• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Ekonomi Dan Pemenuhan Hak-hak Anak Dalam Keluarga Miskin Di Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Ekonomi Dan Pemenuhan Hak-hak Anak Dalam Keluarga Miskin Di Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nilai Ekomomi Anak dan Strategi Bertahan Hidup(Coping Strategies)

2.1.1. Nilai Ekomomi Anak

Anak sebagai tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita bangsa memiliki peran strategis yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Oleh karena itu, anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia. Kesejahteraan anak perlu diwujudkan dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-hak anak serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.

(2)

2003 tentang Ketenagakerjaan memperbolehkan usia bekerja 15 tahun dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberlakukan wajib belajar 9 tahun, yang dikonotasikan menjadi anak berusia 7 sampai 15 tahun.

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO 182 mendefinisikan Anak yaitu semua orang yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang pengganti UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Djamil, 2015: 8-9).

Anak dipandang sebagai nilai ekonomi karena dari anak-anak akan membantu menyangga kehidupan ekonomi keluarga, apalagi bila orang tua mereka sudah beranjak tua. Dalam masyarakat jawa ada ungkapan “banyak anak

banyak rezeki”, konteksnya bahwa setiap anak akan dipekerjakan sehingga

menghasilkan rezeki untuk keluarga.

(3)

Nilai ekonomi anak dapat dilihat dari peranan anak dalam memberikan bantuan yang bernilai ekonomi pada orangtua. Bantuan tersebut umumnya berupa bantuan tenaga kerja maupun bantuan berupa materi. Bantuan tenaga kerja anak mempunyai arti penting dalam hal anak sebagai tenaga kerja keluarga. Bantuan ekonomi anak dalam bentuk materi, oleh para orangtua diakui sangat penting artinya dalam meringankan beban ekonomi rumah tangga. Hal ini terbukti dalam penelitian Astiti (1994). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa bantuan materi diberikan oleh anak berbentuk makanan/bahan makanan, uang dan pakaian untuk jaminan hidup di hari tua, dan berupa biaya untuk sekolah adik-adik yang masih sekolah (Ihromi,2004:236).

2.1.2. Strategi Bertahan Hidup(Coping Strategies)

Strategi bertahan hidup (coping strategies) dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dimana dalam keluarga miskin strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola atau memenejemen berbagai asset yang dimilikinya (Moser dalam Suharto, 2003).

Berdasarkan konsepsi tersebut, Moser membuat kerangka analisis yang disebut “The Asset Vulnerability Framework”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan asset seperti:

1. Asset tenaga kerja (labour assets)

(4)

2. Asset modal manusia (human capital assets)

Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan kembalian atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya.

3. Asset produktif (productive assets)

Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.

4. Asset relasi rumah tangga atau keluarga (household relation assets) Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang

kiriman” (remittances).

5. Asset modal sosial (social capital assets)

Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan, dan pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga. (http://www.policy.hu/suharto/Versi_Indo.htm, diakses pada tanggal 18 April 2017 pada pukul 06.10 wib).

(5)

mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Strategi aktif atau peningkatan aset kerja

Mengoptimalkan segala potensi keluarga, seperti melibatkan wanita dan anak dalam keluarga.

2. Strategi pasif

Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran keluarga. 3. Strategi jaringan

Menjalin relasi, baik secara formal maupun informal dengan lingkungan sosial atau lingkungan kelembagaannya.

Secara etika dan moral anak-anak tidak seharusnya bekerja, karena dunia mereka adalah dunia anak-anak yang selayaknya untuk belajar, bermain, bergembira dengan suasana damai, menyenangkan dan mendapat kesempatan serta fasilitas untuk mencapai cita-citanya sesuai dengan perkembangan fisik, psikologis, intelektual dan sosialnya (Suyanto, 2010: 126).

2.2. Pemenuhan Hak-Hak Anak

2.2.1. Kesejahteraan Anak

(6)

keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang secara wajar (ayat 2).

Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna (ayat 3). Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan (ayat 4). Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar (ayat 5). Penjelasan yang dimaksud lingkungan hidup adalah lingkungan hidup fisik dan sosial.

Anak merupakan seorang yang pertama-tama berhak mendapat pertolongan, bantuan, dan perlindungan dalam keadaan yang membahayakan atau keadaan yang sudah mengancam jiwa manusia baik karena alam maupun perbuatan manusia (pasal 3). Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara atau orang atau badan (pasal 4). Anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar (pasal 5).

(7)

Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Dengan penjelasan, tanggung jawab orang tua atas kesejahteraan anak mengandung kewajiban memelihara dan mendidik anak sedemikian rupa, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi orang yang cerdas, sehat, berbakti kepada orang tua, berbudi pekerti luhur, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkemauan serta berkemampuan untuk meneruskan cita-cita bangsa bangsa berdasarkan pancasila (Pasal 9).Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya sebagaimana termaksud dalam Pasal 9, sehinggamengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat dicabut kuasaasuhnya sebagai orang tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang atau badan sebagai wali (pasal 10 ayat 1). Pencabutan kuasa asuh tidak menghapuskan kewajiban orang tua yang bersangkutan untuk membiayai, sesuai dengan kemampuannya, penghidupan, pemeliharaan, dan pendidikan anaknya (pasal 2). Pencabutan dan pengembalian kuasa asuh orang tua ditetapkan dengan keputusan hakim (pasal 3).

Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan, pencegahan, dan rehabilitasi (pasal 11 ayat 1). Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat (ayat 2). Usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat dilaksanakan baik di dalam maupun di luar panti (ayat 3). Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat (ayat 4).

(8)

pengangkatan anak berdasarkan pasal ini tidak memutuskan hubungan darah antara anak dengan orang tuanya dan keluarga orang tuanya berdasarkan hukum yang berlaku bagi anak yang bersangkutan (pasal 12 ayat 1). Pengangkatan anak untuk kepentingan kesejahteraan anak yang dilakukan di luar adat dan kebiasaan, guna pemeliharaan kepentingan kesejahteraan anak yang bersangkutan (ayat 3).

Kerjasama internasional di bidang kesejahteraan anak dilaksanakan oleh Pemerintah atau oleh Badan lain dengan persetujuan Pemerintah (pasal 13). Tata cara koordinasi antara instansi dalam pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan anak. Dalam kerjasama Internasional termasuk kerjasama regional, kerjasama antara instansi dalam rangka menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan menjadi orang dewasa dapat dipenuhi melalui semua aspek-aspek kesejahteraan, sehingga anak setelah menjadi orang dewasa memiliki kecerdasan, keterampilan dan kemampuan yang dapat menjadi tiang dan fondasi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara di masa depan (Abdussalam dan Adri, 2016: 28-32).

2.2.2. Hak-Hak Anak

Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak perubahan atas Undang-undang No. 23 Tahun 2002, dijelaskan mengenai penyelenggaraan perlindungan anak dalam rangka kesejahteraan anak. Ada empat pemenuhan kesejahteraan anak yang wajib diperhatikan pemerintah, yaitu :

1. Agama

(9)

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi anak.

2. Kesehatan

Dalam pasal 44 dijelaskan bahwa pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan; Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan secara komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didukung oleh peran serta masyarakat; Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan; Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan secara cuma-cuma bagi keluarga yang tidak mampu. Serta, di Pasal 46, Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan/atau menimbulkan kecacatan.

3. Pendidikan

(10)

a. Pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal;

b. Pengembangan penghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan asasi;

c. Pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional di mana anak bertempat tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban-peradaban yang berbeda-beda dari peradaban sendiri;

d. Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab; dan e. Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadap lingkungan hidup.

Selain itu, dalam pasal 51, dijelaskan bahwa anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa. Dan di pasal 53, pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil. Pertanggungjawaban pemerintah sebagaimana dimaksud termasuk pula mendorong masyarakat untuk berperan aktif.

4. Sosial

(11)

lembaga maupun di luar lembaga; Penyelenggaraan pemeliharaan dapat dilakukan oleh lembaga masyarakat; Untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat, dapat mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait; Dalam hal penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan pengawasannya dilakukan oleh Menteri Sosial. Sedangkan di Pasal 56 disebutkan bahwa Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan a. berpartisipasi; b. bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani dan agamanya; c. bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak; d. bebas berserikat dan berkumpul; e. bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan berkarya seni budaya; dan f. memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.

Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia. Semua anak memiliki hak yang sama dalam suatu negara. Hak anak wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga besar, masyarakat, negara, dan pemerintah. jaminan akan pemenuhan hak-hak anak dalam sebuah negara biasanya dijamin dengan undanng-undang. Tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia pemenuhan hak anak dijamin dalam UUD 1945 pasal 28B ayat 2 yang dengan jelas menyebutkan “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

(12)

1. Prinsip nondiskriminasi

Prinsip ini menegaskan bahwa hak-hak anak yang termaktub dalam Konvensi harus diberlakukan sama pada setiap setiap anak tanpa memandang perbedaan apapun. Pasal 2 ayat 2 Konvensi menyatakan: “

Negara-negara peserta akan mengambil langkah yang perlu untuk menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang dikemukakan atau keyakinan dari orang tua anak, walinya yang sah, atau anggota keluarganya”.

2. Prinsip yang terbaik bagi anak

Pasal 3 ayat 1 konvensi menyatakan: “Dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah maupun swasta, lembaga peradilan, lembaga pemeintah atau badan legislatif, kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama”.

3. Prinsp hak hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan anak

(13)

memperoleh informasi, menyatakan pendapat, dan berserikat, perkembangan secara budaya.

4. Prinsip menghargai pandangan anak

Pasal 12 ayat 1 Konvensi menyatakan: “Negara-negara peserta akan menjamin bahwa anak-anak yang memiliki pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk menyatakan pandangan-pandangan mereka secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak, dan pandangan anak tersebut akan dihargai sesuai dengan usia dan kematangan anak (Gautama, 2000:22)”.

Berdasarkkan konvensi hak-hak anak secara umum dapat dikelompokkan dalam 4 kategori hak-hak anak, antara lain:

1. Hak untuk kelangsungan hidup (The right of survival) yaitu hak-hak untuk melestarian dan mempertahankan hidup (The right of live) dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Hak-hak ini anatara lain:

a. Hak untuk mendapatkan nama dan kewarganegaraan. b. Hak untuk hidup bersama orang tuanya.

c. Kewajiban Negara melindungi anak-anak dari segala bentuk perlakuan salah (abuse).

d. Hak anak disable untuk memperoleh pengasuhan, pendidikan dan pelatihan khusus

(14)

f. Hak anak atas pendidikan secara cuma-cuma.

g. Kewajiban Negara untuk mencegah penjualan, penyeludupan dan pencuikan anak.

2. Hak terhadap perlindungan (Protection Rights) a. Adanya larangan diskriminasi anak

b. Larangan eksploitasi anak

3. Hak terhadap tumbuh kembang (Development Rights) a. Hak untuk memperoleh informasi

b. Hak untuk memperoleh pendidikan c. Hak untuk bermain dan berekspresi

d. Hak untuk kebebasan berpikir dan beragama e. Hak untuk pengembangan kepribadian f. Hak untuk memperoleh identitas

g. Hak untuk memperoleh kesehatan dan fisik h. Hak untuk/atas keluarga

4. Hak untuk berpartisipasi (Participation Rights) a. Hak anak untuk berpendapat

b. Hak anak untuk mendapatkan dan megetahui informasi

c. Hak anak untuk berserikat dan menjalin hubungan untuk bergabung d. Hak anak untuk memperoleh akses informasi (Djamil, 2015: 14-16).

2.2.3 Tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak

(15)

Apabila tidak terpenuhi hak-hak anak tersebut, maka negara dapat memberikan bantuan melalui lembaga-lembaga Perlindungan Kesejahteraan Anak yang berfungsi menjamin dan meningkatkan perolehan hak-hak anak yang bersangkutan (Noor dkk, 2006: 14).

Undang-undang No. 4 Tahun 1979 mengatur tentang tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak. Dimana dikatakan, pertama-tama yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak adalah orang tua (Pasal 9). Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya, yang mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkemangan anak, dapat dicabut kuasa asuhnya sebagai orang tua terhadap anak (Pasal 10 ayat 1). Apabila hal ini terjadi, maka ditunjuk orang atau badan sebagai wali.

2.3 Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

(16)

2.3.2 Fungsi Keluarga

Fungsi-fungsi keluarga hendaknya dilaksanakan agar tercipta keluarga bahagia yang didambakan (Helmawati, 2014: 45-49), yang diantaranya sebagai berikut:

1. Fungsi Agama

Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai keyakinan berupa iman dan takwa. Penanaman iman dan takwa mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan metode pembiasaan dan peneladanan.

2. Fungsi Biologis

Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan hidup tetap terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani manusia. Kebutuhan dasar manusia untuk terpenuhinya kecukupan makanan, pakaian, tempat tinggal. Kebutuhan biologis lainnya yaitu berupa kebutuhan seksual yang berfungsi untuk menghasilkan keturunan.

(17)

sebaik-baiknya. Peran suami dan istri dalam menjalankan fungsi biologis ini hendaknya saling melengkapi dan memnuhi kekurangan satu sama lain.

Tidak sedikit tanggung jawab utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia beralih dari tanggung jawab seorang suami menjadi tanggungan seorang istri. Alih fungsi ini tentu mengakibatkan disfungsi dari kewajiban utama seorang suami sebagai pencari nafkah. Jika hal ini terjadi, akan terjadi guncangan dalam keluarga. Untuk menghindari guncangan dari fungsi biologis ini, setiap anggota keluarga harus memerankan fungsinya dengan baik, saling menerima atau mensyukuri apa yang telah diperoleh serta menghargai dan menghormati peran masing-masing sekecil apapun peran itu.

3. Fungsi Ekonomi

Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana pengaturan penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Seorang istri harus mampu mengelola keuangan yang diserahkan suaminya dengan baik. Utamakan pemenuhan kebutuhan yang bersifat prioritas dalam keluarga sehingga penghasilan yang diperoleh suami akan dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

(18)

4. Fungsi Kasih Sayang

Fungsi ini menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga harus menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan kasih sayang kepada istrinya begitu juga sebaliknya. Jika telah memiliki anak maka orang tua hendaknya menunjukkan dan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya secara tepat. Kasih sayang bukan hanya berupa materi yang diberikan tetapi perhatian, kebersamaan yang hangat sebagai keluarga, saling memotivasi dan mendukung untuk kebaikan bersama.

5. Fungsi Perlindungan

Setiap anggota keluarga berhak mendapat perlindungan dari anggota lainnya. Sebagai seorang kepala dalam keluarga, seorang ayah hendaknya melindungi istri dan anak-anaknya dari ancaman baik ancaman yang akan meruikan di dunia maupun di akhirat. Perlindungan di dunia meliputi keamanan atas apa dipakai dan di mana tempat tinggal keluarga. Perlindungan terhadap kenyamanan situasi dan kondisi serta lingkungan sekitar.

6. Fungsi Pendidikan

(19)

memudahkan perannya sebagi pengelola dalam rumah tangga dan pendidik utama bagi anak-anaknya.

Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam pendidikannya. Dari keluarga inilah anak mulai belajar berbagai macam hal, terutama nilai-nilai, keyakinan, akhlak, belajar berbicara, mengenal huruf, angka dan bersosialisasi. Mereka belajar dari kedua orang tuanya. 7. Fungsi Sosialisasi Anak

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Dalam keluarga, anak pertama kali hidup bersosialisasi. Anak mulai belajar berkomunikasi dengan orang tuanya melalui pendengaran dan gerakan atau isyarat hingga anak mampu berbicara.

8. Fungsi Rekreasi

Manusia tidak hanya perlu memenuhi kebutuhan biologisnya atau fisiknya saja, tetapi juga perlu memenuhi kebutuhan jiwa atau rohaninya. Kegiatan sehari-hari yang sangat menyita waktu dan tenaga ditambah permasalahan yang muncul baik di keluarga maupun di tempat kerja atau sekolah tentu membuat fisik, pikiran dan jiwa menjadi letih. Oleh karena itu, manusia perlu istirahat dan rekreasi.

(20)

2.4 Kemiskinan

2.4.1 Pengertian Kemiskinan

Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu, langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Masalah kemiskinan dipandang dalam dua aspek yakni sebagai suatu kondisi dan sebagai suatu proses. Dipandang dari kemiskinan sebagai suatu kondisi adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sementara kemiskinan sebagai suatu proses adalah proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Konsep daya dukung yang dalam kaitannya dengan kehidupan manusia menunjukkan bahwa kondisi kehidupan yang dihadapi dan sedang dijalani manusia merupakan produk dari proses dimana dalam proses itu terlibat berbagai unsur.

(21)

dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.

Hal yang cukup menarik dari apa yang dikemukakan Mencher adalah bahwa dalam upaya mencapai taraf hidup yang layak, seseorang atau sekelompok orang membutuhkan dukungan, baik dari diri sendiri yang pada uraian sebelumnya diindentifikasi sebagai faktor internal maupun wilayah, yang dalam hal ini merupakan faktor eksternal. Wilayah yang menjadi tempat dimana seseorang atau sekelompok orang hidup diharapkan memberikan dukungan bagi seseorang atau sekelompok orang itu untuk mencapai taraf hidup yang dianggap layak (Siagian, 2012: 1-6).

2.4.2 Ciri-ciri Kemiskinan

Pemahaman lebih mendalam dan komprehensif tentang kemiskinan oleh banyak ahli juga sering diupayakan melalui kajian tentang ciri-ciri kemiskinan. Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni :

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun ketrampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

(22)

waktu mereka pada umumya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar atau meningkatkan ketrampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan.

4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat yang miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki ketrampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari yang makin deras (Siagian, 2012: 20).

2.4.3 Jenis-jenis Kemiskinan

(23)

Lebih jauh lagi, apabila kita meninjau kemiskinan itu dari aspek tertentu maka kita akan menemukan jenis kemiskinan itu secara berpasangan. Dengan demikian kemiskinan yang secara nyata dialami seseorang atau sekelompok orang secara pasti dapat dikategorikan ke dalam salah satu jenis dari pasangan itu dan memang hanya salah satu dari dua jenis kemiskinan itu. Dengan kata lain, jenis kemiskinan dalam satu pasangan bersifat eksklusif. Sifat pasangan tersebut identik dengan mata uang yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian berikut merupakan jenis-jenis kemiskinan:

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuaidengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar.

2. Kemiskinan Relatif

(24)

3. Kemiskinan Massa

Kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal ini berarti, terdapat demikian banyak orang secara faktual tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa hidup serba kekurangan, serta mengalami kondisi hidup yang tidak layak jika dilihat dari segi harkat dan martabat manusia.

4. Kemiskinan Non Massa

Secara umum kemiskinan non massa adalah lawan dari kemiskinan massa. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang.

5. Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah ditemukan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dimana kemiskinanalamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim.

6. Kemiskinan Kultural

(25)

7. Kemiskinan Terinvolusi

Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari kemiskinan kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalam memandang diri dan kebutuhannya, sehinga mereka menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah.

8. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural juga ditemukan, jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor-faktor penyebab kemiskinan. Konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial masyarakat itu sedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kehidupannya.

9. Kemiskinan Situasional

(26)

10. Kemiskinan Buatan

Kemiskinan buatan merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Dimana konsep kemiskinan buatan secara khusus ingin memberikan pesan, agar seseorang atau sekelompok orang, terutama mereka yang mengalami kehidupan yang dikategorikan miskin tidak dengan mudah menyalahkan alam sebagai penyebab kemiskinan yang mereka alami (Siagian, 2012: 45-65).

2.4.4 Aspek-aspek Kemiskinan

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang nasib umat manusia.Lebih jauh lagi, kemiskinan merupakan fakta yang sepanjang masa dan dimana saja dapat kita lihat.Berhubung kemiskinan itu sangat nyata, banyak pihak telah menelaahnya.Namun fakta pula yang menunjukkan bahwa kemiskinan tetap eksis.Hal ini berarti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata, dekat dan menyatudengankita, namun tidak mudah di pahami secara holistik. Langkah yang pertamayang dapat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalahdengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu :

1. Kemiskinan itu multi dimensi.

(27)

kelembagaan-kelembagaansosial, berbagai pengetahuan serta berbagai keterampilan yang dapat dianggapmendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekundernya antara lain,miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber-sumber keuangan yangkesemuanya merupakan faktor-faktor dapat digunakan sebagai jembatanmemperoleh suatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan,bahkan meningkatkan kualitas hidup.

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran aspek yang lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemaham yang komperehensif. Menganalisis kemikinan kemiskinan secara parsial akan membawa kita pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. Bahkan kemiskinan hanya dapat dipahami melalui pendekatan interdisiplinear.

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

(28)

dicegah karena akan menjauhkankita dari pemahaman yang benar dan holistik tentang kemiskinan itu sehinggakitapun mustahil dapat menemukan solusi. Kemiskinan diklasifikasikan dalamberbagi tingkat, miskin,sangat miskin, dan sangat miskin sekali.

4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual mapun kolektif.

Istilah kemiskinan pedesaan (Rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty). Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagimanusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia,baik secara individual maupun kelompok, dan bukan wilayah (Siagian, 2012:12-14).

2.4.5 Gejala-gejala Kemiskinan

Memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlukan datayang lengkap dan valid. Upaya memahami kemiskinan lebih sering dilakukandengan cara pendekatan lain, seperti gejala-gejala kemiskinan.Salah satu cara danlangkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejalakemiskinan, seperti :

1. Kondisi kepemilikan faktor produksi.

(29)

pencaharian tersebut.Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untukmengetahui apakah sekelompok orang tersebut miskin atau tidak.

2. Angka ketergantungan penduduk.

Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usahaatau keuntungan, upah, bunga, tabungan, dan lain-lain. Kondisi lapangansebagaimana dikemukakan mengakibatkan tenaga kerja di Indonesia dalamkondisi power less. Mereka sering harus menerima perlakuan tidak manusiawidari pengusaha, seperti menerima upah yang rendah.

3. Kekurangan gizi

Pendapatan bagaikan passport bagi setiap orang untuk memasuki hiduplayak.Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakansebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang dapat hidup secaralayak.Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirerkhis, mulai drikebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari berbagaiunsur yang termasuk kebutuhan pokok.

4. Pendidikan yang rendah

(30)

mendapatkan pendidikan. Oleh karenaitu pendidikan yang rendah juga merupakan gejala kemiskinan (Siagian,2012:16-19).

2.5 Kerangka Pemikiran

kemiskinan merupakan suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam konteks keluarga miskin, keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga baik itu kebutuhan sandang, pangan, papan maupun pendidikan anak dikarenakan ayah yang berfungsi sebagai kepala keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga karena penghasilan rendah. Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga sering mengakibatkan fenomena keterlibatan anak untuk mencari uang setiap harinya untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Keterlibatan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga adalah salah satu cara yang ditempuh oleh keluarga untuk mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi yang disebut dengan coping strategies (strategi adaptasi).

(31)

Pemenuhan hak anak biasanya dilakukan pertama kali dalam lingkungan keluarga, terutama keluarga inti. Keluarga miskin mengalami masalah dalam proses sosialisasi nilai-nilai yang seharusnya mereka laksanakan, tak terkecuali yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak. Sehingga seringkali muncul banyak masalah-masalah pada anak dalam keluarga miskin karena tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam pemenuhan hak-hak anak.

(32)

Gambar 2.1

Bagan AlurPemikiran

Kemiskinan

Strategi adaptasi (Coping strategies) untuk bertahan hidup:

1. Strategi Aktif (melibatkan segala potensi keluarga termasuk anak untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga).

2. Strategi Pasif (mengurangi

pengeluaran keluarga)

Nilai Ekonomi Anak: Dilihat dari peranan anak dalam memberikan bantuan yang bernilai ekonomi pada orang tua, yaitu:

5. Anak berhak mendapatkan kasih sayang.

6. Anak berhak mendapatkan

jaminan sosial.

7. Anak berhak mendaptkan

pengertian.

8. Anak berhak berpikir.

9. Anak berhak mendapatkan

(33)

2.6 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan upaya dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, peneliti berupaya mengiring para pembaca hasil penelitian untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini, antara lain :

1. Nilai ekonomi anak adalah dapat dilihat dari peranan anak dalam memberikan bantuan yang bernilai ekonomi pada orang tua.

2. Hak-hak dalam penelitian ini hak-hak anak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang dalam keluarganya. 3. Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota,

mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing angota keluarganya.

4. Kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekolompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

5. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan AlurPemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan akan informasi bagi para pecinta sepakbola bisa didapatkan melalui media internet, informasi tentang berita terbaru, seperti jadwal pertandingan, klasemen, hasil

Dari beberapa program aplikasi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda, kalau microsoft word digunakan untuk mengolah data teks, Microsoft Power point

Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi kabupaten/kota tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan

Sedikitnya anggota Karang Taruna Kecamatan Medan Johor dan BPK Ormas Oi yang memeriksa isi atau fakta pada konten membuktikan bahwa selama ini kebanyakan peserta dari

Melalui penerapan asas ultimum remedium , maka BUMN Persero yang selama ini tidak dapat berlari kencang karena pada saat mengalami kerugian bisnis lalu aparat penegak

berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait. 2) Media massa merupakan sumber kekuatan, alat

Intinya, perpustakaan digital telah merubah dari bentuk cetak ke digital, koleksi yang semula lokal (hanya ada di perpustakaan setempat) kini dapat menjadi internasional karena

beroperasi pada Januari 2012, (8) Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Ilmu Budaya mulai.. Universitas