PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN PEMODELAN MATEMATIKA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DI SMAN 18
PALEMBANG
Nadiah1)
Darmawijoyo2) , Nyimas Aisyah3)
1) Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Unsri 2) Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unsri
nadiahbsa@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial. Metode penelitian pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ADDIE ( Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan walkthrough, observasi, wawancara dan angket. Hasil penelitian ini diperoleh empat LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial. Bedasarkan pengembangan LKS yang telah dikembangkan diketahui ciri khas dari LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang dikembangkan oleh peneliti adalah : (1). LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang peneliti kembangkan membantu siswa dalam menentukan variabel dan model matematika masalah kehidupan sehari-hari pada materi sistem persamaan linear. (2) LKS yang peneliti kembangkan membantu siswa dalam mngerjakan soal cerita sistem persamaan linear secara sistematis.
Kata kunci : LKS, Pendekatan Pemodelan Matematika
PENDAHULUAN
Salah satu materi pada kelas X SMA adalah sistem persamaan linear. Materi sistem persamaan linear mengajak siswa untuk dapat menuliskan variabel, membuat simbol aljabar sebagai bentuk representasi dan menganalisis situasi matematika, dapat membangun pengetahuan matematika melalui masalah dunia nyata dan pemecahan masalah, serta dapat menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide (NCTM, 2000). Di dalam buku cetak siswa kelas X, materi ini adalah materi yang penting, karena merupakan materi prasyarat untuk melanjutkan ke materi matriks dan program linear (Kemendikbud,2013). Kurikulum 2013 dalam kompetensi inti (KI), di dalam KI keempat terdapat dua kompetensi dasar yang memuat materi sistem persamaan linear yang diintegrasikan dalam dunia nyata.
Menurut Ang (2001) Mathematical modelling is a process of representing real world problems in mathematical terms in an attempt to find solutions to the problems, maksudnya pemodelan matematika adalah proses mengubah atau mewakili masalah dalam dunia nyata ke dalam bentuk
matematika dalam upaya untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Pemodelan adalah penyambung matematika dan dunia nyata (CAMPOS, 2007). Menurut Abraham (2000), sekolah yang mengajarkan matematika secara tradisional telah mengabaikan banyak keterampilan yang menantang dan menarik yang terdapat dalam matematika, pembelajaran melalui pemodelan mengajarkan siswa tentang pemecahan masalah matematika yang sebenarnya, pemodelan menyajikan masalah dalam tindakan, bukan hanya sebagai suatu rumus yang dituliskan di papan tulis.
Hasil penelitian M.Bracke dan A.Geiger (2011:532), pemodelan dunia nyata dapat diintegrasikan ke seluruh materi dalam pembelajaran matematika, termasuk materi sistem persamaan linear. Menurut Blum dan Niss (1991), pemodelan matematika berguna untuk: membantu siswa untuk lebih baik memahami dunia, mendukung pembelajaran matematika (motivasi, konsep,
formasi,kemampuan untuk
mengerti,menahan), berkontribusi dalam
pengembangan bermacam-macam
tepat, serta berkontribusi untuk menjelaskan gambar matematika. Pemodelan matematika menyadarkan siswa mengapa matematika berada di urutan pertama melalui konteks kehidupan. Pemodelan menyiapkan siswa untuk menjadi penduduk yang bertanggung jawab dan berpartisipasi di dalam perkembangan sosial mengandalkan kompetensi pemodelan. Melalui pemodelan, matematika menjadi lebih berarti bagi siswa (Blum: 2003). Hasil penelitian Lee (2006) yang melibatkan siswa SMA, menunjukkan bahwa aktivitas pemodelan berhasil membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Salah satu bahan ajar yang dapat mengajarkan siswa menggunakan pemodelan matematika adalah melalui LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS merupakan salah satu sarana yang dalam proses pembelajaran dapat membantu dan mempermudah kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaan yang terjadi mampu menggiring siswa untuk menemukan konsep yang bisa digunakannya dalam menyelesaikan masalah secara sistematis (Depdiknas dikutip Komariah,2014:16). Hasil penelitian Amalia (2011), menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan LKS yang valid lebih efektif dibanding dengan pembelajaran tanpa LKS. Namun kenyataannya LKS yang digunakan siswa, terkadang tidak sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai siswa, dan bahasa yang digunakan kurang efektif dan efisien (Puspitasari, Suhartono, dan Untari ,2012).
Penelitian pengembangan LKS sebelumnya pernah dilakukan oleh Komariah (2014) yang mengembangkan LKS berbasis pemecahan masalah pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear di SMA yang valid dan praktis serta 70,7% siswa memiliki potensi kemampuan pemecahan masalah setelah menggunakan LKS, dan Hadrotul (2013) mengembangkan LKS pemecahan masalah pada materi luas dan keliling lingkaran menghasilkan LKS yang valid dan praktis dan memiliki efek potensial.
Materi sistem persamaan linear meruapakan materi yang penting, namun siswa masih memiliki kesulitan dalam mengerjakan soal sistem persamaan linear. Hasil penelitian Wayan (2002) mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan sistem persamaan linier. Menurut Abdurrahman (2013) siswa kurang mampu dalam menyelesaikan masalah mengerjakan soal cerita dari materi sistem persamaan linear merupakan hal yang tidak mudah karena
siswa tidak terbiasa memecahkan masalah yang sistematis.
Menurut Arya dan Marisyah (2012), salah satu penyebab lemahya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear adalah ketidakmampuan siswa menerjemahkan kalimat soal ke dalam kalimat (model) matematika. Kemampuan siswa menerjemahkan soal ke dalam model matematika adalah penting, karena melalui penerjemahan ke dalam matematika siswa baru mampu menyelesaikan masalah.
Pada penilaian internasional PISA (Programme For International Student Assesment) 2012 yang menghendaki masalah kehidupan sehari-hari nilai siswa Indonesia pada materi sistem persamaan linear pada konten change and relationship hanya memperoleh skor rata-rata 324, dan hanya berhasil menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta (OECD,2013).
Oleh karena latar belakang tersebut peneliti ingin mengembangkan LKS berbasis pemodelan matematika pada materi sistem persamaan linear di SMAN 18 Palembang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimanakah LKS berbasis pemodelan matematika yang valid dan praktis , serta bagaimanakah LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang memiliki efek potensial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika pada materi sistem persamaan linear di SMA Negeri 18 Palembang yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial. Manfaat dari penelitian ini bagi guru adalah sebagai bahan masukan untuk dapat mengembangkan dan menggunakan LKS yang valid yang praktis untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam membuat pemodelan dan pemecahan masalah, sedangkan bagi siswa manfaat penellitian ini adalah sebagai sumber belajar dan latihan dalam mengerjakan soal pemodelan matematika.
Pendekatan Pemodelan Matematika
Gambar 1: Proses Permodelan Matematika (Ang, 2001)
Lembar Kerja Siswa
LKS merupakan salah satu sarana yang dalam proses pembelajaran dapat membantu dan mempermudah kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaan yang terjadi mampu menggiring siswa untuk menemukan konsep yang bisa digunakannya dalam menyelesaikan masalah secara sistematis (Depdiknas dikutip Komariah,2014:16).Hasil penelitian Amalia (2011), menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan LKS yang valid lebih efektif dibanding dengan pembelajaran tanpa LKS. Namun kenyataannya LKS yang digunakan siswa, terkadang tidak sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai siswa, dan bahasa yang digunakan kurang efektif dan efisien (Puspitasari, Suhartono, dan Untari ).
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model ADDIE ( Analys, Design, Development, Implemantiton, and Evaluation ). Pengembangan ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 18 Palembang semester genap tahun ajaran 2014 /2015. Subjek penelitian ini adalah LKS berbasis pemodelan matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas X SMA dengan responden siswa kelas X SMA Negeri 18 Palembang. Berikut adalah bagan prosedur penelitian model ADDIE dalam penelitian ini.
Gambar 2. Alur desain ADDIE Model modifikasi Suwansumrit, dkk (2011)
Tahap evaluasi formatif menggunakan tahap-tahap evaluasi formatif menurut Tessmer (1993).
Gambar 3. Alur Desain Formatif Evaluation
(Tessmer, 1993)
Berikut adalah penjelasan masing-masing tahap formatif evaluation yang akan digunakan pada penelitian ini.
a. Expert Review
Pada tahap ini, LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti diberikan pada 3 orang pakar, yang terdiri dari 2 orang dosen dan satu orang guru senior mata pelajaran matematika yang akan menjadi validator untuk memvaldasi LKS.
b. One-to-One
Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba kepada dua orang siswa kelas X SMA. Tahap ini dilakukan untuk melihat sejauh mana LKS yang dikembangkan dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. c. Small Group
Pada tahap ini peneliti menguji cobakan prototype kedua yaitu hasil revisi dari komentar dan saran pada tahap expert review dan one to one di tahap small group. Pada tahap ini peneliti memberikan LKS kepada sekelompok siswa SMA yang bukan subjek penelitian untuk melihat kepraktisan LKS yang telah dikembangkan.
Rev ewee Small
Group
Field test Expert Review
One-to-one
Revise
Revi
d. Field Test
Pada tahap ini peneliti menguji cobakan prototype ketiga ke lingkup yang lebih luas yaitu siswa kelas X SMA Negeri 18 Palembang. Pada tahap ini peneliti ingin melihat efek potensial dari pengembangan LKS berbasis pemodelan yang telah dilakukan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah walkthrough, observasi, wawancara dan angket. Data yang diperoleh dari walkthrough, observasi dan wawancara dianalisis secara deskriptif, sedangkan data hasil angket dianalisis dengan menggunakan skala likert.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini dilakukan dalam lima tahapan, yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Pada tahap analisis, peneliti menganalisis karakteristik siswa SMA kelas X, diketahui bahwa siswa kelas X masih memiliki kesulitan dalam membuat pemodelan matematika pada soal cerita sistem persamaan linear. Kemudian peneliti mendesain suatu wadah berupa LKS agar siswa dapat membuat pemodelan matematika untuk menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linear, maka peneliti mendesain permasalahan kontekstual yang dapat diselesaikan dengan sistem persamaan linear dua variabel yang sesuai untuk siswa kelas X, dan mendesain langkah-langkah pengerjaan yang sesuai dengan pemodelan matematika.. Selanjutnya peneliti mengembangkan permasalahan-permasalahan yang telah di desain yang disesuaikan dengan karakterisitik pemodelan matematika. Peneliti juga mengembangkan langkah-langkah yang akan digunakan dari LKS, yaitu (1) memahami masalah, (2) membuat dugaan, (3) membuat persamaan, (4) menyelesaikan persamaan , (5) menginterpretasikan jawaban, (5) mengecek kembali jawaban.
Langkah selanjutnya, peneliti mengimplementasikan soal dan langkah-langkah yang telah peneliti kembangkan ke dalam format LKS. Pada tahap ini peneliti sudah memperoleh lima LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika. Tahap berikutnya yaitu tahap evaluasi, LKS yang sudah peneliti kembangkan melewati tahap evaluasi, evaluasi yang digunakan oleh peneliti adalah evaluasi formatif yang terdiri dari empat tahap yaitu expert review, one-to-one, small group, dan field test. Proses revisi dilakukan
pada setiap tahap sehingga diperoleh LKS berbasis pemodelan matematika yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial.
Pada tahap expert review LKS yang telah peneliti kembangkan diberikan kepada tiga orang pakar dan satu orang guru. Komentar dan revisi dari expert review dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Komentar Tahap Expert Review Nama Ahli Saran dan Komentar Keputusan Revisi Dr. Yusuf
Hartono
Kegiatan belum membantu siswa membuat model
disarankan menggunakan dugaan yang membantu siswa memodelkan masalah
Kegiatan pada tahap dugaan dibuat membantu siswa untuk membuat model
Soal tidak dibagi menurut metode penyelesaian
LKS dibagi berdasarkan tingkat kesulitan Budi Mulyono, M.Sc
Beri nomor pada nama anggota
Nama anggota diberi nomor
Beri jarak pada setiap
kompentensi dasar
Setiap kompetensi dasar diberi jarak
Asumsi lain sebaiknya dipingahkan diakhir, namun cobakan dulu pada tahap one-to-one
Dipertimban gkan menunggu tahap one-to-one
Perhatikan tanda titik Kolom pada LKS
disejajarkan Beri nama pada setiap gambar atau grafik
Tanda titk dalam soal diperbaiki
Setiap asumsi menghasilkan satu persamaan
Dipertimban gkan setelah uji coba ke siswa Cerita dalam
Meryans umayeka, S.Pd, M.Sc
Alokasi waktu terlalu sedikit bagi siswa untuk menyelsaikan tiga soal
Satu LKS hanya dua soal
Perbaiki kalimat pada
keterangan pada asumsi nomor dua
Keterangan pada asumsi nomor dua diganti
Kolom jawaban siswa
diperbesar
Kolom jawaban siswa diperbesar Dra.
Dalimah
Kata kita
sebaiknya diganti dengan kata kalian atau anda
Kata kita diganti dengan kata anda
Setelah melakukan tahap expert review dilanjutkan dengan one-to-one dengan cara memberikan LKS kepada lima orang siswa. Setelah dilakukan one-to-one diperoleh 5 LKS yang dinyatakan valid.
LKS yang telah dinyatakan valid, dilanjutkan dengan tahap small group dimana peneliti membarikan LKS yang telah dinyatakan valid pada tahap expert review dan one-to-one kepada lima orang siswa. Setelah dilakukan tahap small group didapatlah hasil 4 LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang termasuk dalam kategori valid dan praktis. Berikut adalah contoh salah satu permasalahan dalam LKS berbasis pemodelan matematika yang telah dikembangkan oleh peneliti.
Gambar 4. LKS Berbasis Pendekatan Pemodelan Matematika
Tahap selanjutnya adalah field test, pada tahap ini peneliti mengujicobakan tiga LKS yang valid dan praktis di kelas X SMAN 18 Palembang untuk melihat efek potensial LKS. Pada saat field test siswa terlihat aktif berdiskusi dalam menemukan variabel dan penyelesaian permasalahan sistem persamaan linear yang peneliti berikan. Berikut adalah dokumentasi kegiatan siswa dalam diskusi.
ini berisi langkah-langkah yang membantu mereka dalam pembelajaran.
Selain itu peneliti juga memberikan angket kepada siswa setelah pembelajaran,untuk mengetahui efek potensial siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan. Dari hasil angket diketahui bahwa siswa tertarik mempelajari LKS dan LKS tersebut juga membantu mereka dalam belajar soal cerita sistem persamaan linear dua variabel.
Pembahasan
Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Pada tahap evaluasi, peneliti telah mengembangakn LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial. Pada tahap expert review dan one-to-one, berdasarkan komentar dan saran pakar yaitu tiga orang dosen dan seorang guru SMAN 18 Palembang serta komentar siswa dan kekurangan yang terjadi pada tahap one-to-one dijadikan bahan untuk merevisi LKS sehingga menghasilkan LKS yang valid. Kevalidan LKS berdasarkan isi, kontruk, dan bahasa. Dari segi isi, LKS berbasis pemodelan matematika yang peneliti kembangkan sudah sesuai dengan KI dan KD dalam kurikulum 2013.
Dari segi konstruk, LKS yang dikembangkan sudah tersusun dengan baik sesuai dengan teori pendekatan pemodelan matematika dan sesuai dengan teori LKS, dimana berdasarkan teori pemodelan soal yang digunakan telah menggunakan konteks dan sesuai dengan langkah-langkah dalam pemodelan matematika, yaitu memahami masalah, membuat dugaan, membuat persamaan, menyelesaikan persamaan, menginterpretasikan penyelesaian, dan mengecek kembali jawaban. Dari segi konstruk LKS berbasis pemodelan matematika yang peneliti kembangkan diketahui memliki cirri khas (1). LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang peneliti kembangkan dimulai dari meminta siswa untuk memahami masalah, ditahap ini siswa menganalisis apa saja yang diketahui dan ditanya pada soal sehingga siswa menjadi fokus dalam menjawab soal. (2) Langkah kedua LKS ini membantu siswa untuk memperoleh variabel dan persamaan untuk menjawab permasalahan, selain itu pada langkah kedua LKS dibagi menjadi beberapa dugaan sehingga LKS ini dapat menuntun siswa untuk menemukan persamaan melalui masing-masing dugaan yang dibagi menjadi
beberapa dugaan untuk menggiring siswa menemukan model matematika melalui masing-masing dugaan.
