• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN PENDEKATAN STRATEGI METODE DA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERTIAN PENDEKATAN STRATEGI METODE DA (1)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN”

Disusun Oleh : Mualimah (1301145061)

Nhadya Feby R (1301145064)

Kelas 3C Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan izin-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode dan Model Pembelajaran” sebagai tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran.

Tak lepas dari kekurangan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi karya yang lebih baik dimasa mendatang. Besar harapan kami semoga makalah ini dapat membawa manfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta September 2014

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ………...………... ii

BAB I (PENDAHULUAN) ... 1

A. Latar Belakang ………..………..………... 1

B. Perumusan Masalah ……..………...………... 1

C. Tujuan ………... 2

D. Manfaat ………….………... 2

BAB II ( PEMBAHASAN) ... 3

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ………...… 3

B. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 3

C. Pengertian Metode Pembelajaran ... 9

D. Pengertian Model Pembelajaran ... 21

BAB III ( PENUTUP) ... 31

A. Kesimpulan …….………...………... 31

(4)

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar yakni melibatkan kemampuan memproses informasi, menalar dan mengembangkan pemahaman serta meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran karenanya belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dalam memperoleh suatu keterampilan maupun ilmu pengetahuan. Dalam belajar pun akan menghasilkan perubahan menuju yang lebih baik. Perubahan itu merupakan hasil proses belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan atau apresiasi.

Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja namun memerlukan lingkungan yang dapat memberikan dorongan pada otak untuk memahami suatu pengetahuan secara optimal.

Studi tentang belajar dan pembelajaran, sangat penting bahkan merupakan suatu keharusan bagi setiap tenaga pengajar baik di tingkat dasar, menengah pertama, menengah atas maupun di perguruan tinggi. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode dan Model Pembelajaran”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas di atas, adapun permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian pendekatan dalam pembelajaran ? 2. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran ?

3. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ? 4. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran ?

(5)

Adapun tujuan dari makalah ini adalah dapat memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, serta model pembelajaran.

D. Manfaat

Menambah pengetahuan kepada pengajar khususnya tentang pengertian, pendekatan, strategi, metode, serta model dalam pembelajaran, sehingga pengajar mampu membimbing peserta didik dengan cara-cara penyampaian yang bermacam-macam modelnya demi mencapai tujuan pembelajaran.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan (approach) dapat dimaknai sebagai cara pandang kita terhadap suatu proses pembelajaran yang mengacu pada pandangan tentang suatu yang bersifat umum. Pendekatan dalam pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Pendekatan yang berpusat pada pendidik menurunkan model pengajaran langsung (direct instruction) dan model deduktif atau ekspositori (deductive approach). Adapun pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menurunkan antara lain model pembelajaran diskoveri (discovery learning), model pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based learning) dan model pembelajaran koorperatif.

B. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Beberapa istilah yang sering ditemukan dalam konteks pembelajaran terkait dengan strategi pembelajaran adalah pendekatan (approach), metode (method) pembelajaran, dan teknik (technique) atau taktik (tactic) pembelajaran. Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan secara sempit dan luas. Dalam artian sempit istilah strategi sama dengan metode yaitu berarti sebagai cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan tergantung pada pendekatan yang dipilih oleh guru apakah pendekatan yang berpusat pada pendidik ataukah pendekatan yang berpusat pada peserta didik.

Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik akan tergantung pada pendekatan yang dipilih. Sedangkan suatu strategi dapat dilaksanakan melalui berbagai metode pembelajaran. Dalam hal penggunaan teknik tertentu, maka tiap-tiap pendidik memiliki taktik yang mungkin berbeda satu dengan yang lain.

(7)

Bahasa Indonesia (1998) dituliskan beberapa pengertian dari strategi. Pertama, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai. Kedua, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran yang khusus. Secara lebih luas, strategi dapat dikatakan sebagai segala macam usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam bidang pendidikan, strategi akrab dipergunakan sebagai strategi pembelajaran (teaching strategy). Dalam hal ini, strategi berarti keseluruhan pola kegiatan pembelajaran yang berurutan yang diterapkan dan diarahkan untuk mencapai tujuan dalam hasil belajar peserta didik (Costa, 1985). Sedangkan menurut Dick & Carey (1985) strategi pembelajaran adalah seperangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk merangsang terjadinya kegiatan belajar dan menimbulkan hasil belajar pada peserta didik.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana pembelajaran yang dirancang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan memilih pendekatan, metode, materi, media dan sarana pendukung pembalajaran yang relevan dan berperan dalam memfasilitasi peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Wena (1007) menyatakan ada tiga jenis strategi terkait dengan pembelajaran yakni:

a. Strategi Pengorganisasian (organizational strategy)

Strategi pengorganisasian pembelajaran mencakup cara yang ditempuh untuk membuat urutan materi atau isi pelajaran dan cara mensintesis isi pelajaran untuk menunjukan hubungan atau keterkaitan antara fakta-fakta, konsep-konsep, prosedur-prosedur dan prinsip-prinsip terkait isi suatu bidang studi. Strategi pengorganisasian dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi pengorganisasian mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasikan isi pembelajaran yang berkisar pada suatu konsep, prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi pengorganisasian makro mengacu pada cara untuk menata keseluruhan isi pelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur atau prinsip.

4 Strategi makro berkaitan dengan cara memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan.

(8)

Strategi penyampaian pembelajaran merupakan keseluruhan pencarian model, metode, teknik dan taktik yang dipakai untuk menyajikan meteri pelajaran sekaligus menerima dan merespons perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Pada dasarnya strategi penyampaian pembelajaran meliputi lingkungan belajar, pendidik, materi pelajaran, dan segala kegiatan yang terkait dengan proses pembelajaran. Strategi penyampaian pembelajaran berfungsi sebagai acuan dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik, dan sebagai informasi atau kumpulan bahan-bahan yang diperlukan peserta didik untuk dapat mencapai atau menguasai kompetensi tertentu.

Dageng (1986) sebagaimana dikutip oleh Wena (2007) menyatakan ada tiga unsur yang perlu diperhatikan terkait dengan strategi penyampaian pembelajaran yaitu: media pembelajaran, interaksi peserta didik dengan media dan bentuk belajar mengajar. Media pembelajaran adalah unsur strategi penyampaikan yang dimuat dengan pesan yang disajikan kepada peserta didik. Ada lima cara mengklasifikasikan media dalam keperluan mempdeskripsikan strategi pembelajaran yaitu: 1) tingkat kecermatan representasi, 2) tingkat interaksi yang ditimbulkan, 3) tingkat kemampuan khusus yang dimiliki, 4) tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan, dan 5) tingkat biaya yang diperlukan.

