BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perlindungan terhadap nasabah bank menjadi hal yang sangat berpengaruh
terhadap indrustri perbankan. Hal ini dikarenakan bisnis perbankan sangat
berkaitan erat dengan kepercayaan. Apabila masyarakat percaya pada suatu bank,
maka mereka akan merasa aman menjadi nasabah yang bersangkutan. Sebaliknya,
ketidakpercayaan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kelansungan
bisnis sebuah bank.1
Dalam interaksi yang terjadi antara nasabah dan bank tidak jarang terjadi
perselisihan. Sebagai contoh, kasus tentang uang yang belum keluar dari mesin
Anjungan Tunai mandiri (ATM) namun sudah terdebet, tertelannya kartu debet
oleh mesin ATM yang sering berakhir dengan terkurasnya dana nasabah,
permasalahan kartu kredit, perbedaan saldo pokok dan bunga dan lain-lain.2
Bank Indonesia melalui peraturan No. 8/5/PBI/2006 tanggal 30 Januari
2006 mengatur tentang Mediasi Perbankan.3
1
Wendie Razif Soetikno,Peran BI dalam Mengoptimalkan Kedudukan Komisaris Independen sebagai Mediator Perbankan. ( Bandung,Pt Aditya Bakti,2007).
2
Ibid.
3
Ibid.
Pembentukan Lembaga mediasi
perbankan ini bertujuan agar sengketa di bidang perbankan anatara nasabah
mediasi.4 Sayangnya peraturan tersebut tidak secara jelas mengatur tentang hak,
kewenangan dan/atau sanksi yang dapat dijatuhkan oleh lembaga tersebut atas
pihak yang dinilai lalai atau melakukan kesalahan.5
Dalam dunia perbankan, pihak nasabah merupakan unsur yang sangat
berperan sekali, mati hidupnya dunia perbankan bersandar kepada kepercayaan
dari pihak masyarakat atau nasabah.6Keberadaan aset bank dalam bentuk
kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga karena bank tidak memiliki uang
tunai yang cukup untuk membayar kewajiban kepada semua nasabahnya
sekaligus.7
Bank menyediakan produk berupa penerimaan simpanan dana pemberian
kredit. Simpanan dapat ditarik nasabah setiap saat, sedangkan piutang bank hanya
dapat ditagih oleh bank berdasarkan jangka waktu tertentu, sehingga apabila
terjadi krisis kepercayaan, maka dapat terjadi bank kekurangan dana karena
nasabah menarik simpanan mereka. 8 Itulah sebabnya bank disebut sebagai
lembaga kepercayaan.9 Maka wajarlah jika diberbagai belahan dunia biasanya
sektor keuangan sangat diawasi oleh pemerintah (highly regulated industry)
karena ada kepentingan umum yang harus dilindungi. 10
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,: (Bandung,PT.Citra Aditya Bhakty,2003), hal 282.
7
Zulkarnain Sitompul, Peran dan Fungsi Bank Dalam Sistem Perekonomian, (http:/zulsitompul.wordpress.com),, diakses 5 Febuari 2017.
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Yunus Husein, Pelajaran dari Krisis Keuangan Amerika,(http:/w.w.w.economy.okezone.comin-dex.php/ReadStory/2008/10/07/212/151437/pelajaran-dari-krisis-keuangan-amerika), diakses pada 10 April 2017.
Dalam prespektif
(“UUPK”)11, baik perjanjian simpanan maupun perjanjian kredit, kedudukan
nasabah bank merupakan konsumen yang harus memperoleh perlindungan
hukum. Perlindungan hukum bagi nasabah seharusnya sudah dilakukan pada
tahap pra-perjanjian sampai dengan pelaksanaan perjanjian.12
Ketika hubungan hukum antara bank dan nasabah mulai tercipta, maka
sejak itu terbuka kemungkinan sengketa antara para pihak. Penyelesaian sengketa
tersebut dapat dilakukan melalui proses litigasi dan non litigasi. Praktek
perbankan selama ini dalam menyelesaikan sengketa belum banyak
mempergunakan proses non-litigasi.13 Hal ini dapat dilihat dari
perjanjian-perjanjian yang dibuat anatar bank dan nasabah yang tidak mencantumkan klasul
seperti abitrase, mediasi, dan sebagainya seperti yang dikemukakan dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa(APS).14
11
Indonesia (Perlindungan Konsumen), Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN Nomor 42 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821.
