• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Perusahaan Pembiayaan Astra Credit Company Di Medan (Studi Pada PT Astra Credit Company Cabang Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Perusahaan Pembiayaan Astra Credit Company Di Medan (Studi Pada PT Astra Credit Company Cabang Medan)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Dalam praktek kehidupan sehari-hari lembaga keuangan yang sudah tidak asing dikenal oleh masyarakat adalah bank. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan untuk memberikan kredit, pinjaman dan jasa-jasa keuangan lainnya, sehingga dapat dikemukakan bahwa fungsi bank pada umumnya adalah melayani kebutuhan pembiayaan dan melancarkan mekanisme sistim pembayaran bagi banyak sektor perekonomian.

Lembaga pembiayaan merupakan salah satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di Indonesia. Kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat melalui deposito, tabungan, giro dan surat sanggup bayar.

(2)

kebijaksanaan Desember 1988 yang dikeluarkan oleh pemerintah dituangkan dalam keputusan presiden No. 61 tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang lembaga pembiayaan dan keputusan menteri keuangan No. 125/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Adanya keputusan Presiden ini, maka kegiatan lembaga pembiayaan diperluas sehingga menjadi 6 (enam) jenis kegiatan usaha yang meliputi:1

1. Sewa Guna Usaha (Leasing) 2. Modal Ventura(Venture Capital) 3. Anjak Piutang (Factoring)

4. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) 5. Kartu Kredit (Credit Card)

6. Perdagangan, Surat Berharga (Security Wesel)

Salah satu sistim pembiayaan alternatif yang cukup berperan aktif dalam menunjang dunia usaha akhir-akhir ini yaitu pembiayaan konsumen atau dikenal dengan istilahconsumer finance. Berdasarkan Pasal 1 angka (6) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan, perusahaan pembiayaan konsumen adalah Badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistim pembayaran berkala.

Sejak diumumkannya Paket Kebijaksanaan 20 Desember 1988 (Pakdes 20, 1988), mulai diperkenalkan pranata hukum baru di Indonesia, salah satu diantaranya

1Budi Racmat,Multi Finance (Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen),

(3)

adalah Pembiayaan Konsumen. Dengan memanfaatkan Lembaga Pembiayaan ini, masyarakat yang tadinya sulit untuk membeli barang kebutuhannya secara tunai, kini dengan bantuan Pembiayaan Konsumen kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Konsumen yang berkepentingan menghubungi Perusahaan Pembiayaan Konsumen agar dapat membayar secara tunai harga barang kebutuhan yang dibelinya dari pemasok (Supplier) dengan ketentuan pembayaran kembali harga barang itu kepada Perusahaan Pembiayaan Konsumen dilakukan secara angsuran. Dengan cara demikian, kebutuhan masyarakat konsumen dapat terpenuhi secara wajar.2

Pembiayaan Konsumen ini mendapat dasar dan momentumnya dengan dikeluarkannya Keppres No 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang “Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, sebagaimana telah berkali-kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 448/KMK 017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan”. Dimana ditentukan bahwa salah satu kegiatan dari Lembaga Pembiayaan tersebut adalah menyalurkan dana dengan sistem yang disebut “Pembiayaan Konsumen”.

Menurut ketentuan Pasal 1 angka (6) Keppres Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, Pembiayaan Konsumen adalah pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala.

2 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

(4)

Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami dan dirinci unsur-unsur pengertian Pembiayaan Konsumen sebagai berikut:3

1. Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum pembiayaan konsumen, yaitu Perusahaan Pembiayaan Konsumen (kreditor), Konsumen (debitor), dan penyedia barang (Pemasok/Supplier).

2. Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga, misalnya televisi, kulkas, mesin cuci, alat-alat dapur, perabot rumah tangga, kendaraan, dan lain-lain. 3. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara

Perusahaan Pembiayaan Konsumen dan konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumen. Perjanjian tersebut didukung oleh dokumen-dokumen.