Dari segi bahasa, LKS yang dikembangkan telah menggunakan bahasa yang baik dan benar dimana siswa tidak ada yang salah pengertian terhadap informasi maupun pertanyaan di dalam soal serta informasi LKS yang dipahami oleh siswa.
Kepraktisan LKS diketahui berdasarkan tahap small group bahwa LKS yang telah dikembangkan juga memenuhi kriteria praktis. Lima LKS berbasis pemodelan matematika yang masing-masing terdiri dari dua soal yang telah dilihat kepraktisannya pada tahap small group. Hasil dari tahap small group lima soal termasuk kategori praktis, empat soal termasuk kategori cukup praktis dan satu soal termasuk dalam kategori tidak praktis. Dari hasil observasi juga terlihat bahwa siswa dapat menggunakan LKS tersebut walaupun masih ada siswa yang merasa kebingungan dan sering bertanya karena mereka belum terbiasa menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika mengenai beberapa bagian di LKS, karena siswa tidak pernah belajar menggunakan LKS sebelumnya serta soal yang diberikan juga belum pernah dipelajari oleh siswa sebelumnya. Namun, tidak ada kendala yang berarti dalam penggunaan LKS berbasis pemodelan matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel.
LKS berbasis pemodelan matematika yang valid dan praktis selanjutnya diujicobakan kepada siswa kelas X SMAN 18 Palembang dalam pembelajaran. Dari hasil observasi selama field test, diketahui bahwa dengan pembelajaran dengan LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika memiliki efek potensial terhadap ketertarikan siswa. Hampir semua aspek sikap dalam kurikulum 2013 muncul, siswa aktif dan mampu berinteraksi dengan anggota kelompok serta berdiskusi sebelum menentukan jawaban pada setiap dugaan, siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal pada LKS, kerjasama siswa dalam pengerjaan LKS juga tampak jelas selama berlangsungnya tahap field test. Hasil observasi ini sesuai dengan keuntungan pembelajaran pemodelan matematika yaitu siswa menjadi lebih tertarik di dalam aktivitas pemodelan matematika melalui pembelajaran menggunakan konteks.
membantu siswa untuk memahami variabel dalam sistem persamaan linear, dan membantu siswa membuat model matematika permasalahan sistem persamaan linear dua variabel. Berikut adalah petikan hasil wawancara peneliti dengan siswa.
Peneliti : “Bagaimana menurut Persia mengenai LKS sistem persamaan linear ?”
Siswa :“Petanyaannya sangat menarik dan bisa mengasah otak, kareno jugo ngerjoke ini dari LKS ini jugo sudah mulai mengerti variabel itu, kareno ado langkah-langkahnyo”
Menurut siswa LKS ini juga melatih logika dan penalaran mereka, namun mereka juga masih membutuhkan bantuan guru untuk menjawab beberapa langkah dalam LKS ini. Siswa juga tertarik untuk belajar menggunakan LKS berbasis pemodelan matematika pada materi lainnya. Berikut adalah petikan hasil wawancara peneliti dengan siswa.
Peneliti : “Masih perlu pernjelasan guru dak untuk LKS ini ?”
Siswa : “Masih kareno beberapo yang kito belom mengerti langkah-langkahnyo” Peneliti : “bagian yang dak ngerti tu pas
dibagian ado fisikanyo atau yang mano ?”
Siswa : “yang ado fisikanyo” Peneliti : “kalo misalnyo belajar
menggunakan LKS ini tertarik dak ?” Siswa : “tertarik mbak, kareno ado langkah
-langkahnyo itu memudahkan kita untuk mengerjakannya
Dari hasil angket yang peneliti berikan kepada siswa yang sudah dianalisis dengan menggunakan skala likert, diketahui bahwa LKS yang diberikan membuat siswa tertarik untuk belajar menggunakan LKS, membuat siswa menjadi lebih aktif, lebih mampu memahami masalah soal cerita sistem persamaan linear , siswa menjadi terlatih dalam menentukan variabel, siswa menjadi terlatih dalam membuat model matematika dalam permasalahan kehidupan sehari-hari, dan siswa tertarik untuk belajar matematika dengan menggunakan LKS berbasis pemodelan matematika pada materi sistem persamaan linear. Dari hasil angket ini diketahui bahwa siswa tertarik untuk mempelajari sistem persamaan linear dengan menggunakan LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika.
Ketertarikan siswa dalam mengerjakan LKS merupakan efek potensial terhadap hasil
belajar siswa. Hal ini terlihat dari jawaban-jawaban siswa dalam LKS. Berikut adalah beberapa jawaban siswa.
Gambar 5. Jawaban Siswa
Dari enam langkah pemodelan matematika yang ada pada LKS, kesalahan dan kebingungan siswa paling sering terjadi pada langkah kedua, yaitu membuat dugaan atau landasan berpikir, sehingga peneliti banyak memberikan bantuan kepada siswa untuk memahami langkah kedua ini. Langkah kedua ini merupakan langkah yang paling penting dan paling berarti dalam proses pemodelan matematika (Ang, 2001). Kesalahan pada langkah ini akan membuat kesalahan pada langkah ketiga dan seterusnya. Berikut adalah contoh kesalahan siswa pada langkah kedua
Gambar 5. Kesalahan Siswa Pada Langkah Kedua
Hasil dari penelitian ini terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan penelitian waktu pengerjaan siswa yang cukup lama, meskipun waktu pengerjaan waktu pengerjaan siswa
pada field test ini yang lebih cepat dari pada saat orientasi. Namun, waktu tersebut terlalu lama jika hanya mengerjakan LKS saja. Dari sini terlihat bahwa dalam pembelajaran pemodelan matematika sebaiknya hanya diberikan satu soal saja per pertemuan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Doosti (2002), pendekatan pemodelan matematika memang memerlukan waktu pembelajaran yang lebih lama seperti halnya pembelajaran aktif lainnya.
Selain itu, pada saat field test LKS kedua, siswa merasa semangat pada permasalaahn pertama saja. Namun, pada saat permasalahan kedua, semangat siswa mulai menurun pada saat mengerjakan permasalahan yang kedua. Dari hasil wawancara diketahui bahwa karena bagi siswa permasalahan kedua pada LKS ini berhubungan dengan ilmu fisika, dan siswa belum pernah melihat soal matematika yang berhubungan dengan ilmu fisika. Dari sini terlihat bahwa dalam pembelajaran pemodelan matematika, peneliti sebaiknya memperhatikan pemilihan soal agar siswa merasa semangat dalam pengerjaannya. Menurut Doosti (2002) salah satu kekurangan pendekatan pemodelan matematika adalah siswa tidak suka mencoba pendekatan pembelajaran baru, sehingga pemilihan soal yang baik sangat diperlukan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika termasuk dalam kategori valid dan praktis. Kevalidan LKS berdasarkan isi, kontruk, dan bahasa. Dari segi isi, LKS berbasis pendekatan pemodelan matematika yang peneliti kembangkan sudah sesuai dengan KI dan KD dalam kurikulum 2013. Dari segi konstruk, LKS yang dikembangkan sudah tersusun dengan baik sesuai dengan teori pendekatan pendekatan pemodelan matematika dan sesuai dengan teori LKS serta memeiliki ciri khas tersendiri. Sedangkan dari segi bahasa, LKS yang dikembangkan telah menggunakan bahasa yang baik dan benar dimana siswa tidak ada yang salah pengertian terhadap informasi maupun pertanyaan di dalam soal serta informasi LKS. Praktis tergambar dari hasil ujicoba small group dimana hampir semua siswa sudah mampu mengerjakan LKS.
2. Karakteristik dari LKS yang peneliti kembangkan adalah (1). LKS berbasis pemodelan matematika yang peneliti kembangkan membantu siswa dalam memahami variabel dan model matematika masalah kehidupan sehari-hari materi sistem persamaan linear. (2) LKS yang peneliti kembangkan membantu siswa dalam mngerjakan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel secara sistematis.
3. LKS berbasis pemodelan matemaika terbukti memiliki efek potensial yang baik, berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket yang diberikan, yaitu siswa menjadi lebih aktif dan percaya diri dalam belajar matematika dan tertarik untuk belajar LKS berbasis pendekatan pendekatan pemodelan matematika.
Adapun beberapa saran dari peneliti dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Bagi guru disarankan menggunakan LKS berbasis pendekatan pendekatan
pemodelan matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel yang telah dibuat oleh peneliti sebagai sumber belajar.
2. Bagi siswa, disarankan untuk
menggunakan LKS berbasis pendekatan permodelan matematika pada
materisistem persamaan linear dua variabel agar kemampuan siswa dalam menentukan variabel dan model matematika menjadi lebih baik.
3. Bagi peneliti selanjutnya,disarankan untuk dapat mengembangkan LKS berbasis pendekatan pendekatan pemodelan matematika pada materilannya dengan mempertimbangkan efisiensi waktu, pemilihan konteks soal, dan tingkat kesulitan soal yang digunakan dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh ketika mengerjakan LKS .
Daftar Pustaka
Abrams, J.P. 2001. Teaching Mathematical Modeling and the skills of representation. Dalam A.Cuoco dan F. Curcio (Eds.) The Roles of representation in School Mathmematics, 269-282). Reston,VA:NCTM.
Ang,Keng Cheng. 2001. Teaching Mathematical Modelling in Singapore School.
Amalia.2011. Efektivitas Penggunaan LKS Pada pembelajaran Matemtatika Materi Keliling dan Luas Lingkaran Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa KElas VIII SMPN 3
Yogyakarta’.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.http://www.curriculumsupport.e ducation.nsw.gov.au/secondary/mathemati cs/assets/pdf/s6_teach_ideas/cs_articles_ s6/cs_model_s6.pdf. Diakses tanggal 20 Desember 2014
Arya, Aris Wijaya ; Masriyah . 2012 . Analisis Kesalahan Siswa dalam Meyelesaikan Materi Sistem Persamaan Linear dua Variabel
Doosti, Aslan dan Alireza M. Astiani. 2005.Mathematical Modelling : a new approach for mathematics teaching in different levels. Tersedia pada
http://www.enrede.ufscar.br/participantes_ arquivos/E4_Ashtiani_TC.pdf
Helena Denise: Lombardo Ferreira: Roberto Otavio Jacoboni.2007. Mathematical Modelling : From Classroom to The Real World. In Trends in Teaching and Learning Mathematical Modelling . Journal of mathematical applications and modeling in teaching and learning mathematics,
Kemendikbud. 2014. Buku Cetak Siswa Kelas X Edisi Revisi. Kemendikbud. Jakarta
Komariah, Nurjannah.2014. Pengembangan LKS Pemecahan Masalah Matematika di SMA. Skripsi. Palembang: FKIP
Universitas Siriwijaya
NCTM.(2000).Principles and standards for school mathematics. Reton,VA : NCTM. Diakses pada tanggal 20 Januari 2015
Papageorgiou,Georgia 2009. The effect of mathematical modelling on student’s Affect.Universiteit van Amsterdam. Amsterdam.
http://www.science.uva.nl/onderwijs/thesis/ centraal/files/f1357360726.pdf. Diakses pada tanggal 14 Desember 2014
Tessmer, Martin. 1993. Palnning and Conducting Formative Evaluations. Philadelpia: Kogen Page
Suwansumrit. 2011. Development of an Instructional Model in Mathematics with the use of interactive Webcast for Sukhothai Thammathirat Open Universty
Student. Asean Journal of Open Distance Learning, Vol 3 : 79-87.
White,Alan .2001.Mathematical Modelling and the General Mathematic Syllabus.
http://www.curriculumsupport.education.ns w.gov.au/secondary/mathematics/assets/p df/s6_teach_ideas/cs_articles_s6/cs_mode l_s6.pdf. Diakses pada tanggal 13