• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Persediaan Barang Jadi dengan Mempertimbangkan Permintaan yang Diprediksi dengan Markov Chain (Studi Kasus: PT. Union Confectionery) Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Persediaan Barang Jadi dengan Mempertimbangkan Permintaan yang Diprediksi dengan Markov Chain (Studi Kasus: PT. Union Confectionery) Chapter III VII"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Persediaan

Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun manufaktur selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan tersebut pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya (Rangkuti, 1998). Istilah (terminologi) persediaan dapat digunakan dalam beberapa perbedaan seperti:

1. Persediaan bahan baku di tangan (stock on hand) 2. Daftar persediaan secara fisik

3. Jumlah bahan di tangan 4. Nilai persediaan barang

Dalam hal ini, perusahaan manufaktur yang mengandalkan supply undertaking, kesemuanya itu harus secara jelas memiliki persediaan baik stok persediaan untuk bahan baku maupun stok untuk barang jadi (finish goods). Untuk itu tidak ada satupun perusahaan manufaktur dapat bertahan tanpa adanya kesemua hal seperti yang tertera dibawah ini:

(2)

Logistik, sebagai tempat penyimpanan stok persediaan setidaknya harus lebih waspada terhadap klaim dari tim marketing, tim produksi, dan tim

purchasing, pada kasus tertentu kenyataannya, diasumsikan bahwa

tanggungjawab penuh adalah ditangan logistik.

Jika tidak ada rencana yang sudah ditentukan untuk menyediakan dan meng-kontrol stok persediaan, hal ini akan mengganggu jalannya produksi secara normal. Rencana yang memuaskan melalui pengertian dari keterlibatan proses, berbagai macam tekanan yang muncul yang perlu diperhatikan, dan tanggungjawab dari masing-masing bagian yang berkenaan dengan pengaturan persediaan, bersama-sama dengan prosedur yang telah ditetapkan secara jelas ditentukan, dan kontrol yang sesuai dengan mekanisme pencatatan dari stok persediaan (Thomas, 1980).

3.2. Inventory Control

Inventory control dapat dibagi atas tiga kategori:

a. Stok berjalan, merupakan stok persediaan yang diadakan terpisah untuk memenuhi level servis tertentu. Stok tersebut ditentukan berdasarkan keterangan dari cycle stock dan safety stock.

b. Buffer stock, merupakan stok persediaan sebagai tambahan untuk

mengakomodasi perbedaan antara kapasitas produksi dan maksimum permintaan penjualan.

c. Policy Stock, merupakan stok persediaan yang diperoleh oleh karena

(3)

menentu dimasa mendatang atau adanya alasan finansial lainnya sehingga stok persediaan ini diperlukan.

Pada prinsipnya, untuk mengontrol persediaan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan sebagai berikut:

1. Persediaan dan jenis persediaan harus teridentifikasi.

2. Unit stok dan bagaimana persediaan diukur harus diputuskan. 3. Harus ada peraturan mengenai persediaan yang menjadi stok.

4. Konsekuensi dari out of stock harus dapat dievaluasi untuk setiap item-nya. 5. Level dari pengontrolan dapat diatur, sesuai dengan sistem kontrol persediaan

yang sudah diseleksi.

Pengendalian tingkat persediaan bertujuan mencapai daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektivitas) optimal dalam penyediaan material. Maka dalam pengertian diatas, usaha yang perlu dilakukan dalam inventory control secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi. 2. Meredam fluktuasi permintaan.

3. Membatasi nilai seluruh investasi

4. Menghindari penumpukan persediaan yang ada

(4)

Pengendalian tingkat persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal.

3.3. Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah harga pembelian, biaya pemesanan, biaya penyiapan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan.

1. Harga pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga perolehan sediaan itu sendiri atau harga belinya. 2. Harga pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan

pemesanan ke pemasok, yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan. Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon/fax, biaya dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya lainyya yang tidak tergantung jumlah pesanan.

(5)

peralatan produksi, biaya mempersiapkan/menyetel (set-up) mesin, biaya mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan tenaga kerja langsung, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi, dan biaya-biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang diproduksi.

4. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan dalam penanganan/penyimpanan material, semi finished product, sub assembly, atau pun produk jadi. Biaya simpan biasanya dinyatakan dalam biaya per unit periode. Biaya penyimpanan meliputi:

a. Biaya kesempatan. Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal.

b. Biaya simpan. Termasuk dalam biaya simpan adalah biaya sewa gudang, biaya asuransi dan pajak, biaya administrasi dan pemindahan, serta biaya kerusakan dan penyusutan.

c. Biaya keusangan. Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi (misal komputer).

d. Biaya-biaya lain yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah

item.

3.4. Sistem Manajemen Persediaan

(6)

informasi yang menjelaskan variabel-variabel yang berbeda-beda, sistem akan menyediakan informasi yang berhubungan untuk pengambilan keputusan agar ditindak lanjuti.

Pada dasarnya tidak ada model persediaan, kumpulan kaidah keputusan maupun sistem manajemen yang cocok untuk semua situasi. Karakteristik seperti bentuk permintaan, lead-time, kebutuhan pengadaan, dan berbagai faktor-faktor biaya menentukan kecocokan dari sistem manajemen persediaan dan model yang didasarinya.

