BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Banyak perusahaan saat ini dihadapkan pada suatu percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Percepatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut jika dimanfaatkan tentunya akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan untuk tetap tumbuh dan berkembang, dan diharapkan juga dapat memenangkan persaingan yang semakin kompetitif. Keinginan perusahaan untuk dapat terus bertahan dan berkembang adalah merupakan hal yang wajar. Disisi lain, perusahaan yang akan melakukan perubahan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru tentu juga harus diiringi dengan pembaharuan kompetensi karyawan, baik itu secara teknis ataupun non-teknis
Pembaharuan sumber daya manusia yang dimaksud bukanlah mutlak dengan mengganti atau merekrut karyawan baru, namun dapat juga dilakukan melalui berbagai jenis pelatihan-pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Banyak perusahaan saat ini menyelenggarakan berbagai jenis pelatihan untuk karyawannya dengan harapan setelah melalui pelatihan tersebut para karyawan akan dapat memberi kontribusi bagi kesuksesan perusahaan. Sebagai contoh adalah PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation yang beranggapan bahwa pelatihan itu penting untuk diselenggarakan karena tujuan atau outcome dari pelatihan itu sendiri adalah memberi pembekalan pada karyawan yang tidak hanya mengenai wacana namun juga keterampilan. Melalui keterampilan tersebut diharapkan kinerja karyawan akan lebih baik sehingga akan akan mampu mencapai apa yang menjadi tujuan perusahaan.
PT Coca-Cola Indonesia Bottling Northern Sumatra Operation merupakan perusahaan asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi berbagai jenis minuman ringan untuk memenuhi kebutuhan pasar wilayah Sumatra Utara, Aceh dan Batam. Dengan jenis produk minuman ringan dalam kemasan kaleng dan botol seperti coca cola, seprite, fanta, fresh tea dan isotonic.
Northern Sumatra Operation. Salah satu perusahaan yang mejadi pesaing adalah PT Sinar Sosro yang memproduksi minuman ringan yang hampir sejenis.
Selain mengadakan berbagai pelatihan, PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation juga menerapkan konsep-konsep dari kecerdasan emosional sebagai upaya peningkatan kinerja karyawan. Karena melalui beberapa literatur dan penelitian dibuktikan bahwa kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) merupakan salah satu faktor yang juga secara nyata mempengaruhi kinerja seorang karyawan.
Memasuki abad 21, paradigma lama tentang anggapan bahwa Intelligence Quotient (
PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation tidak hanya membutuhkan karyawan yang memiliki kompetensi dibidang produksi atau hard skill
produk-produk yang telah diproduksi. Keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi, membina hubungan dan lain-lain atau yang sering diistilahkan dengan soft skill akan sangat berperan ketika terjadi proses pemasaran produk kepada pelanggan. Keterampilan soft skill ini merupakan salah satu bentuk aplikasi dari kecerdasan emosional, dan seorang karyawan yang memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah tentunya akan mengalami kesulitan ketika harus ditempatkan di bagian pamasaran dimana harus selalu berinteraksi dengan pelanggan.
Namun demikian melalui pelatihan-pelatihan yang dirancang dengan baik, kecerdasan emosional seorang karyawan tentunya akan dapat terus ditingkatkan sesuai dengan tuntutan pekerjaannya.
Berkaitan dengan hal tersebut maka PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation melakukan langkah-langkah pembenahan bagi seluruh sumber daya yang ada, salah satunya adalah sumber daya manusia atau karyawan. Suatu program terstruktur namun fleksibel dan tentunya untuk jangka waktu panjang dirancang perusahaan dalam upaya menciptakan karyawan handal yang memiliki kompetensi dan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang sangat cepat terjadi dalam persaingan yang semakin kompetitif. Perusahaan beranggapan bahwa hal ini merupakan isu strategis yang harus direalisasikan jika ingin sukses, karena implikasi dari lingkungan yang dengan cepat berubah adalah bahwa semua orang harus dapat berpikir secara cepat dan strategis.
berbagai jenis pelatihan. Langkah tersebut dilakukan karena menurut perusahaan hubungan antara pelatihan dengan kinerja mempunyai peranan yang sangat penting. Melalui pelatihan yang terencana dengan baik karyawan akan dapat beradaptasi untuk menduduki posisi yang juga sering berubah karena cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan teknologi yang terjadi akan berakibat pada persyaratan serta perlengkapan yang dibutuhkan menjadi serba baru, secara otomatis proses-proses pengoperasiannya juga baru dan hal ini tentunya akan berakibat pada perubahan jabatan dan karyawan yang telah ada. Sedangkan untuk mendapatkan orang yang sesuai pada suatu jabatan disaat yang tepat tidaklah mudah, karena diperlukan suatu proses penyesuaian bagi orang tersebut untuk dapat melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Dalam hal ini proses penyesuaian tersebut umumnya dilakukan melalui pelatihan secara internal ataupun ekternal oleh perusahaan.
dengan kebutuhan karyawan, pemilihan metode yang digunakan dalam pelatihan juga tidak sesuai, waktu dan tempat pelaksanaan yang tidak tepat atau faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan gagalnya suatu pelatihan.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Sejauhmana pengaruh pelatihan dan kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation?
b) Sejauhmana pengaruh penilaian kebutuhan, rancangan, penyampaian, dan evaluasi terhadap pelatihan karyawan pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation?
c) Sejauhmana pengaruh kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen hubungan terhadap tingkat kecerdasan emosional karyawan pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation?
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh penilaian kebutuhan, rancangan, penyampaian, dan evaluasi memberi pengaruh terhadap keberhasilan pelatihan karyawan pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation. 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kesadaran diri, manajemen diri,
kesadaran sosial, dan manajemen hubungan terhadap kecerdasan emosional karyawan pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation. I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bahan masukan bagi PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation dalam merencanakan jenis pelatihan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
2. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam mengembangkan studi kepustakaan dan sebagai bahan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh pelatihan dan kecerdasan emosional karyawan terhadap kinerja karyawan.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan hal-hal yang berhubungan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya yang berkaitan dengan pelatihan dan kecerdasan emosional karyawan.
I.5. Kerangka Berpikir
Kinerja karyawan merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan di suatu perusahaan. Seorang karyawan akan mampu bekerja sesuai dengan harapan perusahaan jika ia memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya. Secara luas, kompetensi dapat diartikan sebagai kombinasi antara keterampilan (skill), sikap (atribut personal), dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Disejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe yaitu
soft skill competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan orang lain, contohnya adalah kepemimpinan, komunikasi, hubungan sosial dan lain-lain. Sedangkan kompetensi yang kedua sering disebut dengan hard competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni, sebagai contoh analisis keuangan, perencanaan, teknisi permesinan dan lain-lain.
bahwa pelatihan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai.
Wayne and Noe (2005; 202) menyatakan “Training is activities designed to provide learners with the knowledge and skill needed for their presents job”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan karyawan untuk pekerjaan mereka pada saat itu. Pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan, tentang pikiran, tindakan, kecakapan, dan pengetahuan yang layak.
Nawawi (2005) menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya berarti proses memberikan bantuan bagi para karyawan untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Namun demikian pelatihan akan memberikan hasil maksimal jika dikelola dengan baik, atau dengan kata lain bahwa proses pelaksanaan pelatihan tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Seperti dikatakan oleh Mathis dan Jackson (2006: 308) bahwa proses pelatihan yang sistimatis itu sendiri adalah meliputi: Penilaian, Perancangan, Penyampaian, dan Evaluasi. Keempat komponen pelatihan tersebut harus diperhatikan agar apa yang menjadi tujuan dari sebuah pelatihan dapat tercapai.
implementasi itu tidak hanya efektif tetapi juga membuahkan perubahan atau perbaikan baik bagi individu bersangkutan maupun organisasi.
Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja seorang karyawan adalah kecerdasan emosionalnya. Saat ini banyak hasil penelitian membuktikan bahwa seseorang yang berprestasi tinggi dalam pekerjaan lebih mengandalkan kompetensi kecerdasan emosional dari pada kemampuan kognitif murni. Penelitian juga membuktikan bahwa jika IQ hanya berkembang sedikit setelah usia remaja, sedangkan kecerdasan emosional berkembang terus sepanjang hidup sambil belajar dari pengalaman. Menurut Goleman (1995: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ). Bahkan secara khusus dikatakan bahwa kecerdasan emosional lebih berperan dalam kesuksesan dibandingkan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah studi bahkan menyebutkan IQ hanya berperan 4%-25% terhadap kesuksesan dalam pekerjaan dan sisanya ditentukan oleh EQ atau faktor-faktor lain di luar IQ tadi.
Dunia kerja di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation yang penuh dengan interaksi sosial baik itu internal maupun eksternal perusahaan menuntut setiap karyawan untuk memiliki keterampilan emosional (kecerdasan emosional) yang tinggi. Adapun komponen-komponen dari kecerdasan emosional itu adalah Kesadaran Diri, Manajemen Diri, Kesadaran Sosial, dan Manajemen Hubungan. Dengan keempat komponen kecerdasan emosional tersebut akan dapat membantu karyawan dalam pencapaian kinerja yang lebih baik.
Dari kerangka berpikir tersebut maka pengaruh pelatihan dan kecerdasan emosional terhadap kinerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar I.1. Kerangka Berpikir Kecerdasan
Emosional Pelatihan
Penilaian Kebutuhan
Rancangan Pelatihan
Penyampaian Pelatihan
Evaluasi
Kesadaran Diri
Manajemen Diri
Kesadaran Social
Manajemen Hubungan
I.6. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation.
2. Penilaian kebutuhan, rancangan, penyampaian, dan evaluasi berpengaruh terhadap keberhasilan pelatihan karyawan pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia Northern Sumatra Operation.