4. Hubungan kewajiban dan hak, dimana perusahaan pembiayaan konsumen wajib membiayai harga pembelian barang keperluan konsumen dengan membayar tunai kepada pemasok untuk kepentingan konsumen, sedangkan konsumen wajib membayar harga barang secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada konsumen.

(5)

pembiayaan konsumen merupakan jaminan pokok secara fidusia, semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen (fiduciary transfer of ownership) sampai angsuran terakhir dilunasi. Di samping kedua jaminan yang disebutkan itu, pengakuan hutang (promissory notes) merupakan jaminan tambahan.

Konsumen adalah pihak yang paling mengetahui barang-barang yang dibutuhkannya dan mempunyai inisiatif pertama untuk menghubungi perusahaan pembiayaan konsumen. Sebelum menghubungi perusahaan tersebut, konsumen telah menetapkan daftar barang yang dibutuhkan dengan harganya berdasarkan penawaran dari pihak pemasok. Atas permohonan konsumen, perusahaaan pembiayaan konsumen menyiapkan dokumen pendahuluan berupa barang permohonan kredit (credit application form) untuk diisi oleh konsumen, barang permohonan kredit tersebut kemudian diperiksa oleh petugas yang ditunjuk oleh perusahaan (surveyor report), dan bila sudah memenuhi syarat, perusahaan menerbitkan Surat Persetujuan Kredit (Credit Approval Memorandum).4

Pada era globalisasi saat ini, masalah kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan hidup merupakan sebuah ungkapan yang tidak asing dalam lingkup perekonomian, kebutuhan yang tak terbatas dengan alat pemenuhan yang sangat terbatas, hal yang demikian akibat pada masyarakat tidak diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusia yang memadai. Pada akhirnya akan menimbulkan berbagai masalah

(6)

keuangan bagi sebagian kalangan yang tingkat perekonomiannya menengah ke bawah.

Keinginan individu terhadap pemenuhan pangan, sandang dan papan, baik yang kebutuhan barang atau jasa, merupakan kebutuhan mendasar yang tidak dapat dielakkan begitu saja, sehingga pentingnya pemenuhan terhadap segala aspek kebutuhan yang ada menyebabkan setiap individu masyarakat berusaha untuk mencari barang/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada akhirnya banyak masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan finansial yang memberikan alternatif jasa permodalan, pembiayaan maupun tabungan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat memilih salah satu dari sekian banyak alternatif yang dipandang sesuai untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi masyarakat yang bersangkutan. Dengan begitu masyarakat ingin mengedepankan sebuah kualitas kehidupan yang ditunjang oleh kualitas penghasilan secara ekonomi. Salah satu alternatif yang ditawarkan bagi masyarakat yang menginginkan tambahan modal ataupun hanya sekedar keluar dari permasalahan keuangan untuk membangun dan mengembangkan usahanya adalah dengan memanfaatkan jasa lembaga pembiayaan dalam bentuk pembiayaan konsumen.

Lahirnya pemberian kredit dengan sistem pembiayaan konsumen ini sebenarnya sebagai jawaban atas kenyataan-kenyataan sebagai berikut:5

1. Bank-bank kurang tertarik atau tidak cukup banyak dalam menyediakan kredit kepada konsumen yang umumnya merupakan kredit-kredit berukuran kecil.

5Munir Fuady,Hukum tentang Lembaga Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, (Bandung:

(7)

2. Sumber dana yang formal lainnya banyak keterbatasan atau sistemnya yang kurang fleksibel atau tidak sesuai kebutuhan.

3. Sistem pembayaran informal seperti yang dilakukan oleh para lintah darat dirasakan sangat mencekam masyarakat sehingga sistem seperti ini sangat dibenci dan dianggap sebagai riba dan banyak negara maupun agama melarangnya.

