• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR KAWASAN BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR KAMBITIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR KAWASAN BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR KAMBITIN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

6.1. KONDISI EKSISTING BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR KAMBITIN Aktifitas pembenihan ikan yang dilakukan

petani Init pembenihan Rakyat (UPR) di Kabupaten Tabalong Sebagai Penghasil Bibit Ikan,Khusunya di Desa Kambitin dan Kambitin Raya Kecamatan Tanjung, merupakan untung tombak dalam pengembangan kegiatan budidaya pembesaran ikan di Kabupaten Tabalong dan daerah sekitarnyaPada tahun 2000, wilayah Kabupaten Tabalong terkenal

sebagai sentra pembibitan ikan di Pulau Kalimantan, khususnya ikan nila, mas, mujair dan patin yang terpusat di Desa Kambitin Raya dan Kambitin (Kecamatan Tanjung) dengan kapasitas produksi 12.200.000 ekor atau rata-rata diproduksi 100.000 ekor/ KK. Jangkauan pemasaran selain di wilayah Tabalong (30%) juga menjangkau Kabupaten Hulu Sungai Utara (25%), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (7%), Kabupaten Hulu Sungai Selatan (3%), Provinsi Kalimantan Tengah (30%), dan Provinsi Kalimatan Timur (5%).

Desa Kambitin dan Kambitin Raya yang terletak di 2˚12’22” - 2˚17’15” Lintang Selatan dan 115˚19’-115˚24’ Bujur Timur, merupakan ujung tombak dalam pengembangan kegiatan budidaya

pembesaran ikan di Kabupaten Tabalong dan sekitarnya. Luas wilayah Desa Kambitin 27,85 km2,

terletak 15 km dari Kota Tanjung. Kondisi geografisnya : Tinggi tempat dari permukaan laut 20,22 m. Curah hujan rata-rata per tahun 2. 179,1 mm dan keadaan suhu rata-rata 25 – 32 derajat celcius.

Pada tahun 1999 ketika dicanangkan oleh Gubernur Kalimantan Selatan sebagai Desa Perbenihan, luas kolam tempat pembenihan ikan di Desa Kambitin 93 hektar, dengan pembenih ikan (UPR)

RENCANA PROGRAM INVESTASI

INFRASTRUKTUR KAWASAN BUDIDAYA

PERIKANAN AIR TAWAR KAMBITIN

(2)

sebanyak 122 KK, sedangkan produksi bibit pada tahun tersebut lebih dari 12 juta ekor, dimana sekitar 95% diantaranya adalah bibit ikan mas di tahun 1999 tersebut.

Tabel 6.1

Orbitasi Dan jarak Tempuh Kawasan

NO ORBITASI DAN JARAK TEMPUH KETERANGAN

1 Jarak ke ibukota Kecamatan 15 km

2 Jarak ke ibukota Kabupaten 12 km

3 Jarak ke ibukota Propinsi 253 km

4 Waktu tempuh ke ibukota Kecamatan O,5 jam

5 Waktu tempuh ke ibukota Kabupaten 0,25

Pusat Perekonomian yang ada di desa Kambitin Raya dilihat dari sarana pasar yang ada maka tempat kegiatan jual beli untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dapat memberikan kemudahan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Disamping itu pula ada pedagang-pedagang yang selalu berjualan di desa ini yang menyediakan atau berjualan bermacam-macam kebutuhan masyarakat. Disamping dalam kegiatan pasar (ekonomi) masyarakat dalam arti jual beli yang dilakukan oleh masyarakat dengan pembeli terjadi di desa tersebut seperti hasil perkebunan dan hasil perikanan. Dengan adanya pasar di desa ini kehidupan perekonomian masyarakat sangat baik. Karena masyarakat tidak lagi menuju pasar yang lain sehingga masyarakat tidak mengeluarkan biaya transfortasi.

Di tahun 2003, luas kolam yang tergarap sudah mencapai 130 hektar, tetapi yang aktif berproduksi hanya 88,1 hektar. Dari luasan tersebut, yang dimanfaatkan khusus untuk kegiatan pembenihan seluas 28 hektar. Kemudian lahan yang dimanfaatkan untuk pembesaran seluas 9,4 hektar, sisanya seluas 50,7 hektar dimanfaatkan bersama-sama untuk pembenihan dan pembesaran.

(3)

Kegiatan perikanan, khususnya pembenihan ikan, mulai dilakukan masyarakat Kambitin Raya pada sekitar tahun 1987. Dengan kejeliannya melihat potensi, lahan pertanian yang digunakan untuk bercocok tanam berubah menjadi unit-unit perkolaman.Usaha pembenihan ikan mulanya hanya dilaksanakan satu dua orang. Adapun jenis ikan yang dikembangkan adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Keberhasilan beberapa orang pembenih menghasilkan bibit ikan ini rupanya mendorong warga lainnya untuk ikut serta membenihkan ikan.

Kemauan dan kerja keras merupakan modal dasar bagi pembenih ikan dalam melaksanakan usahanya. Peran pemerintah turut aktif mendorong berkembangnya usaha pembenihan, baik melalui pelatihan teknologi pembenihan ikan maupun pemberian paket sarana produksi seperti induk dan peralatan perbenihan kepada pembenih ikan. Dalam kurun waktu 1988-2002, telah diserahkan sekitar 190 paket bantuan induk kepada pembenih ikan.

Desa Kambitin raya merupakan desa yang berada di perbatasan bentot (kalteng) dengan mayoritas penduduknya adalah penduduk transmigrasi, desa ini memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi yaitu perkebunan karet dan budidaya perikanan, dan peternakan sapi yang sudah di kelola dengan biogas namun terdapat kendala utama yaitu rendahnya kualitas jalan utama yaitu jalan utama desa yang menghubungkan desa Kambitin. Sehingga menghambat perkembangan ekonomi

Gambar 6.1 Aktivitas Pembenihan Ikan di

(4)

Gambar 6.2

Reaktor dan Kompor Biogaz

Tabel 6.2

Pemberian Paket Bantuan Induk Ikan kepada UPR periode 1998-2002 TAHUN JUMLAH

PENERIMA

JENIS IKAN KETERANGAN

1998/ 1999

30 KK Ikan Mas Proyek Bantuan Penangkar Benih/ Bibit Pertanian (APBN)

2000 25 KK Ikan Mas Proyek Pemberdayaan Penangkar Bibit Pertanian (APBN)

30 KK Ikan Patin, Nila Gift, Jelawat

Proyek Pengembangan Kawasan Sentra Produksi (APBD I)

2001 75 KK Ikan Mas Proyek Pembenihan Penangkar BenihIkan Mas (APBD II)

10 KK Ikan Mas Proyek PPWT (APBN II)

(5)

Perkembangan kegiatan perbenihan sangat tergantung pada perkembangan kegiatan pembesaran, baik pembesaran di kolam, karamba, minapadi, jaring apung, dan budidaya pembesaran lainnya. Semakin maraknya usaha budidaya menjadikan kegiatan pembenihan ikan berkembang pesat.

Tabel 6.3.

Perkembangan Kegiatan Perbenihan Kabupaten Tabalong

TAHUN JUMLAH UPR

1995 103 75,65 7.513

1996 114 82,65 7.500

1997 114 82,65 6.500

1998 114 82,65 12.000

1999 122 105,25 12.640

2000 142 108,25 16.440

2001 142 108,25 18.289

Sumber : Profil Desa Perbenihan Kabupaten Tabalong Tahun 2003

Semua UPR tersebut di tahun 2003 tergabung dalam 5 kelompok UPR, yaitu Kelompok Sri Lestari, Sido Makmur, Barokah Jaya, Mualia Bakti, dan Jaya Mukti.

Terbentukanya kawasan sentra produksi benih ikan di Kabupaten Tabalong, yang terletak di desa kambitin yang kemudiam dikenal sebagai Desa Perbenihan, merupakan buah dari rangkaian proses panjang. Kejelian masyarakat setempat melihat potensi yang ada disekitarnya dan kerja keras tanpa pamrih, telah merubah wajah desa dan kehidupan mereka. Dicanangkannya sebagai Desa Perbenihan bukan tujuan akhir melainkan sebuah awal. Ada tugas dan tanggung jawab besar menanti sebagai kosekuensi dari pencanangan tersebut, yaitu bagaimana mengelola dan mengembangkannya lebih lanjut.

Di Desa Kambitin terdapat Balai Benih Ikan (BBI) milik Pemerintah Kabupaten Tabalong, dibawah Dinas Perikanan. Fungsi BBI Kambitin-Jaro :

1. Membantu BBI Sentral untuk pengadaan dan penyaluran induk unggul kepada UPR dalam rangka menunjang UPR dan pengendalian mutu benih.

(6)

3. Membantu BBI Sentral dalam melaksanakan uji lapang teknologi pembenihan yang lebih baik.

4. Menyebarluaskan teknologi pembenihan yang sudah teruji di lapangan kepada UPR.

Gambar 6.3

Bagan Susunan Organisasi UPT Balai Benih Ikan Lokal Kambitin-Jaro

Tugas Pokok :

1. Menerapkan dan menyebarluaskan teknologi pembenihan. 2. Menyediakan dan menyalurkan benih ikan yang bermutu.

Visi Balai Benih Likal adalah terwujudnya Balai sebagai institusi pemberi layanan yang bererientasi agribisnis dan berbasis potensi daerah dalam rangka penyediaan benih unggul dan induk sesuai dengan tingkat kebutuhan pengguna. Misi.Rumusan misi merupakan hasil penjabaran dari visi dan mencerminkan tugas pokok dan fungsi Balai Benih Ikan Kambitin-Jaro yang diemban adalah :

1. Mengembangkan dan meningkatkan produksi serta distribusi benih ikan calon induk dan induk yang bermutu.

2. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi mutu benih dan induk

3. Menerapkan dan menyebarluaskan teknologi perbenihan ikan kepada pelaku perikanan. 4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan.

Kawasan Perikanan Kambitin dibuka sejak tahun 1999, merupakan kawasan bebas banjir. Kawasan ini memiliki BBI, dengan luas BBI Kambitin 5,25 Ha dengan areal perkolaman 2,18 ha. Jaraknya dari Ibukota Kabupaten (Tanjung) sejauh 15km dan dari Kota Banjarmasin sejauh 240 km. Lokasinya yang berada di Saluran Irigasi (Check Dam) dari Air Pegunungan, mendapatkan suplai air dari saluran primer. Dengan kondisi klimatologi ;

 Bulan Oktober s/d April (musim hujan), terdapat air dengan kuantitas dan kualitas cukup baik.

 Bulan April s/d September (musim kemarau), mengalami penurunan volume air karena volume di check dam berkurang.

SUB BAGIAN

TATA USAHA KEPALA UPTD

(7)

Air di BBI Kambitin ini memiliki tingkat keasaman dengan pH lebih dari 6, dengan debit air minimal 20 s/d 30 liter/ detik, dengan konstruksi kolam beton.

Tabel 6.4.

Keragaan Induk dan Calon Induk Berdasarkan Berat Rata-Rata dan Produktivitasnya Tahun 2009 UPT BBI Lokal Kambitin

JUMLAH

1 PATIN SIAM SIAM/ SUKABUMI 1998, 2000 100 1,5 86 3,00 258,00 94 4,00 376,00 PRODUKTIF

2 PATIN JAMBAL JAMBAL/ BANJARBARU 2006 10 5,00 50,00 7 5,00 35,00 BELUM PRODUKTIF

3 MAS MAJALAYA (F3)/

BANJARBARU, SUKABUMI 2004, 2008 98 0,70 68,00 89 3,00 267,00 PRODUKTIF

4 NILA BBAT MANDIANGIN 2009 100 0,25 25,00 237 0,25 59,25 PRODUKTIF

KARANG INTAN (F2) 2008 30 0,30 9,00 70 0,30 21,00 PRODUKTIF MERAH

PUTIH

WANAYASA (F3) 2009 1.200 0,2 BELUM PRODUKTIF

5 GURAMI LOKAL/ BANJARBARU 2006, 2009 12 1,00 12,00 10 1,00 16,00 BELUM PRODUKTIF

6 PIPIH LOKAL/ AMUNTAI 2006, 2009 4 0,8 8 2,00 18,00 9 2,00 18,00 BELUM PRODUKTIF

7 BAUNG LOKAL/ TANJUNG 2006 22 1,70 37,40 90 1,80 16,20 BELUM PRODUKTIF

8 LELE LOKAL/ BANJARBARU 2008, 2009 20 2,00 40,00 12 2,00 24,00 PRODUKTIF

9 BETOK LOKAL/ TANJUNG 2007,2008,2009 120 0,05 6,00 200 0,10 40,00 PRODUKTIF 1.304 2,5 506 16,00 523,40 818 19,45 872,45

PRODUKTIVITAS

JUMLAH

TAHUN PENGADAAN

CALON INDUK JANTAN BETINA

NO NAMA IKAN STRAIN/ ASAL

Sumber : BBI Kambitin – Jaro

Tabel 6.5.

Produksi Perikanan di BBI tahun 2005 s/d tahun 2009 (ton)

NO NAMA IKAN 2005 2006 2007 2008 2009*)

1 PATIN 368.732 357.324 275.745 111.000 120.850

2 NILA 38.075 103.160 87.975 110.810 81.400

3 MAS 0 0 106.600 33.300 62.800

4 BAUNG 0 0 2.500 0 0

5 GURAMI 449 106.600 200 0 0

6 BETOK 0 2.500 0 55.000 60.250

7 PATIN JAMBAL 0 200 0 0 0

8 PIPIH 0 0 0 0 0

9 LELE 0 0 0 0 8.150

407.256 569.784 473.020 310.110 333.450 JUMLAH

(8)

PRODUKSI IKAN

2005 2006 2007 2008 2009*)

PATIN

Daftar Setoran PAD BBI Kambitin-Jaro(Rupiah)

NO NAMA IKAN 2005 2006 2007 2008 2009*)

1 PATIN 34.926.024 33.099.500 26.688.687 30.525.000 32.462.250

2 NILA 1.544.000 4.112.500 3.464.250 11.194.000 10.551.500

3 MAS 0 0 6.399.000 5.461.500 12.742.500

4 BAUNG 0 0 798.000 0 0

5 GURAMI 565.000 983.000 18.000 0 0

6 BETOK 0 0 0 11.000.000 12.100.000

7 PATIN JAMBAL 0 0 0 0 0

8 PIPIH 0 0 0 0 0

9 LELE 0 0 0 0 1.222.500

37.035.024 38.195.000 37.367.937 58.180.500 69.078.750 JUMLAH

(9)

SETORAN PAD

2005 2006 2007 2008 2009*)

PATIN

(10)

Gambar 6.4

Infrastruktur jalan di desa Kambitin Raya

Jembatan yang melintasi desa Kambitin Raya terdapat 14 unit yang berukuran 4 x 4 meter terbuat dari kayu ulin. Diantara jembatan tersebut ada kondisinya yang baik dan ada juga yang buruk Didalam Rt 1 terdapat jembatan semi dengan ukuran 18 meter. Sumber dana pembangunan jembatan tersebut dari APBD.

Untuk memenuhi kebutuhan perairan (sawah) terdapat saluran irigasi yang dana berasal dari Proyek PMDKI serta swadaya masyarakat. Panjang irigasi tersebut kurang lebih 6 km dengan kondisi saat ini sangat buruk tidak berfungsi seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat setempat. Padahal dengan keberadaan irigasi ini dirasakan oleh masyarakat untuk pengairan di persawahan.

(11)

Dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga di desa Kambitin Raya terdapat sebuah pasar atau tempat jual beli, yang dikelola oleh swadaya masyarakat dan proyek PMDKI. Pasar di desa kambitin raya tiap hari kamis dengan konsumen karyawan perusahaan dan para petani karet karena mayoritas penduduknya adalah petani karet dan hasil perikanan

Dalam memenuhi sarana air bersih (SAB) yang ada di Desa Kambitin Raya sebagai sarana untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan keperluan lainnya. Di desa Kambitin Raya tusahaan dan n kondisi baik juga terdapat 60 unit Sumur Gali Air Bersih yang letaknya dari Rt 1 – 15 dengan pembangunannya swadaya masyarakat setempat. Mata air ini tidak pernah kering dan sekarang sering di manfaatkan oleh perusahaan isi.

Gambar 6.5

Sumber mata air dan tempat penampungan

B. Proyek Yang Masuk Desa

Di desa Kambitin Raya ada beberapa proyek yang dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun terakhir seperti proyek APBD yang ditangani oleh Pemerintah Daerah, PKP2D yang didanai oleh bantuan luar negeri Loan OECF dan JBIC, yang pada sasarannya merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin dalam rangka menunjang kebutuhan masyarakat desa.Peluang yang didapatkan dari berbagai proyek tersebut diatas cukup bagus dalam mengatasi permasalahan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan prasarana yang kurang memadai. Keberadaan Proyek-proyek tersebut di atas merupakan suatu kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya (Peningkatan SDM) dalam melakukan perbaikan terhadap permasalahannya baik itu ekonomi mauoun keswadayaan masyarakat.

(12)

masyarakat memberikan kontribusi yang sangat baik dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang melalui program-program pemerintah.

6.1.1 Permasalahan, Analisa Penanganan Dan Rekomendasi

Berbagai sarana vital yang ada dan terdapat Kebutuhan yang sangat mendesak sehingga harus dipenuhi dalam Waktu beberapa jam. Hasil interview dan kunjungan langsung ke Lokasi dinyatakan oleh masyarakat bahwa Kebutuhan tersebut adalah :

1. Sarana Jalan yang cukup baik dan masih ada jalan perkerasan Juga ada jalan yang rusak sehingga mengganggu aktivitas atau Kegiatan yang dilakukan masyarakat.

2. Dengan tidak diperbaiki aliran sungai atau irigasi persawahan Maka bisa mengakibatkan turunnya hasil produksi pertanian.

Usaha pembenihan yang dilakukan UPR telah berjalan puluhan tahun. Dalam kurun waktu berjalan, cukup banyak permasalahan yang harus dihadapi, mulai terbatasnya sarana dan prasarana produksi hingga pemasaran bibit.

Permasalahan mendasar yang masih dihadapi pembenih ikan adalah menyangkut pengairan. Kondisi cekdam sebagai sumber air yang cukup memprihatinkan (di tahun 2003) ditambah lagi dengan belum berfungsinya pendistribusian air dengan baik, menyebabkan permasalahan pengairan menjadi momok bagi pembenih ikan. Di kalan musim hujan, terkadang cekdam yang ada tidak mampu menampung curahan air hujan dan saluran air yang ada juga tidak mampu mengalirkannya, maka tidak jarang terjadi banjir yang melanda kolam-kolam UPR. Sebaliknya pada musim kemarau, suplai air sangat sedikit. Karena saluran air yang ada kurang tertata sesuai fungsinya, hampir semua unit perkolaman dipaksa untuk menerapkan sistem pengairan pararel (air dari kolam ke kolam). Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap aktivitas pembenihan, yang memerlukan air yang berkualitas.

Permasalahan lain yang sering ditemui adalah menyangkut pemasaran bibit. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan pemasaran bibit, antara lain :

(13)

pembenih ikan dihadapkan pada pilihan harus menurunkan harga agar bibit yang dihasilkan bisa laku.

 Tidak semua UPR berada di kawasan yang mudah dijangkau pembeli bibit, apalagi kondisi jalan yang menuju UPR tersebut kurang baik terutama jalan poros desa kmabitin- kambitin raya (2003). Sehingga UPR yang berada “dipinggiran” sulit untuk bersaing memasarkan bibit yang dihasilkannya.

 Kelompok kurang berfungsi sebagai wadah memecahkan permasalahan.

Untuk mengeliminir permasalahan di atas, selain memperbaiki prasarana jalan menuju kantong produksi, adalah mengaktifkan peran kelompok atau menciptakan sebuah wadah berupa jaringan informasi pasar, bukan tempat, yang bisa menjembatani antara pembenih dengan pembenih dan antara pembenih dengan pembeli bibit. Melalui wadah ini diharapkan segala permasalahan menyangkut harga, kouta produksi, transportasi, dan lain sebagainya, bisa dikomunikasikan dan dipecahkan bersama.

Permasalahan dan analisa dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu rencana BBI sebagai pusat kegiatan kawasan dan rencana pengembangan kawasan sendri yang meliputi Desa Kambitin dan Kambitin Raya. Kendala dan permasalahan yang dihadapi BBI, meliputi :

1. Terbatasnya kualitas teknis sumber daya manusia dalam arti untuk peningkatan fungsi BBI dalam arti sesungguhnya, seperti membina UPR, penyediaan induk dan benih bermutu sesuai dengan SNI, monitoring mutu benih (pengamat mutu benih).

2. Sarana dan prasarana yang ada belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

3. Keterbatasan teknologi yang ada terutama yang berkaitan dengan teknologi atau penanganan, pengendalian hama dan penyakit (pengamat hama dan penyakit).

4. Keterbatasan sumber daya air dari segi kuantitas.

5. Belum adanya ketegasan yang jelas antara BBI Sentral, BBI Lokal dan Dinas Kabupaten.

(14)

ditahun 2009 jalan poros yang menghubungkan desa Kambitin Raya, Kambitin dengan luar kawasan sepanjang kurang lebih 4 km mendapatkan perbaikan dan peningkatan kondisi aspal dari APBD Kabupaten Tabalong.

