• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hukum Kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi Nasabah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Hukum Kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi Nasabah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perlindungan terhadap nasabah bank menjadi hal yang sangat berpengaruh

terhadap indrustri perbankan. Hal ini dikarenakan bisnis perbankan sangat

berkaitan erat dengan kepercayaan. Apabila masyarakat percaya pada suatu bank,

maka mereka akan merasa aman menjadi nasabah yang bersangkutan. Sebaliknya,

ketidakpercayaan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kelansungan

bisnis sebuah bank.1

Dalam interaksi yang terjadi antara nasabah dan bank tidak jarang terjadi

perselisihan. Sebagai contoh, kasus tentang uang yang belum keluar dari mesin

Anjungan Tunai mandiri (ATM) namun sudah terdebet, tertelannya kartu debet

oleh mesin ATM yang sering berakhir dengan terkurasnya dana nasabah,

permasalahan kartu kredit, perbedaan saldo pokok dan bunga dan lain-lain.2

Bank Indonesia melalui peraturan No. 8/5/PBI/2006 tanggal 30 Januari

2006 mengatur tentang Mediasi Perbankan.3

1

Wendie Razif Soetikno,Peran BI dalam Mengoptimalkan Kedudukan Komisaris Independen sebagai Mediator Perbankan. ( Bandung,Pt Aditya Bakti,2007).

2

Ibid.

3

Ibid.

Pembentukan Lembaga mediasi

perbankan ini bertujuan agar sengketa di bidang perbankan anatara nasabah

(2)

mediasi.4 Sayangnya peraturan tersebut tidak secara jelas mengatur tentang hak,

kewenangan dan/atau sanksi yang dapat dijatuhkan oleh lembaga tersebut atas

pihak yang dinilai lalai atau melakukan kesalahan.5

Dalam dunia perbankan, pihak nasabah merupakan unsur yang sangat

berperan sekali, mati hidupnya dunia perbankan bersandar kepada kepercayaan

dari pihak masyarakat atau nasabah.6Keberadaan aset bank dalam bentuk

kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga karena bank tidak memiliki uang

tunai yang cukup untuk membayar kewajiban kepada semua nasabahnya

sekaligus.7

Bank menyediakan produk berupa penerimaan simpanan dana pemberian

kredit. Simpanan dapat ditarik nasabah setiap saat, sedangkan piutang bank hanya

dapat ditagih oleh bank berdasarkan jangka waktu tertentu, sehingga apabila

terjadi krisis kepercayaan, maka dapat terjadi bank kekurangan dana karena

nasabah menarik simpanan mereka. 8 Itulah sebabnya bank disebut sebagai

lembaga kepercayaan.9 Maka wajarlah jika diberbagai belahan dunia biasanya

sektor keuangan sangat diawasi oleh pemerintah (highly regulated industry)

karena ada kepentingan umum yang harus dilindungi. 10

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,: (Bandung,PT.Citra Aditya Bhakty,2003), hal 282.

7

Zulkarnain Sitompul, Peran dan Fungsi Bank Dalam Sistem Perekonomian, (http:/zulsitompul.wordpress.com),, diakses 5 Febuari 2017.

8

Ibid.

9

Ibid.

10

Yunus Husein, Pelajaran dari Krisis Keuangan Amerika,(http:/w.w.w.economy.okezone.comin-dex.php/ReadStory/2008/10/07/212/151437/pelajaran-dari-krisis-keuangan-amerika), diakses pada 10 April 2017.

Dalam prespektif

(3)

(“UUPK”)11, baik perjanjian simpanan maupun perjanjian kredit, kedudukan

nasabah bank merupakan konsumen yang harus memperoleh perlindungan

hukum. Perlindungan hukum bagi nasabah seharusnya sudah dilakukan pada

tahap pra-perjanjian sampai dengan pelaksanaan perjanjian.12

Ketika hubungan hukum antara bank dan nasabah mulai tercipta, maka

sejak itu terbuka kemungkinan sengketa antara para pihak. Penyelesaian sengketa

tersebut dapat dilakukan melalui proses litigasi dan non litigasi. Praktek

perbankan selama ini dalam menyelesaikan sengketa belum banyak

mempergunakan proses non-litigasi.13 Hal ini dapat dilihat dari

perjanjian-perjanjian yang dibuat anatar bank dan nasabah yang tidak mencantumkan klasul

seperti abitrase, mediasi, dan sebagainya seperti yang dikemukakan dalam

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa(APS).14

11

Indonesia (Perlindungan Konsumen), Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN Nomor 42 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821.

12

Ibid.

13

Ibid.

14

Indonesia (Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa), Undang-Undang Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.UU No. 30 Tahun 1999.Tambahan Lembaran Negara Nomor 3872.

Penyelesaian sengketa, hak melalui pengadilan

atau arbitrase bersifat formal, memaksa, melihat masalah ke belakang dengan

memeperhatiakan ciri pertentangan dan apa yang mendasarkan hak-hak. Dalam

hal ini para pihak yang menyelesaikan suatu sengeketa harus melalui prosedur

pemutusan perkara yang didasarkan pada ketentuan yang ketat dan hak serta

kewajiban hukum para pihak. Sebaliknya, penyelesaian sengketa alternatifsifatnya

(4)

kepentingan.15

Dalam upaya mengurangi berbagai keluhan nasabah tersebut, maka Bank

Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia mengeluarkan peraturan yang

menjadi dasar hukum bagi nasabah untuk menyatakan ketidakpuasanya dan

mengajukan aduan kepada pihak perbankan.

Timbulnya sengekta tersebut terutama dapat disebabkan oleh

empat hal yaitu :(1) Informasi yang kurang memadai mengenai karakteristik

produk atau jasa yang ditawarkan bank; (2)Pemahaman nasabah terhadap aktivitas

dan produk atau jasa perbankan yang masih kurang;(3) Ketimpangan hubungan

antara nasabah dengan bank, khususnya bagi nasabah peminjam dana;(4)Tidak

adanya saluran yang memadai untuk menfasilitasi penyelesaian awal sengketa

yang terjadi antara nasabah dengan bank.

16

Berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.17

Melalui kebijakan ini, maka diberi kesempatan bagi nasabah untuk

menyampaikan segala ketidakpuasanya terhadap berbagai jenis tranksaksi

perbankan yang dilakukan. Kemudian, karena dirasa kurang dapat memuaskan

nasabah, Bank Indonesia mengambil inisiatif untuk mengeluarkan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan.18

Mengingat pentingnya perlindungan nasabah tersebut, Bank Indonesia

menetapkan upaya perlindungan nasabah sebagai salah satu pilar dalam Arsitektur

15

Bismar Nasution, Penyelesaian Sengketa Alternatif Melalui Mediasi, (http/bismarnastyfiles.wordpress.com/2007/06).diakses pada tanggal 20 Febuari 2017.

16

Ibid.

17

Indonesia,(Penyelesaian Pengaduan Nasabah), Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005, Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.

18

(5)

Perbankan Indonesia (API).19 API merupakan suatu kerangka dasar sistem

perbankan Indonesia yang terdiri dari enam pilar, bersifat menyeluruh dan

meberikan arah, bentuk, dan tatanan pada indrustri perbankan untuk rentang

waktu lima sampai sepuluh tahun kedepan.20

Adapun enam pilar API adalah struktrur perbankan yang sehat, sistem

pengaturan yang efektif, sistem pengawasan yang independen dan efektif,

indrustri perbankan yang kuat, infrastruktur pendukung yang mencukupi, dan

perlindungan konsumen.21 Upaya perlindungan nasabah dalam pilar keenam API

dituangkan dalam empat aspek yang terkait satu sama lain dan secara

bersama-sama akan dapat meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan hak-hak nasabah.

Empat aspek tersebut adalah :a) penyusunan standar mekanisme pengaduan

nasabah; b) pembentukan lembaga mediasi perbankan; c)penyusunan standar

transparansi informasi produk dan peningkatan edukasi untuk nasabah.22

Harapan dengan adanya Lembaga Mediasi perbankan, yaitu penyelesaian

sengeketa dapat dilakukan secara sederhana, murah, cepat dan efesien. Menurut

Felix Oentoeng Soebagjo, tujuan utama mediasi, yaitu:23

19

Erna Priliasari, Mediasi Perbankan Sebagai Wujud Perlindungan Terhadapa Nasabah.”(w.w.w.legalitas.org), diakses 25 Febuari 2017.

20

Ibid.

21

Ibid.

22

Ibid

23

(6)

a. Membantu mencarikan jalan keluar /alternatif penyelesaian atas sengeketa

yang timbul di antara para pihak yang disepakati dan dapat diterima oelh

para pihak yang bersengketa.

b. Dengan demikian, proses negoisasi adalah proses yang forward loading

dan bukan backward looking. Yang hendak dicapai bukanlah mencari

kebenaran dan/atau dasar hukum yang diterapkan, melainkan lebih pada

penyelesaian masalah.

Memperhatikan uraian harapan dan tujuan adanya lembaga mediasi perbankan

tersebut,24 maka terlihat bahwa lembaga tersebut sangat penting sebagai sarana

penyelesaian sengketa perbankan secara sederhana, murah, cepat dan efesien dan

juga membantu menjaga reputasi bank.25

A. Rumusan Permasalahan

Betitik tolak pada permasahan penyelesaiakan sengketa antara bank dan

nasabah diatas, penulis tertarik untuk membahas bagaimana kedudukan lembaga

mediasi perbankan dalam pemberian perlindungan bagi nasabah.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah

yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan nasabah Bank di Indonesia?

2. Bagaimanakah pengaturan Lembaga Mediasi Perbankan di Indonesia?

24

Ibid.

25

(7)

3. Bagaimanakah kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan sebagai

perlindungan terhadap nasabah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan nasabah Bank di

Indonesia.

2. Untuk mengetahui tentang pengaturan Lembaga Mediasi Perbankan di

Indonesia.

3. Untuk mengetahui tentang kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan

sebagai perlindungan terhadap nasabah.

Manfaat penulisan yang diharapkan melalui penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara Teoritis

Skripsi ini diharapakan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya tentang kedudukan lembaga

mediasi perbankan serta manfaatnya bagi nasabah bank.

2. Secara Praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta

masukan bagi pemerintah, pemilik bank, dan konsumen mengenai

(8)

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui dari Lingkungan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan skripsi dengan judul “Kajian Hukum

Kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi

Nasabah.” Belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian, dari

permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat

dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya sendiri yang asli dan bukan

jiplakan dari skripsi orang lain yang diperoleh dari pemikiran, referensi

buku-buku, makalah-makalah, jurnal, media elektronik, yaitu internet serta bantuan dari

berbagai pihak. Jika terdapat judul skripsi yang hamper sama dengan ini, akan

tetapi substansi pembahasannya berbeda.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun judul yang dikemukakan penulis “Kajian Hukum Kedudukan

Lembaga Mediasi Perabaankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi Nasabah”,

maka sebelum diuraikan lebih lanjut terlebih dahulu Penulis akan memberikan

penjelasan tentang judul dengan maksud untuk menhindari kesalahpahaman dan

memberikan batasan yang jelas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Kedudukan” mengandung

arti Nomina (kata benda) yaitu tempat kediaman; tempat pegawai (pengurus

perkumpulan dan sebagaianya) tinggal untuk melakukan pekerjaan atau

(9)

sebenarnya;status(keadaan atau tingkatan orang, badan atau Negara dan

sebagainya).26

Pengertian Bank dan Perbankan 27

“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.”

menurut UUP Pasal 1 angka 2

menyatakan :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.”

Pasal 1 angka 1 mengatakan :

28

“ APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yajni penyelesaian di luar pengadilan

dengan cara konsultasi, negoisasi , mediasi, konsiliasi, atau penilaian

ahli.”

Pengertian penyelesaian sengketa alternatif menurut Pasal 1 ngka 10 UU

APS mengatakan :

29

Mediasi berasal dari bahasa Inggris “mediation”, yang berarti melibatkan

pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa penengah.30

26

Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal.597

Lihat UU Arbitrase dan APS pasal 1ayat 1

30

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan,( Bandung,Citra Aditya Bakti, 2003), hal 79.

(10)

merupakan proses negoisasi penyelesaian masalah dimana suatu pihak luar, tdiak

berpihak, netral tidak bekerja bersama para pihak yang bersengketa suatu untuk

membantu mereka guna mencapai suatu kesepakatan hasil negoisasi yang

memuaskan. Tidak seperti halnya dengan para hakim dan arbiter, mediator

mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa antara para pihak, malahan

para pihak memberi kuasa pada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan

problem diantara mereka.31

Pengertian “nasabah” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

menjelaskan nasabah adalah “orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi

pelanggan bank ( dalam hal keuangan), dapat juga diartikan sebagai orang yang

menjadi tanggungan asuransi, perbandingan pertalian”.32

1. Nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu

bank.

Menurut UUP yaitu pasal 1 ayat 16 mengatakan bahwa:

“Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.”

Dalam praktek perbankan dikenal ada tiga macam nasabah yaitu:

2. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan.

3. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank.33

31

Muhamad Djumhana, op cit, hal 241

32

Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, 2003,hlm 775.

33

(11)

Istilah nasabah (konsumen) barasal dari alih bahasa dari kata consumer

(Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari

consumer atau consument itu tergantung dari posisi mana ia berada. Secara

harafiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang

menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan

termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula Kamus

Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau

konsumen.34

Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli

hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai, pemakai produk

terakhir dari barang atau jasa. Dengan rumusan ini, Hondius membedakan antara

konsumen antara dan komsumen akhir.35 Konsumen antara adalah konsumen

yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu

produk lainnya, sedangkan konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir

dari suatu produk. 36

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, Konsumen akhir ini lah yang dengan jelas diatur

perlindungannya dalam UUPK.

Pengertian konsumen dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 UUPK

menyatakan :

34

Ibid.

35

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia : (JakartaGrasindo,, 2006), hal. 3.

36

(12)

orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.”37

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk mengambarkan

perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usaha untuk

memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu

sendiri.38

“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi kepada konsumen.”

Pengertian Perlindungan Konsumen dalam Ketentuan Umum Pasal 1

angka 1 UUPK menyatakan :

39

Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya segala

kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan

sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan

perlindungan konsumen.40

F. Metode Penulisan

Dalam suatu penulisan skripsi, posisi metode penelitian sangatlah penting

sebagai suatu pedoman. Pedoman ini nantinya akan menjelaskan mengenai apa

yang seharusnya atau yang tidak seharusnya dilakukan dalam penulisan. Dalam

penulisan skripsi ini metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai

berikut.

37

Lihat UUPK Pasal 1 angka 2.

38

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia:(Bandung, Citra Aditya Bakti, ,2000), hal. 7.

39

Lihat UUPK Pasal 1 angka 1.

40

(13)

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, jenis yang digunakan adalah yuridis normatif.

Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian

terhadap data sekunder.41

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yaitu data yang

diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan,

buku, situs internet, media massa, dan kamus serta data lain yang terdiri atas42

1) Pembukaan UUD 1945;

:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan

terdiri atas :

2) Peraturan Perundang-undangan :

a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

b) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Udang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan;

c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

d) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa;

e) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang

Mediasi Perbankan;

41

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003)

42

(14)

f) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 Tentang

Penyelesaian Pengaduan Nasabah;

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer.

c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus,bahan

dari internet dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu teknik pengumpulan

data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,

catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang

dipecahkan.43

4. Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian

dianalisis dengan menggunakan metode dedukatif dan indukatif. Metode

dedukatif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan mebandingkan,

sedangkan metode indukatif dilakukan dengan cara menerjemahkan bebagai

43

(15)

sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh

kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.44

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini dibagi atas 5 (lima) Bab dan masing-masing

bab dibagi lagi dalam beberapa sub bagian sesuai dengan kepentingan penulisan.

BAB I : Pendahuluan menerangkan secara ringkas mengenai latar belakang,

perumusan masalah, tinjauan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

BABII : Bentuk pelaksanaan perlindungan nasabah bank di Indonesia

menerangkan tentang tinjauan umum mengenai pengertian bank,

dasar hukum pengaturan perbankan di Indonesia, pengertian

perlindungan nasabah bank, aspek perlindungan hukum nasabah

bank pembahasan dalam bab ii akan menjawab perumusan

masalah pertama dalam skripsi ini.

BAB III : Pengaturan lembaga mediasi perbankan di Indonesia menjelaskan

mengenai pengertian lembaga mediasi perbankan, aspek hukum

lembaga mediasi perbankan pembahasan,persyaratan

pengajuanpenyelesaian sengketa antara bank dan nasabah dan

proses mediasi perbankan pembahasan dalam bab III akan

menjawab perumusan masalah kedua dalam skripsi ini.

44

(16)

BAB IV : Peranan bank Indonesia dan lembaga independen dalam

pelaksanaan mediasi perbankan,persyaratan pengajuan

penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah, penyelesaian

sengketa antara nasabah dan bank melalui lembaga mediasi

perbankan dan kedudukan lembaga medaisi perbankan sebagai

perlindungan bagi nasbah pembahasan dalam bab IV akan

menjawab perumusan masalah ketiga dalam skripsi ini.

BAB V : Penutup berisi kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas

sebelumnya dan saran yang mungkin berguna dan dapat

Referensi

Dokumen terkait

Setidaknya tercatat potensi ekonomi kelautan Indonesia diperkirakan mencapai US$ 1,2 triliun per tahun yang dibagi dalam empat kelompk sumber daya kelautan: renewable

Dari hasil analisis menunjukan faktor yang menyebabkan rendahnya Hasil analisis terlihat bahwa suhu udara cendrung berfluktuasi bila kendaraan pesawat yang ada

Rumah Peradaban dilakukan di Badung untuk memperkenalkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Bali di wilayah Kabupaten Badung.. Penelitian arkeologi

Mengacu pada hal- hal penting diatas, dalam melihat pengaruhnya terhadap pertambahan jumlah nasabah baru pada BMT As- Salam, maka penulis terdorong untuk melakukan sebuah

Analisis Postur Kerja pada Stasiun Pemanenan Tebu dengan Metode OWAS dan REBA, Studi Kasus di PG Kebon Agung, Malang

Konsumen yang merasa puas akan memberikan referensi kepada orang lain sehingga pangsa pasar universitas dapat bertambah; (3) Mengingat sumber referensi yang paling tinggi

Berdasarkan hasil pembahasan, maka telah dikembangkan aplikasi android perwalian dan simeru dengan pendekatan Test Driven Development yang dapat digunakan mahasiswa

merupakan data ground motion desain dari hasil spectral matching untuk tiap mekanisme gempa (subduksi dan shallow crustal) pada T=0.2 detik dan T=1.0 detik. Dari