Pembiayaan konsumen juga menerapkan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam perkreditan. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah The 5 C’s of credit yaitu collateral, capacity, character, capital, condition of economy. Jaminan pokok ini berupa barang modal hasil pembelian dari transaksi pembiayaan konsumen itu sendiri. Jika pembiayaan konsumen digunakan untuk membeli sepeda motor, maka sepeda motor yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Jaminana tersebut dibuat dalam bentukfiduciary transfer of ownership(fiducia), maka biasanya seluruh dokumen yang berkaitan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen sampai angsuran dilunasi oleh konsumen/debitur.6

Pada kenyataannya bisnis pembiayaan konsumen ini memang bukanlah tanpa resiko. Sebagai suatu pemberian kredit, salah satu resiko itu adalah macetnya pembayaran angsuran oleh konsumen, dalam hal ini berarti terdapat adanya kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet. Kredit bermasalah dan kredit macet selalu dilihat dan diukur dari kolektibilitas kredit yang bersangkutan.7 Suatu kredit dikatakan macet sejak tidak

(8)

ditepatinya atau tidak dipenuhinya ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kredit, yaitu apabila debitur selama tiga kali berturut-turut tidak membayar angsuran dan bunganya.

Akibat adanya kredit bermasalah ini, dapat menyebabkan lembaga pembiayaan mengalami kesulitan terutama menyangkut dengan tingkat kesehatan keuangan lembaga pembiayaan, yang berarti terjadi kemerosotan kinerja sekaligus terhadap nilai suatu perusahaan. Pada perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia terdapat klausula yang menyatakan bahwa apabila debitur tidak melunasi hutangnya atau tidak memenuhi kewajibannya kepada kreditor maka tanpa melalui pengadilan lebih dahulu, kreditor berhak dan memberi kuasa substitusi kreditor untuk melakukan tindakan yang diperlukan, misalnya mengambil di manapun dan di tempat siapapun barang tersebut berada dan menjual di muka umum atau secara di bawah tangan.

(9)

manajemen perusahaan agar dapat menghasilkan kinerja perusahaan secara efektif dan efisien.

Pada pelaksanaan sehari-hari, sebelum keputusan untuk mengambil tindakan pengambilan barang di manapun dan di tempat siapapun, Astra Credit Companies (ACC) masih menempuh tindakan-tindakan yang bersifat persuasif. Tahapan tindakan persuasif yang diambil ini ada yang sepenuhnya ditempuh oleh Astra Credit Companies(ACC), namun terkadang terdapat tahapan tindakan persuasif yang tidak dilalui, yaitu bila dipandang debitur sudah bertikad buruk.

Terhadap pembiayaan bermasalah yang timbul dalam pembiayaan konsumen ini, diperlukan penanganan dengan segera oleh pihak lembaga pembiayaan agar tidak berkelanjutan menjadi pembiayaan macet yang jika persentasenya terus meningkat akan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan suatu perusahaan.

(10)

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka diformulasikan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah dalam pembiayaanAstra Credit Companies(ACC)?

2. Bagaimana penyelesaian pembiayaan bermasalah di Astra Credit Companies (ACC)?

3. Apa hambatan dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah di Astra Credit Companies(ACC) dan bagaimana upaya peyelesaiannya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah dalam pembiayaan Astra Credit Companies(ACC)

2. Bagaimana bila terjadi pembiayaan bermasalah seperti kasus Said Fahli dan apa tindakan yang diambil oleh pihak Astra Credit Company.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah di Astra Credit Companies (ACC) secara umum dan secara khusus pada Kasus Said Fahli

D. Manfaat Penelitian

(11)

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan khasanah dan pendalaman ilmu pengetahuan hukum terutama tentang penyelesaian pembiayaan bermasalah pada perjanjian pembiayaan konsumen yang lebih efektif dan efisien.

2. Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengambil keputusan dalam instansi lembaga pembiayaan untuk menghadapi persoalan yang muncul dalam perjanjian pembiayaan konsumen dan penegakan hukum dalam praktek pembiayaan konsumen.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Sekolah Pascasarjana Unversitas Sumatera Utara terhadap hasil-hasil penelitian yang ada, memang sudah ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembiayaan yaitu:

(12)

4. Diana Febrina Lubis Nim. 017011015

Prinsip Bagi Hasil Pada Perjanjian Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura (Suatu Penelitian Di Kota Medan) 5. Wihardi Partisipasi Terbatas Antara PT. Sarana Sumut Venture Dengan PT. Sarana Krakatau Digdaya

Namun belum ada yang melakukan penelitian dengan judul “Analisis terhadap Alternatif Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada PT. Astra Credit Company (Studi Kasus Said Fahli pada Perusahaan Pembiayaan Astra Credit Company Medan). Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah asli sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai objektivitas dan kejujuran.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka teori

Teori dipergunakan untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.8 Sedangkan kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran

8J. J. M. Wuisman,Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas,Penyunting M. Hisyam, (Jakarta:

(13)

atau butir-butir pendapat teori, tesis sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.9

Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk serta menjelaskan gejala yang diamati.10 Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian hukum dalam lapangan hukum perjanjian, maka teori hukum yang dipergunakan adalah teori hukum dalam lapangan hukum perjanjian.

Dasar pokok pengaturan pembiayaan konsumen adalah hukum kontrak/perjanjian. Dalam pembiayaan konsumen, bentuk perjanjian kerjasamanya merupakan suatu permufakatan atau persepakatan antara pihak-pihak yang mengadakannya, dimana masing-masing pihak diikat oleh janji-janji yang telah diadakan antara masing-masing, kemudian berkembang menjadi satu kerjasama antara masing-masing pihak untuk secara bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu yang telah disepakati.

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini timbul suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.11

9M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,(Bandung: Mandar Madju, 1994), hal. 80. 10Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1993), hal. 35.

(14)

Memperjelas mengenai definisi perjanjian, M Yahya Harahap menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.12

Kontrak adalah bagian dari bentuk suatu perjanjian sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1313 KUH Perdata adalah sangat luas, maka kontrak dapat menjadi bagian dari suatu perjanjian. Akan tetapi yang membedakan kontrak dengan perjanjian adalah sifatnya dan bentuknya. Kontrak lebih besifat untuk bisnis dan bentuknya perjanjian tertulis. Kontrak memiliki suatu hubungan hukum oleh para pihak yang saling mengikat, maksudnya adalah antara para pihak yang satu dengan yang lainnya saling mengikatkan dirinya dalam kontrak tersebut, pihak yang satu dapat menuntut sesuatu kepada pihak yang lain, dan pihak yang dituntut berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Kontrak yang dibuat oleh para pihak berlaku sebagai undang-undang bila terjadi pelanggaran isi kontrak.

Hukum kontrak di Indonesia menganut sistem terbuka yang berarti bahwa setiap orang bebas membuat kontrak, sehingga mempunyai sifat yang “optional law”.13Dalam pembuatan suatu perjanjian atau kontrak dikenal salah satu asas,yaitu asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu asas yang memberikan suatu pemahaman bahwa setiap orang dapat melakukan suatu kontrak

(15)

dengan siapapun dan untuk hal apapun. Namun asas kebebasan berkontrak bukan berarti bebas mutlak, ada beberapa pembatasan yang diberikan oleh Pasal-Pasal dalam KUH Perdata terhadap asas ini yang membuat asas ini merupakan asas tidak tak terbatas. Pembatasan asas kebebasan berkontrak selain harus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian yang tertuang dalam Pasal 1320 KUH Perdata juga dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian hanya dapat dilaksanakan dengan itikad baik. Dengan demikian, cara ini dikatakan system terbuka, artinya bahwa dalam membuat perjanjian ini para pihak diperkenankan untuk menentukan isi dari perjanjiannya dan sebagai undang-undang bagi mereka sendiri, dengan pembatasan bahwa perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan norma kesusilaan. Aspek-aspek kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 KUH Perdata (BW), yang menyiratkan adanya 3 (tiga asas) yang seyogyanya dalam perjanjian:

1. Mengenai terjadinya perjanjian

Asas yang disebut konsensualisme, artinya menurut BW perjanjian hanya terjadi apabila telah adanya persetujuan kehendak antara para pihak (consensus, consensualisme).