A. Konsep Tata Ruang Agropolitan/ Minapolitan Berbasis Manusia Petani Sebagai Sentrum Tata Ruang Agropolitan hendaknya justru menyambung dan memperkuat jalinan-jalinan yang telah terbentuk. Tatanan baru harus memperkuat dan mengembangkan kebanggan lokal yang telah dimiliki. Esensinya adalah bagaimana membawa agenda urbanism ke wilayah pikir dan fisik ruang perdesaan, terdapat 8 proposisi dalam rumusan agropolitan ;

1) Merubah daerah pedesaan dengan memperkenalkan unsur-unsur gaya hidup kota

2) Memperluas hubungan sosial di pedesaan sampai keluar batas-batas desa, sehingga terbentuk suatu ruang sosio-ekonomi dan politik yang lebih luas, atau agropolitan disctrict.

3) Memperkecil keretakan sosial (social dislocation) dalam proses pembangunan, memelihara kesatuan keluarga, memperteguh rasa aman, dan memberi kepuasan pribadi dan sosial dalam membangun suatu masyarakat baru.

4) Memadukan kegiatan-kegiatan perikanan dan non perikanan didalam lingkungan masyarakat yang sama dalam kerangka memperbanyak kesempatan kerja yang produktif

5) Pengembangan sumberdaya manusia dan alam untuk peningkatan hasil perikanan, pengendalian tata air, pekerjaan umum, jasa-jasa, dan industri yang berkaitan dengan perikanan.

6) Merangkaiagropolitan districtmenjadi jaringan regional.

7) Menyusun suatu pemerintahan dan perencanaan yang mampu memberikan wewenang kepada agropolitan districtuntuk mengambil keputusannya sendiri.

8) Menyediakan sumber-sumber keuangan untuk membangun agropolitan.

Pilihan atas model pola dan struktur ruang kawasan agropolitan yang telah digambarkan diatas tentu akan membawa konsekuensi pentingnya menegakkan salah satu pola dan struktur ruang yang ditawarkan tersebut, eksistensi agropolitan juga memerlukan tatanan-tatanan lain yang diperlukan untuk menyangga atau mendukung pola dan struktur ruang yang dimaksud.

(15)

pertanian/ perikanan, tata produksi, dan tata pemasaran. Tata agropolitan hendaknya tidak menciptakan tata sosial baru yang asik bagi masyarakat lokal, sehingga membuka kemungkinan terpentalnya masyarakat lokal dari wilayahnya sendiri.

2) Tata Ekonomi Agropolitan, memberikan perlindungan dan ketentuan mengenai skala ekonomi dan kegiatan-kegiatan ekonomi yang harus dikembangkan, yang boleh dikembangakan, dan yang tidak boleh dikembangkan (agar tata ekonomi masyarakat lokal tidak rusak).

3) Tata Fisik - Spasial Agropolitan, merupakan upaya penguatan dan pengembangan tata ruang dan infrastruktur yang diperlukan untuk menganyam serta memperkuat tata sosial, tata ekonomi, dan tata sumberdaya pertanian/ perikanan yang ada. Tatanan ruang dan fisik ini juga berkaitan dengan tata kepemilikan lahan pertanian dan mekanisme pengawasan pembangunan. 4) Tata Sumberdaya Pertanian / Perikanan Agropolitan/ Minapolitan, memberikan ketentuan dan perlindungan mengenai sebaran ruang dari tiap-tiap komoditas pertanian/ perikanan serta ketentuan teknis-ekologis yang disyaratkan.

5) Tata Institusi Agropolitan, memberikan perlindungan dan ketentuan mengenai penguatan-penguatan mekanisme hubungan institusional (horisontal dan vertikal) antara lembaga-lembaga adat, organisasi kemasyarakatan, lembaga-lembaga-lembaga-lembaga pemerintah, dan para pemanku kepentingan yang lain, dengan fokus perhatian pada tata kegiatan agropolitan (tata produksi-tata pemasaran) yang berpihak dan mengarah pada perlindungan dan penguatan petani lokal.

(16)

B. Peningkatan Dan Pengembangan Infrastruktur Sebagai wilayah yang diharapkan kedepan

dapat menjadi pusat pengembangan maka perlu dilakukan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan program-program pembangunan kawasan permukiman yang komprehensif, terpadu

dan berkelanjutan dengan

mengedepankan prisip-prisip perencanaan partisipatif dan pendekatan Tridaya (fisik/lingkungan, sosial dan ekonomi), yang sebenarnya merupakan aktualisasi dari prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebagai upaya untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk itu untuk perlu dilakukan :

1) Pembangunan jalan utama desa baik jalan kolektor, maupun jalan lokal karena menghambat kegiatan ekonomi

Jalan utama di Desa Kambitin Raya ini sebagai penghambat pergerakan pendistribusian hasil perkebunan dan perikanan sehingga perlu di tinggkatkan perkerasan dan kondisi jalan

2) Peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan.

Sasarannya adalah terlaksananya peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan.

3) Pengembangan wilayah terisolir.

Sasarannya adalah terbangunnya jalan dan jembatan wilayah terisolir. 4) Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi.

Sasarannya adalah terpenuhinya sarana pengairan dan irigasi untuk keperluan pertanian.

C. Pertumbuhan Ekonomi

Dari kondisi pertumbuhan ekonomi maka menjadi tantangan ke depan untuk mendongkrak pertumbuhan dari sumbangan sektor-sektor ekonomi untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat melelui :

(17)

2) Meningkatkan Kondisi Ekonomi masyarakat miskin khususnya agar lebih baik / meningkat dari sebelumnya sehingga dapat meringankan beban kehidupan dan dapat hidup lebih layak secara manusiawi.

3) Agar Kondisi Lingkungan Permukiman (Sarana Prasarana) menjadi lebih baik sehingga mampu mendukung kehidupan masyarakat secara layak.

4) Pengembangan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif sebagai daerah agraris, sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia.

5) Mengoptimalkan peran Pemerintah dalam mengkoreksi ketidak sempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang mengganggu mekanisme pasar, melalui regulasi , layanan publik, subsidi dan insentif yang dilakukan secara transparan.

6) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat miskin. 7) Penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat.

8) Peningkatan kapasitas atau kemampuan masyarakat miskin agar mampu bekerja dan berusaha lebih produktif ditunjang lingkungan yang memadai

9) Pengembangan keswadayaan dan budaya usaha masyarakat miskin. 10) Sasarannya adalah meningkatnya kewirausahaan masyarakat miskin.

11) Perluasan dan perkuatan lembaga pendukung usaha pengusaha kecil dan menengah

(18)

D. Pengelolaan Dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 1) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam

yang serasi, terarah dan terkendali dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan teknologi yang ramah lingkungan (environment friendly).

2) Meningkatkan potensi sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan peningkatan keragaman sumber.

3) Meningkatkan kemampuan Daerah dalam mengelola sumberdaya alam yang

berkelanjutan sebagai perwujudan dari otonomi daerah.

4) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam secara bertanggung jawab, dan berazaskan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable), yang ada di wilayahnya melalui sistem dan peraturan yang berpihak kepada masyarakat lokal.

Sumber mata air yang dapat di kembangkan menjadi air isi ulang kemasan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Kambitin raya ini, karena sumber mata airini tidak pernah kering dan dalam penenlitian Laboratorium layak diminum seperti air isi ulang yang bermerk

6.1.2 Target Dan Sasaran

(19)

6.1.3 Usulan Program Dan Rencana Kegiatan

Usulan program dan rencana kegiatan dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu rencana BBI sebagai pusat kegiatan kawasan dan rencana pengembangan kawasan sendri yang meliputi Desa Kambitin dan Kambitin Raya.

Dalam rangka mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan dan pengembangan BBI Kambitin-Jaro perlu dilakukan :

1. Pengembangan Benih dan Induk Unggul bermutu serta peningkatan produksi dan distribusinya.

2. Monitoring Mutu Benih dan Induk sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) menuju sertifikasi sistem mutu.

3. Penerapan (Uji Lapang) dan transfer teknologi pembenihan 4. Monitoring kualitas air dan kesehatan (hama penyakit) benih ikan.

Kawasan perdesaan Kambitin dan Kambitin Raya merupakan Kawasan Budidaya Pembenihan dan Pembesaran, sehingga program yang perlu diusulkan adalah :

1. Penyusunan Masterplan Kawasan Minapolitan Kambitin

2. Peningkatan kualitas infrastruktur jaringan jalan, baik jalan poros desa, jalan permukiman dan jalan usaha tani.

a. Jalan Poros Desa Kambitin - Desa Kambitin Raya b. Jalan Usaha Tani - Jalan ke Balai Benih

(20)

f. Jalan Usaha Tani - Jalan Kenanga RT 4,6 g. Jalan Usaha Tani - Jalan Mangga RT 18 h. Jalan Usaha Tani - Jalan Mawar i. Jalan Usaha Tani - Jalan Salak

j. Jalan Usaha Tani - Jalan Belum Ada Nama 3. Perbaikan dan peningkatan jembatan.

4. Penataan sistem tata air didalam kawasan budidaya, sehingga dapat optimal. 5. Peningkatan dan pengembangan sistem drainase kawasan.

6.1.4 Prioritas Penanganan Dan Pembiayaan

Masterplan Kawasan Minapolitan yang mengacu kepada SK Kawasan Budidaya Perikanan Air Tawar perlu disusun segera untuk memberikan gambaran bahwa kawasan secara menyeluruh perlu dilakukan perencanaan peningkatan secara bertahap untuk peningkatan kualitas infrastruktur dan perangkat lainnya guna menunjang hasil produksi dan pemasaran keluar.

(21)
(22)
(23)

6.2. SUB SEKTOR AIR LIMBAH KAWASAN PERIKANAN KAMBITIN 6.2.1. Kondisi Eksisting

Pengelolaan air limbah masyarakat di Kawasan Perikanan Kambitin yang merupakan pusat pengembangan kegiatan pembudiyaan ikan adalah sistem on site. Kawasan Perikanan Kambitin terdiri dari Desa Kambitin Raya dan Desa Kambitin Kecamatan Tanjung.

Masyarakat di Kawasan Perikanan Kambitin ini sebagian besar melakukan pengelolaan air limbahnya secara on-site, dimana hanya sekitar 229 KK atau 40 % dari masyarakatnya yang berjumlah 2872 jiwa yang WC-nya menggunakan septictank, sedangkan sisanya hanya berupa kakus dimana warga hanya membuat lubang di tanah dan memberi penutup diatasnya. Sedangkan terdapat MCK umum yang berasal dari bantuan pemerintah yang kondisinya kurang bagus sehingga masyarakat kembali menggunakan WC yang ad di rumah warga sendiri. Sedangkan untuk limbah cair yang berasal dari dapur maupun dari kamar mandi langsung dibuang ke saluran terdekat. 2872.

A. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Kawasan Perikanan Kambitin yang terdiri dari 2 Polindes. Sedangkan jenis penyakit yang mayoritas terjadi akibat sanitasi yang tidak baik adalah penyakit diare. Jumlah kasus penyakit diare yang terjadi pada tahun 2008 di Kawasan Perikanan Kambitin ini sebanyak 35 kasus namun jumlah balita yang positif diare sebanyak 15 jiwa dan bisa diatasi 100 % sehingga tidak ada jumlah korban.

B. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah 1) Aspek Teknis

Sistem prasarana dan sarana air limbah di Kawasan Perikanan Kambitin sampai saat ini masih bersifat sistemonsite.

(24)

Program-program yang masuk ke Kawasan Perikanan Kambitin antara lain berupa dua buah MCK umum dari program PNPM yang terletak di RT 1 dan RT 3 Kambitin

3) Aspek Kelembagaan Pelayanan Air Limbah

Pada Kawasan Perikanan Kambitin belum memiliki kelembagaan yang mangatur sistem pengelolaan limbah. Begitu juga dengan kegiatan pengawasan terhadap pemeliharaan dan operasionalnya, karena selama ini hanya dilakukan oleh masyarakat sendiri secara sukarela.

4) Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan Air Limbah

Peran serta masyarakat dalam pelayanan air limbah Kawasan Perikanan Kambitin saat ini masih dirasa sangat kurang. Hal ini terbukti dari kondisi sarana dan prasarana umum yang rusak akibat kurangnya perawatan oleh masyarakat. Pada saat ini MCK umum yang ada sudah tidak dapat digunakan, sehingga masyarakat kembali menggunakan WC kepada warga yang mempunyai, Sedangkan pada masyarakat yang berada di sekitar sungai maka menggunakan sungai yang ada sebagai tempat pembuangan air limbahnya

6.2.2. Permasalahan, Analisa Penanganan, dan Rekomendasi

Beberapa permasalahan yang terjadi pada pengelolaan air limbah di Kawasan Perikanan Kambitin adalah sebagai berikut :

1. Cakupan pelayanan pengelolaan air limbah sangat kecil. Cakupan pelayanan pengelolaan air limbah saat ini hanya terbatas pada kemampuan dari masyarakat sendiri secara individual. Bantuan program PNPM (Program Negara Pemberdayaan Masyarakat) belum bisa mengatasi persoalan pengelolaan air limbah di Kawasan Perikanan Kambitinadalah karena dana dari Pemerintah Daerah sangat terbatas.

2. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Kawasan Perikanan Kambitin untuk memelihara sarana dan prasarana umum (mandi kakus) sehingga kondisinya sangat kumuh. Bahkan masih terdapat masyarakat yang hanya menggunakan kakus untuk pembuangan air limbahnya sehingga masih dapat menjadi vektor penyebaran penyakit.

A. Analisa Penanganan

(25)

pengadaan jamban komunal, jamban individual, MCK + yang dilengkapi dengan pengolahan septictank dan sumur resapan (jamban sehat). Program ini dapat diwujudkan baik melalui program dari pemerintah seperti PNPM, Sanimas, PPIP ataupun dengan program swadaya masyarakat.

Dalam pedoman tersebut limbah cair domestic atau air bekas yang diproduksi sebesar 70-80 % dari pemakaian air bersih dan pengendapan lumpur tinja 0,2-0,3 L/orang/hari. Selain itu berdasarkan kriteria kebutuhan air bersih untuk domestik maupun kebutuhan non domestik ditetapkan menurut PU Cipta Karya Tahun 2000 untuk wilayah Kawasan Perikanan Kambitintergolong Kota Kecil maka Kebutuhan air domestik Kota kecil (20.000 – 100.000) jiwa: (130 – 150) L/orang/hari. Berikut ini adalah kebutuhan sarana pengelolaan limbah di Kawasan Perikanan Kambitin.

Tabel 6.7

Kebutuhan Sarana Prasarana Pengolahan Air Limbah NO KECAMATAN Kebutuhan WC Induvudual /Keluarga

2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Pelayanan 45% 48% 50% 55% 60%

1 KAMBITIN (+Wikau) 111 115 119 124 128

2

KAMBITIN RAYA

(+Kalahang) 142 136 131 125 120

NO KECAMATAN Kebutuhan MCK + dengan resapan dan septicktank 2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Pelayanan 45% 48% 50% 55% 60%

1 KAMBITIN (+Wikau) 2 2 2 3 3

(26)

Jamban Sehat Pribadi/Jamban Sehat Komunal/MCK + sebanyak 6 unit sampai akhir tahun perencanaan 2015.

2. Peningkatan Sumber Daya Manusia dengan adanya kegiatan program sosialisasi, pengarahan dan pemantauan secara teratur.

6.2.3. Target dan Sasaran

Target dan sasaran berdasarkan kreteria MDGs 2015 tentang sanitasi yang menyatakan “meningkatkan pelayanan sebesar 60 % dari jumlah penduduk yang belum memiliki akses pada pelayanan publik. Disamping tujuan kuantitatif tersebut, juga diharapkan peningkatan kualitas pelayanan yang lebih berwawasan lingkungan”.

6.2.4. Usulan Program Pengembangan dan Rencana Kegiatan

Program prioritas yang dapat mendukung pengembangan sistem pengelolaan air limbah dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 6.8

Usulan Program Pengelolaan Air Limbah No.

pengelolaan PS air limbah

(27)

6.2.5. Prioritas Penanganan dan Pembiayaan

Skala Prioritas penanganan dapat dilihat dan diperhatikan dalam matrik di akhir bagian.

6.3. SUB SEKTOR PERSAMPAHAN KAWASAN PERIKANAN KAMBITIN 6.3.1. Kondisi Eksisting

Pada saat ini Kawasan Perikanan Kambitin belum mendapatkan pelayanan persampahan dari pemerintah Kabupaten Tabalong. Sarana penampungan sementara, pengangkutan maupun pemrosesan akhir sampah ke TPA belum tersedia di pada kawasan ini. TPA terdekat dengan lokasi Kawasan Perikanan Kambitin adalah yang TPA Maburai yang berada di Kecamatan Murung Pudak. Pada Kawasan Perikanan Kambitin masyarakat masih melakukan kegiatan penanganan sampah secara konvensional yaitu membakar/menimbun sampah pada pekarangan rumahnya masing-masing

Sumber sampah Kawasan Perikanan Kambitin berasal dari sampah kegiatan perdagangan (pasar, warung), kantor kantor pemerintahan dan sampah domestik dari penduduk lokal. Diprakirakan timbunan sampah dari seluruh aktifitas masyarakat adalah 5,744 kg/hari dengan prakiraan jumlah penduduk adalah 2.872 jiwa pada tahun 2008 dengan sampah perorang adalah 2 lt/orang/hari. Pada Kawasan Perikanan Kambitin terdapat pasar dimana sampah yang dihasilkan hanya dikumpulkan pada tempat tertentu sehingga dapat ditangani di tempat, dimana sampah yang berupa sampah organic akan dikubur, dan sampah yang tidak mudah terurai kemudian akan dibakar.

A. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan

Karena belum ada penanganan sampah secara terpadu di Kawasan Perikanan Kambitin maka kondisi sarana dan prasarana sampah yang ada sangat sederhana karena sampah langsung ditangani dengan dibakar atau ditimbun.

6.3.2. Permasalahan, Analisa Penanganan, dan Rekomendasi

(28)

secara sederhana yaitu dengan dikumpulkan dan dibakar di sekitar pekarangan rumah, atau dibuang ke sungai.

B. Kesadaran masyarakat Kawasan Perikanan Kambitin untuk mereduksi sampah secara mandiri masih belum ada mengingat pol hidup mereka sangat sederhana. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan rendah sehingga tidak mengetahui informasi tentang teknologi persampahan.

6.3.3. Analisa Penanganan

Berdasarkan kondisi eksisting maka perlu direncanakan perbaikan sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Perikanan Kambitinmulai dari sumber sampah sampai dengan konsep 3 R (reuse, reduce dan reycle) dengan pengadaan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu). Pengadaan TPST digunakan sebagai alternatif pengolahan sampah karena mengingat letak kawasan bintang ara jauh dari lokasi TPA. Berikut ini rencana penanganan sampah di Kawasan Perikanan Kambitin:

A. Cakupan pelayanan dan Timbunan Sampah

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum, cakupan pelayanan persampahan kota minimal adalah 80 % dari jumlah penduduk dilayani oleh Sistem DK/PDK. Oleh sebab itu maka sangat perlu menambah cakupan pelayanannya.

Tabel 6.9

Proyeksi Timbunan Sampah

NO KECAMATAN Timbunan Sampah (m3/hari)

2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Pelayanan 60% 65% 70% 75% 80%

1 KAMBITIN (+Wikau) 1 2 2 2 2

2

KAMBITIN RAYA

(+Kalahang) 2 2 2 2 2

Jumlah 3 4 4 4 4

B. Sarana dan Prasarana Persampahan

(29)

1) Pewadahan

Penanganan sampah yang direncanakan ke depan untuk wilayah permukiman maupun fasum/fasos di Kawasan Perikanan Kambitin adalah sebagai berikut :

 Pemisahan sampah organik dan non organik dari sumber timbulan sampah. Pemisahan ini akan memudahkan penanganan dan reduksi sampah lebih lanjut. Pemisahan dilakukan dengan pembedaan warna wadah sampah.

 Volume wadah rumah tangga direncanakan kurang lebih 50 liter, yang diperkirakan dapat menampung sampah selama dua hari.

 Untuk sampah dari rumah tangga, wadah dapat berupa tong sampah yang terbuat dari bahan yang tidak korosif, konstruksi murah, mudah dirawat dan wadah tertutup. Wadah diletakkan di depan rumah untuk memudahkan pengumpulan sampah dan dibuat dengan sistem pewadahan tidak tetap atau mudah dipindahkan untuk mempercepat proses pengumpulan. Pewadahan tetap berupa bak sampah dari pasangan batu bata tidak disarankan karena umumnya kebersihan kurang terjaga karena adanya binatang dan kegiatan pemulung serta waktu operasional pengumpulan lebih lama.

 Untuk sampah di jalan maka disarankan menggunakan sistem semi tetap dengan menggunakan tiang penyangga dengan pemilahan sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik).

Tabel 6.10

Prasarana dan Sarana Persampahan Kawasan Perikanan Kambitin NO KECAMATAN Pewadahan Bak Sampah/Bin /Tong Berkapasitas 1 m

2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Pelayanan 60% 65% 70% 75% 80%

1 KAMBITIN (+Wikau) 1 2 2 2 2

2

KAMBITIN RAYA

(+Kalahang) 2 2 2 2 2

(30)

i. Sub Sistem Pengumpulan

Pola pengumpulan sampah yang direncanakan ke depan untuk Kawasan Perikanan Kambitin sebagai berikut :

a) Daerah Pemukiman Penduduk

Karena pemukiman di Kawasan Perikanan Kambitin adalah pemukiman tidak teratur maka pengumpulan sampah direncanakan menggunakan pola komunal tidak langsung yaitu sampah oleh warga dibawa ke pewahanan komunal seperti bak sampah kemudian diambil oleh petugas kebersihan dengan menggunakan gerobak sepada motor untuk selanjutnya di bawa ke TPST terdekat.

b) Pengumpulan Sampah Pasar

Pola pengumpulan sampah untuk kegiatan pasar ikan direncanakan dengan pola pengumpulan komunal langsung yaitu masing-masing pedagang membuang sampahnya secara langsung pada wadah komunal yang disediakan berupa kontainer sampah

ii. Sub Sistem Tempat Penampungan Sementara (TPS)

TPS di Kawasan Perikanan Kambitin direncanakan berupa landasan yang dilengkapi dengan kontanier. Sistem pengolahan di TPS akan menggunakan konsep 3R berupa pembanguan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) dengan metode komposting aerobik. Metode Pengolahan Komposting Aerobik Windrow. Berikut ini perencanaan TPST Kawasan Perikanan Kambitin

(31)

Tabel 6.11

Kebutuhan Alat Pengangkut

NO KECAMATAN Gerobak Sepada Motor (Kapasitas 1,5) 2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Pelayanan 60% 65% 70% 75% 80%

1 KAMBITIN (+Wikau) 1 1 1 1 2

NO KECAMATAN TPST dengan Container

2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Pelayanan 60% 65% 70% 75% 80%

1 KAMBITIN (+Wikau) 0 0 0 0 0

2

KAMBITIN RAYA

(+Kalahang) 0 0 0 0 0

Jumlah 1 1 1 1 1

Sedangakan kebutuhan alat pengangkut truk untuk membawa sampah dari TPST ke TPA Maburai membutuhkan satu unit amrol truk untuk melanyani pengangkutan sampah selama Tahun 2011-2015.

6.3.4. Rekomendasi

Rekomendasi pengelolaan persampahan dibuat berdasarkan analisa penanganan. Berikut ini rekomendasi Sistem Pengelolaan Persampahan di Kawasan Perikanan KambitinTahun 2011-2015.

1. Peningkatan cakupan pelayanan persampahan Kawasan Perikanan Kambitin dengan prioritas daerah pelayanan adalah DesaKambitin dan Desa Kambitin Rayadengan tingkatan pelayanan minimal adalah 80 % pada akhir tahun rencana tahun 2015. Peningkatan Pelayanan persampahan meliputi pengadaan sarana prasarana persampahan di setiap daerah rencana pelayanan (Pewadahan/ Bak sampah, Alat pengumpul seperti gerobak, dan alat angkut seperti truk) setiap tahun (Tahun 2011-2015) secara bertahap sesuai dengan kebutuhan proyeksi sarana dan prasarana persampahan.

(32)

seperti pembangunan TPST (Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu) dengan pembangunan secara bertahap. Lokasi TPST lebih diarahkan ke daerah yang yang dapat menjangkau daerah yang luas seperti di Desa Kambitin, Desa Kambitin Raya.Pengoptimalan sistem kerja TPST akan menjadi prioritas utama pengganti TPA mengingat lokasi Kawasan Perikanan Kambitin terletak jauh dari TPA Maburai. Metode Pengolahan sampah di TPST adalah komposting aerobik.

3. Kegiatan Sosialisasi dan penyuluhan terhadap warga secara kontinu.

6.3.5. Target dan Sasaran

Secara kuantitas, sasaran pengelolaan persampahan mengikuti ketetapan yang dikeluarkan MDG 2015 yaitu tercapainya peningkatan pelayanan terhadap setengah jumlah penduduk yang belum terlayani.

6.3.6. Usulan Program Pengembangan dan Rencana Kegiatan

Beberapa usulan Program Pengembangan dan Renacan kegiatan adalah sebagai

berikut :

1. Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan.

Target yang dicapai : Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah ke TPA Maburai secara bertahap sesuai kriteria dan

Peningkatan sistem pelayanan dan pengolahan secara terpadu melalui sistem

pengolahan antara (TPST)

Strategi Pendekatan : Identifikasi kebutuhan pelayanan untuk jangka waktu 5 tahun yang disesuaikan dengan rencana pengembangan kota (Tahun

2011-2015)

Rencana Penanganan: Penyediaan prasarana dan sarana sesuai kebutuhan pelayanan

Kontribusi : dukungan dana investasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dan biaya O/M sesuai kebutuhan

2. Program Pengurangan Timbulan Sampah

Target yang dicapai : Penyebar luasan informasi dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam

(33)

dengan kondisi daerah namun tetap mengacu pada target nasional (tahun

2010 sebesar 20 %).

Strategi Pendekatan:Kampanye dan gerakan moral, uji coba dan replikasi

Rencana Penanganan: Penyediaan dan pelatihan fasilitator, pelaksanaan replikasi kegiatan pengurangan sampah secara bertahap

Kontribusi : dukungan penyediaan prasarana dan sarana pengolahan sampah serta pemberian insentif bagi pihak-pihak yang berhasil melakukan

pengurangan sampah.

3. Program pembinaan sistem pengelolaan sampah

Target yang dicapai:

Peningkatan pengembangan perangkat pengaturan dan standar, pedoman dan

manual bidang pengelolaan persampahan

Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusipengelola dan Sumber

Daya Manusia serta adanya pemisahan peranoperatordanregulator

Strategi Pendekatan :Tanggap kebutuhan

Rencana Penanganan: pendampingan, pemberdayaan kepada masyarakat, uji coba dan lain-lain

Kontribusi :

Pengembangan Perda, Perkuatan institusi dan kelembagaan pengelola serta

sumber daya manusia Dukungan sosial politik, Pendanaan, Pembinaan sistem

pengelolaan, dll

4. Program pembinaan sistem pengelolaan sampah

Target yang dicapai:

Penyebar luasan informasi dan peningkatan pemahaman dan kesadaran

masyarakat serta pemangku kepentingan dalam pembangunan dan

pengelolaan sistem persampahan

Pengurangan resiko pencemaran tdan penerapan konsep "waste to energy"

prioritas pada kota dengan kelembagaan pengelola sampah yang telah mantap.

Strategi Pendekatan :

Pengembangan strategi promosi dan Ketepatan sasaran penyebaran informasi

(34)

Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, uji coba/percontohan sistem 3 R

(reduce, reuse, and recycling) serta penerapan Clean Development Mechanism

(CDM).

Kontribusi :

Pengembangan Perda, Perkuatan institusi dan kelembagaan pengelola serta

sumber daya manusia Dukungan sosial politik, Pendanaan, Pembinaan sistem

pengelolaan, dll

6.3.7. Prioritas Penanganan dan Pembiayaan

Skala Prioritas penanganan dapat dilihat dan diperhatikan dalam matrik di akhir bagian.

6.4. AIR MINUM KAWASAN PERIKANAN KAMBITIN 6.4.1 Kondisi Eksisting

Kawasan Perikanan Kambitin ini masuk dalam Kecamatan Tanjung, namun untuk pemenuhan kebutuhan air bersihnya belum mendapatkan pelayanan sistem perpipaan dari BNA Tanjung seperti halnya masyarakat Kecamatan tanjung lainnya dikarenakan jarak yang terlalu jauh dari instalasi pengolahan air yang ada. Dengan demikian pemenuhan air bersIh masyarakat di Kawasan Perikanan Kambitin ini hanya mengandalkan dari sistem non perpipaan yang ada seperti mata air, sumur dsb.

6.4.2 Sistem Non Perpipaan

Secara umum pelayanan pengembangan non perpipaan yang didapatkan oleh masyarakat Kawasan Kambitin ini dilakukan karena belum mendapatkan pelayanan secara perpipaan oleh PDAM Tabalong.

Aspek Teknik

(35)

Tabel 6.13

Tingkat Pelayanan Air Bersih Non Perpipaan Kawasan Perikanan Kambitin Pada Tahun 2008

1 Kambitin Raya 1.759 500 28,4 1.259

2 Kambitin 1.113 350 31,4 763

Jumlah 2.872 850 29,6 2.022

Sumber : Dinas PU Kabupaten Tabalong Tahun 2009

Danan PU yang digunakan untuk pembangunan sarana penyediaan air bersih non perpipaan berasal dari PSDAM dan DAK.

Pada saat ini program penyediaan air bersih non perpipaan yang diselenggarakan di Kawasan Perikanan Kambitin ini berasal dari program pemerintah baik berupa PNPM maupun dari Dinas Kesehatan. Dari program PNPM yang masuk terdapat pebuatan sumur gali sebanyak 3 buah yang berada di RT 3 Kambitin dan RT 7dan 8 Kambitin Raya, kemudian terdapat sumur bor yang terletak di RT 13 Kambitin Raya, dimana untuk pengelolaannya memerlukan iuran sebanyak 15 ribu/bulan dari warga. Sedangkan Dari Dinas Kesehatan berupa sumur gali sebanyak 4 buah pada tahun 2009

di Kambitin.

(36)

mengalirkan mata air ini membuat warga harus memompa air dari mata air ke bak penampung yang ada di atas bukit. Dengan posisi yang berada di ketinggian membuat pendistribusian ke rumah warga tidak mengalami kesulitan. Debit mata air yang ada sekitar 5 l/detik, namun belum semua debit yang ada dapat dimanfaatkan, masih banyak yang terbuang ke saluran irigasi yang ada. Mata air ini tidak mengering pada musim kemarau dan kualitas airnya masih cukup bagus untuk digunakan walau tanpa melalui proses pengolahan. Pengelolaan mata air ini untuk kepentingan masyarakat penanganannya masih diserahkan kepada masyarakat yang ada. Adapun bantuan yang didapatkan masyarakat untuk pemanfaatan mata air ini adalah dari Dinas PU berupa pipa paralon sebanyak 180 batang, kemudian dari program PNPM berupa dana sekitar 10 juta untuk pembuatan bak penampung dan pompa. Sedangkan dari masyarakat sendiri mengeluarkan iuran 15 ribu/bulan untuk pemanfaatan mata air ini. Masih banyaknya warga yang belum mendapatkan pelayanan air bersih ini terkendala dari pipa jaringan yang belum terpasang dan tingginya biaya operasional pompa yang ada.

6.4.3 Permasalahan, Analisa Penanganan, dan Rekomendasi A. Sistem Non Perpipaan

1. Permasalahan

 Permasalahan penyediaan kebutuhan air bersih non perpipaan di Kawasan Perikanan Kambitin adalah pada musim kemarau sumur-sumur yang dimiliki oleh warga berkurang kuantitasnya

(37)

 Membutuhkan jaringan perpipaan yang lebih luas, karena pada saat ini jaringan pipa yang ada baru mampu menjangkau 30 KK.

2. Analisa Penanganan

 Untuk menambah pelayanan non perpipaan bagi masyarakat di Kawasan Perikanan Kambitin maka perlu dioptimalkannya pemafaatan mata air yang ada. Kemudian dibutuhkan pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat untuk mamanfaatkan sumber air yang ada sebesar-besarnya.

 Penggunaaan sumur bor juga dapat dipertimbangkan unutk pembuatan sumur bor yang lebih banyak karena dapat menghasilan debit air yang stabil. Adapun jumlah sumur bor yang dibutuhkan oleh masyarakat di Kawasan Perikanan Kambitin

Tabel 6.14

Proyeksi Kebutuhan Air Bersih

NO KECAMATAN Kebutuhan Air Bersih (m3/hari)

2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Pelayanan 45% 48% 50% 55% 65%

1 KAMBITIN (+Wikau) 83,5 86,4 89,5 92,7 96,0

2

KAMBITIN RAYA

(+Kalahang) 106,2 102,1 97,9 93,8 89,6 Jumlah 189,7 188,5 187,4 186,5 185,6

Tabel 6.15 Kebutuhan Sumur Bor

NO KECAMATAN Sumur Bor

2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Pelayanan 45% 48% 50% 55% 65%

1 KAMBITIN (+Wikau) 1 1 1 1 1

 Penambahan kapasitas kolam tampung dari mata air yang ada di Desa Kambitikm Raya untuk meningkatkan kapasitas layanan.

(38)

 Penambahan dan Pembangunan sumur bor satu init di Desa Kambitin sedangkan di Desa Kambitin Raya cukup dilayani dengan sumber mata air melalui jalur perpipaan.

 Peningkatan jaringan perpipaan di Desa Kambitin Raya sesuai denagn kebutuhan jumlah kebutuhan masyarakat secara bertahap.

 Pembentukan lembaga swadaya masyarakat untuk mengatur, mengkoordinir dan mengawasi penggunaan mata air/sumur bor

 Adanya penyuluhan dan sosialisasi

6.4.4. Target dan Sasaran 1) Sistem Non Perpipaan

Berdasarkan target dari MDGs Tahun 2015 bahwa sistem pelayanan air bersih non perpipaan (pedesaan) akan di tingkatkan sampai 40 % dari kondisi eksisting sistem pelayanan air minum non perpipaan di Kawasan Perikanan Kambitin yaitu sebesar 29,6 %.

6.4.5. Usulan Program Pengembangan dan Rencana Kegiatan 1) Sistem Non Perpipaan

Usulan program dalam pengembangan air minum non perpipaan adalah :

a) Terlaksananya pembangunan sarana dan prasarana air bersih pedesaan di kawasan perikanan Kambitin melalui program pansimas

6.4.6. Prioritas Penanganan dan Pembiayaan

Gambar

Tabel 6.1Orbitasi Dan jarak Tempuh Kawasan
Gambar 6.1Aktivitas
Gambar 6.2
Gambar 6.3Bagan Susunan Organisasi UPT Balai Benih Ikan Lokal Kambitin-Jaro
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Kesulitan Kognitif dan Masalah Afektif Siswa SMA dalam Belajar Matematika Menghadapi Ujian Nasional.. Self-efficacy: the exercise of

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas kehendaknya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kondisi Hygiene Sanitasi Pemondokan dan

13.20 GUBERNUR, UNDANGAN VVIP DAN PARA RAJA MENUJU BANGSAL KERATON PROTOKOL KERATON KASEPUHAN BANGSAL KERATON 13.30 JAMUAN MAKAN SIANG DAN KLININGAN GAMELAN KERATON E

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada bulan Maret-Juni 2005, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zat

Pada realitanya suatu pemilihan umum di suatu Negara tidak luput dari peran agama, entah itu agama sebagai dasar dari suatu partai atau bahkan suatu partai lain yang berkoalisi

Namun beberapa aktivator tersedia dalam bentuk cair yang diaplikasikan saat tanam dengan volume 5 ml per pot untuk kerapatan 10 8 cfu/ml, atau inokulasi bibit dengan cara

Islam mengajarkan kita sikap menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan dalam jual beli. Demikian itu akan terwujud dengan membangun rasa kepuasan pada masing-masing

Tujuan dari penelitian ini adalah yaitu untuk mengetahui adakah pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) berbasis pratikum terhadap hasil