• Tidak ada hasil yang ditemukan

Insidensi Suspek Glaukoma Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Insidensi Suspek Glaukoma Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Suspek glaukoma diartikan sebagai suatu keadaan pada orang

dewasa yang mempunyai minimal 1 dari tanda-tanda berikut ini pada

mata:

Defek nerve fiber layer atau nervus optikus diduga sebagai

glaukoma (pembesaran cup/disc ratio, rasio cup/disc asimetris,

penggaungan atau penyempitan neural retinal rim, perdarahan

diskus, atau abnormalitas lokal atau difus pada RNFL).

• Kelainan lapang pandangan sesuai dengan glaukoma.

• Peningkatan TIO ≥ 21 mmHg. (American Academy of

Ophthalmology, 2009-2010)

2.2 Patogenesis

Terdapat tiga faktor penting yang menentukan tekanan bola mata,

yaitu :

1. Jumlah produksi akuos oleh badan siliar.

2. Tahanan aliran akuos humor yang melalui sistem trabekular

meshwork-kanalis Schlem.

3.

(2)

Tekanan bola mata yang umum dianggap normal adalah 10-21

mmHg. Pada banyak kasus peningkatan tekanan bola mata dapat

disebabkan oleh peningkatan resistensi aliran akuos humor. Beberapa

faktor resiko dapat menyertai perkembangan suatu glaukoma termasuk

riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, ras, genetik, variasi diurnal,

olahraga, obat-obatan.

Proses kerusakan papil saraf optik (cupping) akibat tekanan intra

okuli yang tinggi atau gangguan vaskular ini akan bertambah luas seiring

dengan terus berlangsungnya kerusakan jaringan sehingga skotoma pada

lapang pandangan makin bertambah luas. Pada akhirnya terjadi

penyempitan lapang pandangan dari yang ringan sampai berat. (American

Academy of Ophthalmology, 2009-2010).

Glaukomatous optik neuropati adalah tanda dari semua bentuk

glaukoma. Cupping glaukomatous awal terdiri dari hilangnya akson-akson,

pembuluh darah, dan sel glia. Perkembangan glaukomatous optik

neuropati merupakan hasil dari berbagai variasi faktor, baik intrinsik

maupun ekstrinsik. Kenaikan TIO memegang peranan utama terhadap

perkembangan glaukomatous optik neuropati.

Terdapat 2 hipotesa yang menjelaskan perkembangan

glaukomatous optik neuropati, teori mekanik dan iskemik. Teori mekanik

menekankan pentingnya kompresi langsung serat-serat akson dan

struktur pendukung nervus optikus anterior, dengan distorsi lempeng

(3)

kematian sel ganglion retina (RGCs). Teori iskemik fokus pada

perkembangan potensial iskemik intraneural akibat penurunan perfusi

nervus optikus. Penurunan perfusi ini bisa akibat dari penekanan TIO

pada pembuluh darah yang menutrisi nervus atau proses intrinsik pada

nervus optikus. Gangguan autoregulasi pembuluh darah mugkin

menurunkan perfusi dan mengakibatkan gangguan saraf. Pembuluh darah

nervus optik secara normal meningkat atau menurunkan tekanannya

untuk memelihara aliran darah konstan, tidak tergantung TIO dan variasi

tekanan darah..

Temuan tersering mengarahkan diagnosis ke OHT. Perkiraan

prevalensi OHT cukup bervariasi, namun dipercaya sebanyak 8 kali

hipertensi okuli pasti berkembang menjadi POAG. Dari analisis penelitian,

individu dengan IOP yang tinggi untuk periode waktu tertentu

menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai IOP, semakin besar pula resiko

berkembang menjadi glaukoma.

Sangat sulit untuk mendiagnosis antara OHT dengan POAG pada

tahap dini. Klinisi harus melihat secara hati-hati tanda-tanda kerusakan

dini pada saraf optikus seperti focal notching, asymmetry of cupping,

splinter disc hemorrhage, nerve fiber layer dropout. Atau kerusakan

lapang pandangan yang ringan. Jika tanda-tanda kerusakan saraf optik

ditemukan, diagnosis POAG dini harus dipertimbangkan dan pengobatan

dimulai. (Kanski JJ, Mcalister, Salmon JF, 1996), (American Academy of

(4)

Klinisi harus mempertimbangkan semua data yang tersedia dalam

menilai risiko pasien untuk berkembang menjadi suatu glaukoma dan

memutuskan kapan untuk mengobati peningkatan IOP. Faktor – faktor

resiko berikut harus dipertimbangkan:

• Level dari IOP

CCT (Corneal Central Thickness)

• cup-disc ratio

• Riwayat keluarga menderita glaukoma • Ras, khususnya ras kulit hitam

• Usia lebih dari 50 tahun

• Keterkaitan dengan penyakit sitemik (Diabetes Mellitus, Hipertensi,

dan penyakit kardiovaskular). (American Academy of

Ophtahlmology, 2009-2010)

2.3 Pemeriksaan

2.3.1 Anamnesis

Anamnesis sangat penting dalam evaluasi tanda hipertensi okuli

untuk mendeteksi glaukoma atau penyakit mata yang lain yang secara

sekunder menyebabkan peninggian TIO. Hal-hal yang harus diperhatikan

adalah :

1. Riwayat penyakit mata terdahulu : riwayat sakit pada mata atau

mata merah, halo yang berwarna-warni, sakit kepala, penyakit mata

(5)

pembuluh darah, riwayat operasi mata sebelumnya (fotokoagulasi

atau prosedur refractif), atau trauma pada mata atau kepala.

2. Riwayat pengobatan terdahulu : Tindakan bedah atau penyakit

vaskuler sistemik.

3. Riwayat obat-obatan, termasuk obat-obat antihipertensi (yang

mana secara langsung menyebabkan fluktuasi TIO) atau

kortikosteroid topikal/sistemik.

4. Faktor resiko untuk neuropati optik akibat glaukoma. Faktor resiko

yang juga memungkinkan yaitu : penyakit kardiovaskular sistemik,

diabetes melitus, migrain, sakit kepala, hipertensi, dan

vasospasme. (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010),

(Vaughan D, Riordan Eva P, 1995)

2.3.2 Pemeriksaan Fisik

1. Visual acuity : bandingkan visual acuity sekarang dengan visual

acuity yang diketahui sebelumnya (jika berkurang, singkirkan

POAG atau penyebab penyebab sekunder kehilangan penglihatan,

seperti juga katarak, age-related macular degeneration, ocular

surface disorders (misalnya dry eye), atau efek merugikan yang

timbul dari pengobatan topikal (terutama jika menggunakan

miotics).

2. Pupil : ada/tidaknya defek afferen dari pupil (Marcus-Gunn).

(6)

a. Cornea : lihat tanda-tanda oedema microcystic (ditemukan

hanya dengan peninggian TIO yang tiba-tiba), keratic

precipitates, pigmen di endothelium (Krukenberg spindle),

dan kelainan kongenital.

b. Bilik mata depan : periksa apakah ada cell atau flare,

uveitis, hyphema, dan sudut tertutup.

c. Iris : defek transiluminasi, atrophy iris, synechiae, rubeosis,

ectropion uveae, iris bombe, perbedaan dalam pewarnaan

iris bilateral (misalnya Fuchs heterochromic iridocyclitis)

atau pseudoexfoliation (PXF ) mungkin diobservasi.

d. Lensa : periksa apakah ada perkembangan katarak

(misalnya phacomorphic glaucoma, PXF, phacolytic

glaucoma dengan katarak Morgagni).

e. Saraf optik/Lapisan serabut saraf : pemeriksaan

stereoskopik untuk buktikan tidak adanya kerusakan

glaukomatous termasuk ratio cup-todisc pada bidang

horizontal dan vertical, penampakan dari disc, pembesaran

cup yang progresif, bukti kerusakan lapisan serabut saraf

dengan filter red-free, notching atau penipisan dari disc rim

(terutama pada pole superior atau inferior), pallor, timbul

perdarahan (biasanya daerah inferotemporal), tidak

simetrisnya disc, atrophy parapapillary atau abnormalitas

(7)

f. Fundus : abnormalitas lain yang biasa dianggap sebagai

defek lapang pandangan nonglaukomatous atau

kehilangan penglihatan termasuk disc drusen, optic pits,

penyakit retina, perdarahan vitreous, atau retinopathy

proliferative.(American Academy of Ophthalmology,

2009-2011), (Kanski JJ, Mcalister, Salmon JF, 1996)

2.3.3 Tonometri

• TIO bervariasi dari jam ke jam pada setiap individu. Ritme circadian

dari TIO biasanya menyebabkan sebagian besar kenaikan di pagi

hari. TIO juga meningkat pada posisi tidur telentang.

• Catat pengukuran pada kedua mata. Metode yang digunakan

tonometer applanasi Goldmann merupakan kriteria standard

• Ulangi pembacaan tonometri

• Ulangi pengukuran sekurangnya 2-3 waktu pemeriksaan sebelum

memutuskan rencana therapy. Ambil pengukuran pada pagi hari

dan malam hari untuk memastikan variasi diurnal, jika

memungkinkan.(Pavan Debora Langston, 2008)

2.3.4 Gonioskopi

Gonioskopi harus dilakukan untuk menyingkirkan sudut tertutup

atau penyebab sekunder peninggian TIO, seperti penyempitan sudut,

(8)

Berdasarkan Shaffer, penilaian sudut terbagi atas:

Grade 4 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 45º

Grade 3 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork >20º

tetapi <45º

Grade 2 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 20º

Grade 1 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 10º

kemungkinan sudut tertutup terjadi setiap waktu

Slit : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 10º

kemungkinan sudut tertutup terjadi setiap waktu

Grade 0 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork sudut

tertutup. (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010).

2.3.5 Evaluasi Klinis Nervus Optikus

Nervus optikus mengandung jaringan neuroglial, matriks

ekstraseluler serta pembuluh darah. Nervus optik manusia mengandung

kira-kira 1,2-1,5 juta akson dari sel ganglion retina (retinal ganglion

cells/RGCs). Papil nervus optikus atau diskus optikus dibagi atas 4 lapisan

yaitu : lapisan nerve fiber, prelaminar, laminar dan retrolaminar. Lapisan

paling luar atau lapisan nerve fiber dapat dilihat langsung dengan

ophthalmoskop. Lapisan ini diperdarahi oleh arteri retina sentral. Lapisan

kedua atau prelaminar region secara klinis dapat dievaluasi adalah area

sentral papil optik. Daerah ini diperdarahi oleh arteri siliaris posterior. Pada

(9)

ophthalmoskop indirek atau slit lamp yang menggunakan posterior pole

lens.

Kepala nervus optikus atau diskus optik, biasanya bulat atau sedikit

oval dan mempunyai suatu cup sentral. Jaringan di antara cup dan pinggir

diskus disebut neural rim atau neuroretinal rim. Pada orang normal, rim ini

mempunyai kedalaman yang retalif seragam dan warna yang bervariasi

dari orange sampai merah muda. Ukuran cup fisiologis secara

perkembangannya ditetapkan dan bergantung ukuran diskus. Ukuran cup

dapat sedikit meningkat sesuai umur. Orang kulit hitam yang bukan

glaukoma rata-rata mempunyai diskus yang lebih lebar dan cup-disc

ratio/CDR lebih besar dibanding kulit putih. Rata-rata orang myopia

mempunyai mata dan disk rasio yang lebih besar dibanding emetropia dan

hiperopia. CDR saja tidak adekuat menentukan bahwa diskus optik

mengalami kerusakan glaukomatous. (American Academy of

Ophthalmology, 2009-2010)

Penting untuk menbandingkan mata yang satu dengan sebelahnya

karena asimetri diskus tidak biasa pada orang normal. CDR vertikal

secara normal antara 0,1-0,4, walaupun sekitar 5% individu normal

mempunyai rasio CDR yang lebih besar dari 0,6. Asimetri CDR lebih dari

0,2 terdapat pada kurang dari 1% orang normal.

Membedakan cup normal dari cup glaukomatous adalah sulit.

Perubahan awal dari glaukomatous optik neuropati adalah sangat halus

(10)

• Pembesaran umum cup

• Pembesaran cup secara fokal • Splinter haemorrhage

Hilangnya nerve fiber layer

• Menipisnya neuroretinal rim • Pembuluh darah menyilang

• Perbedaan cup yang asimetris antara kedua mata. • Atrofi peripapil

Perubahan lain yang ditemukan pada glaukoma di klinik adalah

adanya penyempitan lapang pandangan dengan pemeriksaan perimetri.

Kerusakan serabut saraf oleh proses glaukoma akan menunjukkan bentuk

atau gambaran yang khas pada pemeriksaan perimetri, dapat berupa :

• Depresi umum • Paracentral scotoma

• Arcuarta atau Bjerrum scotoma • Nasal step

• Defek altitudinal

• Temporal wedge.(Pavan D-Langston, 2008), (American Academy

of Ophthalmology)

2.3.6 Pemeriksaan Lapang Pandangan

• Lakukan test threshold automatis ( misalnya Humprey 24-2 )

(11)

glaukomatous. Jika tidak tersedia test automatis, perimetri

Goldmann dapat juga dilakukan.

Ingat hal-hal berikut dalam menganalisa lapang pandangan :

1. Hasil pemeriksaan harus diperhitungkan bahwa defek lapang

pandangan tidak kelihatan sampai lebih dari 40% kehilangan

lapisan serabut saraf muncul.

2. Catat ukuran pupil pada setiap bagian pemeriksaan,

konstriksi dapat mengurangi sensitivitas retina dan dapat

menyerupai kehilangan lapang pandangan yang

progresif.,(Vaughan D, 1995, American Academy of

Ophthalmology, 2009-2010)

2.4 Penatalaksanaan

Tidak ada pernyataan yang jelas mengenai apakah peninggian

tekanan intra okuli harus diobati tanpa adanya tanda-tanda kerusakan

awal. Resiko kerusakan meningkat seiring dengan peninggian tekanan

intra okuli. Menurut Ocular Hypertension Study, tidak ada bukti yang jelas

apabila tekanan yang meninggi diturunkan, dapat menghambat atau

mencegah terjadinya glaukoma. Sebagian besar ahli mata memulai

pengobatan jika tekanan intra okuli secara konsisten lebih tinggi daripada

30 mmHg disebabkan oleh resiko tinggi terjadinya kerusakan optic disc.

Tetapi sekarang ini sebagian ahli mengobati semua kasus peninggian

tekanan intra okuli yang lebih tinggi dari 21 mmHg dengan obat-obatan

(12)

tanpa pengobatan karena kebanyakan pasien hipertensi okuli beresiko

rendah terhadap kehilangan penglihatan (hanya lebih kurang 1%).

Beberapa ahli menyeleksi dan mengobati individu yang beresiko

besar menderita glukoma. Meskipun telah disebutkan sebelumnya bahwa

kerusakan serabut saraf diatas 40% dapat timbul sebelum adanya defek

lapang pandangan, jangan melakukan therapy hanya berdasarkan

pemeriksaan lapang pandangan saja. Tujuan pengobatan adalah

menurunkan tekanan sebelum terjadinya kehilangan penglihatan akibat

glaukoma.

Beberapa pertanyaan harus diajukan ketika mempertimbangkan

pengobatan :

1. Apakah kenaikan tekanan tersebut signifikan?

2. Apakah pasien akan kehilangan penglihatan jika tidak diterapi?

3. Apakah pengobatan memperburuk resiko efek yang timbul akibat

pengobatan? (Vaughan D, 1995), (Debora P-Langston, 2008)

Untuk alasan tersebut, di bawah ini adalah penuntun penatalaksanaan

menurut resiko terjadinya kerusakan akibat glaucoma:

1. Faktor-faktor Resiko Tinggi

a) Defek lapisan serabut saraf retina.

b) Perubahan-perubahan parapapillary.

c) TIO > 30 mmHg.

Apabila mengobati pasien dengan faktor-faktor resiko tinggi,

(13)

penurunan tekanan intra okuli sampai 20%. Untuk kelompok ini,obati

pasien dan kontrol 1 bulan kemudian untuk melihat apakah pengobatan

efektif dan tidak ada efek yang merugikan. Jika tujuan pengobatan

terpenuhi, follow-up setiap 3-4 bulan.

2. Faktor-faktor Resiko Sedang

a. Tekanan intra okuli 24-29 mmHg tanpa defek lapisan

serabut saraf.

b. Riwayat keluarga dengan glaukoma sudut terbuka primer.

c. Myopia tinggi.

d. cup-disc vertical ratio > 0,7.

Follow-up pemeriksaan secara lengkap dalam waktu 2-3 minggu

untuk cek ulang tekanan. Jika tekanan intra okuli masih tetap 3 mmHg

diatas batas, teruskan follow-up pemeriksaan setiap 3-4 minggu dengan

pemeriksaan lapang pandangan dan evaluasi saraf optik setidaknya sekali

setahun. (Vaughan D, 1995), (Debora P-Langston, 2008)

3. Faktor-faktor Resiko Rendah

Tekanan intra okuli 22-23 mmHg. Lakukan follow-up pemeriksaan

2-3 bulan kemudian untuk cek ulang tekanan pada waktu yang berbeda

dalam sehari ( misalnya jam 8 pagi, jam 11 pagi, jam 1 siang, jam 4 sore ).

(Vaughan D, 1995), (Debora P-Langston, 2008)

Penatalaksanaan terhadap pasien yang mendapat terapi obat anti

glaukoma :

(14)

2. Pilih obat terhadap individu :

- Quality of life

- Biaya

- Efek samping (Gondhowiharjo, TD, Simanjuntak GWS, 2006)

Tabel 2.1 Guideline untuk Follow up Suspek Glaukoma (Gondhowiharjo, TD, Simanjuntak GWS, 2006)

Pengobatan

diobati Turun tetapi tidak

Obat-obatan yang ideal untuk terapi hipertensi okuli harus memiliki

syarat syarat sebagai berikut :

• Sangat efektif dalam menurunkan tekanan intra okuli.

• Tidak ada efek yang merugikan atau eksaserbasi sistemik dari

penyakit.

• Tidak mahal untuk dosis 1 kali sehari.

Sekali pengobatan dimulai, lakukan follow-up yang ketat untuk

menangani efek samping dari obat-obatan. Lakukan follow-up pertama 3-4

(15)

Pertimbangkan therapy 1 mata ketika memulai pemberian obat-obatan,

karena tekanan intra okuli mata yang satu lagi dapat digunakan sebagai

kontrol untuk mengukur efek dari pengobatan. Perbedaan lebih dari 4

mmHg antara 2 mata setelah pengobatan menunjukkan adanya efek

klinis. Kategori obat-obatan :

1. Carbonic Anhydrase Inhibitors (CAIs )

Dengan memperlambat pembentukan ion-ion bicarbonate kemudian

mengurangi transport sodium dan cairan, dapat menghambat carbonic

anhydrase (CA) di processus ciliaris mata. Efek ini menurunkan sekresi

aqueous humor sehingga menurunkan tekanan intra okuli. Contoh :

Dorzolamide, Brinzolamide, Acetazolamide, Methazolamide.

2. Kombinasi beta blockers dan carbonic anhydrase inhibitors.

Mekanisme kerja anti hipertensive beta adrenergics blockers pada

mata masih belum jelas, tetapi dapat mengurangi produksi aqueous

humor. Contoh : Timolol/Dorzolamide (Cosopt ).

3. Adrenergics agonists.

Dalam kelompok ini alpha2-selective agonists lebih sering digunakan

untuk pengobatan hipertensi okuli. Alpha2-adrenergics agonists

bekerja dengan menurunkan produksi aqueous humor. Contoh :

Brimonidine.

4. Prostaglandin analog.

Golongan obat terbaru yang bekerja meningkatkan outflow

(16)

5. Obat-obatan terbaru yang diakui.

Unoprostone (Rescula), Bimatoprost (Lumigan), dan Travoprost

(Travatan) adalah contoh obat-obat terbaru yang diakui serupa dengan

prostaglandin yang dapat menurunkan tekanan intra okuli.

Unoprostone menunjukkan penurunan tekanan sekitar 10-15% dan

dapat bekerja sebagian melalui saluran-saluran outflowl. Bimatoprost

dapat menurunkan tekanan lebih besar tapi dapat menyebabkan

hiperemis konjungtiva. Begitu juga dengan Travaprost.

6. Beta-adrenergic blockers.

Menurunkan produksi aqueous, mungkin dengan memblok reseptor

beta adrenergic muncul di badan siliar. Sayangnya obat-obatan

non-selective pada kelompok ini juga berinteraksi dengan beta reseptor di

jantung dan paru-paru sehingga dapat menimbulkan efek-efek yang

merugikan. Contoh : Betaxolol 0,25%, Carteolol 1%, Timolol 0,25% &

0,5%, Levobunolol 0,25% & 0,5%, Metipranolol 0,3%.(Vaughan D,

1995), (Debora P-Langston, 2008), (American Academy of

Ophthalmology, 2009-2010).

2.6 Tindakan Operasi

• Secara umum, jika kontrol tidak dapat dicapai dengan 1-2 kali

pengobatan pertimbangkan diagnosa hipertensi okuli dengan

kemungkinan glaukoma sudut terbuka primer tahap awal.

• Laser trabeculoplasty jarang diindikasikan untuk mengobati pasien

(17)

persentase penurunan TIO setelah SLT secara signifikan lebih

besar di mata dengan kornea tipis (CCT <555 µm), menunjukkan

pasien dengan kornea tipis memiliki kontrol TIO yang lebih baik

setelah SLT. (Wills Eye Manual, 2004), (Gondowirdjo,TD,

Gambar

Tabel 2.1 Guideline untuk Follow up Suspek Glaukoma  (Gondhowiharjo, TD, Simanjuntak GWS, 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar matematika adalah dari prestasi yang diperolehnya. Prestasi belajar matematika siswa, baik

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan Langsung Nomor : 011.10a/MTsN-SJJ/2012 tanggal 27 September 2012 Perihal Penetapan Pemenang Pengadaan Langsung untuk

[r]

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan Langsung Nomor : 011.9a/MAN-OK/2012 tanggal 27 September 2012 Perihal Penetapan Pemenang Pengadaan Langsung untuk pekerjaan

Pada hari ini, Jum’at Tanggal Dua Puluh Delapan Bulan September Tahun Dua Ribu Dua Belas, Kami selaku Panitia Pengadaan Pembangunan Gardu Beton dan Jaringan serta

[r]

Perusahaan diharap membawa Dokumen kualifikasi asli yang di upload di LPSE dan Bukti keabsahan Dokumen (Akta pendirian) termasuk daftar kontrak yang dilampirkan, keabsahan

Rancangan pengembangan produk yang akan dilaksanakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan penggunaan produk yaitu untuk menambah kreatifitas pendidik dan