2. Tentang akibat perjanjian

Bahwa perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat antara pihak-pihak itu sendiri. Asas ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (1) BW yang menegaskan bahwa perjanjian dibuat secara sah di antara para pihak, berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak-pihak yang melakukan perjanjian tersebut.

3. Tentang isi perjanjian

(16)

dengan itikad baik. Perjanjian yang didasarkan pada itikad buruk misalnya penipuan mempunyai akibat hukum perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Sehingga dalam membuat perjanjian pembiayaan konsumen para pihak bebas untuk membuat perjanjian dengan pihak manapun yang dikehendakinya dan bebas mengatur isi kontrak tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian yang dibuat dengan sengaja atas kehendak para pihak secara sukarela dan yang telah disepakati/disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana yang telah dikehendaki. Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum yang berlaku.14

Dengan adanya kesepakatan, maka muncullah hak dan kewajiban di antara para pihak. Dalam pembiayaan konsumen ditentukan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang harus dilaksanakan, dimana antara hak dan kewajiban tersebut terdapat suatu keseimbangan. Pembiayaan konsumen telah diikat dengan suatu ketentuan yang didasarkan oleh kata sepakat dan dituangkan dalam kesepakatan tertulis dengan tujuan saling menguntungkan. Hal ini berarti bahwa pembiayaan konsumen menyebabkan para pihak mempunyai kewajiban untuk memberikan kemanfaatan pada pihak lainnya dan sebaliknya, lawannya untuk menerima manfaat yang menguntungkan atau berguna bagi dirinya dari hubungan perjanjian tersebut.

Selain melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan perjanjian, dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan teori keseimbangan. dimana nantinya akan dilihat keseimbangan antara lembaga pembiayaan selaku lembaga keuangan yang menyalurkan pembiayaan dan konsumen yang menerima pembiayaan. Keseimbangan

14Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,Perikatan yang Lahir dariPerjanjian, (Jakarta: Raja

(17)

untuk memperoleh kepastian hukum antara para pihak dalam perjanjian beli kembali ini menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian.

Teori keseimbangan ini dipelopori oleh Aristoteles dimana Ia menyatakan bahwa hukum harus diluruskan penegakannya sehingga memberi keseimbangan yang adil terhadap orang-orang yang mencari keadilan. Dalam teori keseimbangan semua orang mempunyai kedudukan yang sama dan diperlakukan sama pula (seimbang) di hadapan hukum.15

Teori keseimbangan tersebut di atas didukung pula dengan teori keadilan yang mampu menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi para pihak yang terikat dalam perjanjian. Oleh karenanya suatu konsep keadilan yang baik haruslah bersifat kontraktual, konsekuensinya setiap konsep keadilan yang tidak berbasis kontraktual harus dikesampingkan demi kepentingan keadilan itu sendiri.16

Dalam ilmu hukum, ada empat unsur yang merupakan fondasi penting, yaitu: moral, hukum, kebenaran, dan keadilan. Akan tetapi menurut filosof besar bangsa Yunani, yaitu Plato, keadilan merupakan nilai kebajikan yang tertinggi. Menurut Plato, “Justice is the supreme virtue which harmonize all other virtues.”17

Teori Keadilan Hukum menerangkan bahwa setiap orang tidak akan merasa dirugikan kepentingannya dalam batas-batas yang layak. Jadi keadilan bukan berarti

15Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,(Bandung: Mandar Maju, 1985), hal. 87.

16 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisi, 2000),

hal.42.

17Roscoe Pound,Justice According To Law,(New Haven USA: Yale University Press, 1952),

(18)

bahwa setiap orang memperoleh bagian yang sama. Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan, yaitu justitia distributiva dan justitia commutativa. Justitia distributiva menuntut bahwa setiap orang mendapat apa yang menjadi hak atau jatahnya, yang adil di sini ialah apabila setiap orang mendapat hak atau jatahnya secara proporsional mengingat akan pendidikan, kedudukan, kemampuan dan sebagainya. Sedangkanjustitia commutativa memberi kepada setiap orang sama banyaknya, yang adil ialah apabila setiap orang diperlakukan sama tanpa memandang kedudukan dan sebagainya.18

Menurut Mill, keadilan bersumber pada naluri manusia untuk menolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiri, maupun oleh siapa saja yang mendapatkan simpati. Penderitaan, tidak hanya atas dasar kepentingan individual, melainkan lebih luas dari itu, sampai kepada orang-orang lain yang disamakan dengan diri sendiri. Hakikat keadilan, dengan demikian mencakup semua persyaratan moral yang sangat hakiki bagi kesejahteraan umat manusia.19

John Stuart Mill setuju dengan Bentham, bahwa suatu tindakan itu hendaklah ditujukan kepada pencapaian kebahagiaan, sebaliknya suatu tindakan adalah salah apabila ia menghasilkan sesuatu yang merupakan kebalikan dari kebahagiaan. Ia menyetujui, bahwa standar keadilan hendaknya didasarkan pada kegunaannya. Akan tetapi ia berpendapat, bahwa asal usul kesadaran akan keadilan itu tidak ditemukan

18Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2003),

hal. 77.

19Edgar Bodenheimer,Jurisprudence, the philosophy and the Methos of the Law, (Cambridge

(19)

pada kegunaan, melainkan pada dua sentimen, yaitu rangsangan untuk mempertahankan diri dan perasaan simpati.20

Pada dasarnya suatu perjanjian kerjasama ini berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan di antara para pihak yang bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk adanya kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar tersebut.21

Pada umumnya berawal terjadinya perbedaan kepentingan para pihak akan dicoba dipertemukan melalui adanya kesepakatan para pihak. Oleh karena itu melalui hubungan perjanjian, perbedaan tersebut dapat diakomodir dan selanjutnya dapat dibingkai dengan sebuah perangkat hukum sehingga dapat mengikat para pihak. Mengenai sisi kepastian hukum dan keadilan, justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada di antara para pihak dapat terakomodir melalui sebuah mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara seimbang dan terarah.22

Dengan tujuan pembentukan pembiayaan konsumen, diharapkan akan memunculkan perjanjian secara adil dan seimbang bagi para pihak dalam hubungan kerjasama, tetapi jika para pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya karena adanya perbuatan atas wanprestasi berarti prestasinya tidak

20Ibid.`

21Agus Yudha Hernoko,Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial,

(Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008), hal.1

(20)

dilakukan pihak, dengan sendirinya hak dari pihak lain menjadi tidak terwujud, dan menimbulkan adanya kerugian. Pihak yang dirugikan diberi kesempatan untuk mengajukan gugatan atau tuntutan ke pengadilan untuk meminta kerugian sebagai upaya pihak yang bersangkutan agar mendapatkan pemulihan atas haknya tersebut.23

Asas kebebasan berkontrak merupakan inti daripada perjanjian kerjasama ini yang mengandung pengertian bahwa para pihak bebas memperjanjikan apa saja asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Lebih jauh lagi para pihak yang membuat perjanjian harus mempunyai posisi yang setara dalam memperjuangkan hak dan kewajibannya, sehingga kedudukan hak dan kewajiban para pihak menjadi seimbang.

Sebagai teori pendukung dalam penelitian ini digunakan teori analisis kredit dan teori prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit. Untuk meminimalkan tingkat pembiayaan bermasalah salah satu proses yang sangat penting adalah pada saat analisis kredit. Sebelum memberikan kredit, pihak kreditor biasanya melakukan penelitian terlebih dahulu terhadap Character (watak). Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (agunan) dan Condition of Economic (prospek usaha debitor) atau yang lebih dikenal dengan istilah 5C. Sebelum melakukan pemberian kredit, sekurang-kurangnya kreditor harus melakukan analisis kelayakan usaha melalui penerapan faktor 5C serta penilaian terhadap aspek kemampuan membayar, yakni:24

a. Character

23Handri Raharjo,Loc. cit

24 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

(21)

Faktor ini menyangkut kemauan debitor untuk membayar kembali kreditnya. Kemauan debitor dapat dilihat dari track record pembayaran pinjaman sebelumnya maupun pertimbangan terhadap latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam bisnis.

b. Capacity

Faktor ini untuk menjawab pertanyaan “can he pay?” atau kemampuan debitor untuk membayar kreditnya. Kemampuan ini dapat dilihat dari cash flow. Sejarah pembayaran juga akan menjadi pertimbangan untuk melihat kemungkinan pembayaran yang akan datang.

c. Capital

Capital diperlukan untuk menjawab pertanyaan “how much can he pay?” Capital juga dapat diartikan jumlah uang yang diinvestasikan dalam bisnis tersebut dan besarnya risiko yang perlu ditanggung ketika bisnis tersebut gagal.

d. Condition of Economy

Penilaian faktor ini menyangkut kondisi bisnis seperti tujuan peminjaman ataupun kondisi eksternal yang berada di luar kendali debitor seperti kondisi ekonomi dan tingkat persaingan usaha.

e. Collateral

(22)

melunasi kredit. Jadi agunan merupakan second way out bagi kreditor untuk menjamin pembayaran kredit atau sebagai bentuk sekuritisasi kreditnya. Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat dikaitkan sebagai jaminan guna kepastian pelunasan di kemudian hari jika penerima kredit tidak melunasi hutangnya.25 Jika kreditor menilai bahwa seorang calon debitor telah memenuhi kriteria di atas, barulah kreditor mau memberikan kredit yang diminta debitor tersebut.

Kegiatan perkreditan akan berjalan lancar apabila adanya saling mempercayai dari semua pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut. Keadaan itupun dapat terwujud hanya apabila semua pihak yang terkait mempunyai integritas moral.

2. Konsepsi

Konsep adalah suatu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi sesuatu yang konkrit, yang disebut denganoperasional definition.26Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.27 Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dalam rangka menyamakan persepsi yakni sebagai berikut:

25Levy dalam Mariam Darus Badrulzaman,Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 1991), hal. 56-59.

26Sutan Remy Sjahdeini,Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993), hal. 10.

27Tan Kamello, .Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia: Suatu Tinjauan Putusan

(23)

a. Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan

b. Lembaga pembiayaan dalam penulisan ini adalah: Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang berupa badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang dalam hal ini kendaraan bermotor yaitu mobil untuk kebutuhan konsumen dengan melakukan pembayaran dengan sistem angsuran atau berkala.

c. Pembiayaan adalah suatu pemberian pinjaman berdasarkan prinsip kepercayaan dan persetujuan pinjam meminjam antara pemilik modal dan peminjam sebagai fungsi untuk menghasilkan usaha dimana peminjam berkewajiban mengembalikan uang yang telah dipinjam sesuai dengan kesepakatan.

d. Pembiayaan bermasalah adalah jika terdapat keterlambatan pembayaran angsuran atau cicilan pada tanggal yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit, keterlambatan mana dilakukan oleh debitur sudah termasuk pada pokok dan bunga hutangnya yang telah melampaui waktu 21 (duapuluh satu) hari dari tanggal angsuran yang telah ditetapkan

(24)

lain: jasa pembiayaan, jasa pembukuan (maintenance of account), jasa penagihan piutang dan jasa perlindungan terhadap resiko.

f. Modal Ventura adalah merupakan suatu investasi dalam bentuk pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu.

g. Debitur adalah orang yang memiliki hutang kepada lembaga pembiayaan lainnya karena perjanjian atau undang-undang.

h. Kreditur adalah lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang.

i. PT. Astra Credit Companies atau biasa di singkat dengan ACC adalah salah satu perusahaan pembiayaan mobil terbesar di Indonesia. ACC menyediakan pelayanan pembiayaan untuk pembelian mobil baru ataupun mobil bekas khususnya untuk merek kendaraan yang diproduksi oleh Astra seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, Peugeot, dan BMW. Jaringan ACC tersebar di hampir seluruh kota besar di Indonesia, saat ini ACC telah mendukung pembiayaan lebih dari 16.000 dealer mobil di Indonesia.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

(25)

yang bersifat deskripsi28 yaitu menggambarkan dan menganalisa masalah-masalah yang akan dikemukakan, yang dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian yuridis normatif.29

Jenis penelitian yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori.30 Penelitian yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum,31sumber-sumber hukum,32peraturan perundang-undangan yang bersifat teoretis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang akan dibahas serta ditambah data lainnya yang diperoleh di lapangan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan wawancara langsung dengan para pihak pihak yang melakukan praktek langsung di lapangan tentang penyelesaian pembiayaan bermasalah diAstra Credit Companies.

2. Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung penelitian lapangan, sebagai berikut:

28

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 9

29Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau data sekunder, lebih lanjut lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal 13.

30Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1990), hal 11.

31M. Solly Lubis,Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945,(Bandung: Alumni, 1997), hal.

89, mengatakan asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota masyarakat.

32Amiruddin A. Wahab, dkk, Pengantar Hukum Indonesia, Bahan Ajar Untuk Kalangan

(26)

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier,33 yaitu:

1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang berhubungan dengan peraturan perundang-undangan, yaitu:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. c) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga

Pembiayaan.

Serta peraturan pelaksanaan yang terkait lainnya dengan alternatif penyelesaian pembiayaan bermasalah.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer yaitu karangan ilmiah, buku-buku referensi dan informasi, akta perjanjian kredit dan sertifikat hak tanggungan.

3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan-penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, yakni kamus umum, kamus hukum, jurnal, artikel, majalah dan lain sebagainya.

(27)

dilakukan dengan cara wawancara dengan Pejabat/ Pegawai Astra Credit Companies.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi lapangan, yakni mengadakan pengamatan dan pengumpulan data secara langsung dari obyek penelitian yang ditempuh dengan melakukan wawancara tentang penyelesaian pembiayaan bermasalah di ACC dengan Pejabat/ Pegawai ACC yang memiliki kompetensi dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah.

b. Studi Kepustakaan, yakni pengumpulan data dengan memanfaatkan buku, dokumen, peraturan perundang-undangan dan sebagainya untuk memperoleh data sekunder yang menunjang kelengkapan penelitian.

4. Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, baik dengan studi kepustakaan maupun studi lapangan maka data tersebut dianalisa secara kualitatif34 yakni dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungkan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti lalu ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yakni bertolak dari suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui menjadi suatu kesimpulan yang bersifat khusus.35

34 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1997), hal.10

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung

“Dalam proses pembelajaran metode itu berpengaruh dalam berhasil tidaknya suatu pendidikan, maka dari itu penggunaan metode yang tepat adalah penting, dan di sekolah

menggunakan perangkat pembelajaran pada konsep daur ulang sampah terhadap hasil belajar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi biologi di SMA. 2) Bagi siswa,

Hal itu dijelaskan oleh Nurudin, seorang ketua bidang pembinaan di LPTQ Kecamatan Kalidawir ketika diwawancarai oleh penulis pada hari Senin?. tanggal 26 Desember

Hal ini terbukti dengan munculnya beberapa genre-genre baru dalam seni rupa kontemporer Indonesia dan dunia yang akhirnya menjadi mainstream sendiri yaitu Seni Media (Media Art)

menentukan: “ Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan

pegawai dapat membalas alasan yang telah dikirimkan oleh penilai dengan cara menekan tombol pada bagian notifikasi maka sistem akan menampilkan form untuk

Karya-karya yang digunakan sebagai penentu indi- kator analisa penelitian ini masing-masing memiliki benang merah satu sama lain, serta menjadi bagian dari arus utama