• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PERTOLONGAN PERSALINAN (STUDY LITERATUR) FITRI MEGA WATI P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PERTOLONGAN PERSALINAN (STUDY LITERATUR) FITRI MEGA WATI P"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMANFAATAN PERTOLONGAN PERSALINAN

(STUDY LITERATUR)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Menyelesaikan

PENDIDIKAN PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

OLEH :

FITRI MEGA WATI

P0.71.24.1.16.189

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDY DIPLOMA IV KEBIDANAN

(2)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan salah satu startegi dalam menangangani masalah kesehatan ibu dan anak. Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih belum mencapai target dengan terget yang di harapkan yaitu 90%. Secara nasional angka persalinan oleh dukun pada tahun 2018 sebesar 6.7 %, dan sebanyak 70,6% persalinan di lakukan dirumah yang tidak jarang jauh dari syarat bersih dan sehat serta rendahnya cakupan penanganan kasus obstetri. Terdapat hubungan yang positif antara cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan AKI, semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin rendah AKI (Riskesda, 2018: 28).

Berdasarkan data profil Kesehatan Provinsi Jambi rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator upaya kesehatan ibu menggantikan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Tahun 2017 sebanyak 49.559 ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dari 66.889 persalinan (66,62%). Berdasarkan hasil dari Riskesdas tahun 2018 ibu hamil yang menjalani persalinan dengan di tolong tenaga kesehatan dan di lakukan di fasilitas kesehatan yaitu (93,1%). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jambi maka pemanfaatan persalinan

(3)

Provinsi (90%) (Profile Kesehatan Propinsi Jambi, 2018).

Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin, apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera di tolong atau di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit, persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya ( Bustami Sinta El Lusiana dkk, 2017: 131).

Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, di beberapa daerah dukun masih memegang peran penting dalam memberikan pertolongan persalinan. Adanya asumsi melahirkan dengan dukun lebih murah, menjadi penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan (Karwati, 2015: 57).

Persalinan dengan dukun memiliki dampak resiko tinggi, pertolongan yang tidak bersih dan aman, teknik pertolongan oleh dukun adalah menunggu tanda mengenal mekanisme yang benar dan kurang mengenal bahaya resiko ibu dan janin yang sehingga menyebabkan rujukan terlambat yang mengakibatkan meninggal di jalan. Sedangkan pemanfaatan pertolongan persalinan di rumah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu lingkungan di rumah sendiri menimbulkan rasa tenang dan tentram pada ibu yang akan melahirkan, persalinan di rumah di dukung oleh keluarga, dalam lingkungan yang dikenal, tempat mereka merasa memiliki kendali terhadap tubuhnya, berdasarkan perbandingan dengan pengalaman di rumah sakit (Pudiastuti, 2014: 124).

(4)

persalinan mengalami fetal distress yang memerlukan tindakan melahirkan segera, atau setelah bayi lahir tidak dapat bernafas dengan baik. Di rumah sakit dua bahaya ini dapat di tangani dengan cepat karena ketersediaan fasilitas, yang mungkin tidak tersedia di rumah. Selain itu beberapa wanita mengalami perdarahan setelah melahirkan. Di rumah sakit perdarahan dapat di tangani dengan cepat karena ketersediaan darah (Pudiastuti, 2014: 125).

Berdasarkan latar belakang di atas masih ada sebagian ibu yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfataan pertolongan perslinan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan peniliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan. Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitiannya adalah : 1. Bagaimana gambaran tentang pemanfaatan pertolongan persalinan ?

2. Bagaimana gambaran faktor umur dengan pemanfaatan penolong persalinan? 3. Bagaimana gambaran faktor pengetahuan dengan pemanfaatan penolong

persalinan ?

4. Bagaimana gambaran faktor pendidikan ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan ?

(5)

persalinan?

7. Bagaimana gambaran faktor jarak rumah dengan pemanfaatan penolong persalinan?

8. Bagaimana gambaran faktor sosial ekonomi dengan pemanfaatan penolong persalinan ?

9. Bagaimana gambaran faktor sosial budaya dengan pemanfaatan penolong persalinan ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Di ketahuinya sumber tentang pemanfaatan pertolongan persalinan dan faktor- faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. 2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran tentang pemanfaatan penolong persalinan.

2. Diketahuinya hubungan faktor umur dengan pemanfaatan penolong persalinan.

3. Diketahuinya hubungan faktor pengetahuan dengan pemanfaatan penolong persalinan.

4. Diketahuinya hubungan faktor pendidikan ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan.

5. Diketahuinya hubungan faktor paritas dengan pemanfaatan penolong persalinan.

(6)

persalinan.

7. Diketahuinya hubungan faktor jarak rumah dengan pemanfaatan penolong persalinan.

8. Diketahuinya hubungan faktor sosial ekonomi dengan pemanfaatan penolong persalinan.

9. Diketahuinya hubungan faktor sosial budaya dengan pemanfaatan penolong persalinan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan pertimbangan bagi isntitusi pendidikan dalam proses pembelajaran seperti pengabdian masyarakat yaitu memberikan materi tentang upaya dalam kesehatan mengenai pemanfaatan pertolongan persalinan.

2. Bagi Praktisi kesehatan

Dapat menjadi acuan untuk perencanaan program terutama tentang promosi kesehatan tentang pemanfaatna pertolongan persalinan kepada masayarakat untuk meningkatkan cakupan persalinan dengan tenaga kesehatan.

(7)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah peroses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup peroses fisiologis yang memungkinan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan peroses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanmpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah, 2014: 155).

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia, dan asfeksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikas. Hal ini merupakan suatu pergesaeran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi (Prawirohardjo, 2016: 335).

Tujuan asuahan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagi upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga

(8)

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Prawirohardjo, 2016: 335).

2. Tanda-tanda persalinan

Menurut Prawirohardjo tanda gejala kala dua yaitu : Ibu mempunyai keinginan untuk meneran,ibu merasa tekanan yangsemakin meningkat pada rektum dan/ atau vaginanya, perenium menonjol,vulva vagina dan sfingter anal membuka. Persalinan yang sudah dekat di tandai dengan adanya laightening atau settling atau dropping dan terjadi his palsu. Persalinan itu sendiri di tandai dengan his persalinan, yang mempunyai ciri seperti (1) pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan; (2) his bersifat tertur, interval semakin pendek dan kekuatannya semakin besar; (3) mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks; (4) semakin beraktifitas (jalan), semakin bertambah kekuatan kintraksinya. Selain his persalinan di tandai juga dengan pengeluaran lendir dari kanalis servikalis karena terjadi pembukaan dan pengeluaran darah dikarenakan terjadi pembukaan dan pengeluaran darah dikarenakan kapiler pembuluh darah pecah. (Jannah, 2014:117).

Persalinan juga dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan ketuban yang sebagaian besar baru pecah menjelang pembukaan lengkap dan tanda inpartu,meliputi adanya his, bloody show, peningkatan rasa sakit,perubahan bentuk servik, pendataran serviks, pembukaan serviks, (dilatasi), pengeluaran cairan yang banyak atau selaput ketuban yang pecah dengan sendirinya. (Jannah, 2014:117).

