi oleh karena itu pengujian

lapangan secara langsung sangat perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan data itu sendiri. Pesatnya pembangunan yang berlangsung sehingga dalam tahun-tahun terakhir ini kenampakan pada citra yang sudah lama dicetak sangat berbeda dengan kenampakan yang ada dilapangan sekarang. Adanya perbedaan interpretasi antara kenampakan yang diperoleh dari kegiatan survey lapangan atau uji lapangan secara langsung menimbulkan kesalahan dalam klasifikasi. Kesalahan klasifikasi ini biasanya terjadi oleh karena adanya kekeliruan penetapan informasi dari kelas spketral itu sendiri. Banyak sekali manfaat dari kegiatan lapangan ini selain mengetahui kenampakan asli dilapangan serta menguji keakuratan sebuah data atau citra ,kegiatan lapangan juga bertujuan untuk menambah local knowledge interpreter secara lebih luas tidak hanya memperhatikan sebuah citra dilaboratorium saja melainkan dapat melihat secara langsung ,membuktikan kebenaran dari data tersebut, dan dapat mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi dilapangan secara langsung dalam kurun waktu yang berbeda. Selain mengji kebenaran antara kenampakan dicitra dan kenampakan dilapangan saatnya melakukan cek akurasi dengan menggunakan rumus yang telah ada seperti overall accuracy, user accuracy, error commission, producer’s accuracy, serta menggunakan rumus Kappa coefficient. Berikut contoh dari cek akurasi menggunakan tabel akurasi dan rumus Kappa.

Contoh tabel uji akurasi :

(39)

Data Awan Bayangan badan air

vegetasi jarang

vegetasi

rapat pemukiman

tanah kosong

Row Total

users acc (%)

Awan 46 0 0 0 0 0 0 46 100

Bayangan 0 40 0 0 0 0 0 40 100

badan air 0 0 6 0 0 0 0 6 100

vegetasi j 0 0 0 11 0 0 0 11 100

vegetasi r 0 0 0 0 10 0 0 10 100

pemukiman 0 0 0 0 0 8 0 8 100

tanah

kosong 0 0 0 0 0 0 8 8 100

Column

Total 46 40 6 11 10 8 8 129 N

Producers

acc 100 100 100 100 100 100 100

∑Xii = 129 ∑Xi+.X+i = 4101 Overall acc (%) = 100

Kappa acc = 100

Evaluasi akurasi terhadap besarnya kesalahan klasifikasi area contoh untuk menentukan besarnya persentase ketelitian pemetaan. Evaluasi ketelitian pemetaan

meliputi jumlah piksel area contoh yang diklasifikasikan dengan benar atau salah, pemberian nama kelas secara benar, persentase banyaknya piksel dalam masing-masing kelas serta persentase kesalahan total. Akurasi ketelitian pemetaan diuji dengan membuat matriks contingency yang lebih sering disebut dengan matriks kesalahan (confusion matrix) (Hermawan, 2008).

(40)

accuracy menunjukkan tingkat akurasi dari sisi pengamatan yang berbeda. Producer’s accuracy adalah probabilitas/peluang rata-rata (%) suatu piksel akan diklasifikasikan dengan benar dan secara rata-rata menunjukkan seberapa baik setiap kelas di lapangan telah diklasifikasi. Sedangkan User’s accuracy adalah probabilitas/peluang rata-rata (%) suatu piksel dari citra yang telah terklasifikasi, secara aktual mewakili kelas kelas tersebut di lapangan (Hermawan 2008).

Dari hasil perhitungan dengan rumus diatas diperoleh hasil User’s accuracy sebesar 100, Producer’s Accuracy sebesar 100 %, Overall acc (%) yaitu 100 % Kappa acc yaitu 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa piksel-piksel dalam area contoh telah terkelaskan dengan baik, dimana tingkat akurasinya mencapai 100 %. Pada producer’s accuracy, keseluruhan kelas mempunyai nilai producer’s accuracy sebesar 100 %. Ini menunjukkan bahwa pada kelas-kelas tutupan dan penggunaan lahan tersebut tidak terjadi kesalahan klasifikasi dengan tidak mengambil piksel dari kelas lain. Berdasarkan

nilai Kappa Accuracy pada 100 %, sehingga klasifikasi yang kurang akurat sehingga analisis yang didasarkan pada perbandingan piksel per piksel menghasilkan juga akurat. Pada user’s accuracy, keseluruhan kelas mempunyai nilai producer’s accuracy sebesar 100 %. Hal ini menandakan bahwa piksel dari kelas tutupan dan penggunaan lahan tersebut tidak ada yang masuk ke kelas lain. Dengan nilai akurasi mencapai 100 % maka piksel-piksel yang digunakan sudah cukup mewakili karakterisik masing-masing kelas.

5.4. REVISI PETA RBI Tabel Revisi RBI KEL.8

LEMBAR TEMANGGUNG SKALA 1 : 25.000

Dimensi Objek awal Koordinat Revisi Keterangan/revisi

Titik Kebun 411884 9188362 Kebun- gedung

Titik kebun 411891 9188340 Kebun-pemukiman

Titik Sawah 412363

9188318 Sawah -gedung

Titik pemukiman 411427 9189972 Pemukiman -gedung

(41)