Suatu sistem pengendalian persediaan yang diterapkan oleh suatu perusahaan sering kali mengalami hambatan-hambatan baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Hambatan yang biasanya dijumpai didalam pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:

1. Permintaan yang bervariasi dan sering tidak pasti baik dari segi jumlah maupun kedatangannya.

2. Waktu ancang-ancang atau lead-time yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat sepenuhnya dikendalikan.

3. Sistem administrasi dan organisasi dalam perusahaan karena kurangnya sistem informasi.

4. Tingkat pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan.

(7)

Fogarty (1991) lebih lanjut menguraikan bahwa di dalam bidang operasional, manajemen persediaan dapat dicapai dengan menggunakan prosedur yang disebut dengan Sistem Manajemen Persediaan, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini:

Analisis sistem

Gambar 3.1. Diagram Alir Pengembangan Sistem Manajemen Persediaan

3.5. Permintaan

Menurut Kunawangsih dan Pracoyo (2006, p29), permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai harga pada periode tertentu. Sedangkan menurut Yoeti (2008, p110), permintaan diartikan sebagai keinginan seseorang (konsumen/ pelanggan) terhadap barang-barang tertentu yang diperlukan atau diinginkannya. Permintaan sebagai suatu

Pengenalan situasi keputusan manajemen persediaan (masalahnya)

Analisis dari situasi-situasi untuk menentukan model yang tepat dan mewakili

Identifikasi alternatif model pemecahan masalah untuk menentukan aturan keputusan yang mendapatkan hasil yang

konsisten dengan objektif manajemen

Perbaikan dipengembangan metode implementasi dari sistem informasi sesuai dengan aturan keputusan

Pengoperasian sistem manajemen persediaan

Evaluasi sistem manajemen persediaan dalam hal objektif dari sistem dan revisi dari sistem sesuai dengan yang

(8)

konsep mengandung pengertian bahwa berlaku tiga variabel yang saling mempengaruhi yaitu kualitas produk, harga, dan manfaat dari produk itu sendiri yang sangat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian kebutuhannya.

Perhatian utama suatu perusahaan adalah permintaan pelanggan atau pengguna barang. Pelanggan dapat berarti pelanggan internal (pabrik, bagian teknik, dan sebagainya) atau pelanggan eksternal (orang-orang yang membeli hasil dari perusahaan tersebut) yang merupakan pelanggan sebenarnya.

Pada dasarnya ada dua jenis permintaan yaitu permintaan independent (bebas) dan permintaan dependent (tergantung/ tidak bebas). Permintaan dependent dipicu oleh kejadian spesifik sedangkan permintaan independent bersifat tetap.

Tabel 3.1 Karakterisitik Permintaan Independent dan Dependent

Independent Dependent

Definisi

Permintaan yang tidak berhubungan dengan

kejadian lain.

Permintaan yang berkaitan dengan atau sebagai akibat dari kejadian lain.

Peramalan Dihitung secara rata-rata Diperhitungkan dari

3.6. Metode Peramalan

(9)

3.6.1. Metode Peramalan Kualitatif

Peramalan kualitatif umumnya bersifat subjektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan, dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan orang yang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan dengan metode kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi juga bisa mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dlm melakukan judgement (keputusan), dan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.

Dalam peramalan secara kualitatif dikenal empat metode yang umum dipakai, yaitu :

a. Juri Opini Eksekutif

Pendekatan ini merupakan pendekatan peramalan yang paling sederhana dan paling banyak digunakan dalam peramalan bisnis. Pendekatan ini mendasarkan pada pendapat dari sekelompok kecil eksekutif tingkat atas, misalnya manajer bagian-bagian pemasaran, produksi, teknik, keuangan, dan logistik, yang secara bersama-sama mendiskusikan dan memutuskan ramalan suatu variabel pada periode yang akan datang. Keuntungan dari metode ini adalah keputusan dibuat berdasarkan masukan dari beberapa eksekutif, tidak hanya satu orang, sehingga hasilnya diharapkan lebih akurat. Namun, kelemahannya adalah ketepatan peramalan sangat tergantung dari masukan individu.

b. Metode Delphi

(10)

jawabannya kemudian diringkas dan diserahkan kepada panel ahli untuk dibuat prakiraannya. Metode ini sangat banyak memakan waktu dan memerlukan keterlibatan banyak pihak. Keuntungannya adalah dapat memperoleh gambaran keadaan yang akan datang lebih akurat dan lebih profesional sehingga hasil peramalan diharapkan mendekati aktualnya.

c. Gabungan Tenaga Penjualan

Metode ini juga banyak digunakan, karena tenaga penjualan merupakan sumber informasi yang baik mengenai permintaan konsumen. Setiap tenaga penjual meramalkan tingkat penjualan di daerahnya, yang kemudian digabung pada tingkat propinsi dan seterusnya sampai ke tingkat nasional untuk mencapai peramalan menyeluruh. Kelemahan dari metode ini adalah terletak pada sikap optimis yang dimiliki tenaga penjualan sehingga terjadi

overestimate tetapi sebaliknya juga dapat terjadi underestimate. d. Survei Pasar

Masukan diperoleh dari konsumen atau konsumen potensial terhadap rencana pembeliannya pada periode yang diamati. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner, telepon, atau wawancara langsung. Pendekatan ini dapat membantu tidak saja dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga dalam meningkatkan desain produk dan perencanaan untuk suatu produk baru. Namun, metode ini selain menyita banyak waktu, juga mahal dan sulit.

3.6.2. Metode Peramalan Kuantitatif

(11)

dilihat sebagai berikut:

1) Definisikan tujuan peramalan. 2) Buat diagram pencar.

3) Pilih beberapa metode. 4) Hitung parameter-parameter. 5) Hitung kesalahan setiap metode.

6) Pilih metode dengan kesalahan terkecil. 7) Verifikasi peramalan.

Metode peramalan kuantitatif pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala (time series) dan metode kausal.

Metode deret berkala adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data historis dari serial itu. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menemukan pola deret variabel yang bersangkutan berdasarkan atas nilai-nilai variabel pada masa sebelumnya, dan mengekstrapolasikan pola tersebut untuk membuat peramalan nilai variabel tersebut pada masa yang akan datang.

(12)

variabel-variabel tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai dari variabel-variabel tidak bebas (dependent).

1. Metode Deret Berkala (Time Series)

Metode peramalan yang termasuk model deret berkala adalah : 1) Metode Penghalusan (Smoothing)

Metode smothing digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data yang lalu, dengan membuat rata-rata tertimbang dari sederetan data masa lalu. Ketetapan peramalan dengan metode ini akan terdapat pada peramalan jangka pendek. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang kurang akurat.

