• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ambang Dengar Lansia Penderita Presbikusis di Panti Jompo Kota Medan dan Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ambang Dengar Lansia Penderita Presbikusis di Panti Jompo Kota Medan dan Binjai"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural pada usia lanjut

akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan

simetris pada kedua sisi telinga (Roland, Eaton, & Meyerhoff, 2001). Pada

audiogram terlihat gambaran penurunan pendengaran bilateral simetris yang mulai

terjadi pada nada tinggi dan bersifat sensorineural dengan tidak ditemukannya

kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum (Shohet, 2005).

Tuli adalah suatu bentuk gangguan sensorik yang kejam. Berbeda dengan

kebutaan, tuli lebih sering menimbulkan cemoohan daripada rasa simpati.

Ketidakmampuan untuk mendengar pembicaraan dan mengontrol suaranya

sendiri, seorang penderita tuli berat akan bertingkah laku seperti orang bodoh.

Karena terisolasi dari keluarga/famili dan teman-teman serta selalu menerima

sikap kurang simpatik, ia sering menderita depresi. Tinnitus, yang sering

menyertai ketulian, dan jarang dijumpai ketulian tanpa disertai gangguan ini,

dapat menimbulkan kesengsaraan hampir seberat yang ditimbulkan oleh ketulian

itu sendiri (Ludman, 1992).

Penelitian di Brazil menyebutkan bahwa presbikusis dialami oleh

populasi yang berusia 65-75 tahun sekitar 30-35%, sedangkan pada populasi yang

berusia lebih dari 70 tahun sekitar 40-50 % (Fernanda, 2009). Survei Kesehatan

Indera Penglihatan-Pendengaran yang dilakukan di 7 provinsi di Indonesia pada

tahun 1994-1996 didapatkan bahwa angka prevalensi presbikusis sebesar 2,6%

(Kemenkes RI, 2006). Di Indonesia jumlah penduduk yang berusia lebih dari 60

tahun pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48% dari jumlah

populasi (Dina, 2013).

Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses

degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan

faktor-faktor herediter, pola makan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya

hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur

(2)

2

merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut diatas (Suwento &

Hendarmin, 2007).

Komite nasional penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian

menyatakan bahwa diperlukan pengetahuan, pengenalan, dan pencegahan

presbikusis oleh masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan, selain

peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan di lini terdepan

untuk mendiagnosis presbikusis. Skrining pendengaran sebaiknya juga dilakukan

secara rutin pada penderita dengan usia diatas 60 tahun untuk menurunkan

morbiditas akibat presbikusis (Kemenkes RI, 2006).

Salah satu kriteria dari diagnosis presbikusis adalah usia lanjut. Panti

jompo merupakan tempat yang memliki banyak populasi orang yang berusia

lanjut di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan di panti jompo

yang ada di Kota Medan dan Binjai.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana ambang dengar lansia penderita presbikusis di panti jompo

Kota Medan dan Binjai?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui ambang dengar

lansia penderita presbikusis di panti jompo Kota Medan dan Binjai.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ambang dengar berdasarkan usia pada lansia

penderita presbikusis di panti jompo Kota Medan dan Binjai.

2. Untuk mengetahui ambang dengar berdasarkan jenis kelamin pada

lansia penderita presbikusis di panti jompo Kota Medan dan Binjai.

3. Untuk mengetahui ambang dengar berdasarkan ada tidaknya riwayat

penyakit sistemik pada lansia penderita presbikusis di panti jompo

Kota Medan dan Binjai.

(3)

3

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi panti jompo Kota Medan dan Binjai mengenai

ambang dengar lansia penderita presbikusis di panti tersebut.

2. Sebagai sumber inspirasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

3. Sebagai kesempatan bagi peneliti untuk mengintegrasikan ilmu yang

telah didapat di bangku kuliah dan sebagai prasyarat untuk

menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran.

Referensi

Dokumen terkait

2.Menambah diagnosis yang tidak ada pada pasien yang diberikan pelayanan untuk tujuan meningkatkan tingkat keparahan atau untuk tujuan mendapatkan grouping pada kelompok tariff yang

Informasi Keuangan Konsolidasian yang berakhir tanggal 31 Desember 2015 diambil dari Laporan Keuangan per 31 Desember 2015 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Sriyadi

[r]

BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR Per 30 September 2016 dan 20152. (Dalam

[r]

O Meningkatkan pemahaman tentang proses penyusunan dan kriteria pemilihan obat dalam Fornas. O Meningkatkan penerapan Fornas di fasilitas pelayanan kesehatan oleh dokter,

[r]

Kinerja ELNUSA keseluruhan yang sangat baik ini tidak lain adalah hasil kerja keras dan kesungguhan Direksi dan segenap karyawan ELNUSA dalam program Turnaround yang