• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak menguasai negara meliputi seluruh tanah dalam wilayah Republik

Indonesia baik tanah-tanah yang tidak ada atau belum ada, maupun yang sudah dihaki

dengan hak perorangan. Menurut UUPA, tanah-tanah di Indonesia sejak tahun 1960

dibedakan atas tanah negara dan tanah hak, tanah negara maksudnya yaitu

tanah-tanah yang diatasnya belum diletakkan dengan sesuatu hak perorangan hingga negara

mempunyai kekuasaan yang bersifat langsung atas tanah tersebut. Sebaliknya tanah

hak ialah tanah-tanah yang telah dikuasai dengan sesuatu hak perorangan.1

Ketentuan- ketentuan Dasar Pokok Agraria menempatkan hak menguasai negara atas tanah diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yaitu:2

1. Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan hal-hal sebagai

yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air, dan luar angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

2. Hak menguasai negara termaksud dalam ayat (1) Pasal ini memberikan

wewenang untuk:

a) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan

dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa;

b) menentukan dan mengatur hubungan –hubungan hukum antara orang

dengan bumi, air, dan ruang angkasa.

c) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dan perbuatan – perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, ruang angkasa.

Hak menguasai negara sebagai organisasi kekuasaan “mengatur” hingga

membuat peraturan kemudian “menyelenggarakan” artinya melaksanakan atas

1

Bambang Eko Supriyadi, Hukum Agraria Kehutanan,( Jakarta: Rajawali Pers,2013), hal 49

2

(2)

penggunaan /peruntukan, persediaan, dan pemeliharaannya dari bumi, air, ruang

angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.3

Sehubungan dengan hak menguasai negara, Supriadi mengatakan:

Hak menguasai negara tidak dapat dipindahkan kepada pihak lain, melainkan tanah negara hanya dapat diberikan dengan sesuatu hak atas tanah kepada pihak lain, pemberian hak atas tanah ini bukan berarti negara melepaskan hak menguasai negara tersebut dari suatu tanah, tanah tersebut masih dalam penguasaan negara. Pelaksanan hak menguasai negara dapat dilimpahkan sepanjang hal tersebut diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat hukum adat, pelimpahan tersebut juga dapat dilakukan kepada badan-badan otorita dan perusahaan-perusahaan negara dan perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan daerah. Hak menguasai negara bersifat tidak akan hapus selama negara Republik Indonesia masih ada sebagai

negara yang berdaulat.4

Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA, Pasal 4 ayat (1) dan

(2) bahwa:5

Atas dasar hak menguasai dari negara ditentukan adanya macam-macam hak atas tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai baik secara sendirian maupun secara bersama-sama dengan orang lain serta badan hukum, dimana hak atas tanah ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan sedemikian rupa, begitu pula bumi dan air serta ruang udara diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Kebijakan hak atas tanah dalam Hukum Agraria membagi hak atas tanah dalam

dua bentuk yaitu hak atas tanah yang bersifat primer yaitu hak-hak atas tanah yang

dapat dimiliki secara langsung oleh perorangan dan badan hukum yang mempunyai

waktu lama dan dapat dipindahtangankan kepada orang lain atau ahli warisnya. Hak

atas tanah yang bersifat primer yaitu hak milik atas tanah, hak guna usaha, hak guna

3

A.P Parlindungan, Komentar UUPA Nomor 5 Tahun 1960( Bandung: Mandar Maju. 1998) hal 44

4

Supriadi, Op.Cit, hal 61

5

(3)

bangunan, hak pakai. Hak atas tanah yang kedua adalah hak atas tanah bersifat

sekunder yaitu hak atas tanah yang bersifat sementara, dikatakan sementara karena hak

tersebut hanya dapat dinikmati dalam waktu tertentu, yang termasuk hak atas tanah

yang bersifat sekunder adalah hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, hak

menyewa atas tanah pertanian.6

Kebutuhan akan tanah seiring dengan meningkatnya kegiatan usaha pada saat

ini terus meningkat, dengan dikeluarkannya undang-undang yang mengatur tentang

penanaman modal yang kemudian telah mengalami perubahan-perubahan, menjadi

Undang-Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, menyediakan fasilitas

kepada penanam modal untuk menanamkan modalnya dalam kegiatan industri dan

perdagangan, menyebabkan kebutuhan akan tanah meningkat.7 Sehubungan dengan

itu menjadi kewajiban dari pemerintah untuk membantu penyediaan tanah yang

diperlukan oleh pihak swasta dalam membangun proyek-proyek dengan tidak

mengabaikan kewajiban memberikan perlindungan/ pengayoman kepada rakyat/

pemilik tanah.8

Pemerintah melakukan upaya untuk menyediakan tanah yang diperlukan pihak

pihak pengusaha dan memberikan kewenangan bagi pihak pengusaha untuk

merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan guna keperluan

usahanya, hal ini dilakukan pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan akan tanah

dan dapat ikut serta mengembangkan kegiatan industri di Indonesia

6

Supriadi, Op.Cit, hal 65

7

D.Soetrisno, Tata Cara Perolehan Tanah Untuk Industri, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004) hal 1

8

(4)

Upaya pemerintah untuk menyediakan tanah tersebut juga untuk memenuhi

hukum agraria nasional harus memberi kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi,

air, dan ruang angkasa, sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia dan

perkembangan zaman serta merupakan perwujudan asas ke-tuhanan yang maha esa,

perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial.

Adanya program pemerintah untuk percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi telah ditetapkan suatu program yang dinamakan Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yaitu sebuah pola induk

perencanaan ambisius dari pemerintah Indonesia untuk dapat mempercepat realisasi

perluasan pembangunan ekonomi dan pemerataan kemakmuran agar dapat dinikmati

secara merata di kalangan masyarakat.9

MP3EI merupakan bagian integral perencanaan pembangunan nasional. Sebagai

dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang

sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi

perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan

maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong

percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan

dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada

seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17

Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi

9

(5)

dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk

melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan

dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena

merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global.10

Untuk melakukan koordinasi pelaksanaan MP3EI Presiden membentuk suatu

lembaga Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

2011-2025 ( KP3EI), mengenai KP3EI tersebut juga diatur pada Pasal 4 Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia(MP3EI), KP3EI memiliki tugas-tugas

antara lain:

1. melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI;

2. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan MP3EI

3. menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka penyelesaian

permasalahan dan hambatan pelaksanaan MP3EI.

Lembaga ini diketuai oleh Presiden Republik Indonesia, dalam pelaksanaan kesehariannya, KP3EI mempunyai perangkat kelembagaan yang dibentuk oleh

Presiden Republik Indonesia sebagai berikut:11

Tim Kerja KP3EI, yang tediri dari:

1. Tim kerja regulasi;

2. Tim kerja konektivitas;

3. Tim kerja sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Tim kerja koridor ekonomi sumatera;

5. Tim kerja koridor ekonomi jawa;

6. Tim kerja koridor ekonomi kalimantan;

7. Tim kerja koridor ekonomi sulawesi;

8. Tim kerja koridor ekonomi bali dan nusa tenggara; dan

9. Tim kerja koridor ekonomi papua dan kepulauan maluku.

10 Ibid 11

(6)

Tujuan utama dari terbentuknya MP3EI adalah untuk peningkatan potensi

ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi, percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi indonesia diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini

pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap

wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk

memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah

serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.12

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan

mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan

konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan

ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Secara

keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan

Koridor Ekonomi Indonesia.13 Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor

ekonomi ini menjadi salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).14

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus dibentuk guna mempercepat

12

Ibid

13

Ibid

14

(7)

pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan

ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam

kesatuan ekonomi nasional, perlu dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus.

Kemudian dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No 2 tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus merupakan

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu atau perlakuan khusus.

Dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi dibutuhkan

penciptaan kawasan-kawasan ekonomi baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

yang telah ada. Pemerintah dapat memberikan perlakuan khusus untuk mendukung

pembangunan pusat-pusat tersebut, khususnya yang berlokasi di luar Jawa, terutama

kepada dunia usaha yang bersedia membiayai pembangunan sarana pendukung dan

infrastruktur.

Tujuan pemberian perlakuan khusus tersebut adalah agar dunia usaha memiliki

perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,

pemberian perlakuan khusus tersebut antara lain meliputi kebijakan perpajakan dan

kepabeanan peraturan ketenagakerjaan, dan perijinan sesuai kesepakatan dengan dunia

usaha.

Pembentukan, pembangunan dan pengoparasiaan Kawasan Ekonomi Khusus

dilakukan dengan adanya usulan dari Badan Usaha, Pemerintah Kabupaten/ Kota atau

(8)

pemerintah non kementerian. Dengan terbukanya kesempatan untuk badan usaha dapat

mengusulkan sebagai Badan Usaha Pembangunan dan Pengelola Kawasan Ekonomi

Khusus, PT. Perkebunan Nusantara III ( Persero) mengusulkan agar dapat menjadi

Badan Usaha Pembangun dan Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang memiliki lahan perkebunan yang

didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditi tersebut

mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun areal seluas 2.002,77 Ha

(dua ribu dua koma tujuh puluh tujuh hektar) berdasarkan Sertipikat Hak Guna Usaha

Nomor 1/ Sei Mangkei Atas Nama PT.Perkebunan Nusantara III yang terletak di

kabupaten Simalungun, Kecamatan Bosar Maligas, Desa Sei Mangkei sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus koridor ekonomi Sumatera.

Dengan adanya pengusulan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Sei

Mangkei oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) kemudian mendapat persetujuan

dari Pemerintah Kabupaten Simalungun yaitu melalui Surat Bupati Simalungun

tanggal 10 Desember 2007 Nomor 503/993/PIT perihal Pemberian Izin Prinsip

Persetujuan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan kemudian diajukan oleh

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Dewan Nasional Kawasan Ekonomi

Khusus.

Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus setelah melakukan pengkajian,

menyetujui usulan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan

mengajukan rekomendasi penetapannya kepada Presiden, untuk penetapan kawasan

(9)

Nusantara III (Persero) sebagai badan usaha pengusul telah memenuhi dan melengkapi

kriteria dan persyaratan penetapan Kawasan Sei Mangkei sebagai Kawasan Ekonomi

Khusus tercantum pada Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 2012 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Sei Mangkei (KEK Sei Mangkei) dan hal tersebut juga disetujui oleh

Menteri Badan Usaha Milik Negara dengan Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara

tanggal 30 Mei 2008 Nomor S-465/MBU/2008 perihal Persetujuan Pembangunan

Kasawan Industri Sei Mangkei.

Sebelum adanya penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, lahan

seluas 2.002,77 Ha (dua ribu dua koma tujuh puluh tujuh hektar) yang terdaftar Atas

Nama PT. Perkebunan Nusantara III ( Persero) dengan Sertipikat HGU Nomor 1/ Sei

Mangkei di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Bosar Maligas Sei mangkei, desa Sei

Mangkei digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan setelah adanya penetapan

Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei kemudian peruntukan lahan berubah tidak

hanya kegiatan usaha perkebunan saja melainkan dibagi menjadi tiga zona yaitu zona

industri, zona logistik dan zona pariwisata.

Perubahan peruntukan lahan ini menjadi salah satu dasar harus dilakukan

perubahan hak atas tanah yang melekat pada lahan Kawasan Ekonomi Khusus Sei

Mangkei, yaitu perubahan Hak Guna Usaha menjadi Hak Pengelolaan. Hal tersebut

dilakukan agar penggunaan tanah untuk Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei

tersebut dapat dilakukan secara maksimal, baik untuk zona industri, zona logistik dan

(10)

Selain dari alasan perubahan peruntukan lahan yang dijadikan Kawasan

Ekonomi Khusus Sei Mangkei, alasan dilakukannnya perubahan Hak Guna Usaha

menjadi Hak Pengelolaan yaitu dalam rangka kegiatan pembebasan tanah yang akan

dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei. Menurut Pasal 32 Peraturan

Pemerintah No 11 Tahun 2011 dalam hal tanah untuk lokasi KEK dibebaskan oleh

Badan Usaha Milik Negara kepadanya dapat diberikan hak atas tanah berupa hak

pakai atau hak pengelolaan

Pemberian Hak Pengelolaan pada Kawasan Ekonomi Sei Mangkei, oleh PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) ini nantinya akan digunakan dan dimanfaatkan

sesuai peruntukan, sifat dan tujuan dari hak yang diberikan serta tidak akan

diterlantarkan.

Pemberlakuan Kawasan Ekonomi Khusus pada Sei Mangkei membawa

keuntungan ekonomi secara nasional maupun regional, Kawasan Ekonomi Khusus

dapat menjadi daya tarik bagi investor dalam negeri maupun investor asing untuk

menanamkan modalnya di Kawasan Ekonomi Khusus.

Namun para investor harus menunggu terlebih dahulu karena permohonan

perubahan hak atas tanah yang diajukan oleh PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

kepada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) memerlukan waktu

penyelesaian yang cukup lama, hal ini dapat menjadi kendala karena pihak investor

harus tertahan terlebih dahulu untuk dapat melakukan investasi pada Kawasan

Ekonomi Khusus Sei Mangkei. Penundaan investasi yang akan dilaksanakan di

(11)

apabila penetapan perubahan hak atas tanah di Kawasan Sei Mangkei tersebut masih

terkendala.

Adanya jangka waktu penyelesaian yang lama terkait perubahan status Hak

Guna Usaha menjadi Hak Pengelolaan itu disebabkan karena salah satu persyaratan

yaitu rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei harus memiliki

Rencana Tata Ruang Wilayah, sedangkan Pemerintah Kabupaten Simalungun pada

saat proses permohonan Hak Pengelolaan berlangsung belum memiliki Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun yang mengakomodir

Kawasan Ekonomi Khusus merupakan salah satu syarat agar proses perubahan Hak

Guna Usaha menjadi Hak Pengelolaan dapat berlangsung, dengan ditetapkan nya

perubahan Hak Guna Usaha menjadi Hak Pengelolaan maka PT.Perkebunan Nusantara

III (Persero) sebagai pihak pemegang hak pengelolaan yang diberikan kewenangan dari

negara dapat menjalankan wewenang menggunakan tanah untuk keperluan usahanya,

dan dapat menyerahkan bagian-bagian dari pada tanah itu kepada pihak ketiga menurut

persyaratan yang diajukan oleh pemegang hak pengelolaan. Pihak lain atau pihak ketiga

yang berkeinginan untuk memanfaatkan bagian-bagian dari tanah hak pengelolaan

berkewajiban untuk mengadakan perjanjian tertulis.15

Atas dasar pemikiran tersebut, perlu adanya suatu penelitian lebih lanjut

mengenai seperti apa proses permohonan perubahan hak atas tanah tersebut, serta hal-

hal yang berkembang pada proses permohonan perubahan hak atas tanah tersebut.

15

(12)

Maka dengan latar belakang diatas dilakukan penelitian yang dituangkan dalam judul

tesis “ Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha

Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei

PT.Perkebunan Nusantara III (Persero).”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan-

permasalahan yang perlu dibahas dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimanakah proses perubahan status hak atas tanah pada Kawasan Ekonomi

Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III?

2. Apa yang menjadi kendala yang dihadapi PT.Perkebunan Nusantara III dalam

proses perubahan status hak atas tanah pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei

Mangkei?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perubahan status hak atas tanah pada pada Kawasan

Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi PT.Perkebunan Nusantara III

(Persero) dalam proses perubahan status hak atas tanah pada Kawasan Ekonomi

Khusus Sei Mangkei.

D. Manfaat Penelitian

(13)

1. Teoritis, yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran

dibidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya

hukum agraria

2. Praktis: pembahasan tesis ini diharapkan bermanfaat dan dapat membantu bagi

pihak-pihak yang akan melakukan perubahan status Hak Guna Usaha menjadi Hak

Pengelolaan serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul pada

proses perubahan status hak atas tanah.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas

Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Magister Kenotariatan Universitas Sumatera

Utara, belum terdapat penelitian yang berjudul “ Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas

Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan

Ekonomi Khusus Sei Mangkei”, akan tetapi ada beberapa penelitian yang

menyangkut mengenai peralihan hak atas tanah salah satu nya yaitu:

1. “Peralihan Hak Guna Usaha Sekaligus Dilakukan Alih Fungsi Penggunaan

Tanah” Tesis Oleh Vivi Dumasari Siahaan Nim:087011130. Adapun yang

menjadi permasalahan untuk dikaji adalah :

a.Bagaimanakah prosedur peralihan Hak Guna Usaha melalui

perikatan jual beli sekaligus dengan alih fungsi penggunaan tanah?

b.Bagaimanakah akibat hukum yang timbul dari peralihan Hak Guna

(14)

c.Bagaimanakah peranan notaris dan PPAT dalam peralihan Hak

Guna Usaha sekaligus dengan alih fungsi penggunaan tanah ?

2. “Pelaksanaan Perubahan Hak Milik Atas Tanah Menjadi Hak Guna

Bangunan Pada Yaspendhar Medan (Studi : Kampusi-Jln. Imam Bonjol No.

35 Medan)” tesis oleh rini afrianty nim: 097011130/m.kn, Adapun

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

a.Bagaimanakah pelaksanaan perubahan Hak Milik atas tanah menjadi

Hak Guna Bangunan pada Yaspendhar Medan?

b.Bagaimanakah kepastian hukum terkait pelaksanaan perubahan Hak

Milik atas tanah menjadi Hak Guna Bangunan pada Yaspendhar

Medan?

c.Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

perubahan Hak Milik atas tanah menjadi Hak Guna Bangunan pada

Yaspendhar Medan?

Namun untuk penelitian yang mengambil objek penelitian di Kawasan Ekonomi

Khusus Sei Mangkei itu sendiri belum terdapat. Dengan demikian penelitian ini dapat

dinyatakan asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. Penulis

bertanggung jawab apabila dikemudian hari ternyata penelitian tesis ini merupakan

(15)

E. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis

berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu

sistem, sedangkan konsisten yaitu tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu

kerangaka tertentu.16

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis,

kerangka teori merupakan landasan atau dukungan teori dalam membangun atau

memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dalam

penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat jelas nilai-nilai oleh

postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi.17

Tujuan kerangka teori ini adalah untuk memperdalam ilmu pengetahuan serta

mempertajam konsep penelititan. Kerangka teori dan kerangka konsepsional antara

lain berisi tentang pengkajian terhadap teori-teori, defenisi-defenisi tertentu yang

dipakai sebagai landasan pengertian dan operasional dalam pelaksanaan penelitian.18

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antar konsep.19

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta:Universitas Indonesia,1981) hal 42

17

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991) hal 254

18

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek (Jakarta:Sinar Grafika,1996)hal 30

19

(16)

Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada kerangka teori yang

digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ini adalah teori kepastian hukum

Teori Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adanya

aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh

atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari

kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum

itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh

Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam

undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara

putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang

telah di putuskan.20

Bila kepastian hukum yang dijadikan sasaran, maka hukum formal adalah

wujud yang dapat diambil sebagai tolak ukurnya, dengan demikian perlu mengkaji

hukum formal sebagai basis menganalisis suatu kebijakan yang dapat menganalisis

suatu kebijakan yang dapat memberikan kepastian hukum di dalam menggerakkan

usaha tersebut kedepan.21

Dalam menjamin kepastian menjadi tugas hukum, hukum berhasil menjamin

sebanyak-banyaknya kepastian hukum dalam hubungan-hubungan kemasyarakatan.

20

Peter Mahmud Marzuki,Pengantar Ilmu Hukum(Jakarta :Kencana Pranada Media Group:2008) hal 158

21

(17)

Tuntutan dari nilai kepastian hukum adalah hukum itu harus berjalan sesuai dengan

ketentuannya didalam mengatur hubungan antara manusia dan harus diutamakan.22

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustiabel terhadap tindakan

sewenang-wenang, yang berarti seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang

diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian

hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum

bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan ketertiban masyarakat.23

Kepastian hukum memiliki peranan penting dalam mendukung keadaan iklim

dunia usaha yang kondusif, kegiatan dunia usaha akan mengalami hambatan apabila

kepastian hukum dalam kegiatan usaha tidak terpenuhi. Kepastian hukum dalam

kegiatan dunia usaha dapat berasal dari terjamin nya keamanan para investor untuk

melakukan kegiatan investasi di Indonesia, sehingga para investor tidak akan takut

untuk melakukan kegiatan investasi di Indonesia.

Kepastian hukum dimaknai dalam suatu aturan yang bersifat tetap, yang bisa

dijadikan sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah. Peran pemerintah

melalui kebijakannya/keputusannya dapat membuat kepastian hukum sepenuhnya,

sehingga hukum dibangun sebagai alat untuk mencapai kepastian hukum. 24

22

E. Utrecht, Pengantar Ilmu Hukum( Jakarta:Balai Buku Ichtiar,1957) hal 254

Sebab

wujud kepastian hukum adalah peraturan-peraturan dari pemerintah pusat seperti yang

23

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (suatu Pengantar)(Yogyakarta : Liberty, 1988), halaman

24

Panjaitan,Poltak UB. Analisis Hukum Fasilitas Bagi Investor Di Kawasan Ekonomi Khusus

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, diakses pada tanggal 19 Januari 2015 pada

(18)

dikemukakan oleh Soerjono Soekanto sebagaimana dikutip oleh Sentosa Sembiring,

bahwa wujud kepastian hukum adalah peraturan-peraturan dari pemerintah pusat yang

berlaku umum diseluruh wilayah negara.25

Dengan menggunakan teori kepastian hukum akan dilihat bagaimana ketersedian

aturan-aturan hukum yang mengatur selama proses perubahan Hak Guna Usaha menjadi

Hak Pengelolaan pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, dan bagaimana

instansi-instansi terkait memenuhi kepastian hukum dengan proses perubahan Hak

Guna Usaha menjadi Hak Pengelolaan. Dengan demikian diharapkan akan memenuhi

jaminan bagi jalannya keseimbangan akan kepentingan para pihak. Dengan

menggunakan kepastian hukum maka akan didapatkan bagaimana hubungan penetapan

Hak Pengelolaan untuk Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei memenuhi kepastian

hukum bagi para pihak yang berkepentingan.

2. Konsepsi

Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain-lain

seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep

merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep

adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang

berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analistis.

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu

didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar secara

25

(19)

operasional dapat dibatasi ruang lingkup variabel dan dapat diperoleh hasil penelitian

yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan yaitu:

a. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai

langsung oleh negara (tanah negara) guna perusahaan pertanian, perikanan

atau peternakan, PP No 40 Tahun 1996 menambahkan guna usaha

perkebunan.26

b. Hak Pengelolaan menurut pasal 1 ayat 4 adalah hak menguasai dari negara

yang kewenangan pelaksanaannya sebagaimana dilimpahkan kepada

pemegangnya.

c. Pelepasan Hak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum adalah kegiatan pemutusan hubungan hukum dari pihak

yang berhak kepada negara melalui Lembaga Pertanahan.

d. Perubahan Hak menurut Peraturan Meteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional nomor 9 Tahun 1999 Tentang tata Cara Pemberian Dan

Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan adalah penetapan

Pemerintah mengenai penegasan bahwa sebidang tanah yang semula

dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah tertentu, atas permohonan pemegang

haknya, menjadi tanah Negara dan sekaligus memberikan tanah tersebut

kepadanya dengan hak atas tanah jenis lainnya.

26

(20)

e. Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK menurt Peraturan

Pemerintah No 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei

Mangkei (KEK Sei Mangkei) adalah kawasan dengan batas tertentu dalam

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk

menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

F. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

Metode penelitian hukum normatif yaitu suatu prosedur penelitian ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.27

Menurut Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad penelitian hukum normatif yaitu

penelitian hukum yang melekatkan hukum sebagai norma. Sistem norma yang

dimaksud adalah mengenai asas- asas, norma, kaidah dari peraturan

perundang-undangan putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin.28

Metode penelitian normatif juga mengacu kepada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta

norma-norma yang ada dalam masyarakat.

29

27

Johnny Ibrahim, Teori dan Penelitian Hukum Normatif( Malang: Bayumedia Publishing,2005) hal 47

Dengan menggunakan penelitian yuridis

normatif diharapkan penelitian ini dapat menelaah objek penelitian ini dari segi

Asas-Asas hukum, untuk memahami adanya hubungan antara penelitian ini dengan hukum

positif yang berlaku. Dalam hal ini, maka penelitian terhadap asas-asas hukum

mungkin bertitik tolak dari bidang- bidang tata hukum tertulis tertentu dengan cara

28

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Hukum Empiris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010) hal 34

29

(21)

mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap kaidah-kaidah hukum yang telah

dirumuskan (umpamanya) didalam perundang-undangan tertentu. 30

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini merupakan penelitian hukum

normatif. Hal ini dikarenakan fokus penelitian adalah meneliti norma-norma hukum

positif yang terkait langsung dengan perubahan status hak dari Hak Guna Usaha

menjadi Hak Pengelolaan dalam konteks pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus yang

dalam hal ini adalah Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero).

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis, artinya bahwa penelitian ini termasuk

lingkup penelitian yang menggambarkan, menjelaskan, menganalisis peraturan

perundang-undangan yang berkaitan tentang peraturan hukum agraria khususnya

mengenai perubahan hak atas tanah dari status Hak Guna Usaha menjadi Hak

Pengelolaan dalam rangka pembangunan dan pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus

Sei Mangkei PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Dengan penelitian ini bersifat

deskriptif analisis juga diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis

tentang permasalahan yang akan diteliti.

2. Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Penelitian tesis ini menjadikan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei yang

ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dan dikelola oleh PT.Perkebunan

Nusantara III menjadi lokasi penelitian dan menjadikan permohonan PT.Perkebunan

Nusantara III untuk melakukan perubahan hak atas tanah sebagai objek penelitian.

30

(22)

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian tesis ini adalah data primer dan data sekunder,

data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung

dari informan/ narasumber sebagai data penunjang, dan data sekunder diperoleh dari

studi kepustakaan (library research), baik dalam bentuk hukum primer, bahan hukum

sekunder maupun bahan hukum tertier sebagai data utama atau data pokok penelitian.

Bahan-bahan hukum tersebut diperoleh dari perpustakaan, yang terdiri dari :

a. Bahan hukum primer terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

perubahan- perubahannya.

2. Undang-Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

3. Undang – Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok

Agraria.

4. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

5. Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK)

6. PP No. 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri

7. PP No. 33 tahun 2010 tentang Dewan Nasional & Dewan Kawasan KEK

8. KEPPRES No. 8 tahun 2010 tentang Dewan Nasional KEK

9. PP No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

(23)

11.PP No. 100 Tahun 2012 Perubahan PP No 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan KEK

12.PP No. 29 Tahun 2012 tentang Penetapan KEK Sei Mangkei

13.SK Bupati Simalungun No. 188.45/193/Bppd Penetapan PTPN III sebagai

Badan Usaha Pembangunan & Pengelola KEK Sei Mangkei

14.Perpres No. 124 Tahun 2012 Perubahan Perpres No. 33/2010 tentang Dewan

Nasional dan Dewan Kawasan KEK

15.Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, yurisprudensi,

traktat dan doktrin yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks

(text books), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum,

jurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutahir, yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian

c. Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus,

ensiklopedia, dan lain sebagainya.31

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian library

research(penelitian kepustakaan) yaitu dengan mempelajari peraturan

perundang-undangan, buku-buku, situs internet, media massa, dan kamus yang berkaitan dengan

penelitian ini.

31

(24)

Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan

jalan pemecahan permasalahan penelitian, secara singkat studi kepustakaan dapat

membantu peneliti dalam berbagai hal misalnya mendapatkan gambaran atau

informasi yang sejenis berkaitan dengan penelitian.32

Untuk memperoleh data yang lebih akurat dan dapat membantu melengkapi data

dalam penelitian ini dengan melakukan penelitian yaitu mengadakan wawancara dari

pihak PT. Perkebunan Nusantara III ( Persero) yaitu Nico Marpaung, SE dengan

jabatan asisten komersil Kawasan Ekonomi Sei Mangkei dan Filiano Akbar, SH

dengan jabatan asisten legal perizinan Kawasan Ekonomi Sei Mangkei.

Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan

secara lisan guna mencapai tujuan tertentu, serta dilaksanakan sebagai sarana

pelengkap dalam penelitian tersebut, wawancara yang dilakukan adalah wawancara

tidak terstruktur yaitu wawancara mendalam dengan tidak membatasi jumlah

pertanyaan yang disusun secara terstruktur.

5. Analisis Data

Setelah seluruh data dalam penelitian telah terkumpul, maka langkah yang

selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis data. Pengolahan data adalah kegiatan

merapikan data hasil pengumpulan data dilapangan sehingga siap pakai untuk

dianalisis dan analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data.33

Analisis data merupakan proses untuk menemukan meskipun sebenarnya tidak

ada formula yang pasti untuk dapat dipergunakan untuk merumuskan hipotesa, hanya

32

Bambang Sugono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta:PT. Raja grafindo persada,2007)hal 112

33

(25)

saja pada analisis data tema dan hipotesa lebih diperkaya dan diperdalam, dengan cara

menggabungkannya degan sumber- sumber data yang ada.34

Menurut Lexy J Moleong, analsis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.35

Kemudian seluruh data primer maupun data sekunder yang diperoleh dari

penelitian kepustakaan (library research) disusun secara sistematis dan selanjutnya di

analisa menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran menyeluruh dari

permasalahan yang diteliti. Selanjutnya ditarik kesimpulan menggunakan metode

deduktif yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya

menarik hal- hal yang khusus, dengan menggunakan ketentuan-ketentuan berdasarkan

pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil, atau prinsip- prinsip dalam bentuk

proposisi- proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta- fakta yang bersifat

khusus.

Alasan digunakannya

analisis data kualitatif pada penulisan tesis ini karena data yang terkumpul tidak

berupa angka-angka yang dapat dilakukan pengukuran, data yang didapat sukar diukur

dengan angka, pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan

pengamatan.

36

34

Burhan Ashshofa, Op.Cit hal 66

35

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993) hal 103

36

Referensi

Dokumen terkait

Oase Perkotaan Wujud Ruang Publik Kreatif bagi Masyarakat Surakarta dengan..

Especially some of the choices and decisions faced by Simba in inner conflict that he experienced, which is discussed in this study to provide some keywords for the writer to find

Based on the assessment of the suitability of the seagrass ecotourism in coastal waters and small islands of Padang City we suggest that the seagrass ecosystems can continue to grow

Analisis dalam penelitian ini, penulis telah melakukan pengujian data yang kedua yang berdasarkan tingkat validitas data tentang angket yang ada hubungannya dengan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul

[r]

Kita harus menanamkan kesadaran pada diri kita untuk selalu berani membela kebenaran dan berperilaku jujur, baik kepada Allah Swt., orang lain, maupun diri sendiri.. Jika kita

1) Anggota Polri yang melakukan tindak pidana diadukan/dilaporkan oleh masyarakat, anggota Polri lain atau sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan. 2) Setelah