• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Cooperative Learning Tip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Model Cooperative Learning Tip"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Laurensius Laka

Alumni Program Profesi Magister Psikologi Universitas Airlangga

Nono Hery Yoenanto

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Korespondensi: Laurensius Laka, Kodim 0819 Pasuruan, Rumah: Perum Griya Inti Permata Blok L No. 17 Kec. Purwosari–Pasuruan 67162. Telp. (0343) 613894, 081334763488, E-mail: laurens_laka@yahoo.com, maslowua@yahoo.co.id

Abstract.

This research problem was the students having low motivation in learning mathematics. The type of this research was the classroom action research. Classroom action research is different with the qualitative and quantitative research, but has both characteristics. Researcher designed plan and intervention of Cooperative Learning using type Student Team-Achivement Division. The participants in this study were 35 students from grade VII at Junior High School consisted of 21 male students and 14 female students. Collecting data used by several methods: (1) observation, (2) interviews, (3) field notes, and (4) the relevant documents. Data collected through several methods were used to perform triangulation as an effort to check the validity of the data. Based on these results can be concluded that Cooperative Learning using type of Student Team-Achievement Division is effective to be applied to increase student motivation.

Keywords:learning motivation, classroom action research, cooperative learning.

Abstrak.

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi siswa pada pelajaran matematika. Tipe penelitian ini adalah riset aksi kelas. Riset aksi kelas pada dasarnya berbeda dengan penelitian kualitatif dan kuantitatif, namun memiliki kedua karakteristik tersebut. Penulis mendesain rancangan dan intervensi Cooperative Learning dengan tipe Student Team-Achivement Division. Sampel pada penelitian ini adalah 35 siswa kelas 7 SMP, yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yakni observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumen-dokumen lainnya yang dipandang relevan. Hal ini juga merupakan bagian dari triangulasi untuk memastikan bahwa hasil penelitian ini adalah valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cooperative Learning dengan menggunakan tipe Student Team-Achievement Division efektif untuk diterapkan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.

(2)

Dalam memasuki milenium ke tiga ini, demikian kompleks itu, penulis tertarik untuk Indonesia dihadapkan pada suatu tantangan meneliti salah satu masalah yang dihadapi dunia untuk menyiapkan masyarakat menuju era baru, pendidikan yaitu berkenaan dengan lemahnya yaitu era globalisasi. Era globalisasi adalah era proses pembelajaran di sekolah. Dalam proses menguatnya pengaruh global yang menyentuh pembelajaran, siswa kurang didorong untuk semua aspek kehidupan, yang ditandai dengan mengembangkan kemampuan berpikir, siswa adanya jaringan komunikasi dan transaksi hanya dipersilakan duduk, dengar, catat, dan ekonomi dari tingkat lokal hingga internasional. hafalkan. Proses pembelajaran lebih diarahkan Sebagai proses tatanan masyarakat yang pada kemampuan siswa untuk menimbun mendunia dan tidak mengenal batas wilayah, informasi semata. Guru dipandang sebagai yang globalisasi berlangsung melalui dua dimensi mahatahu sementara siswa adalah botol kosong dalam interaksi antar bangsa tersebut, yaitu yang siap diisi dengan beragam informasi (apa dimensi ruang dan dimensi waktu. Ruang makin saja) yang dipandang perlu oleh guru. Adapun dipersempit dan waktu makin dipersingkat, upaya yang ditempuh oleh penulis adalah begitu pula ketika perdagangan bebas sudah “mengurangi batasan-batasan penelitian yang diberlakukan, maka persaingan dagang dan sulit dicerna,” apalagi langsung digunakan yaitu tenaga kerja yang bersifat multi bangsa itu akan mengadakan Classroom Action Research pada semakin jelas dan hanya bangsa yang memiliki sebuah SMP Swasta Berbasis Agama di Kabupaten k e u n g g u l a n s a j a y a n g a k a n m a m p u Pasuruan.

berkompetisi. Para siswa di SMP Swasta Berbasis Agama

Mengacu pada Human Development Index pada umumnya berasal dari keluarga petani atau yang dikeluarkan oleh sebuah badan yang buruh tani. Profesi sebagai petani atau buruh tani bernaung dibawah PBB yakni United Nations dan rendahnya tingkat pendidikan (sebagaimana Development Programme (UNDP), dimana atribut yang melekat pada para petani pada formula dan sasarannya mendeskripsikan umumnya), tentu saja bukan sebuah masalah pembangunan manusia pada masing-masing tetapi merupakan fakta yang melatarbelakangi Negara. Pada tahun 2009 yang lalu ternyata masalah terutama ketika mengupas peran Indonesia hanya mampu berada pada klasifikasi pengasuhan orang tua dalam pendidikan putra-sebagai Medium Human Development, yakni putrinya.

peringkat 111 dari 182 negara yang menjadi objek Berkaitan dengan lemahnya proses studi (“List of countries by Human Development pembelajaran di sekolah, ditinjau dari aspek guru, Index”, 2009). Peringkat yang tidak jauh bergeser tampaknya sebagian besar guru yang berjumlah 17 dari tahun 2008, yakni peringkat 109 dari 179 orang adalah “sekumpulan orang sibuk yang negara. Adapun angka peringkat tiap-tiap negara peduli” pendidikan. Kepala Sekolah mengeluh, itu diolah berdasarkan perhitungan terhadap tiga ada perbedaan penampilan siswa di kelas, ketika dimensi sekaligus, yakni panjang usia (longevity), berhadapan dengan guru tertentu dibandingkan pengetahuan (knowledge), dan standar hidup ketika berhadapan dengan oleh guru yang lain. (standard of living), yang kemudian dapat Menurutnya, kondisi paling baik bagi siswa untuk dijabarkan menjadi indikator; kesehatan dan belajar adalah ketika siswa termotivasi dengan kependudukan, pendidikan, dan ekonomi. Dalam baik dan tertarik dengan apa yang dipelajari. hal ini semakin jelas bahwa salah satu komponen Kecenderungan rendahnya motivasi belajar siswa penting untuk menyiapkan warga bangsa yang juga terungkap melalui wawancara dengan para berkualitas “menuju era baru” adalah melalui guru, antara lain; siswa jarang bertanya, namun bidang pendidikan. Sayangnya, dunia pendidikan ketika diajukan pertanyaan, umumnya mereka Indonesia hingga saat ini tidak pernah sepi dari menjawab dengan ragu-ragu. Tidak jarang pula berbagai persoalan. Lokomotif pendidikan siswa tampak melamun, mengganggu temannya, Indonesia memang sudah lama berjalan, tetapi terkadang terdengar mereka berbicara diluar gerbong yang ditarik begitu panjang daftar materi pelajaran, membaca buku pelajaran lain,

permasalahannya. atau kadang kala terlihat mengantuk.

(3)

diperoleh informasi bahwa ia dipercaya mengajar fokus penelitian tentang, “upaya meningkatkan matematika berbekal ijazah Sarjana Peternakan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran yang memiliki pengalaman mengajar di Lembaga matematika.”

Bimbingan Belajar. Pendekatan pembelajaran

yang digunakan pun masih menerapkan cara-cara

METODE PENELITIAN

yang konvensional, di mana guru sebagai pusat

dan sumber belajar sementara siswa pada posisi Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa yang relatif pasif (teacher centered). Hasil Kelas VII pada sebuah SMP Swasta Berbasis Agama observasi terhadap siswa juga memberikan di Kabupaten Pasuruan yang berjumlah 35 siswa, petunjuk tentang rendahnya motivasi belajar terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 14 siswa siswa pada mata pelajaran matematika, misalnya perempuan. Sedangkan desain intervensi yang ketika guru menerangkan di depan kelas beberapa digunakan adalah model Cooperative Learning siswa tampak tidak melihat ke papan tulis, bahkan tipe Student Team- Achievement Division (STAD). beberapa siswa tampak berpindah-pindah tempat Tipe penelitian ini adalah action research. duduk dengan suara yang berisik. Menurut Tomal (2003, dalam Suparno, 2008) tipe Dari uraian di atas, ternyata begitu banyak penelitian ini memang berbeda dengan penelitian permasalahan yang teridentifikasi. Tidak kualitatif dan penelitian kuantitatif, tetapi mungkin memperbaiki kadar keterpengaruhan mempunyai sifat keduanya. Menurut Arikunto setiap unsur tersebut dalam sekejap dan simultan. (2008), ada beberapa ahli yang mengemukakan Oleh karena dugaan permasalahan rendahnya model Classroom ActionResearch dengan bagan motivasi belajar siswa merupakan akumulasi dari yang berbeda. Namun apabila digambarkan, maka pengaruh faktor eksternal dan internal, yang empat tahapan dasar yang terkait tersebut m a n i f e s t a s i n y a t a m p a k d a l a m p r o s e s mencakup; (1) perencanaan (planning), (2) pembelajaran, maka cukup beralasan kiranya pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), apabila Classroom Action Research ini mengambil dan (4) refleksi (reflecting).

(4)

ini menggunakan model Miles dan Huberman Metode Pengumpulan Data

(1984, dalam Sugiyono, 2007), yaitu menganalisis Metode pengumpulan data yang

data dalam pada saat pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini yaitu; (1) observasi

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan (participant observation), (2) wawancara informal,

data dalam periode tertentu, yang meliputi (3) catatan lapangan, dan (4) dokumen yang

aktivitas data reduction, data display, dan relevan.

conclusion drawing/verif ication. Langkah-langkah analisisnya sebagai berikut:

Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian

Gambar 2. Komponen analisis data (interactive model)

Keabsahan (trustworthiness) Data Kerangka Konseptual

U n t u k m e n e t a p k a n k e a b s a h a n Apabila upaya meningkatkan motivasi (trustworthiness) data, diperlukan teknik belajar siswa tersebut digambarkan dalam setting pemeriksaan, yang meliputi empat kriteria Classroom Action Research, maka alur berpikir (Moleong, 2007), yakni; (1) derajat kepercayaan peneliti dapat di-padatkan sebagaimana kerangka (credibility) menggunakan uji triangulasi dengan konseptual proses penelitian di bawah ini.

(5)

prestasi belajar siswa berdasarkan nilai akademis Rancangan Kegiatan Intervensi

dan menyiapkan cara penghitungan skor Adapun siklus Classroom Action Research

individual untuk kemudian melihat prestasi yang dijalankan oleh penulis dan guru mata

kelompok, dengan memunculkan skor awal, pelajaran matematika dalam penelitian ini, terdiri

menemukan skor kuis saat ini, dan menemukan dari dua siklus, di mana pada masing-masing

skor peningkatan; (2) Pada tahap pelaksanaan siklus mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: (1)

(acting), guru matematika mengimplementasikan Pada tahap perencanaan (planning), menyusun

sebagaimana rencana yang telah disusun pada fase rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

kegiatan pembelajaran. Sementara peneliti m e n y u s u n l a n g k a h - l a n g k a h k e g i a t a n

melakukan pengamatan (participant observation) p e m b e l a j a r a n s e s u a i d e n g a n t a h a p a n

terhadap kegiatan pembelajaran pada tiap-tiap pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD,

kelompok; (3) Pada tahap pengamatan menentukan alat penggalian data, menyusun

(6)

dalam waktu yang bersamaan, apa yang

HASIL DAN BAHASAN

diobservasi adalah acting-nya; (4) Pada tahap

refleksi (reflecting), peneliti dan guru berusaha Pelaksanaan Siklus I

memahami proses tindakan, hasil tindakan, Pelaksanaan siklus I mengikuti tahap-kendala-kendala yang dihadapi melalui analisis tahap sebagaimana rancangan kegiatan intervensi data hasil observasi, Lembar Kerja Siswa, catatan di atas. Ada 7 kelompok siswa yang terdiri dari lapangan serta penyajian kuis yang memunculkan masing-masing 5 siswa, di mana setelah proses skor kemajuan individu dari skor dasar. Cooperative Learning berakhir, disusul dengan penyajian kuis untuk melihat peningkatan skor individu. Adapun distribusi frekuensi motivasi belajar siswa sebagaimana tabel yang disajikan di bawah ini.

siswa, dari 7 kelompok yang dibentuk dengan Pelaksanaan Siklus II

kemampuan yang setara itu, 2 kelompok berhasil Pada siklus II ini, proses pembelajaran

meraih prestasi “super hebat,” sedangkan sisanya diawali guru dengan membacakan hasil belajar

berhasil meraih kategori “hebat.” Terkait dengan siklus I terhadap tiap-tiap kelompok siswa, di

motivasi belajar siswa yang diamati oleh guru mana 1 kelompok “super hebat,” 3 kelompok

dalam proses pembelajaran berdasarkan “hebat,” dan 3 kelompok baik, yang disambut siswa

komponen-komponen motivasi belajar, dan dengan applause penuh kegembiraan. Selanjutnya

kategori motivasi belajar siswa yang diolah melalui proses pembelajaran berjalan mengikuti

statistik deskriptif, dibuat dalam lampiran rancangan kegiatan intervensi. Sebagai catatan

tersendiri. Namun secara keseluruhan, tabel di refleksi, apabila pada siklus I ketua kelompok

bawah ini menunjukkan motivasi belajar siswa cenderung mendominasi penyelesaian LKS, maka

dalam mengikuti pelajaran matematika yang pada siklus II ini anggota-anggota kelompok juga

cenderung meningkat. sudah mulai memunculkan tanggung jawab

(7)

Dengan membandingkan kualitas proses pembelajaran dan satu komponen yang paling belajar dalam kelompok-kelompok belajar, sukar untuk diukur. Senada dengan pandangan tampaknya bahwa proses pembelajaran yang Nu r, G a ge d a n B e r l i n e r ( 1 9 8 8 ) j u g a terjadi pada siklus II secara umum lebih baik mengemukakan pendapat bahwa melakukan dibandingkan siklus I. Data observasi juga pengukuran motif berprestasi siswa di kelas mencerminkan hadirnya unsur-unsur Cooperative bukanlah hal yang mudah. Guru biasanya harus Learning dalam tim siswa, di mana pada siklus I, memperkirakan kebutuhan siswa dengan proses “belajar bersama” siswa cenderung observasi hati-hati ditambah dengan intuisi dan memerlukan peningkatan, sedangkan pada siklus akal sehat.

II data obser vasi menunjukkan proses Tanpa bermaksud menafikan pengaruh pembelajaran yang berjalan cukup baik. Hal ini lingkungan keluarga terhadap motivasi belajar juga dikuatkan oleh pengakuan guru serta hasil siswa sebagaimana pembahasan di atas, dorongan wawancara dengan siswa yang dilaksanakan dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) untuk pascaintervensi. belajar (matematika) juga layak diperhitungkan. Mengidentifikasi bahwa siswa bermotivasi Menurut Sardiman (2008), baik motivasi intrinsik belajar tinggi atau rendah dapat digali melalui maupun ekstrinsik sama pentingnya. Beberapa perilaku atau dihubungkan dengan teori-teori teori memang berfokus pada upaya memberikan yang mendasarinya, tetapi mengukur motivasi perbedaan antara motivasi intrinsik dan motivasi belajar siswa itu sendiri ternyata bukanlah sesuatu ekstrinsik. Menurut Sansone & Harackie (2000, yang mudah. Kesulitan tersebut terjadi antara lain dalam Eccles & Wigfield, 2002), ketika individu karena demikian banyaknya definisi mengenai secara intrinsik termotivasi, mereka terlibat dalam motivasi, sebanyak teori yang melandasinya, sebuah kegiatan karena mereka tertarik dan sehingga Chaplin (2002) menegaskan bahwa menikmati kegiatan itu, namun terhadap motivasi konsep motivasi adalah konsep yang paling ekstrinsik, individu terlibat dalam suatu kegiatan kontroversial dan paling tidak bisa memuaskan. karena alasan-alasan lain seperti menerima Hal ini juga dikatakan oleh para pakar pendidikan, hadiah.

(8)

dalam belajar. Menurut Alderman (2004), tugas Tipe STAD menunjukkan data tentang proses dan guru mengarahkan perhatian siswa pada aspek- hasil pembelajaran yang cenderung meningkat. aspek tertentu dari isi dan dengan menetapkan Hal ini berarti, tujuan penelitian yang telah cara pengolahan informasi. Motivasi untuk penulis rancang di bagian awal telah terjawab, instruksi menuntut bahwa guru tidak hanya karena memang terbukti model Cooperative sekedar "membawa untuk tugas siswa, "tapi juga" Learning tipe STAD efektif diterapkan untuk membawa siswa pada tugas. meningkatkan motivasi belajar siswa dalam C l a s s r o o m A c t i o n R e s e a r c h i n i menghadapi pelajaran matematika, khususnya mengandaikan penelitian yang berdaur dan siswa Kelas VII pada sebuah SMP Swasta Berbasis dijalankan secara berkelanjutan. Artinya, Agama di Kabupaten Pasuruan.

terhadap tujuan penelitian yang belum tercapai Kecenderungan peningkatan motivasi dalam siklus I dan siklus II, mengharapkan belajar siswa ini dapat dilihat dari antara lain: (1) kesediaan guru dan/atau peneliti untuk hasil pengamatan guru terhadap siswa menjadikannya sebagai bingkai permasalahan berdasarkan komponen-komponen motivasi yang harus dihadapi pada siklus-siklus berikutnya. belajar, (2) hasil pembelajaran Cooperative Sebab, sebagaimana juga telah disinggung pada Learning yang dimunculkan melalui penyajian Bab I, bahwa tujuan utama dari penelitian ini kuis individual, yang kemudian menghasilkan adalah untuk membantu meningkatkan motivasi penghargaan terhadap kelompok siswa, serta (3) belajar siswa. Disamping tujuan pokok itu, dikuatkan melalui pengakuan akan efektivitas penerapan model pembelajaran yang berbeda dari intervensi oleh guru melalui diskusi, dan oleh biasanya ini juga dapat berguna sebagai salah satu siswa melalui wawancara pasca intervensi.

upaya untuk mendorong kreatifitas guru Oleh sebab itu, model pembelajaran ini memikirkan apa yang dilakukan sehari-hari dalam dapat dijadikan pilihan untuk meningkatkan menjalankan tugasnya. Dengan demikian guru kualitas pembelajaran, karena cukup sederhana dapat lebih kritis terhadap apa yang dilakukan dan mudah dalam penerapannya. Meskipun tanpa terpaku pada teori-teori yang muluk-muluk, d e m i k i a n , g u r u h a r u s m e m p e r s i a p k a n yang ditemukan oleh para researcher namun pembelajaran dengan matang, agar peran guru sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi sebagai praktisi sekaligus peneliti dalam

kelas. C l a s s r o o m A c t i o n R e s e a r c h y a n g

dikembangkannya dapat sungguh-sungguh menghasilkan refleksi temuan yang optimal dan

SIMPULAN DAN SARAN

fungsional. Hasil penerapan model Cooperative Learning

PUSTAKA ACUAN

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Alderman, M.K. (2004). Motivation for Achievement: Possibilities for Teaching and Learning. Diunduh pada

tanggal 2 Maret 2008, dari

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Cetakan kedelapan. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Eccles, J.S. & Wigfield, A. (2002). Motivational Beliefs, Values, and Goals. Diunduh pada tanggal 20 Januari 2010,

dari

th

Gage, N.L. & Berliner, D.C. (1998). Educational Psychology. 6 Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mujiman, H. (2008). Belajar Mandiri. Cetakan kedua. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP)

(9)

Nur, M. (2001). Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Buku Ajar Mahasiswa. Edisi 2. Surabaya: Unesa.

Sardiman. A.M. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (2008). Action Research: Riset Tindakan untuk Pendidik. Jakarta: Grasindo.

Wikipedia bahasa Indonesia. Indeks Pembangunan Manusia. Diunduh pada tanggal 18 Desember 2008 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_ Manusia.

Gambar

Gambar 1.  Siklus Classroom Action Research
Gambar 2.  Komponen analisis data (interactive model)

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan life form karang di perairan Pantai Blebak sendiri dengan kondisi lingkungannya dapat terlihat yaitu pada persebaran life form di suatu perairan sangatlah di

Berdasarkan hasil analisis dan teori tersebut dapat diketahui bahwa rasio jumlah TAS dengan beban kerja yang ada sudah sesuai atau relavan terhadap teori, dengan dibuktikan

Furthermore, women with low education level had 86% greater risk of (pre-)eclampsia (RRa=1.86, P=0.005), while middle education level had 72% greater risk of

Sistem Operasi berikut yang tidak dapat digunakan pada teknologi jaringan adalah ....E.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dimensi dalam kualitas pelayanan yaitu wujud fisik, empati, kehandalan, daya tanggap, dan jaminan berpengaruh terhadap

Desain pencahayaan yang optimal pada ruang kelas XI IPS 2 dapat diwujudkan dengan beberapa perubahan seperti perubahan pada warna dinding yang memiliki faktor

Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan berbagai dosis kotoran sapi dengan taraf pupuk nitrogen yang paling efektif yaitu 200 kg N/ha, sehingga dapat

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan (Lembaran Negara Republik