Berkaitan dengan interaksi peserta didik dan media dalam proses pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik harus sesuai dengan tujuan pembelajaran agar mampu merangsang minat belajar peserta didik. Interaksi yang positif antara media dan peserta didik dapat membantu mengembangkan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. Segala aktivitas pembelajaran pada dasarnya merupakan kiat atau upaya pendidik untuk memadukan kegiatan pembelajaran dengan media dalam rangka untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

5 c. Strategi Pengelolaan (managerical strategy)

(9)

lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pembelajaran yang dipilih untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Ada empat hal penting yang menjadi bagian dari strategi pengelolaan pembelajaran yaitu: 1) pengaturan waktu dan kondisi penggunaan strategi pembelajaran, 2) pencatatan kemampuan belajar peserta didik, 3) pengontrolan motivasi dan 4) pengontrolan aktivitas belajar.

Strategi merujuk pada pendekatan atau perencanaan secara umum, taktik merujuk pada metode yang digunakan untuk melaksanakan strategi dalam situasi tertentu, dan teknik merupakan rangkaian prosedur yang dipilih dalam rangka menerapkan taktik (Callahan, et al 1992).

Macam-Macam Strategi Pembelajaran

Raka Joni (1984) menyatakan bahwa strategi pembelajaran dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa segi yaitu: 1) pengaturan guru dan peserta didik, 2) pengolahan pesan, 3) struktur peristiwa belajar-mengajar, dan 4) tujuan belajar. Berdasarkan pengatursn guru dan peserta didik, pengelompokkan strategi pembelajaran didasarkan atas: a) pengaturan guru, b) hubungan guru dengna peserta didik, c) pengaturan peserta didik.

Berdasarkan segi pengaturan guru, strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi (1) strategi pembelajaran oleh seorang guru (individual teching) dan (2) strategi pembelajaran oleh kelompok guru (team teaching). Dari segi hubungan guru dengan peserta didik, dapat dikelompokkan menjadi strategi pembelajaran tatap muka dan strategi pembelajaran jarak jauh. Dalam hal strategi jenis pertama, maka pembelajaran dilaksanakan dengan guru dan peserta didik berada dalam satu ruang kelas dan komunikasi atau interaksi pembelajaran berlangsung secara tatap muka langsung (face-to-face iteraction).

6

(10)

interaksi berlangsung melalui penggunaan media atau perantara seperti televise, radio, computer, dan alat elektronik lainnya.

Selanjutnya dari segi pengaturan peserta didik, strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi strategi pembelajaran individual, strategi pembelajaran kelompok kecil, dan strategi pembelajaran klasikal. Strategi pembelajaran individual adalah strategi dimana peserta didik difasilitasi untuk belajar secara individual dengan memberi kesempat kepada tiap-tiap peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuannya sendiri dengan tujuan untuk mengembangkan potensi tiap-tiap individu secara optimal.

Strategi pembelajaran kelompok kecil ialah strategi pembelajaran dimana peserta didik diorganisasikan dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota sebanyak 3-5 orang. Dalam kelompoknya peserta didik diberikan tugas untuk berdiskusi atau menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang membutuhkan adanya proses diskusi untuk menyelesaikan masalah yang ada dihadapannya.

Strategi pembebelajaran klasikal yaitu pembelajaran dengan pengorganisasian peserta didik yang diasumsikan memiliki usia dan kemampuan yang relatif sama dalam satu kelas dalam jumlah yang berkisar antara 20-40 orang. Semua peserta didik dalam kelas tersebut diajar oleh seorang guru dengan menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang sama.

Strategi pembelajaran pola pengolahan pesan dikelompokkan atas dasar peranan guru dan peserta didik dalam mengolah pesan dan proses pengolahan pesan. Berdasarkan peranan guru dan peserta didik dalam mengolah pesan, strategi pembelajaran dibedakan menjadi: a) strategi ekspositorik, dan b) strategi heuristik. Strategi ekspositorik merupakan strategi pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dalam artian semua pesan pembelajaran (yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik) telah diolah dalam bentuk jadi oleh guru dan selanjutnya disampaikan kepada peserta didik.

7

(11)

mentrasfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada peserta didik. Peran guru dalam strategi pembelajaran ekspositorik ini adalah: sebagai penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia fasilitas, pembimbing peserta didik dalam memperoleh informasi, sementara peserta didik lebih berperan sebagai penerima pesan belajar, pemakai media atau sumber belajar, dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapkan kepadanya.

Strategi heuristik merupakan strategi pembelajaran yang mendorong peserta didik unutk terlibat aktif dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran. Strategi ini lebih berorientasi pada aktivitas belajar peserta didik (student centered) dan bertujuan untuk mngembangkan kemampuan intelektual seperti berpikiran kritis dan menyelesaikan masalah. Dalam implementasi strategi heuristik, peranan guru antara lain ialah untuk: a) menciptakan suasana kondusif agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan keberanian bereksplorasi untuk mencari solusi masalah, b) sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan investigasi, c) sebagai rekan diskusi masalah, dan d) sebagai pembimbing aktivitas belajar peserta didik. Sedangkan peserta didik diharapkan berperan sebagai pemrakarsa perumusan masalah dan perancang prosedur untuk mencari solusi masalah serta sebagai pengambil keputusan dalam penyelesaian masalah.

Berdasarkan pola pengolahan pesan, strategi pembelajaran dibedakan atas strategi deduktif dan strategi induktif. Dalam strategi deduktif, proses pengolahan pesan diawali dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Langkah-langkah umum strategi deduktif meliputi: a) penyampaian hal-hal yang bersifat umum (generalisasi) oleh guru, b) penjelasan konsep-konsep, dan c) pencarian data oleh peserta didik. Sebaliknya strategi induktif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus menuju ke hal-hal yang bersifat umum. Langkah-langkah umum pelaksanaannya meliputi: a) pengajuan data/fakta atau peristiwa khusus, b) penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, c) pengembangan generalisasi berdasarkan konsep-konsep,

(12)

d) terapan generalisasi pada data baru atau hipotesis, dan e) penarikan kesimoulan kebih lanjut.

