Lampiran 1
a. Ungkapan (pantun) dalam Upacara Mengantar Pengantin Laki-Laki yang Mengandung Unsur Eufemisme
No Teks ungkapan (pantun) Bahasa Melayu
Langkat
Terjemahan bebas teks pantun
1
2
Diutusnya Muhammad rasul terbilang Bawa ajaran yang penuh terang benderang Hilanglah gelap terbitlah terang Selamatlah kita dari dahulu sampai sekarang Dan masa yang akan datang
Diungkapnya ulang sepintas lintas Terkenang kian ke masa silam Adat zaman bahari bermacam ragam adat negeri
Tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas Adat budaya jadi tumpuan Pusaka datuk nenek dari zaman ke zaman
Diutusnya Muhammad rasul terbilang Bawa ajaran yang penuh terang benderang Hilanglah gelap terbitlah terang Selamatlah kita dari dahulu sampai sekarang Dan masa yang akan datang
Diungkapnya ulang sepintas lintas Terkenang kian ke masa silam Adat zaman bahari bermacam ragam adat negeri
Tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas Adat budaya jadi tumpuan Pusaka datuk nenek dari zaman ke zaman
b. Ungkapan (pantun) dalam upacara hempang pintu yang mengandung unsur eufemisme
No Teks ungkapan (pantun) Bahasa Melayu
Langkat
Terjemahan bebas teks pantun
1
2
3
Syarat adat tolong sediakan Baru hempang batang kami singkirkan Lama sudah tegak berdiri Dengan pengantin beserta rombongan
Kalau rumah tide berpintu Dimane arah boleh disingkap Kalau puan kata begitu Inilah kunci dua serangkap
Kagum melihat kain terhalang Beginikah adat resam melayu Hajat yang baik kami yang datang Mengapa pula ada hempang pintu
Syarat adat tolong sediakan Baru hempang batang kami singkirkan Lama sudah tegak berdiri Dengan pengantin beserta rombongan
Kalau rumah tidak berpintu Dimane arah boleh disingkap Kalau nona kata begitu Inilah kunci dua serangkap
Kagum melihat kain terhalang Beginikah adat resam melayu Hajat yang baik kami yang datang Mengapa pula ada hempang pintu
c. Ungkapan (pantun) dalam upacara bersanding yang mengandung unsur eufemisme
No Teks ungkapan (pantun) Bahasa Melayu
Langkat
1
2
Pengantin bersanding bagaikan raja Disaksikan oleh tua dan muda
Semoga rukun hidup berumah tangga Damai berkekalan bagi kedua keluarga
Indah nian kota Langsa Ddilihat dari pada hari senja Indah dan bahagianya berkeluarga Pahit dan manis sama dirasa
Pengantin bersanding bagaikan raja Disaksikan oleh tua dan muda
Semoga rukun hidup berumah tangga Damai berkekalan bagi kedua keluarga
Indah sungguh kota Langsa Ddilihat dari pada hari senja Indah dan bahagianya berkeluarga Pahit dan manis sama dirasa
d. Ungkapan (pantun) dalam upacara tepung tawar yang mengandung unsur eufemisme
No Teks ungkapan (pantun) Bahasa Melayu
Langkat
Terjemahan bebas teks pantun
1
2
3
4
5
Hutang syarak sudah selesai Sudah berlangsung akad dan nikah Sudah berjawab ijab dan kabul Sudah diturut sunnah nabi Semua yang tersurat di kitabullah
Hutang tak boleh dianjak-anjak Hutang tak boleh dialih-alih Bila dianjak dia layu Bila dialih dia mati
Maka bagi kebahagiaan kedua Pengantin Kita segera melaksanakan upacara Tepung Tawar (ungkapan bukan pantun)
Tepung tawar sudah direnjis Sudah dibilas pula dengan do‘a
Semoga berkekalan persaudaraan dua keluarga
Orang tua-tua meninggalkan pesan Minta petuah kepada yang alim Minta akal kepada yang adil
Minta nasehat kepada yangberpengalaman Yang banyak memakan asam dan garam Yang sudah menempuh onak dan duri
Yang sudah diterpa gelombang lautkehidupan
Ibarat berjalan sudah sampai ke batas Umpama berkayuh sampai ke pulau Bila unut sampai ke bakal
Umpama sungai sampai ke guguk Ibarat memanjat sampai ke puncak Ke atas tercium harum langit Ke bawah tampak kerak bumi Yang ruas sampai ke buku
Ibarat kaji sudah berkhatam
Hutang syarak sudah selesai Sudah berlangsung akad dan nikah Sudah berjawab ijab dan kabul Sudah diturut sunnah nabi Semua yang tersurat di kitabullah
Hutang tak boleh dianjak-anjak Hutang tak boleh dialih-alih Bila dianjak dia layu Bila dialih dia mati
Maka bagi kebahagiaan kedua Pengantin Kita segera melaksanakan upacara Tepung Tawar (ungkapan bukan pantun)
Tepung tawar sudah direnjis Sudah dibilas pula dengan do‘a
Semoga berkekalan persaudaraan dua keluarga
Orang tua-tua meninggalkan pesan Minta petuah kepada yang alim Minta akal kepada yang adil
Minta nasehat kepada yangberpengalaman Yang banyak memakan asam dan garam Yang sudah menempuh onak dan duri Yang sudah diterpa gelombang laut
kehidupan
Ibarat berjalan sudah sampai ke batas Umpama berkayuh sampai ke pulau Bila unut sampai ke bakal
Umpama sungai sampai ke guguk Ibarat memanjat sampai ke puncak Ke atas tercium harum langit Ke bawah tampak kerak bumi Yang ruas sampai ke buku
e. Ungkapan (pantun) dalam upacara makan nasi berhadap-hadapan yang mengandung unsur eufemisme
No Teks ungkapan (pantun) Bahasa Melayu
Langkat
Terjemahan bebas teks pantun
1 Nasi pengantin terhidang sudah Lauk pauknya kue dan haluwa Disusun rapi ditata indah Laksana taman bertabur bunga
Nasi pengantin terhidang sudah Lauk pauknya kue dan haluwa Disusun rapi ditata indah Laksana taman bertabur bunga
f. Ungkapan (pantun) dalam upacara makan serah terima penantin laki-laki kepada kelurga penantin perempuan yang mengandung unsur eufemisme
No Teks ungkapan (pantun) Bahasa Melayu
Langkat
Terjemahan bebas teks pantun
1
Padamu wahai budiman
Hutang wajib dibayar, janji wajib ditepati Maka pada hari ini kami datang menepati janji
Mengantar anak kami pengantin laki-laki Untuk dipersandingkan dengan anak
menantu kami
Maka selesailah sudah hutang kami Oleh sebab itu sekejab lagi kami akan memohon diri, Tetapi, sebelum kami bergerak sila melangkah keluar Bendul pintu rumah yang bertuah ini
Inginlah kami lebih dahulu menyerahkan anak kami Pengantin laki-laki Pada saat ini kami menyerahka anak kami, Umur baru setahun jagung
Darah biru setumpuk pinang
Syukur wahai Tuhan Dan terima kasih yang tiada hingganya Padamu wahai budiman
Hutang wajib dibayar, janji wajib ditepati
Maka pada hari ini kami datang
menepati janji
Mengantar anak kami pengantin laki-laki
Untuk dipersandingkan dengan anak
menantu kami
Maka selesailah sudah hutang kami Oleh sebab itu sekejab lagi kami akan memohon diri, Tetapi, sebelum kami bergerak sila melangkah keluar Bendul pintu rumah yang bertuah ini
Inginlah kami lebih dahulu menyerahkan anak kami Pengantin laki-laki Pada saat ini kami menyerahka anak kami, kepada tuan, karena mulai saat ini resmilah ianya menjadi anak bagi
keluarga tuan di rumah ini.
Dalam kata penyerahan ini inginlah kami menyatakan, bahwa anak kami Umur baru setahun jagung
Lampiran 2
Lampiran 3
Transkrip I
Wawancara dengan Bapak Abu Samah (telangkai) di kediaman beliau (di Desa Sei Limbat kecamatan Selesai kabupaten Langkat Sumatera utara) Tentang Eufemisme dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu, pada tanggal 10 Mei 2013.
Saya : Begini pak, sebelum kita bicara tentang eufemisme, kita
bicarakan dulu tentang upacara adat perkawinan suku
Melayu di daerah kita ini. Apakah penduduk Selesai ini
masih banyak yang paham dan mengetahui tentang
seluk-beluk upacara adat perkawinan Melayu?
Bapak Abu Samah : Jadi begini, kalau zaman dulu waktu kami masih kecil,
memang orang-orang tua banyak yang tahu. Kalau
ada upacara adat seperti perkawinan biasanya yang
membawa acara (telangkai) berasal dari keluarga yang
punya hajat. Contohnya paman atau pakde yang mau
nikah.
Saya : Kalau sekarang bagaimana Pak?
Bapak Abu Samah : Ha, itulah. Sekarang kalau mau cari orang yang bisa
atau yang paham tentang adat perkawinan suku Melayu
agak susah, enggak sembarang orang.Memang masih
Saya : Jadi, apakah upacara perkawinan dengan menggunakan
adat Melayu masih dilaksanakan di sini Pak?
Bapak Abu Samah : Memang rata-rata orang sini masih menggunakan
upacara adat Melayu, tapi enggak semua tahapan acara
dilaksanakan. Sebagian besar masyarakat di sini hanya
melaksana kan bagian-bagian tertentu saja upacara
adatnya.
Saya : Mengapa begitu, apa alasannya Pak?
Bapak Abu Samah : ya, alasannya karena upacara adat ini-kan bila dilaksana-
kan secara lengkap sulitlah untuk orang sekarang, karena
waktu yang dipakai-kan lama. Apalagi kalau bicara biaya
itukan enggak sedikit. Orang sekarang sukanya yang
simpel saja, praktis, enggak terlalu banyak uang yang
keluar. Apalagi sampai ngganggu orang yang kerja.
Saya : Jadi Pak, Apakah orang yang melaksanakan upacara adat
secara lengkap masih ada yang melaksanakannya?
Bapak Abu Salma : Masih ada, itu biasanya dilaksanakan sama orang yang
betul-betul kaya atau anak pejabat yang nikah. Itupun
jarang sekali, sulit dijumpai.
Saya : Baiklah Pak, sekarang kita membahas eufemisme dalam
upacara adat perkawinan suku Melayu. Eufemisme adalah
kan makna bahasa. Menurut Bapak sejauh mana
eufemisme ini praktikan atau di diterapkan dalam upacara
adat perkawinan Pak?
Bapak Abu Samah : Oh begini, eufemisme itu sebenarnya saya baru dengar
istilah itu sekarang. Di bahasa Melayu gak ada istilah itu.
Memang umumnya orang Melayu itu terkenal dengan
ramah dan sopan-santunnya, orang Melayu juga paling
pantang kalau melanggar tabu. Apalagi dalam upacara
adat sopan-santun mesti dijaga betul, bahasanya harus
halus supaya enggak menyinggung perasaan pihak
keluarga pengantin perempuan atau pihak laki-laki.
Saya : Bagaimana cara agar bahasa yang digunakan terdengar
sopan dan tidak melanggar tabu Pak?
Bapak Abu Samah : Oh… biasanya orang Melayu menggunakan pantun atau
pepatah untuk mengungkapkan perarasaannya. Pada
upacara adat perkawinan suku Melayu, pantun termasuk
sarana utama untuk menyampaikan pesan, persetujuan,
atau maksud dari pihak masing-masing mempelai.
Saya : Apakah Bapak dapat memberikan contoh ungkapan
berupa pantun, yang bertujuan untuk memperhalus makna
bahasa atau yang dikenal dengan eufemisme?
Arus deras karangnye tajam
Jika mualem kurang paham
Alamat kapal akan tenggelam
Pantun ini disampaikan oleh pihak pengantin perempuan
kepada pihak mempelai laki-laki sebagai sindiran. Supaya sebagai suami harus hati-hati dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya yang akan mereka jalani. Laki-laki sebagaai kepala rumah tangga mempunyai tanggung jawab atas kelanggengan dan keutuhan rumah tangganya.
Saya : Oh, begitu ya Pak? Jadi ungkapan pantun tersebut isinya
berupa sindiran, yang bermaksud mengingatkan calon
suami agar lebih waspada dalam membina bahtera rumah
tangga.
Bapak Abu Samah : Ya, betul begitu.
Saya : Bagaimana dengan ungkapan ini, Pak?
Sebesar-besar gunong
Lebih besar maksud yang kami kandong
Setinggi-tinggi gunong
Lebih tinggi harapan yang kami kandung
Apa maksud ungkapan tersebut pak?
Bapak Abu Samah : Ini jelas sama maksudnya, ia untuk memperhalus makna
bahasa. Pantun ini biasanya disampaikan pihak mempelai
yang baik dari pihak pengantin perempuan.
Saya : Kira-kira ungkapan tentang apa yang paling sering
disampaikan pada saat upacara adat perkawinan Pak?
Bapak Abu Samah : Pada umumnya isinya tentang nasehat kepada kedua
mempelai, contohnya,
Kalau hendak jadi orang
Rajin-rajin membanting tulang
Manfaatkan umur sebelum petang
Pahit getir usah dipantang
maksudnya supaya mereka rajin bekerja atau berusaha,
mumpung masih muda jangan membuang-buang waktu.
Saya : Baiklah Pak, sampai di sini dulu wawancaranya, terima
kasih atas kebaikan Bapak, atas waktu dan informasi yang
Bapak berikan.
Bapak Abu Samah : Sama-sama, Saya juga senang ada yang perduli dan mau
menggali kebudayaan Melayu Langkat. Mudah-mudah
informasi yang saya berikan dapat bermanfaat.
Saya : Terima kasih Pak (bersalaman).
Traskrip II
Saya : Pak mengapa pada upacara adat perkawinan Melayu
dipakai pantun dalam berkomunikasi antar pihak keluarga
pengantin laki-laki dengan pihak keluarga perempuan
atau sebaliknya? Saya pertama ini bertanyanya kepada
bapak Azlan dahulu, nanti baru gantian kepada pak Ramli
ya?
Bapak Azlan : Begini, orang Melayu itu paling suka menggunakan
kiasan untuk menyampaikan maksudnya. Orang Melayu
tidak suka berterus terang dalam mengungkapkan
perasaannya, jadi mereka menggunakan pantun untuk
menyampaikan kemauannya. Ini sudah dilakukuan dari
zaman dulu dan sudah jadi budaya.
Saya : Apakah menurut Bapak penggunaan pantun untuk
memperhalus makna kata serta untuk menghindari tabu
(eufemisme) masih sama seperti pantun zaman dahulu?
Bapak Azlan : Memang pada umumnya begitu, tapi sekarang ada juga
pantun-pantun yang dipakai sudah tidak sesuai dengan
adat dan semangat orang Melayu.
Saya : Kok begitu Pak?
Bapak Azlan : ia. Sekarang ada pantun-pantun yang harusnya digunakan
enggak pas. Pantun yang harusnya mengungkapkan ini,
maksudnya untuk menyatakan yang lain atau dikias
sekarang diucapkan tanpa kiasan lagi dan terkesan kasar.
Saya : Contohnya seperti apa, Pak?
Bapak Azlan : Anak beruk sebesar lengan
Dibungkus tudung kain
Sungguh buruk hatimu kawan
Tidak suka mencari yang lain.
Ungkapan pada pantun di tadi dengan mengatakan
sungguh buruk hatimu itu sudah sangat tidak pantas,
terlalu kasar. Kadang-kadang saya sempat tegur juga
orang-orang yang seperti ini. Mungkin ini pengaruh
zaman reformasi, orang suka bicara terus terang.
Saya : Apakah bapak juga mengajarkan ungkapan-ungkapan
yang halus maknanya atau dikenal dengan eufemisme
dalam pantun kepada anak-anak Bapak?
Bapak Azlan : Tidak. Paling dulu waktu anak-anak masih kecil saya
sering mendengarkan pantun kepada mereka, tapi enggak
pernah diajarkan secara serius.
Saya : Pak apakah ada syarat khusus untuk menjadi juru
telangkai
orang yang padat ilmunya, muksudnya ilmu lahir dan
batin lengkap. Selain itu, orang yang menjadi telangkai
harus mempunyai pengetahuan tentang kaidah pantun,
seperti pantun dua baris, empat baris, enam baris, dan
seterusnya. Orang yang jadi telangkai haruslah bisa
membawakan tema sesuai acara yang berlangsung, jual
beli pantun dan juga seni budayanya, pokoknya banyaklah
syaratnya.
Saya : Baiklah pak, sampai di sini dulu diskusi kita pak. Saya
akan kembali lagi apabila ada informasi tambahan ya ng
sama butuhkan. Terima kasih banyak Pak.
Bapak Azlan : ya..ya.. sama-sama. Saya senang bisa membantu, mudah-
mudahan informasinya berguna.
Transkrip III
Wawacara dengan Bapak Ramli (tokoh masyarakat Kelurahan Pekan
Selesai Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat Sumatera Utara) selepas sholat Ashar berjama bersama Bapak Azlan di mesjid Raya Pekan Selesai, tanggal 01 Mei 2013.
Saya : Sekarang baru giliran Bapak yang saya wawancarai ya Pak
Bapak Ramli : ia, saya siap saja.
upacara adat perkawinan yang menggunakan ungkapan
sangat berlebihan, sebagai contoh kagum melihat kain
terbentang. Ungkapan ini dipakai pada saat rombongan
pengantin laki-laki mendapati jalan mereka dihadang oleh
kain yang panjang. Maksudnya bagaimana Pak?
Bapak Ramli : Oh itu, memang kadang kala para juru bicara (telangkai) menggunakan ungkapan yang berlebihan untuk menarik perhatian juga sekaligus untuk menjaga kehalusan bahasa agar mereka dapat diterima dengan baik.
Saya : Pak selain dengan cara melebih-lebihkan apakah ada cara
yang lain yang digunakan untuk memperhalus makna
bahasa?
Bapak Ramli : ia, ada. Kadang-kadang dipakai ungkapan yang pakai
ibarat atau perumpamaan,
Saya : Bisa beri contohnya, Pak?
Bapak Ramli : ya, contoh seperti mendapat durian runtuh,bagaikan duri
dalam daging, atau dalam pantun yang berbunyi
Ayam sambung jangan di tambat
Jike ditambat kalah laganye
Asam di gunung ikan ditebat
Dalam belange bertemu juge.
Saya : Maksudnya Pak?
perumpamaan tentang satu keadaan atau peristiwa. seperti
mendapat durian runtuh, maknanya perumpaan orang
yang mendapat keberuntungan dengan tidak disangka-
sangka, sedangkan bagaikan duri dalam daging adalah
ungkapan untuk menggambarkan kebencian terhadap
orang lain yang hidupnya selalu merongrong dari dalam.
Pantun pada contoh di atas mengkiaskan bahwa kalau
memang jodoh dari arah asal yang berjauhan pun akan
bertemu juga.
Saya : oh, begitu ya Pak. Baiklah Pak untuk saat ini saya rasa
cukup dulu. Apabila nanti ada yang kurang, saya akan
datang kepada Bapak-bapak, bolehkan Pak?
Bapak Ramli : Oh, ya..ya.. silakan, Dengan senang hati kami
menerimanya.
Saya : Saya sangat berterima kasih kepada Bapak berdua. Saya
juga minta maaf ya pak sudah menganggu dan menyita
waktu Bapak. Jadi, Terima kasih sekali lagi ya.. Pak.
Lampiran 4
Biodata informan
Informan 1
Nama Lengkap : Abu samah
Umur : 56 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan Sekertaris desa
Alamat : Jl Ki Hajar Dewantara Desa Sei limbat Kecamatan
Selesai Kabupaten Langkat
Status : Menikah
Informan 2
Nama : M. Azlan
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Pekan Selesai kecamatan Selesai Kabupaten
Langkat Sumatera Utara
Status : Menikah
Informan 3
Nama : Ramli
Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : Petani
Selesai Kabupaten Langkat
Status : Menikah
Informan 4
Nama : Faridah Hanum
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jl Besar Batang Serangan kecamatan Batang
Serangan Kabupaten Langkat