• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DI KELAS 4, SEKOLAH DASAR NEGRI

02 LARANGAN SELATAN BANTEN

DISUSUN OLEH :

AHMAD MUBAROK ( 2012820116 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Pujisyukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kelurga, sahabat, serta para pengikutnya. Atas berkatrahmatdanhidayah Allah SWT, maka penelitiakhirnya dapat menyelesaikan penulisan penelitian tindakan kelas yanag berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Strategi Pakem “ tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah penelitian tindakan kelas.

Penulisan penelitian tindakan kelas ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bnatuan, dukungan ,dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baikmoril maupun materil.Ucapanterima kasih sedalam-dalamnya peneliti sampaikan.

Peneliti menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak ke kurangan.Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca .Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….

DAFTAR ISI...

BAB I

PENDAHULUAN………

A. Latar Belakang... B. Fokus Penelitian ……… C. Tujuan Masalah... D. Tujuan Penelitian ……… E. Kegunaan Penelitian ………..

BAB II PEMBAHASAN

A. Penerapan Pakem ……… B. Dasar Pakem ………

C. Perinsip pakem………

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Tempat Dan Waktu……… B. Subjek Penelitian ………. D. Metode Penelitian ……….. C. Rancangan Tindakan ……….

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di skolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pembenahan secara terus menerus baik dari segimateri, evaluasi, metode, media maupun strategi harus di laksanakan oleh semua pihak terutama oleh guru.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika di tinggalkan mutu dan pendayagunaannya. Hal tersebut merupakan tantangan bagi sekolah bagaimana menghasilkan lulusan yang berkualitas, tidak saja mampu dan terampil melakukan pekerjaan, tetapi juga mempunyai kreatifitas yang tinggi serta pandangan jauh kedepan Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan sosial, dan kehidupan setiap individu. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya.

(5)

untuk menggali berbagai potensi dan mengembangkan secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di skolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmupengetahuan dan tekhnologi. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pembenahan secara terus menerus baik dari segi materi, evaluasi, metode, maupun media harus di laksanakan oleh semua pihak terutama oleh guru.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika di tinggalkan mutu dan pendayagunaannya. Hal tersebut merupakan tantangan bagi sekolah bagaimana menghasilkan lulusan yang berkualitas, tidak saja mampu dan terampil melakukan pekerjaan, tetapi juga mempunyai kreatifitas yang tinggi serta pandangan jauh kedepan

B. FOKUS PENELITIAN

Fokus penelitian berdasarkan judul penelitian tindakan kelas mengenai motivasi belajar siswa di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten

Masalah dalam proses belajar mengajar banyak sekali terdapat permasalahan yang dihadapi salah satu contoh permasalahan yang dihadapi mengenai motivasi belajar mempengruhi hasil belar siswa.

Motivasi adalah salah satu hal yang berpengaruh pada hasil aktifitas pembelajaran siswa. Tanpamotivasi, proses pembelajaran akan sulit mencapai hasil yang optimal.

C. PERUMUSAN MASALAH

(6)

1. Apakah strategi pembelajaran aktif, kreatif, afektif, dan menyenangkan (pakem) dapat meningkatkan motivasi belajar matematika ?

Mengapa meningkatkan strategi pembelajaran aktif, kreatif, afektif, dan menyenangkan (pakem) dapat meningkatkan motivasi belajar matematika di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten ?

2. Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar matematika melalui penerapan strategi pembelajaran aktif, kreatif, afektif, dan menyenangkan (pakem) ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi belajar matematika melalui strategi pembelajaran aktif, kreatif, afektif, dan menyenangkan (pakem) dikelas 4 Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kegunaan sebagai berikut :

1. Kegunaan secara teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan tentang perlunya motivasi belajar, khususnya melalui strategi pembelajaran aktif, kreatif, afektif, dan menyenangkan (pakem) dikelad 4 Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten

2. Kegunaan praktis a. Bagi pendidik

o Memberikan informasi tentang strategi pembelajaran aktif, kreatif, afektif, dan menyenangkan (pakem) dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dalam matapelajaran matematika

(7)

Mendorong siswa Sekolah Dasar untuk meningkatkan motivasi belajar.

c. Bagi sekolah

Bagi sekolah diharapkan untuk mendorong guru maupun siswa selalu meningkatkan motivasi belajar.

d. Bagi Peneliti

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian PAKEM

Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Kitapun hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Segenap upaya tersebut secara sederhana dinamakan pembelajaran. Siswa sebagai pembelajar di sekolah memiliki kepribadian, pengalaman, dan tujuan. Ia mengalami perkembangan jiwa, sesuai asas emansipasi diri menuju keutuhan dan kemandirian(Soemanto, 1990: 99).

Banyak tokoh mengemukakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang dianggapnya baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sehingga melahirkan banyak pendekatan dan metode pula. Pembelajaran aktif adalah salah satunya. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif baik secara mental maupun fisik (Zaini dkk, 2008: xiv). Pembelajaran aktif inilah yang kemudian terus berkembang hingga menjadi Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Sebuah istilah yang hampir sama dengan PAKEM adalah pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ) yang dipakai oleh Rusman.

(9)

menunggu perintah dan agar mereka dapat belajar dengan enjoy. Untuk itu maka aspek learning is fun merupakan aspek yang penting dalam PAKEM, disamping upaya agar anak terus aktif serta mengadakan inovasi. Selain itu PAKEM juga berdasarkan atas perubahan paradigma pendidikan di Indonesia, yakni schooling menjadi learning, instructive menjadi fasilitative, government role menjadi

community role, dan centralistic menjadi decentralistic. Karena itu pendidikan

seyogyanya sudah menjadi tanggung jawab semua pihak, sesuai dengan konsep tripusat pendidikan

Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidikan di lembaga pendidikan, pendidikan di masyarakat, dan

pendidikan di keluarga (Rusman,2011: 321-322).

Pembelajaran aktif menghendaki adanya peran guru sebagai fasilitator bukan sebagai instruktur semata. Guru berperan mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran, serta memberikan arahan dan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran aktif siswa diberi keluasaan untuk mengakses informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji di dalam kelas, sehingga mereka memperoleh pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensi dan pemahamannya, sehingga informasi dan pengetahuan yang sudah diperoleh serta dikontruksi oleh siswa sesuai dengan kemampuannya masing-masing dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Rusman, 2011: 324).

(10)

Yang paling penting siswa juga harus berusaha memahaminya sendiri, mencari contoh-contoh, mencoba menerapkan keterampilan, dan melaksanakan tugas yang bergantung pada pengetahuan yang sudah maupun yang harus dimiliki. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah tugas guru yang harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa dapat aktif dalam tiga hal, yaitu aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Siswa dipandang bukan sebagai gelas kosong yang hanya menerima atau diisi dengan ceramah dari sang guru tentang informasi atau pengetahuan. Mereka harus bisa membangun pengetahuan mereka sendiri sesuai dengan kemampuannya (Saminanto, 2012: 10). Pembelajaran inovatif berarti dalam pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang lebih baik (Saminanto, 2012:10). Pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran yang menumbuhkan kreativitas. Kreativitas menurut Mc Fee dalam Daryanto (2009: 206) adalah kemampuan mendapatkan ide dan simbol baru, mengimprovisasi ide dan simbol yang telah mapan, dan menyusunnya kembali sehingga menjadi baru. Pembelajaran yang kreatif memiliki makna bahwa guru harus mampu menggunakan metode dan strategi yang bervariasi untuk memunculkan kreativitas siswa. Tidak hanya kreatif dalam berfikir namun juga dalam hal bertindak.

Berfikir dan bertindak kreatif selalu berawal dari berfikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu (Rusman, 2011: 324). Berpikir kritis harus selalu dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berpikir kritis menurut Mulyasa dalam Rusman (2011: 325) memiliki empat tahap yaitu:

1. Persiapan, yakni proses pengumpulan informasi untuk diuji.

2. Inkubasi, yakni proses merenungkan hipotesis yang diperoleh bahwa hipotesis itu rasional.

3. Iluminasi, yakni kondisi untuk meyakini bahwa hipotesis tersebut benar,tepat, dan rasional.

(11)

akan dapat menemukan hasil karya baru. Sedangkan ciri-ciri orang yang memiliki pola pikir kreatif adalah:

1. Mampu menghasilkan ide banyak dalam waktu singkat.

2. Mampu menghubungkan dan menggabungkan hal yang berbeda. 3. Mampu mengembangkan hal yang sederhana.

4. Mampu bekerja secara detail dan kompleks. 5. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

6. Berani mengambil risiko. 7. Cepat tanggap dan mandiri 8. Suka mencari ide-ide yang unik.

Efektif berarti bahwa model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai maksimal, dibuktikan dengan pencapaian kompetensi baru yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan (PSG LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo, 2012: 22). Senada dengan pengertian tersebut Saminanto (2012: 10) mengungkapkan bahwa yang dimaksud efektif adalah selama pembelajaran berlangsung mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran, siswa menguasai kompetensi serta keterampilan yang diharapkan. Pembelajaran efektif dapat dicapai dengan melibatkan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga tercipta suasana yang kondusif, serta terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa (Rusman, 2009: 325).

Menyenangkan maksudnya proses pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Untuk mewujudkan suasana tersebut guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan secara optimal (Rusman, 2011: 327). Mengenai pelibatan ini Mas’ud (2002: 189) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar hendaknya menggunakan prinsip ‘mercy’ atau kasih sayang yang merupakan

(12)

berikutnya. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai definisi PAKEM secara menyeluruh. PAKEM adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif (Daryanto, 2009: 209)

B. Dasar PAKEM 1. Landasan Yuridis

Landasan yuridis adalah landasan pelaksanaan PAKEM berdasarkan hukum positif atau undang-undang yang berlaku di Republik Indonesia. Adapun landasan yuridis penerapan PAKEM adalah sebagai berikut:

a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 1) Pasal 1 ayat 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2) Pasal 4 ayat 3 dan 4:

a) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

b) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteledanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

3) Pasal 39 ayat 2:

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

(13)

a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan

c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1, menyebutkan: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

c. Undang-undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 6, menegaskan: Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

2. Landasan Filosofis

(14)

C. Prinsip PAKEM

Saminanto (2012: 10) mengungkapkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan ketika pendidik atau guru menerapkan PAKEM. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Memahami sifat anak.

Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi yang menjadi landasan untuk berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu PAKEM diharapkan mampu mengembangkan kedua sifat dasar pada anak tersebut.

2. Mengenal siswa secara perorangan.

Siswa memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Kegiatan siswa yang diberikan guru harus disesuaikan dengan tingkat kecepatan belajar siswa. Anak yang cepat dalam belajar dapat dijadikan sebagai tutor sebaya.

3. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar.

Siswa atau anak memiliki sifat dasar senang berkelompok atau berpasangan. Guru dalam menerapkan PAKEM dapat memanfaatkan sifat tersebut dengan mengorganisasikan kelas, dengan tujuan untuk memudahkan mereka berinteraksi atau bertukar pikiran.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu

memecahkan masalah. PAKEM diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritisanak dalam menyelesaikan masalah. Karena pada hakikatnya hidup adalah untuk menyelesaikan masalah.

5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.

Kelas sebagai lingkungan pembelajaran hendaknya didesain sebaik dan senyaman mungkin bagi anak. Hal tersebut dimaksudkan untuk memotivasi anak agar lebih semangat dalam belajar.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar.

Lingkungan dapat berfungsi sebagai media, sumber, dan objek belajar siswa. PAKEM sebaiknya mampu mengenalkan siswa kepada lingkungannya (fisik, sosial, dan budaya). Karena informasi yang dibangun oleh siswa nantinya juga akan dibawa ke dalam lingkungan.

(15)

Umpan balik dalam PAKEM lebih ditekankan sebagai bentuk interaksi antara guru dengan siswa. Guru harus memberikan umpan balik secara santun dan lebih menekankan kelebihan siswa dari pada kelemahan siswa.

8. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental.

PAKEM lebih mengutamakan keaktifan mental siswa dibandingkan fisik. Karena tujuan utamanya adalah agar anak mampu berpikir kritis. Dari kekritisan ini diharapkan akan muncul kreatifitas.

D. Penerapan PAKEM 1. Pengelolaan kelas PAKEM

Pengelolaan kelas adalah pengaturan kelas untuk kepentingan pelajaran, dengan tujuan agar setiap siswa di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien (Djamarah dan Zain, 2006: 176-178). Menurut Sudirman (1991: 311)tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Menurut Mulyadi (2009: 5) dalam bukunya Classroom Management setidaknya ada 4 (empat) tujuan pengelolaan kelas, yaitu:

a. mewujudkan situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka secara maksimal.

b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.

c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka di dalam kelas.

d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,

ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individunya. Menurut Made Pidarta dalam Djamarah dan Zain (2006: 215) agar pengelolaan kelas dapat efektif, maka harus diperhatikan beberapa hal

(16)

a. Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan.

b. Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan kerja sama.

c. Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar. d. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbangan, ketegangan, dan perasaan tertekan.

e. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.

Melvin L. Silberman (2009: 15-18) mengemukakan formasi kelas dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif. Menurutnya terdapat 10 (sepuluh) formasi yang harus diperhatikan guru. Kesepuluh formasi ini adalah alternatif, yang bersifat tentatif, fleksibel, dan realistis sesuai dengan kebutuhan guru dalam proses pembelajaran. Adapun formasi yang dikemukakan Silberman adalah sebagai berikut:

a. Formasi huruf U

Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik melihat pendidik atau media visualnya dengan mudah dan mereka juga dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena pendidik dapat masuk kedalam huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.

b. Formasi Corak Tim

Pendidik mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran diruang kelas agar memungkinkan peserta didik untuk melakukan interaksi tim. Pendidik dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa

peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau media lainnya.

c. Meja Konferensi

(17)

d. Formasi Lingkaran

Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa atau dengan meja kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan langsung.

e. Kelompok Untuk Kelompok

Susunan ini memungkinkan pendidik untuk melakukan diskusi atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari kreatifitas kelompok. Pendidik dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luarnya.

f. Tempat kerja (workstation).

Susunan ini tepatnya untuk lingkungan tipe laboratorium, dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas.

g. Pengelompokan Terpisah (breakout groupings).

Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, pendidik dapat meletakkan meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Pendidik dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan

sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hendaknya dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas, sehingga hubungan diantara peserta didik sulit dijaga.

h. Susunan Chevron.

Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untuk melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (30 atau lebih) dan hanya tersedia beberapa meja, barangkali pendidik perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus.

i. Kelas Tradisional

(18)

membuat nomor genap dari barisbaris ruangan yang cukup diantara mereka semua.

j. Auditorium/Aula

Formasi auditorium atau aula merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruangan kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan pendidik guna mengurangi kebosanan peserta didik yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional atau tradisional. Selain penataan atau pengaturan tempat duduk, sebenarnya masih banyak lagi pembahasan mengenai pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas terkait dengan banyak aspek, setidaknya menurut Reid (2009,54-58) ada 20 (duapuluh) faktor kunci mengelola kelas sebagai lingkungan pembelajaran, seperti pengaturan alat-alat pengajaran,penataan keindahan dan kebersihan kelas, ventilasi dan tata cahaya, warna dan perancangan ruang, prediktabilitas dan rutinitas, memberi siswa rasa kepemilikan dan tanggung jawab, pengaturan siswa, dan sebagainya. Sedangkan Mulyadi (2009) mengungkapkan bahwa pengorganisasian kelas meliputi banyak aspek, seperti pengorganisasian kegiatan pelajaran, siswa, sarana-sarana pelajaran, serta pencatatan dan pelaporan kelas. Semua aspek tersebut hendaknya diperhatikan guru agar proses pembelajaran dapat aktif, efektif dan menyenangkan.

2. Metode-metode berbasis PAKEM

(19)

a. Every one is teacher here (setiap murid menjadi guru) Tujuan dari penerapan model ini adalah membiasakan peserta didik untuk belajar aktif secara individu dan membudayakan sifat berani bertanya, tidak minder, dan tidak takut salah. b. Writing in here and now (menulis pengalaman secara langsung)

Menulis dapat membantu peserta didik merefleksikan pengalamanpengalaman yang telah mereka alami.

c. Reading aloud (membaca dengan keras)

Membaca sesuatu teks dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan pertanyaan dan merangsang diskusi dalam kelas.

d. The power of two and four (menggabung dua dan empat kekuatan).

Tujuan dari penerapan model ini adalah membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih berkesan).

e. Information search (mencari informasi)

Tujuan dari penerapan model ini adalah memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan suatu ilmu pengetahuan dengan proses mencari sendiri.

f. Point-counterpoint (beradu pandangan sesuai perspektif)

Tujuan dari penerapan model ini adalah untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang aktual di masyarakat sesuai dengan posisi yang diperankan.

g. Reading guide (bacaan terbimbing)

Tujuan dari penerapan model ini adalah membantu peserta didik lebih mudah dan terfokus dalam memahami sesuatu materi pokok.

h. Active debate (debat aktif)

Tujuan dari penerapan model ini adalah untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan sesuatu masalah yang kontroversial serta memiliki sifat demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat.

i. Index card match (mencari jodoh kartu tanya jawab)

(20)

j. Jigsaw learning (belajar melalui tukar delegasi antar kelompok)

Tujuan penerapan model ini adalah untuk melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya.

k. Role play (bermain peran)

Tujuan dari penerapan model ini adalah memberikan pengalaman konkrit dari apa yang telah dipelajari. Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari pembelajaran. Menumbuhkan kepekaan terhadap masalahmasalah hubungan sosial. Menyiapkan dan menyediakan dasar-dasar diskusi yang konkrit. Menumbuhkan minat dan motifasi belajar peserta didik. Menyediakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang tersembunyi dibalik suatu keinginan.

l. Debat berantai

Tujuan dari penerapan model ini adalah untuk menggali kemampuan peserta didik agar dapat memberikan argumentasi (reasoning) antara dua pendapat yang kontradiktif supaya tidak berpikir ekstrim dalam menyikapi suatu permasalahan. m. Listening team (kelompok pendengar)

Tujuan dari penerapan strategi ini adalah untuk melatih peserta didik agar terbiasa belajar kelompok secara harmonis untuk mencapai hasil belajar yang lebih efektif. n. Team quiz (pertanyaan kelompok)

Tujuan dari penerapan model ini adalah dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.

o. Small group discussion (diskusi kelompok kecil)

Tujuan dari penerapan model ini adalah agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi sehari p. Card sort (menyortir kartu)

Tujuan dari penerapan model ini adalah mengaktifkan setiap individu sekaligus kelompok (cooperative learning) dalam belajar.

q. Gallery walk (pameran berjalan)

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diselenggarakan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten dengan jumlah siswa keseluran 104 siswa.51 jumlah siswa laki-laki dan 53 jumlah siswa perempuan.Waktu yang diperlukan dalam setiap langkah dalam penelitian ini adalah selama tiga bulan, yaitu dimulai dari bulan …. Tahun Sampai bualan… tahun.

Adapun alasan pemilihan kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten adalah:

1. Kolaborator mengajar di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten;

2. Adanya kesesuaian meteri penjelasan dengan kurikulum yang akan dilakukan peneliti tindakan kelas;

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian 3.

Kegiatan

Bulan

Mingguke Mingguke Mingguke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal X

2 PenyusunanInstrumen X

3 UjiCobaInstrumen X X

4 PenentuanSampel X X

5 Pengumpul Data X X X X

6 Analisis Data X X X

7 Pembuatan Draft Laporan X X X

(22)

9 PenggandaanLaporan X

10 Ujian X

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten yang berjumlah 16 siswa, laki-laki 7 siswa dan perempuan 9 siswa.

C. MetodePenelitian

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini yaitu rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Larangan Selatan Tangerang Banten. Maka metode yang digunakan yaitu metode penelitian tindakan kelas.

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Awalnya penelitian tindakan kelas diadvokasi oleh filosof John Dewey (1910), karena pendekatan ilmiah terdahulu tidak mampu menyelesaikan masalah menjadi sebuah inkuiri sosial. Oleh karena itu, muncul suatu kebutuhan yang lebih lebih memfokuskan pada masalah praktek, bukan pada masalah teori. Pengalam di Amerika Serikat muncul keinginan untuk mewujudkan kolaborasi antara sesama guru untuk mengembangkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan. Berkaitan dengan hal ini Gideonse (19983:iii) mengusulkan restorasi, sehingga penelitian merupakan investigasi terkendali terhadap berbagai aset pendidikan dan pembelajaran dengan cara reflektif. Kemudian Kurt Lewin (1946) memahami hubungan antara teori dan praktek sebagai aplikasi dari hasil peneliti. Menurut Lewin bahwa kekuatan terletak pada masalah-masalah sosial yang lebih spesifik.

D. Rancangan Tindakan

(23)

Untuk mengetahui permasalahan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 02 Larangan Tangerang Banten dalam pembelajaran matematika dilakukan observasi tersebut yaitu dari data aktivitas siswa melalui lembar observasi yang dikumpulkan oleh guru kelas dan hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes formatif. Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka disusun rancangan tindakan yang meliputi perencanaan, observasi, pelaksanaan, dan refleksi dalam setiap siklus. Tahapan-tahapan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru & Sofan Amri. 2011. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM) Gembrot: Mengembangkan pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot (Sebuah Analisis Teoritis, Konseptual, dan Praktis). Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher.

Dimyati & Mudjiono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1980. Metodologi Research. Yogyakarta: YPFP UGM.

Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press

Mas’ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Format pendidikan Non Dikotomik. Yogyakarta: Gama Media.

Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muda, Aslam Syah, 2012. Paikem Solusi Mengajar Modern, (online), (http://kompasiana.com/, diakses 25 Juni 2013).

Mudyahardjo, Redja. 2009. Pengantar pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyadi. 2009. Classroom Management. Malang: UIN Malang Press

Mungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

(25)

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru MI. Semarang: Kementrian Agama.

78

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2007. Jakarta: Dharma Bakti

Poerwadarminta , W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.

Ramadhan, Tarmizi, 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, (online), (http://tarmizi.wordpres.com/, diakses 25 Juni

Gambar

Tabel 3.1Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Menurut Van Dijk, wacana yang terdapat dalam sebuah teks adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti suatu teks perlu

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 t ent ang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Ne- gara Republik Indonesia Nomor

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka disimpulkan bahwa melalui metode roll playing dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Indonesia pada

Orang tua kurang memotivasi anak, hal ini ditunjukkan dengan masih banyak anak yang kurang mandiri (masih ditunggui ibunya), masih sering dilarang melakukan ini-itu, dan

terhadap potensi yang dimiliki suatu varietas padi adalah dengan radiasi

Penelitian ini terbatas pada analisis hujan, evapotranspirasi, debit kebutuhan air dan kelebihan air maksimum hasil konsolidasi di Balai Besar Penelitian Tanaman