• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802013134 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802013134 Full text"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA

PENSIUN DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

OLEH

DYAH AYU NOVIANDHINI 802013134

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dyah Ayu Noviandhini NIM : 802013134

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Salatiga

Pada Tanggal: 22 Agustus 2017 Yang menyatakan,

Dyah Ayu Noviandhini

Mengetahui,

Pembimbing

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dyah Ayu Noviandhini NIM : 802013134

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir, judul :

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Yang dibimbing oleh :

Prof. Dr. Sutarto Wijono., MA. Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan Tugas Akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 22 Agustus 2017 Yang memberi pernyataan

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Oleh

Dyah Ayu Noviandhini 802013134

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 22 Agustus 2017 Oleh:

Pembimbing

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA

Diketahui Oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS Prof. Dr. Sutarto Wijono., MA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA

PENSIUN DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Dyah Ayu Noviandhini Sutarto Wijono

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja karyawan.Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah karyawan yang akan memasuki cuti besar dengan usia pegawai antara 52-57 tahun, dan mereka akan pensiun dalam kurun waktu 1-6 tahun lagi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang menggunakan subjek penelitian sebanyak 50 orang. Hasil analisis korelasi "Spearman Ranked-Order" r = 0,498 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara dua variabel. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada pegawai

(9)

Abstract

The purpose of this research is to examine the correlation between the anxiety of facing

retired time with the work spirit of the employee. This research includes population

research. The subject of this research is all the employees who will face the furlough,

the age between 52-57 years old and they will face the retired time about next 1 6

years. This research use quantitative method and the data taken from 50 people. The

result of the analysis correlation “Spearman Ranked-Order” r = 0,498 and the

significant degree is 0,000 (p < 0,05). It shows that there is a significant positive

correlation between two variables and it can be concluded that there is acorrelation

between the anxiety of facing the retired time with the work spirit of the employee.

Keywords: The Anxiety Of Facing The Retired Time, The WorkSpirit Of The

(10)

PENDAHULUAN

Ketika orang memasuki masa pensiun seorang karyawan seharusnya merasa senang karena telah mencapai puncak kariernya. Individu dapat menikmati masa hidupnya dengan lebih santai, rileks, tenang, dan bahagia. Dengan kata lain, individu tidak lagi terbebani dengan berbagai tugas dan tanggung jawab dari instansi atau organisasi tempatnya bekerja. Saat masa pensiun tiba, maka individu akan lebih banyak waktu dan kesempatan bersama-sama dengan keluarga atau pasangannya. Individu mengerjakan sesuatu yang disukai dan bukan pekerjaan yang harus dikerjakannya, individu dapat meningkatkan kualitas kesehatan karena berkurangnya tekanan beban kerja yang harus dihadapi. Pada akhirnya individu dapat memaknai kehidupannya dengan penuh keoptimisan (Aidit, 2000). Akan tetapi, dalam memasuki masa pensiun ada juga individu yang merasa kehilangan semangat dalam bekerja.

Seorang karyawan yang memiliki semangat kerja yang baik tentunya akan memberikan sikap yang positif seperti kesetiaan, kegembiraan, kerjasama, kebanggan dalam dinas dan ketaatan dalam kewajiban. Berbeda dengan karyawan yang memiliki semangat kerja yang rendah, karena karyawan tersebut cenderung menunjukkan sikap yang pasif seperti suka membantah, merasa gelisah dalam bekerja dan merasa tidak nyaman (Karsini, dkk, 2016).

(11)

diberikan sehingga mereka kurang dapat disiplin dalam mengerjakan ataupun melakukan tugasnya. Sebagian juga kurang dapat melakukan kerja sama dengan teman dan masih belum dapat bertanggung jawab ketika diberi tugas. Karyawan mengaku merasa jenuh dengan pekerjaan yang sudah lama mereka lakukan. Berdasarkan fenomena tersebut dapat dikatakan terdapat masalah terkait dengan semangat kerja. Oleh sebab itu, semangat kerja karyawan penting diteliti.

(12)

3

Semangat kerja memiliki dampak yang sangat besar bagi perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tohardi (2002), semangat kerja sangat penting bagi organisasi karena, (1) semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensiatau tidak bekerja karena malas, (2) dengan semangat kerja yang tinggi dari buruh dan karyawan maka pekerjaan yang diberikan atau ditugaskan kepadanya akan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat atau lebih cepat, (3) dengan semangat kerja yang tinggi pihak organisasi memperoleh keuntungan dari sudut kecilnya angka kerusakan karena semakin tidak puas dalam bekerja, maka semakin besar angka kerusakan, (4) semangat kerja yang tinggi otomatis membuat karyawan akan merasa senang bekerja seingga kecil kemungkinan karyawan akan pindah bekerja ke tempat lain, (5) semangat kerja yang tinggi dapat mengurangi angka kecelakaan karena karyawan yang mempunyai semangat kerja tinggi cenderung bekerja dengan hati-hati dan teliti sehingga bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.

Semangat kerja pada karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Jos Masdani (dalam Anoraga, 1992) menyebutkan faktor yang mempengaruhi semangat kerja ada dua yaitu faktor kepribadian dan faktor kehidupan emosional karyawan, seperti rasa takut, khawatir, cemas ataupun gelisah; dengan kata lain bahwa pada kenyataannya karyawan yang sedang memasuki masa pensiun akan memiliki rasa kecemasan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa ketika memasuki masa pensiun, sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak (Rini, 2001), oleh karena itu penelitian tentang kecemasan penting dilakukan.

(13)

penurunan semangat kerja. Menurut hasil penelitian Widiastuti (2008) menunjukkan bahwa pada umumnya, seseorang mengalami kecemasan adalah karena ketidakpastian karyawan dalam menghadapi pensiun yang disebabkan masih banyaknya tanggungan yang harus diselesaikan. Pada kenyataannya banyak orang yang mengalami ketakutan akan pensiun. Perasaan inilah yang akhirnya menimbulkan kecemasan pada seseorang yang akan mengalami pensiun.

Hasil penelitian Yuliarti & Mulyana (2014), mengenai hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada pegawai PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Surabaya, terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada pegawai PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pusat Surabaya.

Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa pensiun adalah pemberhentian dengan hormat oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang usianya telah lanjut. Terdapat beberapa perubahan yang dialami seorang pegawai ketika akan menghadapi pensiun, yaitu masalah keuangan, berkurangnya harga diri, berkurangnya kontak sosial yang berorientasi pekerjaan, hilangnya makna suatu tugas dan hilangnya rutinitas.

(14)

5

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian ini yaitu tentang hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada pegawai.

RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja karyawan.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja.

HIPOTESIS

Ada hubungan negatif signifikan antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja karyawan. Dengan kata lain semakin tinggi kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, maka semakin rendah semangat kerja karyawan. Semakin rendah kecemasan menghadapi masa pensiun maka semakin tinggi tingkat semangat kerja karyawan.

LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja

1. Pengertian semangat kerja

(15)

kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin. 2. Aspek-aspek semangat kerja menurut Hasley (dalam Palloan, 2010), yaitu:

a. Presensi, kehadiran pegawai ditempat kerja, ketepatan pegawai datang dan pulang kerja, kehadiran pegawai mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi.

b. Disiplin kerja, kepatuhan karyawan terhadap peraturan dan tata tertib instansi, kepatuhan karyawan terhadap instruksi yang datang dari atasan. c. Kerjasama, mau bekerjasama dengan atasan teman sejawat maupun

bawahan, adanya kemauan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan, adanya kemauan untuk menerima kritik serta saran dari orang lain.

d. Tanggung jawab, adanya kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya kepentingan instansi tetapi juga untuk kepentingannya sendiri, penyelesain tugas.

e. Produktivitas kerja, hasil yang dicapai, ketepatan menggunakan waktu dalam menyelesaikan tugas

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja

(16)

7

a. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan terutama antara pimpinan yang sehari-hari berhadapan langsung dengan para karyawan yang dibawahinya.

b. Kepuasan para karyawan terhadap tugas dan pekerjaannya karen memperoleh tugas yang disukai sepenuhnya

c. Terdapatnya suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat sehingga mampu meningkatkan semangat kerja karyawan.

d. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga merupakan tujuan bersama-sama mereka yang diwujudkan secara bersama-sama pula.

e. Adanya tingkat kepuasan ekonomi sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih payah yang telah diberikan oleh organisasi.

f. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karier dalam pekerjaan.Fakta yang tidak bisa terelakkan adalah terdapat karyawan yang akan memasuki masa pensiun yang menyebabkan berkurangnya ketenangan jiwa karyawan saat bekerja.

B. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

1. Pengertian kecemasan menghadapi masa pensiun

(17)

berguna, dan masalah kesepian yang dihadapi dengan adanya reaksi fisik, emosi, dan kognitif (Purnomo, 2008).

2. Aspek-aspek kecemasan menghadapi masa pensiun menurut Mahler (dalam Prastiti, 2005) adalah sebagai berikut:

a. Aspek emosional, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam. Misalnya : cenderung terus-menerus merasa khawatir akan sesuatu yang menimpanya, mudah tersinggung, tidak sabar dan sering mengeluh.

b. Aspek kognitif , reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan dialami. Bila kekhawatiran meningkat, hal ini dapat mengganggu kemampuan kognitif individu, seperti : sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau dan mudah panik.

(18)

9

merenggangkan leher atau anggota tubuh lainnya. Setiap individu yang cemas mengalami gejala fisik yang berbeda-beda

3. Hubungan kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja

(19)

menimbulkan emosi-emosi negatif sehingga akan mengarahkan seseorang pada kecemasan menghadapi masa pensiun.

Selain itu Newman dan Newman (1999) juga mengatakan bahwa bagi beberapa orang, pensiun merupakan beban yang tidak diharapkan. Mereka merasa pesimis dan merasa tidak berguna karena kehilangan pekerjaan. Pensiun lebih dimaknai sebagai suatu kehilangan daripada suatu kesempatan baru atau kebebasan sehingga mempengaruhi semangat kerja individu. Sama seperti yang dikemukakan oleh Davidoff & Collings (dalam Syahraini & Rohmatun, 2007) bahwa orang yang mengalami kecemasan ini biasanya mempunyai penilaian yang kurang baik terhadap dirinya, mempunyai kecerdasan emosi yang rendah dan kurang percaya diri.

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Azwar (2012) menyebutkan bahwa pada penelitian kuantitatif, data penelitian hanya akan diintrepretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh melalui suatu proses pengukuran.

Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut :

(20)

11

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 50 yaitu karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada didalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Narbuko & Achmadi, 2003). Karakteristik yang dijadikan sampel penelitian adalah: (1) karyawan tetap, (2) berusia 52 – 57 tahun, (3) akan pensiun dalam kurun waktu 1 - 6 tahun.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penulis melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan angket pada tanggal 21 April 2017. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam jangka waktu 1—6 tahun lagi. Penyebaran angket dilakukan oleh penulis dan dibantu oleh beberapa rekan penulis. Penulis memberikan angket sebanyak 75 ke sebuah perusahaan di Semarang dan hanya 25 angket yang diberikan kembali pada penulis. Selanjutnya, penulis juga langsung mendatangi ke rumah-rumah subjek dengan bantuan beberapa rekan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan try out terpakai, dimana subjek yang digunakan dalam try out sekaligus digunakan dalam penelitian.

D. Instrumen Alat Ukur

(21)

1. Skala kecemasan menghadapi masa pensiun

Kecemasan karyawan dalam menghadapi dalam masa pensiun diukur dengan skala kecemasan menghadapi pensiun dari Mahler (dalam Prastiti, 2005). Skala ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (1) aspek emosional yaitu perasaan khawatir, tegang, gelisah, (2) Aspek kognitif , yaitu perilaku sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau, dan mudah panik, dan (3) Aspek fisik, yaitu keadaan fisik seperti jantung berdebar, gangguan tidur, dan sesak nafas.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode skala dari Likert dengan 4 kategori pilihan, yaitu sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S) dan sangat sesuai (SS). Jenis item yang digunakan terdapat 2 macam yaitu, favourable dan unfavourable. Untuk item favourable, pilihan STS mendapat skor 1, pilihan TS mendapat skor 2, pilihan S mendapat skor 3 dan pilihan SS mendapat skor 4. Sebaliknya untuk item unfavourable, pilihan STS mendapat skor 4, TS mendapat skkor 3, S mendapat skor 2 dan SS mendapat skor 1.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji kembali alat ukur dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi aitem dan reliabilitas skala kecemasan menghadapi masa pensiun sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 36 aitem, diperoleh aitem gugur sebanyak 11 aitem.

(22)

13

Tabel 1 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .926 25

2. Skala semangat kerja

Semangat kerja karyawan diukur dengan skala semangat kerja dari Hasley (dalam Palloan, 2010). Penyusunan skala dalam penelitian ini terdiri dari 5 aspek yang meliputi (1) Presensi, kehadiran pegawai ditempat kerja, ketepatan pegawai datang dan pulang kerja, kehadiran pegawai mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi (2) Disiplin kerja, kepatuhan karyawan terhadap peraturan dan tata tertib instansi, kepatuhan karyawan terhadap instruksi yang datang dari atasan (3) Kerjasama, mau bekerjasama dengan atasan teman sejawat maupun bawahan, adanya kemauan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan, adanya kemauan untuk menerima kritik serta saran dari orang lain (4) Tanggung jawab, adanya kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya kepentingan instansi tetapi juga untuk kepentingannya sendiri, penyelesain tugas (5) Produktivitas kerja, hasil yang dicapai, ketepatan menggunakan waktu dalam menyelesaikan tugas.

(23)

skor 3 dan pilihan SS mendapat skor 4. Sebaliknya untuk item unfavourable, pilihan STS mendapat skor 4, TS mendapat skkor 3, S mendapat skor 2 dan SS mendapat skor 1.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji kembali alat ukur dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi aitem dan reliabilitas skala semangat kerja sebanyak dua kali putaran, terdiri dari 50 aitem, diperoleh aitem gugur sebanyak 5 aitem.

Teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach. Hasil koefisien Alpha pada skala semangat kerja sebesar 0,955.

Tabel 2 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .955 45

E. Teknik Analisis Data

(24)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala kecemasan menghadapi masa pensiun dan skala semangat kerja:

Tabel 3. Deskriptif Statistika Desriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation KECEMASAN 50 73 100 83.00 8.816 SK 50 129 176 151.10 14.029 Valid N

(listwise) 50

Berdasarkan tabel, tampak skor empirik yang diperoleh pada skala kecemasan menghadapi masa pensiun paling rendah adalah 73 dan skor paling tingi adalah 100, rata-ratanya adalah 83,00 dengan standar deviasi 8,816. begitu juga dengan skala semangat kerja paling rendah 129 dan paling tinggi adalah 176, rata-ratanya adalah 151,10 dengan standar deviasi 14,029.

(25)

Skor tertinggi adalah 4 (empat) dan skor terendah adalah 1 (satu), maka skor maksimun diperoleh dengan mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah aitem, yaitu 4 x 45 aitem = 180 dan pembagian skor minimum dengan mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal, yaitu 1 x 45 aitem = 45. Untuk pembagian interval dilakukan menjadiempatkategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah dan membaginya dengan jumlah kategori.

Maka dari perhitungan tersebut didapatkan hasil seperti di tabel berikut ini:

Tabel 4. Kategorisasi Pengukuran Skala Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Skala No Interval Kategori N Persentase Mean SD

(26)

17

21karyawan dengan presentase sebesar 42%. Berdasarkan data diatas juga dapat dilihat bahwa karyawan rata-rata memiliki kecemasan menghadapi masa pensiun yang tinggi yaitu 83,00%, dengan standar deviasi 8,816. Skor karyawan bergerak dari skor minimum yakni sebesar 25 dan skor maksimum sebesar 100.

Berdasarkan seleksi item dari uji reliabilitas terdapat 11 item yang dinyatakan gugur dan 25 item yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa tingkat kinerja pada karyawan berada pada tingkat yang sedang.

Tabel 5. Kategorisasi Pengukuran Skala Semangat Kerja

Skala No Interval Kategori N Persentase Mean SD

(27)

yaitu 151,10%, dengan standar deviasi 14,029. Skor karyawan bergerak dari skor minimum yakni sebesar 45 dan skor maksimum sebesar 180.

Berdasarkan seleksi item dari uji reliabilitas terdapat 5 item yang dinyatakan gugur dan 45 item yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa tingkat kinerja pada karyawan berada pada tingkat yang sedang.

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi (p > 0,05) yang didapat dari hasil analisa menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji

Normal Parametersa Mean 83.00 151.10 Std. Deviation 8.816 14.029 Most Extreme

Differences

Absolute .210 .127 Positive .210 .127 Negative -.128 -.079 Kolmogorov-Smirnov Z 1.483 .901 Asymp. Sig. (2-tailed) .025 .391

(28)

19

normal, dan semangat kerja memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,901 dengan nilai sign. = 0,391 (p > 0,05) yang artinya variabel semangat kerjaberdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui apakan dua variabel yang sudah ditetapkan, memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Kedua variable dapat dikatakan linear bila memiliki nilai signifikansi deviation from linearity

(p > 0,05).

(29)

Uji Korelasi

Perhitungan korelasi dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji lineritas, dari perhitungan uji korelasi antara variabel bebas dan terikat, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Uji Korelasi Correlations

KECEMASAN SK Spearman's rho KECEMAS

AN

Correlation Coefficient 1.000 .498** Sig. (1-tailed) . .000

N 50 50

SK Correlation Coefficient .498** 1.000 Sig. (1-tailed) .000 .

N 50 50

Berdasarkan hasil korelasi antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja, didapatkan r= 0,498 dengan sig.=0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja. Semakin tinggi kecemasan menghadapi masa pensiun maka semakin tinggi pula semangat kerja yang dimiliki karyawan.

PEMBAHASAN

(30)

21

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Yuliarti & Mulyana (2014), Hubungan antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja pegawai PT.POS (Persero) kantor pusat Surabaya, adanya hubungan yang positif signifikan antara hubungan kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja pada pegawai PT.POS (Persero) kantor pusat Surabaya. Kecemasan yang dialami oleh pegawai yang akan menghadapi pensiun itu tidak terlalu tinggi karena mereka masih bisa mengatasi rasa cemas yang muncul pada dirinya. Sama halnya dengan semangat kerja pegawai yang menghadapi pensiun juga tidak terlalu rendah karena para pegawai masih mempunyai semangat kerja yang cukup atau sedang meskipun dirinya akan segera menghadapi pensiun dan sudah tidak bekerja lagi.

Ada beberapa kemungkinan bahwa hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis yang dibangun. Pertama, sebagian karyawan menganggap bahwa mereka telah memiliki kesiapan dalam menghadapi masa pensiun, sehingga membuat dirinya merasa bahwa kecemasan adalah hal yang dianggap bagian yang mesti mereka nikmati. Sehingga dapat meningkatkan semangat kerja mereka. Seperti yang diungkapkan Rosyid (2003); Braithwaithe, dkk (dalam Wanti, 2008); Parkinson dkk (1990); Atamimi dan Djaini (dalam Wahyu, 2011), faktor internal yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun antara lain kesiapan menghadapi masa pensiun ditunjukkan dalam bentuk perencanaan-perencanaan prapensiun. Orang yang memiliki perencanaan dan persiapan yang matang dalam menghadapi masa pensiun, akan cenderung lebih dapat beradaptasi dengan kondisi paskapensiun sehingga dapat mencegah kecemasan menghadapi masa pensiun.

(31)

mereka mengaku hanya memiliki waktu sedikit untuk melakukan liburan bersama keluarga dan melakukan hobi-hobi yang mereka senangi, ini menjadi salah satu alasan mereka menikmati kecemasan dalam menghadapi masa pensiun yang mereka hadapi, karena setelah masa pensiun tiba mereka akan dapat melakukan kegiatan yang mereka senangi dan memiliki waktu lebih banyak bersama keluarga mereka, karena mereka tidak perlu mengerjakan tugas-tugas kantor setelah pensiun. Hal ini didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Aidit ( 2000), memasuki masa pensiun seorang karyawan seharusnya merasa senang karena telah mencapai puncak kariernya. Individu dapat menikmati masa hidupnya dengan lebih santai, rileks, tenang, dan bahagia. Dengan kata lain, individu tidak lagi terbebani dengan berbagai tugas dan tanggung jawab dari instansi atau organisasi tempatnya bekerja. Saat masa pensiun tiba, maka individu akan lebih banyak waktu dan kesempatan bersama-sama dengan keluarga atau pasangannya. Individu mengerjakan sesuatu yang disukai dan bukan pekerjaan yang harus dikerjakannya, individu dapat meningkatkan kualitas kesehatan karena berkurangnya tekanan beban kerja yang harus dihadapi. Pada akhirnya individu dapat memaknai kehidupannya dengan penuh keoptimisan.

(32)

23

karyawan. Misalnya saja, terciptanya seasana kekeluargaan diantara sesama rekan kerja, dan juga suasana ruang kondusif. Hal tersebut dapat memberikan reaksi positif bagi karyawan untuk membangkitkan semangat dan kegairahan kerja.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya hubungan positif yang signifikan antara kecemasan menghadai masa pensiun dengan semangat kerja pegawai. Semakin tinggi kecemasan menghadapi masa pensiun yang dimiliki pegawai, semakin tinggi semangat kerja yang dilakukan, begitu pula sebaliknya.

2. Para pegawai rata-rata memiliki kecemasan menghadapi masa pensiun yang masuk ke dalam kategori tinggi dengan presentase 58%, dan rata-rata memiliki semangat kerja yang masuk dalam kategori sangat tinggi juga dengan presentase sebesar 52%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pegawai

(33)

saling bertukar pikiran dan melihat alternatif lain untuk persiapan masa pensiun nanti.

2. Bagi Kantor

Pihak perusahaan harus mempunyai iniasiatif tinggi dalam memberi kesempatan kepada setiap karyawan untuk menghadapi tingkat kecemasan sehingga membuat mereka lebih bersemangat. Strategi yang perlu dilakukan adalah memberi wadah berdiksuai atau mengadakan pelatihan/seminar tentang masa pensiun.

3. Bagi peneliti selanjutnya

(34)

25

DAFTAR PUSTAKA

Aidit, S. (2000). Catatan Seorang Pensiun. Dalam http://www.e-psikologi/com/htm:51k. Diakses tanggal 3 Januari 2009.

Azwar, S. (2014).Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Belajar

Djui, T. & Setiasih.2001. Pengaruh Musik Pengiring Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Bagian Administrasi.Anima, Indonesian Psychological Journal. 16 (3): 290-299, (Online), (www.anima.ubaya.ac.id), diakses 5 Februari 2014. Karsini, Paramita, P.D., Minarsih, M.M. (2016). Pengaruh semangat kerja dan disiplin

kerja terhadap kepuasan kerja yang berdampak pada kinerja pegawai dinas pengelolaan keuangan dan asset daerah (DPKAD) kota Semarang. Journal Of Management. 2(2), 1-12.

Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental, Cetakan Ketujuh. Bandung: Mandar Maju. Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Muchinsky, P.M. (2002). Applied pscychology to work: an introduction to industrial and organizational psychology. Chicago: The Dorsey Press.

Narbuko, C & Achmadi, H. A. (2003).Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang

Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Newman, B.M & Newman P.R 1999. Development Through Life A Psychologycal Approach. Revised Editional. Illiois : The Dorsey Press

Nitisemito, Alex. 2000. Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Palloan, Ivayanti. (2010). Perbedaan semangat kerja antara karyawan yang mendapatkan jaminan sosial dan yang tidak mendapatkan jaminan sosial. Skripsi

(tidak diterbitkan). Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Parker, S. (1982). Work and Retirement. London: George Allen and Unwin.

(35)

Purnomo, B.C. (2008). Perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita di rumah sakit pusat angkatan darat gatot soebroto Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Rini. J.C. (2001). Pensiun dan Pengaruhnya. Dalam. www.Psikologi / usia / person / com / htm : 62k. Diakses tanggal 9 Februari 2009.

Rosyid, H.R. 2003. Pemutusan Hubungan Kerja, masih kah mencemaskan?. Buletin Psikologi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada.

Setyaningsih, Santi, & Muhammad Mu’in.2013. Dukungan Sosial dan Tingkat

Kecemasan Pada Kelompok Pekerja PNS Yang Menghadapi MasaPensiun.Jurnal Keperawatan Komunitas. 1 (2): 116-121, (Online),(http://jurnal.unimus.ac.id), diakses 12 Februari 2014.

Suardiman, S.P. (2011) Psikologi usia lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Syahraini, Karyono dan Rohmatun. 2007. Kecerdasan Emosional dan Kecemasan Pramenopause pada Wanita di RW IV dan XI Kelurahan Gebang Sari Semarang.

Jurnal Psikologi Proyeksi, Volume 2, Nomer 1, Februari 2007

Tohardi, A. (2002). Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Penerbit Mandar Maju.

Unger, R & Crawford, M. 1992. Women and Gender A Ferminist Psychology. New York : McGraw-Hill, Inc

Widiastuti, N. (2008). Kecemasan karyawan dalam mengahadapi pensiun di PTPN XII (persero) Kebun kalisenan Jember. Skripsi. Fakultas Psikologi UMM

Yuliarti, V., Mulyana, O.P. (2014). Hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada pegawai PT. Pos Indonesia (PERSERO) kantor pusat Surabaya. Character. 3(2), 1-5.

Gambar

Tabel 1 Reliability Statistics
Tabel 2 Reliability Statistics
Tabel 3. Deskriptif Statistika
Tabel 4. Kategorisasi Pengukuran Skala Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
+5

Referensi

Dokumen terkait

BERITA DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2011 NOMOR 250

Idealnya, PAR dirancang oleh pimpinan perguruan tinggi sebagai bagian dari program pengembangan sumber daya manusia yang telah memperhatikan berbagai hal, termasuk

Menetapkan : PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN TENTANG PEMBERIAN TALI ASIH DAN / ATAU SANTUNAN UANG DUKA BAGI APARATUR PEMERINTAHAN DESA,

Sehubungan telah berakhirnya masa sanggah untuk Paket Pekerjaan Pengawasan Pengembangan Bandar Udara Tiom dengan Kode Lelang 4212041, maka bersama ini Pokja 03 Biro Layanan

sebagian besar status balita di posyandu desa Tayuban adalah baik dengan pengetahuan ibu tinggi yaitu sebanyak 45 orang (56,25%), sedangkan status gizi balita kurang

Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan bahan perekat tepung tapioka dalam pembuatan pakan ikan dari bahan baku yaitu, bulu ayam, ampas tahu, dan ikan rucah

Image size in Diagram 9.1 is bigger than Diagram9.2/ vice versa // Saiz imej pada Rajah 9.1 lebih besar berbanding Rajah 9.2 // sebaliknya When image distance increases, the

Apart from using the images of sensor element 1 to derive the exterior camera orientation for reconstructing the spectral data the geospectral camera is able