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Indonesia (Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa), Undang-Undang Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.UU No. 30 Tahun 1999.Tambahan Lembaran Negara Nomor 3872.
Penyelesaian sengketa, hak melalui pengadilan
atau arbitrase bersifat formal, memaksa, melihat masalah ke belakang dengan
memeperhatiakan ciri pertentangan dan apa yang mendasarkan hak-hak. Dalam
hal ini para pihak yang menyelesaikan suatu sengeketa harus melalui prosedur
pemutusan perkara yang didasarkan pada ketentuan yang ketat dan hak serta
kewajiban hukum para pihak. Sebaliknya, penyelesaian sengketa alternatifsifatnya
kepentingan.15
Dalam upaya mengurangi berbagai keluhan nasabah tersebut, maka Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia mengeluarkan peraturan yang
menjadi dasar hukum bagi nasabah untuk menyatakan ketidakpuasanya dan
mengajukan aduan kepada pihak perbankan.
Timbulnya sengekta tersebut terutama dapat disebabkan oleh
empat hal yaitu :(1) Informasi yang kurang memadai mengenai karakteristik
produk atau jasa yang ditawarkan bank; (2)Pemahaman nasabah terhadap aktivitas
dan produk atau jasa perbankan yang masih kurang;(3) Ketimpangan hubungan
antara nasabah dengan bank, khususnya bagi nasabah peminjam dana;(4)Tidak
adanya saluran yang memadai untuk menfasilitasi penyelesaian awal sengketa
yang terjadi antara nasabah dengan bank.
16
Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.17
Melalui kebijakan ini, maka diberi kesempatan bagi nasabah untuk
menyampaikan segala ketidakpuasanya terhadap berbagai jenis tranksaksi
perbankan yang dilakukan. Kemudian, karena dirasa kurang dapat memuaskan
nasabah, Bank Indonesia mengambil inisiatif untuk mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan.18
Mengingat pentingnya perlindungan nasabah tersebut, Bank Indonesia
menetapkan upaya perlindungan nasabah sebagai salah satu pilar dalam Arsitektur
15
Bismar Nasution, Penyelesaian Sengketa Alternatif Melalui Mediasi, (http/bismarnastyfiles.wordpress.com/2007/06).diakses pada tanggal 20 Febuari 2017.
16
Ibid.
17
Indonesia,(Penyelesaian Pengaduan Nasabah), Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005, Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.
18
Perbankan Indonesia (API).19 API merupakan suatu kerangka dasar sistem
perbankan Indonesia yang terdiri dari enam pilar, bersifat menyeluruh dan
meberikan arah, bentuk, dan tatanan pada indrustri perbankan untuk rentang
waktu lima sampai sepuluh tahun kedepan.20
Adapun enam pilar API adalah struktrur perbankan yang sehat, sistem
pengaturan yang efektif, sistem pengawasan yang independen dan efektif,
indrustri perbankan yang kuat, infrastruktur pendukung yang mencukupi, dan
perlindungan konsumen.21 Upaya perlindungan nasabah dalam pilar keenam API
dituangkan dalam empat aspek yang terkait satu sama lain dan secara
bersama-sama akan dapat meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan hak-hak nasabah.
Empat aspek tersebut adalah :a) penyusunan standar mekanisme pengaduan
nasabah; b) pembentukan lembaga mediasi perbankan; c)penyusunan standar
transparansi informasi produk dan peningkatan edukasi untuk nasabah.22
Harapan dengan adanya Lembaga Mediasi perbankan, yaitu penyelesaian
sengeketa dapat dilakukan secara sederhana, murah, cepat dan efesien. Menurut
Felix Oentoeng Soebagjo, tujuan utama mediasi, yaitu:23
19
Erna Priliasari, Mediasi Perbankan Sebagai Wujud Perlindungan Terhadapa Nasabah.”(w.w.w.legalitas.org), diakses 25 Febuari 2017.
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid
23
a. Membantu mencarikan jalan keluar /alternatif penyelesaian atas sengeketa
yang timbul di antara para pihak yang disepakati dan dapat diterima oelh
para pihak yang bersengketa.
b. Dengan demikian, proses negoisasi adalah proses yang forward loading
dan bukan backward looking. Yang hendak dicapai bukanlah mencari
kebenaran dan/atau dasar hukum yang diterapkan, melainkan lebih pada
penyelesaian masalah.
