BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Penelitian
Ada banyak jenis komunikasi yang dapat dilakukan oleh manusia.
Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya manusia untuk beradaptasi
dalam suatu lingkungan. Dengan berkomunikasi, manusia dapat
memperoleh keberhasilan dalam berbagai bagian kehidupan, misalnya
saja dalam bidang akademik, kehidupan pribadi, hingga kesuksesan
karier. Seiring dengan perkembangan manusia dalam berkomunikasi,
faktor kesuksesan seseorang dalam berkarier tidak hanya ditentukan
dengan komunikasi lisan saja, tetapi akan lebih bergantung kepada
kemampuan dalam membangun hubungan kerja yang efektif dan
keterampilan komunikasi interpersonal.
Tidak seperti komunikasi intrapersonal di mana seseorang hanya
melakukan proses berpikir dan berinteraksi dengan diri sendiri,
komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan
dengan orang lain. Komunikasi interpersonal biasa diterapkan pada
interaksi verbal atau non verbal dalam pertemuan secara langsung (tatap
muka) antar individu maupun dalam kelompok-kelompok kecil.
Keterampilan berinteraksi secara interpersonal dapat menciptakan
hubungan yang erat, hubungan timbal balik yang baik, melancarkan
proses penjualan, manajemen, dan manajemen konflik. Oleh karena itu
kemampuan komunikasi interpersonal menjadi salah satu faktor penting
dalam pekerjaan.
Seperti yang dikatakan di dalam penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Amit Kumar Singh (2014, hlm. 38),
“Interpersonal Communication can be an effective tool for motivating employees of the organization involved invarious activities.
Appropriate communications provide employees with feedback and
Komunikasi interpersonal memiliki peranan dalam menentukan
keefektifan suatu organisasi. Dalam jurnalnya yang berjudul Role of
Interpersonal Communication In Organizational Effectiveness tersebut,
kemampuan komunikasi interpersonal yang baik sangat penting bagi
karyawan untuk menentukan kesuksesan organisasi. Menurut Singh,
komunikasi interpersonal yang efektif dapat mengubah perilaku
karyawan yang akhirnya dapat memenuhi tuntutan perusahaan.
Setiap anggota perusahaan harus memiliki kemampuan dalam
komunikasi interpersonal. Hal ini bertujuan untuk mendorong hubungan
komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan, bawahan dan atasan
maupun antar rekan kerja lainnya. Komunikasi Interpersonal yang baik
akan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan harmonis, sehingga
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan serta pemenuhan
target perusahaan. Komunikasi interpersonal tidak sebatas pada
percakapan antara dua ataupun kelompok kecil saja, tetapi juga dalam
pertemuan berskala besar. Beberapa diantaranya dapat berupa rapat staff,
diskusi proyek, dan rapat ulasan kinerja karyawan. Begitu juga dengan
interaksi yang terjalin di luar perusahaan, misalnya dalam pertemuan
dengan klien, wawancara kerja, dan kunjungan penjualan (sales).
Selain berguna dalam penciptaan lingkungan kerja yang nyaman,
komunikasi interpersonal juga dapat berpengaruh kepada pembentukan
kepribadian dan pola kerja karyawan. Agar kepribadian yang terbentuk
dari interaksi interpersonal dalam lingkungan kerja tersebut mengarah
kepada sikap dan perilaku yang positif maka harus didukung oleh suatu
norma yang diakui kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam
bertindak. Pedoman yang dimaksud adalah budaya perusahaan di mana
terdapat nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan sebagainya yang dapat
diterapkan di setiap bagian perusahaan, sehingga yang dilakukan oleh
karyawan merupakan cerminan budaya perusahaan sesungguhnya.
Budaya organisasi atau perusahaan sering diyakini sebagai sikap,
norma, nilai dan pola perilaku yang disepakati bersama dan diterapkan
Menurut Robbins (2002, hlm. 279), budaya organisasi merujuk kepada
suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota-anggota
suatu organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi
lainnya. Di dalam perusahaan mana pun, pasti terdapat banyak karyawan
yang merupakan individu dari dari latar belakang yang berbeda, baik itu
berbeda lingkungan, agama, pendidikan, dan sebagainya. Dengan kultur
dan visi yang berbeda-beda, tantangan perusahaan adalah bagaimana
menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut untuk mencapai satu tujuan.
Banyak perusahaan besar di dunia yang telah mendefinisikan,
memahami dan mempraktikan budaya sebagai sebuah fondasi atau
ideologi. Perusahaan tersebut menyusun dan mempraktikan budaya
dalam kegiatan-kegiatan perusahaan agar sejalan dengan visi dan misi
perusahaan. Budaya perusahaan berkaitan pula dengan inovasi yang
nantinya diciptakan oleh para karyawan. Budaya ini nantinya akan
memfasilitasi karyawan untuk dapat membangun inovasi-inovasi yang
dapat mengembangkan organisasi dan membangun kepuasan kerja
karyawan itu sendiri. Pada bulan Agustus 2015, Fortune kembali merilis
survei 100 Best Company To Work For yang bekerjasama dengan Great
Place To Work Institute (sebuah lembaga yang gemar melakukan riset
selama puluhan tahun mengenai tempat kerja yang dianggap paling baik
menurut persepsi karyawan). Hasilnya, Google Inc meraih peringkat
pertama sebagai perusahaan dengan lingkungan dan budaya kerja terbaik
menurut karyawan. Survei tersebut melibatkan 1019 responden dengan
tingkat akurasi (confidence level) sebesar 95 persen dan batas kesalahan
maksimum (margin of error) sebesar ± 3.03.
Survei tersebut memuat beberapa penilaian karyawan berdasarkan
pengalaman kerja mereka. Penilaian tersebut terdiri dari great challenge
(97%), great atmosphere (97%), great rewards (97%), great pride
(98%), great communication (97%), dan great bosses (95%). Dari survei
tersebut diketahui bahwa karyawan Google merasa tertantang, senang
dengan suasana kerja, merasa puas dengan sistem rewards, bangga
karyawan, dan memiliki pimpinan yang baik. Pencapain tersebut tidak
terlepas dari budaya perusahaan yang diterapkan oleh Google di mana
karyawan merasa nyaman untuk berbagi ide serta opini yang kemudian
menghasilkan karya-karya besar hingga saat ini.
Melihat fenomena tersebut, budaya organisasi seperti halnya yang
terdapat di Google sebenarnya dapat di adopsi atau bahkan sudah
diadopsi oleh perusahaan yang ada di Indonesia, terutama oleh
perusahaan yang menjalani bisnis teknologi dan digital. Seperti yang
dilakukan oleh perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).
Sebagai perusahaan layanan telekomunikasi yang terkemuka di
Indonesia, Telkom merasa perlu melakukan perubahan strategi bisnis
dan perubahan budaya perusahaan yang sesuai dengan tuntutan zaman
dan dapat digunakan sebagai landasan dalam mengambil kebijakan
manajemen agar tepat pada sasaran utama yang hendak dicapai sesuai
dengan cita-cita perusahaan, pemerintah, dan stakeholder.
Perubahan budaya Telkom dari The Telkom Way 135 yang
berorientasi pada perilaku sosial dan sopan santun karyawan yang
diberlakukan tahun 2003 sampai 2009 menjadi Telkom 5C. Telkom 5C
yang diberlakukan mulai tahun 2010 merupakan wujud transformasi
budaya baru perusahaan. Perubahan ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan kinerja perusahaan, sekaligus sebagai upaya untuk tetap
menjaga posisi sebagai pemain telekomunikasi unggul di Indonesia.
Akan tetapi menginginkan adanya sebuah perubahan dalam budaya
bisnis dapat menimbulkan permasalahan komunikasi, sehingga
karyawan harus melakukan penyesuaian dengan budaya tersebut.
Contoh kecilnya saja, perubahan budaya yang dilakukan
perusahaan besar biasanya selaras dengan kemajuan penggunaan
teknologi. Perubahan teknologi ini juga dapat menimbulkan masalah
karena Biasanya karyawan yang lebih tua enggan melakukan video
conference, email, chat group ataupun layanan pesan singkat lainnya
karena umumnya mereka lebih senang untuk bertatap muka langsung
yang dilakukan melalui teknologi atau penggunaan media tertentu akan
mengurangi frekuensi karyawan dalam berinteraksi secara tatap muka,
sehingga karyawan enggan untuk bertemu dan melakukan komunikasi
meski hanya komunikasi informal.
Padahal membangun hubungan komunikasi yang baik dengan
karyawan sangat penting. Sebuah survei tahun 2007 yang dilakukan oleh
Willis Towers Watson (sebuah perusahaan konsultan Sumber Daya
Manusia (SDM) global dan terkemuka di dunia) dengan tema Work
Indonesia, mengungkapkan bahwa tiga pendorong utama keterikatan
karyawan di Indonesia adalah fokus kepada pelanggan (67%),
komunikasi (43%) dan kompensasi & benefit (41%) (www.portalhr.com,
2007). Keterikatan (engangement) dapat diartikan sebagai minat seorang
karyawan untuk terus bekerja di perusahaan tersebut. Meski faktor
pertama yang disebutkan adalah fokus pelanggan, namun yang menarik
untuk dibahas justru faktor keduanya, yaitu komunikasi. Komunikasi
disini menyangkut komunikasi yang dilakukan pihak perusahaan kepada
karyawan dan komunikasi antar karyawan.
Selain hasil survei di atas, Towers Watson Talent Management and
Rewards Study juga mengadakan riset serupa di tahun 2014. Survei
global tersebut melibatkan 1.637 perusahaan, termasuk 36 perusahaan di
Indonesia dari berbagai level dan demografi. Hasil survei menyatakan
bahwa lebih dari 70% perusahaan mengalami kesulitan dalam merekrut
dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten. Selain itu hanya
sekitar 10 % dari perusahaan di Indonesia yang benar-benar menawarkan
format yang fleksibel atau sesuai pilihan karyawan, dibandingkan 19%
perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik.
Perusahaan konsultan tersebut mengatakan faktor yang
menyebabkan karyawan di Indonesia bertahan selain faktor gaji, adalah
kesempatan pengembangan karir dan lingkungan kerja yang nyaman.
Hal ini tentunya menjadi tugas bersama seorang pimpinan maupun staff
perusahaan untuk menciptakan suatu hubungan interpersonal yang baik
menyenangkan dan betah bekerja di perusahaan tersebut. Berangkat dari
hasil survei di atas, peneliti tertarik untuk meneliti gmbaran kondisi serta
faktor komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh karyawan di
perusahaan besar di Indonesia, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia
(Telkom). Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Komunikasi Interpersonal Karyawan terhadap Budaya
Perusahaan di kantor pusat PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Bandung,
Jawa Barat.”
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1)Bagaimana pelaksanaan Komunikasi Interpersonal yang dilakukan
oleh karyawan kantor pusat PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Bandung, Jawa Barat?
2)Bagaimana penerapan Budaya Perusahaan di kantor pusat PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk Bandung, Jawa Barat?
3)Apakah terdapat pengaruh Komunikasi Interpersonal karyawan
terhadap Budaya Perusahaan di kantor pusat PT Telekomunikasi
Indonesia Bandung, Jawa Barat?
1. 3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)Untuk menganalisis pelaksanaan Komunikasi Interpersonal yang
dilakukan oleh karyawan kantor pusat PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk Bandung, Jawa Barat.
2)Untuk menganalisis penerapan Budaya Perusahaan di kantor pusat PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk Bandung, Jawa Barat.
3)Untuk menganalisis Pengaruh Komunikasi Interpersonal karyawan
terhadap Budaya Perusahaan di kantor pusat PT Telekomunikasi
1. 4 Manfaat / Signifikansi Penelitian
A. Aspek Teoretis
1)Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
maupun membantu perkembangan ilmu komunikasi dan teori-teori
komunikasi.
2)Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
perkembangan di bidang komunikasi organisasi, budaya organisasi
dan psikologi komunikasi.
3)Sebagai referensi ilmiah dan bahan pertimbangan yang dapat
dipergunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.
B. Aspek Kebijakan
1) Penelitian ini diharapkan dapat menginduksi cara dan suasana kerja
yang penuh semangat pada karyawan PT Telkom Indonesia Bandung
sesuai dengan budaya perusahaan
2) Memberikan arahan kebijakan untuk pengembangan proses
komunikasi interpersonal dan aktivasi budaya yang dapat diterapkan
pada karyawan sehingga berdampak positif bagi kinerja perusahaan.
C. Aspek Praktis
1) Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata dari
hasil penelitian, mengenai proses komunikasi interpersonal yang
terjadi antar karyawan serta budaya perusahaan yang melingkupinya.
2) Bagi Masyarakat
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, peneliti, dan tentunya praktisi-praktisi di bidang
komunikasi lainnya dalam penciptaan komunikasi interpersonal dan
D. Aspek Isu Serta Aksi Sosial
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi cerminan bagi PT Telkom
Indonesia Bandung untuk dapat meningkatkan kinerjanya melalui
komunikasi interpersonal serta penerapan budaya perusahaan yang
ideal dan kondusif.
2) Diharapkan dapat mewujudkan hubungan yang harmonis di antara
karyawan sehingga semakin akrab dan saling ikut terlibat dalam
berbagai kegiatan perusahaan.
3) Diharapkan penelitian ini dapat mengubah persepsi karyawan
sehingga mereka dapat memaknai budaya perusahaan dengan lebih
baik lagi.
1. 5 Struktur Organisasi Skripsi
Hasil penelitian ini akan ditulis dalam lima bab, masing-masing
bab dibahas dan dikembangkan dalam beberapa sub bab. Secara
sistematis hasil penelitian disusun sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN : Bagian ini berisi uraian tentang
pendahuluan atau bagian awal skripsi yang di dalamnya terdiri dari
beberapa sub bab, yaitu : latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
Dalam latar belakang, dijelaskan alasan peneliti melakukan penelitian di
perusahaan tersebut serta gejala-gejala hambatan yang terdapat di
lapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan.
Sub bab kedua, yaitu rumusan masalah, berisi pemaparan
variabel-variabel yang terkait dengan judul penelitian. Di sub bab ketiga, yaitu
tujuan penelitian, peneliti mengungkapkan hasil-hasil apa yang ingin
dicapai setelah penelitian. Sub bab keempat mengenai manfaat
penelitian, berisi tentang pemaparan kegunaan dari penelitian, baik dari
segi teoritis, kebijakan, praktik, maupun segi isu serta aksi sosial.
Sedangkan sub bab kelima, yaitu struktur organisasi skripsi,
memaparkan rincian tentang urutan penelitian dari setiap bab dan bagian
BAB II KERANGKA TEORETIS : Pada bagian ini, terdapat tiga
sub bab yang terdiri dari tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang
relevan, dan kerangka pemikiran. Bagian ini berfungsi sebagai landasan
teoretik dari masalah yang sedang dikaji dan kedudukan masalah
tersebut dalam bidang ilmu yang diteliti.
BAB III METODE PENELITIAN : Di dalam metode penelitian,
terdapat enam sub bab yang terdiri dari desain penelitian, partisipan
penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur
penelitian dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Bab
empat terdiri dari pengolahan data hasil penelitian di lapangan dan
analisis dari deskripsi hasil penelitian dilapangan. Pembahasan hasil
penelitian pun dianalisis kaitannya dengan teori yang digunakan dalam
Bab Kajian Pustaka. Dalam bab ini terdapat jawaban mengenai
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ada pada rumusan masalah.
BAB V PENUTUP : Bab ini merupakan bagian akhir dari hasil
penelitian yang memuat kesimpulan, implikasi dan rekomendasi yang
diajukan oleh peneliti, khususnya bagi perusahaan maupun peneliti yang