Titik Kebun 411376

9189736 Kebun -mesjid

Titik pemukiman 411167

9189826 Pemukiman -mesjid

Titik Sawah 411214

9188916 Sawah-Bangunan

Titik Sawah 410882

9188764 Sawah-mesjid

Titik Sawah 410893

9188768 Sawah-sekolah

Titik Pemukiman 409150 9191146 Pemukiman-Bangunan

Titik Pemukiman 409233 9190708 Pemukiman -Puskesmas

Titik Pemukiman 409137 9190178 Pemukiman-sekolah

Titik Pemukiman 409115 9190180 Pemukiman Kantor desa

Titik Pemukiman 409096 9190160 Pemukiman -TK

Titik Kebun 409038 9189832 Kebun-Makam

Titik Pemukiman 408957 9189738 Pemukiman -SD

Titik Rumah 409222 9190229 Rumah-sawah

Titik pemukiman 409921 9188905 Pemukiman -Mesjid

Titik Jalan 409610 9189119 Jalan- Jembatan

Titik pemukiman 410033 9191334 Pemukiman -Mesjid

Titik Jalan 409980 9191328 Jalan- Jembatan

Titik Pemukiman 409692 9191379 Pemukiman -Kantor polisi

Titik Pemukiman 411268 9188963 Pemukiman -Mesjid

Titik Pemukiman 410962 9191232 Pemukiman -Mesjid

Titik Kebun 411026 9191205 Kebun- Bangunan

Titik Sawah 410957 9191255 Sawah- Bangunan

(42)

Titik pemukiman 409535 9191360 Pemukiman - Pasar

Titik sawah 411500 9189000 Sawah- Industry batu & pasir

Titik sawah 411874 9188969 Sawah- Makam baru

Titik Sawah 411839 9189 Sawah-makam

Titik Pemukiman 411709 9189662 Pemukiman-bangunan

Titik Pemukiman 411685 9189521 Pemukiman-makam

Garis Sawah 411834 411848

9188914 9188854

Sawah- Jalan

Garis Kebun 411179 9191332 Kebun-rumah

Garis Pemukiman 411647 411685

9189531 9189521

Pemukiman-jalan

Garis Pemukiman 411611 411627

9189384 9189410

Pemukiman-jalan

Garis Sawah 411234 411280

9189045 9188920

Sawah-jalan

Garis Sawah 410895 410884

9188805 9188845

Sawah-jalan

Garis Sawah 410885

410921

9188859 9188901

Sawah-jalan

Area sawah 411417.370

(43)

411279.455 9188935.059

Area Sawah 411243.719 411210.259 411218.068 411194.874 411239.362 411264.180 411053.633 411045.501 411016.669 411016.640 9189024.074 9189012.862 9188998.332 9188989.965 9188936.130 9188954.029 9188939.751 9188957.482 9188957.345 9188942.381 Sawah- Pemukiman

Area Sawah 411444

411517 411441 411384 9189006 9189031 9189125 9189097 Sawah-lapangan

Area Sawah 411151

411109 411124 411102 411145 411127 9189198 9189188 9189153 9189151 9189130 9189102 Sawah-kebun

Area Sawah 411591

411707 411874 411822 9188798 9189100 9188969 9188455

Sawah bertambah luas

Area Sawah 411176

411204 411218 411179 411179 9191328 9191332 9191386 9191427 9191422 Sawah-kebun

Peta Rupa Bumi secara umum adalah peta yang menggambarkan kenampakan alamiah (Natural Freatures) dan kenampakan buatan manusia (Man Made Freatures). Kenampakan alamiah yang dimaksud misalnya sungai, bukit, lembah, laut, danau, dan lain-lain. Sedangkan kenampakan buatan manusia misalnya jalan, kampung, pemukiman, kantor, pasar, dan lain-lain. Peta Rupa Bumi antar lain berfungsi sebagai peta referensi atau acuan yang di pakai sebagai dasar bagi pembuatan peta tematik.

(44)

dari suatu Negara. Umumnya peta dasar tersebut di buat berdasarkan survey lapangan atau cara lain biasa disebut fotogrametris. Peta yang dijadikan peta dasar akan ada perbedaan dalam proyeksi, skala, ketelitian ataupun waktu penerbitannya. Sehinga mutu peta dasar ini jelas merupakan hal yang cukup penting juga.

Peta RBI biasanya di gunakan sebagai dasar pembuatan peta tematik, di perlukan data-data topgrafi dan dari peta itulah data-data tematis akan di gambarkan. Biasanya jenis peta ini di gunakan untuk keperlua peta tematik dalam memperhatikan batas-batas wilayah sangat terperinci. Meskipun demkian, karena tergantung dari penggu

Gambar

Tabel 3.1. Bahan Penelitian KKL
TABEL HASIL PENGAMATAN FISIK LONG TRANSECT
Tabel Revisi RBI KEL.8
Tabel hasil pengukuran

Referensi

Dokumen terkait

Metode dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 garis beasar yaitu mencari nilai track kualitas indek (TQI) yaitu dengan cara analisis setiap parameter kerusakan, perhitungan track

Total solid, komposisi nutrisi (protein, lemak, ODNWRVD GDQ QLODL NDORUL low calorie sweet bio yoghurt 6DPSHO Parameter Total solid Protein %. + asil analisis

Hasil pengukuran rata rata OHI-S Sebelum Dan Sesudah Berkumur meggunakaan rebusan kulit manggis dengan konsentrasi 1% pada kelompok B terhadap 19 Siswa kelas

Telerehabilitasi dapat mendukung keberlanjutan terapi jangka panjang karena kemudahan untuk diakses dari rumah dan meningkatkan periode latihan pasien dan konsultasi

cukup pada saat terjadi kekeringan. 9 Potensi arealnya sedikit, maka pengembangan air sumur dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan sumur dan intrusi air laut.. ‹

konsistensi feses lebih cair, durasi lebih lama, dan menunjukkan gejala klinis diare yang lebih parah dibandingkan dengan kelompok kolostrum.. Feses anak sapi dari semua

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan: (1) Wawancara mendalam dengan membuat pedoman wawancara; (2) Observasi partisipasi. Hasil penelitian ini menunjukkan