Memperhatikan uraian harapan dan tujuan adanya lembaga mediasi perbankan
tersebut,24 maka terlihat bahwa lembaga tersebut sangat penting sebagai sarana
penyelesaian sengketa perbankan secara sederhana, murah, cepat dan efesien dan
juga membantu menjaga reputasi bank.25
A. Rumusan Permasalahan
Betitik tolak pada permasahan penyelesaiakan sengketa antara bank dan
nasabah diatas, penulis tertarik untuk membahas bagaimana kedudukan lembaga
mediasi perbankan dalam pemberian perlindungan bagi nasabah.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk perlindungan nasabah Bank di Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaturan Lembaga Mediasi Perbankan di Indonesia?
24
Ibid.
25
3. Bagaimanakah kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan sebagai
perlindungan terhadap nasabah?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan nasabah Bank di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui tentang pengaturan Lembaga Mediasi Perbankan di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui tentang kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan
sebagai perlindungan terhadap nasabah.
Manfaat penulisan yang diharapkan melalui penulisan skripsi ini adalah :
1. Secara Teoritis
Skripsi ini diharapakan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya tentang kedudukan lembaga
mediasi perbankan serta manfaatnya bagi nasabah bank.
2. Secara Praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta
masukan bagi pemerintah, pemilik bank, dan konsumen mengenai
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui dari Lingkungan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan skripsi dengan judul “Kajian Hukum
Kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi
Nasabah.” Belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian, dari
permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat
dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya sendiri yang asli dan bukan
jiplakan dari skripsi orang lain yang diperoleh dari pemikiran, referensi
buku-buku, makalah-makalah, jurnal, media elektronik, yaitu internet serta bantuan dari
berbagai pihak. Jika terdapat judul skripsi yang hamper sama dengan ini, akan
tetapi substansi pembahasannya berbeda.
E. Tinjauan Kepustakaan
Adapun judul yang dikemukakan penulis “Kajian Hukum Kedudukan
Lembaga Mediasi Perabaankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi Nasabah”,
maka sebelum diuraikan lebih lanjut terlebih dahulu Penulis akan memberikan
penjelasan tentang judul dengan maksud untuk menhindari kesalahpahaman dan
memberikan batasan yang jelas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Kedudukan” mengandung
arti Nomina (kata benda) yaitu tempat kediaman; tempat pegawai (pengurus
perkumpulan dan sebagaianya) tinggal untuk melakukan pekerjaan atau
sebenarnya;status(keadaan atau tingkatan orang, badan atau Negara dan
sebagainya).26
Pengertian Bank dan Perbankan 27
“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.”
menurut UUP Pasal 1 angka 2
menyatakan :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.”
Pasal 1 angka 1 mengatakan :
28
“ APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yajni penyelesaian di luar pengadilan
dengan cara konsultasi, negoisasi , mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli.”
Pengertian penyelesaian sengketa alternatif menurut Pasal 1 ngka 10 UU
APS mengatakan :
29
Mediasi berasal dari bahasa Inggris “mediation”, yang berarti melibatkan
pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa penengah.30
26
Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal.597
Lihat UU Arbitrase dan APS pasal 1ayat 1
30
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan,( Bandung,Citra Aditya Bakti, 2003), hal 79.
merupakan proses negoisasi penyelesaian masalah dimana suatu pihak luar, tdiak
berpihak, netral tidak bekerja bersama para pihak yang bersengketa suatu untuk
membantu mereka guna mencapai suatu kesepakatan hasil negoisasi yang
memuaskan. Tidak seperti halnya dengan para hakim dan arbiter, mediator
mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa antara para pihak, malahan
para pihak memberi kuasa pada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan
problem diantara mereka.31
Pengertian “nasabah” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
menjelaskan nasabah adalah “orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi
pelanggan bank ( dalam hal keuangan), dapat juga diartikan sebagai orang yang
menjadi tanggungan asuransi, perbandingan pertalian”.32
1. Nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu
bank.
Menurut UUP yaitu pasal 1 ayat 16 mengatakan bahwa:
“Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.”
Dalam praktek perbankan dikenal ada tiga macam nasabah yaitu:
2. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan.
3. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank.33
31
Muhamad Djumhana, op cit, hal 241
32
Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, 2003,hlm 775.
33
Istilah nasabah (konsumen) barasal dari alih bahasa dari kata consumer
(Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari
consumer atau consument itu tergantung dari posisi mana ia berada. Secara
harafiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang
menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan
termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula Kamus
Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau
konsumen.34
Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli
hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai, pemakai produk
terakhir dari barang atau jasa. Dengan rumusan ini, Hondius membedakan antara
konsumen antara dan komsumen akhir.35 Konsumen antara adalah konsumen
yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu
produk lainnya, sedangkan konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir
dari suatu produk. 36
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, Konsumen akhir ini lah yang dengan jelas diatur
perlindungannya dalam UUPK.
Pengertian konsumen dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 UUPK
menyatakan :
34
Ibid.
35
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia : (JakartaGrasindo,, 2006), hal. 3.
36
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.”37
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk mengambarkan
perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu
sendiri.38
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi kepada konsumen.”
Pengertian Perlindungan Konsumen dalam Ketentuan Umum Pasal 1
angka 1 UUPK menyatakan :
39
Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya segala
kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan
sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan
perlindungan konsumen.40
F. Metode Penulisan
Dalam suatu penulisan skripsi, posisi metode penelitian sangatlah penting
sebagai suatu pedoman. Pedoman ini nantinya akan menjelaskan mengenai apa
yang seharusnya atau yang tidak seharusnya dilakukan dalam penulisan. Dalam
penulisan skripsi ini metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai
berikut.
37
Lihat UUPK Pasal 1 angka 2.
38
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia:(Bandung, Citra Aditya Bakti, ,2000), hal. 7.
39
Lihat UUPK Pasal 1 angka 1.
40
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, jenis yang digunakan adalah yuridis normatif.
Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian
terhadap data sekunder.41
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan,
buku, situs internet, media massa, dan kamus serta data lain yang terdiri atas42
1) Pembukaan UUD 1945;
:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan
terdiri atas :
2) Peraturan Perundang-undangan :
a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
b) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Udang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan;
c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
d) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa;
e) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang
Mediasi Perbankan;
41
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003)
42
f) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 Tentang
Penyelesaian Pengaduan Nasabah;
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer.
c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus,bahan
dari internet dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu teknik pengumpulan
data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan.43
4. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian
dianalisis dengan menggunakan metode dedukatif dan indukatif. Metode
dedukatif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan mebandingkan,
sedangkan metode indukatif dilakukan dengan cara menerjemahkan bebagai
43
sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh
kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.44
G. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini dibagi atas 5 (lima) Bab dan masing-masing
bab dibagi lagi dalam beberapa sub bagian sesuai dengan kepentingan penulisan.
BAB I : Pendahuluan menerangkan secara ringkas mengenai latar belakang,
perumusan masalah, tinjauan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BABII : Bentuk pelaksanaan perlindungan nasabah bank di Indonesia
menerangkan tentang tinjauan umum mengenai pengertian bank,
dasar hukum pengaturan perbankan di Indonesia, pengertian
perlindungan nasabah bank, aspek perlindungan hukum nasabah
bank pembahasan dalam bab ii akan menjawab perumusan
masalah pertama dalam skripsi ini.
BAB III : Pengaturan lembaga mediasi perbankan di Indonesia menjelaskan
mengenai pengertian lembaga mediasi perbankan, aspek hukum
lembaga mediasi perbankan pembahasan,persyaratan
pengajuanpenyelesaian sengketa antara bank dan nasabah dan
proses mediasi perbankan pembahasan dalam bab III akan
menjawab perumusan masalah kedua dalam skripsi ini.
44
BAB IV : Peranan bank Indonesia dan lembaga independen dalam
pelaksanaan mediasi perbankan,persyaratan pengajuan
penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah, penyelesaian
sengketa antara nasabah dan bank melalui lembaga mediasi
perbankan dan kedudukan lembaga medaisi perbankan sebagai
perlindungan bagi nasbah pembahasan dalam bab IV akan
menjawab perumusan masalah ketiga dalam skripsi ini.
BAB V : Penutup berisi kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas
sebelumnya dan saran yang mungkin berguna dan dapat