Metode smoothing terdiri dari beberapa jenis, antara lain : a. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average), terdiri atas :

1. Single Moving Average (SMA)

Moving average pada suatu periode merupakan peramalan untuk satu periode ke depan dari periode rata-rata tersebut. Persoalan yang timbul dalam penggunaan metode ini adalah dalam menentukan nilai t (periode perata-rataan). Semakin besar nilai t maka peramalan yang dihasilkan akan semakin menjauhi pola data. Secara matematis, rumus fungsi peramalan metode ini adalah :

Ft + 1 =

(13)

N = jumlah deret waktu yang digunakan. Ft+1 = nilai peramalan periode tidak tidak + 1

2. Linier Moving Average (LMA)

Dasar dari metode ini adalah penggunaan moving average kedua untuk memperoleh penyesuaian bentuk pola trend. Metode LMA adalah :

a). Menghitung SMA dari data dengan perata-rataan tertentu ;

hasilnya dinotasikan dengan St’.

b). Setelah semua SMA dihitung, hitung moving average kedua

yaitu moving average. Dari St’ dengan periode perata-rataan

yang sama; hasilnya dinotasikan dengan St”.

c). Hitung komponen at dengan rumus: at = St’ - (St’ – St“)

d). Hitung komponen trend bt dengan rumus: bt = (2 N-1) (St’ –

St”)

e). Maka peramalan untuk m periode ke depan setelah adalah sebagai berikut:

Ft÷m = at + bt . m

b. Metode Exponential

1) Single Exponential Smoothing

(14)

dengan penyesuaian yang berasal dari kesalahan nilai ramalan yang terjadi pada periode t tersebut.

Nilai peramalan dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Ft + 1 α. Xt . (1 -α) . Ft

Dimana:

Xt = data permintaan pada periode tidak

α = faktor/konstanta pemulusan Ft+1 = peramalan untuk periode tidak

2) Metode Proyeksi Kecendrungan dengan Regresi

Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, minimal lima tahun. Namun, semakin banyak data yang dimiliki semakin baik hasil yang diperoleh.

Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa: a. Konstan, dengan fungsi peramalan

(Yt): Yta, dimana a =ΣYt /N

(15)

Gambar 3.2. Grafik Metode Konstan

b. Linier (Trend), dengan fungsi peramalan:

Yt= a +. Bt

dimana:

b =

n ty −∑t y n t 2 −(∑t)2

a =

y− ∑ b tn

(16)

c. Kuadratis, dengan fungsi peramalan:

Yt = a + bt + ct2

dimana:



t 2

2 

n

t 4

 

t

Y n

tY

 

t 2

Y n

t 2Y

 

t

t 2 n

t 3

 

t

2 n

t 2

(17)

d. Eksponensial, dengan fungsi peramalan:

Yt = aebt

Dimana:

Gambar 3.5. Grafik Metode Eksponensial

e. Siklis, dengan fungsi peramalan:

Yt = a + b sin 2nπt+c cos2nπt

Y = na +b ∑sin2nπt+c ∑cos2nπt

Y sin 2nπt= a ∑sin2nπt+ b ∑sin2nπt + c ∑sin2πnd cos 2nπt

Y cos 2

(18)

Gambar 3.6. Grafik Metode Siklis

3) Metode Dekomposisi

Yaitu hasil ramalan ditentukan dengan kombinasi dari fungsi yang ada sehingga tidak dapat diramalkan secara biasa. Fungsi tersebut didekati dengan fungsi linier atau siklis, kemudian bagi t atas kwartalan sementara berdasarkan denga pola data yang ada. Terdapat beberapa pendekatan alternative untuk mendekomposisikan suatu deret berkala yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin. Konsep dasar pemisahan bersifat empiris dan tetap, yang mula-mula memisahkan unsure musiman, kemudian trend, dan akhirnya unsru siklis.

Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: a. Ramalkan fungsi Y biasa (dt = a + bt)

b.Hitung nilai indeks

(19)

2. Metode Kausal

Metode kausal (sebab akibat) adalah metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhi selain waktu, antara lain:

a. Harga produk, jika harga produk naik maka permintaan naik.

b. Saluran distribusi, jika banyak saluran distribusi maka permintaan naik. Metode kausal terdiri atas beberapa metode , antara lain :

a. Metode regresi dan korelasi. b. Metode ekonometrik. c. Metode Input-Output 3. Kriteria Performansi Peramalan

Seseorang perencana tentu menginginkan hasil perkiraan ramalan yang tepat atau paling tidak dapat memberikan gambaran yang paling mendekati sehingga rencana yang dibuatnya merupakan rencana yang realistis. Ketetapan atau ketelitian inilah yang menjadi kriteri performance suatu metode peramalan.

Ketepatan atau ketelitian tersebut dapat dinyatakan sebagai kesalahan dalam peramalan. Kesalahan yang kecil memberikan arti ketelitian peramalan yang tinggi, dengan kata lain keakuratan hasil peramalan tinggi, begitu pula sebaliknya.

(20)

1. Mean Square Error (MSE)

Dimana:

Xt = data aktual periode t

Ft = nilai ramalan periode t

N = banyaknya periode

2. Standard Error of Estimate (SEE)

Dimana:

f = derajat kebebasan = 1 untuk data konstan = 2 untuk data linier = 3 untuk data kuadratis

3. Percentage Error (PE)

Dimana nilai dari PEt bisa positif ataupun negatif

(21)

3.7. Proses Stokastik

Program dinamis merupakan teknik matematis yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan dari serangkaian keputusan yang saling berkaitan. Tujuan program dinamis adalah untuk optimasi dengan karakteristik tertentu. Proses keputusan stochastic dapat dijelaskan oleh sejumlah state yang terbatas. Probabilitas transisi di antara state ini dijelaskan oleh suatu rantai yang disebut Rantai Markov atau sering juga disebut Markov Chain. Struktur biaya proses ini juga dijelaskan oleh suatu matriks yang elemennya menyatakan pendapatan atau ongkos yang dihasilkan dari pergerakan dari satu state ke state yang lain. Matriks transisi dan matriks pendapatan (ongkos) ini sifatnya bergantung pada alternatif- alternatif keputusan yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan. Tujuannya adalah untuk menentukan keputusan optimum yang dapat memaksimumkan ekspektasi pendapatan dari proses yang mempunyai jumlah state terbatas atau tidak terbatas tersebut. (Dimyati: 2010).