Berdasarkan struktur peristiwa pelajar dan dan mengajar, strategi pembelajaran dibedakan menjadi strategi tertutup dan terbuka. Pada strategi pembelajaran tertutup, semua komponen pembelajaran seperti penentuan tujuan, materi, media, dan sumber-sumbe belajar serta langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan, semuanya dirancang secara ketat oleh guru tanpa melibatkan peserta didik. Sebaliknya, strategi pembelajaran terbuka merupakan strategi yang memberikan peluang kepada peserta didik untuk turut serta dalam merancang atau menentukan komponen-komponen pembelajaran termasuk dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran.

Penentuan strategi pembelajaran sangat tergantung pada tujuan pembelajaran dan sifat materi yang dipelajari oleh peserta didik. Materi tertentu dalam suatu pelajaran tidak hanya disajikan dengan satu metode saja, tetapi guru sebaiknya menerapkan lebih dari satu metode. Sehubungan dengan ini guru harus memiliki pemahaman dan keterampilan untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang relevan dengan jenis meteri pelajaran yang akan sipelajari oleh peserta didik. Proses pembelajaran yang disajikan dengan labih dari satu metode menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Kemampuan pendidik dalam memilih pendekatan dan metode yang sesuai untuk proses pembelajaran tidak terlepas dari penguasaan pendidik terhadap materi yang akan diajarkan dan pemahamannya terhadap sifat dari pendekatan dan metode yang akan digunakan.

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh pendidik dalam memilih startegi pembelajaran yang akan diterapkan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan ialah tujuan pembelajaran, aktivitas dan pengetahuan awal peserta didik, sifat materi pelajaran, alokasi waktu, sarana penunjang, jumlah peserta didik, pengalaman dan kewibawaan pendidik.

C. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk

(13)

mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Metode ini merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

Istilah metode dapat dimaknai sebagai segala upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk meralisasikan strategi yang telah ditetapkan. Jika strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, maka metode merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan strategi pembelajaraan. Dalam hal ini, suatu strategi pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai metode pembelajaran.

Dalam metode pembelajaran sebenarnya metode belajar yang dapat dipeajari guru adalah demikian banyak, akan tetapi pada bagian ini, akan diperkenalkan paling tidak dengan 10 (sepuluh) metode pembelajaran, yaitu:

A. Metode Ceramah 1. Pengertian dan Tujuan

Metode ceramah adalah metode yang paling populer dan banyak dilakukan guru, selain mudah penyajiannya juga tidak banyak memerlukan media. Metode ceramah atau kuliah mimbar adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung kepada kemampuan guru, karena gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah. Kepiawaian guru dalam menguasai bahan, forum/audience, dan keterampilan bahasa dan intonasinya sangat menentukan keberhasilan metode ini. Tujuan metode ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep, pengertian-pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak dan luas serta juga untuk penemuan-penemuan yang langka dan belum meluas. Secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk:

a. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah guru.

b. Menyajikan garis besar inti pelajaran dan permasalahan penting dalam isi pelajaran. c. Merangsang peserta didik untuk tumbuh mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu.

10 d. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang

penjelasan teori dan prakteknya.

e. Sebagai langkah awal metode lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik.

(14)

Alasan digunakannya metode ceramah harus benar-benar dapat dipertanggung jawabkan, misalnya karena:

a. Anak benar-benar memerlukan penjelasan, misal karena bahan baru atau guna menghindari kesalahpahaman.

b. Benar-benar tidak ada sumber bahan pelajaran bagi peserta didik. c. Menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya.

d. Menghemat biaya, waktu dan peralatan.

3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Ceramah a. Kekuatan Metode Ceramah:

1) Murah dalam arti efisien dalam pemanfaatan waktu dan menghemat biaya pendidikan seorang guru yang menghadapi banyak peserta didik.

2) Mudah dalam arti dapat disesuaikan dengan keterbatasan waktu, karakteristik peserta didik tertentu.

3) Meningkatkan daya dengar peserta didik dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain.

4) Memperoleh penguatan bagi guru dan peserta didik yaitu guru memperoleh penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari peserta didik atas perhatian yang ditunjukan peserta didik dan peserta didikpun merasa senang dan menghargai guru bila ceramah guru meninggalkan kesan dan berbobot.

5) Ceramah memberikan wawasan yang luas pada sumber lain karena guru 3) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru.

4) Merugikan peserta didik yang lemah dalam keterampilan mendengarkan. 5) Menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus.

11 6) Informasi yang disampaikan mudah using atau ketinggalan jaman.

7) Tidak mengembangkan kreatifitas peserta didik.

8) Terjadi proses satu arah yaitu dari guru kepada peserta didik. B. Metode Tanya Jawab

1. Pengertian dan Tujuan

(15)

melalui jawaban lisan guru atau peserta didik. Dalam metode tanya jawab, guru dan peserta didik sama-sama aktif.

Adapun tujuan dari metode tanya jawab ini, adalah:

a. Mengecek dan mengetahui sampai sejauhmana kemampuan peserta didik dalam pelajaran yang dikuasainya.

b. Memberi kesempatan kepada peserta didik mengembangkan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah yang belum dipahami.

c. Melatih peserta didik untuk berfikir dan berbicara secara sistematis dan sistemik serta berdasarkan pemikiran yang orisinil dan sebagainya.

2. Alasan Penggunaan

Alasan guru menggunakan metode tanya jawab ini adalah untuk:

a. Menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap permasalahan yang dibicarakan. b. Menimbulkan berfikir reflektif, sistematis, kreatif dan kritis pada peserta didik. c. Mewujudkan cara belajar peserta didik yang aktif.

d. Melatih dan mendorong peserta didik untuk belajar mengekspresikan kemampuan lisannya, serta memberi kesempatan menggunakan kemampuan sebelumnya.

3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Tanya Jawab a. Kekuatan Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab memiliki kekuatan sebagai berikut:

1) Dapat menarik dan memuaskan perhatian peserta didik terhdap pelajaran, mengetahui 12 kedudukan peserta didik dalam belajar di kelas dari aktivitas tanya jawab.

2) Membuka jalan bagi proses belajar yang lain, menumbuhkan keberanian

3) Dapat membuang waktu bila peserta didik tidak responsive terhadap pertanyaan. 4) Pada kelas yang besar pertanyaan tidak mudah disebarkan kepada peserta didik,

sehingga perserta didik tak memiliki kesempatan yang sama unutk menjawab. C. Metode Diskusi

1. Pengertian dan Tujuan

Metode diskusi diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan pengajaran yang melibataktifan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternative pemecahan suatu topic bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topic yang dibicarakan dalam diskusi.

(16)

a. Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan.

b. Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat, melatih dan membentuk kestabilan emosional.

c. Melatih peserta didik berani berpendapat tentang suatu masalah, mengembangkan kemampuan berfikir.

2. Alasan Penggunaan Metode Diskusi

Metode diskusi digunakan karena beberapa alasan berikut:

a. Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam pendebatan ilmiah. b. Melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan terbuka.

c. Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik berjiwa besar.

13 3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Dikusi

a. Kekuatan Metode Diskusi Kekuatan metode diskusi adalah:

1) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan partisipasi demokratis.

2) Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.

3) Dapat mendorong partisipasi peserta didik secara aktif, dan melatih kestabilan emosi. b. Keterbatasan Metode Diskusi

Keterbatasan dari metode diskusi adalah:

1) Sulit menentukan topic masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik, 2) Memerlukan waktu yang tidak terbatas, pembicaraan sering meluas dan mengambang. 3) Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif, kadang tidak membuat

penyelesaian yang tuntas, perbedaan dapat mengundang reaksi di luar kelas. D. Metode Kerja Kelompok

1. Pengertian dan Tujuan

Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Menurut Moedjiono metode kerja kelompok adalah format belajar mengajar ynag menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Kerena itu guru dutuntut untuk mampu menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara manipulatif mampu melibatkan anak bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok.

2. Alasan Penggunaan Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok digunakan guru karena alasan berikut:

a. Membuat peserta didik dapat bekerja sama dengan temannya, membuat peserta didik aktif.

(17)

3. Kekuatan dan Keterbatasan kerja Kelompok a. Kekuatan Metode Kerja Kelompok

Kekuatan dari metode kerja kelompok ini adalah:

1) Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya.

14 2) Menggalang kerjasama dan kekompakan kelompok.

3) Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran keterampilan berdiskusi dan proses kelompok.

b. Keterbatasan Metode Kerja Kelompok

Keterbatasan penggunaan metode kerja kelompok ini, adalah:

1) Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada peserta didik yang aktif dan mampu untuk berperan sedangkan peserta didik yang terbelakang tidak berbuat apa-apa.

2) Memerlikan fasilitas yang bergam baik untuk fasilitas fisik dan ruangan maupun sumber-sumber belajar yang harus disediakan.

E. Metode Pemberian Tugas 1. Pengertian dan Tujuan

Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok. Tujuan dari penggunaan metode penugasan adalah untuk merangsang anak unutk aktif belajar baik secara pengayaannya atau sebagai tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya.

3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Penugasan a. Kekuatan Metode Penugasan

Kekuatan dari penggunaan metode penugasan ini, adalah:

1) Membuat peserta didik aktif belajar, mengembangkan kreativitas peserta didik, membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik.

2) Membuat peserta didik bergairah belajar karena dapat dilakukan dengna bervariasi. 3) Mengembangkan kemandirian peserta didik, merangsang peserta didik lebih banyak

belajar, membina peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.

15 b. Keterbatasan Metode Penugasan

Keterbatasan metode penugasan, adalah:

(18)

2) Tugas yang monoton dapat membosankan peserta didik.

3) Tugas yang terlalu banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan peserta didik.

4) Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau peserta didik yang rajin dan pintar.

F. Metode Demonstrasi 1. Pengertian dan Tujuan

Metode demonstrasi digunakan guru untuk memperagakan atau menunjukkan suatu prosedur yang harus dilakukan oeserta didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja. Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari bai dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang harus dilakukan, misalnya proses mengatur sesuatu, proses mengerjakan dan menggunakannya, komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengna cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

Adapun tujuan pengguanaan metode demonstrasi ini, adalah:

a. Mengajarkan suatu proses dan prosedur yang harus dimiliki atau dikuasai peserta didik.

b. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik.

c. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para peserta didik secara bersama-sama.

2. Alasan Penggunaannya

Terdapat beberapa alasan mengapa seorang guru menggunakan metode demonstrasi ini, yaitu:

a. Tidak semua topik dapat terang melalui penjelasan atau diskusi, sifat pelajaran yang 16 menuntut diperagakan, memudahkan mengejarkan suatu cara kerja/prosedur.

b. Tipe belajar peserta didik yang berbeda ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik ataupun sebaliknya.

3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Demonstrasi a. Kekuatan Metode Demonstrasi

Kekuatan dari metode demonstrasi ini adalah sebagai berikut:

1) Membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit dan menghindari kesalahpahaman.

(19)

b. Keterbatasan Metode Demonstrasi Keterbatasan metode ini adalah:

1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus, memerlukan waktu yang banyak, memerlukan kematangan dalam perancangan dalam perencanaan atau persiapan. 2) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pengajaran, situasi yang harus dikondisikan

dan waktu untuk mendemonstrasikannya. suatu gejala dan dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori. Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkanaktifkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.

Adapun tujuan dari metode eksperimen ini adalah:

a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.

b. Melatih peserta didik merancang, mempersipkan, melaksanakan, dan melaporkan hasil percobaan.

c. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik

17 kesimpulan dari fakta atau data yang terkumpul dari data percobaan.

2. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen

a. Metode eksperimen diberikan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.

b. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah. 3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Eksperimen

a. Kekuatan Metode Eksperimen

Kekuatan penggunaan metode ini adalah:

1) Membuat peserta didik percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau kata buku.

2) Peserta didik aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.

3) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah. 4) Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistis dan

(20)

b. Keterbatasan Metode Eksperimen

Keterbatasan metode eksperimen ini adalah: 1) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit.

2) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan.

3) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian.

4) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama.

H. Metode Simulasi 1. Pengertian dan tujuan

Simulasi dijadikan sebagai salah satu metode pengajaran untuk menirukan keadaan sebenarnya ke dalam situasi buatan misalnya seorang guru mensimulasikan pergerakan bulan mengitari matahari. Metode simulasi diartikan sebagai cara pengajaran dengan

18 menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Yang termasuk ke dalam metode simulasi adalah permainan simulasi, bermain peran dan sosiodrama.

