• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori dan tinjauan pustaka yang mendasari penelitian ini. Pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah pembahasan mengenai kualitas hidup dan kanker. Dalam pembahasan mengenai kualitas hidup akan dibicarakan mengenai pendekatan dalam menjelaskan kualitas hidup termasuk definisi kualitas hidup, dimensi kualitas hidup, pengukuran kualitas hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Pembahasan mengenai kanker menjelaskan mengenai definisi kanker, faktor penyebab kanker, proses terjadi kenker,penatalaksanaan medik, komplikasi, perubahan pada penderita kanker.

1. Konsep Kualitas hidup

1.1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup sulit didefenisikan karena mencakup banyak keadaan mulai dari kehidupan fisik dan kemampuan kognitif untuk menentukan kepuasan suatu hubungan, pendidikan yang diminati dan kecukupan pendapatan yang dibutuhkan sebagai dasar biologis (Trbojevic,1998).

(2)

keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal dan lingkungan (Chang dan Weissman, 2004).

Menurut Coons dan Kaplan dalam Sarafino (1994) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Fayers & Machin dalam Kreitler & Ben (2004) kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan.

(3)

1.2. Pengukuran Kualitas Hidup

Skevington, Lotfy, dan O’Connell (2004) dalam Sekarwiri (2008) mengatakan bahwa pengukuran mengenai kualitas hidup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh (kualitas hidup dipandang sebagai evaluasi individu terhadap dirinya secara menyeluruh) atau hanya mengukur domain tertentu saja (kualitas hidup diukur hanya melalui bagian tertentu saja dari diri seorang individu) (Skevington, Lotfy, dan O’Connell, 2004).

Schipper, Clinch dan Olweny (dalam Post, Witte, dan Scrijvers, 1999) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat diukur dari aspek fungsi fisik dan okupasi, keadaan psikologi, interaksi sosial dan sensasi somatic. (Post, Witte dan Scrijvers, 1999) juga membuat empat aspek untuk mengukur kualitas hidup yaitu keadaan fisik dan kemampuan fungsional, keadaan psikologis, dan kesejahteraan, interaksi sosial, dan keadaan ekonomi. Walaupun pembagian mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas hidup individu tertulis dalam persamaan yang berbeda-beda, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek tersebut saling berinteraksi untuk memberikan gambaran kualitas hidup individu.

(4)

energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, dan kapasitas kerja. Aktivitas sehari-hari yaitu menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu pada saat melakukan kegiatan sehari-hari. Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis yaitu menggambarkan seberapa besar kecenderungan individu dalam menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Energi dan kelelahan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Mobilitas yaitu menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. Tidur dan istirahat yaitu menggambarkan kualitas tidur dan istirahat yang dimiliki oleh individu, dan kapasitas kerja yaitu menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh individu (Power dalam Lopez dan Snyder, 2004).

(5)

berkonsentrasi, belajar, dan menjalankan fungsi kognitif lainnya (Power dalam Lopez dan Snyder, 2004).

Dimensi hubungan sosial terdiri dari relasi personal, dukungan sosial, dan aktivitas seksual. Relasi personal yaitu menggambarkan hubungan individu dengan orang lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanaya bantuan yang didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Aktivitas seksual yaitu menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan individu (Power dalam Lopez dan Snyder, 2004).

(6)

dan dapat bergabung untuk berkreasi dan menikmati waktu luang. Lingkungan fisik yaitu menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal individu seperti keadaan air, saluran udara, iklim, polusi. Transportasi yaitu menggambarkan sarana kendaraan yang dapat dijangkau oleh individu (Sekarwiri, 2008).

1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh WHOQOL (dalam Power, 2003), persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan Fadda dan Jiron (1999) bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang tinggal di kota/ wilayah satu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Menurut para peneliti, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah:

1.3.1. Gender atau Jenis Kelamin

(7)

kualitas hidup perempuan. Bertentangan dengan penemuan Bain, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa kualitas hidup perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan Singer (1998) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.

1.3.2. Usia

Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam Papalia, dkk (2007) individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, dkk (2001) menemukan adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu.

1.3.3. Pendidikan

(8)

yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, dkk (2007) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

1.3.4. Pekerjaan

Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.

1.3.5. Status pernikahan

(9)

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

1.3.6. Penghasilan

Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

1.3.7. Hubungan dengan orang lain

(10)

1.3.8. Standard referensi

O’Connor (1993) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQOL (Power, 2003) dalam (Noftri, 2009), bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu. Glatzer dan Mohr (1987) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa di antara berbagai standard referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi, individu membandingkan kondisinya dengan kondisi orang lain dalam menghayati kualitas hidupnya.

2. Konsep Kanker

2.1. Pengertian Kanker

Kanker adalah pertumbuhan sel tidak normal (yaitu: tumbuh sangat cepat tidak terkontrol dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diananda, 2007).

(11)

Jong (2005) menguraikan kanker sebagai penyakit keganasan yaitu perkembangan dan pertumbuhan sel abnormal yang berlangsung lama, otonom, tidak dapat diramalkan dan tersembunyi. Kanker dicirikan dengan periode tanpa keluhan atau tanda – tanda lain dari penyakit yang cukup lama.

Menurut penyebarannya kanker dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Stadium dini yaitu kanker mulai tumbuh dan belum menyusup jauh kedalam jaringan sekitarnya dan belum mengadakan anak sebar.

b. Stadium lanjut yaitu kanker sudah besar dan sudah menyusup jauh kedalam jaringan sekitarnya, masuk kedalam pembuluh darah dan getah bening (Koosnadi, dkk, 2005).

2.2. Faktor Penyebab Kanker

Kanker disebabkan adanya gen abnormal, yang terjadi karena ada kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan difrensiasi sel. Adanya gen abnormal ini menimbulkan salah atur, lebih atau kurang aturan. Gen yang mengatur pertumbuhan dan difrensiasi sel itu disebut protoonkogen dan suppressor gen. terdapat pada semua cromosom dan banyak jumlahnya. Protoonkogen yang telah mengalami perrubahan sehingga dapat menimbulkan kanker disebut onkogen (Sukardja,2000)

Beberapa hal penyebab kanker antara lain: 2.2.1. Riwayat keluarga

(12)

keluarga lainnya. Misalnya resiko wanita untuk menderita kanker payudara meningkat 1,5 – 3 kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita kanker payudara.

2.2.2. Kelainan Kromosom

Misalnya seseorang dengan sindroma down, yang memiliki 3 buah kromosom 21, memiliki resiko 12 – 20 kali lebih tinggi untuk menderita leukimia akut.

2.2.3. Faktor lingkungan

Sejumlah faktor lingkungan dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker, salah satunya yang paling penting adalah merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut, laring ( pita suara), dan kandung kemih. faktor lingkungan lain, misalnya pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar matahari, menyebabkan kanker kulit.

Selain itu, radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) yang digunakan dalam sinar x, dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atlain, misalnya pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar matahari, menyebabkan kanker kulit.

(13)

2.2.4. Makanan

Makanan adalah faktor resiko penting lainnya untuk kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan. Misalnya makan makanan yang banyak mengandung makanan yang diasap dan diasamkan ( dalam bentuk acar) dapat meningkatkan terjadinya kanker lambung. Peminum alkohol juga memiliki resiko yang lebih tinggi tehadap terjadinya kanker kerongkongan.

2.2.5. Bahan kimia

Banyak bahan kimia yang diketahui menyebabkan kanker dan banyak pula yang dicurigai sebagai faktor penyebab kanker. Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker setelah beberapa tahun kemudian, misalnya pemaparan asbes bisa menyebabkan kanker paru – paru dan kanker pleura. Dan kanker kulit banyak ditemukan pada pekerja cat dan pekerja yang membersihkan cerobong asap karena adanyakandungan senyawa hidrokarbon.

2.2.6. Tempat tinggal

Resiko terjadinya kanker juga bervariasi berdasarkan tempat tinggal seseorang. Variasi geografik dalam resiko kanker ini agaknya melibatkan banyak faktor, yaitu gabungan dari genetik, makanan dan lingkungan.

2.2.7. Virus

(14)

sitomegalo menyebabkan sarkoma kaposi, virus hepatitis B dan hepatitis C bisa menyebakan kanker hati meskipun karsinogen ataupun promotornya tidak diketahui. 2.2.8. Infeksi

Infeksi oleh parasit schistosoma (bilharzia) bisa menyebakan kanker kandung kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Tetapi penyebab iritasi menahun lainnya tidak menyebabkan kanker. Infeksi oleh clonorchis, yang terutama banyak ditemukan di timur jauh, bisa menyebabkan kanker pankreas dan saluran empedu.

2.2.9. Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh yang berfungsi mengatur kegiatan alat – alat tubuh. Diethyl stilbestrol, suatu hormon seks buatan yang umumnya digunakan untuk menggemukkan hewan ternak, terbukti sebagai penyebab timbulnya kanker rahim, payudara, dan alat reproduksi lainnya.

Pada beberapa penelitian, diketahui bahan pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menimbulkan kanker pada organ tubuh yang dipengaruhinya, seperti payudara, rahim, indung telur, dan prostat. Pengaruh hormon sehingga dapat menyebabkan kanker belum dapat diketahui dengan pasti.

2.3. Proses terjadinya kanker

(15)

terhadap proses poliferasi sel. Perubahan sel menjadi ganas juga melibatkan gen – gen yang mengatur pertumbuhan sel. Akibatnya, sel berkembang tidak terkendali.

Menurut Junaidi (2007) perkembangan sel normal menjadi sel kanker melalui tiga tahap seperti berikut:

Tahap 1 ( tahap insisi)

Pada tahap ini terjadi perubahan genetik yang menetap akibat ransangan bahan atau agen inisiator yang menimbulkan proses insisi. Perubahan yang terjadi irreversibel.

Tahap 2 ( tahap promosi)

Pada tahap ini terjadi perubahan kearah pra – kanker akibat bahan – bahan promotor. Perubahan terjadi akibat pengaruh promotor yang berulang ulang dan dalam jangka waktu lama. Tahap ini reversibel, artinya resiko timbulnya kanker akan hilang bila promotornya dihilangkan.

Tahap 3 ( tahap progresif)

Telah terjadi pertumbuhan kanker, sudah meluas ( invasif), dan beranak sebar ketempat yang jauh (metastasis).

2.4. Penatalaksanaan Medik

Otto (2005) menjelaskan empat metode primer untuk terapi kanker adalah pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi dan lain – lain.

2.4.1. Pembedahan

(16)

batas jaringan normal. Eksisi luas atau diseksi en bloc melibatkan pengangkatan kanker primer, kelenjar getah bening regional, jalur limfatik yang brhubungan dan struktur berdekatan yang terkena. Eksisi luas diperlebar, yang mengangkat infiltrasi tumor yang luas pada daereah tertentu. Terapi pembedahan kanker in situ di capai dengan beberapa teknik pembedahan khusus.

Terapi adjuvan melibatkan pengangkatan jaringan untuk mengurangi resiko insidensi kanker, progresivitas, atau kekambuhan. Terapi penyelamatan melibatkan penggunaan pendekatan primer lebih sempit. Terapi paliatif digunakan untuk mengurangi penyakit atau sebagian terapi gejala yang berhubungan tanpa mencoba untuk mengobati kanker secara pembedahan. Terapi kombinasi melibatkan penggunaan pembedahan dengan terapi lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan reseksi tumor, mengurangi perluasan tumor yang diangkat, membatasi perubahan penampakan fisik dan kemampuan fisik, dan meningkatkan hasil terapi. Teknik pembedahan khusus meliputi elektrosurgery, cryosurgery, chemosurgery,dan laser.

2.4.2. Terapi radiasi

(17)

2.4.3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat – obatan sitotoksi dalam terapi kanker. Kemoterapi dikenal sebagai salah satu dari empat modalitas: pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan bioterapi yang dapat memberikan penyembuhan, pengontrolan, dan peringanan sebagai tujuan terapi. Kemoterapi dapat digunakan terpisah atau bersama – sama dengan modalitas lain. (Otto,2005).

2.5. Komplikasi

Komplikasi akibat penyakit kanker bisa terjadi karena: 2.5.1. Akibat pertumbuhan tumor ganas yang invasif.

Pertumbuhan sel kanker dapat menekan (kompresi) organ – organ tubuh disekitarnya sehingga menyebabkan luka (erosi). Bahkan luka tembus (perforasi).

2.5.2. Akibat tidak langsung kanker

Secara tidak langsung kanker menyebabkan banyak gangguan seperti demam, berat badan menurun, tidak nafsu makan, kurang darah( anaemia), terasa lemas, maupun daya tahan tubuh menurun.

2.5.3. Akibat pengobatan

(18)

2.6. Perubahan Pada Penderita Kanker

Keliat (1998) Pada wanita yang menderita kanker akan mengalami berbagai pergeseran dan perubahan dalam hidupnya, baik mengalami perubahan citra tubuh, ataupun lainnya dan jika perubahan ini tidak dapat diterima maka kualitas hidup akan menurun secara drastis. Adapun pergeseran dan perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

2.6.1. Perubahan Fisik

Proses perubahan yang terjadi pada klien kanker dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap awal perubahan yang terjadi setelah diagnosa, operasi dan terapi sedangkan tahap kedua terjadi pada saat proses integrasi dari perubahan pada struktur konsep diri. Perubahan yang terjadi secara fisik pada klien seperti nyeri, sengsara, kematian, biaya perubahan struktur tubuh karena pembedahan ataupun efek dari kemoterapi serta perubahan yang diakibatkan karena proses penyakit itu sendiri, yang akan membawa klien ke konsep diri negatif seperti malu, menarik diri, rendah diri, kontrol diri kurang, takut, pasif, asing terhadap diri dan frustasi (Keliat, 1998).

Nyeri merupakan suatu masalah subjektif yang sangat mengganggu penderita disamping badan lemas, tidak ada nafsu makan, dsb. Sedangkan masalah objektif yang mengganggu ialah ulkus yang berbau,sesak nafas, dsb. Rasa nyeri itu sangat menurunkan kualita hidup penderita. (Sukardja, 2000).

(19)

Sukardja(2000) Wanita yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat menjadi stres dan merasa dirinya akan cepat mati, dalam keadaan yang menyedihkan dengan meninggalkan suami, anak, keluarga, atau teman tercinta, yang belum rela ia tinggalkan. Gejala-gejala psikologis tersebut adalah penolakan terhadap penyakitnya, perubahan emosi, perubahan kognitif, kecemasan, mudah tersinggung, motivasi, perilaku gelisah, cemas, stres dan depresi.

Penderita kanker sering kali mengingkari (menolak) bahwa penyakitnya adalah penyakit yang serius, ia mengharapkan dokter salah mendiagnosa. Terkadang respon ini menimbulkan respon buruk terhadap penderita kanker seperti: ketidakmampuan membedakan gejala yang serius, terlambat mencari informasi, tidak mengikuti program terapi, tidak menggunakan sumber daya yang tersedia, menyalahkan orang lain, penyesuaian diri yang panjang dan buruk.

(20)

Setelah menyadari bahwa penyakitnya semakin parah, penderita kanker sering sekali melakukan tawar – menawar dalam hidupnya supaya ia dapat hidup dan sehat. Ia berjanji hal - hal yang tidak masuk akal bila sembuh nanti. misalnya ia akan menjadi orang yang baik, akan menyumbang ini itu, akan berziarah ke tempat tertentu, dsb.

Menghadapi penyakitnya yang semakin memburuk penderita kanker sering menjadi depresif, menjadi murung, pendiam, tidak mau makan, mudah menangis, merasa dirinya tidak berguna lagi untuk hidup yang hanya memberikan beban bagi keluarganya. Banyak hal – hal yang tidak logis mengganggu pikirannya. Yang dapat menimbulkan penderita merasa takut. Perasaan takut yaitu takut akan menghadapi kenyataan yang ada, takut akan operasi, takut akan biaya pengobatan yang mahal, takut akan penyakitnya diketahui orang lain, takut meninggalkan keluarga, takut dicerai suaminya,dsb.

Depresi mental yang dihadapi penderita kanker umumnya terjadi karena kurang pengetahuannya terhadap kanker atau salah presepsi akan penyakit kanker ini. 2.6.3. Perubahan Hubungan Sosial

Keliat (1998) menyebutkan keadaan sosial yang dirasakan penderita kanker yaitu takut akan kehilangan peran dan fungsi seksual,yang dapat mempengaruhi gangguan citra diri,harga diri rendah, perubahan peran, sikap, keyakinan, dan konsep yang salah, kecemasan, atau depresi.

(21)

mengakibatkan perasaan tidak adekuat dalam fungsi seksual. Kecemasan dan depresi sering menguasai klien kanker, cemas akan masa yang akan datang terutama terjadi pada saat diagnosa, kambuh, dan timbul efek dari terapi. Kecemasan dan depresi mempengaruhi fungsi seksual yaitu menurunnya perhatian pada seksual, libido, perubahan keinginan untuk berhubungan seksual dapat berubah pada saat ini karena merasa tidak pantas untuk melakukan hubungan seksual karena masih sakit. Sebagian pasangan takut akan efek terapi karena perasaan wanita terhadap perubahan bentuk tubuh.

Penderita kanker menganggap dirinya tidak dapat lagi berperan seperti peran biasanya sebagai istri, orang tua, pekerja, yang terganggu oleh kanker dan terapi. Penderita merasa tidak berarti karena tidak dapat berperan seperti sediakala.

2.6.4. Perubahan Lingkungan

Peran diri merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Tarwoto & Wartonah, 2003). Hal ini dipengaruhi oleh citra diri, identitas diri berupa jenis kelamin dan konsep diri. Sebagai komponen dari konsep diri, peran seseorang berubah-ubah baik pada masa sekolah, ataupun dalam berkarir. Peran yang umumnya bersifat menetap adalah menjadi seorang wanita dan kemungkinan menjadi ibu atau istri, (Berger & Williams, 1992).

(22)

sediakala karena klien mengalami gejala yang sangat kompleks dan proses penatalaksanaan penyakit dapat mempengaruhi pola aktivitasnya sehari-hari ( Keliat, 1998).

Wanita yang menderita kanker setelah kembali dari rumah sakit biasanya merasa kurang berfungsi, dan kurang di terima di masyarakat, dan sulit kembali hidup normal di keluarga dan masyarakat. Wanita yang menderita kanker biasanya merasa mendapatkan tekanan dari orang di sekelilingnya, menganggap penyakit kanker penyakit yang menular, atau penyakit keturunan, atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.(Sukardja,2000)

3. Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker

Wanita yang menderita penyakit kanker dapat dipengaruhi beberapa faktor: riwayat keluarga,kelainan kromosom,faktor lingkungan, makanan,bahan kimia, tempat tinggal,virus, infeksi, hormon. Wanita yang menderita penyakit kanker akan mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan yang menimbulkan berbagai keluhan baik fisik maupun psikis yang akan mempengaruhi kualitas hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup itu adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, hubungan dengan orang lain, dan standar referensi.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir ini membahas tentang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dengan penerapan e-Filling pada Kantor

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah Melalui Ujian Nasional dan Penilaian Hasil

Perbankan merupakan bagian dari sistem keuangan yang memegang peranan penting bagi kehidupan perekonomian di Indonesia dalam mengerakkan pembangunan.Dalam menjalankan

Pada umumnya para guru juga masih ragu atas implementasi yang dilakukan berdasarkan tuntunan kurikulum 2013, ini terjadi disebabkan pemahaman Kompetensi Inti baik sikap

Dalam menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif ini bangsa Indonesia menjalin pergaulan dan kerjasama antar bangsa, dipimpin oleh presiden sebagai kepala

Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap Suami terhadap Poligami Berdasarkan hasil perhitungan validitas terhadap skala sikap suami terhadap poligami diperoleh hasil bahwa dari 24

Setelah mempelajari hal tersebut, kamu dapat memahami lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim/baku dan yang tidak pada sebuah wacana, melafalkan kata dengan artikulasi yang

konseling adalah pelayanan farmasi klinik yang sangat pokok untuk pasien rawat.. jalan sehingga peneliti ingin mengetahui penerapan standar