• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Job Characteristics dengan Employee Engagement di Perusahaan Telekomunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Job Characteristics dengan Employee Engagement di Perusahaan Telekomunikasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Employee Engagement

1. PengertianEmployee Engagement

Kata “engage” memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang

memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Ketika individu sangat peduli dengan apa yang ia lakukan dan komitmen

untuk melakukan hal itu sebaik mungkin, ia akan merasa terdorong untuk

berbuat daripada hanya diam. Inilah bagian dariengagement(Kahn, 1990). Employee engagementadalah hasrat anggota organisasi terhadap pekerjaan mereka dimana mereka bekerja dan mengekspresikan diri mereka secara

fisik, kognitif, dan emosi selama melakukan pekerjaan (Kahn, 1990;

Albrecht, 2010).

Definisi berbeda diungkapkan oleh Thomas (Henryhand, 2009)

yang menyatakan bahwa employee engagement direpresentasikan sebagai hubungan dua arah antara karyawan dan organisasi dimana kedua pihak ini

sadar akan kebutuhan satu sama lain dan bekerja sama untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Definisi lainnya menurut Schaufeli, Salanova, Roma, & Bakker

(2)

absorption. Vigor dikarakteristikkan dengan tingkat energi yang tinggi, resiliensi, keinginan untuk berusaha, dan tidak menyerah dalam

menghadapi tantangan. Dedication ditandai dengan merasa bernilai, antusias, inspirasi, berharga dan menantang, dan yang terakhir absorption

ditandai dengan konsentrasi penuh terhadap suatu tugas.

Definisi lain juga diungkapkan oleh Lockwood (2005) bahwa

employee engagement sebagai penyataan oleh individu secara emosional

dan intelektual komit terhadap organisasi, yang diukur melalui tiga

perilaku utama: 1) berbicara positif mengenai organisasi kepada rekan

kerja dan pelanggan, 2) memiliki gairah yang intens untuk menjadi

anggota organisasi, meski sebenarnya mendapat peluang kerja di tempat

lain, 3) menunjukkan usaha ekstra dan perilaku yang memiliki kontribusi

terhadap kesuksesan organisasi.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh di

atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa employee engagementadalah bentuk ekspresi fisik, kognitif, dan emosi yang penuh dan positif yang diberikan

karyawan terhadap pekerjaan dan organisasi.

2. Perbedaan Employee Engagementdengan Konsep Lain

Banyak definisi berbeda mengenai employee engagement. Konsep dari employee engagement tersebut seringkali tumpang tindih dengan definisi konstruk lain. Oleh karena banyak riset yang memberikan istilah

(3)

in new dress” (Hallberg & Schaufeli, 2006; Newman & Harrison, 2008;

Albrecht, 2010). Oleh karena itu, konsep ini perlu dibedakan dengan

konstruk-konstruk lain yang berhubungan dengan masalah organisasi.

Menurut Kulaar et al (2008)engagement dihubungkan denganjob involvement.Job involvementdidefinisikan sebagai suatu situasi pekerjaan

menjadi pusat identitas dari karyawan dan keadaan psikologis yang terdiri

dari kognitif atau belief. Hal ini berbeda dengan engagement yang lebih

fokus pada bagaimana individu bekerja dan lebih aktif menggunakan

emosi. Kesimpulannya engagement adalah faktor penyebab dari job involvement.

Employee engagement juga berbeda dengan organizational commitment yang merupakan sikap dan kedekatan individu terhadap

organisasi, dimana engagement tidak hanya sebatas sikap, tapi sebuah tingkatan dimana individu memberikan perhatian terhadap pekerjaan

mereka dan berkonsentrasi penuh terhadap performa peran mereka (Saks,

2006). Konsep employee engagement dapat dibedakan pula dengan job engagement dan organizational engagement. Employee engagement

adalah konsep yang lebih luas meliputi job dan organizational engagement. Karyawan yang mempersepsikan dukungan organisasi tinggi

akan memiliki levelengagementyang lebih tinggi juga pada pekerjaan dan organisasi. Karyawan yang engaged juga akan lebih memiliki hubungan yang baik dengan pimpinan mereka serta memiliki sikap, intensitas dan

(4)

Kesimpulannya, employee engagement merupakan gabungan dari berbagai konsep yang dikemukakan di atas sehingga merupakan konsep

yang lebih besar dari hanya sekedarjob involvement,commitment,jobatau organizational engagement.

3. DimensiEmployee Engagement

Dimensi atau aspek-aspek dari employee engagement terdiri dari

tiga (Kahn, 1990), yaitu:

a. Aspek Kognitif

Aspek ini mengambarkan aspek pikiran yang intinya adalah evaluasi

logis terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi. Hal ini meliputi proses

kognitif karyawan, seperti belief mengenai produk dan jasa dari

organisasi dan persepsi apakah organisasi dapat membuat performa

karyawan menjadi baik (Robinson, Perryman, & Hayday, 2004).

Selama bekerja karyawan yangengagedakan fokus pada pekerjaannya dan menuangkan segala pikiran, kreativitas, dan nilai pada pekerjaan

yang mereka lakukan (Kahn, 1990). Aspek kognitif ini hampir sama

dengan konsep absorption yang ditandai dengan adanya konsentrasi dan minat yang mendalam terhadap pekerjaan, waktu terasa berlalu

begitu cepat dan individu sulit melepaskan diri dari pekerjaan.

(5)

b. Aspek Fisik

Menyatakan niat (intention) seberapa jauh keinginan untuk berbuat

bagi organisasi. Dan dari sisi perilaku apakah tindakan nyata yang

menunjukkan dukungan terhadap organisasi. Aspek ini meliputi energi

yang dikerahkan karyawan dalam menyelesaikan tugasnya. Karyawan

yang engaged akan berusaha ekstra agar perilaku yang mereka timbulkan dapat memberi kontribusi terhadap kesuksesan organisasi

(Lockwood, 2005; Endres & Smoak, 2008). aspek ini sama dengan

konsep vigor yaitu ditandai oleh tingginya tingkat kekuatan dan

resiliensi mental dalam bekerja, kesediaan untuk berusaha dengan

sungguh-sungguh di pekerjaan, dan gigih dalam menghadapi kesulitan

(Schaufeliet al, 2002).

c. Aspek Emosi

Aspek ini meliputi perasaan positif karyawan terhadap organisasi,

sikap empati kepada orang lain, menikmati dan percaya akan yang

dikerjakan serta merasa bangga karena melakukannya. Aspek emosi

ini hampir sama dengan dedication yang ditandai oleh suatu perasaan

yang penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan

(6)

4. Faktor-faktor yang MempengaruhiEmployee Engagement

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi employee engagement.

Faktor-faktor ini meliputi drives yang membuat karyawan merasa engagement(Vazirani, 2007).Drivestersebut antara lain :

a. Career Development

Karir yang terus meningkat adalah harapan dari semua karyawan yang

didukung dengan tersedianya tantangan dalam pekerjaan sekaligus

menyediakan kesempatan kemajuan karir di organisasi (Vazirani,

2007). Dengan diberikannya kesempatan bagi karyawan untuk

mengembangkan kemampuan dan mempelajari keterampilan serta

pengetahuan baru, maka karyawan akan menyadari potensi mereka

masing-masing. Karyawan yang diberikan kesempatan karir dengan

pekerjaan yang menantang akan lebih engagement. Pekerjaan yang menantang adalah drives utama kedua dari employee engagement

(Perrin, 2003).

b. Leadership

Setiap karyawan memerlukan nilai yang jelas dari organisasi seperti

didengarnya pendapat mereka terutama oleh pemimpin (Vazirani,

2007; MacLeod & Clarke, 2009). Produktivitas karyawan akan

meningkat seiring dengan sikap positif pemimpin kepada mereka

(MacLeod & Clarke, 2009). Dalam sebuah studi yang dilakukan pada

orang-orang Belgia ditemukan bahwa pemimpin transformasional

(7)

(Castellano, 2008). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Maslach, Schaufelli, & Leiter (2001) bahwa employee engagement

dikarakteristikkan dengan kekuatan, dedikasi dan kesenangan dalam

bekerja.

c. Autonomy

Kebebasan untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan

pekerjaan merupakan salah satu dari driverdari employee engagement

dan sebanyak 61 % karyawan setuju akan hal ini. Karyawan akan lebih

menerima resiko yang besar jika mereka menganggap bahwa mereka

juga memiliki kontrol terhadap keputusan yang berhubungan dengan

resiko tersebut (Perrin, 2003).

d. Peers

Individu yang memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan

rekan kerjanya akan memiliki pengalaman kerja yang lebih berarti.

Ketika individu disegani, dihormati, dan dihargai kontribusinya, maka

mereka akan meraih sense of meaningfulness dari interaksi tersebut. Hubungan interpersonal yang saling mendukung dan membantu antar

karyawan akan meningkatkan level engagementdari karyawan tersebut (Vazirani, 2007).

e. Image

Ketika organisasi dipandang memiliki kualitas produk dan pelayanan

(8)

tersebut cenderung tinggi. Selain itu, manager yang engaged juga mempengaruhi levelengagementbawahannya (Vazirani, 2007).

f. Communication

Komunikasi dua arah dan terbuka dapat meningkatkan engagement

karyawan (Robinson et al, 2004). Memberikan kesempatan bagi keryawan untuk menyatakan ide-ide dan saran-saran yang lebih baik,

sementara itu di saat yang sama, manager memberitahukan

informasi-informasi yang berhubungan dengan karywan kepada karyawan itu

sendiri.

g. Health and Safety

Suatu riset menyebutkan bahwa level engagement akan tinggi apabila karyawan merasa aman ketika bekerja. Oleh karena itu, organisasi

seharusnya membuat suatu sistem untuk kesehatan dan keselamatan

kerja karyawan (Vazirani, 2007).

h. Job Satisfaction

Tidak ada karyawan yangengagedapabila ia tidak merasa puas dengan pekerjaannya. Oleh karena itu sangat penting untuk organisasi melihat

apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan tujuan karir yang disukai oleh

karyawan tersebut (Vazirani, 2007).

i. Usia, Jabatan, dan Lama Bekerja

Pada penelitan mengenai employee engagement di US, karyawan yang memiliki rentang usia 30-39 tahun mempunyai tingkat engagement

(9)

tahun dan 50 tahun ke atas (Sarkisian, Catsouphes, Bhate, Lee,

Carapinha, & Minnich, 2011). Selain itu menurut penelitan Blessing

White (2011) didapat ada korelasi yang kuat antara tingkatengagement dengan usia, dan peran dalam organisasi. Karyawan yang lebih tua

dengan posisi yang tinggi tingkat kekuasaanya akan lebihengaged.

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi employee engagement di

atas, sebagian besar menempatkan pekerjaan sebagai inti dari engagement itu sendiri. Hal ini antara lain pekerjaan yang menantang (Perrin, 2003),

adanya perkembangan karir (Gubman, 2003; Henryhand, 2009), dorongan

untuk lebih inovatif, dan melibatkan karyawan dalam suatu keputusan

yang berpengaruh terhadap perkerjaan mereka (Vazirani, 2007). Hal ini

mengindikasikan bahwa job characteristics merupakan faktor yang berhubungan denganemployee engagement.

B. Job Characteristics

1. PengertianJob Characteristics

Job characteristics adalah prediksi individu mengenai kondisi tugas yang sesuai dengan pekerjaan mereka, kondisi tugas ini meliputi

skill variety, task identity, task significance, autonomy dan feedback

(Oldham & Hackman, 2005).

Menurut Berry (1998) job characteristics adalah dimensi internal

(10)

dibutuhkan, prosedur dan kejelasan tugas, tingkat kepentingan,

kewenangan dan tanggung jawab serta umpan balik dari tugas yang

dilaksanakan.

Sedangkan menurut Stoner (Berry, 1998) job characteristics

adalah sifat karyawan yang meliputi tanggung jawab, variasi tugas, dan

tingkat kepuasan yang diperoleh dari karakteristik itu sendiri.

Dari definisi-definisi yang diungkapkan berbagai tokoh di atas,

dapat disimpulkan bahwa pengertian dari job characteristics mengarah pada kesimpulan yang sama yaitu suatu kondisi tugas yang terdiri dari

variasi keterampilan yang dibutuhkan, prosedur dan kejelasan tugas,

tingkat kepentingan, kewenangan dan tanggung jawab serta umpan balik

dari tugas yang dilaksanakan.

2. DimensiJob Characteristics

Menurut Hackman dan Oldham (2010), job characteristics memiliki lima dimensi, yaitu :

a. Skill Variety

Dideskripsikan sebagai suatu tingkatan dimana pekerjaan menuntut

karyawan untuk melakukan suatu kegiatan yang menantang

keterampilan dan kemampuan mereka. Hal ini meliputi penggunaan

sejumlah keterampilan dan kemampuan yang berbeda. Beberapa studi

menyatakan bahwa skill varietyadalah salah satu prediktor terbaik dari

(11)

yang memiliki berbagai keterampilan kerja (Glissin & Durick, 1988;

Hunt, Chonko & Wood, 1985; Elanain, 2009).

b. Task Identity

Suatu tingkatan dimana karyawan mengenal dan dapat menyelesaikan

tugasnya secara menyeluruh dari awal sampai akhir dengan hasil yang

terlihat walaupun pada pekerjaan kelompok dan dapat diidentifikasikan.

Hal ini akan lebih berarti bagi karyawan karena mereka menganggap

bahwa pekerjaan tersebut penting dan merasa bangga akan hasil yang

didapatkannya.

c. Task Significance

Suatu tingkat dimana pekerjaan tersebut memiliki pengaruh yang

penting pada kehidupan atau pekerjaan orang lain, baik di dalam

organisasi ataupun lingkungan luar. Studi empiris menyebutkan bahwa

task significance berhubungan positif dengan kepuasan kerja dan

komitmen terhadap organisasi (Glissin & Durick, 1988; Elanain, 2009).

d. Autonomy

Suatu tingkatan dimana pekerjaan menyediakan kebebasan dan

tanggung jawab kepada karyawan dalam mengatur jadwal kerja dan

menentukan prosedur kerja yang akan digunakan. Sejumlah studi

(12)

e. Feedback

Suatu tingkatan mengenai informasi langsung dan jelas dari pekerjaan

itu sendiri tentang performa karyawan tersebut. Bassett (1994)

menyatakan bahwa feedback adalah hal yang paling efektif untuk

meningkatkan performa (Elanain, 2009). Menurut Elanain (2009)

banyak studi empiris menunjukkan bahwa feedback berhubungan positif dengan komitmen dan berhubungan negatif terhadap

ketidakjelasan peran.

3. Critical Psychological State

Kehadiran semua unsur dari job characteristics menciptakan keadaan critical psychological state, yaitu keadaaan psikologis yang

dialami oleh seseorang sehingga membuatnya termotivasi dan puas dalam

bekerja (Oldham & Hackman, 2005), yaitu:

a. Experienced meaningfulness

Experienced meaningfulness adalah keadaan dimana individu mempersepsikan pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting dan

berarti bagi beberapa sistem dari nilai yang ia terima. Skill variety, task significance, dan task identity adalah dimensi yang

(13)

b. Experienced responsibility

Pekerjaan yang memberikan kebebasan dalam jadwal kerja dan

penentuan prosedur yang harus dilakukan (autonomy) akan membuat

karyawan lebih bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Sehingga

pada akhirnya ia dapat merasakan bahwa pekerjaannya saat ini

sebagian besar tergantung pada usaha, inisiatif, dan kemampuannya

sendiri. Semakin tinggi otonomi yang diberikan kepada individu, maka

kecendrungan mempunyai tanggung jawab secara pribadi terhadap

hasil dari pekerjaannya tersebut.

c. Knowledge the results

Keadaan ini muncul karena adanya unsur feedback dalam proses penyesuaian terhadap lingkungan kerja. Ketika karyawan mengetahui

seberapa baik usaha yang ia lakukan, hal ini membuat ia mendapatkan

perasaan menyenangkan atas keberhasilannya melakukan tugas

tersebut atau apabila feedback yang diterima buruk, karyawan bisa

belajar dan berusaha untuk lebih baik di pekerjaan selanjutnya.

Kehadiran ketiga kondisi psikologis ini akan menghasilkan

motivasi kerja yang tinggi, dimana motivasi ini lebih bersifat internal,

kepuasaan kerja yang terus tumbuh, tingginya efektifitas kerja (Oldham &

Hackman, 2005) dan rendahnya tingkat absensi serta berhenti kerjanya

karyawan (Djastuti, 2011). Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa job characteristics dapat membuat karyawan mengalami kondisi

(14)

Ketiga kondisi ini akan membuat motivasi kerja karyawan tinggi, puas dalam

bekerja, tingginya efektifitas kerja yang membuat rendahnya tingkat turnover

dan resign dari pekerjaan dimana hal-hal ini diindikasikan sebagai ciri-ciri dari karyawan yangengaged(Robinsonet al, 2004).

C. Hubungan Job Characteristics dengan Employee Engagement di Perusahaan Telekomunikasi

Employee engagement memiliki berbagai dampak positif terhadap produktivitas kerja (Castellano, 2008) dan berpengaruh terhadap keuntungan

organisasi, kepuasan dan kesetiaan pelanggan, retensi atauturnoverkaryawan serta keamanan (Vance, 2006; Castellano, 2008; Henryhard, 2009).Employee

engagement juga berkorelasi positif dengan komitmen terhadap organisasi danorganizational citizenship behavior(Saks, 2006). Oleh karena banyaknya dampak positif tersebut, level employee engagement pada masing-masing

karyawan harus ditingkatkan guna mencapai produktivitas organisasi yang

maksimal. Peningkatan tersebut dapat ditinjau dari faktor-faktor yang

mendorong tingkatemployee engagement.

Banyak faktor yang mendorong terjadinya employee engagement salah satunya adalah job characteristics yang berpengaruh langsung terhadap

sikap dan perilaku di tempat kerja (Castellano, 2008). Selain itu, menurut

(15)

terdiri dari lima dimensi yaitu skill variety, task identity, task sigificance, autonomy dan feedback(Oldham & Hackman, 2005).Ada indikasi bahwajob

characteristics berhubungan positif dengan employee engagement, hal ini terlihat dari banyaknya riset yang membahas bentuk tugas yang dapat

meningkatkan level employee engagement (Kahn, 1990; Perrin, 2003; Saks, 2006; Castellano, 2008). Hubungan antara job characteristics dengan employee engagement dapat ditinjau dari masing-masing aspek dari kedua

konstruk ini.

Skill variety mempengaruhi level engagement seorang karyawan.

Karyawan akan mengerahkan energinya untuk mengerjakan pekerjaan

sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap organisasi. Dengan demikian

karyawan akan mempersepsikan pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting

dan kesempatan baginya untuk berkembang, termotivasi secara internal, puas

dengan pekerjaan dan memiliki kualitas kerja (Oldham & Hackman, 2010).

Kondisi yang demikian akan membuat karyawan mengalami psychological meaningfulness (Kahn, 1990; Oldham & Hackman, 2005). Meaningfulness adalah kondisi psikologis orang yang engaged. Meaningfulness juga akan

dialami oleh karyawan yang tugas kerjanya menantang (Kahn, 1990).

Semakin banyak keterampilan yang dituntut untuk mengerjakan suatu tugas

akan membuat karyawan merasa tertantang (Hackman & Oldham, 1974).

(16)

(2011) bahwa pekerjaan yang menantang merupakan faktor utama yang

mendorong karyawan untukengaged.

Hasil tampak yang merupakan karakteristik dari task identity merupakan bentuk energi yang dikerahkan karyawan dalam menyelesaikan

tugasnya secara menyeluruh dari awal sampai akhir (Hackman & Oldham,

2005). Hal ini diidentikkan dengan aspek fisik dari employee engagement yaitu sikap sungguh-sungguh di pekerjaan dan gigih dalam menghadapi

kesulitan (Schaufeli et al, 2002). Pekerjaan yang memiliki pengaruh penting pada kehidupan atau pekerjaan orang lain (task significance) menuntut

karyawan bersikap empati kepada orang lain. Sikap empati ini merupakan

aspek emosi dari employee engagement. Seorang yang engagement tetap menjaga bagaimana perannya tanpa mengorbankan orang lain (Kahn, 1990).

Aspek job characteristics lainnya yaitu, autonomy menyediakan kebebasan dan tanggungjawab kepada karyawan untuk membuat keputusan

mengenai pekerjaannya sendiri. Kebebasan untuk membuat keputusan yang

berhubungan dengan pekerjaan merupakan salah satu driver dari employee engagementdan sebanyak 61 % karyawan setuju akan hal ini (Perrin, 2003).

Diberikannya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

dapat mengurangi stres karyawan juga menciptakan kepercayaan dan budaya

dimana karyawan ingin memecahkan masalah dan memberikan solusi. Aspek

autonomy ini berhubungan dengan aspek fisik, kognitif, dan emosi dari employee engagement. Aspek kognitif berhubungan dengan konsentrasi dan

(17)

fisik berhubungan dengan energi yang mereka kerahkan untuk mencapai

keputusan yang optimal, dan aspek emosi berhubungan dengan perasaaan

bahwa mereka dipercaya untuk membuat suatu keputusan sendiri. Studi lain

menyebutkan bahwa autonomy berhubungan positif dengan motivasi kerja,

komitmen, performa, dan kepuasaan kerja (Oldham & Hackman, 2005),

dimana hal ini dapat mendorong karyawan untukengaged(Elanain, 2009). Aspek terakhir dari job characteristics adalah feedback yaitu

informasi langsung dan jelas dari pekerjaan itu sendiri mengenai performa

karyawan tersebut. Adanya feedback akan mengurangi ketidakjelasan peran

karyawan. Ketika sebuah peran jelas dilakukan, karyawan akan lebih

mencurahkan segala pikiran, kreativitas, dan nilai pada pekerjaan yang

mereka lakukan (Kahn, 1990) dan dengan mengetahui seberapa baik usaha

yang ia lakukan akan membuat karyawan mendapat perasaaan yang

menyenangkan melakukan tugas tersebut (Oldham & Hackman, 2005).

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa job characteristics berhubungan dengan employee engagement, oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuktikan secara empiris mengenai hubungan antara job

characteristicsdenganemployee engagement.

D. HIPOTESIS PENELITIAN 1. Hipotesis Mayor

“Ada hubungan positif antara job characteristics dengan employee

(18)

skor job characteristics semakin tinggi pula skor employee engagementkaryawan perusahaan Telekomunikasi.

2. Hipotesis Minor

a. Ada hubungan positif antara skill variety dengan employee engagement di perusahaan Telekomunikasi yang berarti semakin

tinggi skor skill variety semakin tinggi pula skor employee engagement.

b. Ada hubungan positif antra task identity dengan employee engagement di perusahaan Telekomunikasi yang berarti semakin

tinggi skor task identity semakin tinggi pula skor employee engagement.

c. Ada hubungan positif antara task significance dengan employee

engagement di perusahaan Telekomunikasi yang berarti semakin tinggi skor task significance semakin tinggi pula skor employee engagement.

d. Ada hubungan positif antara autonomy dengan employee engagement di perusahaan Telekomunikasi yang berarti semakin

tinggi skor autonomy semakin tinggi pula skor employee engagement.

e. Ada hubungan positif antara feedback dengan employee engagement di perusahaan Telekomunikasi yang berarti semakin tinggi skor feedback semakin tinggi pula skor employee

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat PPKBLUD, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk

2.. Rangkaian foward bias yaitu kaki anodanya disambungkan ke kutub positif dan katodanya disambungkan ke kutub negatif. Dari data di atas dapat diketahui bahwa

3.4 The Group entity or the certification body shall evaluate every applicant for membership of the Group and ensure that there are no major nonconformities with

Lands Land surface temperature maps (LST) Temperature distribution maps for urban areas, high resolu- Normalized difference vegetation tion land use analysis, biomass and

Dari penjelasan tentang pendekatan sistem tersebut analisis jaringan kerja memiliki hubungan yang erat dengan pendekatan sistem, yaitu agar di dalam proses jaringan

[r]

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini yang melakukan observasi adalah guru kelas IV SD Negeri 2 Jatisari, observasi dilakukan