Proses stokastik didefinisikan sebagai proses menyusun dan mengindeks sekumpulan variabel acak {Xt}, dengan indeks t berada pada sekumpulan T.

terkadang T dianggap sebagai sekumpulan bilangan bulat non negatif, dan Xt

mempresentasikan karakteristik terukur yang kita perhatikan pada waktu t.

Sebagai contoh, Xt mempresentasikan tingkat persediaan produk tertentu pada

akhir bulan.

(22)

Status sekarang pada sistem bisa berupa salah satu dari M+1 kategori yang terpisah satu sama lain yang disebut state. Untuk kemudahan penulisan, state ini diberi label 0, 1, ..., M. Variabel acak Xt mempresentasikan state system pada

waktu t, sehingga nilai yang mungkin hanyalah 0, 1, ..., M. Sistem diamati pada titik waktu tertentu, diberi label t = 0, 1, 2, ... . Oleh karena itu, proses stokastik Xt

= {X0, X1, X2 ...} memberikan representasi matematis keadaan status fisik yang

berubah seiring waktu berjalan. Proses seperti ini disebut proses stokastik waktu diskrit dengan state terbatas (finite state space) (Hillier:2008)

3.8. Defenisi Rantai Markov dan Persamaan Chapman-Kolgomorov

Proses Markov merupakan proses stokastik yang munculnya suatu keadaan di masa mendatang bergantung pada keadaan yang segera mendahuluinya dan hanya bergantung pada itu. Jadi jika t0 < t1 < ... tn (n = 0,1,2, ...) mewakili

saat-saat tertentu, kelompok variabel acak {Xt} adalah sebuah rantai Markov jika

memiliki sifat Markov (Markovian property) berikut ini:

P{Xt+1= j│X0 = k0, X1 = k1, ..., Xt-1 = kt-1, Xt =i}, = P{Xt+1= j│Xt =i}

Untuk t = 0,1, ... dan setiap urutan i, j, k0, k1, ... kt-1

Probabilitas transisi stasioner dan probabilitas transisi in-langkah pada rantai markov dinotasikan secara ringkas sebagai berikut:

Pij = P{Xt+1=j│Xt= i}

Pij(n) = P{Xt+n=j│Xt= i}

Probabilitas transisi n-langkah Pij(n) hanyalah merupakan probabilitas

(23)

waktu), jika sistem tersebut bermula pada state i pada waktu t kapan pun. Semua probabilitas transisi n langkah dapat dinotasikan dalam bentuk matriks.

Persamaan Chapman-Kolgomorov berikut ini memberikan sebuah metode untuk menghitung probabilitas transisi n-langkah.

Pij(n)= ∑Mk=0 Pik(m)Pkj(n-m)

untuk semua

i = 0, 1, ..., M j = 0, 1, ..., M m = 1, 2, ..., n-1

n = m +1, m+2, ...

persamaan ini menunjukkan bahwa dalam perubahan dari state i ke state j sebanyak n langkah, proses ini akan berada dalam beberapa statek setelah tepat m

(kurang dari n) state. Oleh karena itu, PikmPkj(n-m) adalah probabilitas bersyarat

dengan titik mulai state i, proses menuju ke state k setelah m langkah dan kemudian ke statej setelah n-m langkah.

Elemen-eleman dari mariks transisi yang lebih tinggi Pij(n)dapat diperoleh

secara langsung dengan perkalian matriks.

Pij(2) = PijPij = P2

Pij(3) = P

ij2Pij = P3

(24)

Pij(n) = Pn-1P = Pn (Hillier:2008)

3.9. Sifat Jangka Panjang Rantai Markov

3.9.1. Probabilitas Steady-State

Untuk setiap rantai Markov limn→xPij(n) ada dan independen terhadap i. limn→xPij(n)= πijpijuntuk j = 0, 1, .., M

∑j=0Mπj = 1

πj disebut probabilitas steady-state dari rantai Markov. Istilah probabilitas

steady-state berarti bahwa probabilitas keberadaan proses pada state tertentu, misal j , setelah sejumlah besar transisi akan cenderung ke nilai πj, terlepas dari

probabilitas distribusi disebut state awal. Probabilitas state menyiratkan bahwa proses terus-menerus melakukan transisi dari state i ke state j masih Pij.

πj juga diinterpretasikan sebagai probabilitas stasioner (bukan probabilitas

transisi stasioner). Jika probabilitas awal untuk berada pada state j adalah πj (yaitu P{X0 = j}= π) untuk semua j maka probabilitas proses berada pada state j saat n =

1, 2, ... juga diberikan oleh πi (yaitu P{Xn = j}= πj)

3.9.2. Ekspektasi Biaya Rata-rata per Unit Waktu

Misalkan matriks transisi dua state:

(25)

selalu ada untuk Rantai Markov dengan state terbatas.

Dengan memenuhi persamaan steady-state.

Misalkan biaya (atau fungsi penalty lainnya) C(Xt) terjadi ketika proses berada

pada state Xt pada waktu t, untuk = 0, 1, 2, ... Perhatikan bahwa C(Xt) adalah

variabel acak yang berupa salah satu nilai C(0), C(1), ...C(M) dan bahwa fungsi

C(.) independen terhadap t. ekspektasi biaya rata-rata yang terjadi selama periode

n yang pertama dinyatakan dengan

Dengan menggunakan hasil limx→∞ bisa ditunjukkan bahwa

ekspektasi biaya rata-rata (jangka panjang) per unit waktu dinyatakan dengan:

limx→∞ (Hillier:2008)

3.10. Proses Keputusan Rantai Markov

Jika tingkat persediaan diperiksa tiap bulan, kemudian menentukan persediaan maksimum, ditentukan pada alternatif pada tingkat pemesanan x. Nilai

x merupakan strategi yang memuaskan tiap nilai dari state variabel dan ditentukan pula policy (strategi) yang mungkin secara sembarang. Jika tiap bulan permintaan random d terjadi dengan probabilitas P(d) di dalam ketetapan Rantai Markov, maka akan mengalami transisi dari state i ke state j = i + x – d dengan probabilitas

(26)

Salah satu pengembangan yang paling penting dalam teori persediaan telah ditunjukkan bahwa kebijakan (s,S) adalah optimal bagi model-model persediaan yang dinamis dengan permintaan secara periodic dengan random dan biaya-biaya pesan tetap. Dibawah kebijakan (s,S), jika persediaan pada permulaan periode lebih kecil daripada periode point s, kemudian jumlah yang cukup harus dipesan untuk memenuhi persediaan S, pesanan sampai tingkat yang sesuai.

