KETIDAKPERCAYAAN PUBLIK PADA
KETIDAKPERCAYAAN PUBLIK PADA
LEMBAGA PEMBERANTASAN
KORUPSI
KORUPSI
SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL
Latar Belakang
Latar Belakang
Sejak reformasi, penegakan hukum yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi menjadi salah satu perhatian utama publik.
Semangat di balik gerakan reformasi yang menumbangkan Orde
Semangat di balik gerakan reformasi yang menumbangkan Orde Baru adalah semangat membersihkan negara ini dari KKN.
Setelah sepuluh tahun reformasi, suara ketidakpuasan publik terhadap pemberantasan korupsi tidak banyak berubah, bahkan dalam setahun terakhir terdengar makin kuat
dalam setahun terakhir terdengar makin kuat.
Bagaimana rakyat menilai kondisi korupsi di negara kita? Bagaimana penilaian mereka pada kinerja lembaga-lembaga terkait dengan pemberantasan korupsi, terutama kepolisian, kejaksaan KPK dan Pengadilan? Apakah rakyat masih percaya kejaksaan, KPK, dan Pengadilan? Apakah rakyat masih percaya pada profesionalisme dan integritas lembaga-lembaga tersubut?
Untuk itu, LSI mengamati secara nasional bagaimna suara rakyat terhadap masalah-masalah tersebut.
Survei Nasional (Okt_10)
Metodologi
Metodologi
• Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
• Sampel: Jumlah sampel awal 2000, dan jumlah sampel akhir 1.824 karena responden terpilih tidak bersedia diwawancarai dan tidak ada di tempat. Berdasar jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar +/-2.4% pada tingkat kepercayaan 95%.
pada tingkat kepercayaan 95%.
• Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden
• Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti
kesalahan berarti.
• Waktu wawancara lapangan 10-22 Oktober 2010.
Survei Nasional (Okt_10))
Prosedur Multistage Random
Sampling dalam pemilihan sampel
Stratifikasi 1 = populasi dikelompokan menurut provinsi
Stratifikasi 1 = populasi dikelompokan menurut provinsi, dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing-masing provinsi.
Stratifikasi 2: populasi dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan.
Stratifikasi 3: populasi dikelompokan ke dalam kategori
Stratifikasi 3: populasi dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, 60%) dan perkotaan (kelurahan, 40%).
Survei Nasional (Okt_10))
Lanjutan
Lanjutan…
Cluster 1: Di masing masing provinsi ditentukan jumlah
Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan
secara random sebagai primary sampling unit Berapa secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara dipilih 10 pemilih (5 laki laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 17%, dan di NTB 2%, maka kalau di Jabar dipilih 17 desa/kelurahan, di NTB dipilih hanya 2 desa/kelurahan, dst.
d d p a ya desa/ e u a a , dst
Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masing dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masing-masing RT akan dipilih secara random dua Keluarga.
Survei Nasional (Okt_10))
Lanjutan
Lanjutan…
Cluster 3: Di masing masing RT terpilih populasi
Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, populasi
keluarga didaftar, kemudian dipilih secara random 2
keluarga.
Di masing masing keluarga terpilih kemudian didaftar
Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka. siapa yang akan menjadi responden di antara mereka.
Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah
responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki
harus laki laki.
Survei Nasional (Okt_10))
Flowchat penarikan sampel
Flowchat penarikan sampel
Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional
Desa/kelurahan di tingkat
Provinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional
Ds 1 Ds n RT dengan cara random
Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK KK1 KK2
Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan
Laki-laki Perempuan
7
Sumber Dana
Sumber Dana
Survei ini dibiyai oleh Yayasan
Pengembangan Demokrasi Indonesia
Pengembangan Demokrasi Indonesia
(YPDI), pendiri Lembaga Survei
Indonesia (LSI)
Indonesia (LSI).
Survei Nasional (Okt_10))
PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN
PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN
KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS
Laki-laki 49.1 50.0 Islam 86.9 88.2 P 50 9 50 0 K t lik/P t t 10 2 8 9
AGAMA GENDER
Perempuan 50.9 50.0 Katolik/Protestan 10.2 8.9 Lainnya 2.9 2.9 Pedesaan 59.4 59.4
Perkotaa 40.6 40.6 Jawa 42.3 41.6
ETNIS DESA-KOTA
Sunda 16.8 15.4 Melayu 4.9 3.4 Madura 3.2 3.4 Bugis 2.5 2.5 Bugis 2.5 2.5 Betawi 1.3 2.5 Minang 2.7 2.7 Lainnya 26.3 28.5
Survei Nasional (Okt_10)
PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN
PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN
KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS
NAD 2.4 2.0 BALI 1.5 1.5
SUMATERA UTARA 7.3 5.8 NTB 3.5 2.0
SUMATERA BARAT 2 4 2 1 NTT 2 0 2 0
PROVINSI PROVINSI
SUMATERA BARAT 2.4 2.1 NTT 2.0 2.0
RIAU 2.4 2.2 KALIMANTAN BARAT 2.0 1.9
JAMBI 1.6 1.3 KALIMANTAN TENGAH 1.0 0.9
SUMATERA SELATAN 4.3 3.3 KALIMANTAN SELATAN 1.6 1.5
BENGKULU 0.8 0.8 KALIMANTAN TIMUR 1.1 1.4
BENGKULU 0.8 0.8 KALIMANTAN TIMUR 1.1 1.4
LAMPUNG 3.3 3.3 SULAWESI UTARA 1.2 1.0
BANGKA BELITUNG 0.6 0.5 SULAWESI TENGAH 0.9 1.1
KEPULAUAN RIAU 0.6 0.6 SELAWESI SELATAN 3.5 3.4
DKI JAKARTA 2.6 3.3 SULAWESI TENGGARA 0.9 0.9
JAWA BARAT 17.2 17.2 GORONTALO 0.5 0.4
JAWA TENGAH 15.5 14.8 SULAWESI BARAT 0.5 0.5
DI YOGYAKARTA 1.5 1.5 MALUKU 0.2 0.6
JAWA TIMUR 16.5 16.4 MALUKU UTARA 0.4 0.5
BANTEN 3 8 4 1 PAPUA 0 9 1 2
BANTEN 3.8 4.1 PAPUA 0.9 1.2
IRJABAR 0.2 0.3
Survei Nasional (Okt_10)
Kondisi Makro Penegakan
H k
Trend Kondisi penegakan hukum
Trend Kondisi penegakan hukum
secara nasional (%)
6 0
Dalam 6 tahun terakhir, 2010 cenderung pada titik terendah penilaian publik terhadap kondisi penegakan hukum.
Survei Nasional (Okt_10)
13 .
Ti
k t k
i
i
l (%)
Bagaimana Ibu/Bapak melihat keadaan tingkat korupsi di negara kita? Apakah sangat tinggi
Tingkat korupsi secara nasional (%)
90 100
Bagaimana Ibu/Bapak melihat keadaan tingkat korupsi di negara kita? Apakah sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah?
47.2
Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Tidak tahu/tidak
jawab
.
Warga pada umumnya merasakan bahwa korupsi di negeri ini tinggi atau sangat tinggi.
Survei Nasional (Okt_10)
14
Bagaimana kinerja pemerintah dalam memberantas Bagaimana kinerja pemerintah dalam memberantas
korupsi?…(%)
70 6
83.7 80
90
Century, Kasus Cicak-Bulan madu
Pilpres
70.6
54.6 56.2
50 60
70
Cicak-Buaya
Baik atau sangat baik Baik atau sangat baik
Secara umum publik menilai bahwa kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi semakin buruk
memberantas korupsi semakin buruk.
Survei Nasional (Okt_10)
PENILAIAN PUBLIK ATAS INTEGRITAS
APARAT LEMBAGA PEMBERANTASAN
Integritas
Integritas
Penilaian atas integritas aparat lembaga
Penilaian atas integritas aparat lembaga
pemberantasan korupsi adalah penilaian terutama
atas korup atau tidak korupnya aparat, dan
independen atau tidak independennya aparat dari
independen atau tidak independennya aparat dari
berbagai tekanan dan suap kelompok kepentingan,
terutama pengusaha dan politisi. Untuk itu digunakan
tiga pengukuran untuk menilai aparat dari empat
tiga pengukuran untuk menilai aparat dari empat
lembaga yang berwenang untuk pemberantasan
korupsi: kepolisian, kejaksaan, KPK, dan pengadilan.
Survei Nasional (Okt_10)
Pengukuran
Pengukuran
Kinerja lembaga berikut dalam mencegah aparatnya
Kinerja lembaga berikut dalam mencegah aparatnya melakukan korupsi: Sangat baik, baik, buruk, atau sangat buruk.
Kinerja lembaga berikut untuk membuat aparatnya
Kinerja lembaga berikut untuk membuat aparatnya independen dari pengaruh suap atau tekanan dari
berbagai kelompok masyarakat termasuk pengusaha: Sangat baik baik buruk atau sangat buruk
Sangat baik, baik, buruk, atau sangat buruk.
Kinerja lembaga berikut untuk membuat aparatnya
independen dari pengaruh suap atau tekanan dari politisi atau partai: Sangat baik baik buruk atau sangat
atau partai: Sangat baik, baik, buruk, atau sangat buruk.
Skoring: % baik dan sangat baik minus % buruk dan
t b
k 100 /d 1 b
k 1 100 b ik
sangat buruk = -100 s/d – 1: buruk, 1-100: baik
Survei Nasional (Okt_10)
Integritas Lembaga-lembaga
Penegak Hukum (Baik – buruk) (%)
15
Kepolisian Kejaksaan Pengadilan KPK
Partai/politisi
Hanya KPK yang dinilai baik, selain institusi KPK dinilai buruk Hanya KPK yang dinilai baik, selain institusi KPK dinilai buruk
Survei Nasional (Okt_10)
Integritas Lembaga-lembaga
Penegak Hukum (-100 s/d + 100)
15 15
20
5 10 5
5 0 5
Kepolisian Kejaksaan Pengadilan KPK
-10 -5
-18.3 -17.6
-15 -20
-15
Survei Nasional (Okt_10)
Temuan
Temuan
Dari empat lembaga hanya KPK yang
Dari empat lembaga, hanya KPK yang
aparatnya dinilai punya integritas.
Sementara aparat kepolisian, kejaksaan,
Se
e ta a apa at epo s a , eja saa ,
dan pengadilan dinilai tidak punya
integritas, atau integritasnya buruk.
Lembaga-lembaga tersebut tidak mampu
mencegah aparatnya dari tindakan korupsi,
dan dari tekanan atau suap dari kelompok
dan dari tekanan atau suap dari kelompok
kepentingan masyarakat, termasuk
pengusaha, dan dari politisi atau partai
pengusaha, dan dari politisi atau partai
politik.
Survei Nasional (Okt_10)
Seberapa adil Jaksa dalam menuntut
Hukuman bagi koruptor?
Sejauh ini, menurut Ibu/Bapak seberapa adil atau tidak adil jaksa dalam menuntut hukuman bagi koruptor di pengadilan?
100
Sangat adil Cukup adil Kurang adil Sangat tidak adil Tidak tahu/tidak jawab
Sejauh ini lebih banyak yang merasa jaksa tidak adil dalam menuntut hukuman bagi koruptor
Survei Nasional (Okt_10)
Seberapa adil Hakim dalam
menghukum koruptor di pengadilan?
Sejauh ini, seberapa adil atau tidak adil hakim dalam menghukum koruptor di pengadilan?
100
Sangat adil Cukup adil Kurang adil Sangat tidak adil Tidak tahu/tidak jawab
Sejauh ini lebih banyak yang menilai bahwa hakim juga dinilai tidak adil dalam menjatuhkan hukuman pada para koruptor.
Survei Nasional (Okt_10)
Hukuman bagi koruptor
Hukuman bagi koruptor
Secara umum, lepas dari jabatan dan jumlah korupsi yang dilakukan, seberapa berat seharusnya seorang koruptor dihukum untuk menciptakan rasa takut melakukan korupsi di
negara kita?
100
Dihukum mati Dihukum seumur hidup
Dihukum 20 tahun
Dihukum 5-10 tahun
Dihukum di bawah 5
Tidak tahu/tidak tahun jawab
.
Koruptor umumnya dihukum di bawah 5 tahun, dan hukuman ini Mencedrai hamir semua rakyat.
Survei Nasional (Okt_10)
25
Hukuman bagi pejabat tinggi
yang melakukan korupsi
Seberapa berat pejabat tinggi atau tertinggi negara seperti Presiden, wakil presiden, anggota DPR, anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), pejabat Bank Indonesia, aparat penegak
hukum seperti hakim, jaksa, dan polisi, yang terbukti melakukan korupsi harus dihukum?
100
Dihukum mati Dihukum seumur hidup
Dihukum 20 tahun
Dihukum 5-10 tahun
Dihukum di bawah 5
Tidak tahu/tidak tahun jawab
.
Survei Nasional (Okt_10)
TEMUAN
TEMUAN
Polisi jaksa dan hakim dinilai tidak punya integritas
Polisi, jaksa, dan hakim dinilai tidak punya integritas.
Mereka dipercaya korup dan tidak kebal dari suap.
Penuntutan jaksa pada seorang yang didakwa
l k k
ti d k
k
i d
h k
melakukan tindakan korupsi, dan hukuman yang
dijatuhkan hakim terhadapnya sejauh ini dinilai
kurang atau tidak adil.
Rakyat sangat kecewa, dan karena itu mereka
menginginkan koruptor dihukum seberat-beratnya
untuk menciptakan rasa takut terhadap perbuatan
p
p p
korupsi.
Mayoritas rakyat menghendaki agar koruptor dihukum
setidaknya seumur hidup.
setidaknya seumur hidup.
Survei Nasional (Okt_10)
Kesimpulan
Kesimpulan
Rakyat menilai bahwa penegakan hukum secara
Rakyat menilai bahwa penegakan hukum secara
umum di negara kita semakin buruk.
Hampir semua rakyat merasakan begitu banyak
k
i di
i i
korupsi di negara ini.
Sejalan dengan itu rakyat menilai bahwa kinerja
pemerintah dalam upaya memberantas korupsi
cenderung semakin buruk.
Publik menilai bahwa aparat-aparat penegak hukum
tidak punya integritas. Lembaga-lembaga mereka
tidak punya integritas. Lembaga lembaga mereka
tidak mampu mencegah mereka dari tindakan korupsi
dan dari suap.
Hukuman terhadap koruptor sejauh ini dinilai tidak
Hukuman terhadap koruptor sejauh ini dinilai tidak
adil.
Survei Nasional (Okt_10)
Lanjutan
Lanjutan …
Rakyat umumnya menginginkan koruptor
Rakyat umumnya menginginkan koruptor
dihukum seberat-beratnya,
setidak-tidaknya dihukum seumur hidup untuk
t da
ya d u u
seu
u
dup u tu
menciptakan efek jera atau rasa takut
melakukan tindakan korupsi.
Apakah aparat dan lembaga-lembaga
terkait mau mendengarkan keinginan
rakyat ini?
rakyat ini?
Jangan sampai kekecewaan dan kemarahan
rakyat membuat mereka melakukan
rakyat membuat mereka melakukan
penghakiman sendiri pada para koruptor.
Survei Nasional (Okt_10)
Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng - Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528