BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar merupakan sebuah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:
2). Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Winkel (Darsono, 2000:4)
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktifitas mental atau psikis yang
terjadi dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Pendapat ahli
tersebut menunjukkan bahwa belajar merupakan sebuah proses. Proses belajar
pada umumnya terjadi di sekolah, di mana sekolah merupakan wadah bagi para
siswa untuk mengembangkan kemampuannya dengan bimbingan guru.
Olehkarena itu guru mengupayakan berbagai caraagar dapat membuat suatu
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Namun, terkadang
program yang telah dibuat tidak cukup berhasil karena masih adanya kekurangan
dan kendala yang dihadapi saat proses belajar mengajar berlangsung.Berbagai
kendala dalam pembelajaran yang tidak di atasi pada akhirnya berdampak pada
hasil belajar. Slameto (2010) memaparkan ada banyak faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, diantanya faktor dari guru yakni model atau metode yang digunakan
guru hingga faktor yang berasal dari diri siswa seperti motivasi dan minat siswa
dalam belajar.
Pada pembelajaran Sekolah Dasar (SD) khususnya pembelajaran IPA
masalah dalam belajar sering ditemui. Dalam kurikulum disebutkan bahawa
pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan salah satu program pembelajaran
yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran IPA di SD menekankan pembelajaran pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan pengembangan keterampilan proses
dan sikap ilmiah. Maka dibutuhkan suatu pembelajaran IPA di SD yang dapat
merancang sebuah pembelajaran untuk mengkondisikan siswa agar mampu
mengalami apa yang ia pelajari. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang mampu mengkondisikan siswa mengalami langsung apa yang
sedang dipelajari.
Permasalahan umumnya yang terjadi di jenjang sekolah dasar menunjukkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA masih tergolong rendah. Kondisi
yang demikian dapat dipengaruhi oleh cara mengajar guru. Pembelajaran yang
monoton tanpa melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran akan berdampak
pada pola belajar siswa. Kondisi di mana siswa tidak terlibat aktif dalam
pembelajaran tentu akan menciptakan kebosanan dalam diri siswa, sehingga siswa
tidak tertarik dalam belajar dan pada akhirnya tidak memahami apa yang sedang
diajarkan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dirancang sebuah
pembelajaran yang mengkondisikan di mana siswa dapat mengalami langsung apa
yang dipelajari tentu saja metode ceramah harus dihindari karena metode ini tidak
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pemilihihan model
pembelajaran juga harus disesuaikan dnegan karaktersitik mata pelajaran.Pada
mata pelajaran IPA maka perlu dikaji materi pokok yang diajarkan sehingga dapat
dipilih model pembelajaran yang tepat. Mencermati mata pelajaran IPA dengan
teori tentang kondisi alam dan mencermati karakter peserta didik di sekolah dasar
pada umumnya masih mempelajari materi yang kongkret maka model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau dikenal dengan CTL adalah salah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut.Sugiyanto (2007: 22) menyebutkan bahwa CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa,
Sejalan pengertian tersebut Brata (2009:17) mendefinisikan CTL (Contextual Teaching and Learning) sebagai sebuah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nnyata,
sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dari pendapat dua ahli tersebut, maka
dapat diketahui bahwa CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata yang dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian materi pada mata pelajaran IPA dapat diarahkan pada
pembelajaran yang konkret sehingga lebih menyenangkan baik bagi peserta didik
maupun pendidik sendiri.
Permasalahan terkait penyampaian materi ajar yang berdampak pada
rendahnya hasil belajar siswa juga yang dialami di SD Negeri Tlogo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,
kegiatan belajar mengajar di kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang, guru masih menggunakan model pembelajaran
konvensional yakni dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Setelah
dilakukan wawancara secara lisan kepada siswa, metode yang sering digunakan
adalah metode ceramah yaitu dengan guru mendominasi dalam penjelasan materi
kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas, sehingga pembelajaran yang
dirancang lebih terpusat pada guru. Hasil ulangan harian IPA terakhir juga
menunjukkan rendahnya ketuntasan belaja yakni dari 39 anak terdapat 18 siswa
yang nilainya belum tuntas atau belum mencukupi KKM dengan standar yang
telah ditentukan yaitu 65, sedangkan 21 siswa lainnya sudah mencapai KKM.
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan hampir 50% dari jumlah siswa
keseluruhan di kelas 4 mengalami kesulitan belajar dengan nilai di bawah 65.
Distribusi persentase hasil belajar siswa pada kondisi pra siklus ditunjukkan pada
Tabel 1.1
Distribusi Persentase Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Pra Siklus Siswa Kelas 4 SD Negeri Tlogo Tahun Pelajaran 2016/2017
Nilai Jumlah Siswa (%)
<65 18 46.15
≥ 65 21 53.85
Jumlah 39 100
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan permasalahan tersebut dengan mempertimbangkan pendapat
para ahli, maka peneliti berkolaborasi dengan guru kelas menggunakan model
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) karena CTL (Contextual Teaching and Learning) membuat pembelajaran IPA yang kajiannya abstrak dapat menjadi konkrit sesuai dengan tahap perkembangan anak di jenjang pendidikan
dasar. Dari permasalahan yang sudah jelas dan dengan memperhatikan pendapat
para ahli maka dapat dipertimbangkan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mempelajari IPA di kelas IV. Dengan melihat permasalahan tersebut, maka judul penelitian ini adalah
“Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2016/
2017”.
Berdasarkan hasil observasi dari kelas 4 maka identifikasi masalah dalam
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang diangkat yaitu: Apakah melalui CTL (Contextual Teaching and Learning)
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2016/2017.
1.4. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah melalui CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2016/2017.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoretis
b. Mendukung kajian teori bahwa dengan menggunakan CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat menciptakan pembelajaran yang realistik.
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi penulis:
Memberikan bekal bagi penulis sebagai pengetahuan yang bermakna
sehingga dapat digunakan untuk proses pembelajaran yang efektif dalam
pengajaran di masa yang akan datang.
b. Manfaat bagi guru:
1) Memberikan alternatif dalam pendukung strategi-strategi pembelajaran efektif dalam kegiatan belajar mengajar.
2) Memberikan tambahan contoh model pembelajaran yang dapat digunakan dalam menunjang proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan dari pendidikan.
c. Manfaat bagi siswa:
1) Menghilangkan rasa bosan atau jenuh di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung karena dalam model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) menunjang pembelajaran realistik sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih mudah.
2) Meningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru.
d. Manfaat bagi sekolah: