• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modal Sosial Pedagang Asongan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Subsisten ( Studi Deskriptif Di Kelurahan Pulo Brayan Kota, Kecamatan Medan Barat )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modal Sosial Pedagang Asongan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Subsisten ( Studi Deskriptif Di Kelurahan Pulo Brayan Kota, Kecamatan Medan Barat )"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modal Sosial

Konsep modal sosial (social capital) telah menjadi perhatian oleh ilmuan ilmu ekonomi, politik, dan sosiologi (Damsar,2011: 182).Tidak sedikit tokoh-tokoh ilmuan ternama yang mengedepankan pandangannya mengenai konsep modal sosial (social capital) ini. Robert Putnam,adalah seorang ilmuan politik Amerika telah memperoleh banyak penghargaan karena mempopulerkan modal sosial yang sebelumnya merupakan suatu terminologi yang agak kabur, dengan menyelamatkannya dari abstraksi sosial dan teori ekonomi. Putnam (Field,2005 :5) mendefenisikan modal sosial sebagai “ corak-corak organisasi sosial, seperti kepercayaan,norma-norma dan

jaringan-jaringan yang dapat menyempurnakan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi aksi-aksi yang terkoordinasi”.

Pendapat dari ahli lain, Piere Bourdieu (Damsar, 2011,183) mendefenisikan modal sosial sebagai sumber daya actual dan potensional yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembaga serta berlangsung terus-menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik. Bourdieu menekankan bahwa modal sosial yang dibentuk oleh jaringan hubungan sosial, tidak begitu saja ada secara alami (natural given) atau begitu saja ada dalam suatu masyarakat (social given)..

(2)

yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Sedangkan, Lawang (Damsar,2011: 183) mendefenisikan modal sosial sebagai semua kekuatan social komunitas yang dikonstruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan/atau kelompok secara efisien dan efektif dengan modal lainnya.

Dari berbagai defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal sosial sebagai suatu investasi dalam hubungan sosial oleh individu-individu melalui mana mereka memperoleh akses terhadap sumber-sumber terlekat (embedded resources) untuk meningkatkan hasil yang diharapkan dari tindakan yang ekspresif atau instrumental. Coleman dalam sebuah tulisan yang berjudul “Social Capital in the Creation of

Human Capital” (1988) memperkenalkan modal sosialsebagai sarana konseptual untuk memahami orientasi teoritis tindakan sosial dengan mengaitkan komponen-komponen dari perspektif sosiologi dan ekonomi. Dengan cara demikian ia menggunakan prinsip-prinsip dalam ilmu ekonomi untuk menganalisis proses sosial.

(3)

dan para guru dalam wadah POMG untuk bersama-sama membahas langkah-langkah terbaik guna meningkatkan kemajuan anak didik.

Coleman berpendapat bahwa pengertian modal sosial ditentukan oleh fungsinya. Sekalipun sebenarnya terdapat banyak fungsi modal social tetapi ia mengatakan bahwa pada dasarnya semuanya memiliki dua unsure yang sama, yakni: pertama, (1) modal sosial mencakup sejumlah aspek dari struktur sosial, dan (2) modal sosial memberi kemudahan bagi orang untuk melakukan sesuatu dalam kerangka struktur sosial tersebut. Ia member penekanan terhadap dua aspek dari struktur sosial yang sangat penting dalam memudahkan tercipta dan berkembangnya modal sosial dalam berbagai bentuk. Pertama, aspek dari struktur sosial yang menciptakan pengungkungan dalam sebuah jaringan sosial yang membuat setiap orang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga kewajiban-kewajiban maupun sanksi-sanksi dapat dikenakan kepada setiap orang yang menjadi anggota jaringan itu.Kedua, adanya organisasi sosial yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.1. Kepercayaan (trust) sebagai Modal Sosial

(4)

bekerjasama secara efektif. Trust (kepercayaan) menjadi unsur yang paling penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjaga suatu kepercayaan orang-orang bisa bekerjasama secara efektif (Field, 2005 :91).

Kepercayaan juga merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak malalui interaksi sosial (Lawang, 2004 :36). Selanjutnya Lawang menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut:

1) Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini adalah institusi, yang dalam pengertian ini diwakili orang. 2) Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan itu, yang

kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak.

3) Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud (Damsar,2009).

Beberapa jenis kepercayaan yang perlu diketahui untuk menanamkan hubungan percayayang terjadi, antara lain :

1) Kepercayaan itu pada dasarnya bersifat altruistic, dalam pengertian kepercayaan yang diberikan meluludiarahkan untuk kebaikan orang lain. Kepercayaan seperti ini masuk dalam kategori kepercayaan antar personal.

(5)

bagi kedua belah pihak menurut perhitungan yang member kepercayaan.

3) Kepercayaan egositik menunjuk pada kepercayaan yang didasarkan hanya pada pertimbangan kepentingan diri semata-mata.

4) Kepercayaan particular menunjuk pada kepercayaan yang ditujukan pada kelompok sendiri saja.

5) Kepercayaan umum (generalized trust) menunjuk pada kepercayaan yang diarahkan pada semua orang.

6) Kepercayaan interpersonal menunjuk pada kepercayaan satu sama lain yang terbentuk melalui ineraksi sosial. Kepercayaan seperti ini bermanfaat bagi pengembangan kerjasama, kerja voluntir, amal, toleransi, memecahkan masalah kolektif dan sebagainya ( Lawang, 2004 :49).

2.1.2 Jaringan Sosial (network) sebagai Modal Sosial

Ahli Sosiologi Robert.M.Z Lawang (2004:51) menjelaskan jaringan yang digunakan dalam teori modal sosial (capital social), artinya kurang lebih sebagai berikut:

i. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan, boleh dalambentuk strategik, boleh pula dalam bentuk moralistik.

(6)

Kepercayaan simbiotik bilateral dan kepercayaan interpersonal masuk kategori ini.

iii. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama dan alah dapat “menangkap ikan” lebih banyak. Dalam hal ini analoginya mungkin kurang jelas dan

tepat, karena jaringan dalam capital social biasa terjadi hanya antara dua orang saja.

iv. Dalam kerja jaring ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak bias berfungsi lagi, sampai simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini analogi tidak seluruhnya tepat, terutama kalau orang yang membentuk jaringan itu hanya dua orang saja.

v. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-perorang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

vi. Ikatan atau pengikat (simpul) dalam kapital sosial adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

(7)

semakin banyak terbentuknya ikatan atau simpul tersebut.Ada empat bentuk kekuatan yang dapat dilihat dari suatu jaringan sosial yaitu:

1. Intensity adalah kekuatan hubungan dapat diukur dari derajat atau frekuensi kontak individu dalam kominiti tersebut pada waktu tertentu.

2. Reciprocity adalah derajat individu-individu dalam kominitas tersebut untuk melakukan pertukaran secara timbal balik.

3. Kejelasan terhadap pengharapan dari hubungan yang terjalin antar individu dalam komuniti yang diamati.

4. Multiplexity adalah derajat jenis banyak peran yang dilakoni oleh individu dalam komoniti atau pranata (Rudito, Famiola. 2008 :49).

2.1.3 Norma Sosial sebagai Modal Sosial

Salah satu elemen penting lainnya yang terdapat dalam konsep modal sosial adalah norma. Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma tersebut dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional..Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.Ada empat pengertian norma, dimana dasar norma tersebut sama, yaitu memberikan pedoman bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat :

1. Cara (Usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan

(8)

3. Tata Kelakuan (Mores) merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai cara berprilaku dan diterima norma-norma pengatur

4. Adat istiadat (Customs) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola prilaku masyarakat, ada sanksi penderitaan bila dilanggar (Soerjono,2010).

Fukuyama menunjuk pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka (Lawang, 2004 :180). Norma-norma akan berperan dalam mengontrol bentuk hubungan antara individu pada suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial ekonomi. Aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara menghormati dan manghargai orang lain, norma untuk tidak mencurigai orang lain, norma untuk selalu bekerjasama dengan orang lain, merupakan contoh norma yang ada. Norma dan aturan yang terjaga dengan baik akan berdampak positip bagi kualitas hubungan yang terjalinserta merangsang berlangsungnya kohesifitas sosial yang hidup dan kuat (Hasbullah, 2006 :13).

(9)

2.1.4 Resiprositas

Resiprositas merupakan kewajiban membayar atau membalas kembali kepada orang atau keloompk lain atas apa yang mereka berikan atau yang kita lakukan, atau dalam tindakan nyata membayar atau membalas kembali kepada orang atau kelompok lain (Damsar, 2011: 191). Misalnya dalam masyarakat Minangkabau terdapat tuntutan adat tentang resiprositas yaitu “kaba baik bahimbauan, kab buruak bahambauan” (Kabar baik dihimbaukan, kabar jelek berhamburan” yang bermakna bahwa jika ada berita yang menggembirakan (baik) seperti memenen padi, maka petani pemiilik sawah harus memberitahu kepada kerbat-kerabatnya tentang waktu dan tempat memanen padi sebelumnya, jika ia ingin dibantuu dalam memanen padi. Sebaliknya, kerabat-kerabatnya pun akan melakuukan hal yang sama kepadanya apabila mereka akan memanen padi di sawah. Adapun berita buruk, misalnya tentang kematian maka kerabat dan kenalan datang tanpa diminta.

(10)

atau pembalasan atas pemberian atau kegiatan yang dilakukan sebeluumnya (Damsar,2011: 191). Contoh dari resiprositas sebanding seperti tradisi badoncekdalam masyarakat Minangkabau, tradisi sambatan dalam masyarakat jawa, dan tradisi julo-ulo dalam masyarakat Minangkabau.

Adapun resiprositas umum merupakan kewajiban memberi atau membantu orang atau kelompok lain tanpa mengharapkan pengembalian, pembayaran, atau balasan yang setara dan langsung. Berbeda dengan resiprositas berbanding, resiprositas umum tidak menggunakan kesepakatan terbuka atau langsung antara pihak-piihak yang terlibat. Ada harapan bersfat umum (general) bahwa pengembalian setara atau utang ini akan tiba pada saatnya, tetapi tidak ada batas waktu tertentu pengembalian, juga tidak ada spesifikasi bagaimana pengembalian akan dilakukan. Misalnya Dalam masyarakat etnik di Indonesia terdapat berbagai kearifan lokal yang mengandung nilai dan norma yang menyuruh orang untuk berbuat baik kepada semua orang tanpa menegaskan bentuk dan waktu pengembaliannya, misalnya “berbuat baik berpada-pada (berhati-hati), berbuat jahat jangan sekali”, “manusia mati meninggalkan nama, harimau mati meningalkan belang”.

2.2Interaksi Sosial

(11)

mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.

Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang s atu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya, dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat (Soerjono Sukanto,2012: 59) yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya komunikasi.

1. Kontak Sosial

(12)

dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.Lebih lanjut Soerjono (2012) menyatakan Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentukyaitu sebagai berikut :

a. Antara orang perorangan

Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaankebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota.

b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakna bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat.

c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk mengalahkan partai politik lainnya.

2. Komunikasi

(13)

orang lain. Hal ini kemudain merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.

2.3 Sektor Informal Perkotaan

2.3.1 Defenisi dan Ciri- Ciri Sektor Informal Perkotaan

Konsep sektor informal (Damsar,1997 :158) pertama kali digunakan sekitar tahun 1970-an di dunia ketiga, ketika dilakukan serangkaian penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika. Keith Hart, adalah orang yang memperkenalkan konsep tersebut, mengemukakan bahwa Penyelidikan empirisnya tentang kewiraswastaan di Accra dan kota-kota lain di Afrika bertentangan dengan apa yang selama ini diterima dalam perbincangan tentang pembangunan ekonomi.

Dalam laporannya kepada organisasi buruh sedunia (ILO), Hart mengajukan model dualisme terhadap kesempatan memperoleh pendapatan pada angkatan tenaga kerja perkotaan. Konsep informalitas diterapkan kepada bekerja sendiri (self employed). Informalitas didefenisikan ulang sebagai sesuatu yang sinonim dengan kemiskinan. Ekonomi informal menunjuk kepada cara perkotaan melakukan sesuatu dengan dicirikan dengan :

1. Mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal dan organisasi. 2. Bersandar pada sumber daya lokal

3. Perusahaan milik keluarga 4. Beroperasi dalam skala kecil

(14)

6. Keterampilan dapat diperoleh dari system pendidikan di luar formal

7. Pasar yang tidak teratur dan kompetitif.

Kemudian, Keith Hard (Manning,1991) menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada diluar pasar tenaga yang terorganisasi. Apa yang digambarkan oleh Hard dalam memahami sektor informal tersebut sering dilengkapi dengan suatu daftar kegiatan atau pekerjaan yang menjadi bagian adari sektor informal seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan, pengojek, pelacur dan lain sebagainya. Lebih lanjut, Hard mengelompokkan sektor informal berdasarkan kesempatan memperoleh penghasilan yang dapat dibagi atas dua yaitu penghasilan sah dan tidak sah.

1. Kesempatan memperoleh penghasilan yang sah, dapat dibagi atas:

a) Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder seperti pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, pengrajin usaha sendiri, pembuat sepatu, penjahit, pengusaha bird an alcohol.

b) Usaha tersier, dengan modal relative besar, seperti perumahan, barang-barang dagangan, dan kegiatan sewa-menyewa.

c) Distribusi kecil-kecilan seperti, pedagang besar, pedagang kelontong, pedagang kaki lima, pengusaha makanan jadi, pelayan bar, pengangkut barang, agen atas komisi dan penyalur.

(15)

reparasi kendaraan (montir) dan reparasi lainnya, makelar dan sejenisnya.

e) Transaksi Pribadi seperti arus uang dan barang pinjam-meminjam semacamnya dan pengemis.

2. Kesempatan memperoleh penghasilan tidak sah dibagi atas :

a) Jasa ( pada umumnya kegiatan perdagangan gelap) seperti, perdagangan manusia, penadah barang-barang curian, lintah darat (tukang kredit), perdagangan obat-obat bius, pelacuran, mucikari (pilot boy), penyeludupan, suap-menyuap, pelbagai macam korupsi politik, perlindugan kejahatan.

b) Transaksi, seperti : pencurian kecil (misalnya pencopetan), pencurian besar ( misalnya pembongkaran dan perampokan bersenjata), pemalsuan uang dan perjudian.

(16)

2.3.2 Pedagang Asongan Sebagai Sektor Informal

Pedagang asongan adalah salah satu usaha kecil dalam perdagangan dan salah satu wujud sector informal.Menurut keputusan Menteri Keuangan RI No. 597/KMK.04/2001 Tanggal 23 November 2001, Kaki Lima atau asongan adalah tempat-tempat penjualan eceran yang terbuat dari bangunan yang tidak permanen, yang sewaktu-waktu dapat dipindahkan sesuai dengan keinginan pemiliknya. Pedagang kaki lima atau asongan adalah orang yang mengusahakan atau yang menguasai kaki lima. Namun, pedagang asongan dalam penelitian ini adalah pedagang yang menjual barang dagangannya dengan mendatangi langsung calon pembelinya. Jenis barang yang diperdagangkan adalah barang-barang keperluan yang mudah dibawa dan merupakan barang yang dikonsumsi/dipakai masyarakat umum setiap hari, seperti koran, rokok, makanan kecil, minuman kemasan, dan permen. Usaha tersebut dilaksanakan di tempat- tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal.

(17)

2.4 Kebutuhan Hidup

Masyarakat merupakan suatu keseluruhan hubungan antar kelompok social dan individu dalam status dan peran yang berbeda dimana mereka hidup dalam wilayah tertentu (Rudito, Famiola, 2008:62). Masyarakat dipahami sebagai struktur social karena terdapat hubungan antar status dan peran yang diatur oleh system nilai atau norma yang berdasarkan kebudayaan yang menjadi acuan orang –orang yang berada didalamnya bertindak. Batasan yang lebih kecil dari suatu masyarakat adalah komuniti yang dimaksudkan disini adalah kumpulan orang-orang yang saling mengenal satu sama lain melalui jaringan-jaringan sosial dan jaringan kekerabatan (Rudito, Famiola, 2008).

Salah satunya adalah komuniti pedagang asongan di Pulo Brayan. Pedagang asongan biasanya dalam waktu tertentu akan berkumpul untuk saling berkomunikasi. Kedekatan secara keebudayaan menjadi factor penarik antar pedagang berkomunikasi dengan yang lain. Perwujudan kebudayaan pada akhirnya terdapat pada pranata-pranata social yang berlaku disuatu komunitas.

Kebutuhan –kebutuhan manusia terdiri dari :

1. Kebutuhan Primer yang bersumber pada aspek-aspek organisme/biologi tubuh manusia yang mencakup makan dan minum, buang air, berkeringat, tempat tinggal, istirahat, tidur dan lain-lain.

(18)

yang tergolong sebagai kebutuhan primer , yang harus dipenuhi dengan cara melibatkan sejumlah orang yang mencakup kebutuhan akan: komunikasi dengan sesama, kegiatan-kegiatan bersama, kerjasama, persaingan, control sosial dan lain-lain.

Referensi

Dokumen terkait

Orang yang beragama muslim di india mengalami deskriminasi yang berawal dari penerbitan Undang-undang kewarganegaraan yang baru di amandemen dimana hak orang muslim

Berdasarkan perhitungan uji Anava diperoleh F hitung sebesar 0,813 dengan nilai signifikansi sebesar 0,372 > 0,05 sehingga dapat diputuskan bahwa H0B diterima dan H1B

4. Conclusions and Recommendations Based on this study, El Nino reduces the climatological rainfall of Cilacap Regency DSSUR[LPDWHO\ WR PP 0HDQZKLOH La Nina phenomenon

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa kelompok perlakuan jenis kelamin laki-laki mengalami semua mengalami kecemasan sedang pada saat pre , pada saat post mengalami perubahan

Karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan oleh seluruh bangsa di dunia untuk berkomunikasi, bahasa ini dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh

Universitas Pendidikan Indonesia HIKOM Kota Bandung YULIA, ENDANG, ARIF AUGIE WIDIATRIATM O. Bisa Tgl 26 Nop

(1) If the chain begins in a given transient state, and before we reach an absorbing state, what is the expected number of times that each state will be entered.. How many periods do

Apabila Anda berminat mengambil paket outbond atau training bertema budaya daerah desa wisata Gilangharjo ini menjadi rekomendasi utama karena Anda nantinya dapat belajar