Adapun tujuan penggunaan metode simulasi ini, adalah:

a. Melatih keteramoilan tertentu yang bersifat praktis bagi kehidupan sehari-hari.

b. Membantu mengembangkan sikap percaya diri peserta didik, persuasi dan komunikasi dan meningkatkan pemahaman.

c. Melatih peserta didik memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dapat digunakan memecahkan masalah.

2. Alasan Penggunaan Metode Simulasi

a. Agar peserta didik dapat berperan dan berkomunikasi secara baik.

b. Menanamkan sikap-sikap normatif kepada peserta didik yang harus direflesikan dalam apresiasi jiwa.

c. Terdapat konsep-konsep yang harus diresapi dan dirasakan peserta didik secara langsung, misalnya suasana perjuangan atau mempertahankan kemerdekaan, saling menghormati sesame manusia dsb.

3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Simulasi a. Kekuatan Metode Simulasi

Kekuatan dari penggunaan metode simulasi ini adalah:

1) Menciptakan kegairahan peserta didik untuk belajar, memupuk daya cipta peserta didik, dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam berperan dan berackting.

2) Memupuk keberanian dan kemantapan penampilan peserta didik di depan orang banyak.

(21)

4) Mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan keguatan yang nyata. b. Keterbatasan Metode Simulasi

Keterbatasan penggunaan metode simulasi ini adalah:

1) Rasa malu, ragu dan tidak percaya diri akan mngakibatkan simulasi tidak berjalan/terhambat.

2) Simulasi sebagai alat pelajaran kadang terabaikan menjadi alat hiburan.

19 3) Memerlukan pengelompokan peserta didik yang fleksibel, serta ruang dan fasilitas yang tidak selalu tersedia dengan baik, serta simulsi memerlukan imajinasi guru dan peserta didik yang tinggi.

I. Metode Inkuiri

1. Pengertian dan Tujuan

Metode inkuiri bias disebut juga metode “penemuan” merupakan metode yang relatif baru yang diperkenalkan kepada guru-guru bersamaan dengan meluasnya CBSA. Metode penemuan adalahcara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode penemuan memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Adapun tujuan metode penemuan adalah:

a. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.

b. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.

c. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.

d. Memberi pengalaman belajar seumur hidup. 2. Alasan dan Penggunaan Metode Penemuan

Alasan pengguanaan metode penemuan adalah:

1) Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.

2) Belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah tetapi juga lingkungan sekitar. 3) Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya. 4) Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.

3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Penemuan a. Kekuatan Metode Penemuan

Kekuatan pengguanaan metode inkuiri adalah:

1) Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri.

2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.

3) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

(22)

4) Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para peserta didik.

b. Keterbatasan Metode Penemuan

Keterbatasan pengunaan metode ini, adalah:

1) Tidak sesuai dengan kelas yang besar jumlah peserta didiknya, memerlukan fasilitas yang memadai.

2) Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang peserta didik malah kebingungan memanfaatkannya.

3) Sangat sulit mengubah cara belajar peserta didik dari kebiasaan menerima informasi dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri.

4) Menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional, sedangkan metode baru ini dirasakan guru belum melaksanakan tugasnya mengajar karena guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing.

J. Metode Pengajaran Unit 1. Pengertian dan Tujuan

Pengajaran unit lebih dikenal dengan istilah “unit teching” merupakan pengajaran yang mengarahkan kegiatan peserta didik pada pemecahan suatu masalah yang dirumuskan dahulu secara bersama-sama. Metode pengajaran unit didefinisikan sebagai cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Dalam perkembangan terakhir ini, pengajaran unit sering diungkapkan sebagai pembelajaran berkorelasi atau pembelajaran terpadu.

Adapun tujuan dari pengguanaan metode pengajaran unit ini adalah:

a. Melatih peserta didik berfikir komprehensif dengan cara mengkaji dan memecahkan permasalahan dari berbagai didiplin ilmu atau berbagai aspek.

b. Terbentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu dan menghargai pendapat orang lain.

c. Melatih peserta didik agar memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasi dan memimpin suatu kegiatan, serta mengembangkan keterampilan berkomunikasi dsb. 2. Alasan Penggunaan Metode Pengajaran Unit

Pengajaran unit digunakan guru karena berbagai alasan berikut:

a. Memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari berbagai disiplin ilmu.

21 b. Mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

c. Terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya dalam suatu pemecahan masalah sehungga harus diciptakan metode yang dapat minciptakan kesatuannya. 3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Pengajaran Unit

a. Kekuatan Metode Pengajaran Unit

(23)

1) Memperluas wawasan peserta didik dalam ilmu pengetahuan denga keanekaragaman sumber informasi.

2) Menciptakan iklim demokratis dalam belajar dimana peserta didik dapat ikut menentukan rencana bersama guru tentang topic yang akan dibahas.

3) Pengajaran unit disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat dan bakat peserta didik sehingga pengajaran akan bermakna.

b. Keterbatasan Metode Pengajaran Unit

Adapun berbagai keterbatasan penggunaan metode ini, adalah:

1) Sulit menentukan topic yang sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan anak.

2) Kemungkinan pemecahan masalah yang kabur dan dangkal karena ditinjau dari berbagai disiplin ilmu dan tidak semua disiplin ilmu dapat dikuasai peserta didik dengan baik.

3) Memerlukan kecakapan khusus dalam melaksanakan pengajaran unit

4) Memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup besar.

D. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN

Seperti dikemukakan oleh Joyce dan Weil (1986) bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual dan menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasian pengalaman belajar. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah:

1. Memiliki latar belakang rasional teoritis logis yang disusun oleh para pengembangnya,

2. Memiliki landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

(24)

3. Adanya aktivitas pendidik yang terstruktur dan diperlukan untuk melaksanakan model dengan berhasil, dan

4. Pengaturan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan adalah tentang mengajar di kelas, mobil, atau praktek menguasai keterampilan tertentu. Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, dan berdasarkan sintaks atau pola urutan langkah-langkah pelaksanaannya serta sifat-sifat lingkungan belajarnya.

Beberapa Model Mengajar

Secara khusus Joyce & Weil (1972) telah mengklasifikasikan empat model mengajar yaitu:

a. Kelompok Model-Model Pengolahan Informasi

Model mengajar dalam kelompok ini bertolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh manusia dengan memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalm diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan keluarnya serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Tugas guru dalam model ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan siswa dalam memproses informasi. Guru juga bertugas untuk menciptakan lingkungan/kondisi agar siswa mampu memiliki kemampuan berikut:

 Dapat menangkap stimulus dari lingkungannya,

 Dapat merumuskan masalah,

 Dapat mengembangkan pemecahan masalah baik menggunakan lambing verbal maupun non-verbal.

Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah model:

(25)

Model ini dikembangkan dari karya Jerome Brunner, Jacqueline Goodnow dan George Austin yang berjudul A Study of Thinking.model ini dilandasi asumsi bahwa lingkungan itu banyak ragam dan isinya kita sebagai manusia mampu membeda-bedakan objek-objek dengan aspek-aspeknya. Dengan kata lain, kita menentukan kategori dan membentuk konsep-konsep.

23

Kategori ini memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek-objek dengan perbedaan-perbedaan yang nyata berdasarkan karakteristik umum, serta mengurangi kerumitan lingkungan. Dalam pencapaian konsep, konsepnya sudah ada, sebaiknya pembentukan kategori-kategori baru.

2) Berpikir Induktif (Inductive Thingking)

Menurut Hilda Taba keterampilan berpikir harus diajarkan melalui strategi pengajaran yan kgusus didesain untuk menjadikan siswa terampil berpikir. Lebih jauh lagi strategi-strategi pengajaran itu harus digunakan berurutan (sequential) karena keterampilan berpikir yang satu dibangun diatas yang lain.

Tiga Strategi Pengajaran

Taba mengidentifikasikan adanya tiga tugas berpikir induktif kemudian membangun strategi pengajaran yang sesuai berurutan.

a) Pembentukan Konsep

Strategi ini dimaksudkan untuk mendorong siswa memperoleh sistem konseptual dalam memproses informasi. Pada fase pertama ini mereka diminta untuk mengelompokkan data, suatu keguatan yang menuntut mereka untuk mengubah atau memperluas kemampuannya untuk mengolah informasi. Dengan kata lain, mereka harus menbentuk konsep-konsep yang dapat digunakannya untuk melakukan pendekatan terhadap informasi baru yang dihadapinya.

(26)

Strategi kedua ini dibangun berdasarkan operasi mental yang disebutnya sebagai interpretasi dan generalisasinya. Strategi interpretasi data dibimbing oleh pertanyaan-pertanyaan guru yang terarah.

c) Generalisasi

Pada tahap ketiga membuat generalisasi atau konklusi.

3) Pemandu Awal (Advance organizers)

Model mengajar ini dikemukakan oleh David Ausubel dengan mencakup: pengorganisasian ilmu pengetahuan, kegiatan mental dalam memproses informasi baru dan bagaimana guru dapat mengaplikasikan gagasan tentang kurikulum dan belajar pada saat menjanjikan bahan pelajaran baru kepada siswa. Model ini membagi kegiatan atas tiga fase: Fase pertama terbagi lagi atas tiga kegiatan yaitu menjelaskan tujuan pelajaran, menjanjikan pemandu awal dan menimbulkan kesadaran siswa terhadap bahan yang relevan.

24

Tujuan pelajaran dimaksudkan untuk menarik minat siswa dan agar mereka berorientasi dengan tujuan yang akan dicapai.

Pada fase kedua, dengan ceramah, diskusi, film, percobaan atau bacaan, guru menyajikan materi pelajaran. Yaitu untuk mempertahankan perhatian siswa yang timbul pada fase pertama. Tujuan dari fase ketiga ialah menanamkan materi belajar yang baru pada struktur kognitif siswa.

4) Latihan Penelitian (Inquiry Training)

(27)

pertanyaan dan mencari jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa.

5) Model Memorisasi

Para ahli psikologis telah meneliti proses memorisasi. Salah satu hasilnya deperoleh data base untuk membangun model belajar yang dapat membantu memorisasi. Kemampuan mengingat merupakan landasan efektivitas intelektual. Kemampuan untuk menyerap informasi, mengintegrasikannya secara bermakna dan merupakan produk dari belajar memori yang berhasil. Yang terpenting ialah bahwa individu dapat memperbaiki kemampuannya untuk mengingat (memorine) materi sehingga dapat di-recall kemudian pada saat diperlukan. Itulah tujuan dari model ini.

Model pengajarannya mencapai empat fase. Fase pertama, mengenal materi dengna menggarisbawahi bagian yang penting, membuat daftar bagian yang penting. Fase kedua, membuat hubungan materi baru dengan kata-kata gambar dan gagasan. Fase ketiga, membuat hubungan-hubungan dengan cara-cara yang lucu kadang berlebihan. Fase keempat, latihan merecall materi.

6) Penelitian Ilmiah (Scientific Inquiry)

Esensi pendekatan ilmiah ialah untuk mengajar siswa dalan memproses informasi dengan menggunakan teknis yang sama dengan yang digunakan oleh ahli biologi, yaitu mengidentifikasi masalah dan menggunakan metode untuk memecahkannya.

25

Pendekatan ini menekankan konten dan proses dengan menggunakan beberapa teknis dalam mengajarkan sains sebagai inquiry.

(28)

mengidentifikasi kesulitan dalam inquiry. Fase keempat, siswa diminta untuk mengkaji cara atau langkah-langkah lain yang diperlukan. Model pengajaran ini menuntut terbentuknya suasana kelas yang kooperatif tapi disiplin ketat.

7) Pengembangna intelek (Developing Intellect)

Model ini berlandaskan pengkajian tahap perkembangan siswa yang dikemukakan Piaget mengenai metode klinis. Model belajar terdiri dari tiga fase: Fase pertama, pada siswa disajikan suatu situasi yang mengandung teka-teki yang sesuai dengan perkembangannya dan ada unsur-unsur yang sudah dikenalnya untuk memudahkan merespons. Fase kedua, repons siswa ditelaah untuk menentukan tahap perkembangan akalnya. “bagaimana pendapatmu?” “apa yang kamu lihat?”. Fase ketiga, adalah fase transfer, dengan tujuan untuk mengetahui apakah siswa memberikan respon yang sama kepada tugas yang sama.

b. Kelompok Model-Model Interaksi Sosial atau “Social Models”

Kelompok model ini menganggap bahwa mengajar pada hakekatnya sebagai hubungan sosial dan manusia yang pandai melakukan hubungan sosial itulah yang dapat membentuk “better society”. Model ini menekankan pentingnya individu untuk melakukan hubungan dengan orang lain. Kelompok model ini meliputi sejumlah model, seperti berikut:

1) Bermain Peran (Role Playing)

Dalam model bermain peran, siswa mengkaji masalah-masalah hubungan manusia dengan memerankan situasi-situasi masalah, kemudian mendiskusikannya. Siswa dapat mengkaji dan menjelajah perasaan, sikap, nilai dan strategi penyelesaian masalah.model ini mencoba menbantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan memecahkan dilema-dilema dengan bentuan kelompok sosial. Pada dimensi sosial medel ini memungkinkan individu untuk bekerja sama dalam menganalisis dituasi sosial.

26

(29)

Model ini bertujuan untuk membantu siswa belajar berfikir secara sistematis tentang isu-isu mutakhir. Secara esensial model ini merupakan pendidikan kewarganegaraan tingkat tinggi. Model ini didasarkan atas waktu atas suatu konsepsi tentang masyarakat bahwa terdapat perbedaan pandangan dan priorotsas serta kadang-kadang terda[at konflik nilai antara seorang degang yang lain. Inti model ini ialah menjajagi siswa melalui dialog yang sifatnya konfrontasional. Disamping itu ada kegiatan lain yang penting, seperti: membantu siswa merumuskan pendirian yang dipertahankannya dan membantunya pula memperbaiki posisi setelah berlangsungnya argumentasi.

3) Investigasi Kelompok

Kelas menyerupai masyarakat yang lebih besar; didalamnya ada aturan-aturan dan budaya kelas, siswanya memperhatikan kehidupan yang berkembang disana yaitu mengenai ketentuan-ketentuan dan harapan-harapan yang ditanamkan di kelasnya. Guru diharapkan untuk dapat menerapkan keteraturan di kelas. Model mengajar ini menerapkan pola kehidupan masyarakat. Masyarakat mempelajari segi akademis pengetahuan dan menerapkannya untuk mengamati permasalahan sosial.

4) Latihan Laboratorium

Pada model ini peserta dihadapkan pada situasi belajar yang tidak terstruktur. Dengan bantuan seorang fasilitator anggota kelompok berusaha untuk menciptakan tugas-tugas dan agenda yang bermakna bagi dirinya. Latihan laboratorium disebut juga dengan kelompok L, didalamnya mencakup pengalaman-pengalaman didaktik dan latihan-latihan yang terfokus. Kelompok ini terdiri atas sepuluh sampai dua belas orang yang mengguanakan waktu bersama antara delapan sampai empat puluh jam dalam situasi kelompok tatap muka.

5) Model Inquiry Studi Sosial

(30)

dijelaskan dan disusun definisinya sehingga semua anggota kelompok dapat berkomunikasi tentang situasi masalah.

27

Fase keempat penjajagan hipotesis yaitu mengenai asumsinya, implikasinya dan validitasnya. Fase kelima, pengumpulan fakta dan evidensi untuk mendukung hipotesis. Fase keenam, pernyataan solusi terhadap masalah. Pada model ini kelas tidak terstruktur secara ketat.

c. Kelompok Model-Model Personal atau “Personal Model”

Model mengajar di dalam kelompok ini sangat mementingkan efek, pengiring (nurturant effect) sistem lingkungan belajar. Model ini menekankan pada pentingnya peningkatan kemampuan secara individual. Nilai seorang pendidik adalah mampu membentuk kekhasan khusus setiap individu. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah:

1) Pengajaran Tanpa Arahan (Non Directive Teaching)

Model ini berasumsi bahwa siswa mau bertanggungjawab tentang belajarnya, keberhasilannya bergantung kepada kamauan siswa dan guru untuk berbagi gagasan secara terbuka serta saling berkomunikasi secara jujur. Fokus model ini adalah memfasilitasi belajar. Tujuannya adalah membantu siswa untuk meningkatkan integrasi pribadi, meningkatkan efektivitas dan menilai dirinya secara realitas. Sejalan dengan itu model ini berasumsi harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam proses stimulasi mengkaji dan menilai persepsi yang baru. Siswa tidak hanya berubah, tetapi tujuan guru membantu mereka memahami kebutuhan dan nilai-nilainya sehingga mereka dapat mengarahkan secara efektif dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan mereka sendiri. Guru berperan untuk menerima semua pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan.

2) Model Sinektiks (Synectics)

(31)

sehari-hari. Gordon menekankan kreativitas sebagai bagian dari kegiatan harian kehidupan senggang. Kedua, proses kreatif bukanlah hal misterius, tetapi dapat dijelaskan dan mungkin dan mungkin saja melatih orang-orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Ketiga, temuan kreatif ditandai oleh proses intelektual. Keempat, penemuan individu dan kelompok adalah melalui kreatif. Pada model inimemiliki dua strategi. Strategi pertama, menciptakan sesuatu yang baru, yaitu dibuat untuk melihat sesuatu yang sudah dikenal;

28

menjadi asing, membantu siswa untuk melihat hal-hal lama yang sudah dikenal yaitu masalah, gagasan dan produk, dengan pandangan baru yang kreatif. Strategi kedua, menjadikan sesuatu yang asing menjadi dikenal, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang baru atau yang sulit.

3) Pelatihan Kesadaran (Awareness training)

Kesadaran menjadi salah satu oenghambat utama untuk pemenuhan dan kebahagiaan dalam beberapa hubungan interpersonal (dan dalam berbagai bidang lain) adalah ketidakmampuan seseorang menjadi sadar terhadap kebutuhan dan perasaannya sendiri. Schutz dan yang lainnya berpendapat bahwa sangat perlu bagi orang-orang untuk membebaskan perasaannya dari alat-alat psikologik. Kita perlu menjadi lebih berhubungan dengan perasaan kita, pengalaman sensasi kita, lebih lanjut kita harus sadar terhadap sesuatu yang kita rasakan.

Model pelatihan kesadaran beraneka ragam, ada yang dari seorang pemimpin ke orang lain, ada pula yang dari kelompok ke kelompok lain. Pelatihan kesadaran terutama didesain untuk membantu siswa lebih dapat merealisasikan dirinya dengna sepenuhnya. Tujuan utama pelatihan kepedulian untuk membuka berbagai kemungkinan pengembangan untuk meningkatkan kesadaran terhadap dunia dan ekmungkinan hubungan interpersonal dengan orang lain.

4) Model Pertemuan Kelas (Classroom Meeting)

(32)

mengembangkan kepedulian kelompok sosial, disiplin diri dan komitmen perilaku. Pertemuan dilakukan oleh guru dan siswa dalam suasana yang menyenangkan dan tidak terbatas, tidak terikat dengan berbagai diskusi masalah-masalah perilaku, masalh pribadi dan akademik atau berbagai isu kurikulum.

d. Kelompok Model-Model Sistem Perilaku atau “Behavioural System”

Bertolak dari psikologi behavioristic, model-model mengajar kelompok ini mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Model ini memusatkan pada perilaku yang terobsesi atau “overt behavior”, dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka mengkomunikasikan keberhasilan. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah model:

29

1) Control diri melalui beberapa metode operan: mengatur lingkungan kita sendiri

Lingkungan rumah sangat mempengaruhi kehidupan pelajar untuk belajar dirumah. Pada prinsip-prinsip mengkondisikan operan dikerapkan, diadakan control stimulus dan penguatan yang positif. Hasil dari pekerjaan tersebut adalah bahwa seseorang dapat menemukan caranya sendiri untuk menghargai dirinya sendiri. Model ini mencakup beberapa fase. Fase pertama instruktur memperkenalkan program kontrol diri, tujuannya agar siswa memahami bahwa control diri merupakan fungsi lingkungan dan karekternya yang permanen dan sulit dirubah, fase kedua, membentuk suatu baseline, instruktur bersama siswa mencari dan mengumpulkan data yang ditargetkan. Fase ketiga, memutuskan lingkungan rangsangan dan penguatannya, menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Fase keempat, siswa memulai program kontrol diri, dan dilakukan pertemuan dengan indtruktur secara periodic untuk menilai kemajuan yang dicapai. Peran instruktur dalam model ini ialah menyemangati siswa, terutama menghadapi kelemahannya, menyakinkan pula bahwa tujuan siswa itu realistis.

(33)

Pelatih sikap asertif menekankan pentingnya keterampilan untuk berbicara dari hati ke hati dan latihan untuk mampu bercakap-cakap yang akan memudahkan kontak sosial. Model latihan asertif ini merupakan alat yang kuat untuk memfasilitasi perubahan perilaku dan memperbaiki citra siri. Model latihan asertif menginterasikan sejumlah keterampilan asertif dasar dan penggunaannya dalam situasi yang lebih kompleks model ini mencakup lima fase. Fase pertama, mengidentifikasi yang ditargetkan. Siswa dan guru mendiskusikan situasi yang menimbulkan kesulitan mengungkap perasaan. Fase kedua, penyususan urutan/prioritas yang paling sering dihadapi dalam situasi tertentu, menjadi suatu daftar yang akan menjadi landasan bagi guru dan siswa untuk menentukan situasi dan perasaan yang akan dijadikan peusat perhatian/latihan. Fase ketiga, setelah dipilih situasinya siswa akan terlibat dalam latihan berperilaku/bermain peran. Fase keempat, dilakukan lagi bermain peran. Siswa mempraktekkan perilaku yang baru sebagai hasil latihan, mengamati berbagai tipe asertif. Fase kelima, siswa mentransfernya kepada situasi kehidupan yang nyata. Model latihan asrtif terjadi dalam diskusi dan sesion-sesion bermain peran yang dilakukan secara periodic dalam kurun waktu tertentu.

30

3) Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas ini adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dukuasai dengan tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengna menggunakan pendekatan kelompok. Ciri-ciri belajar tuntas:

 Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

(34)

 Evaluasi dilakukan secara kontinyu, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan.

Adapun metode pengajarannya ialah sebagai berikut, langkah-langkah yang ditempuh meliputi:

 Menentukan tujuan intruksional

 Memberikan pengajaran secara klasikal

 Menjabarkan materi pelajaran

 Kepada siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang dituntut, diberikan pertolongan khusus

 Setelah semua siswa, paling sedikit hamper semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pelajaran yang bersangkutan, barulah gurumengajarkan pada unit yang selanjutnya

 Unit pelajaran berikunya diajarkan secara kelompok diakhiri dengan memberikan test formatif yang memerlukan, diberikan bantuan khusus

 Prosedur yang sama diikuti pula dengan/dalam mengajarkan unit-unit pelajaran yang lain sampai seluruh rangkaian selesai

(35)

31 BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang kita terhadap proses pembelajran yang sifatnya masih sangat umum yang di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dam melatari metode pembelajaran tertentu. Pendekatan pembelajaran dibaji menjadi dua jenis, yaitu:

a. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa b. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru

Dan dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkanlah, selanjutnya diturunkan dalam strategi pembelajaran. Strategi pembelejaran sifatnya masih konseptual. Pengertian staragei pembelajaran dapat diartikan dalam artian sempit dan luas.

Metode pembelajaran adalah suatu cara dalam pencapaina tujuan, yaitu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis. Dan metode yang dapat digunakan seperti; ceramah, demonstrasi, simulasi dan lain-lain.

Model pembelajaran adalah suatu bentuk pembelajaran yang tergambar awal sampai dengan akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran juga merupakan bungkus atau bingkai penerapan dari suatu pendekatan, metode dan strategi pembelajaran. Adapun kelompok moidel pembelajran dibagi menjadi empat kelompok, diantaranya: model interaksi sosial, model pengolahan informasi, mosel personal-humnistik dan model modifikasi tingkah laku.

(36)

32

DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. Strategi Belajar Mengajar.

Jufri, Wahab. 2013. Belajar Dan Pembelajaran Sains. Penerbit: Pustaka Reka Cipta. Bandung

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Penerbit: Refika Aditama. Bandung

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Dari persamaan regresi tersebut terlihat bahwa pengaruh intelegensidengan hasil belajar matematika siswa SDN 68 Pekanbaru adalah searah (positif), hal tersebut ditunjukkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan tingkat depresi pada lansia yang menderita hipertensi di PSTW Abiyoso Pakem

Artinya pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan- kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi

Tujuan dari pengkajian adalah (1) diperolehnya informasi tingkat adopsi dan difusi teknologi SUP padi dan (2) diperolehnya informasi dampak kegiatan SUP padi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai kuat tekan poliester murni diperoleh sebesar 12,16 N/mm 2 dan nilai kuat tekan komposit poliester bernilai

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi berprestasi dan partisipasi dalam MGMP secara bersama-sama

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai pertimbangan dalam evaluasi tingkat pengungkapan laporan keuangan yang dilaporkan apakah telah sesuai dengan

Terkait industri material terhadap kebutuhan material untuk mendukung industri hankam, dari sisi pasar makakemandirian bangsa dalam memproduksi alat utama sistem