• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Lingkungan Hidup melalui Pengaturan Pengendalian Penanaman Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Lingkungan Hidup melalui Pengaturan Pengendalian Penanaman Modal"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah dan

beraneka ragam terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dengan kekayaan alam yang

melimpah sudah sepatutnya jika Bangsa Indonesia selalu memperbanyak rasa syukur atas

nikmat yang tidak ternilai harganya dan tak terhitung banyaknya. Namun perlu disadari

bahwa sumber daya alam yang terus dikonsumsi dan dimanfaatkan dari waktu ke waktu tentu

semakin habis. Karena itulah untuk menyelamatkan bangsa Indonesia di masa depan, di

tengah-tengah terbatasnya sumber daya alam dan tantangan globalisasi, Pemerintah harus

mampu mengelola pemanfaatan sumber daya alam ini dengan sebaik-baiknya.

Tujuan dan arah pembangunan nasional ditetapkan dalam Program Pembangunan

Nasional (PROPENAS) yakni, berusaha mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur,

dimana masyarakat adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai

bidang di antaranya bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan pembangunan

sektor-sektor ekonomi yang ada di negara ini, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

peternakan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa, dan lain-lain. 1

Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia telah berjalan kurang lebih 44 tahun

lamanya sejak dicanangkan oleh Pemerintah Orde Baru pada tahun 1970. Kurun waktu

hampir setengah abad itu membawa perubahan dalam masyarakat Indonesia lewat

pembangunan ekonomi sehingga mengalami peningkatan di tengah berbagai dinamikanya.

Keberhasilan pembangunan Indonesia dapat dilihat dari angka statistik yang menunjukkan

tingkat pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata 5-6 % per tahun sebelum era krisis

berlangsung. Keberadaan tersebut menandai keberhasilan pemerintah untuk mengurangi

1

(2)

angka kemiskinan di Indonesia yang disinyalir masih terdapat kurang lebih 27 juta rakyat

yang berada di bawah garis kemiskinan.2

Pelaksanaan pembangunan seperti diketahui memerlukan modal dalam jumlah yang

cukup besar dan tersedia pada waktu yang tepat. Modal dapat disediakan oleh Pemerintah dan

oleh masyarakat luas, khususnya di dunia usaha swasta. Keadaan yang ideal, dari segi

nasionalisme adalah apabila kebutuhan akan modal tersebut sepenuhnya dapat disediakan

oleh kemampuan modal dalam negeri sendiri, apakah itu oleh Pemerintah dan atau dunia

usaha swasta dalam negeri. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian sebab pada

umumnya negara-negara berkembang dalam hal ketersediaan modal yang cukup untuk

melaksanakan pembangunan secara menyeluruh mengalami berbagai kesulitan yang

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain; tingkat tabungan (saving) masyarakat yang

masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, keterampilan (skill) yang

belum memadai serta teknologi yang belum modern.3

Keterbatasan dalam bidang permodalan dan penguasaan teknologi merupakan

kendala yang umum dihadapi oleh hampir setiap negara dalam rangka pembangunan

ekonomi nasionalnya yang bersifat multi kompleks. Indonesia sebagai salah satu negara

berkembang juga menghadapi masalah tersebut. Salah satu alternatif pemecahan masalah

adalah dengan mendatangkan dana bantuan luar negeri baik berupa pinjaman luar negeri

maupun penanaman modal asing.4

Keberadaan modal asing melalui berbagai kebijakan di bidang investasi asing di

negara-negara berkembang tidak dilepaskan kaitannya dengan kepentingan penyelenggaraan

2

Ibid, Hal 1 3

Ibid, Hal 1-2 4

Sumartono, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal dan Pasar Modal/Problems of

(3)

pembangunan nasional untuk merealisasikan cita-cita bangsa.5 Muchammad Zaidun dalam

orasi ilmiahnya menyebutkan, Investasi bagi suatu negara marupakan suatu keharusan atau

keniscayaan, investasi merupakan salah satu motor penggerak roda ekonomi agar negara

dapat mendorong perkembangan ekonominya selaras dengan tuntutan perkembangan

masyarakatnya. Investasi di suatu negara akan dapat berlangsung dengan baik dan bermanfaat

bagi negara dan rakyatnya, mana kala negara mampu menetapkan kebijakan invetasi sesuai

amanah konstitusinya.6

Pengendalian penanaman modal merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan

pemerintah untuk melakukan pengendalian fungsi penanaman modal dengan melakukan

pemantauan, pembinaan, dan pengawasan dalam pelaksanaan penanaman modal. Pedoman

dan tata cara pengendalian penanaman modal tersebut diatur melalui Peraturan Kepala Badan

Koordinator Penanaman Modal (Perka BKPM) Nomro 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Cukup beralasan jika setiap negara saling bersaing untuk menarik calon penanam

modal untuk menanamkan modal di negaranya. Di dalam berbagai upaya yang dilakukan

dalam rangka pembangunan melalui penanaman modal tersebut, Pemerintah harus senantiasa

memperhatikan aspek lingkungan sebagai aspek yang penting guna keberlangsungan hidup

masyarakat.

Ada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka menjaga

keberlangsungan hidup masyarakat, salah satunya dengan melakukan perlindungan terhadap

lingkungan hidup. Salah satu upaya perlindungan lingkungan hidup yang dilakukan oleh

pemerintah dalam kaitannya dengan kegiatan penanaman modal adalah melalui pengaturan

pengendalian penanaman modal di Indonesia.

5

Ridwan Khairandy, Peranan Perusahaan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam Alih

Teknologi di indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22-Nomor 5, (Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum

Bisnis, 2003), Hal 51. 6

(4)

Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Di dalam Perka BKPM tersebut

juga diatur mengenai lembaga yang berwenang melakukan pengendalian penanaman modal.

Seperti yang termaktub dalam Pasal 1 ayat (5) Peraturan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal (Perka BKPM) No. 3 Tahun 2012 tentang Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman Modal atau selanjutnya disebut pengendalian penanaman modal adalah kegiatan

pemantauan, pembinaan, dan pengawasan, agar pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pengendalian pelaksanaan penanaman modal merupakan upaya mengevaluasi

kegiatan penanaman modal. Kegiatan ini meiputi pemantauan, pembinaan, dan pengawasan

terhadap aktivitas proyek investasi sesuai hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang dimiliki

investor.7

Upaya perlindungan lingkungan hidup melalui pengaturan pengendalian penanaman

modal ini menimbulkan akibat hukum apabila penanaman modal yang dilakukan tidak

memenuhi kewajiban dan tanggung jawab dalam rangka perlindungan lingkungan hidup

sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Akibat hukum tersebut merupakan akibat

yang timbul karena adanya pelanggaran-pelanggaran atau sengketa penanaman modal yang

mengakibatkan timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun sengketa yang Selain dari pada kebijakan pengendalian penanaman modal di atas, ada

pembentukan kebijakan lain yang dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan perlindungan

terhadap lingkungan hidup. Perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dilakukan yaitu

melalui kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam penyelenggaraan perizinan

dan non-perizinan. Kemudian, kebijakan melalui izin lingkungan juga dilakukan melalui

penerapan kewajiban Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan

proses penerbitan Izin Lingkungan.

7

BP3MD, Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (DALAK),

(5)

mungkin timbul antara lain seperti mengenai tanggung jawab penanam modal untuk

menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal

menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan segala kegiatan usahanya secara

sepihak, ikut serta untuk menciptakan iklim usaha persaingan yang tidak sehat, mencegah

praktik monopoli, serta menjaga kelestarian lingkungan hidup. Apabila terjadi sengketa

seperti di atas, maka harus dilakukan suatu upaya penyelesaian sengketa tersebut. Ada

beberapa alternatif penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan, sehingga perlu disesuaikan

dengan kondisi sengketa yang terjadi dan sanksi yang akan diberikan. Sanksi yang akan

diberikan dapat berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana. Pelestarian lingkungan hidup

dilakukan melalui perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana diatur

melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UUPPLH). Dalam upaya perlindungan lingkungan hidup tersebut,

Pemerintah secara umum dan Badan Koordinasi Penanaman Modal secara khusus melakukan

upaya pengendalian pelaksanaan penanaman modal sebagai alat penyaring (filter) penanaman

modal yang berwawasan lingkungan.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang

akan dibahas di dalam skripsi ini antara lain :

1. Bagaimana pengendalian penanaman modal dan pengaturannya di Indonesia?

2. Bagaimana upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup melalui pengendalian

penanaman modal?

3. Bagaimana akibat hukum terhadap kegiatan penanaman modal yang tidak memenuhi

(6)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengendalian penanaman modal dan pengaturannya di Indonesia.

2. Untuk mengetahui perlindungan terhadap lingkungan hidup melalui pengendalian

penanaman modal.

3. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap kegiatan penanaman modal yang tidak

memenuhi kegiatan perlindungan lingkungan hidup.

Manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk memberikan

informasi-informasi dalam bidang pengetahuan hukum umumnya maupun hukum ekonomi

khususnya.

2. Manfaat praktis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi masyarakat umum dan

kalangan penegak hukum untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta referensi

dalam praktik upaya perlindungan lingkungan hidup melalui pengendalian penanaman

modal di Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

Upaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh harus

senantiasa dilakukan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dituangkan dalam sebuah skripsi

yang berjudul “ Perlindungan Lingkungan Hidup Melalui Pengaturan Pengendalian

Penanaman Modal ”.

Untuk mengetahui keaslian penulisan, maka sebelum melakukan penulisan skripsi

(7)

Modal”, maka penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi

yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Sepanjang penelusuran di Perpustakan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

dan tempat lain melalui media internet yang dilakukan pada tanggal 25 Februari 2014

menyatakan bahwa tidak belum terdapat judul yang sama dengan judul yang diangkat dalam

skripsi ini. Dengan kata lain, skripsi ini belum pernah ada yang membuat, namun jikalaupun

ada judul yang hampir sama namun memiliki substansi yang berbeda, sehingga skripsi ini

benar-benar merupakan tulisan yang terjamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan di Perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, antara lain :

1. Nama : Samsiruddin, 040200111, Aspek Hukum Penanaman Modal Yang

Berwawasan Lingkungan Hidup

2. Nama : Bonatua Edyanata Manihuruk, 080200118, Perlakuan Dan Pemberian

Fasilitas Kepada Penanam Modal Menurut Perspektif UU No. 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal.

Penulis juga mengadakan penelusuran berbagai judul karya ilmiah melalui media

internet dan sepanjang penelusuran yang dilakukan belum ada penulis lain yang pernah

mengangkat topik tersebut. Maka berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang

ada, penelitian mengenai “Perlindungan Lingkungan Hidup Melalui Pengaturan Pengendalian

Penanaman Modal” belum ada penelitian dengan topik dan permasalahan yang sama.

Sekalipun ada, hal tersebut merupakan di luar pengetahuan penulis. Permasalahan yang

dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada

pengertian-pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media

cetak maupun media elektronik. Penelitian ini disebut dengan asas keilmuan yaitu jujur,

(8)

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian penanaman modal

Investasi atau penanaman modal merupakan istilah yang dikenal baik dalam

kegiatan bisnis maupun dalam bahasa perundang-undangan. Investasi merupakan istilah

populer dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan

dalam bahasa perundang-undangan. Pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai

pengertian yang sama sehingga kadang-kadang digunakan bersamaan secara bergantian.8

Kedua istilah tersebut terjemahan bahasa Inggris dari kata invest yang berarti menanam atau

menginvestasikan uang atau modal.9

Penanaman modal dapat dilakukan melalui penanaman modal asing. Hal ini

djabarkan dalam Pasal 1 ayat (3), penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan penanam

modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan

dengan penanam modal dalam negeri.10

Berbagai kepustakaan hukum ekonomi atau hukum bisnis menguraikan terminologi

penanaman modal dapat berarti penanaman modal yang dilakukan secara langsung oleh

investor lokal (domestic investor), investor asing (Foreign Direct Investmen, FDI), dan

penanaman modal yang dilakukan secara tidak langsung oleh pihak asing (Foreign Indirect

Investmen, FII). Untuk yang terakhir ini dikenal dengan istilah penanam modal dalam bentuk

portofolio, yakni pembelian efek lewat lembaga pasar modal (capital market).11

8

Ida Bagus Rahmadi Supacana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia. (Bogor: Ghalia Indonesia. 2006), Hal 5-6

9

Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: Gramedia. 2000), Hal 300 10

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia. 2010), Hal 134 11

(9)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan, investasi berarti pertama,

penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh

keuntungan; kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam.12

Kamus Istilah Keuangan dan Investasi menggunakan istilah investment (investasi)

yang mempunyai arti penggunaan modal untuk mencipatakan uang, baik melalui sarana yang

menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko yang

dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula berarti menunjuk ke suatu

investasi keuangan (di mana investor menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau

investasi menunjuk ke suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari

keberhasilan pekerjaannya.13

Kamus Hukum Ekonomi menggunakan terminologi, Investment, penanaman modal,

investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk jangka panjang

misalnya berupa pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud

untuk memperoleh keuntungan.

14

Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan menjelaskan istilah investment atau

investasi, penanaman modal digunakan untuk penggunaan atau pemakaian sumber-sumber

ekonomi untuk produksi barang-barang produsen atau barang-barang konsumen. Dalam arti

yang semata-mata bercorak keuangan, investment mungkin berarti penempatan dana-dana

kapital dalam suatu perusahaan selama jangka waktu yang relatif panjang, supaya

memperoleh suatu hasil yang teratur dengan maksimum keamanan.15

12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: Balai Pustaka. 1995 Edisi Ke empat), Hal. 386

13

John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan & Investasi. Alih bahasa oleh Susanto Budhidarmo, (Jakarta: Elex Media Komputendo. 1994), Hal 300

14

A.F.Elly Erawaty dan J.S.Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Indonesia Inggris, (Jakarta: ELIPS, edisi pendahuluan. 1996), Hal 69

15

A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, (Jakarta: Radnya Paramita. 1991 Cetakan ke enam), Hal 340

(10)

Istilah penanaman modal atau investment menurut kamus Black’s Law, mempunyai

pengertian :

a. An expenditure to acquire property or assets to produce revenue; a capital outlay

b. The asset acquired or the sum invested

c. Investiture

d. Livery of seisin.16

Secara umum investasi diartikan kegiatan yang dilakukan orang pribadi (natural

person) atau badan hukum (juridical person) dalam upaya meningkatkan atau

mempertahankan nilai modalnya baik berbentuk uang tunai (cash money), peralatan

(equipment), aset tak bergerak, hak kekayaan intelektual, maupun keahlian.

Merujuk uraian di atas, unsur kegiatan investasi yaitu :

a. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan nilai

modalnya ;

b. Bahwa modal tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata dan dapat

diraba (tangible), tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidk kasat mata dan tidak

dapat diraba (intangible).17

Setelah diuraikan beberapa pengertian Penanaman Modal diatas, dapat dijelaskan

pengertian Penananaman modal sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM), dikemukakan bahwa penanaman modal

adalah segala bentuk menanam modal, baik oleh penanam modal maupun penanam modal

asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Repubik Indonesia. Dari pengertian yang

dijabarkan dalam undang-undang ini, dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan

penanaman modal dalam undang-undang ini adalah penanaman modal secara langsung yaitu

kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

16

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary. (Eight Edition. West, St. Paul: Thomson. 2004), Hal 844-845

17

(11)

dilakukan penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya atau yang

berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.18

Kegiatan penanaman modal dilakukan dalam bentuk pertama, penanaman modal

dalam negeri. Pengertian penanaman modal dalam negeri sendiri dijabarkan dalam Pasal 1

ayat (1) yang mengemukakan, penanaman modal dalam negeri adalah suatu kegiatan

menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

Kedua, penanaman modal dapat dilakukan melalui penanaman modal asing. Hal ini

dijabarkan dalam Pasal 1 ayat (3), penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam

modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan

dengan penanam modal dalam negeri19

2. Pengertian pengendalian penanaman modal

Pengendalian adalah kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan agar

pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di

dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penananaman Modal Nomor 3

Tahun 2012, yang selanjutnya disebut Perka BKPM 3/2012, maksud dari pengendalian

penanaman modal adalah melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap

pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab

penanaman modal serta ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehubungan dengan itu

dikarenakan penanam modal memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab, maka dilakukan

pengendalian penanaman modal sehingga dapat dilakukan pemantauan, pembinaan, dan

pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan

tanggung jawab penanam modal serta ketentuan perundang-undangan.

18

Ibid, Hal 2 19

(12)

Tujuan dilaksanakannya pengendalian pelaksanaan penanaman modal sebagaimana

dijabarkan dalam Pasal 2 ayat (2) adalah :

a. Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi masalah dan

hambatan yang dihadapi oleh perusahaan;

b. Melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan yang dihadapi

oleh perusahaan;

c. Melakukan pengawasan pelaksanaan penanaman modal, penggunaan fasilitas fiskal dan

melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan lapangan terhadap perusahaan.

Dari pengaturan pengendalian pelaksanaan penanaman modal ini, pemerintah

mengharapkan tercapainya realisasi penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-udangan.

3. Ruang lingkup pengendalian penanaman modal

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan pengertian dari pengendalian penanaman

modal dan maksud dilakukannya pengendalian penanaman modal. Maka pada bagian ini akan

diuraikan lebih lanjut mengenai ruang lingkup pengendalian penanaman modal sesuai dengan

definisinya yaitu melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap

penanaman modal.

Ruang lingkup pengendalian penanaman modal :

a. Pemantauan

Pemantauan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi

perkembangan pelaksanaan penanaman modal yang telah mendapat Perizinan

(13)

b. Pembinaan

Pembinaan adalah kegiatan bimbingan kepadapenanam modal untuk merealisasikan

penanaman modalnya dan fasilitasi penyelesaian masalah/hambatan atas pelaksanaan

kegiatan penanman modal.

c. Pengawasan

Pengawasan adalah upaya yang dilakukan guna mencegah dan mengurangi terjadinya

penyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan penanaman modal dan penggunaan

fasilitas penanaman modal.

4. Pengertian perlindungan lingkungan hidup

Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia sebagai

terjemahan dari bahasa Inggris environment and human environment, seringkali digunakan

secara silih berganti dalam pengertian yang sama. Sekalipun arti lingkungan dan lingkungan

hidup manusia dapat diberi batasan yang berbeda-beda berdasarkan persepsi dan disiplin ilmu

tiap-tiap penulis, dalam tulisan ini istilah atau lingkungan hidup diartikan sama dalam arti

luas.20

Menurut Otto Sumarwoto, lingkungan atau lingkungan hidup adalah jumlah semua

benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan

kita.

Di dalam Pasal 1 ayat (1) UUPPLH, dikemukakan pengertian Lingkungan Hidup

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,

dan kesejahteraan manusia serta lingkungan hidup lain.

21

Hukum lingkungan merupakan bidang ilmu yang masih muda, yang

perkembangannya baru terjadi pada dasawarsa akhir ini. Apabila dikaitkan dengan peraturan

20

Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,

(Bandung: Alumni. 1996), Hal 7 21

(14)

perundang-undangan yang mengatur berbagai aspek lingkungan, maka panjang atau

pendeknya sejarah tentang peraturan tersebut tergantung dari apa yang dipandang sebagai

environment concern.22

St. Moenadjat Danusaputro membedakan antara Hukum Lingkungan modern yang

berorientasi kepada lingkungan atau environment-oriented law dan Hukum Lingkungan

Klasik yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan atau use-oriented law. Hukum

Lingkungan modern menetapkan ketentuan dan norma-norma guna mengatur tindak

perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan

kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat secara langsung

terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi-generasi mendatang. Sebaliknya

hukum lingkungan klasik memetapkan ketentuan dan norma-norma dengantujuan terutama

sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber daya lingkungan dengan berbagai

akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka

waktu yang sesingkat-singkatnya. Hukum Lingkungan modern berorientasi kepada

lingkungan, sehingga sifat dan wataknya juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan itu

sendiri dan dengan demikian lebih banyak berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada

lingkungan ini, maka Hukum Lingkungan modern memiliki sifat utuh-menyeluruh atau

komprehensif-integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes,

sedang sebaliknyan Hukum Lingkungan klasik bersifat sektoral, serba kaku, dan sukar

berubah.23

5. Ruang lingkup perlindungan lingkungan hidup

22

Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1993), Hal 12-13

23

(15)

Di dalam upaya melakukan perlindungan lingkungan hidup maka dibutuhkan

peraturan-peraturan yang dapat menjadi bingkai sehingga di dalam pemanfaatan dan

pengelolaan lingkungan dalam arti sempit dan sumber daya alam dalam arti luas.

Berbeda dari dua undang-undang pendahulunya yang hanya menggunakan istilah

pengelolaan lingkungan hidup pada penamaannya, UUPPLH diberi nama Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hiudp. Penambahan istilah “perlindungan” ini didasarkan pada

pandangan anggota Panja DPR RI dengan rasionalisasi agar lebih memberikan makna tentang

pentingnya lingkungan hidup untuk memperoleh perlindungan. Pihak eksekutif dan tim

penyusun dan tim ahli sebenarnya sudah menjelaskan kepada para anggota Panja DPR bahwa

pengelolaan lingkungan hidup merupakan konsep yang di dalamnya telah mengandung unsur

perlindungan lingkungan hidup di samping pemanfaatan lingkungan hidup. Tetapi para

anggota Panja DPR bersikeras bahwa istilah perlindungan harus dicantumkan dalam judul

undang-undang, sehingga akhirnya hal itu disepakati dan diterima.24

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menurut UUPPLH didasarkan pada

14 asas, yaitu : (a) tanggung jawab negara, (b) kelestarian dan keberlanjutan, (c) keserasian

dan keseimbangan, (d) keterpaduan, (e) manfaat, (f) kehati-hatian, (g) keadilan, (h) ekoegion,

(i) keanekaragaman hayati, (j) pencemar membayar, (k) partisipatif, (l) kearifan lokal, (m)

tata kelola pemerintahan yang baik, dan (n) otonomi daerah.

25

a. Melindungi wilayah NKRI;

Pasal 3 UUPPLH memuat tujuan perlindungan lingkungan hidup, yaitu :

b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

c. Menjamin kelangsungan kehidupan mahkluk hidup dan kelestarian ekosistem;

d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

24

Helmi, Op.Cit., Hal 52-53 25

(16)

f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan masa depan;

g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari

hak asasi manusia;

h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bjaksana;

i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan;

j. Mengantisipasi isu lingkungan global.

Ruang lingkup perlindungan lingkungan hidup adalah sebagai berkut :

1) Perencanaan

Perencanaan dalam perlindungan lingkungan hidup dilakukan dengan tahapan:

a) Inventarisasi lingkungan hidup;

b) Penetapan wilayah ekoregion; dan

c) Penyusunan RPPL.

2) Pemanfaatan

Pemanfaatan sumber daya alam yang ada dilakukan berdasarkan RPPLH berdasarkan

daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan :

a) Keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;

b) Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan

c) Keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.

3) Pengendalian

Pengendalian pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam

rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi :

a) Pencegahan;

b) Penanggulangan; dan

(17)

4) Pemeliharaan

Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya :

a) Konservasi sumber daya alam;

b) Pencadangan sumber daya alam; dan/atau

c) Pelestarian fungsi atmosfer.

5) Pengawasan

Pengawasan dan pemberian sanksi administrasi dilakukan oleh :

a) Menteri;

b) Gubernur;

c) Bupati/ Walikota; dan/atau

d) Pejabat pengawas lingkungan hidup

6) Penegakan hukum

Di dalam proses penegakan hukum terhadap sengketa lingkungan hidup, maka dapat

dilakukan dalam dua jalur, yaitu melalui jalur Pengadilan (Litigasi) dan jalur di luar

Pengadilan (Non Litigasi).

F. Metode Penulisan

Dalam skripsi ini untuk dapat membahas masalah maka dibutuhkan adanya data dan

keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis. Untuk mendapatkan data yang valid dan

akurat, maka penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur, sehingga metode yang

dipakai sangatlah menentukan. Metode penelitian yaitu urutan-urutan bagaimana penelitian

dilakukan.

Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai dapat dijelaskan sebagai berikut :

(18)

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder.26

Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis

dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah

atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.27

2. Data penelitian

Dalam

penelitian ini, adapun undang-undang yang dipergunakan antara lain : Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH), dan

peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi objek

penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan dapat membantu memperkuat teori lama

dan membuat teori baru.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian karya ilmiah ini adalah menggunakan

pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan dengan melakukan pengkajian terhadap

kaidah-kaidah dan norma-norma dalam hukum positif.

Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan

sumber data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.28

26

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003), Hal 13

27

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengaturan Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006), Hm 118

28

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005), Hal 41

Data sekunder

berfungsi untuk mencari data awal atau informasi, mendapatkan batasan/definsi/arti/ suatu

(19)

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan hukum yang mengikat dan mengatur, yang

ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa peraturan

perundang-undangan, antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM)

2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UUPPLH)

3) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012

(PERKA BKPM)

b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan dnegan judul skripsi,

artikel-artikel ilmiah, hasil-hasil penelitian, laopran-laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi,

dan literatur lain melalui media cetak maupun elektronik yang berkaitan dengan

permasalahan dalam skripsi ini.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus

hukum, jurnal ilmiah, eknsiklopedia, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat

dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Di dalam penelitian, pada umumnya dikenal 3 (tiga) bentuk pengumpulan data yaitu

studi dokumen atau studi pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi dokumen

atau studi pustaka.

Studi dokumen merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data

tertulis. Studi pustaka juga dikenal dengan cara Library Research (penelitan kepustakaan),

yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur untuk memperoleh bahan

(20)

dalam penulisan skripsi ini. Tujuan dari analisa ini adalah untuk memperoleh data-data

sekunder yang meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel, berita-berita di

internet dan bahan lainnya.

4. Analisis Data

Di dalam penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, penyajian data

dilakukan sekaligus dengan analisanya. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam

melakukan analisa data ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan :

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tertier yang relevan dengan

permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai

dengan asing-masing permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari

permasalahan.

d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu yang

dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam menelaah diuraikan sistematika sebagai berkut :

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, dijelaskan tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,

tinjauan kepustakaan yang meliputi : pengertian penanaman

modal, pengertian pengendalian penanaman modal, ruang

lingkup pengendalian penanaman modal, pengertian

(21)

perlindungan lingkungan hidup; metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN Pada bab ini, diuraikan pedoman dan tata cara pengendalian

pelaksanaan penanaman modal, lembaga yang berwenang

melakukan pengendalian pelaksanaan penanaman modal, dan

pengaturan pengendalian penanaman modal di Indonesia.

BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, diuraikan perlindungan lingkungan hidup

melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan

perlindungan terhadap lingkungan hidup melalui izin

lingkungan.

BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, diuraikan kegiatan penanaman modal dan Sengketa

perlindungan lingkungan hidup dan sanksi terhadap pelaksanaan

penanaman modal yang tidak memenuhi kegiatan perlindungan

lingkungan hidup.

BAB V KESIMPULAN Pada bab ini, penulisan skripsi diakhiri dengan memberikan

DAN SARAN kesimpulan hasil penulisan dengan butir-butir yang dianggap

penting, kemudian disampaikan beberapa saran sehubungan

Referensi

Dokumen terkait

Penanaman modal asing yang selanjutnya disebut PMA merupakan kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 UUPM, Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menaman modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai pengaturan pengendalian pelaksanaan penanaman modal, perlindungan lingkungan hidup melalui pengendalian penanaman

bidang Penanaman Modal di pemerintah kabupaten/kota (Pasal 1 butir 11 Perka

Penanaman Modal Asing yang selajutnya disebut PMA adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam

Penanaman Modal Asing yang selanjutnya disingkat PMA adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam

Penanaman Modal Asing yang selanjutnya disingkat PMA adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam

Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik lndonesia, yang dilakukan oleh Penanam Modal Dalam