Pada tiap-tiap state i dan tiap putusan x, dapat dihitung biaya akibat kekurangan persediaan (shortage cost) per unit menggunakan persamaan berikut:

Dimana:

a = biaya pemesanan

b = biaya penyimpanan per unit d = permintaan

i = persediaan awal x = tingkat pemesanan

Total biaya persediaan pada tiap-tiap state i dan tiap putusan x adalah jumlah dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan untuk state i san shortage cost , dapat dirumuskan menjadi persamaan berikut:

(27)

3.10.1.Metode Enumerasi Sempurna

Misalkan suatu persoalan keputusan mempunyai sejumlah S stationary

policy, dan diasumsikan bahwa P dan R adalah suatu matriks transisi (satu

langkah) dan matriks pendapatan yang berkaitan dengan policy ke-k, s = 1, 2, ... S.

Maka langkah-langkah enumerasinya adalah sebagai berikut:

Langkah 1

Hitung harga vis , yaitu ekspektasi pendapatan satu langkah (satu periode) dari policy s, pada state i = 1, 2, ...m.

Langkah 2

Hitung πis, yaitu probabilitas stationary jangka panjang dari matriks transisi Ps

yang berkaitan dengan policy s. probabilitas ini, jika ada, dihitung dengan persamaan:

πsPs = πs

π1s + π2s + ... + πms = 1

dimana πs = (π

1s,π2s,...πms) Langkah 3

Tentukan Es yaitu ekspektasi pendapatan dari policy s untuk setiap langkah transisi (periode) dengan menggunakan persamaan:

Es* =

Langkah 4

Policy optimum s* ditentukan dengan:

(28)

3.10.2.Metode Policy Iteration

Jika alternatif-alternatif yang mungkin diambil sangatlah banyak maka akan sulit mengenumerasi seluruh policy secara eksplisit, tetapi juga jumlah perhitungan untuk mengevaluasi berbagai policy ini akan menjadi sangat besar.

Metode policy iteration ini pada prinsipnya didasarkan atas aturan berikut. Untuk suatu policy tertentu, ekspektasi pendapatan total pada stage

ndinyatakan oleh persamaan rekursif:

Persamaan rekurtif ini adalah dasar untuk mengembangkan metode policy iteration tersebut. Didefinisikan η sebagai banyaknya stage yang akan diamati. Maka persamaan rekursifnya ditulis sebagai:

f ηini adalah ekspektasi pendapatan kumulatif dengan η adalah banyaknya

stage yang diamati. Dengan definisi ini, maka perilaku asimtotik dari prosesnya dapat dipelajari dengan menetapkan η →∞

π = (π1 π2 ... πm) adalah vektor probabilitas pada keadaan steady-state dari

matriks transisi P, dan E = π1v1 + π2v2 + ... + πmvm adalah ekspektasi pendapatan

per stage. Untuk η yang sangat besar, maka

fη(i) = ηE+F(i)

(29)

f(i) yang dihitung untuk state i tertentu, maka persamaan rekursifnya dapat ditulis menjadi:

ηE + f (i) = vi + ∑j=1mPij(η -1)E + f (j), i = 1, 2, ..., m

atau

E = vi+ ∑j=1mPijf(j) – f (i) , i = 1, 2, ... , m

Yang menghasilkan m buah persamaan dengan m+1 faktor yang tidak diketahui, yaitu f(1), f(2), ... f (m), dan E.

Tujuannya adalah untuk menentukan policy optimum yang menghasilkan nilai E maksimum. Karena ada m persamaan dan m+1 faktor yang tidak diketahui, maka nilai E optimum tidak dapat ditentukan dalam satu langkah. Karena itu, harus digunakan pendekatan iterative yang dimulai pada suatu policy mana saja, dan pada akhirnya akan menentukan suatu policy baru yang memberika nilai E

yang lebih baik. Proses iterative ini berakhir apabila dua policy berturut-turut bersifat identik.

Proses iteratif ini terdiri atas dua komponen dasar yang disebut langkah penentuan nilai dan langkah perbaikan policy.

1. Langkah penentuan nilai

Pilihlah suatu policy s secara sembarang. Gunakan matriks Ps dan Rs-nya, dan secara sembarang asumsikan fs(m) = 0. Menyelesaikan persamaan berikut:

Dengan faktor yang tidak diketahui adalah Es, fs(1), ... , dan fs(m-1).

(30)

2. Langkah perbaikan policy

Untuk setiap state i, tentukan alternative k yang menghasilkan:

Nilai-nilai dari fs(j), j = 1,2, ..., m adalah nilai yang sudah ditentukan pada langkah penentuan nilai diatas. Keputusan-keputusan optimum k yang dihasilkan untuk state 1, 2, ..., m menyatakan policy baru t. jika s dan t tidak identik, tetapkan s = t, dan kembali pada pangkah penentuan nilai. Ulangi perhitungan.

Yang menjadi tujuan langkah perbaikan policy ini adalah memperoleh maks

E seperti telah dirumuskan di atas, yaitu:

Karena f(i) tidak bergantung pada alternatif k, maka memaksimumkan E

untuk seluruh alternatif k sama dengan memaksimumkan persoalan pada langkah perbaikan policy.

Metode policy iteration dapat diperluas dengan memasukkan faktor potongan. Jika faktor potongan itu adalah α (<1), maka persamaan rekursif untuk

stage yang tidak terbatas dinyatakan sebagai:

Jika η→∞ (model stage tidak terbatas), maka fη(i) = f (i), dimana f (i)

adalah ekspektasi pendapatan saat ini (present worth) jika sistem berada pada state

(31)

demikian, maka perilaku jangka panjang dari fη(i) dengan η→∞ adalah independen terhadap nilai η. Pada kasus dengan potongan ini, efek dari pendapatan di masa yang akan datang (future revenue) akan secara asimtotik mendekati nol, sehingga present worth f(i) akan mendekati suatu harga konstanta pada η→∞.

Langkah-langkah policy iteration dimodifikasi sebagai berikut: 1. Langkah penentuan nilai

Untuk sembarang policy s dengan matriks Psdan Rs, sedangkah m persamaan berikut:

Dengan m faktor yang tidak diketahui, yaitu fs(1), fs(2), ..., fs(m) 2. Langkah perbaikan policy

Untuk setiap state i tentukan alternatif k yang menghasilkan

Dimana fs(j) adalah hasil yang diperoleh pada langkah penentuan nilai. Jika

policy t yang dihasilkan sama dengan s, stop, t adalah policy optimum. Jika tidak, tetapkan s = t, dan kembali pada langkah penentuan nilai. (Dimyati:2010).

3.11. Distribusi Frekuensi

(32)

telah disusun ke dalam kelas-kelas tertentu. Daftar yang memuat data berkelmpok disebut distribusi frekuensi atau table frekuensi. Jadi, distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas interval tertentu atau menurut kategori tertentu dalam sebuah daftar.

Sebuah distribusi frekuensi akan memiliki bagian-bagian sebagai berikut: 1. Kelas-kelas (class), yaitu kelompok nilai data atau variabel.

2. Batas kelas (class limits), yaitu nilai-nila yang membatasi kelas yang satu dengan kelas yang lain.

3. Tepi kelas (class boundary/ real limits/ true class limits), yaitu batas kelas yang tidak memiliki lubang untuk angka tertentu antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.

4. Titik tengah kelas atau tanda kelas (class mid point, class marks), yaitu angka atau nilai data yang tepat terletak di tengah suatu kelas

5. Interval kelas (class interval), yaitu selang yang memisahkan kelas yang satu dengan kelas yang lain.

6. Panjang interval kelas atau luas kelas (nterval size), yaitu jarak antara tepi atas kelas dan tepi bawah kelas.

7. Frekuensi kelas (class frequency), yaitu banyaknya data yang termasuk ke dalam kelas tertentu.

Distribusi frekuensi dapat dibuat dengan mengikuti pedoman berikut. 1. Mengurutkan data dari yang terkecil ke yang terbesar.

(33)

3. Menentukan banyaknya kelas (k).

Banyaknya kelas ditentukan dengan rumus sturgess

k = 1 + 3,3 log n, k ε bulat

dengan k = banyak kelas dan n = banyaknya data 4. Menentukan panjang interval kelas

Panjang interval kelas

5. Menentukan batas bawah kelas pertama

6. Menuliskan frekuensi kelas secara melidi dalam kolom turus atau tally (sistem turus) sesuai banyaknya data. (Hasan:2002)

3.12. Lingo

Lingo adalah program sederhana yang dapat digunakan untuk menganalisis solusi optimum dari permasalahan program linier dan non linier. Hasil solusi optimasi dapat berupa memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Lingo adalah bahasa pemrograman direktor yang dikembangkan oleh Jhon H. Thompson. Selain itu Lingo juga dapat digunakan untuk menyelesaikan program linier dengan variabel yang banyak.

(34)

Lingo memiliki tiga jenis operator standar yaitu operator aritmatika, operator logical, dan operator relational. Selain itu lingo juga menyediakan fungsi matematika seperti fungsi cosines, eksponensional, logaritma, dan sebagainya.

Operasi dasar aritmatika yang dapat dilakukan pada Lingo yaitu operasi penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (*), pembagian(:), dan pangkat (^). Relational Operator (=, <=, >=) pada Lingo digunakan pada model untuk membandingkan nilai sebelah kanan apakah lebih dari atau sama dengan, ataukah memiliki nilai yang sama dengan nilai di sebelah kirinya. Operator-operator ini digunakan untuk membentuk kenadala-kendala pada model matematika.

(35)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di PT. Union Confectionery. Industri ini merupakan industri manufaktur yang memproduksi jenis permen hard candy, soft

candy, deposited candy, tablet type candy dan buble gum. Lokasi perusahaan

terdapat di Jalan Medan – Belawan Km. 10,5 KIM Kelurahan Mabar Kecamatan Deli Medan Propinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 – Februari 2017.

4.2. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan berupa metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Sinulingga Sukaria, 2015).

4.3. Objek Penelitian

(36)

4.4. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, dengan dengan meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang terkait. Gambar kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

(37)

1. Variabel independen (variabel bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan penyebab terjadinya perubahan pada variabel terikat atau variabel dependen. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Data permintaan, data yang dikumpulkan adalah data permintaan barang dari tahun 2011-2015

b. Biaya pemesanan, biaya yang berhubungan dengan pemesanan barang-barang, sejak pesanan dibuat sampai barang-barang tersebut diterima oleh pelanggan

c. Biaya penyimpanan, biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan.

2. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi dan menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah besarnya persediaan optimal.

4.6. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilaksanakan beberapa teknik pengumpulan data yang mencakup:

(38)

2. Teknik dokumentasi, yaitu mencatat data yang dibutuhkan dari perusahaan untuk bahan penelitian.

3. Teknik wawancara, yaitu melakukan wawancara kepada pekerja mengenai dilakukannya penelitian ini, sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

4.7. Metode Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan untuk mengendalikan persediaan permen bubble gum di PT. Union Confectionery antara lain:

1. Melakukan peramalan terhadap jumlah permintaan barang untuk 2 periode berikutnya yaitu dari data permintaan periode 2011-2015 dengan menggunakan metode time series.

2. Menyajikan data peramalan permintaan dalam tabel distribusi frekuensi. 3. Menentukan state yang mungkin untuk persediaan dari tabel distribusi

frekuensi yang diperoleh dan menentukan keputusan awal sembarang. 4. Menentukan matriks probabilitas transisi dari state yang diperoleh. 5. Menentukan matriks biaya

6. Menghitung penyelesaian dengan metode policy iteration.

(39)

Menyajikan data peramalan permintaan dalam tabel distribusi

frekuensi

Menentukan state dan keputusan awal sembarang

Menghitung penyelesaian dengan metode policy iteration

Menentukan matriks biaya Menentukan matriks probabilitas

transisi

Mulai

Peramalan terhadap jumlah permintaan produk permen bubble

gum untuk 2 periode berikutnya

Selesai

(40)

4.8. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data metode Markov Chain

dengan mempertimbangkan setiap distribusi frekuensi, state, matriks probabilitas transisi, matriks biaya, serta pengoptimuman biaya persediaan barang yang ditinjau.

4.9. Rancangan Penelitian

(41)

Studi Pendahuluan 1. Kondisi dan masalah pada pabrik 2. Wawancara mengenai sistem

persediaan barang

· Pengamatan proses produksi Data Sekunder :

· Data Historis Permintaan Barang

· Data biaya pemesanan barang

· Data biaya penyimpanan barang

Pengolahan Data

· Melakukan peramalan permintaan Langkah-langkah Markov Chain :

· Menyajikan data peramalan permintaan dalam tabel distribusi frekuensi.

· Menentukan state yang mungkin untuk persediaan dari tabel distribusi frekuensi yang diperoleh dan menentukan keputusan awal sembarang

· Menentukan matriks probabilitas transisi dari state yang diperoleh

· Menentukan matriks biaya

· Menghitung penyelesaian dengan metode policy iteration.

Analisis Pemecahan Masalah

Selesai

(42)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Untuk melakukan pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan. Data yang dikumpulkan adalah:

1. Data historis permintaan barang jadi bubble gum dari tahun 2011-2015 2. Biaya pemesanan barang jadi bubble gum

3. Biaya penyimpanan persediaan barang jadi bubble gum

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Peramalan Jumlah Permintaan Permen Bubble Gum Tahun 2011-2015

Langkah-langkah peramalan yang dilakukan untuk meramalkan permintaan produk permen bubble gum adalah:

1. Menentukan tujuan peramalan

Tujuan peramalan adalah untuk meramalkan jumlah permintaan produk

bubble gum tahun 2016 dan 2017

2. Membuat diagram pencar

Bertujuan untuk melihat trend data masa lalu sebagai acuan untuk memilih metode peramalan.

3. Pemilihan beberapa metode peramalan yang sesuai dengan diagram. Beberapa metode yang dipakai adalah sebagai berikut:

(43)

b. Metode Kuadratis c. Metode Linear

4. Menghitung parameter peramalan

Dari perhitungan peramalan, maka didapat rekapitulasi estimasi kesalahan beberapa metode. Adapun alat bantu perhitungan peramalan dengan menggunakan softwareMicrosoft Excel.

a. Metode Eksponensial Fungsi peramalan : Y = aebx

Dimana: Y = Variabel yang dicari

a, b = Parameter yang harus dicari e = Konstanta koefisien (2,7182) x = Periode ke-

Fungsi peramalannya adalah: Y = 270.087,1598e(0,0014x)

(44)

 

Maka fungsi peramalannya adalah :Y’ = 270.284,5442 + 400,4603x

5. Menghitung setiap kesalahan setiap metode

(45)

SEE =

Dari hasil perhitungan kesalahan tiap-tiap metode maka estimasi kesalahan terkecil didapatkan pada metode Eksponensial dan metode Kuadratis.

6. Menghitung pola peramalan yang terbaik dengan perhitungan distribusi f H0 : MSE Metode Kuadratis = MSE Metode Ekponensial

Hi : SEE Metode Kuadratis > SEE Metode Ekponensial

α : 0,05

Oleh karena Fhitung(0,95) < Ftabel (3,50), maka Ho diterima. Jadi hasil pengujian

(46)

Gambar 5.2. Grafik Uji Hipotesis Permen Bubble Gum dengan Distribusi F

7. Verifikasi peramalan

Tujuan proses verifikasi dilakukan adalah untuk mengetahui apakah fungsi yang telah ditentukan dapat mewakili data yang akan diramalkan.

MR =

1

n MR

Dari Gambar 5.3. tidak terlihat adanya data yang out of control sehingga persamaan peramalan metode kuadratis dapat digunakan untuk meramalkan permintaan produk permen tahun 2016 dan 2017 dengan fungsi peramalan:

Y = 249.276.522,2086 – 193,5043x + 9,7371x2

Dengan menggunakan peramalan dengan metode kuadratis, permintaan produk permen bubble gum untuk periode 2016 dan 2017 dapat dihitung.

0,95 3,50

Daerah Penolakan Hipotesa Daerah

(47)

5.2.2. Perhitungan Persediaan Barang Jadi Bubble Gum dengan Markov

Chain

1. Tabel distribusi frekuensi dari peramalan jumlah permintaan barang jadi, tingkat persediaan awal dan pemilihan tingkat pemesanan.

Untuk menentukan tingkat persediaan awal dan pemilihan tingkat pemesanan, data peramalan jumlah permintaan diatas dibagi ke dalam beberapa kelas distribusi dengan membuat ke dalam tabel distribusi frekuensi. Adapun langkah-langkah untuk membuat tabel distribusi frekuensi permintaan barang adalah sebagai berikut:

a. Menentukan range

Range = data terbesar peramalan permintaan – data terkecil peramalan permintaan

b. Menentukan banyak kelas (k) k = 1 + 3,3 log n

c. Menentukan panjang interval kelas (i)

d. Menyajikan data dalam Tabel.

2. Menghitung probabilitas transisi dari setiap state dan biaya total

Probabilitas transisi dari state i ke state j = i + x – d adalah Pij(x) = P(d) Shortage cost dihitung dengan persamaan E = a + [b{∑d>i+x (d – i – x)P(d)}] Total cost dihitung dengan persamaan Ci (x) = a + bi + E

(48)

b = biaya simpan untuk semua

i = 0, 1, ..., M

j = 0, 1, ..., M

3. Menyelesaikan pemecahan optimal menggunakan metode policy iteration Ada beberapa langkah untuk menyelesaikan pemecahan optimal menggunakan policy iteration, yaitu:

a. Menentukan policy awal (k = 0) sembarang X = xi(k) dan menyusun

matriks probabilitas serta matriks biayanya. b. Evaluasi policy rutin

Menentukan fi (k)yang merupakan penyelesaian persamaan linier fi (k)= Ci (xi (k) ) + α ∑jpi,j(xi (k)) fj (k)

Diperoleh 6 persamaan linier yaitu:

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier diatas digunakan program Lingo 11.0. (pengerjaan ada di lampiran)

c. Perbaikan policy rutin

Menentukan policy baru k + 1 dengan menemukan putusan xi(k+1) untuk

setiap i dengan memilih min(Ci(x) + ∑jpi,j(xi)fj(k))

Karena putusan baru (k = 1) ini sama dengan putusan awal (k = 0) maka iterasi dihentikan.

(49)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Peramalan

Dalam memenuhi permintaan barang berupa permen bubble gum di PT. Union Confectionery dibutuhkan suatu proses peramalan. Peramalan ini berguna bagi perusahaan sebagai dasar penentuan rencana persediaan barang.

Metode peramalan yang digunakan yaitu metode peramalan regresi yang merupakan salah satu metode time series yang hasilnya diperoleh berdasarkan data historis permintaan barang dalam 5 tahun yang dimulai dari tahun 2011-2015. Pemilihan trend peramalan yang digunakan dipilih berdasarkan nilai SEE terkecil dari dua alternatif trend yang dipergunakan pada perhitungan peramalan berdasarkan scatter diagram.

Alternatif yang terpilih yaitu trend kuadratis yang artinya hasil peramalan naik atau turun secara linier. Kemudian hasil peramalan yang diperoleh tersebut dikendalikan dengan moving range untuk melihat apakah semua data berada di dalam peta kendali. Moving range chart menunjukkan bahwa semua data ramalan masih berada dalam batas kendali dan layak untuk digunakan.

6.2. Analisis Perhitungan Persediaan Barang dengan Markov Chain

6.2.1. Analisis Perhitungan Distribusi Frekuensi Peramalan

(50)

peramalan ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat persediaan awal dan pemilihan tingkat pemesanan dengan cara membagi ke dalam tabel distribusi frekuensi. Dengan langkah-langkah penentuan range, banyak kelas, panjang interval kelas.

6.2.2. Analisis Pemecahan Persediaan yang Optimal

Setelah diketahui hasil dari persamaan linier, maka dilakukan tindakan baru untuk setiap state dengan menggunakan metode iterasi dengan pemotongan, yang mempunyai persamaan:

fi (k)= Ci (xi (k) ) + α ∑jpi,j(xi (k)) fj (k)

Tujuan pemecahan masalah dalam penentuan perubahan policy dengan pemotongan adalah menentukan nilai optimal x dan nilai minumum fi diputuskan

untuk semua i. Policy awal ditandai dengan k=0. Policy berhenti ketika putusan baru sama dengan putusan awal k=0.

6.3. Analisis Perencanaan Persediaan

Berdasarkan semua perhitungan yang telah dilakukan maka akan dilakukan perencanaan persediaan permen bubble gum untuk 2 periode ke depan. Perencanaan ini dimaksudkan agar pemesanan barang dapat lebih terjadwal sehingga mengurangi resiko kurangnya atau berlebihnya barang jadi di gudang penyimpanan, sesuai dengan hasil perhitungan metode Markov Chain.

(51)

Dari hasil perhitungan di atas, maka putusan pemesanan terhadap persediaan barang yang optimal selama 2 periode berdasarkan prediksi permintaan barang dapat dilihat dari nilai PORec dan menghasilkan putusan sebagai berikut:

(52)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode peramalan permintaan barang metode kuadratis memiliki nilai SEE yang lebih kecil dari metode eksponensial, sehingga peramalan dengan menggunakan metode kuadratis yang digunakan dalam peramalan produk permen untuk 2 periode berikutnya.

2. Alternatif jumlah pemilihan persediaan untuk produk bubble gum

berdasarkan pada iterasi dengan menggunakan metode Markov Chain diketahui tingkat persediaan barang yang optimal yaitu terdapat 6 putusan. 3. Solusi optimal terhadap persediaan barang jadi berupa permen bubble gum

berdasarkan prediksi permintaan barang selama 2 tahun ke depannya menghasilkan putusan persediaan antara lain 328.875 box muncul 1 x dalam 24 periode, 324.204 box muncul 4 x dalam 24 periode, 319.522 box muncul 6 x dalam 24 periode, 314.862 box muncul 1 x dalam 24 periode, 310.191 box muncul 2 x dalam 24 periode, 305.520 box muncul 10 x dalam 24 periode

7.2. Saran

(53)

1. Penerapan metode markov chain dalam menentukan persediaan yang optimal untuk memenuhi permintaan namun dengan biaya minimum.

Gambar

Gambar 3.1. Diagram Alir Pengembangan Sistem Manajemen Persediaan
Tabel 3.1 Karakterisitik Permintaan Independent dan Dependent
Gambar 3.3. Grafik Metode Linier
Gambar 3.4. Grafik Metode Kuadratis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (x adalah 5%) diperoleh signifikansi 0,732, maka H0 diterima yang

Dan di Bulan Oktober dimana kita menyambut hari Reformasi, maka memulai suatu kegiatan baru yaitu mengajak dan menghimbau seluruh anggota jemaat yang sudah dan belum membaca

Pengujian korelasi yang digunakan adalah korelasi produk moment, digunakan untuk mengetahui sejauh mana dan kuat tidaknya hubungan antara variabel (X) yaitu

selanjutnya disingkat IUPHHK-HTR adalah izin usaha untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan ikutannya pada hutan produksi yang diberikan kepada perorangan

Pengelolaan sumber daya air sering berfokus pada pemenuhan kebutuhan air yang meningkat tanpa memperhitungkan secara memadai kebutuhan untuk melindungi kualitas dan

1) Merupakan penjumlahan antara data Jeruk Siam/Keprok dengan

Tidak ada hubungan antara persepsi orang tua tentang sibling rivalry dengan strategi orang tua dalam penyelesaian sibling rivalry pada orang tua anak usia sekolah

Skripsi dengan judul Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Masalah Sosial (Studi Kebijakan Publik Terhadap Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak