• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Evektifitas Eksudat Akar Bangun – Bangun (Coleus amboimicus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Di Laboratorium"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Karet

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang

bernilai ekonomis tinggi.Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya

pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa

diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah

(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet,

bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan

bangunan, misalnyauntuk membuat rumah, furniture dan lain-lain(Purwantaet al,

2008).

Saat ini luas perkebunan karet diIndonesia sekitar 3,6 juta hektar yang

meliputi 80% perkebunan rakyat serta 20% perkebunan negara atau swasta.

Perkebunan karet Indonesia terluas di pulau Sumatera yaitu sebesar 70%, diikuti

Kalimatan 20%, Jawa 5% dan lain-lainnya 5%. Sementara, luas perkebunan karet

di Sumatera Utara pada tahun 2008 mencapai 462.036 ha, 2009 mencapai 461.148

ha, 2010 mencapai 463.394 ha, 2011 mencapai 465.327 ha dan 2012 mencapai

(2)

Di perkebunan karet terdapat beberapa jenis penyakit yang sering

menimbulkan kerusakan yaitu penyakit akar, batang/cabang dan daun tanaman.

Penyakit akar merupakan penyakit yang penting karena berakibat kepada

kematian tanaman karet. Ada 5 jenis penyakit akar, tetapi penyakit akar putih

yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus merupakan penyakit yang

paling penting yang sering mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup berarti

(Situmorang dan Budiman, 2003).

Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)

Luas serangan penyakit JAP diProvinsi Sumatera Utara tahun 2009 hingga

2011 cenderung meningkat.Pada tahun 2009 luas serangan JAP 12.535,06 ha,

tahun 2010 luas serangan JAP meningkat menjadi 26.539,47 ha dan tahun 2011

luas serangan menjadi 16.251,49 ha (Muklasin dan Matondang, 2010).

JAP terutama menular karena adanyakontak antara akar tanaman sehat

dengan akar tanaman sakit, atau dengan kayu-kayu yang mengandung JAP.Agar

dapat mengadakan infeksi pada akar yang sehat, jamur harus mempunyai

makanan yang cukup.JAP dapat menular dengan perantaraan rizomorf

(Semangun, 2008).

Timbulnya penyakit R. microporus erat hubungannya dengan kebersihan

lahan.Tunggul atau sisa tebangan pohon, perdu dansemak yang tertinggal dalam

tanah merupakansubstrat R. microporus.Potensi R. microporus sangat ditentukan

oleh banyaknya tungguldilahan yang bersangkutan (Pawirosoemardjo,2004).

Penyakit ini dapat menyerang pada tanaman di pembibitan sampai

(3)

kuning dan tepi atau ujung daun tajuknya terlipat ke dalam, kemudian daun

gugurdan ujung ranting menjadi mati.Adakalanya terbentuk daun muda atau

bunga dan buah lebih awal (Purwanta et al,2008).

Rahayudkk.,(2006), mengatakan bahwa pada pohon dewasa gugurnya

daun, yang disertai dengan matinya ranting menyebabkan pohon mempunyai

mahkota yang jarang.Pada perakaran tanaman sakit terdapat benang-benang

berwarna putih dan agak tebal (rizomorf).Benang-benang tersebut menempel kuat

pada akar sehingga sulit untuk dilepas (Yulfahriet al, 2002).

Pada serangan berat akar tanaman menjadi busuk dan tanaman akan

tumbang dan mati. Penyakit ini bisa menular pada tanaman yang sehat di

sekitarnya melalui kontak akar (Purwantaet al, 2008).

Serangan lebih lanjut JAP akan membentuk badan buah, berbentuk

setengah lingkaran yang tumbuh pada pangkal batang. Badan buah berwarna pink

dengan tepi kuning mudah atau keputihan. Badan buah berisi spora-spora jamur

yang akan berkembang dan keluar dari tubuh buah. Spora tersebut akan berpencar

dan menyerang tanaman karet yang masih sehat (Fairuzahet al, 2008).

a. Biologi Patogen Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)

Menurut Alexopoulus, dkk.,(1996) penyakit jamur akar putih (JAP) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Filum : Basidiomycota

(4)

Ordo : Aphylloporales

Famili : Polyporaceae

Genus : Rigidoporus

Spesies : Rigidoporus microporus

JAP membentuk tubuh buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu,

mempunyai zona - zona pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang

radier, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat berubah

tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah

benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 μm, mempunyai banyak

sekat (septum) yang tebal (Gambar 1). Pada waktu masih muda berwarna jingga

jernih sampai merah kecokelatan dengan zona gelap yang agak menonjol.

Permukaan bawah berwarna jingga, tepihnya berwarna kuning jernih atau putih

kekuningan. Jika menjadi tua atau kering tubuh buah menjadi suram, permukaan

atasnya cokelat kekuningan pucat dan permukaan bawahnya cokelat kemerahan

(Semangun, 2008).

(5)

Tubuh buah berbentuk kipas, tebal agak berkayu, mempunyai zona-zona

pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang, mempunyai tepi yang tipis.

Warna permukaan atas tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan

kandungan airnya. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah

kecoklatan, dengan zona berwarna gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah

berwarna jingga, tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan

(Semangun, 2008).

b. GejalaSerangan

Serangan patogen menyebabkan akar menjadi busuk dan umumnya pada

permukaan akar ditumbuhi rizomorf jamur. Gejala yang tampak pada daun adalah

daun - daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadi layu, berwarna

kusam dan akhirnya kering. Pada keadaan tersebut menunjukkan bahwa tanaman

telah menderita serangan pada tahap lanjut dan tidak mungkin untuk

diselamatkan. Membusuknya akar diduga karena rusaknya struktur kimia kulit

dan kayu akibat enzim yang dihasilkan jamur (Pawirosoemardjo, 2004).

Untuk memastikan gejala tersebut disebabkanoleh JAP maka sebaiknya

tanaman diperiksa dengan membuka leher akar. Apabila tanaman tersebut sakit

akibat JAP maka akan terlihat adanya rhizomorf jamur berwarna putih

menyelimuti permukaan akar. Terkadang akar tanaman sudah berwarna coklat dan

membusuk, sehingga mudah tumbang. Serangan lebih lanjut JAP akan

membentuk badan buah berbentuk setengah lingkaran yang tumbuh pada pangkal

batang (Situmorang danBudiman, 2003).

(6)

Penyebaran jarak jauh R. microporus utamanya terjadi dengan spora

dengan perantara angin. Spora yang jatuh pada tunggul akan tumbuh menjadidan

membentuk koloni baru. Jamur tersebut mulanya tumbuh sebagai saprofit, tetapi

jika bertemu atau menemukan tanaman inangnya berubah menjadi patogen dan

hidup sebagai parasit yang dapat meyebabkan kematian tanaman.Penyebaran dan

penularan dalam tanah selanjutnya dengan rizomorf yang terjadi melalui kontak

antar akar yang sakit dengan akar yang sehat. Oleh karena itu pada areal yang

sudah berkali - kali diremajakan semakin tinggi ancaman penyakit JAP karena

akan terjadi akumulasi sumber infeksi JAP pada areal yangterus menerus ditanami

dengan tanaman karet. Hal ini berarti penyebaran JAP di dalam tanah semakin

luas apabila areal tersebut ditanami karet secara berulang - ulang (Soepena, 1993).

Daur penyakit JAP terutama menular karena adanya kontak antara akar

tanaman sehat dengan akar tanaman yang sakit, atau dengan kayu yang

mengandung sumber infeksi.Agar dapat mengadakan infeksi pada akar yang

sehat, jamur harus mempunyai alas makanan (food base) yang cukup dari akar

yang halus yang tidak mengandung kayu, misalnya akar tanaman penutup tanah

kacang - kacangan, jamur tidak mampu menginfeksi akar karet yang sehat.

Berbeda dengan jamur akar lain, jamur akar putih dapat menular dengan perantara

rizomorf. Pada kebanyakan jamur akar, rizomorf hanya menjalar pada permukaan

akar, pada JAP rizomorf dapat menjalar bebas dalam tanah, terlepas dari akar atau

kayu yang menjadi makanannya.Setelah mencapai akar yang sehat rizomorf

tumbuh secara epifitik pada permukaan akar sampai agak jauh sebelum

mengadakan penetrasi ke dalam akar (Semangun, 1991).

(7)

Perkembangan penyakit JAP terutama dipengaruhi oleh banyaknya sumber

infeksi di dalam kebun. Kebun karet yang di bangun pada bekas lahan hutan atau

kebun karet tua dimana pengolahan tanah hayati tidak dapat dilakukan dengan

baik / teliti, tanaman akan banyak menderita serangan JAP. Pada kebun

bertunggul yang berasal dari kebun karet tua atau hutan primer menunjukkan

bahwa laju perkembangan kematian tanaman sangat cepat (Rahayuet al, 2006).

Serangannya terjadi pada akar, tanaman yang terinfeksi cepat menjadi mati

terutama pada infeksi yang bersifat akut. Menurut Semangun (2000), pada

serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang

dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman

tetangganya.Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman

sehat ke tunggul - tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman

sakit.Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1 - 5 tahun

terutama pada tanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman

dan pada tanah gembur atau berpasir (Muklasindan Matondang, 2011).

Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati merupakan salah satu alternatif bijak dalam

melestarikan lingkungan (Gerhardson, 2002).Salah satu komponen pengendalian

hayati adalah penggunaan mikroba antagonis sebagai agen pengendali hayati

penyakit tanaman.Penggunaan mikroba antagonis umumnya tidak berdampak

negatif terhadap lingkungan dibandingkan dengan penggunaan fungisida sintetik

(8)

Pengendalian hayati terhadap hama dan penyakit tanaman dengan

menggunakan musuh alami, seperti predator, parasitoid, pa-togen, maupun

antagonis telah lama dicanangkan sebagai salah satu komponen pengendalian

hama dan penyakit terpadu. Pengendalian ini populer seiring dengan

meningkatnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan dan kelestarian

lingkungan.Namun, agensia hayati tersebut seringkali kurang mampu

diaplikasikan dalam skala komersial meskipun pada awalnya kemampuannya

sangat menjanjikan.Penyebabnya adalah agensia tersebut sering tidak mampu

beradaptasi di lingkungan yang baru atau kurang mampu bersaing dengan

mikroorganisme yang telah lama menghuni lingkungan tersebut.Selain itu,

pemeliharaan penyimpanan dalam waktu yang lama cenderung membuat agensia

tersebut tidak stabil (Weller, 1988).

Pengendalian penyakit tanaman secara hayati dalam arti luas adalah setiap

cara pengendalian penyebab penyakit atau pengurangan jumlah atau pengaruh

patogen tersebut yang berhubungan dengan mekanisme kehidupan oganisma lain

selain manusia (Campbell, 1989). Pengendalian hayati ini dapat meliputi: 1).

pergiliran tanaman dan beberapa system pengelolaan tanah, pemupukan, dan

sebagainya yang dapat mempengaruhi mikroba tanah, 2). Menempatkan atau

menambahkan lansung mikroba antagonistik pada patogen atau yang sesuai

dengan tanamannya, 3). Penggunaan bahan kimia untuk merubah mikroflora serta

4). Pemuliaan tanaman yang diketahui dapat merubah genom tanaman yang dapat

mempengaruhi mikloflora baik pada pilosfher maupun rizosfher.Dalam arti sempit

(9)

antagonis secara buatan ke dalam lingkungan untuk mengendalikan patogen

(Nurhayati, 2011).

Pengendalian hayati dapat juga didefinisi sebagai upaya pengurangan

kepadatan inokulum atau pengurangan kegiatan patogen atau parasit baik pada

waktu aktif maupun dorman dengan menggunakan satu atau lebih organisma yang

dilakukan secara alami atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonis

atau melalui penambahan satu atau lebih antagonis (Baker danCook, 1982).

Pengendalian penyakit hayati oleh mikroorganisme baik jamur ataupun

bakteri dapat terjadi melalui satu atau beberapa mekanisme. Mekanisme antibiosis

merupakan penghambatan patogen oleh senyawa metabolik yang dihasilkan oleh

agensia hayati seperti: enzim, senyawa-senyawa volatile, zat pelisis dan senyawa

antibiotik lainnya. Salah satu contoh adalah agensia hayati kelompok jamur.Jamur

diketahui mampu menghasilkan bermacam senyawa beracun (toksis) untuk

melawan organisma lainnya (Burge, 1988).Dalam mengkolonisasi suatu substrat

jamur mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sejumlah produk ekstra

selular yang bersifat racun.Kemampuan jamur menghasilkan suatu antibiotik

sangatlah penting dalam menentukan kemampuannya untuk mengkolonisasi dan

mengatur keberadaannya dalam suatu substrat. Antibiotik dapat juga

mengakibatkan terjadinya endolisis atau autolisis yaitu pecahnya sitoplasma suatu

sel oleh enzim yang diikuti kematian yang mungkin disebabkan kekurangan hara,

antibiotik ataupun kerusakan dinding sel. Dengan demikian berhasil tidaknya

suatu organisma pengendali hayati sebagai agensia hayati bergantung pada

kemampuan antibiotik yang dihasilkannya menekan pertumbuhan dan

(10)

mekanisme penekanan aktivitas patogen oleh agensia hayati terhadap

sumber-sumber terbatas seperti zat organik, zat anorganik, ruang dan faktor –faktor

pertumbuhan lainnya. Salah satu contoh adalah persaingan akan ruang/tempat

pada akar. Contoh ektomikoriza merupakan agensia yang dapat digunakan sebagai

agen pengendali hayati. Jamur tersebut mampu membungkus secara efektif

seluruh akar dan menempati bagian rizosfer sehingga apabila ada mikroorganisme

lain seperti misalnya Armilaria mellea atau Phytophthora spp, maka patogen

tersebut tidak dapat lagi mengkolonisasi bagian tersebut (Nurhayati, 2011).

Usaha penganggulangan penyakit yang berlaku selama ini adalah

penyingkiran sumber infeksi melalui pembongkarn tunggul, membersihkan sisa –

sisa akar, dan atau peracunan pohon / tunggul pada saat melakukan peremajaan

tanaman.Usaha tersebut belum menjamin tanaman terbebas dari JAP.Kenyatan

setelah satu tahunan tanaman di tanam di lapangan menunjukkan adanya gejala

serangan JAP yang cukup berarti (Sinulinggaet al, 1991).

Bangun - Bangun

Daun bangun – bangun (Coleus amboinicus), sebutan yang lazim dipakai

oleh orang batak, merupakan salah satu etnobotani Indonesia yang secara turun

temurun dimanfaatkan masyarakat Sumatra Utara sebagai menu sayuran

sehari-hari dan terutama disajikan untuk ibu - ibu yang baru melahirkan. Tanaman ini

(11)

jarang berbunga (warnanya ungu putih) namun mudah sekali dibiakkan dengan

stek dan cepat berakar di dalam tanah (Heyne, 1987).

Tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus) merupakan salah satu

tanaman Indonesia yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran

dan obat. Selain itu, air perasan dari daun tanaman bangun-bangun yang segar

biasa disajikan untuk ibu-ibu yang baru melahirkan, karena tanaman ini dapat

mempercepat pemulihan pasca melahirkan. Tanaman bangun-bangun mempunyai

kandungan kimia antara lain kalium, minyak atsiri, dan fenol sehingga tanaman

ini juga digunakan sebagai antiseptikum. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman

bangun-bangun memiliki senyawa metabolit sekunder yang aktif, seperti

antioksidan, flavonoid, dan fenol (Kartasapoetra, 2004).

Pembentukan senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti kandungan

antioksidan yang bermanfaat pada tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor

genetik dan lingkungan.Salah satu faktor lingkungan yang paling mempengaruhi

adalah metode penanaman yaitu secara konvensional atau organik.Pada umumnya

tanaman bangun-bangun ditanam menggunakan metode konvensional yaitu

menggunakan pupuk dan pestisida sintetik.Namun, penggunaan pupuk dan

pestisida sintetik ini dapat menyebabkan masalah yang serius bagi lingkungan dan

dapat menurunkan kandungan antioksidan pada tanaman.Salah satu teknologi

pertanian organik yang dapat diterapkan adalah teknologi Effective

Microorganism (EM) yaitu penggunaan pupuk bokashi dan ekstrak tanaman

terfermentasi (ETT).Teknologi EM ini terbukti sangat efektif meningkatkan

(12)

Tanaman bangun – bangun mengandung senyawa bioaktif sebagai

antioksidan (Patelet al, 2010) antibakteri dan antijamur (Manjamalaiet al,

2011).Hasil penelitian Santoso dan Triana (2005) menyebutkan bahwa dalam

daun bangun – bangun terkandung senyawa polifenol, saponin, glokosida flavonol

dan minyak atsiri. Penelitian lain oleh Hutajuluet al, (2008) menyebutkan bahwa

dalam ekstrak daun bangun – bangun positif mengandung senyawa flavanoid

lebih terdapat 25 ml minyak atsiri yang mengandung fenol (isopropyl-o-kresol)

yang dapat bersifat anti septic bernilai tinggi.

Analisis fitokimia daun bangun - bangun menunjukkan bahwa senyawa

utama yang terkandung dalam daun tersebut adalah polifenol, saponin, glikosida

flavonol dan minyak atsiri. Pemberian ekstrak daun tersebut pada tikus dengan

dosis sebesar 19,0 g/Kg BB (kelompok A) dan 31,5 g/Kg BB(kelompok B)

sampai hari ke-30 menunjukkan peningkatan kapasitasfagositosis sel netrofil

berturut-turut 50% dan 60%, sedangkan kontrol hanya 10%. Pada pengamatan

hari ke-60 kapasitas fagositosis sel netrofil meningkat menjadi 80% (p<0,05)

untuk kelompok B dan C, sedangkan kontrol 10%. Dapat disimpulkan bahwa

daun bangun - bangun yang digunakan dalam penelitian ini mampu meningkatkan

pertahanan tubuh dengan cara meningkatkan sifat fagositik sel netrofilSantosa dan

Triana, 2005).

Secara agronomi, tanaman bangun - bangun dapat dibudidayakan dengan

perbanyakan stek batang 15-20 cm. Tempat tumbuh tanaman ini menyukai

naungan 25-60% dan bila terkena langsung matahari maka daun bewarna kuning,

(13)

pada lingkungan tumbuh mengakibatkan kadar metabolit sekunder kecuali kadar

total alkaloid meningkat (Ekawati, 2013).

Fenol

Mekanisme senyawa fenol sebagai zat antimikroba adalah dengan cara

meracuni protoplasma, merusak dan menembus dinding sel, serta mengendapkan

protein sel mikroba. Komponen fenol juga dapat mendenaturasi enzim yang

bertanggung jawab terhadap germinasi spora atau berpengaruh terhadap asam

amino yang terlibat dalam proses germinasi. Flavonoid memiliki spektrum

aktivitas antimikroba yang luas dengan mengurangi kekebalan pada organisme

sasaran (Naidu, 2000).

Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan desinfektan.Golonganfenol

diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid namuntidak

bersifat sporisid.Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawafenolik

mengandung molekul fenol yang secara kimiawi dapat diubah.Perubahan struktur

kimia tersebut bertujuan untuk mengurangi efek iritasi kulitdan meningkatkan

aktivitas antibakteri (Brewer, 2010).

Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam pengujian

desinfektankarena memiliki mekanisme kerja yang luas. Fenol dapat merusak

(14)

sulfohidril dari protein, dan merusak DNA sehingga efektif membunuh

bakteri(Siswandono, 1995; Fazlara and Ekhtelat, 2012).

Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin ke inti fenol

akanmeningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila

jumlahhalogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenisasi fenol akan

membentuksenyawa yang mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil. Ikatannya

dengan reseptor inti fenol lemah, sehingga aktivitasnya rendah.Pemasukan gugus

nitrodapat meningkatkan aktivitas antimikroba.Sedangkan pemasukan gugus

asamkarboksilat dan asam sulfonat menurunkan aktivitas antimikroba

karenamenurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan ke membran

selbakteri menurun (Pratiwi, 2008; Ghanem, et al., 2012).

Fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik dengan

satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol pada bahan makanan dapat

dikelompokkan menjadi fenol sederhana dan asam folat (Widiyanti, 2006 dalam

Oktaviana, 2010).Standar yang digunakan pada analisis kandungan fenolik adalah

asam galat, hal ini karena asam galat bersifat stabil, memiliki sensitivitas yang

tinggi, dan harganya cukup terjangkau. Kandungan fenolik dari standar asam galat

ditentukan dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteau (Rahayu et al, 2015).

METODOLOGI

Gambar

Gambar 1. Tubuh Buah Jamur  Rigidoporus microporus Sumber : http://nad.litbang.deptan.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Subsidi Ongkos Angkut Penumpang Udara Rute Nunukan - Long Baw an ( PP) , maka dengan ini Saudara kami undang untuk mengikuti acara Pembuktian Kualifikasi yang akan

ini akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur dengan program utama adalah pengembangan industri pengolahan tambang yaitu ferro nikel dan

Iklan yang tersaji dalam media massa pada umumnya dapat dianggap sebagai medium penyadaran khalayak tentang suatu produk yang tidak hanya sekedar tahu tetapi

Kehilangan kandungan vitamin C paling rendah terdapat pada suhu penyimpanan 20 0 C.Selanjutnya, hasil uji statistik memperlihatkan bahwa terdapatperbedaan yang

Diperkirakan kadar lovastatin produk angkak dari ampas sagu dengan tepung beras dengan perbandingan 1:1 akan menghasilkan hasil yang lebih tinggi pada lama

Sosok wayang itu sendiri sebagai suatu produk kreatif yang mempunyai banyak jenis ragam cerita dan penampilan visual bonekanya yang ditafsirkan Unesco sebagai

Instrumen kuesioner dirancang dengan jawaban tertutup (berskala 1-4, misalnya untuk tingkat kepuasan: sangat kurang - sangat baik). Data yang diperoleh dari

Hasil yang sama dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman dkk 15, juga didapatkan kadar albumin yang lebih rendah pada anak gizi buruk dengan penyakit