(9)

3. Tahapan Persalinan

Proses dalam persalinan menurut Manuaba (2010:164) terdiri dari 4 tahap yang disebut kala persalinan, yaitu :

a. Kala I

Kala I atau kala pembukaan yang berlangsung dari pembukaan nol (0 cm) sampai pembukaan lengkap (10 cm). kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.

Kala I (pembukaan) dibagi menjadi dua fase, yakni : 1) Fase laten

a) Pembukaan serviks berlangsung lambat b) Pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm c) Berlangsung dalam 7-8 jam

2) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi tiga subfase : a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi

4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal (steady). Selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.

(10)

b. Kala II

Kala II atau juga disebut kala “pengusiran” dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi.

Kala II ditandai dengan :

1) His terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali 2) Kepala janin sudah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah

tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan

3) Tekanan pada rektum dan anus terbuka, serta vulva membuka dan perenium meregang

c. Kala III

Kala III atau kala pelepasan uri adalah periode yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Lama kala III pada primigravida dan multigravida hampir sama berlangsung 10 mnit.

d. Kala IV

Dimulai dari plasenta sampai dua jam pertama postpartum untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarhan postpartum. Kala IV pada primigravida dan multigravida sama-sama berlangsung selama dua jam.

Observasi yang dilakukan pada kala IV meliputi : 1) Evaluasi uterus

2) Pemeriksaan dan evaluasi serviks, vagina, dan perenium 3) Pemeriksaan dan evaluasi plasent, selaput dan tali pusat

(11)

4) Penjahitan kembali episiotomi dan laserasi (jika ada)

5) Pemantuan dan evaluasi lanjut tanda vital, kontraksi uterus, lokhea,perdarahan, kandung kemih (Jannah, 2014: 119).

B. Tanda Bahaya Pada Kehamilan dan Persalinan

Kehamilan merupakan hal yang yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh seorang bidan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendektesian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda. Adapun komplikasi ibu dan janin yang mungkin terjadi pada masa kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hipertensi gravidarum maupun nyeri perut bagian bawah (Wilyani Siwin Elisabeth, 2015:145)

1. Tanda bahaya yang perlu dikenali selama kehamilan menurut Sarwono (2010:281) yaitu :

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa

b. Mola hidatidosa

Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi, hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korialis disertai dengan degenerasi hidrofik. Uterus melunak dan adanya janin, cavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur.

(12)

c. Nyeri perut bagian bawah

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungki gejala utama kehamilan ektopik atau abortus.

d. Bengkak pada wajah dan jari-jari tangan

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat di ketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa penting untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Selaian itu kenaikan BB 1/ kg setiap minggunya dalam kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, maka perlu kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia.

e. Keluar cairan per vaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3. Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis. Penyebab terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum waktunya. Isidensi ketuban pecah dini 10% mendekati dari semua persalinan dan 4% pada kehamilan kurang 34 mg (Sarwono, 2010:282).

f. Gerakan janin tidak terasa

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan 16- 18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama kali hamil). Jika

(13)

bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam). Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring/ beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Walyani Siwin Elisabeth, 2014:151).

C. Pandangan Masyarakat Tentang Petugas Kesehatan Dan Dukun Bayi 1. Tenaga Kesehatan

Petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui lembaga pendidikan di bidang kesehatan persalinan oleh tenaga kesehatan di anggap memenuhi persyaratan sterilitas, aman dan bila mendadak terjadi kegawatdaruratan maka pertolongan pertama serta rujukan dapat dilakukan (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk, 2017:131).

Sebagai petugas yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyrakat, khususnya berkenan dengan kesehatan maternal, maka masyrakat bisa memberikan penilaian atau pandangan terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan tersebut. Meskipun secara umum masyarakat memandang bahwa pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada masyarakat sudah cukup baik, namun dengan kondisi bidan yang beragam baik dari segi kemampuan menangani pasien, kepribadian, rasa pengambian dan keinginan untuk melayani, dan berbagai faktor yang lain, maka pandangan dan penilaian terhadap bidan menjadi cukup beragam. Secara umum masyarakat memandang pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada masyarakat sudah cukup baik (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk,2017:132).

(14)

2. Pandangan Terhadap Bidan

Biasanya bidan bersedia dipanggil bila ada yang membutuhkan pertolongannya. Namun demikian ada yang menilai bahwa bidan pelayanannya kurang bagus, misalnya ada bidan yang tidak segera mau datang bila dimintai pertolongan. Keluhan yang banyak dikemukakan berkenan dengan kesiapan bidan memberikan pertolongan adalah ketika bidan diminta memberikan pertolongan pada malam hari. diantara bidan ada yang enggan datang pada saat itu juga, pada hal peroses kelahiran tidak bisa ditunda. Selain itu ada yang melihat bahwa bidan dalam memberikan pelayanan kebanyakan juga cenderung tidak proaktif, dalam arti cenderung menunggu untuk di panggil baik pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan maupun pasca persalinan (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk,2017:132).

Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas dan menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir (Wiknjosastro, 2014)

Dilihat dari kemampuan bidan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dan menolong persalinan, umumnya bidan di pandang cukup mampu melakukan tugasnya, dibandingkan dengan dukun, secara umum masyarakat memandang bahwa bidan lebih pintar dan lebih mampu menangani kehamilan dan persalinan. alasan yang dikemukakan antara lain bahwa untuk menjadi bidan harus sekolah cukup lama, dan peralatan yang dimiliki juga lebih lengkap (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk,2017:132).

(15)

Mengenai biaya pemeriksaan dan pertolongan persalinan, secara umum dipandang cukup mahal. Meskipun tidak secara eksplisit mereka mengaku keberatan dengan tarif yang dikenakan bila minta pertolongan bidan, namun umumnya mereka membandingka dengan rendahnya ongkos persalinan lewat dukun. Dengan perbedaan besarnya tarif tersebut menjadi salah satu pertimbangan penting untuk memilih apakah ingin di tolong oleh bidan atau dukun (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk, 2017:132)

3. Dukun bayi

Dukun adalah seorang anggota masyarakat pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan dalam menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun temurun, belajar secara peraktis atau dengan cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan bidan serta melalui petugas kesehatan. Pengertian dukun biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas, pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini (Wiknjosastro, 2014).

Dukun bayi adalah,“Seseorang yang khusus menolong mengobati ibu hamil, persalinan, dan perawatan anak”. 27 Dukun bayi sering juga disebut dengan paraji. Paraji menurut Kemenkes RI (2014) adalah, “Seorang anggota masyarakat pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan dalam menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun temurun, belajar secara praktis atau dengan cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan

(16)

bidan serta melalui petugas kesehatan.

Batas kewenangan dukun dalam melakukan pertolongan persalinan menurut Kemenkes RI (2014) adalah sebagai berikut:

a. Wewenang dukun bayi

1) Mempersiapkan pertolongan persalinan meliputi mempersiapkan tempat, kebutuhan ibu dan kebutuhan bayi, mempersiapkan alatalat persalinan sederhana secara bersih, mencuci tangan sebatas siku dengan sempurna (10 menit)

2) Memimpin persalinan normal dengan teknik-teknik sederhana yang meliputi membimbing ibu mengejan, menahan perineum, merawat tali pusat, memeriksa kelengkapan placenta.

3) Dukun tidak melakukan tindakan yang dilarang seperti memijat perut serta mendorong rahim, menarik plasenta, memasukkan tangan ke dalam liang senggama.

4) Melakukan perawatan pada bayi baru lahir yang meliputi perawatan mata, mulut dan hidung bayi baru lahir, perawatan tali pusat dan memandikan bayi

b. Hubungan Dukun Bayi dengan Masyarakat

Didalam memberikan perawatan baik kepada bayi ataupun ibu bayi mereka tidak harus diwajibkan mendatangi dukun bayi tetapi secara sukarela dukun bayi akan mendatangi rumah pasiennya selama jarak tempat tinggal mereka terjangkau. Pemberian upah atas perawatan yang diberikan oleh dukun bayi tidak di patok harga tertentu semua diberikan atas dasar kemampuan

(17)

finansial pasien (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk, 2017:130)

c. Perspektif Masyarakat Mengenai Dukun Bayi

Masyarakat memandang dukun bayi sebagi seorang yang memiliki kemampuan lebih atau supranatural dalam menekuni profesinya. Secara sosio kultural, kelahiran bagi orang jawa dianggap sebagai krisis kehidupan yang harus diseimbangkan anatar Tuhan dan alam sehingga adanya ritual dan upacara adalah mutlak dilakukan adanya (Triratnawati, 2010).

Menjadi dukun bayi adalah pilihan yang tidak semua orang dapat melakukannya sehingga memberikan pertolongan persalinan dan serangkaian kegiatan yang menyertainya adalah suatu pekerjaan mulia yang telah menyelamatkan manusia dari bahaya magi dan nonmagis (Triratnawati, 2010). d. Tanggapan Masyarakat Mengenai Peran Dukun Bayi dalam Proses Persalinan: Tanggapan masyarakat mengenai peran dukun bayi dalam proses persalinan menurut Sinta (2017) adalah :

1) Masyarakat berasumsi, keberadaan dukun bayi dan praktiknya berarti telah melestarikan budaya yang secara turun-temurun dijalankan pada peristiwa diseputar kelahiran seorang bayi.

2) Dengan tetap melakukan upacara-upacara slametan di seputar pristiwa kehamilan dan kelahiran masyarakat terikat oleh aturan-aturan para leluhur mereka. Banyak masyarakat yang memahami bahwa peristiwa di seputar kehamilan dan kelahiran adalah suatu yang sifatnya magis, percaya setiap tahapanya diperlukan perlakuan khusus yang hanya dapat dilakukan oleh

(18)

orang tertentu, dalam hal ini adalah dukun bayi (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk, 2017:131).

e. Faktor yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap dukun dan tenaga kesehatan:

1) Kemiskinan

Tersedianya berbagai jenis pelayanan pablik serta persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih tenaga kesehatan atau tidak. Biasanya perempuan memilih berdasarkan penyedia pelayanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh di jangkau oleh masyarakat miskin. Sekitat 65% dari seluruh masyarakat miskin yang di teliti menggunakan penyedia pelayanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu (pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang di kenal dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar dari pada penghasilan RT miskin dalam satu bulan. Disamping itu biaya tersebut pun harus di bayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan di tambah barang. Besarnya tarif dukun hanya seper sepuluh atau seperlima dari tarif bidan desa. Dukun juga bersedia pembayaran mereka di tunda atau dicicil (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk,

(19)

2017:134).

2) Kultur budaya masyarakat

Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada bidan apa lagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit masih lekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan di tentukan manusia. Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu,kebanyakan kaum perempuan di pedesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun resiko yang sangat tinggi (Setyawati, 2012).

3) Pelayanan yang dapat diberikan oleh dukun

Dalam mutu pelayanan tidak dipenuhinya standar minimal medis oleh para dukun, seperti dengan praktek yang tidak steril misalnya memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi baru lahir dengan mulut (Bustami Sinta El Lusiana, Insani Ayunda Aldina, Dkk, 2017:134).

D. Risiko Persalinan Di Tolong Tenaga Kesehatan Atau Dukun Bayi 1. Persalinan oleh tenaga kesehatan

Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang pertama adalah persalinan yang dilakukan oleh seorang ibu hamil dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan kejadian kematian ibu dan bayi lahir. Tenaga

(20)

kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera di tolong atau di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainya (Dinkes Kota Malang, 2015)

2. Persalinan oleh dukun bayi

Persalinan dengan dukun bayi menurut Setyawati (2012) adalah : a. Tidak mengetahui mekanisme persalinan

b. Tidak mengenal hamil dengan resiko tinggi

c. Secara psikologis merupakan turun menurun dan pertolongan yang tidak bersih dan aman

d. Faktor fisik dukun di indonesia maish 65-70% di jawa adalah perempuan sedangkan di bali adalah laki-laki

e. Teknik petolongan oleh dukun adalah menunggu tanda mengenal mekanisme yang benar dan kurang mengenal bahaya resiko ibu dan janin

f. Komplikasi pertolongan oleh dukun adalah persalinan lama dan terlantar yang dapat mengakibatkan perdarahan dengan berbagai sebab, rupture uteri immien atau robekan jalan lahir dan infeksi karena persalinan kurang bersih dan aman.

g. Rujukan terlambat sehingga meninggal di jalan, diterima dalam keadaan terminal dan sebagian kecil tertolong (Walyani, 2014:75).

(21)

E. Konsep Prilaku Kesehatan

Prilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Unsur (Maryam, 2014:98) prilaku kesehatan meliputi :

1. Prilaku terhadap sakit dan penyakit. Prilaku ini merupakan respons internal dan eksternal seseorang dalam menghadapi rasa sakit dan penyakit baik dalam respons tertutup (sikap, pengetahuan) maupun dalam respons yang terbuka (tindakan nyata). Prilaku terhadap sakit dan penyakit dapat di klasifikasikan menurut Maryam (2014:98) tingkat pencegahan penyakit sebagai berikut : a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan(health promotion

behavior) adalah prilaku seseorang untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.

b. Prilaku pencegahan penyakit (health preventive behavior) adalah segala tindakan yang di lakukan seseorang agar dirinya terhindar dari penyakit, misalnya pemberian imunisasi yang lengkap pada bayi dan balita, tidak merokok, kebiasaan hidup sehat

c. Prilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) merupakan prilaku yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan, mulai dari pengobatan sendiri (self- treatment) hingga mencari bantuan ahli. Misalnya individu datang kepelayanaan kesehatan saat sakit, membeli obat ke apotek

(22)

atau proses ini di usahakan agar sakit atau cacat yang di derita tidak jadi hambatan sehingga individu yang sakit atau menderita dapat beraktivitas atau berfungsi secara optimum baik secara fisik, mental maupun sosial (Maryam, 2014:98)

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Prilaku ini merupakan respons individu terhadap sistem pelayanan kesehatan modern dan atau tradisional, meliputi respons terhadap pelayanan kesehatan,car melayani di fasilitas kesehatan, prilaku terhadap petugas dan respons terhadap pemberian obat. Respons ini terwujud dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas dan sikap terhadap petugas dan obat-obatan (Maryam, 2014:99).

3. Perilaku terhadap makanan. Prilaku ini meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik makanan serta unsur yang terkandung di dalamnya (gizi, vitamin, dan pengelolahan makanan). Dari beberapa literatur, prilaku terhadap makanan menjadi bagian dari kesehatan lingkungan juga (Maryam, 2014:99).

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan. Perilaku ini merupakan upaya seseorang merespons lingkungan sebagai determinan agar tidak mempengaruhi kesehatanya, misalnya cara pengelolaan pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan rumah sehat (Maryam, 2014:99).

(23)

F. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pertolongan Persalinan

1. Umur

Umur ibu yang terlalu kecil (<20 tahun) secara fisik dan psikologi kondisi ibu masih belum matang, sedangkan usia >35 tahun ibu sudah memiliki banyak kekurangan baik dari fisik yang mudah lelah dan psikologi karena beban yang semakin banyak (Bustami, 2017:175).

Resiko kematian pada kelompok umur di bawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat (20-30 tahun),demikian juga dengan kelompok umur 35 tahun keatas (Prawirohardjo, 1991 dalam meylanie, 2010)

2. Pengetahuan

Pengetahuan ibu tentang kehamilan sangat mempengaruhi sikap ibu dalam memnuhi kebutuhan kehamilanya misalnya tentang asupan gizi ibu hamil. (Bustami, 2017:160)

3. Pendidikan ibu

Mempengarhui seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Pendidikan tinggi ibu biasanya akan lebih rasional dari pada ibu yang berpendidikan rendah (Bustami, 2017:160).

4. Paritas

Ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 4 kali) mempunyai risiko lebih resiko lebih besar untuk mengalami perdarahan (Depkes, 2008). Kehamilan dengan paritas 6 keatas (Grandemultipara) mempunyai resiko kematian 8 kali

(24)

lebih tinggi dari paritas lainnya (Mochtar,1990). Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Risiko pada paritas dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik (Sarwono, 2006)

5. Sosial Ekonomi

Tingkat ekonomi keluarga memiliki pengaruh terhadap keputusan ibu dalam memilih tenaga penolong persalinannya. Keluarga dengan pendapatan rendah cenderung memilih tenaga non kesehatan yaitu dukun bayi karena dukun bayi jauh memberikan tarif yang lebih murah jika di bandingka dengan bidan (Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2012)

6. Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Pekerjaan seseorang dalam hal ini memiliki keterkaitan dalam hal memilih penolong persalinannya. Jika seorang ibu bekerja maka secara otomatis akan ikut meningkatkan taraf sosioe ekonomi keluarga tersebut sehingga pendapatan keluarga yang mencukupi akan mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut teori pola pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Andreson, bahwa pekerjaan ibu juga ada kaitanya dengan arah pencarian dan pemilihan pertolongan persalinan (Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2012)

7. Jarak

Akses kepelayanan kesehatan berhubungan dengan beberapa hal diantaranya jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan, serta

(25)

status sosio ekonomi dan bahaya (laporan hasil Riskesdes 2007). Tris Eryando (2007) menyatakan bahwa akses fisik dapat menjadi alasan untuk mendapatkan tempat persalinan di pelayanan kesehatan maupun bersalin dengan tenaga kesehatan. Akses fisik dapat di hitung dari waktu tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi dan kondisi di pelayanan kesehatan seperti jenis layanan yang tidak strategis/sulit dicapai menyebabkan kurangnya akses ibu hamil yang akan melahirkan terhadap pelayanan kesehatan (Meylanie, 2010) 8. Sosial budaya

Taylor dalam buku nya Primitive Cultue, memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasan kebiasaan yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Herkovits, budaya sebagai hasil karya manusia sebagai dari lingkunganya (cultur is teh human-made part of the enivronment) artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, baik hasilnya itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk terlibat dalam lingkunganya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka disebut budaya (Bustami Sinta EL Lusiana, dkk. 2017:155).

Aspek prilaku keluarga dan masyarakat menurut setyawati (2012) adalah: 1. Dukungan keluarga

Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga karena nantinya akan hadir seorang anggota keluarga baru, terjadi perubahan hubungan dalam keluarga

(26)

2. Dukungan suami

Respon suami terhadap kehamilan istri, memberikan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri. Bentuk dukungan suami :

a. Dukungan psikologi. Contoh : ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian seperti menemani istri saat periksa hamil.

b. Dukungan sosial. Dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi, contoh : persiapan finansial khusus untuk persalinan

c. Dukungan informasi. Contoh : mencari informasi mengenai kehamilan, dengan ini akan menjaga kesehatan, kejiwaan istri agar tetap stabil, tenang dan bahagia.

d. Dukungan lingkungan. Contoh : membantu pekerjaan istri (Bustami, 2017:160)

Faktor penentu/determinan perilaku manusia sulit untuk di batasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal (lingkungan). Teori determinan perilaku antara lain :

1. Teori Lawrence Green (1980)

Menurut lawrence bahwa perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi (Predisposing Factors) karakteristik ini menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan- perbedaan pada ciri-ciri demografi yang terdiri dari (jenis kelamin, umur pengetahuan, kepercayaan sikap, keyakinan), struktur sosial (tingkat pendidikan,pekerjaan,ukuran keluarga), manfaat kesehatan seperti keyakinan

(27)

bahwa pelayanan kesehatan tersebut dapat menolongnya menyembuhkan penyakit (Syafrudin, 2010: 145)

b. Faktor pendukung (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia/tidak tersediannya fasilias/sarana kesehatan, sumber daya keluarga (tingkat pendapatan keluarga,asuransi kesehatan) serta sumber daya masyarakat misalnya ketersediaan fasilitas pelayanan, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan (syafrudin, 2010: 145)

c. Faktor pendorong (Reinforcing Factors), terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain (Syafrudin,2010:145)

Menurut Anderson (1995), mengembangkan suatu model tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana pelayanan kesehatan tersebut dipengaruhi oleh faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, ras agama, dan kepercayaan kesehatan), karakteristik kemampuan (penghasilan, asuransi, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan, pengetahuan tentang kebutuhan pelayanan kesehatan, adanya sarana pelayanan kesehatan serta lokasinya dan ketersediaan tenaga kesehatan), dan karakteristik kebutuhan penilaian individu dan penilaian klinik terhadap suatu penyakit (Notoatmodjo, 2012).

Setiap faktor tersebut kemungkinan berpengaruh sehingga dapat untuk memprediksi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Salah satu faktor determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan juga di tuangkan ke dalam katogeri karakteristik kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhanya terhadap pelayanan kesehatan yaitu, sumber daya masyarakat,

(28)

termasuk kemampuan dan kemauan membayar pasien. Kemauan membayar suatu keluarga atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dapat di telurusi atau dari pendapatan atau pengeluaran keluarga (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Anderson (1974) yang di kutip Notoadmojo (2012), menjelaskan bahwa ada beberapa model kepercayaan kesehatan dimana ketika setiap individu memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung tiga kategori utama diantaranya : a. Karakteristik predisposisi (Presdiposing characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu,yang di golongkan kedalam tiga kelompok

1) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

2) Sturktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan kesukuuan atau ras dan sebaginya.

3) Manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson percaya bahwa :

a) Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan

b) Setiap individu mempunyai perbedaan struktur social, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola pelayanan kesehatan.

(29)

c) Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

b. Karakteristik pendukung (enabeling characteristics)

Karakteristik pendukung ini menggunakan suatu pelayanan kesehatan, memerlukan tindakan untuk menggunakanya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang disediakan tergantung pada kemampuan konsumen untuk membayar.

c. Karakteristik kebutuhan ( need characteristic)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) di bagi dalam dua kategori yaitu preceived need dan evaluated need.

2. Berdasarkan penelitian dari jurnal yang peneliti dapat mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan penelitian dari Indriyani (2012) tentang determinan ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Muara Saling Kabupaten Empat Lawang Tahun 2010, dengan hasil Penelitian: Variabel tingkat perekonomian keluarga (p=<0,001), pengetahuan (p=0,020), persepsi sehat sakit (p=0,049), peran keluarga (p=0,012) dan biaya persalinan

(30)

sebelumnya pada ibu dengan paritas > 1 (p=,0,01) berpengaruh terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan.

b. Donsu (2014), tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan pada ibu bersalin di desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji chi square diketahui bahwa faktor pengetahuan (ρ=0,006) dan dukungan suami (ρ=0,001) berhubungan signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan, sedangkan faktor status ekonomi tidak berhubungan signifikan dengan pemanfaatan penolong persalinan dengan nilai ρ=0,206.

c. Nurhapipah (2015) tentang faktor yang mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sikap (p=0,011), keterjangkauan (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,042) berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan adalah keterjangkauan dengan nilai koefisien regresi 2,702.

d. Alhidayati (2016) tentang bagaimana Perilaku Ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun

2016. Hasil penelitian menunjukkan keputusan ibu memilih penolong

persalinan sangat berkaitan dengan pengetahuan, sikap, sosial budaya, akses

ke pelayanan kesehatan, dukungan keluarga. Perilaku ibu dalam memilih

tenaga penolong persalinan masih banyak ke dukun bayi dibandingkan ke

(31)

e. Gebregzuer (2019) Penelitian ini adalah dilakukan di Akordet, sebuah kota dataran rendah di Wilayah Gash-Barka, yang bertujuan menilai faktor-faktor yang mempengaruhi pengiriman fasilitas, Hasil: tingkat pengiriman ibu bersalin ke fasilitas dalam pengaturan ini ditemukan menjadi 82,3%. Hampir semua (96,1%) ibu melakukan kunjungan ANC selama kehamilan terakhir mereka, dengan mayoritas (59,7%) mengunjungi klinik ANC selama trimester kedua untuk pertama kali. Ibu yang tingkat pendidikannya rendah dan tingkat pendidikan tinggi (AOR 8.8, CI: 1.18-65.64), yang suaminya berpendidikan levelnya lebih muda dan lebih tinggi (AOR 3.92, CI: 1.03– 14.54), yang melahirkan di fasilitas kesehatan sebelum kehamilan terakhir (AOR 8.16, CI: 3.41–19.48), dan mereka yang mengalami komplikasi selama kehamilan terakhir (AOR 2.24, CI: 1.04–4.82) lebih mungkin terjadi untuk melahirkan di fasilitas kesehatan. Ibu memiliki jumlah anak 4-6 cenderung lebih kecil (AOR 0,24, CI: 0,090.62) untuk melahirkan di fasilitas kesehatan. f. Husnain (2018) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

kelahiran di rumah dalam konteks karakteristik sosiodemografi ibu di Pakistan. Hasil: Studi ini mengungkapkan bahwa melahirkan di rumah sangat lazim di kalangan ibu di Pakistan (Baluchistan, 74%; Khyber-Pakhtunkhwa, 53%; Gilgit Baltistan, 46%; Punjab, 45% dan Sindh, 34%) karena kesulitan mereka mendapatkan izin untuk mengunjungi fasilitas kesehatan, hambatan keuangan, jarak ke fasilitas kesehatan dan transportasi. Variasi substansial diamati ketika karakteristik geo-demografis dipertimbangkan. Melahirkan di rumah lebih tinggi tingkat telah dicatat di daerah Pedesaan dibandingkan

(32)

dengan di daerah perkotaan (OR 1,32; p ≤ 0,000). Kemungkinan kelahiran di rumah tertinggi (OR 2,67; p = 0,000) di antara wanita di provinsi Baluchistan dan terendah (OR 0,48; p = 0,000) di antara para ibu di provinsi Punjab. Setelah mengontrol semua rasio odds dan karakteristik demografis, data tingkat pendidikan orang tua tetap merupakan faktor penting (p = 0,000) yang memengaruhi keputusan perempuan untuk melahirkan di rumah daripada di fasilitas kesehatan.

3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pertolongan Persalinan Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2012) setiap individu mempunyai kecenderungan utuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang di golongkan dalam tiga kelompok yaitu ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur, struktur sosial seperti, tingkat pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan ras.

Meylanie (2010) menyatakaan sosial ekonomi, paritas, pekerjaan, jarak ke fasilitas kesehatan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan

Pendekatan teoritis yang di gunakan dalam penilitian ini yaitu menurut teori Anderson bahwa perilaku di tentukan oleh 3 faktor yaitu, faktor predisposisi (Predisposing characteristics), faktor pendukung (Enabling characteristics), faktor pendorong (Need characteristics).

(33)

Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Anderson (2012)

Karakteristik Pendukung  sumber daya keluarga (penghasilan,

kepemilikan asuransi kesehatan, daya beli dan pengetahuan tentang layanan kesehatan), dan

 Sumber daya masyarakat (ketersediaan sarana pelayanan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk )

Karakteristik Kebutuhan

 Permintaan layanan kesehatan (persepsi sakit, diagnose

 Penyakit, kecacatan, status kesehatan)

Perilaku Kesehatan dalam Pemanfaatan Pertolongan

Persalinan Karakteristik Prediposisi

 Demografi (umur, seks, status perkawinan),

 Struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, ras, hobi, agama), dan

 Kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan (health belief)

(34)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi literatur. Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi, internet dan pustaka. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penulisan (Zed, 2008 dalam Nursalam, 2016). Jenis penulisan yang digunakan adalah studi literatur review yang berfokus pada hasil penulisan yang berkaitan dengan topik atau variabel penulisan.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari jurnal, buku dokumentasi dan internet. Data-data atau sumber-sumber yang dikumpulkan berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian.

C. Metode Pengumpulan Literatur

Peneliti menentukan rancangan penelitian yang paling tepat untuk mencapai tujuan penelitiannya, subyek penelitian yang paling sesuai, cara mengidentifikasi dan menjaringnya, cara mengumpulkan data dan informasi, dan cara mengelola dan mengolah data yang dikumpulkan. Selain buku-buku metodologi penelitian, peneliti

(35)

juga perlu membaca laporan-laporan penelitian mengenai topik yang serupa ataupun penelitian dengan kelompok masyarakat yang serupa (Nursalam, 2012).

1. Memilih Topik

Memilih topik merupakan proses paling awal. Tahap ini adalah tahap untuk mengenali dan mendefenisikan masalah. Pemilihan topik ini dikembangkan melalui peninjauan terhadap jurnal-jurnal penelitian, kemudian memperjelas pemikiran dan ide penelitian melalui menelaah jurnal-jurnal ini. 2. Mengembangkan Alat Untuk Berargumen

Pada tahap ini penulis membuat proses untuk pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini melalui membangun tinjauan pustaka, cara membangun tinjauan pustaka ini adalah pengetahuan, penerapan proses dan alat argumentasi. 3. Mencari Literatur

Pada tahap ini dilakukan pencerian literature untuk menetukan data yang dimasukkan dalam ulasan. Literaturyang diambil yaitu literature yang memiliki data terkuat untuk mendukung penelitian. Pencarian literature ini dilakukan dengan membaca skrining selanjutnya disusun dalam matriks.

4. Survey Literatur

Survey literatur merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus bagi peneliti. Meninjau literatur yang berkaitan dengan bidang topic pada saat ini membantu peneliti untuk memfokuskan wawancara berikutnya secara lebih baik pada aspek-aspek tertentu yang ditemukan penting dalam

(36)

publikasi studi lain, bahkan jika hal tersebut belum mengemuka selama tanya-jawab pendahuluan

5. Kritik Literatur

Data yang diperoleh dikompulasi, dianalisis, dan disimpulkan sehingga mendapatkan kesimpulan

6. Penulisan Ulasan

Pembuatan pembahasan yang dapat diartikan membuat evaluasi kesimpulam dari hasil pembahasan

D. Kriteria Inklusi dan Eklusi

Jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan terdapat tema berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan di Indonesia kemudian dilakukan review. Kriteria jurnal yang terpilih untuk review adalah jurnal yang didalamnya terdapat tema berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan di Indonesia.

Kriteria inklusinya adalah ibu hamil trimester III, yang diteliti adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan, penelitian dilakukan di Indonesia. Kriteria eksklusinya adalah ibu hamil trimester I. Literatur atau jurnal adalah jurnal-jurnal yang didapat dari website jurnal OJS (Open Journal System), kemudian diekstrak/disaring sesuai topik dan kriteria inklusi. Jurnal yang didapat terdiri dari jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, Jurnal Kesehatan Masyarakat (JKM), Jurnal Gizi Pangan, Jurnal Berkala Kedokteran, dan Jurnal Ners.

(37)

Berikut jurnal- jurnal yang diperoleh sesuai topik penelitian, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan:

Kritera inklusi penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Table 3.1

Kriteria inklusi penelitian

Kriteria Inklusi

Jangka waktu Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun (2014-2019)

Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Subjek Ibu Hamil trimester III

Jenis jurnal Original artikel penelitian (bukan review penelitian)

Tersedia full text Tema isi

jurnal

Tema faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan

Untuk pemilihan artikel yang tahap akhir, sesuaikan artikel yang terpilih dengan studi pendahuluan yang relevan dengan penelitian, yang meliputi distribusi studi terkait aplikasi kesehatan, distribusi penelitian dan faktor-faktor penerimaan pengguna hasil penelitian. Pencarian literatur dijelaskan dalam bentuk paragraph dan diagram flow berikut ini:

(38)

Gambar 3.2 Diagram Alir Konsep

Berdasarkan hasil penelusuran di Google Schoolar, Pub Med, Ebsco dan Proquest dengan kata kunci pemanfaatan pertolongan persalinan, peneliti menemukan 12 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Sebanyak 10 jurnal dari jurnal yang ditemukan sesuai kata kunci pencarian tersebut kemudian dilakukan skrining, 3 jurnal dieksklusi karena tidak tersedia artikel full text. Asesment kelayakan terhadap 7 jurnal full text dilakukan, jurnal yang

Pengembangan Alat Argomental Pemahaman Topik Pencarian Literatur Survey Literatut (Analisis) Kritik Literatur (Kesimpulan Literatur) Penulisan Ulasan

(Penyusunan skripsi pembahasan dan evaluasi kesimpulan)

(39)

duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi dilakukan eksklusi sebanyak 1 , sehingga didapatkan 6 jurnal full text yang dilakukan review.

Gambar 3.3

Diagram Alir Jumlah Artikel yang digunakan

Pencarian di mesin pencari GOOGLE

Scholar N= 154

Pencarian Pada Situs Penyedia Jurnal Internasional

EBSCO N=35

Jurnal yang telah diseleksi karena memiliki judul-judul

yang sama N= 10

Screening N= 7

Kriteria ekslusi : jurnal tidak berhubungan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan dan jurnal <

tahun 2010 N= 3

Jumlah yang dapat diakses penuh

N= 7

Jurnal akhir yang didapat dianalisa sesuai kebutuhan

masalah N= 6

Kriteria ekslusi : jurnal yang tidak berhubungan dengan penggunaan

secara langsung terhadap pemanfaatan pertolongan

persalinan N= 1

(40)

E. Analisis

Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil atau temuan penelitian. Metode analisis yang digunakan menggunakan matriks sintesis dan anotasi bibliografi, penelitian merupakan pengelompokan atau klarifikasi pendapat-pendapat yang berbeda yang dari beberapa artikel dan mengkombinasikan berbagai elemen yang berbeda sehingga didapatkan kesimpulan keseluruhan artikel dan disajikan dalam bentuk tabel (Murniati, et all, 2018dalam Rahayu dkk, 2019)

1. Artikel yang sangat relevan dengan focus penelitian umumnya sebanyak 6-12 artikel diidentifikasi

2. Mengidentifikasi beberapa hal penting dengan membuat kolom-kolom hal penting tersebut seperti pernyataan penelitian yang diajukan penulis, metode yang digunakan, karakteristik sampel penelitian, persamaan yang ditemukan dan masing-masing artikel yang tidak ditemukan pada artikel lain.

Penulisan kutipan dan daftar referensi dalam penelitian ini menggunakan gaya harvard yaitu gaya pengutipan dengan mencantunkam sumber referensi yang dikutip berupa nama belakang penulis, tahun terbit sumber dan ahalaman yang dikutip (Janner dkk, 2020:11).

(41)

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Literatur

1. Analisis pemanfaatan pertolongan persalinan

Analisis pemanfaatan pertolongan persalinan dapat diidentfikasikan kedalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Analisis Pemanfaatan Pertolongan Persalinan No Judul, Nama

Peneliti dan Tahun

Tujuan Penelitian

Inti Sari Jurnal Hasil Penelitian Perbedaan dan Persamaan Penelitian 1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat Donsu (2014) Volume 2 Nomor 1. Januari – Juni 2014 ISSN : 2339-1731 Mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan pada ibu bersalin di desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat Variabel Pengetahuan Dukungan suami Status ekonomi Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang bersalin pada bulan September – Oktober 2013 di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat. Sampel yang Berdasarkan hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih penolong persalinan pada dukun sebanyak 29 orang (58%) dibandingkan penolong persalinan oleh bidan yakni hanya 7 orang (14%) serta penolong persalinan oleh dokter sebanyak 14 orang (28%). persamaan dari ke tiga jurnal ini adalah : o Sama-sama membahas mengenai pemanfaatan pertolongan persalinan o Ditemukan adanya pemanfaatan yang dimiliki oleh responden berdasarkan jurnal o Tidak ada perbedaan antara ketiga jurnal.

(42)

digunakan adalah Quota sampling yaitu sampel dikumpulkan sampai mencapai jumlah yang diinginkan, jumlah sampel yang diinginkan adalah 50 responden 2 Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan Di Puskesmas XIII Koto Kampar I Nurahapipah (2015) Vol : 2, No 6 Mei 2015 Edisi : Jurnal Kesehatan Komunitas Menganalisis faktor yang mempengaru hi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Variabel Pendidikan, pengetahuan, sikap, status ekonomi, keterjangkauan, dan dukungan keluarga oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi Jenis penelitian menggunakan survei dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir dari bulan OktoberDesember 2012 sampai bulan Januari-Maret 2013 di wilayah kerja puskesmas XIII koto Kampar I sebanyak 71 ibu dan seluruh populasi dijadikan sampel. Semua variabel menggunakan uji regresi logistik berganda Hasil penelitian Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 56,3% ibu memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dibandingkan penolong persalinan oleh dukun bayi yaitu sebesar 43,7%. Keadaan ini mencerminkan bahwa ibu hamil yang bersalin di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar lebih memilih tenaga kesehatan dari pada dukun bayi, namun hal tersebut perlu diwaspadai karena 43,7% ibu malah memilih dukun bayi sehingga berdampak terhadap angka kematian ibu atau bayi.

(43)

3 Perilaku Ibu Dalam Memilih Dukun Bayi Sebagai Tenaga Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja PuskesmasTem bilahan HuluTahun 2016 Alhidayati (2016) Vol : 3 NO.1 April 2017 P-ISSN :20877-7612 e-ISSN: 2548-8538 Edisi : Jurnal Kesehatan Komunitas Mengeksplo rasi informasi yang lebih mendalam tentang bagaimana Perilaku Ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2016 Pengetahuan Sikap Social budaya Akses ke pelayanan kesehatan Dukungan keluarga Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan in depthinterview terhadap 5 orang informan utama (ibu nifas 0-40 hari pasca persalinan) dan 8 orang informan pendukung (suami informan utama, bidan, pemegang program Wanita Usia Subur (WUS) – Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada puskesmas dan kepala puskesmas) Hasil penelitian Dari hasil peneliƟan pada 5 orang ibu nifas terhadap perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan diketahui bahwa 3 informan utama masih memilih tenaga penolong persalinan ke dukun bayi, sementara 2 informan utama memilih tenaga pertolongan persalinan ke tenaga kesehatan (bidan).

Dari ke tiga jurnal penelitian diatas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini ada persamaan dan perbedaan antara tiga jurnal. Dapat disimpulkan bahwa

(44)

kesamaan tiga jurnal adalah sama-sama membahas mengenai pemanfaatan pertolongan persalinan.

2. Analisis umur responden dalam pemanfaatan pertolongan persalinan

Analisis umur responden dalam pemanfaatan pertolongan persalinan dapat diidentifikasikan kedalam tabel berikut ini :

Tabel 4.3

Analisis umur dalam pemanfaatan pertolongan persalinan No Judul, Nama

Peneliti dan Tahun

Tujuan Penelitian

Inti Sari Jurnal Hasil Penelitian Perbedaan dan Persamaan Penelitian 1 Pengambilan keputusan untuk lokasi kelahiran antara wanita di Pakistan: bukti dari nasional survei Husnain (2018) Iftikhar ul Husnain et al. BMC Pregnancy and Childbirth (2018) 18:226 https://doi.org/ 10.1186/s1288 4-018-1844-8 Pelajaran ini memberikan pandangan holistik dan menganalisi s faktor-faktor yang mempengaru hi keputusan kelahiran di rumah dalam konteks karakteristik sosiodemogr afi ibu di Pakistan o Set data diekstraksi dari PDHS 2012-13 yang tersedia untuk umum, yang memberikan informasi tentang banyak indikator kesehatan, termasuk kesehatan ibu. Survei ini terdiri dari sampel 13.538 wanita pernah kawin dari usia reproduksi (15-49 tahun) yang dipilih menggunakan multistage clustering sampling dari seluruh Pakistan. Untuk analisis ini, informasi dikumpulkan pada peserta Persentase wanita yang melahirkan di fasilitas kesehatan jauh lebih tinggi di daerah perkotaan (65%) daripada di daerah pedesaan (41%). Ibu dalam kelompok usia 15-24 tahun memiliki persentase tertinggi (55%) dari mereka yang memutuskan untuk melahirkan bayi di fasilitas kesehatan daripada di rumah, diikuti oleh 25-34 (52%) dan 35-49 ( 45%) kelompok umur tahun. Keputusan tentang apakah akan mengunjungi pusat kesehatan Persamaan kedua jurnal adalah : o Membahas mengenai usia atau umur ibu hamil dalam pemilihan pertolongan persalinan oMenemukan

antara umur dan pemilihan pertolongan persalinan sangat berpengaruh signifikan o Pertimbangan untuk usia 30-45 tahun yang melahirkan dengan selain tenaga kesehatan agar diberikan informasi yang baik tentang tanda bahaya

(45)

yang anak terakhirnya lahir dalam 5 tahun sebelum survei ( N = 6977); informasi ini tersedia di bagian keluarga berencana, kehamilan, dan postnatal survei. Analisis regresi logistik bivariat dan multivariat digunakan untuk analisis data untuk mencapai tujuan penelitian pada saat kelahiran sering kali dibuat oleh perempuan itu sendiri (57%), sedangkan dalam 46% kasus anggota keluarga lain membuat keputusan ini. Ibu yang menghadapi kesulitan transportasi sebagian besar melahirkan di rumah (60%) sedangkan ibu yang tidak memiliki masalah transportasi cenderung melahirkan di rumah (38%). kehamilan. 2 Faktor menentukan pilihan tempat pengiriman: studi cross-sectional analitik

para ibu di kota Akordet, Eritrea Gebregziabher (2019) Gebregziabher et al. BMC Public Health https://doi.org/ 10.1186/s1288 9-019-7253-8 (2019) 19:924 Mengetahui menentukan pilihan tempat pengiriman o Sebuah studi cross-sectional analitik berbasis masyarakat dilakukan di antara total 282 ibu yang melahirkan dalam 2 tahun sebelum waktu pengumpulan data. o Pengumpulan data dilakukan dengan jalan dari rumah ke rumah dan mewawancarai para ibu menggunakan kuesioner tertutup yang terstruktur. Tingkat pengiriman fasilitas dalam pengaturan ini ditemukan 82,3%. Hampir semua (96,1%) ibu memiliki setidaknya satu kunjungan ANC selama kehamilan terakhir mereka, dengan mayoritas (59,7%) ibu berusia 30-40 tahun. Persamaan kedua jurnal adalah : o Membahas mengenai usia atau umur ibu hamil dalam pemilihan pertolongan persalinan o Menemukan

antara umur dan pemilihan pertolongan persalinan sangat berpengaruh signifikan o Pertimbangan untuk usia 30-45 tahun yang melahirkan dengan selain tenaga kesehatan agar

(46)

o Bivariat dan regresi logistik multivariat digunakan untuk menentukan besarnya hubungan antara tempat pengiriman dan variabel penjelas (Agama, Etnis, tingkat pendidikan Ibu, Pendidikan Suami level, o Tempat persalinan sebelum kehamilan terakhir, Urutan kelahiran anak terakhir, Komplikasi apa pun sebelumnya pengiriman, diberikan o Perbedaan kedua jurnal adalah : dalam jurnal ini umur kurang

berpengaruh secara signifikan

Dari kedua jurnal penelitian diatas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini ada persamaan dan perbedaan antara kedua jurnal. Dapat disimpulkan bahwa kesamaan kedua jurnal adalah sama-sama membahas mengenai usia atau umur ibu hamil dalam pemilihan pertolongan persalinan, menemukan antara umur dan pemilihan pertolongan persalinan sangat berpengaruh signifikan, pertimbangan untuk usia 30-45 tahun yang melahirkan dengan selain tenaga kesehatan. Sedangkan untuk perbedaan pada jurnal kedua ternyata umur kurang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan pertolongan persalinan.

(47)

3. Analisis pengetahuan dalam pemanfaatan pertolongan persalinan

Analisis pengetahuan responden dalam pemanfaatan pertolongan persalinan dapat ditabulasikan kedalam tabel berikut ini :

Tabel 4.3

Analisis Pengetahuan dalam pemanfaatan pertolongan persalinan No Judul, Nama

Peneliti dan Tahun

Tujuan Penelitian

Inti Sari Jurnal Hasil Penelitian Perbedaan dan Persamaan Penelitian 1 Determinan Ibu Dalam Memilih Tenaga Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Saling Kabupaten Empat Lawang Tahun 2010 Indriyani (2012) Vol : 3 No.3 November Tahun 2012, Edisi : Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Mengetahui determinan ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan o Variabel tingkat perekonomian keluarga pengetahuan persepsi sehat sakit peran keluarga dan biaya persalinan sebelumnya pada ibu dengan paritas o Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang pernah melakukan persalinan dilihat dari persalinan anak terakhir baik dalam keadaan hidup ataupun mati Variabel tingkat perekonomian keluarga (p=<0,001), pengetahuan (p=0,020), persepsi sehat sakit (p=0,049), peran keluarga (p=0,012) dan biaya persalinan sebelumnya pada ibu dengan paritas > 1 (p=,0,01) berpengaruh terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan Persamaan dari 4 jurnal penelitian adalah : o Persamaan adalah sama-sama membahas mengenai pengetahuan, dalam pemanfaatan pemilihan pertolongan persalinan o Menemukan pengetahuan, dalam pemilihan tenaga penolong persalinan

(48)

dan termasuk ke dalam sasaran ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Saling pada Tahun 2010 2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat Donsu (2014) Volume 2 Nomor 1. Januari – Juni 2014 ISSN : 2339-1731 Mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan pada ibu bersalin di desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat Variabel Pengetahuan Dukungan suami Status ekonomi Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang bersalin pada bulan September – Oktober 2013 di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat. Sampel yang digunakan adalah Quota sampling yaitu sampel dikumpulkan sampai mencapai jumlah yang diinginkan, jumlah sampel yang diinginkan adalah 50 responden Berdasarkan hasil uji chi square diketahui bahwa faktor pengetahuan (ρ=0,006) dan dukungan suami (ρ=0,001) berhubungan signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan, sedang kanfaktor status ekonomi tidak berhubungan signifikan dengan pemanfaatan penolong persalinan dengan nilai ρ=0,206.

(49)

3 Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan Di Puskesmas XIII Koto Kampar I Nurahapipah (2015) Vol : 2, No 6 Mei 2015 Edisi : Jurnal Kesehatan Komunitas Menganalisis faktor yang mempengaru hi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Variabel Pendidikan, pengetahuan, sikap, status ekonomi, keterjangkauan, dan dukungan keluarga oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi Jenis penelitian menggunakan survei dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir dari bulan OktoberDesember 2012 sampai bulan Januari-Maret 2013 di wilayah kerja puskesmas XIII koto Kampar I sebanyak 71 ibu dan seluruh populasi dijadikan sampel. Semua variabel menggunakan uji regresi logistik berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sikap (p=0,011), keterjangkauan (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,042) berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan. 4 Perilaku Ibu Dalam Memilih Dukun Bayi Sebagai Tenaga Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja PuskesmasTem bilahan Mengeksplo rasi informasi yang lebih mendalam tentang bagaimana Perilaku Ibu dalam memilih tenaga Pengetahuan Sikap Social budaya Akses ke pelayanan kesehatan Dukungan keluarga Penelitian ini merupakan penelitian Hasil penelitian menunjukkan keputusan ibu memilih penolong persalinan sangat berkaitan dengan pengetahuan, sikap, sosial budaya, akses

(50)

HuluTahun 2016 Alhidayati (2016) Vol : 3 NO.1 April 2017 P-ISSN :20877-7612 e-ISSN: 2548-8538 Edisi : Jurnal Kesehatan Komunitas penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2016 deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan in depthinterview terhadap 5 orang informan utama (ibu nifas 0-40 hari pasca persalinan) dan 8 orang informan pendukung (suami informan utama, bidan, pemegang program Wanita Usia Subur (WUS) – Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada puskesmas dan kepala puskesmas) ke pelayanan kesehatan, dukungan keluarga. Perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan masih banyak ke dukun bayi dibandingkan ke tenaga kesehatan/bidan

Dari ke empat jurnal penelitian diatas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini ada persamaan dan perbedaan antara kedua jurnal. Dapat disimpulkan bahwa kesamaan kedua jurnal adalah sama-sama membahas mengenai pengetahuan responden dalam pemilihan pertolongan persalinan, menemukan pengetahuan responden rata-rata memiliki pengetahuan baik.

4. Analisis pendidikan dalam pemanfaatan pertolongan persalinan

Analisis pendidikan responden dalam pemanfaatan pertolongan persalinan dapat ditabulasikan kedalam tabel berikut ini :

Gambar

Gambar 3.2   Diagram Alir Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat adanya beberapa permasalahan di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang “Analisis dan Perancangan Sistem Aplikasi Pengolahan Nilai Raport pada

Kesimpulan dari penelitian adalah aplikasi sistem basis data help desk support ticketing system berbasis web dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari proses bisnis

Menimbang : Bahwa dalam rangka mendayagunakan potensi sumber daya yang ada di UPN “Veteran” umum memperoleh pemasukan tambahan pendapatan di luar kewajiban keuangan

Pada area Lobby, ada sebagian area yang bukan merupakan Bagian Bersama, tapi milik private dari Pengembang atau pihak lain yang menguasai berdasarkan Sertipikat atau

Pencon bagian depan dari kuningan, bagian bahu dari besi dicat dengan Brom warna kuning emas, rancakan diberi list dengan brom warna kuning emas Pencon bagian depan dari

Saran yang dapat diberikan yaitu mengoptimalkan sistem control landfill dalam pengelolaan TPA Mrican sebelum TPA baru dengan sistem sanitary landfill siap digunakan,

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengajukan usulan penelitian untuk penulisan hukum dengan judul “Peran Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan

Adapun permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah: “Apakah dengan menerapkan metode pembelajaran Scramble dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada