• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Asupan Zat Gizi, Produktivitas Kerja dan Status Gizi Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Asupan Zat Gizi, Produktivitas Kerja dan Status Gizi Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang Chapter III VI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian dilakukan secara deskriptif yaitu dengan melihat gambaran

asupan zat gizi energi (karbohidrat, protein dan lemak) serta produktivitas kerja

dan status gizi pada pekerja pabrik kelapa sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh

Tamiang. Desain penelitian menggunakan metode survei.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pabrik kelapa sawit PT. Socfindo Sungai Liput

Aceh Tamiang. Alasan memilihan lokasi penelitian adalah sesuai pengamatan

ditemukan adanya masalah kesehatan terutama terkait gizi pada pekerja yaitu

ditemukannya pekerja yang mengalami anemia dengan jumlah jam kerja normal

yakni 7 jam sehari.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017 – Maret 2017.

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian yaitu semua pekerja pabrik kelapa sawit PT.

(2)

3.3.2 Sampel

Pemilihan sampel terdiri dari semua pekerja pabrik kelapa sawit PT.

Socfindo di bagian stasiun proses sebanyak 40 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan

data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data pekerja yang diambil secara langsung melalui

wawancara :

1. Identitas dan Riwayat Tenaga Kerja

Identitas dan riwayat pekerja berupa nama, usia, jenis kelamin, tinggi

badan, berat badan tenaga kerja yang didapati melalui hasil dan

penimbangan badan secara langsung dan wawancara menggunakan

kuesioner.

2. Data Konsumsi Makanan Tenaga Kerja

Data konsumsi makanan terdiri dari jenis makanan, jumlah makanan, dan

frekuensi makanan didasarkan pada metode food recall 24 jam sedangkan

frekuensi dan jenis makanan diperoleh melalui wawancara dengan

menggunakan formulir food-frequency.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang telah tersedia dipabrik Socfindo

(3)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Wawancara dengan menggunakan kuesioner yang berisi data identitas diri

responden, pertanyaan tentang produktivitas pekerja, pengukuran konsumsi

makanan dengan menggunakan formulir Food recall 24 jam, mengukur kadar

hemoglobin pekerja dengan menggunakan alat Easy Touch “GCHb”, serta

mengukur berat badan pekerja dengan timbangan injak dan mengukur tinggi

badan dengan Microtoise.

3.6Defenisi Operasional

1. Pekerja pabrik adalah orang yang bekerja di pabrik untuk memenuhi

produktivitas perusahaan.

2. Asupan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang masuk melalui konsumsi

makanan yang dikonsumsi pekerja selama 24 jam.

a. Asupan energi adalah banyaknya energi yang masuk melalui makanan

yang dikonsumsi pekerja selama 24 jam.

b. Asupan protein adalah adalah banyaknya protein yang masuk melalui

makanan yang dikonsumsi pekerja selama 24 jam.

c. Asupan lemak adalah adalah banyaknya lemak yang masuk melalui

makanan yang dikonsumsi pekerja selama 24 jam.

3. Produktivitas kerja adalah hasil kerja seseorang pekerja dengan satuan

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk.

4. Status gizi adalah keadaan yang dapat menggambarkan petunjuk tentang

keadaan gizi pekerja yang diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

(4)

Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Direktorat

Bina Kesehatan Kerja (2009).

3.7Aspek Pengukuran

1. Status gizi tenaga kerja diperoleh dengan menghitung Indeks Massa Tubuh

(IMT). Berat Badan (Kg) dibagi dengan kuadrat Tinggi Badan (meter),

kemudian disesuaikan dengan kategori ambang batas klasifikasi IMT yaitu :

Tabel 3.1 Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh

IMT Status Gizi Kategori

< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus

17.0 – 18.4 Gizi Kurang Kurus

18.5 – 24.9 Gizi Baik Normal

25.0 – 27.0 Gizi Lebih Gemuk

>27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

Sumber :Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja (2009).

2. Pola konsumsi makanan diukur dengan cara menghitung jumlah rata-rata

konsumsi energi, protein, lemak, dan Fe yang didapat dari hasil konversi

semua makanan yang dikonsumsi responden per hari, yang diukur dengan

menggunakan metode food recall 24 jam.

Langkah-langkah metode pengukurannya adalah sebagai berikut:

1. Setelah data konsumsi diperoleh, maka dilakukan konversi dari

Ukuran Rumah Tangga ke dalam ukuran berat (gram) atau dari satuan

berat.

2. Setelah diketahui jumlah bahan makanan dan makanan yang

dikonsumsi oleh responden, maka dilakukan penghitungan nilai gizi

(5)

menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau

dengan software nutrisurvey.

3. Hasil tiap zat gizi dihitung rata-ratanya dari kedua pengukuran (hari

pertama dan hari kedua) dan dibandingkan dengan nilai % AKG

menggunakan rumus sebagai berikut:

- Tingkat Konsumsi Energi = Hasil Asupan Energi

Angka Kecukupan Gizi

x 100%

- Tingkat Konsumsi Protein = Hasil Asupan protein

Angka Kecukupan Gizi x 100%

- Tingkat Konsumsi Lemak = Hasil Asupan lemak

Angka Kecukupan Gizi x 100%

Setelah jumlah makanan yang dikonsumsi diperoleh dalam bentuk persen,

hasil persen tersebut lalu dikategorikan sebagai berikut (WNPG,2004) :

- Sangat tinggi : >115%

- Tinggi : 106 – 115%

- Cukup : 95 – 105%

- Rendah : 85 – 94%

- Sangat rendah :<85%

3. Mengukur Kadar Hemoglobin dengan menggunakan alat Easy Touch “GCHb.

Kadar hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang

berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan

tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.

Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah

(6)

artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Nilai normal

hemoglobin pada laki-laki adalah 13,0-16,5 gram/dl menurut depkes 2012.

4. Mengukur produktivitas kerja dilakukan dengan mengamati langsung

bagaimana pekerja melakukan pekerjaannya selama satu pengolahan.

Ketetapan dari perusahaan, semua pekerja disetiap pengolahan harus

menyelesaikan pekerjaannya selama 20 menit agar tercapainya produktivitas

yang optimal.

5. Stasiun penerimaan tandan buah segar (TBS), merupakan titik awal proses

pengolahan

6. Stasiun sterilizer, merupakan proses perebusan buah di dalam steamer

ketel

7. Stasiun penebahan, merupakan proses pemisahan brondolan sawit dari

janjangnya

8. Stasiun kempa, merupakan proses memisahkan daging buah sawit dengan

bijinya.

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan.

2. Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

(7)

3. Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer.

3.8.2. Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan program komputer.

Analisis data dilakukan dengan cara univariat. Analisis univariat digunakan untuk

melihat distribusi frekuensi semua variabel yang diteliti.

(8)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Socfin Indonesia (Socfindo) merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. PT. Socfindo yang berpusat di

Kota Medan memiliki perkebunan kelapa sawit di dua provinsi, yaitu Provinsi

Aceh dan Sumatera Utara. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Aceh

17.597 Ha dan luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara ±

30.178 Ha.

PT. Socfindo Sungai Liput berlokasi di desa Sungai Liput, Kecamatan

Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang berjarak ± 500 km dari kota Banda

Aceh. Perusahaan ini memiliki empat divisi dan satu pabrik pengolahan kelapa

sawit. Divisi I dan II terletak di Kecamatan Kejuruan Muda sedangkan Divisi III

dan IV terletak di Kecamatan Karang Baru serta pabrik pengolahan yang terletak

di Desa Sei Liput..

PT. Socfindo Kebun Sungai Liput didirikan pada tahun 1922 dengan

kapasitas pengolahan 18 ton per jam. Pabrik tersebut didirikan beserta sarana

pendukung lainnya seperti kantor, perumahan staf, sarana peribadahan dan klinik.

4.1.1Luas Areal

Luas areal pemanfaatan lahan pada perkebunan Sungai Liput adalah

sebagai berikut :

a. Areal Kebun Kelapa Sawit : 3.681,49 Ha

(9)

c. Pembibitan : 1,00 Ha

d. Kolam Limbah : 2,15 Ha

Adapun pabrik yang dimiliki PT. Socfindo diberbagai daerah diantaranya :

Tabel 4.1 Pabrik dan Perkebunan yang dimiliki PT. Socfindo

Kabupaten Nama Kebun Budidaya

Aceh Tamiang Sungai Liput Kelapa Sawit

AcehBarat Seumayam Kelapa Sawit

Seunagan Kelapa Sawit

Aceh Singkil Lae Butar Kelapa Sawit

Deli Serdang Mata Pao Kelapa Sawit

Bangun Bandar Kelapa Sawit Tanah Besi Kelapa Sawit Tanjung Maria Karet

Batubara Lima Puluh Karet

Tanah Gambus Kelapa Sawit

Asahan Aek Loba Kelapa Sawit

Labuhan Batu Aek Pamingke Karet

Negeri Lama Kelapa Sawit

Halimbe Karet

Pekerja bekerja pada pukul 07.00 – 16.00 WIB dan jam istirahat pada

pukul 11.00 – 12.00 WIB bekerja selama 8 jam. Proses produksi ada kalanya tidak

mengikuti jam kerja shift, tetapi lebih mengutamakan habisnya buah yang telah

dipanen yang telah masuk ke pabrik. Untuk menghargai tenaga kerja yang telah

melebihi batas jam kerja, maka diberikan upah lembur.

Dalam pelaksanaan kebijakan pelayanan kesehatan kerja PT. Socfindo

memiliki Poliklinik Perusahaan sesuai dengan dasar hukum yang termuat dalam

pasal 164-166 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja dan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 3 tahun 1982

(10)

pabrik pengolahan kelapa sawit yang merupakan fasilitas kesehatan. Jenis

pelayanan kesehatan yang diberikan yakni promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif dan pelayanan rujukan. Pelayanan rujukan poliklinik perusahaan

bekerjasama dengan RSUD Aceh Tamiang dan RS Cut Mutia Langsa. Yang

menjadi tanggungan ialah seorang istri dan tiga orang anak. Dalam kebijakan

perusahaan, anak dari pekerja yang memiliki cacat mental menjadi tanggungan

poliklinik tanpa terdapat batasan umur, selama orang tuanya masih bekerja di PT.

Socfin Indonesia Kebun Sungai Liput.

4.2 Gambaran Umum Pekerja Kelapa Sawit Socfindo

4.2.1 Tahapan Pengolahan

Table 4.2 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tahapan Pengolahan

No. Tahap Pengolahan n %

tahapan pengolahan adalah 40 orang pekerja, dimana pada tahap penimbunan

adalah 15 orang (37,5%), pada tahap rebusan 10 orang (25,0%), pada tahap

penebahan 10 orang (25,0%) dan pada tahap kempa adalah 5 orang (12,5%).

Pekerja bekerja pada pukul 07.00 – 16.00 WIB dan jam istirahat pada pukul 11.00

– 12.00 WIB bekerja selama 8 jam.

Proses produksi ada kalanya tidak mengikuti jam kerja shift, tetapi lebih

(11)

Untuk menghargai tenaga kerja yang telah melebihi batas jam kerja, maka

diberikan upah lembur.

4.2.2 Umur Pekerja

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No Umur (Tahun) n %

1. 19-29 Tahun 5 12,5

2. 30-49 Tahun 30 75,0

3. 50-64 Tahun 5 12,5

Jumlah 40 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 30 orang

(75,0%) pekerja berusia 30 sampai 49 tahun. Sebanyak 5 orang (12,5%) berada

pada umur 19 sampai 29 tahun dan 50 sampai 64 tahun.

4.2.3 Pendidikan Pekerja

Table 4.4 Distribusi Pekerja Berdasarkan Pendidikan Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Pendidikan n %

1. SD 8 20,0

2. SMP 22 55,0

3. SMA 10 25,0

Jumlah 40 100,0

Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa pendidikan pekerja yang terbanyak adalah

pada tingkat SMP sebanyak 22 orang (55,0%), sedangkan yang paling sedikit

(12)

4.2.4 Status Perkawinan Pekerja

Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Status Perkawinan Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Status Perkawinan n %

1. Belum Menikah 2 5,0

2. Sudah Menikah 38 95,0

Jumlah 40 100,0

Tabel 4.5 di atas terlihat bahwa status perkawinan pekerja yang terbanyak

adalah sudah menikah yaitu sebanyak 38 orang (95,0%) sedangkan yang belum

menikah sebanyak 2 orang (5,0%).

4.2.4 Masa Kerja Pekerja

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Masa Kerja n %

Berdasarkan tabel 4.6 terlihat sebagian besar pekerja mempunyai masa

kerja antara 20 – 29 tahun yaitu sebanyak 17 orang (42,0%), selanjutnya sebanyak

16 orang (40,0%) mempunyai masa kerja 10 – 19 tahun, sebanyak 4 orang

(10,0%) mempunyai masa kerja 30 – 39 tahun, dan terdapat 3 orang (7,5%) yang

mempunyai masa kerja >10 tahun.

4.3 Gambaran Asupan Zat Gizi Pekerja

Asupan zat gizi yang dilihat pada penelitian ini yaitu tingkat kecukupan

energi, protein, dan lemak pekerja yang diukur dengan menggunkan food recall

(13)

4.3.1 Asupan Energi Pekerja

Tabel 4.7 di atas dilihat bahwa pekerja yang lebih banyak konsumsi energi

dengan kategori cukup sebanyak 21 orang (52,5%), kategori rendah sebanyak 13

orang (32,5%) sedangkan kategori tinggi sebanyak 6 orang (15,0 %).

Tabel 4.8 Distribusi Asupan Energi Berdasarkan Umur Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Umur Asupan Energi Jumlah

(14)

4.3.2 Asupan Protein

Tabel 4.9 di atas dilihat bahwa pekerja yang lebih banyak asupan protein

dengan kategori cukup sebanyak 22 orang (55,0%) sedangkan yang lebih sedikit

dengan kategori tinggi sebanyak 6 orang (15,0%).

Tabel 4.10 Distribusi Asupan Protein Berdasarkan Umur Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Umur Asupan Protein Jumlah

Asupan protein pada umur 19-29 tahun dengan kategori tinggi sebanyak 1 orang

(20,0%), kategori cukup sebanyak 2 orang (40,0%), kategori rendah sebanyak 2

orang (40,0%). Sedangkan yang lebih sedikit asupan protein pada umur 50-64

tahun dengan kategori tinggi sebanyak 1 orang (20,0%), kategori cukup sebanyak

(15)

4.3.3 Asupan Lemak Pekerja

Tabel 4.11 di atas dilihat bahwa yang lebih banyak asupan lemak dengan

kategori cukup sebanyak 18 orang (45,0%) sedangkan asupan lemak yang lebih

sedikit dengan kategori tinggi sebanyak 8 orang (20,0%).

Tabel 4.12 Distribusi Asupan Lemak Berdasarkan Umur Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Umur Asupan Lemak Jumlah

(0%), kategori cukup sebanyak 3 orang (60,0%), dan kategori rendah sebanyak 2

orang (40,0%). Asupan lemak pada umur 19-29 tahun dengan kategori tinggi

sebanyak 1 orang (20,0%), kategori cukup sebanyak 3 orang (60,0%), kategori

(16)

4.4 Produktivitas Kerja

Sagir (2010) menyatakan bahwa seorang tenaga kerja dinilai produktif bila

tenaga kerja tersebut mampu menghasilkan keluaran yang lebih banyak

dibandingkan tenaga kerja lainnya dalam suatu waktu yang sama, atau apabila

tenaga kerja tersebut menghasilkan keluaran yang sama dengan menggunakan

sumberdaya yang sedikit.

Produktivitas kerja dalam penelitian ini diukur berdasarkan lama waktu

kerja. Produktivitas pekerja merupakan prioritas utama yang dituntut setiap

perusahaan kepada setiap pekerja. Penelitian produktivitas dilakukan dengan

melihat langsung di tempat penelitian, apakah pekerja mencapai hasil target yang

dianjurkan perusahaan dan menghitung berapa lama waktu pekerja dapat

menyelesaikan pekerjaannya.

Tabel 4.13 Distribusi Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Produktivitas Kerja n %

1. Produktif 29 72,5

2. Tidak produktif 11 27,5

Jumlah 40 100,0

Tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa produktivitas kerja yang paling

banyak dengan kategori produktif yaitu 29 orang (72,5%) dan kategori tidak

(17)

Tabel 4.14 Distribusi Produktivitas Berdasarkan Umur Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Umur Produktivitas Jumlah

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa produktivitas pekerjaan pada umur 30-49

tahun dengan kategori produktif sebanyak 22 orang (73,3%), kategori tidak

produktif sebanyak 8 orang (26,7%). Produktivitas pekerjaan pada umur 19-29

tahun dengan kategori produktif sebanyak 5 responden (100,0%), kategori tidak

produktif sebanyak 0 orang (0%). Produktivitas pekerjaan pada umur 50-64 tahun

dengan kategori produktif sebanyak 2 orang (40,0%), kategori tidak produktif

sebanyak 3 orang (60,0%).

4.5 Status Gizi Pekerja

Penelitian yang dilakukan terhadap 40 pekerja pabrik kelapa sawit PT.

Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang berdasarkan hasil pengukuran berat badan

dan tinggi badan yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka diperoleh distribusi

status gizi pada tabel dibawah ini.

(18)

Tabel 4.15 di atas dilihat bahwa distribusi frekuensi status gizi pekerja

berdasarkan IMT/U yang paling banyak dengan kategori normal yaitu sebanyak

26 orang (65,0%), status gizi dengan kategori kurus sebanyak 10 orang (25,0%),

sedangkan yang paling sedikit dikategorikan gemuk yaitu sebanyak 4 orang

(10,0%). Status gizi dengan kategori sangat kurus dan sangat gemuk sebanyak 0

orang (0%).

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 11 orang (27,5%) yang

mengalami anemia dan sebanyak 29 orang (72,5%) yang mempunyai kadar

hemoglobin normal. Anemia zat besi akan menyebabkan rendahnya produktivitas

kerja, semakin tinggi kadar hemoglobin maka semakin baik produktivitas kerja

seseorang.

Tabel 4.17 Distribusi Kadar Hemoglobin Berdasarkan Umur Pekerja Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Umur Kadar Hemoglobin Jumlah

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa yang memiliki kadar hemoglobin pada

(19)

anemia sebanyak 8 orang (26,7%). Kadar hemoglobin pada umur 19-29 tahun

dengan kategori normal sebanyak 5 responden (100,0%), kategori anemia

sebanyak 0 orang (0%). Kadar hemoglobin pekerjaan pada umur 50-64 tahun

dengan kategori normal sebanyak 2 orang (40,0%), anemia sebanyak 3 orang

(60,0%).

4.6 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Asupan Gizi

Distribusi status gizi berdasarkan asupan asupan energi, asupan protein,

dan asupan lemak, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.18 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Asupan Zat Gizi Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang Asupan

Tabel 4.18 di atas dilihat bahwa distribusi status gizi pekerja berdasarkan

asupan energi pada kategori kurang sebanyak 3 orang (23,1%) memiliki status

gizi kurus, asupan energi cukup sebanyak 13 orang (61,9%) memiliki status gizi

normal, dan asupan energi tinggi sebanyak 3 orang (50,0%) memiliki status gizi

kurus. Sedangkan pada asupan protein pada kategori kurang sebanyak 3 orang

(25,0%) memiliki status gizi kurus, asupan protein pada kategori cukup sebanyak

(20)

3 orang (50,0%) memiliki status gizi normal. Sedangkan pada asupan lemak pada

kategori kurang sebanyak 3 orang (23,1%) memiliki status gizi kurang, asupan

lemak cukup sebanyak 13 orang (65,0%) memiliki status gizi normal dan asupan

lemak tinggi sebanyak 3 orang (42,9%) memiliki status gizi gemuk.

Tabel 4.19 Distribusi Produktivitas Berdasarkan Status Gizi Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

No. Status Gizi Produktivitas Jumlah

Tabel 4.19 di atas dilihat bahwa produktivitas berdasarkan status gizi yaitu

kategori kurus sebanyak 10 orang (100,0%) dengan produktivitas produktif.

Kategori normal 17 orang (65,4%) dengan produktivitas produktif, dan 9 orang

(34,6%) tidak produktif. Kategori gemuk 2 orang (50,0%) dengan produktivitas

produktif, dan 2 orang (50,0%) tidak produktif.

Tabel 4.20 Distribusi Produktivitas Berdasarkan Kadar Hemoglobin Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang No. Kadar

Tabel 4.20 di atas dilihat bahwa produktivitas berdasarkan kadar

hemoglobin, bahwa kadar hemoglobin normal sebanyak 21 orang (72,4%)

(21)

hemoglobin anemia sebanyak 8 orang (72,7%) memiliki produktifitas produktif

(22)

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang

telah dianalisis dapat dilihat bahwa umur pekerja bervariasi antara 19-64 tahun.

Jumlah responden yang paling banyak berada pada umur 30-49 tahun merupakan

persentase tertinggi yaitu 75,0 %. Sedangkan yang paling sedikit berumur 50-64

tahun dan umur 19-29 tahun yaitu sebesar 12,5%. Hal ini menunjukkan bahwa

tenaga kerja masih dalam usia produktif antara umur 30-49 tahun.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di

Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa. Data dari BPS

pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta jiwa

atau 11,25%.

Tingkat pendidikan sebagian besar pekerja berpendidikan SMP yaitu

sebesar 55,0%, sedangkan yang paling sedikit adalah berpendidikan SD yaitu

sebesar 20,0%. Sebagian besar status pernikahan pekerja adalah sudah menikah

sebesar 95,0%, sedangkan yang belum menikah sebesar 5,0%. Peranan keluarga

sangat mempengaruhi pola konsumsi makanan dan produktivitas kerja pekerja.

5.2 Asupan Zat Gizi Pekerja

Energi dibutuhkan untuk mempertahankan hidup guna untuk menunjang

(23)

Dengan energi yang dikeluarkan maka akan terjadi pergeseran

keseimbangan kearah positif atau negatif. Pola makan memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu

orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu

(Arisman, 2010). Pola makan yang baik dan jenis hidangan makanan yang

beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat

pembangun, serta zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang dan sangat

mempengaruhi produktivitas kerja.

5.2.1 Asupan Energi

Kurangnya mengkonsumsi asupan energi dapat mengakibatkan turunnya

berat badan. Energi yang kurang disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh

berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila keadaaan ini berlanjut akan

menyebabkan kegemukan, yang biasanya disertai berbagai gangguan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian dari tingkat asupan energi pekerja yang lebih

banyak berada pada kategori cukup yaitu sebesar 52,5%, asupan energi kategori

rendah sebanyak 32,5%, kategori tinggi sebanyak 15,0% dan pekerja pabrik

kelapa sawit asupan energi dengan kategori rendah dan sangat rendah sebanyak

0%. Asupan energi berdasarkan umur menunjukkan bahwa persentase terbanyak

pada umur 30-49 tahun dengan kategori tinggi 10,0%, cukup 46,7%, rendah

43,3%, sedangkan asupan energi persentase yang sedikit pada usia 19-29 tahun

(24)

Konsumsi energi yang cukup pada pekerja didukung oleh selera makan

yang tinggi meskipun dengan keterbatasan aneka ragam makanan, tetapi tetap

dengan kecukupan energi. Kurangannya konsumsi energi dalam makanan akan

menyebabkan tubuh mengalami ketidak seimbangan, sehingga dapat menurunkan

berat badan dan terjadinya kerusakan pada jaringan tubuh.

5.2.2 Asupan protein

Berdasarkan hasil penelitian dari tingkat asupan protein pekerja pabrik

yang berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 15,0%, kategori cukup persentase

sebanyak 55,0%, kategori rendah persentase sebanyak 30,0% dan pekerja pabrik

dengan asupan protein dalam kategori sangat tinggi dan sangat rendah sebanyak

0%. Asupan protein berdasarkan umur menunjukkan bahwa persentase terbanyak

pada umur 30-49 tahun dengan kategori tinggi 13,3%, cukup 56,7%, rendah

30,0%, sedangkan asupan protein persentase yang sedikit pada usia 50-60 tahun

dengan kategori tinggi 20,0%, cukup 60,0%, rendah 20,0%.

Asupan protein pekerja sudah baik, protei sangat mempengaruhi perbaikan

jaringan tubuh yang rusak atau menggantikan sel-sel tubuh yang rusak, juga

berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur

5.2.3 Asupan lemak

Berdasarkan hasil penelitian dari tingkat asupan lemak pekerja pabrik yang

lebih banyak pada kategori tinggi yaitu sebesar 20,0%, asupan lemak dengan

kategori cukup sebanyak 45,0%, kategori rendah sebanyak 35,0% dan pekerja

pabrik dalam kategori sangat tinggi dan sangat rendah sabanyak 0%. Asupan

(25)

30-49 tahun dengan kategori tinggi 23,3%, cukup 40,0%, rendah 36,7%,

sedangkan asupan lemak persentase yang sedikit pada usia 19-29 tahun dengan

kategori tinggi 20,0%, cukup 60,0%, rendah 20,0%.

Asupan lemak pekerja sudah baik, apabila mengkomsumsi lemak yang

berlebihan akan menyebabkan kegemukan,yang akan membuat pekerja susah

untuk bergerak menyelesaikan pekerjaannya.

5.3 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja yang peneliti ukur dengan mengamati pekerja berapa

lama waktu untuk menyelesaikan pekerjaanya. Dengan waktu yang ditetepkan

perusahaan untuk pekerja pada bagian pengolahan selama 20 menit untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dengan

kategori produktif yaitu sebanyak 72,5% sedangkan kategori tidak produktif

sebanyak 27,5%. Produktivitas kerja berdasarkan umur menunjukkan bahwa

persentase terbanyak pada umur 30-49 tahun dengan kategori produktif 73,3%,

tidak produktif 26,7%, sedangkan produktivitas kerja persentase yang sedikit pada

usia 19-29 tahun dengan kategori produktif 100,0%, dan tidak produktif 0%.

Tercapainya produktivitas kerja yang produktif karena pekerja pabrik

mempunyai tingkat asupan gizi yang cukup. Dengan mengkomsumsi asupan gizi

yang seimbang akan mempengaruhi produktivitas kerja. Seseorang yang telah

lama bekerja disuatu bidangcenderung akan lebih produktif karena memiliki

keterampilan yang lebih tinggi dalam bekerja serta pengalaman dan kepuasan

(26)

5.4 Status Gizi Pekerja

Status gizi adalah keadaan kesehatan yang diakibatkan oleh adanya

interaksi antara makanan, tubuh dan lingkungan hidup manusia. Masalah

kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas)

merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit

tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,

pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan berat badan ideal.

Berdasarkan hasil penelitian status gizi pekerja pabrik kategori normal

persentase sebesar 65,0%, kurus 25,0%, gemuk 10,0%. Sedangkan status gizi

pekerja pabrik kategori sangat gemuk dan sangat kurus persentasenya 0%.

5.5 Status Gizi Berdasarkan Asupan Gizi

Salah satu faktor yang memengaruhi status gizi adalah asupan makan

sehari-hari, karena baik atau buruknya pola makan mengakibatkan baik atau tidak

baiknya status gizi seseorang (arisman, 2010). Susunan makanan yang semakin

beragam akan mempengaruhi jumlah energi yang dihasilkan. Disamping itu

susunan makanan yang semakin beragam mengandung zat gizi yang semakin

beragam pula berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan juga mineral.

Berdasarkan hasil penelitian status gizi berdasakan asupan energi

diperoleh bahwa pekerja pabrik dengan asupan energi tinggi persentase status gizi

dengan kategori kurus 18,2%, normal 63,6%, gemuk 18,2%. Pekerja pabrik yang

asupan energi cukup peresentase status gizi dengan kategori kurus 19,0%, normal

61,9%, gemuk 19,0%. Sedangkan pekerja pabrik yang konsumsi energi rendah

(27)

Berdasarkan persentase tersebut diketahui bahwa status gizi berdasarkan asupan

energi lebih banyak dikategorikan pada normal.Hal tersebut menunjukkanbahwa

status gizi pekerja tidak dipengaruhi seberapa banyak dan sedikitnya pekerja

mengkomsumsi asupan energi.

Hasil penelitian status gizi berdasarkan asupan protein diperoleh bahwa

asupan protein yang tinggi dengan persentase kategori kurus 50,0%, normal

50,0%, gemuk 0%. Pekerja pabrik yang asupan protein cukup dengan persentase

kategori kurus 50,0%, normal 50,0%, gemuk 0%. Sedangkan pekerja pabrik yang

konsumsi asupan protein kurang dengan persentase kategori kurus 25,0%, normal

75,0%, gemuk 0%. Berdasarkan persentase tersebut diketahui bahwa status gizi

berdasarkan asupan protein lebih banyak dikategorikan pada normal. Hal tersebut

menunjukkan bahwa konsumsi asupan protein pekerja pabrik baik. Konsumsi

protein juga memberikan kontribusi terhadap angka konsumsi energi.

Hasil penelitian status gizi berdasarkan asupan lemak diperoleh bahwa

asupan lemak tinggi dengan persentase kurus sebanyak 0%, normal 57,1%, gemuk

42,9%. Pekerja pabrik berdasarkan asupan lemak cukup dengan peresentase kurus

sebanyak 35,0%, normal 65,0%, gemuk 0%. Sedangkan pekerja pabrik yang

asupan lemak kurang dengan persentase kurus sebanyak 23,1%, normal 69,2%,

gemuk 25,0%. Berdasarkan persentase tersebut diketahui bahwa status gizi

berdasarkan asupan lemak lebih banyak dikategorikan pada normal. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pekerja pabrik tidak banyak mengkomsumsi lemak. Semakin

banyak mengkomsumsi lemak dapat menyebabkan kegemukan dan susahnya

(28)

Faktor yang mempengaruhi status gizi tergantung dari kebiasaan makan

sehari-hari karena baik atau buruknya pola makan mengakibatkan rendahnya

status gizi seseorang. Status gizi adalah keadaan yang menyatakan tingkat

kecukupan gizi seseorang dan juga merupakan indikator akan kecupukan gizi.

Tinggi rendahnya status gizi seseorang ditentukan oleh asupan makanan yang

dikonsumsi setiap harinya. Jika asupan makanannya seimbang tentunya status

gizinya juga baik dan begitu sebaliknya.

5.6 Produktivitas Kerja Berdasarkan Status Gizi

Produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh status gizi, dengan status gizi

yang baik maka akan tercapainya produktivitas yang diinginkan (azizah 2013).

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar produktivitas kerja pada pekerja

adalah produktif yaitu sebanyak 29 orang (72,5 %) dan sisanya pada kategori

tidak produktif. Jika dilihat dari produktivitas kerja berdasarkan status gizi,

pekerja memiliki produktivitas kerja produktif memiliki status gizi normal yaitu

sebanyak 65,0 % . Sedangkan produktivitas kerja berdasarkan kadar hemoglobin

dengan kategori normal sebanyak 72,4% merupakan produktivitas produktif.

Produktivitas pada pekerja pabrik PT. Socfindo memiliki produktivitas

produktif selama bekerja pada satu kali pengolahan. Pengukuran produktivitas

kerja hanya satu kali pengolahan dalam satu hari kerja disebabkan karena buah

sawit yang tidak banyak masuk kedalam pabrik, apabila pabrik memiliki buah

sawit yang banyak maka akan banyak pula pabrik melakukan pengolahan dalam

satu hari kerja. Bahwa bahan baku memiliki pengaruh positif dan signifikan

(29)

semakin rendah pula produktivitas kerja. Hasil penelitian Gusti (2010)

menyatakan bahwa 82,93% upah pekerja, sifat tugas yang diberikan, kondisi kerja

dan lingkungan kerja, hubungan kerja sesama pekerja, manajemen organisasai,

keselamatan kerja, dan jaminan sosial mempengaruhi produktivitas kerja. Hasil

penelitian Ayu (2011) menyatakan bahwa pengaruh budaya organisasi,

komunikasi, dan lingkungan kerja mempengaruhi produktivitas kerja karyawan

(30)

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Gambaran umum pekerja pabrik PT. Socfindo Aceh Tamiang yang bekerja

lebih banyak berumur 30-49 tahun dengan persentase 75,0%, tingkat

pendidikan banyak merupakan tamatan SMP 55,5%. Dengan status

perkawinan yang sudah menikah dengan persentase 95,0%. Sedangkan

masa kerjanya lebih banyak bekerja selama 20-29 tahun dengan persentase

42,5%.

2. Asupan gizi pekerja pabrik terdiri dari asupan energi, asupan protein, dan

asupan lemak. Persentase asupan energi 52,5% pada kategori cukup.

Berdasarkan umur 30-49 tahun sebagian besar termasuk pada kategori

cukup 46,7%. Persentase asupan protein 55,0% pada kategori cukup,

berdasarkan umur 30-49 tahun sebagian besar termasuk dalam kategori

cukup 56,7%. Sedangkan persentase asupan lemak 45,0% pada

kategorikan cukup. Berdasarkan umur 30-49 tahun sebagian besar

termasuk dalam kategori cukup 40,0%.

3. Produktivitas kerja yang paling banyak pada ketegori produktif 72,5%.

Berdasarkan umur 30-49 tahun termasuk dalam kategori produktif 73,3%

dan kategori tidak produktif 26,7%. Produktivitas berdasarkan status gizi

pada kategori produktif 65,4% memiliki status gizi normal dan memiliki

(31)

4. Status gizi pekerja sebagian besar pada kategori normal 65,0%. Status gizi

berdasarkan asupan energi persentase lebih banyak pada kategori normal

61,9%, asupan protein pada kategori normal 63,6% dan asupan lemak pada

kategori normal 65,0%.

6.2Saran

Sebaiknya dari pihak perusahaan pabrik kelapa sawit Socfindo khususnya

melakukan pemeriksaan kesehatan rutin setiap bulan yang berguna untuk

memantau dan menjaga status gizi pekerja serta memberikan bimbingan kepada

pekerja dalam memperbaiki status gizi agar status gizi semua pekerja seimbang

Gambar

Tabel 3.1  Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh
Tabel 4.1 Pabrik dan Perkebunan yang dimiliki PT. Socfindo
Table 4.4 Distribusi Pekerja Berdasarkan Pendidikan Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang
Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar penambahan tepung jagung terfermentasi dapat meningkatkan kadar abu, lemak, serta skor rasa dan aroma, sedangkan kadar

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu nifas di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta Tahun 2010 tentang Postpartum blues

Dalam penelitian kali ini penerapan model atau metode menggunakan metode kooperatif dan inovatif yang akan membangkitkan minat belajar peserta didik dalam proses

Dalam bab ini penulis akan menganalisis dan membahas Analisis Klausula Baku Dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Rumah Di Perumahan Wijaya KusumMenurut

Norma Agama adalah ketentuan yang dijadikan sebagai petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan dan berisi tentang perintah, anjuran, dan larangan, yang termasuk contoh

Dengan melakukan pengaturan bandwidth secara terjadwal serta blocking situs berbahaya, maka kecepatan akses internet bagi user dapat lebih maksimal karena sesuai dengan kondisi

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan cinta kasih penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PPKn Melalui

1) Pemahaman siswa terhadap teknik dasar lompat jauh melalui media kardus membuat siswa bersemangat untuk melakukan pembelajaran dan semakin aktif untuk mencoba